Pai Jawaban.docx

  • Uploaded by: Mahes Pro
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pai Jawaban.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,356
  • Pages: 5
Kisi-kisi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Materi hadis, Hubungan Alquran dan sunnah, kedudukan sunnah terhadap al-Quran pengertian tafsir Materi aliran, Macam-macam aliran teologi dalam Islam sebab sebab munculnya aliran teologi Materi ijtihad, metode-metode ijtihad. Dan dalam hal apa ulama boleh melakukan ijtihad Sebab-sebab perbedaan mazhab dalam fikih islam Struktur hadis Kebutuhan menurut tinjauan maqoshid asy-syariah Fikih dakwah, Persiapan seorang dai dalam berdakwah Hubungan fikih dan adab, Manfaat ilmu astronomi

Jawaban 1. Hubungan al quran dan as sunah = menguatkan hukum hukum dlm al quran Menjelaskan al quran Menetapkan hukum yang tidak ada dlam al quran 2. Tafsir “al idhoh” artinya menjelaskan. Secara terminologi : ilmu pengetahuan untuk memahami ayat2 al quran 3. Faktor politik : syiah khawarij dan murjiah Generasi penerusnya berdasarkan 3 aliran tersebut berubah menjadi aliran teologi/perpecahan yaitu ada : Qoddariyah , Jabbariyah, mu’tazilah, ahlu sunnah wal jamaah Sebab munculnya aliran dalam islam adalah perang shiffin akibat faktor politik tentang pengganti kekholifahan zaman usman dan ali yang hingga keduanya bersama pasukan berperang (perang shffin)untuk memperebutkan jabatan kholifah hingga akhirnya sebelum perang dimenangkan ali terjadi keputusan tahkim (gencatan senjata) antara pasukan ali dan keturunan usman(muawiyah). karena sebab itulah munculnya aliran tsb. Persoalan tersebut awalnya adalah tentang persoalan pengganti kholifah dalam khilafah namun karena sebab syiah dan khawarij saling mengkafirkan akhirnya persoalan ini beralih ke persoalan teologi. 4. Mujtahid mutlaq : sendiri (ilmu tafsir tinggi). cth imam mazhab Mujtahid jama’i : berijtihad kelompok dengan menggunakan cara imam mazhab berijtihad Wilayah ijtihad Al quran - makna dzamiyu dilalah : makna tidak pasti As sunah- makna dzamiyu dilalah : makna tidak pasti

5. - perbedaan dlm sumberhukum - perbedaan dlm cara memahami nash - perbedaan dlm sebagian kaidah kebahasaan utk memahami nash

6. Sanad matan rawi 7. kebutuhan dharuriyat, kebutuhan hajiyat, dan kebutuhan tahsiniyat. a. Kebutuhan Dharuriyat Kebutuhan dharuriyat ialah tingkat kebutuhan yang harus ada atau disebut dengan kebutuhan primer. Bila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Menurut Al Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori ini, yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan dan keturunan, serta memelihara harta. Untuk memelihara lima pokok inilah syariat Islam diturunkan. Setiap ayat hukum bila diteliti akan ditemukan alasan pembentukannya yang tidak lain adalah untuk memelihara lima pokok diatas. Misalnya, firman Allah dalam mewajibkan jihad : َّ ‫عد َْوانَ إِ ََّل َعلَى ال‬ َ‫ظا ِل ِمين‬ ِ َ‫َوقَاتِلُو ُه ْم َحت َّ ٰى ََل تَ ُكونَ فِتْنَةٌ َويَ ُكون‬ ُ ‫الدينُ ِ َّّلِلِ ۖ فَإ ِ ِن ا ْنت َ َه ْوا فَ ََل‬ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu semata-mata hanya untuk Allah.(QS. Al-Baqarah: 193) Dan FirmanNya dalam mewajibkan qishash: َ‫ب لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫اص َحيَاة ٌ يَا أُو ِلي ْاْل َ ْلبَا‬ َ ‫َولَ ُك ْم فِي ْال ِق‬ Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 179). Dari ayat pertama dapat diketahui tujuan disyariatkan perang adalah untuk melancarkan jalan dakwah bilamana terjadi gangguan dan mengajak umat manusia untuk menyembah Allah. Dan dari ayat kedua diketahui bahwa mengapa disyariatkan qishash karena dengan itu ancaman terhadap kehidupan manusia dapat dihilangkan. b. Kebutuhan Hajiyat Kebutuhan hajiyat ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder, dimana bilamana tidak terwujudkan tidak sampai mengancam keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan. Syariat Islam menghilangkan segala kesulitan itu. Adanya hukum rukhshah (keringanan) seperti dijelaskan Abd Al Wahhab Khallaf, adalah sebagai contoh dari kepedulian Syariat Islam terhadap kebutuhan ini.

