I.
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Penelitian
Diberlakukannya AFTA tahun 2003 menuntut bangsa Indonesia siap menghadapi pasar bebas (pasar global). Konsep Global Trade Point Net Work (GTPN) yang dirancang oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dengan tujuan mengefektifkan dan mengefisiensikan perdagangan internasional. Keberhasilan perdagangan pada pasar global tidak hanya mengandalkan kekuatan modal dan teknologi saja, tetapi juga kekuatan kebudayaan bangsa dan kualitas sumber daya manusianya. Kekuatan moral akan menjadi modal utama bagi dunia bisnis agar mampu bersaing secara sehat dan adil di era globalisasi. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus segera mempersiapkan diri dan sumber daya manusianya untuk memiliki keterampilan yang memadai, motivasi berprestasi tinggi, kepribadian dewasa, kecerdasan emosi yang baik, dan mampu menerapkan budaya kerja dalam organisasi. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, bekerja profesional dan bermoral maka akan mampu membawa bangsa Indonesia untuk bersaing sehat di era globalisasi. Era reformasi saat ini telah banyak mempengaruhi perekonomian bangsa. Keadaan ini membuat gerakan koperasi mendapat peluang untuk memperkenalkan diri tentang peran dan fungsinya pada masyarakat dengan berbagai macam konsep yang telah diberlakukan. Koperasi kini diharapkan mendapat peluang dengan disertai semangat reformasi di negara Republik Indonesia. Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mencapai keadaan masyarakat yang adil dan
1
2
makmur, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta distribusi pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Usaha pemerintah dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam bidang koperasi perlu mendapat dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat sehingga tujuan ekonomi dapat segera terwujud. Landasan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional adalah UndangUndang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1, yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Walaupun dalam amandemen pasal 33 tanpa menyebut secara eksplisit kata koperasi akan tetapi implementasi konsep koperasi di era reformasi saat ini terlihat jelas, di mana adanya usulan reformasi yang telah terpenuhi yaitu perubahan Inpres No. 18/1998, Kepres No. 21/1997 menjadi Kepres No. 25/1999 tentang Dekopin, dan perubahan Departemen Koperasi menjadi Menteri Negara Koperasi. Demikian pula perubahan-perubahan segi mikro koperasi seperti persyaratan keanggotaan, kelayakan usaha koperasi, profesionalisme manajemen koperasi harus terus disosialisasikan di dalam berbagai forum. Hal tersebut dalam pelaksanaannya koperasi di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pernyataan tersebut menerangkan bahwa kedudukan koperasi sangatlah penting dalam mengembangkan potensi ekonomi rakyat demi terwujudnya kehidupan demokrasi ekonomi berdasarkan asas kekeluargaan dan keterbukaan, sehingga koperasi mempunyai kesempatan yang luas dan dapat tetap bertahan dalam persaingan global, namun demikian dirasakan bahwa koperasi belum
3
sepenuhnya mampu menjadi kompetitor yang handal pada era kompetitif. Hal ini disebabkan karena pada umumnya koperasi merupakan badan usaha yang masih memiliki kelemahan, baik aspek manajemen, kewirausahaan, inovasi, dan teknologi yang digunakan maupun kemampuan untuk bersaing, walaupun pada saat krisis ekonomi koperasi masih mampu bertahan. Memperhatikan hal tersebut diharapkan koperasi dapat berperan sebagai soko guru perekonomian nasional sekaligus sebagai badan usaha yang mampu menjalankan fungsinya agar sejajar dan dapat bersaing dengan badan usaha ekonomi lainnya yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Pengurus dalam menjalankan usaha koperasi dapat mengangkat pengelola baik itu manajer maupun karyawan. Manajer koperasi memerlukan otonomi dalam menetapkan tindakan-tindakan operasional dan dalam mengambil keputusan mengenai kegiatan operasional koperasi. Peningkatan pelayanan terhadap anggota menuntut adanya keputusan-keputusan yang tepat mengenai jenis, kualitas, kuantitas, kombinasi, kondisi dan sebagainya dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Peran manajer di satu pihak bertugas mengembangkan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berhasil dan di lain pihak menunjang kepentingan atau usaha para anggota. Peranan manajer dalam koperasi adalah sesuatu yang penting di mana sistematika kerja yang baik dapat terbentuk apabila peranan manajer dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan organisasi. Manajer menentukan sukses gagalnya suatu organisasi oleh karena itu manajer dituntut untuk dapat menyesuaikan manajemen organisasinya untuk terus
4
berkembang sehingga dapat terus berjalan ke arah peningkatan. Keterampilan dalam mengelola sangat dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian dengan cara mengantisipasi perubahan-perubahan, oleh karena itu seorang manajer harus memiliki kreatifitas yang tinggi, inovasi-inovasi, fleksibilitas sehingga akan membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Apabila manajer dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pada unit-unit usaha tidak mampu memimpin dan menjalin hubungan yang baik dengan para karyawannya maka akan tercipta suatu pola kerja yang tidak terencana dan terarah. Dengan kata lain apabila manajer dalam koperasi tidak mampu merumuskan petunjuk kerja dengan baik dan tidak memberikan pengarahan yang sistematis mengenai cara kerja yang harus dilakukan oleh karyawan maka akan sulit terciptanya suatu kesamaan perilaku tugas dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pada koperasi. Bila manajer dapat mengambil tindakan yang tepat dalam kegiatan koperasi maka apa yang menjadi tujuan bersama akan mudah dicapai. Manajer koperasi mempunyai tanggung jawab terhadap jalannya kegiatan usaha koperasi sehari-hari, tanggung jawab tersebut didasarkan pada tugas yang dibebankan dan wewenang yang dilimpahkan oleh pengurus kepada manajer. Dalam pengelolaan koperasi tidak terlepas dari keberadaan karyawan, karena karyawan telah menyumbangkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit bagi perkembangan dan pengembangan koperasi. Selain itu karyawan juga mempunyai peranan penting sebagai penghubung antara penerjemah kebijaksanaan yang dihasilkan oleh Rapat Anggota dengan anggota koperasi yang menerima kebijaksanaan dan juga melaksanakan program kerja yang telah disusun.
