Kata Kunci : 1. Gigi depan atas hilang 2. Pasien menderita kencing manis 3. Gigi 43 karies profunda dan perforasi pulpa pernah bengkak disertai radiolusen periapical dan sisa akar gigi tidak tertanam 4. Gigi hilang 11,12,21,22,34,35,36,37,46 5. Gigi 38,47,48 sisa akar gigi 6. Kalkulus pada regio anterolingual rahang atas rahang bawah 7. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan Pertanyaan penting : 1. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis? 2. Apa diagnosis dan klasifikasi edentulous? 3. Bagaimana sistem rujukan pada kasus skenario? 4. Apa yang perlu diperhatikan penderita diabetes sebelum melakukan perawatan? 5. Bagaimana penulisan inform concern sebelum dilakukan perawatan? 6. Jelaskan rencana perawatan preprostetik sebelum pemasangan gigi tiruan sesuai kasus skenario! 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gigi tiruan dan macamnya! 8. Jelaskan jenis-jenis bahan gigi tiruan dan indikasinya! 9. Jelaskan pertimbangan sebelum dilakukan pemasangan gigi tiruan! 10. Apa saja batas-batas pencetakan gigi tiruan? 11. Desain gigi tiruan apa yang sesuai dengan kasus skenario? 12. Jelaskan prosedur pembuatan gigi tiruan sesuai skenario! 13. Apakah instruksi pasca pemasangan gigi tiruan pada pasien? 14. Jelaskan kesalahan prosedur yang dapat terjadi saat pembuatan gigi tiruan! 15. Apakah prognosis kasus skenario? 16. Apa akibat yang timbul jika pasien tidak menggunakan gigi tiruan? Jawab: 1. Pemeriksaan yang dilakukan untuk penegakkan diagnosis : a. Pemeriksaan subyektif (Anamnesis) 1. Identitas pasien, diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu menghubungi pasien pasca tindakan,dapat sebagai data ante mortem (dental forensic). Nama : - (perempuan) Umur : 62 tahun Pekerjaan : Pensiunan kepala sekolah Alamat :2. Keluhan utama (chief complaint), berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien pada skenario yaitu pasien sulit makan dan bicara yang kurang jelas. 3. Present illness (PI), yaitu mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencari tahu kapan rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul,apakah keluhan itu
bersifat intermittent (berselang) atau terus-menerus, jika intermittent seberapa sering, adakah faktor pemicunya. Pada b. Riwayat medik (Medical History/MH), perlu ditanyakan karena hal ini kan berkaitan dengan diagnosis, treatment, dan prognosis. - Penyakit yang pernah/ sedang diderita. Pada skenario, pasien ada riwayat diabetes melitus terkontrol - Obat-obatan yang dikonsumsi - Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya. Ini untuk melihat motivasi pasien dalam menjaga kesehatan c. Riwayat dental, beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu: - Riwayat kehilangan gigi Kapan giginya terakhir dicabut dan apa penyebab dicabutnya - Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi untuk melihat motivasi pasien Pemeriksaan objektif a) Pemeriksaan ektra oral 1) Wajah - Warna kulit. Untuk memilih warna gigi - Bentuk (persegi, lonjong, segitiga) - Asimetris wajah - Profil. Lurus (permukaan labial gigi anterior agak datar), cembung (permukaan labial gigi anterior sebaiknya cembung), cekung (permukaan labial gigi anterior datar) 2) Garis celah mulut - Lurus : biasa-biasa saja - Melengkung ke bawah : pemurung/pesimistik - Melengkung ke atas: periang/optimistik 3) TMJ Untuk kasus dengan edentulous bagian posterior, maka tekanan akan lebih besar pada satu atau kedua sisi rahang. Masalah yang paling umum terjadi yaitu adanya clicking.
Pemeriksaan intra oral a) Saliva 1) Kuantitas - Terlalu sedikit : tidak cukup membasahi seluruh permukaan basis GT. - Terlalu banyak : seolah-olah GT terendam dan meningkatkan keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan 2) Kualitas
-
-
Encer : dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak basis dan mukosa lebih rapat, daya pembasahan lebih baik karena lebih mudah menyebar ke seluruh basis GT Kental : kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis.
b) Lidah c) Mukosa mulut d) Gigi geligi Pada skenario tampak gigi 12, 21 sisa akar, gigi 11,23,31,32 labioversi, retraksi gingiva dan mobile derajat 3 Pemeriksaan Penunjang Untuk gigi tiruan lengkap, biasanya yang digunakan adalah panoramik Tujuannya, untuk: - Melihat ketinggian tulang alveolar - Melihat kista/peradangan lain pada tulang rahang - Melihat sisa radiks - Melihat tebal mukosa di atas prosesus alveolaris 1,2 Pada skenario, dituliskan bahwa pada pemeriksaan radiografi, tampak penurunan tulang alveolar sampai setengan akar gigi 2. Diagnosis pada kasus : Anamnesis - Usia : 62 tahun - Jenis kelamin : perempuan - Pekerjaan : pensiunan kepala sekolah Pemeriksaan subjektif - Keluhan utama : sulit makan, bicara yang tidak jelas, serta tidak percaya diri dengan penampilannya - Present illness : ingin dibuatkan gigi tiruan - Riwayat medis : diabetes terkontrol Pemeriksaan objektif - Intra oral : gigi 12 dan 21 sisa akar, gigi 11, 23, 31, 32 labiversi, retraksi gingiva, dan mobile derajat 3 Pemeriksaan penunjang - Rontgen foto : tampak penurunan tulang alveolar sampai setengah akar gigi Berdasarkan dari anamnesi, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, serta pemeriksaan penunjang maka dapat ditentukan diagnosis kasus pada skenario, yaitu : - Gigi 12 dan 21 : gangren radiks - Gigi 11, 23, 31, 32 : periodontitis kronis 3.
