Perbandingan Keuntungan dan Manfaat Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional 1
Disusun oleh Ilham Fitrah Ariawan2 NPM 0706204691 Pendahuluan Lemahnya pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu pembangunan ekonomi dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Gerak laju dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, komunikasi,dan juga ketersediaan energi, karena itu keberadaan infrastruktur yang memadai memegang peranan yang vital bagi perekonomian nasional. Pembangunan infrastruktur ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit (pada tahun ini diharapkan membantu keuangan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengatasi defisit anggaran belanja Rp 139,5 triliun) dan merangsang pembelanjaan untuk sektor padat karya dan masih banyak dana yang belum jelas darimana sumber pembiayaannya (funding gap)3. Terkait dengan resiko bisnis dalam industri infrastruktur, lamanya jangka waktu pelaksanaan proyek, kesulitan mengenai pembebasan lahan, dan investasi yang besar, menjadi faktor utama tingginya risiko bisnis infrastruktur. Akibatnya perbankan baik BUMN ataupun swasta dan investor lainnya sebagai mitra pembiayaan menjadi terkesan sangat hati-hati untuk memberikan pinjaman kepada 1
Makalah Akhir TPKI dibawah bimbingan Ibu Dien Rovita.
2
Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi UI - Jurusan Manajemen Syariah, Angkatan 2007 3
Bobby Chandra, http://www.tempointeraktif.com/hg/saham/2009/04/15/brk,20090415-170456,id.html (25 April 2009, pkl. 21.33)
pelaku-pelaku bisnis, meskipun sudah ada jaminan dari pemerintah4. Kondisi ini menempatkan BUMN infrastruktur bermodal kecil senantiasa berada dalam kondisi permodalan yang rendah. Karena itu peran pemerintah untuk segera melakukan terobosan-terobosan
untuk
menutupi
besarnya
funding
gap
tersebut
dan
menggandakan kemampuan dalam penyediaan dana pembiayaan pembangunan infrastruktur, yang hampir tidak mungkin dapat dipenuhi oleh APBN maupun pendanaan internal BUMN sangatlah perlu5. Alternatif baru yang ditawarkan adalah skema pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui penerbitan obligasi. Namun yang lebih mengarah ke nonkonvensional yakni obligasi syariah (sukuk). Oligasi syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No: 32/DSN-MUI/IX/2002, adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan
kepada
pemegang
obligasi
syariah
berupa
bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Pesatnya perkembangan sukuk saat ini karena tingginya likuiditas di Timur Tengah yang disebabkan naiknya harga minyak bumi dan meningkatnya kesadaran akan investasi yang tidak sekedar mendapatkan return tetapi tetapi juga nilai sosial. Arus kas yang terus meningkat menyebabkan berbagai investor Timur Tengah mengalokasikan dananya diluar kawasan Timur Tengah. Hal ini menjadikan obligasi syariah (sukuk) memiliki potensi besar dan dapat menjadi alternatif pendanaan untuk pembangunan infrastruktur yang menarik. Dengan potensi yang besar, emisi obligasi syariah diharapkan dapat mengakhiri ketergantungan pembiayaan dengan basis hutang yang menghasilkan beban bunga. Semakin
berkembangnya
kegiatan
penanaman
modal
menyebabkan
banyaknya instrumen yang bermunculan. Prospek pasar modal syariah yang semakin baik juga terlihat dari peningkatan tren dari perusahaan untuk melakukan IPO (Initial Sigit Pramono, http://konsultasimuamalat.wordpress.com/2008/03/11/obligasi-syariahsukuk-untuk-pembiayaan-infrastruktur-tantangan-dan-inisiatif-strategis/ (27 April 2009, pkl. 22.12) 5 Ibid. 4
Public Offering). Namun perkembangannya dirasa masih kurang dibanding negaranegara islam lainnya.. Kurangnya sosialisasi menyebabkan kurangnya informasi serta kurangnya kepedulian masyarakat mengenai produk-produk tersebut, mengakibatkan penyeragaman cara pikir sebagian orang terhadap produk tersebut dan seringkali membuat masyarakat menjadi sulit menentukan produk mana yang layak untuk di investasikan. Maka, dalam makalah ini penulis hendak menjelaskan: 1. Perbedaan manfaat antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional biasa 2. Keuntungan berinvestasi dalam obligasi syariah
I.