5
Pencapaian tujuan koperasi merupakan indikator penting untuk kemajuan koperasi, tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kinerja pengelola koperasi dalam arti sejauhmana pengelola koperasi dapat bekerjasama dengan baik. Pengelolaan usaha koperasi sehari-hari dilakukan oleh manajer dibantu oleh karyawan, untuk itu diperlukan suatu kerjasama yang baik antara manajer dengan karyawan dalam bekerja. Manajer harus dapat mengarahkan karyawan dalam memelihara tata tertib hubungan kerja dan menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan, selain itu juga manajer harus memberikan garis besar setiap prosedur kerja dalam organisasi yang menggambarkan apa yang harus dikerjakan, dalam urut-urutan yang bagaimana, melalui bagian apa saja, serta kapan tugas itu harus diselesaikan sehingga dapat diketahui dengan jelas hubungan kerja yang ada. Manajer dan karyawan harus menyatukan berbagai kepentingan dalam organisasi sehingga terjalin adanya kesatuan usaha ke arah tujuan bersama. Apabila hubungan kerja antara manajer dengan karyawan dapat terjalin keharmonisannya diharapkan tujuan usaha koperasi dapat dicapai. Dari hubungan kerja tersebut dapat diperoleh kepastian adanya satu pandangan untuk pencapaian tujuan yang efektif dan efisien pada koperasi. Manajer juga harus mampu menerapkan manajemen yang baik berkaitan dengan segala bentuk tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan pekerjaan. Koperasi dalam manjalankan usahanya tidak terlepas dari peranan karyawan sebagai pelaksana operasional kegiatan usaha koperasi tersebut, oleh karena itu diperlukan suatu perhatian terhadap karyawan baik itu menyangkut
6
fasilitas kerja maupun kebutuhan-kebutuhan dari karyawan tersebut. Salah satu bentuk agar karyawan merasa puas dalam bekerja adalah melalui kompensasi yang diberikan koperasi terhadap karyawan sesuai dengan keadilan dan kelayakan. Sesuai dengan pendapat T. Hani Handoko (1992:155), dalam buku “Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia“ menyatakan bahwa suatu cara departemen personalia meningkatkan prestasi kerja (kinerja), motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi. Adanya perhatian pengurus berkaitan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan akan memberikan dampak positif terhadap koperasi, karena dengan karyawan merasa puas dalam bekerja mereka akan memberikan kontribusi positif terhadap koperasi baik berupa hasil kerja maupun pelayanan yang diberikan kepada anggota koperasi dengan demikian kinerja dari karyawan akan meningkat, begitu pula yang diharapkan terjadi pada Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang. Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang dengan Badan Hukum No. 7251/BH/PAD/DK.10.13/III/2002, memperoleh Hak Badan Hukum pada tanggal 25 Maret 2002. Maksud dan tujuan didirikannya KSU “Tandangsari” Sumedang, adalah untuk membantu dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk dapat mensejahterakan ekonomi dan sosialnya. Dalam upaya untuk menunjang tercapainya maksud dan tujuan tersebut maka diselenggarakan beberapa kegiatan usaha yang ditujukan selain untuk mengakomodasi kebutuhan anggota juga untuk memperlancar proses pemberian pelayanan kepada nggota dengan menyediakan apa yang dibutuhkan dan
7
diperlukan oleh anggota. Adapun kegiatan usaha tersebut diantaranya yaitu unit usaha simpan pinjam, unit usaha sapi perah, unit usaha waserda, dan unit usaha saprotan, yang dikelola oleh 5 orang pengurus, 3 orang pengawas, 1 orang manajer, dan 74 orang karyawan dengan jumlah anggota sebanyak 2389 orang. Berdasarkan kenyataan pada Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang dapat diketahui beberapa fenomena mendasar mengenai kepuasan kerja dan kinerja karyawan antara lain : 1. Koperasi dalam memberikan kompensasi kepada karyawan tidak disesuaikan dengan beban kerja yang dikerjakan dan tingkat pendidikan yang dimiliki karyawan tersebut, di samping itu juga gaji yang diterima karyawan tidak sesuai dengan UMR di Kabupaten Sumedang yaitu antara Rp. 700.000,00 sampai dengan Rp. 800.000,00 dan masih kurangnya perhatian terhadap tunjangan-tunjangan bagi karyawan misalnya tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan bagi anak, tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, dan lain-lain, hal ini mengakibatkan karyawan kurang termotivasi dalam melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya karena dinilai balas jasa yang diterima kurang sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan dan juga berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja yang dialami karyawan. 2. Faktor yang kurang kondusif di lingkungan kerja sehingga berpengaruh terhadap karyawan diantaranya adanya gap antara kelompok kerja dalam bekerja, kurangnya kerjasama diantara rekan kerja, ini semua diakibatkan kurangnya komunikasi, rendahnya pengawasan yang dilakukan
8
oleh para pengurus dan manajer terhadap karyawan sehingga hal tersebut berpengaruh pada hasil kerja dari karyawan. 3. Koperasi
kurang
memperhatikan
fasilitas
utama
maupun
pendukung bagi karyawan dalam bekerja misalnya penyediaan komputer guna mendukung pekerjaan karyawan, peralatan dan perlengkapan kerja baik itu di kantor maupun untuk operasional dinilai masih kurang seperti persediaan masker, persediaan ember, tempat penampungan susu, dan juga sarana angkutan (transportasi) untuk pengangkutan distribusi susu perah sehingga hal ini tentu saja menghambat aktivitas kerja karyawan. 4. Pengurus koperasi kurang perhatian dan kurang memotivasi terhadap karyawan dalam bekerja. Hal tersebut berdampak pada hasil pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, diantaranya dalam menjalankan pekerjaannya kurang teliti salah satunya adanya kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan, karyawan dalam bekerja terkadang kurang memperhatikan aspek kebersihan baik menyangkut aspek kerja maupun lingkungan kerja, adanya pekerjaan yang kurang tepat waktu yang ditetapkan oleh atasan disebabkan kemampuan dari karyawan tersebut. Apabila hal tersebut tidak mendapat penanganan dari koperasi ini akan menghambat dalam pencapaian tujuan koperasi. Bedasarkan hal tersebut perlu kiranya dilakukan analisis, untuk diketahui sejauhmana kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan bagaimana hubungannya dengan kinerja karyawan.