Dalam kelapangan ibadat, Islam mensyariatkan beberapa hukum rukhshah (keringanan) bilamana kenyataannya mendapat kesulitan dalam menjalankan perintahperintah taklif. Misalnya, Islam membolehkan tidak berpuasa bilamana dalam perjalanan dalam jarak tertentu dengan syarat diganti pada hari yang lain dan demikian juga halnya dengan orang yang sedang sakit. Kebolehan meng-qashar shalat adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan hajiyat ini. Dalam lapangan mu’amalat disyariatkan banyak macam kontrak (akad), serta macammacam jual beli, sewa menyewa, syirkah (perseroan) dan mudharabah (berniaga dengan modal orang lain dengan perjanjian bagi laba) dan beberapa hukum rukhshah dalam mu’amalat. Dalam lapangan ‘uqubat (sanksi hukum), Islam mensyariatkan hukum diyat (denda) bagi pembunuhan tidak sengaja, dan menangguhkan hukuman potong tangan atas seseorang yang mencuri karena terdesak untuk menyelamatkan jiwanya dari kelaparan. Suatu kesempitan menimbulkan keringanan dalam syariat Islam adalah ditarik dari petunjuk-petunjuk ayat Al-Qur’an juga. Misalnya ayat 6 surat Al-Maidah : َّ ُ ‫ َما ي ُِريد‬... ... ‫َّللاُ ِليَجْ عَ َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َرج‬ Dan Dia (Allah) tidak sekali-kali menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al-Maidah: 6) Dan ayat 78 surat Al-Hajj: ‫ِين ِم ْن َح َرج‬ ِ ‫و َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِفي الد‬... َ Allah tidak hendak menyulitkan kamu... (QS. Al-Hajj: 78) c. Kebutuhan Tahsiniyat Kebutuhan tahsiniyat ialah tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap, seperti dikemukakan Al Syatibi, hal-hal yang merupakan kepatutan menurut adat-istiadat, menghindarkan hal-hal yang tidak enak dipandang mata, dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak. Dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ibadat, mu’amalat, dan ‘uqubat, Allah telah mensyariatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tahsiniyat. Dalam lapangan ibadat, kata Abd. Wahhab Khallaf, umpamanya Islam mensyariatkan bersuci baik dari hadas maupun najis, baik pada badan maupun pada tempat dan lingkungan. Islam

menganjurkan berhias ketika hendak ke Masjid, menganjurkan memperbanyak ibadah sunnah. Dalam lapangan mu’amalat Islam melarang boros, kikir, menaikkan harga, monopoli, dan lain-lain. Dalam bidang ‘uqubat Islam mengharamkan membunuh anak-anak dalam peperangan dan kaum wanita, melarang melakukan muslah (menyiksa mayit dalam peperangan). Tujuan syariat seperti tersebut tadi bisa disimak dalam beberapa ayat, misalnya ayat 6 surat Al-Ma’idah : َ ُ‫ َو ٰلَ ِك ْن ي ُِريد ُ ِلي‬... َ‫ط ِه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم ِن ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬ Tetapi Dia (Allah) hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

8. ILMU :- ilmu islam dan ilmu bermasyarakat Washillah 9. Fikih memiliki dua makna umum dan khusus yang disebut sebagai fikih akbâr (gede) dan fikih asghâr (cilik). Hubungan logis antara akhlak Islam dan fikih akbâr adalah hubungan umum dan khusus mutlak. Antara akhlak Islam dan fikih asghâr adalah hubungan khusus dan umum min wajh. Dan secara umum tidak terdapat benturan dan pertentangan antara akhlak dan fikih. Kami persilahkan Anda untuk memperoleh penjelasan lebih jauh pada jawaban detil. Jawaban Detil

Pertama-tama harus diketahui bahwa fikih dalam pandangan umum bermakna pengetahuan umum agama dan mencakup seluruh pengatahuan yang berhubungan dengan agama. Berdasarkan hal tersebut, makna fikih di sini juga disebut sebagai fikih akbâr . Hubungan logis yang terjalin antara fikih dan akhlak dalam hal ini adalah hubungan umum dan khusus mutlak; artinya setiap subyek yang bertalian dengan akhlak Islam juga bertalian dengan fikih Islam. Namun setiap subyek fikih Islam tidak serta-merta bertautan dengan akhlak. Dari sisi lain, makna umum lainnya fikih adalah sebuah disiplin ilmu yang mengidentifikasi ragam masalah wajib, haram, mustahab, makruh dan mubah. Dengan kata lain, fikih dalam artian terbatas ini juga disebut secara teknis sebagai fikih asghâr. Terkait dengan hubungan logis yang terbina antara akhlak Islam dan fikih asghâr adalah hubungan umum dan khusus min wajh; karena kebanyakan subyek fikih seperti syarat-syarat transaksi jual-beli, sewa-menyewa dan lain sebagianya tidak dapat digolongkan sebagai subyek akhlak. Dari sisi lain, sebagian pembahasan akhlak menentukan obyek-obyek dan berada pada tataran mengelaborasi penerapan subyek-subyek seperti rendah hati (tawadhu’), congkak (takabbur), ikhlas, riya dan sebagianya yang tidak dapat dipandang sebagai subyek-subyek

fikih. Dan dalam kondisi yang sama, terdapat subyek-subyek seperti inti keharaman dan larangan berdusta, dianjurkannya (mustahab) shalat awal waktu dan lain sebagainya yang menjadi obyek bahasan baik fikih juga akhlak. Dengan memperhatikan dari apa yang telah diuraikan di atas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa tidak terdapat benturan dan pertentangan di antara fikih dan akhlak sehingga kita ingin mendahulukan salah satu dari keduanya. Benar! Dalam hukum-hukum Islam – baik fikih atau akhlak – terkadang terjadi pertentangan dan tentu yang harus dipilih dan diamalkan adalah yang lebih penting.

10. - utk menentukkan awal waktu sholat - utk menentukan awal waktu bulan ramadhan - utk menentukan waktu gerhana dan waktu sholat gerhana

Related Documents

Pai
June 2020 28
Pai
June 2020 29
Pai
June 2020 25
Pai
October 2019 54
Pai
June 2020 25
Pai
October 2019 49

More Documents from ""