Perkembangan Obligasi Syariah Sejak dua dekade lalu pasar modal syariah telah menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat. Bahkan berbagai tolak ukur indeks pasar modal syariah yang paling populer yaitu Dow Jones dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) telah meluncurkan indeks khusus bagi pasar modal syariah. Sebuah fenomena kebangkitan Islam di bidang ekonomi saat ini diharapkan dapat menjadi pionir bagi kebangkitan Islam di bidang lainnya. Negara Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Asia tenggara dan Asia Barat saat ini mulai membuktikan pasar modal sebagai salah satu bagian dari industri keuangan merupakan bidang yang juga terjamah dan tidak terlepas dalam sistem ekonomi islam6. Salah satu instrument pasar keuangan yang saat ini semakin populer adalah obligasi syariah atau sukuk. Obligasi syariah telah dikenal pada saat abad pertengahan, dimana umat islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk yang memiliki arti yang sama dengan sertifikat atau note. Ia dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Sejumlah penulis barat yang peduli 6
Ida, ”Perkembangan Obligasi Syariah”, skripsi Univ. YAI, Jakarta, 2007
dengan sejarah Islam dan Arab mengemukakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata ”cheque” dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi dunia perbankan kontemporer7. Islamic
Jurispudence
Council
kemudian
mengeluarkan
fatwa
yang
mendukung berkembangnya sukuk. Hal tersebut membuat negara-negara islam mulai menerbitkan
sukuk. Malaysia adalah
negara dengan
pangsa pasar sukuk
terbesar. Malaysia mempunyai 12 bank syariah termasuk 3 bank syariah asing, 7 bank konvensional yang membuka unit syariah, serta 9 operator takaful. Saat ini Malaysia sedang memperkuat posisinya sebagai international Islamic financial sehingga Malaysia diharapkan dapat
menjadi centre of origin dari penerbitan serta
perdagangan pasar modal dan instrumen sekuritas syariah, reksadana dan manajemen keuangan syariah, jasa keuangan syariah, serta bisnis asuransi dan reasuransi syariah (takaful dan retakaful). Untuk menunjang program tersebut pemerintah Malaysia membentuk the Malaysian International Islamic Financial Centre (MIFC) untuk mengembangkan infrastuktur keuangan syariah, untuk menerapkan ukuran dan inisiasi untuk memperkuat posisi saat ini sebagai hub keuangan syariah internasional. Malaysia saat ini juga sedang gencar mempromosikan Labuan International Offshore Centre sebagai pusat pasar modal global berbasis syariah8. Perjalanan ekonomi syariah utamanya dimulai tahun 1983 yaitu dengan mulai mengadaptasikan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Tahun 1994 Malaysia mendirikan pasar uang syariah. Pada tahun 2001 menjadi pionir dalam mengeluarkan obligasi syariah global (sukuk) pertama kali dengan nilai US$150 juta, dilanjutkan dengan mengeluarkan sovereign sukuk pada tahun 2002 dengan nilai investasi US$600. 36% perusahaan investasi syariah di dunia tercatat di pasar modal Malaysia yaitu 86 unit. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang besar untuk masuknya dana dari Timur Tengah tersebut. 7
Heru Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonosia-FH UII, Yogyakarta,
8
Sigit Pramono, loc.cit.
