NOTULEN Dialog Investasi & Arah Industri Telekomunikasi di Era Transisi Senin 25 Agustus 2008, Pukul 09.30 – 12.30 Wib Hotel Menara Peninsula Jakarta Diskusi dibuka oleh Bp. Eddy Satriya (Asdep Telematika dan Utilitas), yang kemudian dilanjutkan dengan paparan di dari 3 pembicara yaitu : Bp. Hasnul Suhaimi (Direktur Utama PT. Exelcomindo Pratama), Bp. Wahyu Wijayadi (Direktur Corporate Services PT. Indosat, Tbk), dan Bp. Rinaldi Firmansyah (Direktur Utama PT. Telkom) A. SESI PAPARAN 1. Paparan
dari Bp. Hasnul Suhaimi (Direktur Utama PT. Exelcomindo Pratama) -Pasar telekomunikasi seluler di Indonesia walaupun telah tercatat memiliki sekitar 100 juta pelanggan, namun angka tersebut belum bisa menggambarkan tingkat penetrasi seluler sesungguhnya. Hal itu disebabkan seorang pelanggan bisa memiliki lebih dari satu SIM Card (multiple SIM Card). Tingkat penetrasi seluler riil diperkirakan hanya sekitar 60 – 70 % jumlah pelanggan yang terdata. -Kompetisi pasar seluler di Indonesia tergolong intensif, mengingat saat ini ada 10 operator yang beroperasi. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan sesama negara berkembang lain, seperti Filipina dan Malaysia, yang jumlah penyelenggara selulernya tidak mencapai 5 operator. -Gambaran kompetisi operator sekarang juga mulai beralih, dari penyebaran jangkauan menjadi pengamanan kapasitas jaringan. Akibatnya diterapkan model infrastructure sharing antar operator, seperti penggunaan menara telekomunikasi bersama. -Pasar wireless Indonesia menempati urutan ketiga di kawasan Asia, setelah China dan India. Sampai akhir 2008, diprediksi jumlah pelanggan yang terdata sekitar 135 juta, dengan tingkat penetrasi sebesar 53 %. Diperkirakan pada tahun 2018 tingkat penetrasi dapat mencapai hampir 100 %. -Kompetisi seluler di Indonesia selama 2 tahun terakhir mengarah kepada penurunan tarif, sehingga posisi Indonesia berubah dari salah satu negara dengan tarif telepon tertinggi di Asia menjadi yang termurah. Penurunan tarif ini berdampak kepada penurunan pendapatan operator, tetapi margin akan naik.
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
1
-Belanja CAPEX operator telekomunikasi di Indonesia selama 3 tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan. Belanja CAPEX diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kembali. Dari paparan tersebut diusulkan hal – hal sebagai berikut untuk didiskusikan: a. Kebijakan dan Peraturan Telekomunikasi
Tujuan Pemerintah untuk mewujudkan masyarakat berbasis informasi perlu didukung dengan kebijakan dan regulasi yang tepat.
Prinsip pengaturan: diusulkan Pemerintah hanya perlu turun tangan jika mekanisme pasar gagal atau tidak berfungsi, mengingat kondisi pasar sekarang dengan 10 operator.
Perlu merumuskan kembali Cetak Biru Kebijakan Telekomunikasi Indonesia tahun 1999: dari basis Fixed line menjadi kombinasi Fixed dan Seluler.
Perkembangan teknologi lebih cepat dari regulasi. - Regulasinya masih berdasarkan pada teknologi circuit switch, sementara jaringan yang terbangun sebagian besar beralih ke teknologi packet switch
- Mempercepat penetrasi internet menggunakan teknologi wireless broadband Niat baik pemerintah memberi insentif bagi operator yang aktif menggelar jaringan dan menyediakan layanan kepada masyarakat dan sebaliknya perlu diterapkan secepatnya.
Perlu didukung upaya pemerintah menemukan mekanisme pengalokasian frekuensi yang lebih baik, agar penggunaan frekuensi dapat lebih efisien dan lebih bermanfaat untuk masyarakat luas.
