ORGANISASI DAN PERUBAHAN A. Perubahan Lingkungan dan Perubahan Perusahaan Salah satu ciri utama kehidupan pada masa sekarang dan masa mendatang adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat di dalam lingkungan kehidupan manusia. Banyak paradigma yang digunakan untuk menata kehidupan, baik kehidupan individual maupun organisasi, yang pada waktu yang lalu sudah mapan kini menjadi ketinggalan jaman. Akhir-akhir ini banyak sekali tulisan yang membahas tentang pergeseran paradigma kehidupan. Umumnya tulisan tersebut menganalisis tentang paradigma baru yang perlu diterapkan untuk memasuki era milenium ke tiga. Tulisan terfokus pada perubahan paradigma yang membedakan antara milenium kedua dan milenium ketiga. Salah satu pergeseran paradigma adalah paradigma di dalam melihat kondisi kehidupan di masa depan relatif stabil dan bisa diramalkan (predictability). Pada milenium kedua orang selalu berpikir bahwa segala sesuatu bersifat stabil dan bisa diprediksi. Pada milenium ke tiga terjadi pergeseran, semakin sulit untuk melihat adanya stabilitas tersebut. Apa yang terjadi di depan semakin sulit untuk diprediksi karena perubahan menjadi tidak terpolakan dan tidak lagi bersifat linier. Banyak contoh yang bisa dikemukakan untuk mendukung pendapat tersebut. Bila pada awal tahun sembilan puluhan (akhir milenium kedua) para pakar memprediksi bahwa Asia akan menjadi pusat perdagangan dunia karena jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 7% (lihat Naisbitt, 1995). Tanpa diduga di penghujung dekade akhir milenium ketiga, ekonomi berbagai negara di Asia jatuh tersungkur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mendekati nol atau bahkanminus. Tidak ada orang yang menduga bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut begotu mengenaskan. Contoh lainnya adalah kondisi di suatu negara, yakni kuatnya pemerintahan yang dipimpin oleh suatu rezim. Tidak ada yang menduga kalau rezim itu akan berakhir tragis dengan meninggalkan beban malaptaka yang sangat berat menimpa rakyat di negara tersebut. Berbagai krisis moneter yang melanda berbagai negara, seperti Korea, Thailand, Filipina, Malaysia, Indonesia dan berbagai negara Asia lainnya, adalah bukti bahwa paradigma stabilitas dan prediktabilitas sudah harus ditinggalkan. Untuk menghadapi kondisi pada milenium ketiga yang semakin tidak bisa diprediksi tersebut, diperlukan perubahan dalam sikap mental manusia. Orang tidak lagi bisa bersikap reaktif, menunggu dan menghidari risiko demi mempertahankan status quo. Orang harus bersikap proaktif dan memiliki toleransi atas ketidakjelasan yang
terjadi akibat perubahan dengan tingkat turbulensi yang tinggi. Banyak pakar yang melihat kegagalan manusia, khususnya kegagalan di dalam berbisnis dan mengelola negara karena sifat yang tidak proaktif dan sifat cepat merasa puas melihat sukses masa lalu sebagai suatu jaminan sukses pada masa depan. Sukses pada masa lalu tidak akan menjamin sukses pada masa depan karena masa depan akan sangat berbeda dengan masa lalu. Orang harus terus mempertanyakan formula sukses pada masa lalu apakah masih bisa diterapkan di dalam kondisi perubahan yang berjalan super cepat. Bila tidak dilihat dengan kritis, formula sukses pada masa lalu akan menjadi sumber kegagalan pada masa depan (Gibson,1997).
B. Lingkungan Baru Organisasi Kemajuan teknologi komputer telah menyebabkan perubahan yang sangat mendasar dalam tata kehidupan manusia. Teknologi komputer telah mengubah pola hubungan manusia. Manusia semakin terbebas dari ikatan ruang dan waktu. Kehadiran internet telah mendekatkan hubungan antar manusia di seluruh dunia yang memiliki teknologi canggih tersebut. Kini manusia hidup dalam satu jejaring informasi yang cerdas (network intelligence). Don Tapscott (1998), dalam buku best seller yang berjudul: Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence, mengemukakan 12 paradigma baru dari kehidupan ekonomi yang akan menjadi ciri millenium ketiga. Beberapa paradigma baru tersebut akan dibahas berikut ini. Ekonomi Baru merupakan ekonomi pengetahuan (knowlwdge based economy) Pada era industrialisasi terjadi pergeseran pola kerja dari pola kerja yang berfokus pada kerja otot (brawn) menuju pola kerja yang menekankan pada penggunaan otak (brain). Produk berkembang kearah produk yang pintar (smart product), misalnya, kartu pintar (smart card). Apabila saat ini orang memiliki berbagai kartu dalam dompet (misalnya kartupenduduk, SIM, kartu kredit, kartu tunai, kartu diskon, dll.), maka pada milenium ketiga kartu yang begitu banyak macamnya akan terwakili oleh hanya satu kartu saja yang bisa melayani berbagai jenis penggunaan seperti SIM, KTP, kartu kredit, paspor, kartu asuransi, kunci rumah, kunci mobil,dll. Rumah masa depan adalah rumah yang cerdik (smart house) yang dilengkapi dengan komputer yang mampu memberi informasi tentang kondisi rumah, misalnya apakah kompor masih hidup karena lupa dimatikan, apakah binatang peliharaan sudah diberi makan, apakah semua pintu sudah dikunci. Kalau ada hal-hal yang demikian, maka rumah bisa diperintahkan melalui internet untuk melakukan tugas-tugas yang belum terselesaikan. Binatang dapat memperoleh