2007
Dengan penduduk yang lebih dari 200 juta orang dan proyek investasi jangka panjang, Indonesia memiliki potensi berkembangnya ekonomi Islam. Malaysia berharap dapat menjadi pintu gerbang bagi dana Timur Tengah ke Indonesia. Tampaknya harapan Malaysia sudah mulai terwujud. Hal ini dapat dilihat dari masuknya investor Malaysia ke dunia perbankan baru-baru ini. Bank Niaga dan bank Pertama, Bank Bank Internasional Indonesia sebagian kepemilikan sahamnya kini dimiliki Khasanah dan MayBank. Dan tidak menutup kemungkinan bank-bank swasta lainnya juga akan melakukan hal sama, mengingat pada saat ini perbankan Indonesia sedang berusaha memenuhi ketentuan kecukupan modal sesuai dengan yang tercantum dalam Arsitektur Perbankan Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi cukup bagus bagi perkembangan ekonomi syariah. Indonesia dapat berupaya turut berpartisipasi dalam meningkatnya ekonomi syariah di berbagai belahan dunia. Sebetulnya usaha untuk mengembangkan
ekonomi
syariah
telah
lama
dilakukan
yaitu
dengan
diluncurkannya instrument syariah oleh PT Danareksa Investment Management pada Juli 1997 berupa danareksa syariah, lalu Obligasi Syariah Mudharabah Indosat sebesar Rp 200 miliar pada tahun 2002. Hingga saat ini, penerbitan sukuk korporasi di Indonesia terus berkembang pesat. Selama periode Januari sampai dengan Juli 2008, penerbitan sukuk korporasi telah mencapai 12,5% dari total penerbitan obligasi korporasi atau sebesar Rp 1,62 triliun. Jumlah ini telah melebihi total penerbitan sukuk selama tahun 2007 yang sebesar Rp 1,03 triliun. Sedangkan dari segi posisi (outstanding), sukuk korporasi baru mencapai 5.2% dari total posisi obligasi korporasi per Juli 2008. Puncaknya ketika pasar modal syariah Indonesia diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003.9 Namun perkembangannya dirasakan masih terlalu lambat dibandingkan dengan negara Islam lainnya. Penerbitan sukuk di Indonesia saat ini lebih didasari pada perkembangan institusi syariah seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah 9
Ida, ”Perkembangan Obligasi Syariah”, skripsi Univ. YAI, Jakarta, 2007
yang membutuhkan alternatif investasi obligasi syariah. Hingga akhirnya pada 25 februari 2009 kemarin sukuk negara Indonesia mulai diperdagangkan Sampai dengan Mei 2008, skema sukuk ijarah mendominasi penerbitan sukuk korporasi di Indonesia yaitu mencapai lebih dari 61% atas total penerbitan sukuk sejak tahun 2002. Dari 27 emisi sukuk korporasi sejak tahun 2002, 2 sukuk korporasi mudharabah telah jatuh tempo dan 2 sukuk korporasi mudharabah telah dilunasi lebih awal.
Exhibit 7. Listed Sukuk in Indonesia N o 1 2
Sukuk Obligasi Syariah Indosat Mudharabah Obligasi Berlian Laju Tanker Syariah Mudharabah Th 2003
Sector Telecommunication Shipping & Marine Transport Services
Aqad Sukuk Mudharabah Sukuk Mudharabah
Issue Date
Maturity Date
Amunt Issuance
6-Nov-02 28-May03
6-Nov-07 28-May-08
200,000,000,00 0 60,000,000,000
3
Obligasi Bank Bukopin Syariah Mudharabah Tahun 2003
Banking
Sukuk Mudharabah
10-Jul-03
10-Jul-08
45,000,000,000
4
Obligasi Muamalat Syariah Subordinasi Tahun 2003 Obligasi Ciliandra Perkasa Syariah Mudharabah Th. 2003
Banking
Sukuk Mudharabah Sukuk Mudharabah
15-Jul-03
15-Jul-10
200,000,000,00 0
26-Sep03
26-Sep-08
60,000,000,000
Banking
Sukuk Mudharabah
31-Oct03
31-Oct-08
200,000,000,00 0
Wood Based &
Sukuk Mudharabah
26-Mar04
26-Mar-09
75,000,000,000
Retail
Sukuk Ijarah
11-May04
11-May-09
150,000,000,00 0
Hotel and Tourism
Sukuk Ijarah
28-Jun04
28-Jun-09
52,000,000,000
Telecommunication
Sukuk Ijarah
9-Jul-04
9-Jul-09
100,000,000,00 0
Car Rental
Sukuk Ijarah
11-Nov04
Industrial
Sukuk Ijarah
Shipping & Marine
Sukuk Ijarah
5 6
7
Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 Obligasi PTPN VII Syariah Mudharabah Tahun 2004
8
Obligasi Matahari Putra Prima Syariah Ijarah
9
Sona Topas Tourism Industry Syariah Ijarah Tahun 2004 Obligasi Syariah Ijarah Citra Sari Makmur I Tahun 2994