4. Hal yang diperhatikan dokter gigi kepada penderita diabetes sebelum melakukan perawatan protodonsia :1 1. Riwayat kesehatan umum. Pada kunjungan pertama kali, dokter gigi seharusnya melakukan pemeriksaan dan anamnesa yang tepat. Doketr gigi harus mampu menggali riawayat medis penderita diabetes mellitus. Ini digunakan untuk menelusuri riwayat fluktuasi kadar glukosa darah, kontrol glikemik, frekuensi episode hipoglikemia, perawatan yang diberikan, dosis obat, dan lamanya perawatan. Selain itu, juga menggali riwayat kesehatan dan perawatan gigi dan mulut serta komplikasi yang pernah terjadi.1 2. Check up kadar glukosa darah. Dokter gigi seharusnya mempunyai glukometer sebagai alat skrening untuk melihat kadar glukosa sebelum dilakukan perawatan, sehingga dokter gigi mengetahui kadar glukosa terkini. Apabila kadar glukosa menunjukkan lebih dari normal, penderita dapat dikonsulkan ke internist untuk mendapatkan persetujuan dapat dilakukan perawatan di prostodonsia atau tidak. Selain itu, pasien dianjurkan untuk membawa hasil pemeriksaan laboratorium terbaru.1 3. Menegemen stress. Penderita diabetes mellitus seringkali merasa cemas akan keadaan rongga mulutnya, dimana terjadi luksasi gigi yang berhubungan dengan periodontitis dan hiperglikemia, xerostomia dan sensasi mulut terbakar. Dokter gigi harus mampu mengurangi kecemasan dan nyeri yang dirasakan oleh penderita. Kecemasan dan nyeri dapat memperparah hiperglikemia oleh karena pelepasan hormon stress seperti efinefrin dan kortisol.1 4. Pemeriksaan intra oral dan radiografi. Sebelum mendapatkan perawatan prostodonsia, penderita harus dilakukan pemeriksaan intraoral dan radiografi untuk melihat keadaan rongga mulut dan penyakit rongga mulut yang kemungkinan menjadi penyulit perawatan prostodonsia. Dokter gigi harus melakukan perawatan atau rujukan ke dokter gigi ahli sebelum pembuatan dan pemasangan gigi tiruan.1 5. Kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Dokter gigi harus menginstruksikan penderita diabetes mellitus untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan mereka secara rutin. Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan mempunyai kebersihan rongga mulut yang buruk berhubungan dengan keadaan hiperglikemia, xerostomia dan gigi tiruan.1 6. Kosultasi diet. Dokter gigi harus mengkonsultasikan pasiennya ke ahli gizi untuk mengatur diet dan memberikan instruksi untuk mengubah dan menjaga pola makannya.1 7. Pemilihan gigi tiruan. Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan secara lengkap dan menyeluruh tentang kondisi rongga mulut dan sistemiknya. Hal ini digunakan untuk menentukan bahan, jenis dan design gigi tiruan yang akan digunakan.1 5.
Penulisan informed consent sebelum dilakukan perawatan2 Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat penjelasan atau informasi dan consent yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi informed consent didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya. Menurut Wiradharma, surat persetujuan tindakan medis ( informed consent) dapat diartikan sebagai sebuah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter yang merawatnya setelah diberi penjelasan termasuk masalah biaya. Persetujuan tindakan medis ini dilakukan oleh dokter sebelum dia melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis apapun yang akan dilakukan. Intinya ada tiga unsur penting pada surat persetujuan tindakan medis (informed consent) yaitu informasi, pemahaman, dan kerelaan. Guwandi
menyatakan bahwa surat persetujuan tindakan medis (informed consent) memiliki ketentuan yaitu pasien harus memiliki kemampuan untuk mengambil suatu keputusan, memberikan persetujuan dengan sukarela tanpa paksaan, memperoleh serta memahami informasi lengkap mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, memahami segala resiko yang mungkin terjadi, dan mampu melakukan evaluasi dari setiap akibat dari keputusan yang akan dibuat. Persetujuan diberikan pasien setelah mendapatkan informasi secara jelas dan lengkap dari dokter gigi yang merawatnya. Sebaiknya digunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti sehingga pasien dapat memiliki gambaran jelas untuk mengambil keputusan.2
Gambar 1. Contoh surat persetujuan tindakan medis (informed consent) di RS dr. Cipto mangunkusumo.2
Gambar 2. Contoh surat persetujuan tindakan medis (informed consent) di klinik gigi umum dan eksekutif Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.2 Sumber : 1. Suci AW. Managemen Pasien Diabetes Mellitus Di Prosthodonsia. Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 10 No. 3 2013: 128-9 2. Juliawati M. Pentingnya Surat Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) Pada Praktek Dokter Gigi (The Importance Of Informed Consent In Dental Practice). Jurnal PDGI 63 (2) 2014 Hal. 47-8, 51-2