makanannya secara otomatis bila induk semangnya lupa memberi makan. Rumah bisa mengatur suhu ruangan sesuai dengan keperluan. Bila anak-anak di tinggal di rumah, orang tua bisa melihat keadaan anak-anak melalui internet. Mobil masa depan adalah mobil yang cerdik. Mobil tidak mau bergerak bila pengendaranya dalam keadaan mabuk. Mobil akan memberi informasi tentang kondisi lalu lintas di jalan yang dilalui. Mobil juga akan bisa memberi informasi tentang kerusakan yang terjadi pada mobil melalui alat perekam informasi yang dioperasikan komputer. Banyak produk lain yang memiliki kecerdikan seperti kecerdikan yang ada pada kartu, rumah, dan mobil yang diulas di atas misalnya televisi yang bisa diajak berdialog, jalan raya yang bisa memberi tahu kondisi jalan, ban mobil yang bisa menyesuaikan tekanan angin yang diperlukan, dll. Ekonomi Baru adalah ekonomi yang virtual (Virtualization) Kehadiran komputer yang beroperasi dengan sistem digital telah membebaskan manusia dari ikatan ruang dan waktu. Orang bisa berkomunikasi dengan orang lain di seluruh penjuru dunia dengan bantuan komputer yang memiliki jalur telepon dan modem. Kondisi demikian ini merubah cara kerja manusia dan cara kerja organisasi. Karyawan sebuah perusahaan tidak harus selalu pergi ke kantor karena banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan di rumah dan dikirim misalnya lewat internet. Sekretaris bisa menghubungi bos dan mengirim surat dan dokumen dari mana saja. Kantor tidak lagi memerlukan gedung yang tetap. Kantor suatu perusahaan bisa ada di mana-mana karena fungsinya telah diganti oleh komputer. Relasi bisnis dan karyawan dapat menghubungi dan dihubungi setiap saat dimana saja. Keadaan yang demikian bisa menyebabkan karyawan suatu perusahaan tersebar di berbagai negara, karena hubungan kerja mereka cukup melalui komputer. Banyak kantor bank konvensional di pelbagai penjuru dunia merasa terancam dengan kehadiran virtual bank karena pekerjaan perbankan digantikan oleh komputer. Bank virtual tidak memerlukan karyawan yang banyak, tidak memerlukan gedung yang besar, tidak menghabiskan biaya alat tulis, tidak memerlukan ruangan parkir bagi karyawan. Semua kondisi akan membuat biaya operasi banksangat kecildan daya saingnya meningkat. Virtualisasi ini juga akan melanda lembaga pendidikan. Para mahasiswa tidak perlu lagi datang ke kampus. Mereka bisa belajar dari mana saja di seluruh dunia melalui teleconference dan internet. Mungkin pada masa awal penerapan sistem ini diperlukan biaya yang besar untuk memasang fasilitas virtual tersebut. Namun dalam jangka panjang biaya operasional perguruan tinggi akan lebih murah karena
tidak diperlukan lagi gedung yang besar, dosen yang banyak, dan tenaga administrasi yang banyak pula. Kini, orang yang berbelanja tidak perlu lagi datang ke supermarket atau ke toko. Orang berbelanja melalui internet. Produk yang dijual dapat dilihat bentuk, warna, karakteristik dan harganya melalui tampilan televisi. Pembeli cukup memesan barang dan mebayarnya dengan kartu kredit melalui internet. Ekonomi Baru merupakan ekonomi inovasi Kini, berbagai produk keperluan manusia mudah sekali ketinggalan zaman. Siklus kehidupan produk (product life cycle) semakin pendek. Suatu perusahaan yang menghasilkan produk dan jasa harus inovatif bila ingin survive dalam bisnis. Produk harus bersifat unik agar memenuhi selera manusia yang semakin ingin tampil beda. Inovasi melanda seluruh kehidupan sosial dan ekonomi. Perpustakaan berubah dalam disket atau dalam compact disc. Sebuah compact disc bisa menyimpan 360.000 halaman teks. Penelusuran literatur akan sangat cepat karena informasi sudah dikategorikan secara sistematis. Untuk mendengarkan musik seseorang tidak harus membeli tape recorder dan kaset karena komputer telah mamiliki fasilitas multi media yang bisa mengganti fungsi tape recorder. Orang tidak perlu lagi membeli laser disc dan televisi atau pergi ke gedung bioskop untuk menonton film, karena film bisa ditonton melalui internet dan bisa ditonton dimana saja selama handphone masih bisa menangkap sinyal. Munculnya berbagai produk baru akibat inovasi yang teru menerus, membuat manusia terpacu untuk membeli dan memiliki produk baru. Ramainya promosi produk baru melalui berbagai media membuat masyarakat berubah menjadi manusia yang suka membuang barang. Barang yang modenya sudah ketinggalan diganti dengan produk model baru. Alfin Toffler dalam buku Future Shock (1970) menamakan masyarakat yang mimiliki sifat denikian dengan throw away society. Ekonomi Baru adalah ekonomi yang melibatkan konsumen dalam perancangan produk dan jasa Peran konsumen tidak hanya membeli dan menggunakan produk dan jasa. Di masa depan keterlibatan konsumen di dalam merancang produk dan jasa akan semakin besar. Seorang pembeli rumah yang dibuat oleh pengusaha real estate semakin tidak tertarik untuk membeli rumah yang sudah jadi. Pembeli mau terlibat di dalam merancang rumah yang akan dibelinya. Kini semakin banyak pengusaha real estate di negara-negara maju yang menyediakan fasilitas komputer untuk merancang rumah dengan membiarkan