10
11
Obligasi Syariah Ijarah Indorent I Tahun 2004
12
Obligasi Berlina I Syariah Ijarah Tahun 2004
13
Obligasi HITS I Syariah
Wood Based & Agro Industries
Agro Industries
11-Nov-08
100,000,000,00 0
15-Dec04
15-Dec-09
85,000,000,000
17-Dec-
17-Dec-09
122,000,000,00
Ijarah Tahun 2004 14
15 16
17 18 19
04
Apexindo Pratama Duta I Syariah Ijarah Tahun 2005 Indosat Syariah Ijarah Tahun 2005 Ricky Putra Globalindo I Syariah Ijarah Tahun 2005 Syariah Ijarah PLN I Tahun 2006 Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007 Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun 2007
20
Sukuk Mudharabah I Adhi Tahun 2007
21
Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007 Sukuk Ijarah Indosat III Tahun 2008 Sukuk Mudharabah I Mayora Indah Tahun 2008
22 23
24
25 26
Sukuk Ijarah I Summarecon Agung Tahun 2008 Sukuk Ijarah Metrodata Electronics I Tahun 2008 Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri I Tahun 2008
Mining Oil &
Sukuk Ijarah
8-Apr-05
8-Apr-10
240,000,000,00 0
Telecommunication
Sukuk Ijarah
21-Jun-11
Industrial
Sukuk Ijarah
21-Jun05 12-Jul-05
285,000,000,00 0 60,400,000,000
Infrastructure
Sukuk Ijarah
21-Jun-16
Telecommunication
Sukuk Ijarah
Shipping & Marine
Sukuk Ijarah
21-Jun06 29-May07 5-Jul-07
Natural Gas
Property &
Sukuk Mudharabah
6-Jul-07
Infrastructure
Sukuk Ijarah
Telecommunication
Construction
Consumer Goods
Property &
29-May-14 5-Jul-12
Computer and
200,000,000,00 0 400,000,000,00 0 200,000,000,00 0
6-Jul-12
125,000,000,00 0
10-Jul-07
10-Jul-17
Sukuk Ijarah
9-Apr-08
9-Apr-13
Sukuk Mudharabah
5-Jun-08
5-Jun-13
300,000,000,00 0 570,000,000,00 0 200,000,000,00 0
Sukuk Ijarah
Construction
25-Jun08
25-Jun-13
200,000,000,00 0
Sukuk Ijarah
7-Jul-08
4-Jul-13
90,000,000,000
Sukuk Ijarah
9-Jul-08
8-Jul-13
160,000,000,00 0
Sukuk Mudharabah
11-Jul-08
10-Jul-18
400,000,000,00 0
Peripheral Mining Oil & Natural Gas
Sukuk Subordinasi Mudharabah Bank Muamalat Tahun 2008 Sumber : danareksa sekuritas
Banking
Obligasi syariah VS konvensional
A.
12-Jul-10
Transport Services
27
II.
0
Transport Services
Obligasi syariah (sukuk)
Didalam Islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan istilah sukuk. Merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 32/DSN-MUI/IX/2002, ”obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibakan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk atau obligasi syariah mempunyai ketentuan-ketentuan umum sebagai pembeda dengan konvensional seperti: 1. obligasi tersebut jauh dari riba atau obligasi yang kewajibannya dibayarkan dengan menggunakan bunga. 2. Obligasi dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsipprinsip syariah 3. Obligasi syariah terdiri dari berbagai macam, tergantung syarat dan kondisi yang berlaku pada setiap sukuk. Beberapa jenis sukuk yang sudah disahkan oleh The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)10 adalah, 1. Sukuk Ijarah Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya, menjual dan menyewakan hak manfaat atau suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemeindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi, a. Ijarah al muntahiya bittamliek (Sale and lease back) b. Ijarah headlease and sublease Sukuk seperti ini telah ada di Indonesia dan diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. 10
Dr. Muhammad Firdaus, dkk. Konsep Dasar Obligasi Syariah, Renaisan,2005 hal 15
2. Sukuk Mudharabah Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal. 3. Sukuk Musyakarah Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyakarah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modaluntuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan dan kerugian yang timbul ditanggung bersanma sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak. 4. Sukuk Istisna’ Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istisna’ dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.