9
Berdasarkan latar belakang pada kenyataan yang ada di KSU “Tandangsari” Sumedang, maka peneliti berusaha mengungkapkan isu sentral mengenai “Analisis Kepuasan Kerja Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan “. I.2.
Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang penelitian mengenai analisis kepuasan kerja hubungannya dengan kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang, maka peneliti mengidentifikasikan pada permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kepuasan kerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. 2. Bagaimana kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. 3. Sejauhmana hubungan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. I.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang : 1. Kepuasan kerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. 2. Kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang. I.4.
Kegunaan Penelitian
10
Penelitian ini diharapkan berguna bagi aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek guna laksana dalam hal ini KSU “Tandangsari” Sumedang.
1.3.1. Aspek Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penerapan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya bidang manajemen bisnis serta lebih utama mengenai kepuasan kerja dan kinerja karyawan. 1.3.2. Aspek Guna Laksana Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi KSU “Tandangsari” Sumedang baik itu untuk pengurus, pengawas, manajer, karyawan, anggota dan semua pihak yang terlibat serta dijadikan sebagai bahan informasi untuk perbandingan atau pedoman dalam hal ini mengenai kepuasan kerja dan kinerja karyawan. I.5.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KSU “Tandangsari” Sumedang, yang beralamat di belakang pasar Tanjungsari No. 29 Desa Jatisari, Kabupaten Sumedang – Jawa Barat.
11
II.
PENDEKATAN
MASALAH
DAN
METODE
PENELITIAN II.1.
Pendekatan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dihubungkan dengan judul penelitian, maka terdapat dua fenomena yaitu fenomena kepuasan kerja dan fenomena kinerja karyawan. Untuk pemecahan masalah tersebut digunakan pendekatan kajian pustaka yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan kinerja karyawan sehingga maksud dan tujuan penelitian diharapkan dapat tercapai. Koperasi merupakan perwujudan lembaga ekonomi kerakyatan yang dianggap sesuai dengan karakteristik sosial budaya bangsa Indonesia, sehingga memberikan inspirasi yang jelas untuk dapat mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Landasan filosofi Pancasila, landasan struktural UUD 1945 serta landasan operasional GBHN telah mengkukuhkan bahwa koperasi diharapkan dapat menjadi sokoguru perekonomian bangsa Indonesia. Beban berat untuk menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian bangsa Indonesia terasa semakin berat karena sampai saat ini koperasi belum mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya sehingga cita-cita koperasi belum mampu diwujudkan secara maksimal.
12
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan ”. Definisi koperasi menurut kongres ICA di Manchester Inggris 1995, menyatakan bahwa : “Koperasi merupakan sebuah perkumpulan orang yang bersifat otonom yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi bersama dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dievaluasi secara demokratis“. Pengertian koperasi tersebut menjelaskan bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang kegiatannya terstruktur berdasarkan prinsip koperasi dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya didasarkan pada asas demokrasi dan kekeluargaan. Koperasi lahir karena adanya minimal satu kepentingan yang sama dari anggotaanggotanya untuk meningkatkan taraf hidup melalui usaha bersama atas dasar sikap tolong-menolong (mutual help), menolong diri sendiri (self help), dan bertanggung jawab pada diri sendiri (self responsibility). Selanjutnya kelompok individu ini membentuk suatu organisasi otonom yang dikelolanya sendiri untuk menunjang kebutuhan para anggotanya itu. Jadi organisasi koperasi adalah organisasi yang memiliki dan dibina secara bersama guna memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka sendiri.
