Nisaaaaaaa.docx

  • Uploaded by: Aulia Annisa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nisaaaaaaa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 975
  • Pages: 4
Darman Djamaluddin PADANG – Tidak berlebihan kalau kita mengenal satrawan-sastrawan Indonesia banyak berasal dari Minangkabau. Penulis Minang juga banyak mempengaruhi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Marah Rusli (Roesli) dan buku karangannya, Siti Nurbaya. Hal itu ditulis Darman Djamaluddin dalam sebuah artikelnya di jurnal seni online, Kuflet, sebagai catatan singkat untuk menghantarkan pengenalan negara lain terhadap Minangkabau. Tulisan itu menyusul Padang yang bakal menjadi tuan rumah Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) yang pertamakali pada tanggal 16-18 Maret mendatang. Darman sendiri, seorang sejarawan kelahiran 1955 di Jambi. Adalah sebuah kebanggaan, tulisnya, sekaligus sebuah kehormatan. Bukan saja menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau, tetapi juga bagi kita bangsa Indonesia. Kebanggan yang akan mengingatkan kita sebagai negara serumpun. Acara itu, katanya, juga akan menggali kebudayaan bersama antar negara serumpun. Kalaupun ada perbedaan, namun tidaklah mencolok, karena sebenarnya asal-usul nenek moyang kita serumpun. Sehingga acara ini akan mempererat silaturahmi, saling mengenal dan bertukar pikiran. Selanjutnya, Lulusan Magister Humaniora (MHum) Program Pascasarjana Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI) itu menyebutkan, penulis yang berasal dari Minang banyak mempengaruhi perkembangan bahasa dan sastra melalui berbagai karya tulis dan keahlian. Sejumlah nama disebutkan, sepertiMarah Rusli (Roesli), Abdul Muis, Idrus, Hamka, dan A.A Navis berkarya melalui penulisan novel. Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif serta beberapa penulis asal Minang lainnya. Chairil Anwar dan Taufiq Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Sutan Taqdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia hingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional.

Novel-novel karya sastrawan Minang seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Layar Terkembang, dan Robohnya Surau Kami telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia. Dasman Djamaluddin melalui tulisannya juga menyebut, jurnalis Minang yang ikut pula melakukan pengembangan bahasa, antara lain Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, dan Ani Idrus. Di samping itu, Abdul Rivai yang dijuluki Perintis Pers Indonesia, Rohana Kudus yang menerbitkan Sunting Melayu, menjadi wartawati dan pemilik koran pertama di Indonesia. Tuanku Abdul Rahman, salah Seorang Tokoh Minang yang berpengaruh di Malaysia. Selain itu, papar Dasman, di bidang politik, tokoh asal Minang banyak yang menjadi motor perjuangan. Sebut saja, Tan Malaka yang terpilih menjadi wakil komunis Se-Asia Tenggara. Muhammad Yamin, pelopor Sumpah Pemuda, Agus Salim, Jahja Datoek Kajo dan Abdoel Moeis, politisi yang paling vokal di dewan voksraad bentukan Belanda. Yang lainnya adalah Mohammad Hatta, Proklamator Republik Indonesia sekaligus wakil presiden pertama. Menjadi pimpinan parlemen, Chairul Saleh dan puluhan lain jadi menteri, antaranya, Azwar Anas, Fahmi Idris, Emil Salim. Bahkan, masa Demokrasi Liberal parlemen didominasi politisi Minang. Pimpinan dan pendiri partai oleh politisi Minang, sebut saja PARI dan Murba yang didirikan oleh Tan Malaka, Partai Sosialis Indonesia oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Muhammad Hatta. Selanjutnya, Dasman juga menyebutkan, pengusaha sukses juga banyak berasal dari Minang, seperti Abdul Latief, Basrizal Koto (pemilik peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara), Hasyim Ning (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia) dan tuanku Tan Sri Abdullah (pemilik Melewar Corporation Malaysia). Orang Minang juga sukses di jagad hiburan, baik sutradara, pemeran dan penyanyi. Sutradara di antaranya Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani dan Arizal. Film-film karya sineas Minang, seperti Lewat Djam Malam, Gita Cinta dari SMA, Naga Bonar, Pintar Pintar Bodoh, dan Maju Kena Mundur Kena, menjadi film terbaik dan banyak digemari penonton. Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal, seperti Ade Irawan, Dorce Gamalama, Eva Arnaz, Nirina Zubir, Titi Sjuman, Jajang C Noer, Soekarno M. Noor, dan putranya Rano karno telah menghasilkan produksi serial terlaris seperti si Doel Anak Sekolahan. Di luar negeri, konstribusi orang Minang juga dikenal. Di Malaysia dan Singapura, antara lain Tuanku Abdul Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishaq (presiden pertama Singapura), Zubir Said (Komposer Lagu Kebangsaan Singapura, Majulah Singapura), Sheikh Muszaphar Shukor (Astronot pertama Malaysia), Tahir Jalaluddin Al-Azhari dan