Adapun
harga,
waktu
penyerahan
dan
spesifikasi
barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan. B.
Obligasi Konvensional Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang
merupakan pernyataan utang dari penerbit obligasi mempunyai jenis yang bervariasi yaitu dari sisi penerbit, sistem pembayaran dan dari sisi penjamin. Obligasi yang berasal sisi penerbit adalah: 1. Corporate bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan; 2. Government bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat; 3. Municipal bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemda.
Obligasi apabila dilihat dari sisi sistem pembayaran maka dapat dikategorikan: 1.
Zero coupon bond, yaitu obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya
membayar kupon (bunga) kepada pemegangnya. 2.
Coupon bond (fixed coupun bond & Floating coupon bond), yaitu
obligasi yang mewajibkan penerbit untuk membayar coupon (bunga) baik tetap (fixed coupon bond) maupun bungan mengambang (floating coupon bond) C.
Keuntungan Obligasi syariah dibanding Konvensional dalam hal
pembagian hasil 1. Obligasi Konvensional Pendapatan atau imbal hasil yang akan diperoleh dari obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima. Ada 2 istilah dalam penentuan yield yaitu : a. current yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut b. yield to maturity adalah tingkat pengembalian yang akan diperoleh sampai obligasi jatuh tempo masih dimiliki oleh investor. Dalam Konvensional imbal hasil bersifat tetap yaitu dengan adanya kupon dan dari agio (selisih harga beli obligasi dan jual) obligasi. 2. Obligasi Syariah
Sesuai dengan fatwanya, DSN mengkategorikan 3 jenis pemberian keuntungan kepada pemegang Obligasi Syariah. Keuntungan tersebut berupa: a. Bagi hasil kepada pemegang obligasi Mudharabah atau Musyarakah, Penerapan obligasi ini dapat dilihat dari contoh obligasi syariah Berlian Laju Tanker senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan membeli kapal tangker (66%) dan tambahan modal kerja perusahaan (34%). Obligasi ini memperoleh keuntungan dari bagi hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari pengoperasian kapal tanker MT Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani Pertamina, sehingga imbal hasilnya berubah tiap tahun sesuai pendapatan. b. Margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam dan Istishna c. Sewa dari aset bagi pemegang Obligasi Ijarah sehingga kupon (sewa) bersifat tetap, dan bisa diperhitungkan sejak awal obligasi dierbitkan. Contoh dari obligasi ini dapat dilihat dari Sukuk Negara baru-baru ini, dengan kupon tetap 12.05% per tahun Pemerintah berencana mendanai sebagian sisa target penerbitan pemerintah sebesar Rp 38,8 triliun. Selama masa SBSN, pemerintah membayar sewa aset tersebut secara periodik kepada investor. Sukuk yang telah dimiliki investor bisa diperdagangkan di pasar sekunder menggunakan harga pasar. Masa jatuh tempo untuk SBSN pertama ini adalah 7 dan 10 tahun. Pada saat jatuh tempo, pemerintah membeli kembali aset yang dijual kepada perusahaan penerbit melalui agen pembayar. D.