13
Dalam pengelolaan usaha koperasi harus berpedoman kepada prinsipprinsip koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab III Pasal 5 ayat 1 dan 2, yaitu : 1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut : a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi. c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian. 2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut : a. Pendidikan perkoperasian. b. Kerjasama antar koperasi. Koperasi merupakan satu kesatuan sistem yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dinamis. Koperasi sebagai bentuk badan usaha yang bergerak dibidang perekonomian dan mempunyai tatanan manajemen yang berbeda dengan badan usaha lainnya. Perbedaan tersebut timbul karena pada badan usaha koperasi mempunyai dasar filsafat demokrasi yang mencerminkan asas dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Kedudukan koperasi sebagai salah satu lembaga ekonomi nasional memiliki fungsi dan peranan, hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab III Pasal 4, yaitu : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
14
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Tercapainya keberhasilan koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, tidak terlepas dari sistem manajemen yang baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Keberadaan koperasi sebagai pelaku ekonomi diharapkan mampu menjadi sokoguru perekonomian nasional yang dapat memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan dalam mengelola koperasi tidak terlepas dari peranan komponenkomponen yang ada dalam koperasi tersebut. Menurut Hans H. Munker (1997:36) mengemukakan mengenai ukuran keberhasilan koperasi yaitu : 1. Kesejahteraan anggota tampak nyata dan konkrit, pengembalian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan, meskipun pemasaran dilakukan dengan harga dan mutu yang bersaing dalam pasar. 2. Efisiensi ekonomi cukup tinggi. 3. Penggunaan sisa hasil usaha untuk tujuan koperasi. 4. Investasi secara sistematis yang dikaitkan dengan basis keanggotaan (adanya pengurus yang khusus bertanggung jawab pada hubungan dengan anggota, saluran informasi dan komunikasi yang baik). 5. Profit usaha yang jelas. 6. Kepemimpinan dengan konsep koperasi yang jelas. Berdasarkan hubungan ini maka pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha yang wajar. Koperasi adalah organisasi yang berdasarkan atas usaha bersama dan adanya saling kerja sama antara individu sehingga membentuk wadah yaitu koperasi, hal tersebut didorong oleh keperluan orang untuk saling membutuhkan, saling mengisi, karena
15
pada dasarnya orang-perorangan akan lebih sulit mencapai apa yang dikehendaki disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang ada pada dirinya. Adanya struktur organisasi koperasi akan nampak jelas tergambar bagaimana hubungan kerja dari tiap-tiap unit yang ada di koperasi saling bekerja sama dan tidak bisa melepaskan diri satu dengan yang lainnya. Suatu unit tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik tanpa dibantu oleh unit yang lain, tiap unit berkewajiban mendukung pelaksanaan fungsi unit yang lainnya supaya organisasi koperasi dapat berjalan lancar dan efektif dalam menjalankan tugasnya mencapai tujuan. Koperasi sebagai suatu bentuk organisasi memiliki seperangkat nilai yang diantaranya diformulasikan ke dalam sejumlah norma dan prinsip-prinsip koperasi dan karena itu koperasi menampilkan karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk perusahaan bukan koperasi. Menurut Weber (dalam Ramudi Ariffin; 2002) mengemukakan bahwa deskripsi tentang karakteristik koperasi pada umumnya didasarkan kepada tugas dan definisi sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan menurut Hanel (dalam Ramudi Ariffin; 2001) menjelaskan ciri-ciri Integrated Cooperative adalah sebagai berikut : 1. Koperasi mengambil alih seluruh atau sebagian dari fungsi-fungsi ekonomi anggota. 2. Perusahaan koperasi memimpin kegiatan usaha, tetapi kontrol tetap berada ditangan anggota. 3. Orientasi perusahaan koperasi adalah mengembangkan usaha perekonomian anggota sekaligus mengembangkan koperasinya sendiri. 4. Terjadi hubungan saling ketergantungan diantara anggota dengan perusahaan koperasi sehingga partisipasi anggota menjadi tinggi. Kegiatan suatu organisasi akan berhasil apabila dalam pengelolaan manajemennya selalu terdapat kerjasama. Pencapaian tujuan-tujuan organisasi koperasi dan sasaran serta kebijakan usaha perusahaan koperasi sangat
16
menentukan jasa-jasa pelayanan dan pengembangan koperasi. Menurut Ramudi Ariffin (2003:59), menyatakan bahwa : “Anggota
berhak
memperoleh
pelayanan
dari
koperasi
dan
memperoleh dampak terhadap perbaikan kondisi ekonominya”. Lebih lanjut Ramudi Ariffin mengemukakan bahwa anggota wajib memanfaatkan pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh koperasi karena pelayanan-pelayanan koperasi diadakan atas keputusan dan untuk mereka sendiri. Supaya tujuan koperasi dapat tercapai secara efektif maka diperlukan manajemen yang baik dan kerjasama antara komponen yang ada di koperasi. Menurut H. RM. Ramudi Arifin dalam buku Ekonomi Koperasi (1997 : 25) unsur-unsur koperasi adalah sebagai berikut: 1. Unsur Internal Organisasi terdiri dari : a) individu anggota b) kepentinan ekonomi anggota c) kelompok koperasi d) pengelola koperasi e) perusahaan koperasi f) kegiatan usaha/pelayanan koperasi Unsur-unsur internal tersebut terkait dalam satu kesatuan sistem yang bekerja menurut prinsip-prinsip koperasi. 2. Unsur eksternal koperasi adalah : a)
pasar
b)
lingkungan kehidupan (Poleksosbud, hankam, agama).
17
Sejalan dengan pemaparan di atas, maka koperasi sebagai suatu institusi ekonomi harus berusaha untuk mengkombinasikan segala sumber daya dan faktor produksi yang dimilikinya secara optimal, dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh anggotanya. Hal ini bermakna bahwa nilai-nilai bisnis dan prinsip ekonomi serta hukum-hukum ekonomi juga berlaku di koperasi (Sri Edi Swasdono, 1993 : 2). Dengan demikian konsekwensinya maka koperasi harus mencari laba sebagaimana badan usaha ekonomi lainnya, akan tetapi badan usaha koperasi dalam praktek bisnisnya harus terikat pula pada prinsip gandanya yaitu, sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer) atau pemakai (user). Menurut Alfred Hannel (1989:29), ciri-ciri khusus koperasi sebagai badan usaha ekonomi terdiri dari empat unsur pokok yaitu : a. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya satu tujuan atau kepentingan yang sama (Kelompok Koperasi), b. Anggota-anggota kelompok koperasi secara individual bertekad mewujudkan tujuannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha-usaha (aksi-aksi) bersama dan saling membantu (Swadaya Dari Kelompok Koperasi), c. Sebagai instrumen wahana untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan dibiayai serta dibina secara bersama (Perusahaan Koperasi),
18
d. Perusahaan koperasi ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota kelompok koperasi itu, dengan cara menyediakan atau menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya (Tujuan Koperasi Atau Prinsip Koperasi).