Masih terdapat perlakuan yang tidak sama (Unequal level of playing field) antara operator, misalnya dalam hal: Biaya interkoneksi, Biaya BHP Frekuensi
b. Pengaturan investasi
Inkonsistensi peraturan: Peraturan yang berubah-ubah dan Multi interpretasi dari UU dan Peraturan Pemerintah dapat menimbulkan kebingungan pada investor
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
2
Terdapat dualisme dalam memandang peran investor asing: dibutuhkan tapi tidak disukai . Perlu kejelasan agar tidak mengurangi minat calon investor baru karena Industri Telekomunikasi merupakan bagian yang yang tidak terpisahkan dari industri lainnya di Indonesia hingga perlu kebijakan terpadu. Salah satu permasalahan dalam hal ini adalah izin investasi asing dalam pembangunan menara telekomunikasi
c. Dampak otoda terhadap operator
Beberapa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memandang pembangungan jaringan dan penyediaan layanan telekomunikasi sebagai sumber pendapatan daripada sebagai infrastruktur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Beberapa Peraturan Daerah mebgakibatkan berbagai pungutan dan kelambatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang menimbulkan ‘high cost economy’. Perlu dipikirkan realokasi sebagian BHP frekuensi ke daerah untuk menutupi biaya tambahan yang muncul.
2. Paparan
dari Bp. Wahyu Services PT. Indosat)
Wijayadi
(Direktur
Corporate
-Telekomunikasi
mulai bergeser menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini disikapi para operator untuk berebut pasar dengan menawarkan berbagai program promosi. Sampai kuartal I 2008, tarif telekomunikasi telah turun antara 44 – 70 %, sedangkan trafik rata – rata per pelanggan meningkat antara 135 – 380 %. -Besarnya pasar telekomunikasi Indonesia telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan operator telekomunikasi terbanyak. Pasar telekomunikasi, khususnya seluler, masih tumbuh dengan cepat. Jumlah pelanggan selular telah meningkat 2 kali dalam 20 bulan, dan diperkirakan akan terus bertambah. -Isu – isu dalam industri telekomunikasi: Kompetisi Konsumen Regulasi Listrik Jasa dan teknologi baru Konsolidasi industri telekomunikasi /var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
3
-Masukan
untuk didiskusikan: Perang tarif: apakah akan tetap dibiarkan seperti saat ini atau perlu suatu pengaturan Penggunaan menara bersama telekomunikasi: perlu konsistensi dan sinkronisasi berbagai peraturan (pusat-daerah, atau antar departemen) serta ketegasan pengaturan sesegera mungkin Lisensi jasa baru dan alokasi frekuensi: dalam penyelenggaraan WiMax nantinya, perlu belajar dari pengalaman penyelenggaraan 2G dan 3G untuk menentukan jumlah operator dan alokasi frekuensi yang maksimal Keberlanjutan (sustainability) industri telekomunikasi: komponen biaya untuk penyelenggaraan telekomunikasi terus naik, sebaliknya tarif ke masyarakat (konsumen) terus mengalami penurunan Pulsa telekomunikasi sudah menjadi komoditas strategis masyarakat: perlu pemahaman prioritas antar sektor
3. Paparan dari Bp. Rinaldi Firmansyah (Direktur Utama PT. Telkom) -Berbicara arah industri telekomunikasi, perlu mendefinisikan dulu orientasi industri telekomunikasi apakah ke arah layanan atau industri. -Perlu dipikirkan lebih lanjut apakah perlu adanya operator asing di Indonesia -Arah Industri telekomunikasi akan mengarah pada layanan data dan video -Dalam bisnis telekomunikasi di Indonesia, kontribusi terbesar dari sisi jumlah pelaku, revenue, investasi, SDM, dan nominal kontribusi kepada pemerintah diberikan oleh sektor layanan ICT (operator) sedangkan Sektor industri (equipment, non-equipment, dan supporting) belum memberikan kontribusi yang berarti dan harus didorong oleh pemerintah untuk bisa berkontribusi. Dalam hal ini sektor layanan berperan sebagai lokomotif penarik. -Insentif harus diberikan kepada operator yang melakukan investasi infrastruktur B. SESI DISKUSI Pertanyaan / masukan : 1. Soemitro Rustam dari Mastel /var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
4
-Menyetujui
skema insentif untuk operator yang menggelar jaringan sebagai solusi non-USO untuk masalah penyediaan infrastruktur telekomunikasi di pedesaan. -Mengusulkan
pemakaian Eco-BTS dan router open source sebagai solusi layanan telekomunikasi murah. -Mendukung strategis
nasionalisasi
perusahaan
2. Darmoni
Badri dari Asosiasi Telekomunikasi (APNATEL)
telekomunikasi
Perusahaan
yang
Nasional
-Menekankan agar regulasi pertama-tama harus ditujukan untuk
mengutamakan kepentingan pemerataan layanan.