Keuntungan Obligasi Syariah dilihat dari valuasi harga
1. Obligasi Konvensional
Harga obligasi adalah suatu harga apabila kita ingin membeli atau menjual obligasi di pasar modal baik melalui transaksi bursa maupun OTC (Over The Counter). Ada beberapa hal yang mempengaruhi harga obligasi yaitu: 1. Nominal, yaitu harga obligasi sebagaimana pada waktu penerbitan. 2. Tingkat bunga, yaitu tingkat bunga yang umum berlaku dalam masyarakat sebagai pembanding kupon (bunga) obligasi. 3. Periode pembayaran bunga, yaitu periode waktu dimana penerbit melakukan pembayaran kupo . Biasanya 3 bulanan atau 6 bulanan. 4. Jangka waktu jatuh tempo yaitu jangka waktu sejak obligasi diterbitkan sampai dilunasi oleh penerbitnya. Contoh : Nominal obligasi =Rp 1000 ; Kupon = 10%/th Periode pembayaran setiap 6 bulan, dengan jatuh tempo 20 tahun Jika tingkat bunga yang berlaku umum adalah 11%/tahun, maka harga obligasi : P = C/(1+r) + C/(1+r)2 ……C/(1+r)n + M/(1+r)n P = 50/(1+0.055) + 50/(1+0.055)2 …..+50/(1+0.055)40 + 1000/(1+0.055)40 = 919.77 (harga di bawah nominal disebut at discount) Jika required yield 10%/tahun (sama dengan kupon), maka harga obligasi : P = C/(1+r) + C/(1+r)2 ……C/(1+r)n + M/(1+r)n P = 50/(1+0.05) + 50/(1+0.05)2 …..+50/(1+0.05)40 + 1000/(1+0.05)40 = 1000 (harga sama persis dengan nominal disebut at par) Jika required yield 6.8%/tahun, maka harga obligasi :
P = C/(1+r) + C/(1+r)2 ……C/(1+r)n + M/(1+r)n P = 50/(1+0.034) + 50/(1+0.034)2 …..+50/(1+0.034)40 + 1000/(1+0.034)40 = 1.347,04 (harga di atas nominal disebut at premium) Dari contoh di atas nampak semakin tinggi tingkat bunga umum (required yied), maka harga obligasi semakin turun.Ketentuan lain dapat dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan penerbit.
2. Obligasi Syariah Obligasi Syariah dijual pada harga nominal pelunasan jatuh temponya. Landasan syariah dari obligasi ini adalah hadist Mudharabah yang diriwayatkan oleh Suhaib Ar Rumi (H.R. Ibnu Majah). Pada prinsipnya mudharib memiliki kewajiban finansial kepada shahibul maal, untuk mengembalikan pokok penyertaan ditambah bagi hasil dari keuntungan. E.
Manfaat Obligasi syariah Keberadaan sukuk sangat dibutuhkan oleh pemerintah maupun institusi bisnis.
Bagi institusi bisnis sukuk dapat digunakan sebagai penyeimbang dari neraca keuangan, mendapat keuntungan dari agio serta kupon sedangkan bagi pemerintah11 adalah: 1. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara; 2. memperkaya instrumen pembiayaan fiskal. 3. memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN. 11
Ida, loc.cit.
Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di dalam negeri; 1. mengembangkan alternatif instrumen investasi. 2. menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Kesimpulan Kerjasama antara akademisi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang paham akan produk dan hukum Islam dan kerjasama dengan Dewan Syariah Nasional dalam memperkaya produk berbasis syariah dengan pemerintah sangat penting bagi perkembangan pasar modal syariah di Indonesia umumnya dan perkembangan sukuk pada khususnya. Dari sisi pemodal, dengan melihat berbagai manfaat, perlu mempertimbangkan keberadaan sukuk atau obilgasi syariah sebagai alternatif pendanaan yang berpeluang menarik daripada obligasi konvensional biasa. Apabila kedua belah pihak telah memahami seberapa besar peluang yang dapat diraih maka dapat dipastikan obligasi syariah di Indonesia akan berkembang lebih cepat. Daftar Pustaka Badan Pengawas Pasar Modal, “Annual Report 2008″, Jakarata: Bapepam. 2008 Dewan Syariah Nasional-MUI, “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”, Jakarta: DSN-MUI dan Bank Indonesia. 2003.
Dr. Muhammad Firdaus, dkk. Konsep Dasar Obligasi Syariah,Renaisan,2005 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, tahun 2007 DR. H. Manan, Abdul. “Obligasi Syariah”
http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/EKONOMI %20SYARIAH/OBLIGASI%20SYARIAH.pdf Bobby Chandra, http://www.tempointeraktif.com/hg/saham/2009/04/15/brk,20090 415-170456,id.html (25 April 2009, pkl. 21.33) Sigit Pramono, http://konsultasimuamalat.wordpress.com/2008/03/11/obligasisyariah-sukuk-untuk-pembiayaan-infrastruktur-tantangan-dan-inisiatifstrategis/ (27 April 2009, pkl. 22.12) Ida, ”Perkembangan Obligasi Syariah”, skripsi Univ. YAI, Jakarta, 2007