Ke empat kriteria khusus tersebut dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut : Gambar 1. Organisasi Koperasi Sebagai Suatu Sistem Ekonomi
Kelompok koperasi Hubungan kepemilikan
UA UA
Perusahaa n
Hubungan pasar
UA
P A S A R
Hubungan usaha yang bersifat menunjang
UA
Kegiatan ekonomi anggota perorangan, rumah tangga/perusahaan Anggota-anggota perorangan
Sumber Gambar 1: Alfred Hannel, (1989). Organisasi Koperasi Dan Pokok-pokok Pikiran Perkembangan Koperasi Negara-negara Maju. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomi sekurang-kurangnya ada empat elemen penting dari koperasi sebagai badan usaha ekonomi, yaitu :
19
1.
Adanya kepentingan ekonomi anggota,
2.
Adanya perusahaan koperasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi sebagai pelaksana untuk mewujudkan kepentingan ekonomi anggota,
3.
Adanya pelayanan perusahaan koperasi kepada anggota,
4.
Adanya pasar internal di dalam koperasi berupa transaksi-transaksi anggota dengan perusahaan koperasi. Atas dasar uraian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam tubuh organisasi
koperasi terdapat hubungan antara anggota sebagai individu dengan koperasi sebagai organisasi yang saling menunjang. Hubungan yang ada di dalamnya adalah hubungan kepemilikan, hal ini menunjukan adanya peran ganda (dual identity) yang artinya anggota koperasi adalah sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Sebagai pemilik, anggota berkewajiban untuk ikut serta dalam pengembangan koperasi, misalnya dalam pemupukan modal usaha melalui berbagai simpanan (simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela). Sebagai pelanggan, anggota mempunyai hak untuk memanfaatkan pelayanan yang diberi koperasi, misalnya pelayanan yang bersifat menunjang usaha dan ini merupakan pelayanan dalam meningkatkan taraf hidup anggotanya. Artinya, identitas ganda anggota koperasi (dual identity) akan membentuk hubungan khusus anggota koperasi dengan perusahaan koperasinya. Sebagai badan usaha, koperasi melaksanakan fungsi utamanya yaitu membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Dalam
20
rangka melaksanakan fungsi utama tersebut, maka koperasi harus melakukan usaha-usaha secara profesional agar dapat mengahasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh anggotanya sehingga akan ada manfaat atau nilai lebih yang bisa drasakan secara langsung oleh anggota. Oleh karenanya setiap kegiatan usaha atau ekonomi yang dijalankan oleh koperasi harus dapat memberikan manfaat kepada anggotanya terutama manfaat ekonomi. Dalam upaya mewujudkan koperasi sebagai suatu institusi ekonomi (sistem sosio ekonomi), maka diperlukan suatu pembinaan dan pengembangan yang harus dilakukan secara terencana, sistematis, terpadu dan menyeluruh terhadap sumber daya manusia pelaksana (pengurus dan karyawan) koperasi dalam upaya untuk meningkatkan kepuasaan kerja hubungannya dengan kinerja karyawan, selain juga untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah dan mengembangkan potensi koperasi secara mandiri, sampai pada perbaikan atau peningkatan kualitas dan kinerja dari sumber daya manusia dan manajemen koperasi guna menunjang terwujudnya kondisi koperasi yang mantap utuh dan mandiri, sebagai pusat pelayanan ekonomi bagi para anggota dan lingkungannya. Pada dasarnya, jenis status keanggotaan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu produsen dan konsumen. Apabila anggota koperasi adalah produsen, maka kegiatan mereka sebagai unit ekonomi adalah memproduksi barang atau jasa untuk dijual ke pasar. Dengan demikian koperasi mengambil alih tugas penjualan dari anggota produsen yang semula dilakukan sendiri oleh produsen tersebut. Selanjutnya koperasilah yang berinteraksi dengan pasar untuk
21
memasarkan produk yang dihasilkan oleh para anggotanya dimana koperasi ini dapat dikatakan sebagai koperasi penjualan atau koperasi produsen. Dalam hal ini, koperasi harus memiliki sumber daya manusia yang mampu untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka mencapai tujuan koperasi. Koperasi dalam manjalankan usahanya tidak terlepas dari peranan karyawan sebagai pelaksana operasional kegiatan usaha koperasi tersebut, oleh karena itu diperlukan suatu perhatian terhadap karyawan baik itu menyangkut fasilitas kerja maupun kebutuhan-kebutuhan dari karyawan tersebut. Salah satu bentuk agar karyawan merasa puas dalam bekerja adalah melalui kompensasi yang diberikan koperasi terhadap karyawan sesuai dengan keadilan dan kelayakan. Sesuai dengan pendapat T. Hani Handoko (1992:155), yang menyatakan bahwa suatu cara departemen personalia meningkatkan prestasi kerja (kinerja), motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi. Adanya perhatian pengurus berkaitan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan akan memberikan dampak positif terhadap koperasi, karena dengan karyawan merasa puas dalam bekerja mereka akan memberikan kontribusi positif terhadap koperasi baik berupa hasil kerja maupun pelayanan yang diberikan kepada anggota koperasi dengan demikian kinerja dari karyawan akan meningkat, begitu pula yang diharapkan terjadi pada Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang. Karyawan sebagai tenaga operasional pada organisasi koperasi harus dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya sedangkan pengurus berperan memberikan dorongan secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan
22
agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Salah satu faktor pendukung keberhasilan koperasi adalah hasil kerja karyawan, agar karyawan mempunyai hasil kerja yang baik maka koperasi harus lebih memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan karyawan salah satunya berkaitan dengan kepuasan kerja karyawan, karena dengan karyawan merasa puas akan memberikan dampak positif terhadap hasil kerja maupun kinerja karyawan itu sendiri. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan sifat individual, di mana setiap individu memiliki kepuasan berbeda-beda dengan sistem ataupun uraian yang berlaku semakin banyak dalam pekerjaan yang sesuai dengan kepentingan individu tersebut semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan dan semakin banyak aspek pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan individu maka semakin rendah tingkat kepuasan. Menurut Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara 2000:17) mengemukakan bahwa : ” Job satisfaction is the favorableness or unfavourableness with employe view their work ”. (Kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang di alami pegawai dalam bekerja). Sedangkan Wexley dan Yukl (dalam A. A Anwar Prabu Mangkunegara 2000:117) mendefinisikan kepuasan kerja adalah : “ Is the way an employe feels about his or her job ”. (Adalah cara pegawai merasakannya dirinya atau pekerjaannya). Pendapat lain dari T. Hani Handoko (1987:193) mengemukakan bahwa : “ Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan para karyawan memandang pekerjaan mereka ”.