pembeli untuk memilih bentuk rumah (pintu, jendela, kunci, kamar mandi,pembagian ruangan). Berbagai jenis gambar komponen rumah dimasukkan ke dalam komputer. Pembeli akan merancang sendiri rumah yang akan dibangunnya dengan mengkombinasikan komponen tersebut. Setelah gambar rumah selesai dibuat, komputer akan sekaligus memberi tahu berapa biaya pembuatannya, dan berapa lama waktu penyelesaiannya. Di bidang jasa pelayanan pun konsumen semakin ingin terlibat dalam menentukan jenis pelayanan yang akan diperolehnya. Misalnya pasien di rumah sakit ingin terlibat dalam menentukan jenis terapi yang akan dijalaninya. Dokter yang tidak melibatkan pasien dalam menentukan jenis terapi akan ditinggalkan oleh pasien. Ekonomi Baru adalah ekonomi yangsaling tergantung (integration/ internetworking) Apabila pada milenium kedua organisasi bisnis dan negara berfokus untuk membangun kemandirian, kini paradigma tersebut sudah mulai ditinggalkan. Organisasi bisnis atau organisasi apapun (termasuk negara) tidak bisa menghindari ketergantungan dengan pihak lain. Pada level bawah apa yang dilakukan suatu lembaga bisnis akan mempengaruhi bisnis yang lain. Apa yang terjadi di suatu negara akan mempengaruhi kehidupan di negara lain. Misalnya menguatnya nilai Dollar atas mata uang negara lain membuat eknomi di berbagai negara Asia menjadi sulit. Dalam kondisi ekonomi yang demikian, akan lebih menguntungkan dan akan lebih menjamin kelangsungan hidup organisasi bila berbagai pihak melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dalam suatu aliansi strategis (strategic alliances). Masyarakat Ekonomi Baru akan penuh dengan konflik (discordance) Kondisi ekonomi baru seperti yang digambarkan dalam berbagai paradigma ekonomi di atas akan banyak menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Perubahan paradigma dari yang lama ke yang baru akan menimnbulkan berbagai goncangan sosial dan psikologis yang memerlukan upaya untuk menanganinya. Dalam kondisi ekonomi yang sangat diatur oleh sistem informasi teknologi yang canggih, masyarakat yang unggullah yang akan memetik keuntungan yang besar. Masyarakat yang berpendidikan rendah, kondisi ekonomi lemah dan tidak memiliki akses kekuasaan akan ketinggalan jauh. Kondisi demikian akan menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Kesenjangan ekonomi antara golongan atas dan golongan bawah akan semakin melebar. Untuk terlibat dalam ekonomi baru diperlukan manusia yang memiliki pengetahuan yang luas (knowledge workers). Mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang
cukup akan tidak bisa memasuki pasaran kerja. Berbagai bentuk patologi sosialakan semakin tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengangguranakan semakin meningkat, yang selanjutnya akan diikuti oleh meningkatnya angka kriminalitas. Ketegangan karena kesenjangan sosial yang melebar ini dapat dilihat dari mudahnya masyarakat terlibat dalam kerusuhan sosial. Ketegangan emosi yang amat tinggi akan menyebabkan manusia dengan mudah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Potensi konflik tersebut akan semakin kuat nuansanya karena masyarakat di milenium ketiga masih membawa permasalahan yang belum terselesaikan pada milenium kedua, antara lain masalah kependudukan dan masalah lingkungan hidup. Bila diterapkan dalam kondisi Indonesia, maka hal tersebut sangat mengkhawatirkan. Penduduk Indonesia pada tahun 2000 sudah berjumlah 208 juta orang. Kondisi ekonomi yang morat marit seperti pada saat ini akan berhadapan dengan kedatangan angkatan kerja baru dalam jumlah besar. Dalam kondisi ekonomi yang normal sekalipun Indonesia akan menghadapi masalah besar dalam penyediaan kesempatan kerja. Dalam kondisi ekonomi yang sulit ini, masalah semakin parah karena angkatan kerja yang ada pun semakin banyak yang kehilangan pekerjaannya karena adanya pemutusan hubungan kerja. Dari sisi lingkungan hidup, terlihat banyak terjadi kerusakan lingkungan. Banyak kegiatan perusahaan yang merusak lingkungan. Bahan tambang sudah semakin menyusut. Proses penggundulan hutan terjadi dengan kecepatan yang tinggi akibat hutan-hutan tropis ditebang oleh para konglomerat yang kurang memikirkan kelestariannya. Banyak sekali kegiatan yang merusak lingkungan ini akhirnya menjadi sumber permasalahan bagi perusahaan. Masyarakat disekitar perusahaan merasakan kerusakan lingkungan itu diikuti pula oleh merosotnya nilai kehidupan mereka. Seringkali terjadi masyarakat memprotes perusahaan dan bahkan melakukan tindakan kekerasan atau anarkis yang ujung-ujungnya merugikan semua pihak, baik perusahaan maupun masyarakat itu sendiri.
