News 72 Dapur Info

  • Uploaded by: lp3y.org
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View News 72 Dapur Info as PDF for free.

More details

  • Words: 997
  • Pages: 2
D

a

p

u

r

I

n

f

o

Makna Dibalik Berita Boleh diberitahu dibagian mana saja dari berita di bawah ini yang salah dan semestinya tidak begitu ?? Dan kalau “semestinya tidak begitu” lalu “semestinya bagaimana” ???

masyarakat, cenderung memilih apa yang ingin ia lihat dan ia tulis. Bukan apa yang khalayak ingini. Padahal wartawan adalah bagian dari sebuah struktur sosial yang secara hegemonik atau dominatif menyorongkan nilai-nilai tertentu. Nilai itu membentuk aturan main agar bagaimana kepentingan ekonomi –pemilik modal- terjaga dan tidak tergerus kerugian. Karena itu di tengah persaingan media yang kian tajam, berita haruslah “menjual”. Kalau perlu dibedaki agar menjadi sensasi.

Seorang anggota milis AIDS-Ina bertanya tentang berita: “Tahanan AIDS Divonis Lima Bulan(judul, pen). Kemarin, majelis hakim Pengadilan Negeri Surabaya menjatuhkan pidana terhadap Iwan (samaran) seorang terdakwa yang mengidap AIDS. Meski tanpa kehadiran terdakwa, majelis hakim menjatuhkan hukuman pidana penjara lima bulan atas keterlibatan Iwan dengan narkotika jenis putauw.” (lead, pen) (Jawapos, 8/4/2004). Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini diperlukan analisa kritis, agar kesan apriori dalam mencermati media sirna. Apriori itu bisa saja tumbuh bila dalam pencermatan atas teks (berita) tersebut tidak disertai argumentasi dari teori-teori studi media yang berkembang belakangan ini. Ada dua pandangan tentang bagaimana khalayak membaca dan menelusuri arti dari sebuah teks di media. Pertama, khalayak pasif, yakni khalayak yang yang membaca berita apa adanya. Pembaca menganggap bahwa media adalah entitas otonom, di seberang lain media melihat bahwa khalayak pembaca adalah entitas tunggal. Apa yang ditulis media akan dipandang sama oleh pembaca. Khalayak yang aktif dan dinamis adalah pandangan kedua. Khalayak ini bersikap kritis dalam memaknai suatu teks di media. Seseorang aktivis yang kritis sudah selayaknya ada dalam pandangan kedua. Teks sebuah berita tidak seharusnya ditelan begitu saja. Karena dibalik teks bersembunyi pesan tertentu yang dibawa wartawan atau bahkan media sebagai insitusi di mana ia bekerja. Wartawan, seperti dinyatakan Lippman, ketika meraih fakta atau peristiwa yang terjadi di

Judul Pandangan kritis juga menyikapi bahwa berita (teks) tidak sekedar merekonstruksi dan mereproduksi realitas tapi juga menentukan realitas melalui pemilihan kata (Stuart Hall, 1982). Apabila dalam upaya menentukan realitas direkayasa sedemikian rupa sehingga informasi yang disuguhkan menjadi distorsif, maka menurut Jean Baudrillard (1983) muncullah realitas yang dilebihlebihkan (hyperreality). Dan dalam bahasan ini AIDS menjadi suatu fakta yang dilebih-lebihkan, didramatisasi. Marilah kita simak: Dari judul beritanya saja sudah bisa kita kritisi, tahanan itu dihukum bukan karena AIDS tapi terlibat pemakaian putauw. AIDS ditempatkan dalam judul agar pembaca menerima pesan bahwa AIDS adalah hal yang buruk, maka sudah selayaknya dihukum. Sebuah cap buruk atawa stigmatisasi. Padahal stigmatisasi plus diskriminasi sedang dicanangkan untuk dihindari dan dibasmi. #