23
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja karyawan adalah suatu sikap atau kondisi yang mendukung atau tidak mendukung yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau dengan jenis pekerjaannya serta situasi dan lingkungan yang berada disekitarnya. Karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong begitu juga sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak meyokong, maka karyawan akan merasa tidak puas. Menurut Harold E. Burt (dalam Moh. As. Ad, 1987:112), menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah : 1.
Faktor hubungan antar karyawan a. Hubungan antara karyawan dengan manajer b. Hubungan sosial antara karyawan c. Faktor fisik dan kondisi kerja d. Sugesti dari teman sekerja 2. Faktor individu a. Sikap seseorang terhadap karyawan b. Umur seseorang
3.
Faktor luar (ekstern) a. Keadaan keluarga karyawan b. Rekreasi c. Pendidikan Moh. As. Ad, (1987:115), merangkum faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan sebagai berikut :
24
Faktor Psikologi Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap pekerjaan keterampilan dan tanggungjawab pada pekerjaan. Faktor Sosial Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan interaksi sosial baik hubungan antar karyawan satu jenis pekerjaan, hubungan karyawan dengan atasan dan hubungan karyawan yang berbeda jenis pekerjaan Faktor Fisik Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan meliputi pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan dan kondisi kesehatan karyawan. 4. Faktor Finansial Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan hal-hal yang bisa memberikan motivasi kepada karyawan meliputi pemberian penghargaan prestasi kerja dan adanya kesempatan untuk berkembang. 5.
Faktor Motivasi Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan hal yang bisa memberikan motivasi kepada karyawan meliputi pemberian penghargaan terhadap prestasi kerja dan adanya kesempatan untuk berkembang. Pendapat lain dari Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara 2000:118), mengemukakan bahwa kepuasan kerja sangat berhubungan dengan variabel-variabel sebagai berikut :
25
1.
Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang rendah sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnovernya lebih tinggi. 2.
Tingkat Ketidakhadiran (absen) Kerja
Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya lebih tinggi, di mana mereka sering tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak tinggi, di mana mereka sering tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif. 3.
Umur
Adanya kecenderungan bahwa pegawai yang lebih tua merasa lebih puas dari pada pegawai yang lebih muda, hal ini disebabkan karena adanya asumsi bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya. Sedangkan pegawai yang lebih muda cenderung mempunyai harapan yang tidak ideal tentang dunia kerjanya. 4.
Tingkat Pekerjaan
Pegawai-pegawai yang tingkat pekerjaanya lebih tinggi dapat menunjukan kemamapuan kerjanya yang lebih baik dan aktif dalam mengemukakan ideidenya serta cukup kreatif dalam melakukan pekerjaannya. 5.
Ukuran Organisasi Perusahaan
Ukuran organsasi ini sangat mempengaruhi suatu organisasi, hal ini disebabkan karena besarnya kecilnya organisasi berhubungan dengan koordinasi komunikasi dan partisipasi.
26
Kepuasan kerja karyawan dapat tercipta jika pengurus dan karyawan saling mendukung dan adanya kerjasama yang baik antara kedua belah pihak sehingga akan tercipta tujuan yang telah disepakati bersama. Hal ini akan nampak pada sikap kerja karyawan. Jika sikap karyawan cenderung lebih baik maka hal tersebut mencerminkan adanya kepuasan kerja pada karyawan, sebaliknya jika sikap karyawan cenderung negarif maka kepuasan kerja belum tercapai. Berdasarkaan teori-teori maupun konsep-konsep tentang kepuasan kerja tersebut, maka tolok ukur kepuasan kerja karyawan yang akan dipergunakan dalam penelitian pada KSU “Tandangsari” Sumedang adalah teori yang dikemukakan oleh Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara 2000:118), dengan memperhatikan variabel-variabel penting dalam menilai kepuasan kerja karyawan antara lain turnover, tingkat ketidakhadiran kerja, umur, tingkat pekerjaan, dan ukuran organisasi. Apabila tingkat kepuasan kerja karyawan yang ada di KSU “Tandangsari” Sumedang masih rendah tentu saja akan berdampak pada kinerja karyawan itu sendiri dan secara keseluruhan akan mempengaruhi sumber daya manusia yang ada di koperasi. Permasalahan sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuan bagi koperasi untuk tetap dapat hidup pada era milinium yang kedua. Investasi yang dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia ini tidaklah kecil jumlahnya, namun hasilnya seringkali sulit untuk dirasakan dalam jangka pendek, perlu waktu dan kesabaran serta metode yang tepat untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang diinginkan. Banyak koperasi maupun badan usaha milik swasta dan badan usaha milik negara merasakan tidak puas dengan
27
pencapaian hasil yang mereka lakukan karena kinerja mereka secara keseluruhan rendah, lebih parah lagi mereka tidak dapat mendeteksi atau mengidentifikasi lokasi penyebab kinerja rendah itu, sehingga sulit untuk memperbaikinya karena kurang pemahaman, mereka tidak mempunyai rencana dan program peningkatan kinerja koperasi, unit organisasi dan masing-masing karyawan. Untuk itu, maka dalam menghadapi dunia bisnis saat ini dituntut suatu kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan koperasi. Oleh karena itu seorang manajer dituntut harus mampu membangun dan mengembangkan kinerja dalam lingkungan serta manajemen yang memadai untuk menghasilkan karyawan yang berkinerja tinggi. Secara etimologis istilah kinerja berasal dari kata “job performance” atau “actual performance” yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Untuk lebih memahami pengertian kinerja berikut ini akan dipaparkan berkaitan dengan kinerja karyawan sebagai berikut : Kinerja (performance) oleh Bernardin dan Russel (1993:379), di definisikan sebagai : “ … the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periods “. (catatan hasil dan keuntungan yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu selama periode waktu tertentu). Menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67), menyatakan bahwa kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah : “ Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya “.