C. Siklus Kehidupan Organisasi dan Perubahan Organisasi perusahaan adalah institusi yang sangat dinamis. Sama halnya dengan makhluk hidup organisasi perusahaan memiliki siklus kehidupan. Siklus itu mulai dari kelahiran perusahaan, kemudian tumbuh dan berkembang, selanjutnya memasuki usia maturitas (dewasa) yang kemudian memasuki tahapan kemunduran dan berakhir dengan kematian suatu perusahaan. Oakley dan Krug (1991) mengemukakan pandangannya sebagai berikut: FASE LAHIR (FASE ENTREPRENEURSHIP) adalah fase yang sangat diwarnaioleh sifat transformasional. Anggota perusahaan lebih
dimotivasi oleh dorongan idealisme bersedia bekerja dan bersedia berpikir dengan cara berbeda (out of box thinking). Pada fase ini inovasi sangat menonjol. Banyak pemikiran baru dalam produk maupun layanan kepada pelanggan. Pemilik perusahaan dan karyawan dekat dengan pelanggan. Komunikasi sesama karyawan dan komunikasi dengan pelanggan, mitra kerja berlangsung dengan baik. Komunikasi ke dalam dan ke luar sangat baik serta rasa saling percaya (trust) pada sesama karyawan cukup tinggi. Pemilik dan pengelola berani mengambil risiko. Karyawan kritis terhadap ancaman dan peluang bisnis yang ada, dan mereka sangat adaptif terhadapnya. Pada fase ini perusahaan memiliki manusia yangber motivasi tinggi. Mereka merasa perusahaan adalah milik mereka sendiri. Pada fase ini semua orang ingin berbuat maksimal untuk memajukan perusahaan sebagai milik bersama. FASE BERKEMBANG adalah fase berkembangnya perusahaan. Perusahaan menunjukkan adanya kemajuan yang pesat. Banyak hal yang harus dikelola. Manajemen merasa banyak hal yang benar sudah mereka lakukan yang menghantar pada sukses perusahaan. Fase ini lebih diwarnai oleh sifat birokratik. Pada fase ini karyawan bekerja menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Sistem manajemen: planning, organizing, actuating, dan controlling sangat ditekankan. Pada fase ini peran pengawasan sangat menonjol. Gaya manajemen lebih menekankan pada pengawasan yang mengakibatkan karyawan bersifat pasif dan menunggu perintah. Rasa percaya (trust) dan pemberdayaan (empowerment) pada karyawan terasa berkurang. Kondisi demikian ini menyebabkan inovasi menjadi sangat menurun. Karyawan umumnya hanya meniru sukses produk masa lalu dengan ditambah beberapa perbaikan. Sukses pada masa ini membuat manajemen dan karyawan merasa berpuas diri atas kemajuan perusahaan. FASE DEWASA adalah fase terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Sifat transaksional sangat menonjol. Karyawan hanya memikirkan kotak organisasinyasendiri. Terjadi persaingan antar kotak dalam struktur organisasi. Karena sifat karyawan yang sangat transaksional, maka setiap[ ada tambahan kerja dibuat struktur organisasi baru. Akhirnya organisasi perusahaan menjadi besar seperti seekor dinosaurus. Besarnya organisasi ini tidak disertai dengan upaya integrasi yang utuh. Keputusandibuat sangat lambat, dan komunikasi berjalan tidak lancar. Dalam kondisi persainganbisnisyang sangat tinggi tingkat turbulensinya, kondisi demikian akan sangat membahayakan perusahaan. FASE KEMUNDURAN ditenadai dengan menurunnya kinerja perusahaan, lebih rendah kinerjanya dibandungkan dengan fase
dewasa. Manajemen dan karyawan tidak peka melihat ancaman bisnis yang bisa menghancurkan perusahaan. Hal ini terjadi karena ketidak mampuan untuk melihat perubahan lingkungan bisnis dan ketidak mampuan untuk melakukan perubahan. Perusahaan masih berpegang pada prinsip bisnis yang lama yang sangat tidaksesuai dengan kondisi masa kini. Akhirnya malapetaka datang. Perusahaan harus melakukan tindakan yang memakan banyak korban. FASE KEMATIAN terjadi jika kondisi kemunduran dibiarkan terus tanpa ada tindakan penyelamatan yang efektif sehingga perusahaan akan mati atau diambil alih oleh perusahaan lain (akuisisi). FASE KELAHIRAN KEMBALI (RE-BIRTH). Untuk menghindari kemunduran, perusahaan harus melakukan perubahan pada saat perusahaan masih dalam kondisi sehat. Sebaiknya perubahan tersebut dilakukan pada fase berkembang dan dewasa. Fase perubahan ini disebut dengan Fase Kelahiran Kembali (re-birth). Pada fase ini perilaku manajemen dan karyawan harus kembali ke fase awal kelahiran perusahaan. Karyawan harus bersemangat kembali. Peka melihat ancaman dan peluang bisnis, banyak inovasi, ramah pada pelanggan, dan berani mengambil risiko. Sifat-sifat yang menonjol pada masa ini adalah sifat trasformasional. Dengan demikian perusahaan harus selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis. Paradigma bisnis yang lama sudah tidak cocok lagi untuk menyelesaikan permasalahan baru yang muncul. Bila perusahaan bertahan dengan cara lama maka perusahaan tersebut akan mudah mengalami kemunduran. Bisnis memiliki daur kehidupan mulai dari lahir sampai pada kematian. Untuk menghindari perusahaan dari kematian pilihan yang harus ditempuh adalah melakukan penyesuaian secara terus menerus. Untuk itu perusahaan harus terus belajar dan mencari cara baru yang sesuai dengan perubahan lingkungan dimana perusahaan berada.