masyarakat
yaitu
dengan
-Menekankan
perlunya dukungan pemerintah kepada sektor bisnis telekomunikasi selain layanan. -Kompetisi industri telekomunikasi, tidak bisa hanya memandang pada satu jenis industri dan mengabaikan jenis industri yang lain -Industri Telekomunikasi untuk hardware dan software perlu mendapat dukungan dari Pemerintah
3. Wahyu Haryadi dari Forum Komunikasi Wireless Access
Indonesia -Mengusulkan agar arah industri telekom di Indonesia difokuskan kepada sektor terkuat yang memiliki keunggulan komparatif (i.e. industri konten kreatif), kemudian dicari economic multipliereffect yang sesuai, dan diberikan dukungan regulasi lintas sektoral. -Sektor telekomunikasi Indonesia masih berjalan sendiri – sendiri
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
5
-Regulasi sektor telekomunikasi seharusnya lebih mengutamakan
nilai manfaat selain nilai bisnis yang juga harus diperhatikan
4. Sriyanto dari BRTI -Perlunya
penertiban iklan tarif agar tidak membingungkan masyarakat, sedemikian hingga didapat tarif yang wajar dengan QoS yang baik. -Perlu
regulasi mengenai perang tarif, karena masyarakat sebenarnya membutuhkan tarif yang wajar dan kualitas yang bagus
5. Benny dari Satelit -Perlunya konsistensi pemerintah dalam mendukung industri dalam bentuk penyusunan rencana/program jangka menengah dan panjang dan regulasi yang konsisten. -Perlunya menyusun kebijakan dengan memperhatikan sisi lain selain ekonomi. -Perlu mendefinisikan telekomunikasi Indonesia
arah
pengembangan
industri
-Pemerintah harus menciptakan iklim kompetensi yang kondusif sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia -Pemerintah harus mewaspadai track record operator – operator yang masuk ke Indonesia
6. M.Reza dari Indonesia Telecommunication Research Group -Mengusulkan perlunya sinergi interkoneksi antar operator untuk memperbaiki overall coverage dan capacity, sehingga kompetisi antaroperator diarahkan pada layanan dan tarif.
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
6
-Mengusulkan perlunya kejelasan ketetapan tower sharing antara
pusat dan daerah.
7. Teguh dari Komisi Penyiaran -Perlunya
konsolidasi industri telekomunikasi memperhatikan kondisi win-win untuk semua pemain. -Perlunya go international untuk industri konten dan aplikasi
Indonesia. -Perlu mendapat perhatian khusus mengenai adanya pemalsuan
dokumen penyelenggara siaran. -Perlu memikirkan agar industri telekomunikasi dalam negeri
dapat berkonsolidasi untuk go International , agar kita tidak hanya menjadi objek industri telekomunikasi luar negeri
8. Nizar dari Exelcomindo -Pemerintah pusat perlu mengatur regulasi yang jelas untuk
tower sharing, dan menjaga konsistensi penerapannya di daerah. -Hal yang dicermati: peraturan daerah yang berbeda-beda ttg tower sharing, monopoli daerah dalam pembangunan tower, adanya penalti QoS di saat aturan pembangunan tower diketatkan. -Pengurangan
tower dihadapkan dengan kewajiban operator untuk peningkatan kualitas layanan.
9. Arnold Djiwatampu dari Mastel -Penggelaran infrastruktur di daerah memerlukan operator dan dukungan regulasi pemerintah.
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
inisiatif
7
-Sinergi operator untuk palapa ring dan jaringan tetap pita lebar masa depan sangat dibutuhkan. -Mengusulkan penggelaran jaringan fiber to the corner dan fiber to the home untuk investasi masa depan. -Industri
hardware
perlu
mendapat
perhatian
khusus
dari
operator
10. Tikno dari PT. INTI
Mempertanyakan arah investasi operator di masa depan agar industri lokal dapat menyesuaikan fokus pemngembangannya.
11. Sultan dari Departemen Perindustrian
Pemilahan wewenang di antara regulator memang belum jelas, sehingga perlu berbagai stakeholder yang terkait duduk bersama
12. Adi Indrayanto dari PPTIK-ITB
Mempertanyakan arahan investasi operator sehubungan dengan masuknya teknologi baru: apakah akan tetap bertahan dengan teknologi sekarang sampai tercapai BEP dengan capex yang sudah dikeluarkan, baru kemudian berinvestasi ke teknologi baru,atau langsung mengarahkan investasi ke teknologi yang baru.
12.Mira Tayyiba dari Bappenas -Dalam
RPJM Nasional, berkaitan dengan anggaran, Bappenas mengalokasikan Depkominfo sebagai regulator TIK, dan bukan penyelanggara kegiatan fisik.
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
8
-Bappenas
akan mereposisi pembangunan TIK sebagai pendorong pembangunan nasional, dengan fokus di pemerataan infrastruktur untuk memberdayakan masyarakat. Dalam hal ini operator dan regulator harus menjalankan peran sebagai edukator masyarakat. -Bappenas
mendukung konsep shared-infrastucture untuk TIK.