28
Sedangkan menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:1), mendefinisikan bahwa : “ Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu “. Menurut David Croney dan Paul Croney (1992), mendefinisikan kinerja (performance) sebagai berikut : “ Suatu tingkat kemajuan, kemunduran, kemampuan dari perorangan ataupun kelompok yang terukur berkaitan terhadap waktu, dengan suatu batasan nilai yang dapat berupa persentase ataupun dengan nilai nyata (real), dan pada umumnya di transformasikan dalam kualifikasi dari yang sangat buruk sampai dengan sangat baik “. Berdasarkan pengertian kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu tingkat keberhasilan perorangan ataupun kelompok dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan beban kerja yang diberikan oleh suatu organisasi terhadap perorangan ataupun kelompok tersebut. Kinerja karyawan menggambarkan hasil kerja yang diperoleh karyawan, semakin besar hasil kerja yang diperoleh tersebut maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi maka semua unsur yang terlibat dalam pekerjaan dan pengelolaan koperasi harus mampu mencapai hasil yang maksimal dalam bekerja. Pencapaian hasil yang maksimal tersebut ditentukan oleh kerjasama yang baik diantara komponen-komponen yang ada dalam koperasi, karyawan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya sehari-hari harus dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap pekerjaannya tersebut baik itu dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas dari pekerjaan tersebut.
29
Untuk bisa mencapai hasil yang maksimal dalam koperasi, maka manajer harus mampu mengelola kinerja departemen atau timnya. Dalam menjalankan tanggungjawabnya mengelola kinerja, manajer berkontribusi pada peningkatan kinerja koperasi secara keseluruhan dengan mendapatkan hasil yang lebih baik. Manajemen kinerja bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja organisasi, mencakup kebutuhan karyawan maupun koperasi. Manajemen kinerja bergerak dari proses mengendalikan menjadi proses memampukan, membantu karyawan mengembangkan keterampilan yang diperlukan dengan mempertimbangkan tuntutan kompetensi dan kemampuan, artinya manajemen kinerja harus dipandang sebagai suatu proses berkelanjutan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunarto (2005:152), menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan proses bersifat siklus seperti yang digambarkan sebagai berikut : Rencanakan Bertindak
Evaluasi
Ukur Gambar 2 : Siklus Manajemen Kinerja
Berdasarkan gambar 2 tersebut, dapat diketahui bahwa siklus manajemen kinerja terdiri atas beberapa aktivitas yang dijalankan secara bersama oleh manajer dan karyawan sebagai berikut :
30
1. Rencanakan, sepakati sasaran, target, berikut kebutuhan pengembangan kompetensi atau kemampuan serta siapkan rencana untuk mencapai sasaran, memperbaiki kinerja dan mengembangkan kemampuan. 2. Bertindak, mengimplementasikan rencana dalam pekerjaan sehari-hari dan melalui program khusus peningkatan dan pengembangan. 3. Ukur,
memantau
kinerja
berpatokan
pada
ukuran
kinerja,
yaitu
membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai. 4. Evaluasi, melakukan wawancara secara teratur untuk mengevalusi pencapaian dibandingkan dengan rencana berdasarkan ukuran kinerja yang telah disepakati. Manajemen kinerja memperbaiki kualitas hasil kerja dan hubungan kerja. Dalam manajemen kinerja yang efektif, karyawan secara jelas memahami apa saja yang diharapkan untuk dicapai berikut prioritasnya, apa yang harus dilakukan saat ini dan dimasa mendatang untuk meningkatkan kinerja dan kemampuannya. Setiap pekerjaan yang dilakukan tentunya berdasarkan target kerja yang telah ditetapkan, bagi karyawan terlaksanannya suatu pekerjaan merupakan kepuasan tersendiri tanpa memperhatikan apakah pekerjaan yang dihasilkan tersebut benarbenar sesuai dengan harapan atau tidak. Adanya standar atau patokan bagi setiap pekerjaan yang harus di hasilkan oleh setiap karyawan maka akan mendorong karyawan yang bersangkutan untuk menghasilkan pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan harapan perusahaan, sehingga karyawan akan selalu berusaha untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, dengan begitu karyawan akan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
31
kemampuannya untuk mencapai kinerja yang maksimal. Berikut ini akan dipaparkan berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari seorang karyawan sebagai berikut. Menurut Hennry Simamora (1930:500), menyatakan bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. 2. Faktor
psikologis
yang
terdiri
dari
persepsi,
attitude,
personality,
pembelajaran, dan motivasi. 3. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:10), menyatakan bahwa kinerja setiap orang (karyawan) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Kompetensi Individu Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan dalam melakukan pekerjaan. 2.
Dukungan Organisasi Kinerja setiap karyawan tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.
3. Dukungan Manajemen Kinerja perusahaan dan kinerja setiap karyawan sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan
32
membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi karyawan. Pendapat A. Dale Timple (1992:31), faktor-faktor kinerja terdiri dari dua yaitu sebagai berikut : Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. 2.