D. Organisasi Baru pada Era Perubahan Perusahaan Kelas Dunia Kemampuan organisasi untuk tumbuh, berkembang dan menjadi pemain kelas dunia menuntut adanya kejelasan konsep bagaimana organisasi harus dibangun. Perusahaan kelas dunia mempunyai ciri yang menjadi roh perusahaan itu. Kanter (1996) mengatakan bahwa perusahaan kelas dunia mamiliki 3 (tiga) ciri, yakni konsep (concept), kompetensi (competence) dan koneksi (connection). Konsep
Konsep adalah sebuah gagasan yang dihasilkan dari hasil pengolahan terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan yang dijadikan dasar untuk menghasilkan sebuah inovasi. Perusahaan yang bisa menciptakan dan mengelola pengetahuan akan memiliki peluang yang besar untuk berinovasi dan mengungguli para pesaingnya. Untuk membangun kemampuan menciptakan konsep ini, perusahaan harus membangun kebiasaan dan kemampuan belajar yang terus menerus. Untuk ini perusahaan harus menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Dalam organisasi pembelajar semua anggota organisasi harus mengembangkan diri menjadi orang yang rajin belajar hal-hal baru dan saling berbagi wawasan tentang hal-hal baru tersebut. Kumpulan pengetahuan yang bersumber dari pengetahuan anggota perusahaan ini akan menjadi modal intelektual perusahaan. Dengan besarnya modal intelektual ini (dalam wajud makin banyaknya pengetahuan baru) akan besar kemungkinan perusahaan menghasilkan berbagai inovasi, baik dalam produk, pelayanan maupun dalam proses dan prosedur kerja. Kompetensi Sebuah produk danjasa yang bagus baru akan memiliki nilai (create value) apabila produk dan jasa yang bagus tersebut disampaiakan kepada konsumen dengan cepat dengan pelayanan yang sangat memuaskan melebihi harapan konsumen. Agar mampu melakukan hal tersebut, maka karyawan suatu perusahaan harus memiliki kompetensi untuk menyampaikan produk dan jasa dengan tingkat kepuasan yang tinggi. Untuk ini perusahaan perlu melatih anggota perusahaan agar memiliki kompetensi (skill, sikap mental, motivasi, dll.), baik dalam kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), dan keramahan (friendliness). Selain itu perusahaan harus memperbaiki proses penyampaian produk (product delivery) mulai dari awal produk selesai dibuat sampai diterima pembeli. Koneksi Agar produk dan jasa dapat menghasilkan nilai (create value) anggota perusahaan harus menciptakan jaringan kerja (koneksi) baik dengan konsumen, sumber dana,pemasok, maupun pihak lain yang berkepentingan. Jaringan kerja inilah yang akanmenentukan apakah sebuah produk dan jasa inovatif dapat diciptakan serta apakah nantinya laku dijual. Koneksi baik lokal, nasional, regional, maupun global adalahsesuatu yang harusdibangun oleh organisasi perusahaan. Aliansi yang bersifat strategik dengan mitra bisnis dan konsumen menjadi sebuah keharusan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing Kredibilitas
Kredibilitas terkait dengan kejujurandalam berbisnis. Tidak ada orang yang mau berbisnis dengan suatu organisasi perusahaan jika perusahaan tersebut dijalankan tanpa etika. Good ethics is good business; ini adalah kalimat yang sering kita dengar. Etika harus didasari dengan kejujuran. Hubungan bisnis yang berlangsung lama adalah hubungan ynag didasaeri oleh sebuah kejujuran. Tentu saja krediubilitas tidak semata-mata kejujuran, tetapi juga konsistensi dalam kualitas produk dan pelayanan, perlakuan yang adil (fairness) pada karyawan, mitra kerja, dan konsumen. Kepedulian Sifat peduli diwujudkan dengan pemberianperhatin pada karyawan, mitra kerja, konsumen dan masyarakat di sekitar perusahaan beroperasi maupun masyarakat luas lainnya. Perusahaanyang memiliki kepedulian tidak hanya mencari keuntungan perusahaan saja, tetapi juga berbuat untuk kemajuan karyawan, mitra kerja, konsumen, dan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dapat diwujudkan dengan memberikan kasih sayang kepada para karyawan, membantu masyarakat di sekitar perusahaan yang memerlukan bantuan. Program pengembangan masyarakat (community development) adalah bagian dari rasa kepedulian ini. Pada program seperti ini, perusahaan menyusun rencana strategik dengan memasukkan pengembangan masyarakat melalui penyediaan dana, personil, dan alat-alat yang diperlukan. Kepedulian yang paling penting adalah kepedulian pada karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut. Kalau karyawan diperlakukan dengan manusiawi dan dianggap sebagai anggota organisasi perusahaan bukan semata sebagai sumber daya seperti halnya mesin, modal, tanah, dan pabrik, maka karyawan akan memiliki komitmen kerja yang tinggi. Tentu saja kepedulian pada pelanggan, pemilik saham, pemerintah, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kepedulian pada masyarakat dan karyawan.
E. Ciri Organisasi Model Lama Organisasi model lama bercirikan sebagai berikut: 1. Sangat banyak jenjang dan berbentuk piramida tinggi. Akibatnya keputusan yang diambil menjadi sangat lambat. Efeknya banyak peluang bisnis yang diambil oleh orang lain, dan perusahaan kalah bersaing. Pada kondisi demikian, perusahaan akan sangat sulit beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis (sosial, ekonomi, politik, teknologi, dll.) yang sangat cepat. Selain itu organisasi yang banyak jenjang ini akan membentuk perilaku yang menekankan pada pola hubungan atasan – bawahan.
Akibatnya keintiman dalam interaksi sosial dalam organisasi menjadi terganggu. Timbul kebiasaan atasan merasa lebih pintar dan lebih kuasa dari pada bawahan. Banyak gagasan yang baik dan brilian dari bawahan seringkali tidak dimunculkan oleh bawahan karena sifat atasan yang seringkali menekankan pada hirarki. Kalaupun ada bawahan yang menyampaikan gagasan yang baik, seringkali atasan tidak mau mendengar karena ia meras lebih tahu. Pada organisasi dengan model kepempinan seperti ini akan sangat menfghambat dan menyulitkan berkembangnya inivasi. Padahal dalam era persaingan yang super ketat ini hanya inovasilah yang membuat perusahaan unggul atas perusahaan lain. 2. Organisasi dengan batas antar unitnya sangat tebal. Akibatnya masing-masing kotak dalam untinya menimbulkan semangat egoisme pada unit masing-masing. Organisasi seperti ini sangat lemah karena tidak bersinergi satu denga lainnya. Dalam era persaingan bisnis yang usper ketat sangat sulit untuk mampu bersaing bila organisasi hanya peduli dengan kotak (unit) dan tidak mau bekerja sama dengan unit lainnya. Selain itu prose pembelajaran antar unit akan sangat terganggu. Pada era organisasi yang menekankan pada pengelolaan pengetahuan dan pembelajaran,organisasi yang demikian sangat merugikan bagi berkembangnya pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Selain itu organisasi yang terkotak-kotak ini akan membat budaya organisasi tidak utuh yang ditandai dengan munculnya sub budaya (sub culture). Bila sub budaya ini saling bertentangan maka akan mengganggu kekompakan kerja. 3. Berorientasi pada peraturan dan pengawasan, sehingga organisasi menjadi sangat kaku dalam kegiatannya. Pada organisasi yang demikian ini akan muncul budaya takut. Budaya takut ini akan menjadikan orang takut untuk melakukan eksperimentasi. Karyawan menjadi pasif. Kondisi yang demikian ini akan membuat inovasi sulit muncul. Pada kondisi ini karyawan akan menjadi robot yang hanya menunggu petunjuk pengarahan dari atasan.