-Fungsi
pembinaan dan pengaturan telekomunikasi di Depkominfo lebih fokus kepada pembangunan regulasi -Untuk
ke depannya, kebijakan TIK akan difokuskan pada :
Reposisi peran pembangunan TIK untuk pembangunan nasional, dan Memandang industri telekomunikasi tidak hanya pada pengembangan infrastruktur tapi juga pada pemberdayaan masyarakat -Operator bersama regulator perlu melakukan edukasi kepada masyarakat, bahwa penggunaan TIK tidak hanya untuk telekomunikasi -Kebijakan investasi diarahkan untuk lebih mendorong kerjasama Pemerintah dan Swasata
13.Karim dari Depkominfo
-Sebagai regulator, Depkominfo menempatkan diri sebagai penengah antara konsumen dan operator, dengan tujuan akhir kesinambungan layanan dalam tarif yang wajar dan QoS yang sesuai. -Perlunya
penyelarasan antara UU 36 - Telekomunikasi, UU Penyiaran, UU TIK, dan UU No.5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha; terutama untuk mengatur masalah perang tarif, investasi, dan wacana konsolidasi infrastruktur (open-access network). -Mengoreksi pernyataan bahwa regulasi telekomunikasi lebih bersifat menghukum
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
9
-Investasi operator melalui open access network, tidak harus
nasionalisasi -Tarif bukan peranan regulator lagi (UU No.36/1999), dan harus memperhatikan hukum persaingan usaha -Menghimbau untuk pemuatan iklan tarif promosi di TV agar didesain agar tidak terkesan membodohi
Tanggapan
1. Rinaldi Firmansyah dari PT. Telkom
-Mengusulkan industri undersea cables, tempat peluncuran satelit, dan industri casing sebagai industri yang didukung. -FTTH belum merupakan fokus investasi infrastruktur Telkom saat
ini, FO saat ini diutamakan untuk backbone, sementara line ke user cenderung menggunakan wireless. -Sependapat
bahwa arah industri adalah di sektor dimana terdapat kebutuhan pelanggan (bukan sekedar technologydriven). Dalam konteks itu, perlu membatasi sementara teknologi baru yang akan masuk (e.g. Wimax) sampai industri lokal siap. Sementara itu, arahan industri lokal juga perlu dibicarakan antara operator, regulator, dan institusi R&D Indonesia. -Pengembangan
industri telekomunikasi diprioritaskan berdasarkan keunggulan yang dimiliki bangsa Indonesia -Keunggulan sumber daya Indonesia untuk mendukung industri ICT perlu didukung oleh kemudahan pemberian izin investasi -Penentuan
prioritas yang Indonesia memiliki kemampuan komparatif, dengan tetap menjaga lokomotif industri telekomunikasi
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
10
2. Pak Wahyu Wijayadi dari PT. Indosat -Perlunya ditetapkan indikator kemajuan untuk mengarahkan industri nasional dan mengukur kesiapan industri nasional dalam mendukung layanan berbasis teknologi baru (misalnya Wimax). -Pemerintah
perlu mengatur mekanisme konsolidasi industri, mengingat dengan kondisi saat ini kemungkinan tersebut hampir pasti terjadi. Perlu diperhatikan juga konsistensi regulasi mengenai investor asing dalam bisnis telekomunikasi Indonesia. -Pengembangan industri telko beriringan antara orientasi pada masyarakat dan kemampuan industri, dengan harapan bisa adanya peningkatan pada masa – masa mendatang -Tarif promosi iklan sebenarnya betul (tidak membohongi), hanya rinciannya umumnya dijelaskan di web-site masing – masing operator
3. Hasnul Suhaimi dari PT. Exelcommindo -Prinsip operator adalah mengikuti demand konsumen (market-
pull daripada technology-push), karena itu akan lebih make-sense bagi operator untuk berinvestasi pada teknologi lanjutan daripada teknologi baru (mengingat sampai saat ini killer application untuk konsumen Indonesia masih berupa layanan voice). -Sependapat bahwa investasi operator di masa depan akan
diarahkan kepada teknologi yang ekstensi dari teknologi yang sudah dengan mempertimbangkan karakter masih mengunakan telekomunikasi voice dan SMS.
merupakan top-up atau diinvestasikan sekarang, konsumen Indonesia yang terutama sebatas untuk
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
11
/var/www/apps/collegelist/repos/collegelist/trunk/collegelist/tmp/scratch3/5596744.doc
12