D

a

p

u

r

I

n

f

o

Dalam konteks berita tersebut jelas posisi aparat AIDS dirangkaikan dalam judul karena yang menguasai (powerful) dan terpidana (yang diharapkan timbul sensasi. Dan sensasi itu adalah powerless). sebuah stereotipe yang digalang dan dimunculkan Pertanyaan yang muncul berikut adalah: untuk memberi label kepada sekelompok wartawan sebagai perekontruksi realitas berpihak masyarakat yang sengaja dipinggirkan pada siapa dan dengan perspektif apa ia (marginalized). Ketika menuliskan sesuatu, fakta mewartakannya? Dalam pandangan kritis, proses atau peristiwa, wartawan tak bisa menghindari diri pembuatan berita (newsroom) terjadi bukan di dalam dari stereotipe, melihat dengan sikap dan pandangan ruang hampa dan bebas nilai. Justru di sinilah terjadi personalnya. (James W.Carey, 1982). pertarungan pemaknaan realitas yang akan Hal ini bisa kita ungkap dari kepala berita dipaparkan media. (lead) yang jelas Harian “Jawa Pos”, 08 Apr 2004: Bahasa atau kata dan menyebut: “majelis Tahanan AIDS Divonis Lima Bulan kalimat pun bukanlah hakim menjatuhkan bebas nilai. Bahasa hukuman pidana penjara SURABAYA - Kemarin, majelis hakim Pengadilan Negeri Surabaya dalam konteks ini menjatuhkan pidana terhadap Iwan (samaran) seorang terdakwa yang lima bulan atas mengidap AIDS. Meski tanpa kehadiran terdakwa, majelis hakim berupaya memapankan keterlibatan Iwan menjatuhkan hukuman pidana penjara lima bulan atas keterlibatan Iwan kelompok dominan dan dengan narkotika jenis dengan narkotika jenis putauw. meminggirkan putauw.” Tetapi Kasus ini bermula dengan ditangkapnya Iwan pada Jumat, 14 November kelompok lemah mengapa ia 2003 jam 10.00. Waktu itu, dia kedapatan membawa narkotika di Jl (powerless). mengemasnya dengan Ngagel. Oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Iwan dijerat dengan pasal 78 Pemapanan ayat (1) huruf 6 UU no 22 tahun 1997 tentang Narkotika. meletakkan AIDS (hakim)itu dikemas dalam sebagai penarik Hukuman yang dijatuhkan hakim ini jauh lebih ringan dari tuntutan kalimat jauh lebih ringan pembaca? Jadi, lebih jaksa yang 2,5 tahun. Kenapa demikian? “Kami juga mempertimbangkan dan mempertimbangkan masalah kemanusiaan,” kata Soeroso Ono, ketua majelis hakim yang tepat judul itu: menyidangkan kasus ini. masalah kemanusiaan. Pengguna Putauw (Termaktub dalam sebuah Divonis Lima Bulan. Sebenarnya, Iwan sudah datang di PN untuk mengikuti Sidang. Dia alinea di tubuh berita:” datang sekitar pukul 12.00 dengan diantar dokter Rutan Medaeng, dr Arifin dan drg Syaiful. Badannya tampak kurus, matanya sangat cekung Hukuman yang Relasi kuasa dan wajahnya begitu pucat ketika berada di ruang tahanan PN. dijatuhkan hakim ini jauh Media massa pada lebih ringan dari tuntutan “Rasanya, saya tidak kuat lagi, Pak,” katanya dengan suara lirih saat dasarnya adalah media Syaiful menengok keadaannya. Karena kondisinya yang sangat lemah, jaksa yang 2,5 tahun. diskusi publik tentang hakim dan jaksa mengizinkan Iwan kembali ke Medaeng. Kenapa demikian? “Kami suatu masalah yang juga mempertimbangkan Ketika dikonfirmasi, dr Afirin mengatakan bahwa Iwan diketahui melibatkan tiga pihak: mengidap AIDS setelah berada dalam tahanan rutan. “Kami sudah masalah kemanusiaan,” wartawan, sumber memberikan perawatan maksimal dan juga telah mengisolasinya dari kata Soeroso Ono, ketua berita dan khalayak. tahanan lain,” terangnya. (lin) majelis hakim yang Berita adalah arena menyidangkan kasus perang simbolik antara ini.”) Sedang dokter petugas rutan ada pada alinea pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok terakhir: “Kami sudah memberikan perawatan persoalan wacana (Robert A. Hacket, 1984) maksimal dan juga telah mengisolasinya dari tahanan Apa yang salah dari berita itu? Dalam lain,” pandangan kritis bila berita itu kita cermati dengan Lantas semestinya bagaimana? Menurut saya, perspektif relasi kuasa maka kentara belangnya. dari pandangan kritis, berita ini tak layak. Jadi, buang Relasi kuasa, menurut Galtung, selalu bergerak di saja ke tong sampah. (srs) antara dua kutub: yang menguasai dan yang dikuasai. $

Related Documents

News 72 Dapur Info
December 2019 7
Dapur
May 2020 26
Peralatan Dapur
June 2020 38
Dapur Tinggi.docx
December 2019 25
News Report Info
October 2019 13
72
November 2019 50