F.
Hubungan antar modal perusahaan kelas dunia
manusia
dan
ciri
Upaya untuk menumbuhkan secara optimal keempat modal (intelektual, sosial, lembut, etikal) di atas menghadapi kendala organisasi dan kendala birokrasi. Dari segi kendala organisasi, banyak organisasi perusahaan yang didalam pengelolaanorganisasinya masih
menggunakan paradigma lama, yaitu terkotak-kotak antar unitkerja, gaya kepemimpinan ynag menekankan pada hirarki, peraturan mendasarkan pada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan.Organisasi dengan paradiugma lama ini sangat mengganggu kecepatan organisasi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Banyak sumberdaya yang seharusnya dipakai bersama-sama menjadi tidsk termanfaatkan secara optimal, efektif, dan efisien. Sifat egoistik kotak organisasi, melihat dirinya sebagai unti yang terpisah dengan unit yang lainnya menjadi sumber pemborosan sumberdaya yang ada. Tidak adanya keinginan untuk meleburkan batas antar kotak organisasi akan memperlambat proses pengambilan keputusan. Kelambatan dalam pengambilan keputusan ini selanjutnya melemahkan semangat untuk menumbuhkan berbagai kapiotal tersebut di atas. Kendala organisasi yang lain adalah masalah budaya pelayanan. Manajer dan pimpinan perusahaan masih belum melihat karyawan sebagai pelanggan (customer). Bila karyawan dilayani seperti palanggan, maka karyawan akan bangkit semangat untuk bekerja lebih keras dengan penuh kegembiraan. Kendala lain yang jauh lebih berat untuk mengatasinya adalah besarnya kekuasaan birokrasi atas pengelolaan organisasi. Adanya perturan yang sangat kaku dan jarang diperbaharui membuat organisasi menjadi kurang adaptif terhadap perubahan yang ada dalam masyarakat. Berbagai aturan yang diterapkan di dalam organisasi terasa memberatkan bagi karyawan yang mematuhinya. Kuatnya peranan birokrasi pada oprganisasi perusahaan seringkali mebuat orang-orang yang bekerja dalam organisasi tidak ubahnya menjadi pelaksana saja.
G. Manusia yang Diperlukan dalam Era Perubahan Milenium ketiga adalah masa yang meberikan banyakpeluang dan sekaligus banyak tantangan yang menyulitkan. Kesuksean merebut peluang dan menghindari kendali terpulang pada kemampuan manusia untuk mengelola peluang dan tantangan tersebut. Untuk menghadapi hal tersebut tiada lain kecuali manusia harus menghadapinyasecara bersama-sama dengan memiliki visi, misi, dan value yang sama. Maynard dan Mehrtens (1993) beranggapan bahwa milenium ketiga adalah kelanjutan tahapperubahan dunia yang digambarkan oleh Alfin Toffler dalam ThePower Shift (1990). Toffler beranggapan bahwa perubahan dunia terjadi dalam tahapan yang berbeda mulai dari gelombang pertama (First Wave), gelombang kedua (Second Wave), dan gelombang ketiga (Third Wave). Meynard dan Mehrtens (1993) menamakan milenium ketiga sebagai gelombang keempat (Fourth Wave) dari perkembangan dunia.