Adnan bin saidi. Di negeri Belanda, Roestam Effendi menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk di parlemen Belanda. Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, orang non Arab yang pernah menjadi Imam Besar Masjidil Haram, Mekkah. Keberhasilan yang disebutkan Dasman, menurutnya karena orang Minangkabau terkenal denga pekerja keras. Baik dalam pemikiran nmaupun bidang lainnya. Itu juga erat dengan kebiasaan orang Padang (Minang) yang gemar merantau sehingga semangat untuk merubah nasib sangat tinggi. Demikian Darman Jamaluddin. (der) http://padangmedia.com/10-Berita/72621-Sastrawan-Indonesia-Banyak-Berasaldari-Sumbar-.html Tan Malaka terang-terangan mengatakan bahwa dirinya tidak sependapat dengan Soekarno. Hatta konsekuen dengan prinsip negara demokrasi, oleh karena itu ia tidak sudi menjadi wakil presiden terlalu lama tanpa ada ketidakpastian pelaksanaan pemilihan umum. Hamka dipenjarakan Soekarno dan terang-terangan pula tidak sependapat dengan Soeharto. Demikian juga dengan Sjahrir, tidak tunduk dengan sikap otoriter Soekarno dan menerima risiko disingkirkan. Dan, Natsir yang baru-baru ini diakui kepahlawanannya karena sampai akhir hayatnya tidak sependapat dengan Soeharto. "Semua tokoh yang disebut itu sekaligus juga merupakan penulis-penulis andal," jelas Harris. Watak "pemberontak" dan berpikir merdeka di kalangan sastrawan asal Minang juga dapat dilihat dari karya-karyanya. Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis menggambarkan betapa AA Navis yang dikenal sebagai "raja cemeeh" itu gerah melihat kejunuban pemahaman sebagian masyarakat terhadap agama. Demikian juga halnya Wisran Hadi yang mempertanyakan kembali kebenaran sejarah perjuangan Imam Bonjol melalui karya dramanya Tuanku Imam Bonjol yang mendapat protes keras dari pemerintah daerah dan masyarakat Sumatera Barat di tahun 1995. Pemberontakan sastrawan-sastrawan terdahulu seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Chairil Anwar, sampai Taufiq Ismail, Hamid Jabbar, Darman Moenir dan Gus ft Sakai yang hidup di abad XXI, terlihat dari karya-karya mereka. "Iklim budaya egaliter dan antiprimordialisme masyarakat Minangkabau tidak dapat dikesampingkan dalam membentuk watak kepengarangan para sastrawannya.

Artinya, tanpa dipupuk pun, ranah Minangkabau tetap melahirkan para penulis bermutu dan sastrawan yang membanggakan, dari zaman ke zaman," katanya. Tampaknya, sumbangan budaya alam Minangkabau dan keislaman yang dinamis (bukan fanatik) terhadap kelahiran penulis-penulis sastra sejak orang Minang melek huruf, tidak bisa dipungkiri. Akan tetapi bukan berarti sastrawan-sastrawan Indonesia kelahiran Minangkabau sukses tersebab darah etnis, melainkan karena iklim budaya dan iklim keislaman yang terpatri ke dalam ungkapan: "adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah".©2018 PT. Kompas Cyber Media

More Documents from "Aulia Annisa"

Nisaaaaaaa.docx
December 2019 9
Artikelm.docx
December 2019 8
Cerpenibd.docx
December 2019 5