Om Swastyastu Kelompok 4 Tingkat 2.5

  • Uploaded by: Meya Widianti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Om Swastyastu Kelompok 4 Tingkat 2.5 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,363
  • Pages: 16
OM SWASTYASTU KELOMPOK 4 TINGKAT 2.5

NAMA KELOMPOK :

NI NYOMAN AYU SUDIASIH MEGA RUSTIKA I MADE DARMA RIYANA SANG AYU RISKA DWI CAHYADI NI WAYAN WILA MEGANTARI NI WAYAN ARNING PUSPITAWATI

KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

SUB BAB 1

DEFINISI KOMUNIKASI TERAPIUTIK

KOMUNIKASI PADA KLIEN YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

2

3

6 5 4

7

DEFINISI KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI TERAPETIK Menurut Depkes RI tahun 2001 Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan penerimaMenurut Dale Yoder dkk Komunikasi Terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Dalam melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan masing-masing serta dibutuhkan teknik khusus untuk membangun kepercayaan antara pasien dengan perawat.

KOMUNIKASI PADA KLIEN YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

KLIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

Teknik Komunikasi

Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan: • Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya. • Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda • Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien. • Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – katasebelum melakukan sentuhan pada klien.

Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. . Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.

• Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi • Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya. • Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.

Syarat-Syarat Komunikasi Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengangangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadikomunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah : o Adanya kesiapan o Kesungguhan o Ketulusan o Kepercayaan Diri o Ketenangan o Keramahan o Kesederhanaan

Hal-hal yang harus diperhatikan Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut : • Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara • Periksa lingkungan fisik • Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi • Komunikasikan pesan secara singkat • Komunikasikan hal-hal yang berharga saja. • Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh dukungan.

KLIEN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN Teknik Komunikasi

Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yangpaling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.

Teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran, antara lain :  Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien  Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda  Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)  Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar  Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan  Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).T

KLIEN DENGAN GANGGUAN WICARA

Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukankesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar.Klienyang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau gambar

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Hal - hal berikut perlu di perhatikan: o Perawat benar - benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibirklien. o Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata kata yang diucapkan klien. o Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik. o Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan. o Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik. o Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol. o Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.

KLIEN DENGAN KEADAAN TIDAK SADAR

Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klienmengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut. Keadaaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak, trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Seringkali timbul pertanyaan tentang perlu tidaknya perawat berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kesadaran ini. Bagaimanapun, secara etika penghargaan terhadap nilai nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan komunikasi pada klien dengan gangguan kesadaran

Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan kesadaran, hal hal berikut perlu diperhatikan: • Berhati - hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien karena adakayakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan penerimaan rangsang pada individu yang tidak sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka perawat harus berhati - hati tidak mengatakan sesuatu pada klien yang tidak sadar atau pada jarak pendengaran, hal hal yang tidak akan mereka katakan pada klien yang sepenuhnya sadar. • Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan memperhatikanmateri ucapan yang kita sampaikan di dekat klien. • Ucapkan kata - kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran. • Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien pada komunikasi yang dilakukan.

KLIEN DENGAN BERBAHASA ASING

Melakukan komunikasi dengan klien yang berbahsa asing dapat menimbulkan gangguan komuniasi di tingkat kognitif, karena ada perberdaan pengetahuan tentang penguasaan dan perbendaharaan kata serta kultur komunikasi

Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika berkomunikasi dengan klien yang mengguanakan bahasa asing, antara lain :  Usahakan mengguanaka penerjemah ( jika memungkinkan ).  Usahakan menggunakan kamus untuk menerjemahkan kata – kata.  Usahakan berbicara dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan dengan nada suara normal.  Usahakan menggunakan gerakan pantomim untuk membantu melakukan komunikasi

KLIEN ATAU GANGGUAN KEMATANGAN KOGNITIF

Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan kematangan kognitif, antara lain akibat penyakit : retardasi mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal, pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan sebagainya.Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan, sebaikanya Anda memperhatikan prinsip komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience (capability of audience) sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih efektif.

Komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan kognitif : • Berbicara dalam tema yang jelas dan terbatas. • Hindari menggunakan istilah yang membingungkan klien, usahakan menggunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti, contoh, atau gambar dan symbol • Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar dan pelan. • Apabila perlu, lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan untuk memastikan kembali maksud pesan sudah diterima. • Berhati - hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda pada klien.

KLIEN HALUSINASI

Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima, dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara teraupetik. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.

Berikut tehnik komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan halusinasi : o Salam, Sapa klien dengan ramah, panggil nama klien, jujur / tepat janji, empati dan menghargai. o Diskusikan hasil observasi klien, tanpa menyangkal, menyokong hallusinasinya (Validasi persepsi sensoris klien) o Hadirkan realita, kontak yang singkat dan sering, topik yang singkat (Menghadirkan realitas) o Terima hallusinasi kien dengan „ Saya percaya anda mendengar suara itu, saya sendiri tidak mendengar“, Dorong untuk mengungkapkan perasaan dengan tenang, perawat hangat, empati dan kalem.(Menurunkan anxietas klien). o Hati – hati, Space ( melindungi klien dan orang lasin dari bahaya)

ANY QUESTIONS..???

SEKIAN DAN TERIMA KASIH OM SHANTI, SHANTI,SHANTI OM

Related Documents

Om Swastyastu
November 2019 27
Om Swastyastu
June 2020 17
Om Swastyastu
April 2020 19
Om Swastyastu
June 2020 16
Om Swastyastu
April 2020 15

More Documents from "putri"