Gelombang Pertama (First Wave) adalah era pertanian, yang berfokus pada kehidupan yang bergelut dengan alam. Hubungan manusia dengan alam lebih tertuju pada perlakuan individual terhadap alam, dan manusia lebih dikuasai oleh alam dari pada dia menguasai alam. Pada masa ini manusia bisa hidup sendiri-sendiri untuk mencari kehidupan. Peranan otot (brawn) akan lebih besar dibandingkan dengan peranan otak (brain) dalam kelangsungan hidup manusia. Pekerjaan manusia pada era pertanian lebih didominasi oleh kerja otot mengolah alam dari pada kerja otak. Pada era pertanian kerjasama antar manusia tidak terlalu urgen untukkeberlangsungan hidup. Pada masa ini, nuansa kompetisi antar manusia sangat lemah atau hampir tidak ada. Gelombang Kedua (Second Wave) adalah era industrialisasi. Manusia semakin menggunakan akalnya untuk manciptakan masin guna mempermudah kehidupannya. Pada masa ini diciptakan mesin uap, pembangkit tenbaga listrik, alat-alat transportasi yang menggunakan mesin. Irama hidup manusia semakin cepat karena adanya alat transportasi dan alat komunikasi yang semakin canggih. Pada masa ini, nuansa kompetisi antar manusia semakin mengental. Manusia berkompetisi untuk manguasai sumberdaya alam. Persaingan menuntut mereka untuk unggul dan mandiri. Dalam masa ini kecenderungan kuat untuk melihat pihak lain sebagai kompetitor. Masa ini ditandai dengan suatu pola permainan zero-sum game. Saya menang kamu kalah, atau sebaliknya kamu menang sayakalah. Pada masa ini, nuansa keserakahan manusia untuk menguasai sumberdaya sangat menonjol. Gelombang Ketiga (Third Wave) adalah era informasi. Ini adalah bagian penting dari awal milenium ketiga. Pada era ini, manusia memanfaatkan informasi sebagai kekuatan dalam kehidupan. Teknologi komputer menjadi penguasa. Hampir semua pekerjaan sudah bisa diatur oleh komputer, dan banyak pekerjaan dilakukan oleh robot yang diprogram oleh komputer. Pada era ini, manusia saling terkait satu dengan lainnya dan mereka harus bekerja sama. Era ini ditandai dengan keterkaitan manusia melalui internet. Manusia menghadapi peluang untuk belajar yang sangat besar karena mereka bisa memanfaatkan internet sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan mereka. Kemampuan belajar untuk memperluas pengetahuan akan menjadi faktor survival. Pada masa ini masyarakat harus membangun learning society. Pada era ini manusia saling terkait dan harus saling bekerjasama untuk berbagi wawasan guna memperoleh keuntungan bersama. Gelombang Keempat (Fourth Wave) adalah era yang ditandai oleh semakin intensifnya pemanfaatan teknologi komputer,
dan semakin canggihnya peranfgkat teknologi informasi. Nuansa perubahan pada gelombang ketiga yang menekankan pada kerjasama ternyata tidak cukup kuat untuk menangkal dampak negatif dari gelombang ketiga. Pada era gelombang keempat ini, manusia harus membangun tata nilai baru. Manusia di berbagai negara akan survive apabila mereka dapat melihat dirinya dalam suatu kesatuan. Manusia harus menjadi pelayan dunia (serve as global steward), harus memiliki visi, misi, dan values yang sama untuk menjaga kelangsungan hidup alam semesta, termasuk kehidupan bersama umat manusia. Hidup pada era gelombang keempat tidak lagi hanya terfokus pada kelangsungan hidup manusia, tetapi juga kelangsungan hidup alam yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan manusia. Fokus perhatian dalam kegiatan pembangunan harus berorientasi pada kelangsungan hidup pada masa depan. Strategi kelangsungan pada gelombang keempat ini sangat sesuai dengan ajaran agama yang memerintahkan manusia untuk menjaga alam semesta. Manusia harus melihat dirinya sebagai umat yang harus memelihara alam semesta, dan secara bersama-sama berbuat untuk kepentingan bersama. Maynard dan Mehrtens (1993) menggambarkan kondisi tersebut dalam suatu paradigma kehidupan baru berorientasi pada we are one and choose to co-create. Pada gekombang keempat ini kita harus semakin menyadari pentingnya penghargaan terhadap keanekaragaman (diversity). Mengambil contoh kehidupan biologis, suatu tanaman yang hanya terdiri atas astu jenis tanaman saja akan mudah sekali diserang oleh penyakit. Keunggulan suutu spesies tanaman sangat tergantung pada dukungan dari berbagai jenis tanaman lainnya (bio-diversity). Indonesia pernah mengalami kegagalan panen padi karena diserang oleh hama wereng. Dengan secara bergantian menanam padi dan palawija, serangan hama wereng bisa diatasi. Keadaan yang sama juga berlaku pada manusia. Kelangsungan hidup bermasyarakat dan berbisnis sangat tergantung pada pengakuan dan penghargaan pada keanekaragaman tersebut (Moore, 1996). Moore mengatakan suatu organisasi bisnis akan berusia panjang bila dia memperhatikan ekosistem bisnis yang beraneka regam, dan membangun sinergi dengan berbagaiu organisasi yang merupakan komponen ekosistem tersebut. Tidak ada komponen kehidupan dalam masyarakat yang tidak memberi peluang untuk kemajuan bersama. Pendiri negara Indonesia sangat menyadari betapa penbtingnya menghargai dan memanfaatkan perbedaan tersebut seperti yang termuat dalam lambang negara Bhinneka Tunggal Ika. Pengalaman menunjukkan bahwa bila kekuatan politik hanya muncul dari kekuatan single majority yang tidak memperhatikan aspirasi kelompok yang beraneka ragam dengan memaksakan ideologi yang dianggapnya paling benar, maka hancurlah negara tersebut.
Kekacauan antar etnik yang mengganggu kemanan masyarakat terjadi karena kurangnya penghargaan antaretnik yang menjadi komponen bangsa. Peristiwa kerusahan etnis yang terjadi di Loa Angeles yang sangat merugikan banyakpihak disebabkan karena keberpihakan pemerintah pada satu kelompok etnik tertentu (lihat Jarman & Land, 1995). Semua ini mengngatkan kepada kita betapa benarnya ajaran agama, bahwa perbedaan yang diikat dengan rasa saling menghargai dan tidak saling menguasai akan mendatangkan kekuatan. Konsep keanekaragaman sangat sesuai dengan perintah agama. Semua agama besar mengajarkan kepada kita untuk menghargai perbedaan, karena perbedaan itu adalah hikmah bagi mereka yang mengerti.
H. Manusia yang Sukses Menjalankan Perusahaan Keunggulan sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh manusia yang menjalankannya. Berapapun besarnya modal, betapapun canggihnya teknologi yang dipakai, betapapun bagusnya rencana strategik sebuah perusahaan tidaklah berarti apa-apa apabila tidak dikelola oleh manusia yang berkualitas yang menjalankan perusahaan tersebut. Tidak heran bila banyak perusahaan menempatkan pengembangan manusia dalam prioritas yang paling penting di dalam strategi perusahaan. Tabel di bawah ini merupakan data hasil survai yang dilakukan pada 100 perusahaan besar di Amerika Serikat dan di Inggris. Menurut pimpinan puncak ke seratus perusahaan tersebut, strategi paling utama adalah manajemen manusia.
Hasil Survai Strategi Usulan Strategi Strategi masa depan Teknologi Rekayasa ulang bisnis Manajemen manusia Kinerja keuangan Pemegang saham Pelanggan Produk baru Kebijakan lingkungan Manajemen informasi
Ranking 6 8 5 1 2 3 4 7 10 9
Sumber: De Kare-Silver, 1997, Strategi in Crises, McMillan, New York
I. Aspek Manusia Unggul Ada empat jenis kapital yang diperlukan untuk memasuki milenium ketiga, yakni kapitalintelektual, kapital sosial, kapital lunak, dan kapital etikal (Ancok, 2000). Dengan menumbuhkan manusia dengan keempat kapital tersebut diharapkan akan terwujud manusia yang berorientasi “kita” bukan berorientasi “saya” (diri saya, keluarga saya, golongan saya, unit kerja saya, departeman saya, dll.). Manusia yang demikian itulah yang disebut oleh Stephen Covey (1989) sebagai manusia yang efektif. Kapital Intelektual Kapital intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman di dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kapital intelektual sangat besar peranannya dalam menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai perusahaan yang unggul danmeraih banyak keuntungan adalah perusahaan yang secara terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (Ross et. All, 1997). Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum, dll.) yang sangat tinggi kecepatan perubahannya. Mereka yang tidak beradaptasi dengan perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Pada saat ini manusia, organisasi, atau negara tidak lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang penuh ketidakpastian; jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai dengan perubahan yang super cepat, manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya dan mengembangkan kreativitasnya untuk berionovasi. Organisasi perusahaan dalam mengembangkan kapital intelektual harus mampu membangun suatu masyarakat pengetahuan (knowledge community). Hal ini baru terjadi bila seluruh jajaran manajemen organisasi berusaha serius untuk menanamkan kesadaran guna menambah pengetahuan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk seluruh anggota organisasi perusahaan. Manajemen dan karyawan tidak boleh puas dengan pengetahuan yang dimilikinya saat ini. Pekerjaan membangun kapital intelektual adalah pekerjaan yang tiada akhir, karena ilmu yang kita miliki akan mudah ketinggalan zaman. Kita akan menjadi penyebar kerusakan bila konsep yang kita ajarkan adalah konsep yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perubahan. Untuk mengatasi hal-hal yang demikian, suasana tempat
kerja harus ditumbuhkan melalui berbagai forum. Berbagai wawasan antara lain melalui seminar ilmiah, colloquium, diskusi pembahasan buku baru, harus menjadi kebiasaan sehari-hari di organisasi perusahaan. Dengan melakukan saling tukar informasi dan wawasan yang melibatkan semua warga perusahaan akan semakin mengembangkan kapital intelektual.
Kapital Sosial Kapitalintelektual baru akan tumbuh bila masing-masing orang berbagi wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan jaringan hubungan sosial dengan orang lain. Kemampuan membangun jaringan sosil inilah yang disebut dengan kapital sosial. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang. Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda dan menghargai serta memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut memberikan kebaikan buat semua. Ide kreatif seringkali muncul melalui diskusi. Demikian pula peluang bisnis seringkali terbuka karena adanya jaringan silaturahmi. Kapital Etikal Kapital etikal sering juga disebut sebagai ‘soft capital’ diperlukan untuk menumbuhkan kapital sosial dan kapital intelektual. Sifat bisa dipercaya dan percaya pada orang lain (trust), bisa menahan emosi, pemaaf, penyabar, ikhlas, dan selaluingin menyenangkan orang lain sangat diperlukan bagi upayauntukmembangun masyarakat yang beradab dan berkinewrja tinggi. Berdasarkan analisis terdahulu ekonomi baru dimilenium ketiga akan diwarnai oleh banyaknya konflik yang terjadi (discordance). Orang semakin tidak bisa melihat orang lain sebagai bagian dari sukses dirinya sendiri. Konflik antara kelompok kaya danmiskin, kelompok berpengetahuan tinggi dan berpengetahuan rendah, kelompok yang memiliki akses pada kakuasaan dan yang tidak memiliki akses pada kekuasaan diduga akan meningkat intensitasnya. Soft capital ini akan menjadi perekat sosial dan peredam emosi yang dapat menekan munculnya konflik dan kekerasan. Beberapa tahun terakhir ini makin banyakpembicaraan tentang pentingnya peranan intelegensi emosional (emotional intelligence) dalam menunjang kesuksesan hidup manusia (Goleman, 1996). Hal ini sangat sesuai dengan ajaran agama-agama besar. Uoaya untukmenumbuhkan kapital lembut bisa melalui pengajian agama, pelatihan ‘social skill’, pelatihan intelegensi
emosional, atau paket Seven Habit of Highly Effective People. Tampaknya sudah saatnya organisasi perusahaan membangun intelegensi emosional sebagai kekuatan untuk bersaing. Bagi umat beragama, ketiga kapital yang dibicaraklan di atas adalah bagian dari ekspresi kapital spiritual. Semakin tinggi iman dan takwa seseorang semakin tinggi pula ketiga kapital di atas. Namun demikian, banyak akademisi yang menyarankan agar kapital spiritual dipisahkan dari ketiga kapital tersebut di atas, dengan tujuan untuk semakin menekankan betapa pentingnya upaya pengembangan keberagamaan manusia. Keempat kapital manusia di atas harus dikembangkan dalam diri manusia secara seimbang. Kehadiran keempat kapital tersebut di atas secara bersama-sama akan memajukan organisasi perusahaan. Inilah yang merupakan kekuatan penggerak utama sebuah organisasi perusahaan. Keempat kapital tersebut terbukti di banyak organisasi perusahaan menjadi pendorong kemajuan perusahaan dan juga mampu meningkatkan kinerja dan harga saham di bursa efek.