Faktor
eksternal,
yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Pendapat lain dari
Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu
Mangkunegara, 2000:67), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) lebih jelasnya dirumuskan sebagai berikut : • Human Performance
= Ability
+
Motivation
• Motivation
= Attitude
+
Situation
• Ability
= Knowledge +
Skill
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan, untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
33
Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari masing-masing individu, dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal koperasi membutuhkan karyawan yang memiliki kinerja tinggi dan pada saat yang sama karyawan memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakan-tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh karena itu koperasi sangat perlu mengetahui gambaran dari kinerja karyawannya tersebut. Koperasi dalam hal ini pihak manajemen harus lebih memperhatikan kinerja karyawan dengan jalan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, dengan begitu pihak manajemen dapat mengambil langkah-langkah yang cepat apabila karyawan tersebut mengalami kinerja yang rendah dan apabila ini dibiarkan akan mempengaruhi koperasi tersebut, karena kinerja suatu koperasi adalah akumulasi kinerja semua individu yang bekerja di dalamnya. Dengan kata lain upaya peningkatan kinerja koperasi adalah melalui peningkatan kinerja masing-masing individu, oleh karena itu pihak manajemen perlu sekali memperhatikan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja. Selain itu juga pihak manajemen koperasi perlu juga memperhatikan aspek-aspek yang menyangkut dengan kinerja karyawan, dengan begitu pencapaian tujuan koperasi akan mudah tercapai, berikut ini akan di paparkan berkaitan dengan aspek-aspek kinerja. Menurut Husein Umar (1997:266), membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut :
34
1. Mutu pekerjaan 2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif 4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerjasama 7. Keandalan 8. Pengetahuan tentang pekerjaan 9. Tanggung jawab 10. Pemanfaatan waktu kerja Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2003:30), mengemukakan bahwa aspekaspek yang dinilai dalam kinerja mencakup : 1.
Kesetiaan Kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongaan dan gangguan orang yang tidak bertanggungjawab.
2.
Prestasi Kerja Hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
3.
Kejujuran Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.
35
4.
Kedisiplinan Disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
5.
Kreativitas Kemampuan
karyawan
dalam
mengembangkan
kreativitasnya
untuk
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga dalam bekerja mampu berdaya guna dan berhasil guna. 6.
Kerjasama Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7.
Kepemimpinan Kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8.
Kepribadian Penilaian karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
9.
Prakarsa
36
Kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya. 10.
Kecakapan Kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacammacam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
11.
Tanggung jawab Kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Menurut Veithzal Rivai (2005:324), aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja dapat di kelompokan menjadi tiga yaitu : Kemampuan Teknis Yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya. 2. Kemampuan Konseptual Yaitu
kemampuan
untuk
memahami
kompleksitas
perusahaan
dan
penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual
37
tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggungjawabnya sebagai seorang karyawan. Kemampuan Hubungan Interpersonal Yaitu kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain. Kegagalan karyawan mencapai kinerja yang diharapan oleh koperasi merupakan tangung jawab yang harus dihadapi oleh koperasi maupun bagi karyawan itu sendiri. Seorang manajer yang profesional harus tanggap terhadap permasalahan tersebut, dengan menganalisis keadaan-keadaan yang menyebabkan kinerja karyawan tersebut rendah selain itu juga harus dapat menilai aspek-aspek apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga dapat digunakan strategi-strategi yang tepat untuk peningkatan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai kinerja yang diharapkan oleh koperasi. Selain aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja seorang karyawan, pihak koperasi maupun manajemen sangat perlu memperhatikan penyebab dari kinerja rendah tersebut, kinerja karyawan yang di bawah standar mungkin bisa disebabkan sejumlah faktor, mulai dari keterampilan kerja yang buruk sehingga motivasi untuk bekerja pun rendah atau lingkungan kerja yang tidak kondusif, untuk lebih jelasnya berikut akan dipaparkan mengenai penyebab kinerja karyawan rendah atau tidak sesuai dengan harapan koperasi. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:173), mengemukakan penyebab kinerja rendah sebagai berikut : 1. Keterbatasan dana
38
2. Peralatan dan teknologi 3. Manajemen kurang efektif 4. Kepemimpinan kurang efektif 5. Supervisi dan pengawasan tidak efektif 6. Lingkungan kerja 7. Kebijakan pemegang saham 8. Kompetensi kerja 9. Disiplin dan etos kerja Menurut Perry (dalam Triton PB. ; 2005:102), mengemukakan tujuh tipe pekerja yang gagal mencapai kinerja (kinerja rendah) yang diharapkan oleh organisasi yaitu : 1. The Time Bomb Tipe pekerja the time bomb biasanya sulit mencapai kinerja yang dapat diharapkan oleh organisasi. Pekerja pada kelompok ini terdiri dari orang-orang yang temperamental dan senang mengacaukan suasana kerja. 2. The Wet Blanket Tipe pekerja ini cenderung berkonflik terutama dengan supervisor yang inovatif, berani mengambil risiko, dan berusaha menemukan hal-hal baru. 3. The Really Nice Person Pekerja tipe ini cenderung kharismatik dan sangat sopan dalam persahabatan. Walaupun pekerja tipe ini tidak mampu menghasilkan kinerja yang baik, tipe ini terlihat terlalu baik untuk diberikan sangsi. 4. The Isolate
39
Pekerja pada tipe ini cenderung pendiam, menyimpan rahasia, dan miskin komunikasi. Dari aspek pekerjaan tipe ini mampu melakukan dengan baik pekerjaannya, namun mereka sulit untuk berkomunikasi. 5. The Excuse Maker Tipe pekerja ini sering menghambat kinerjanya sendiri maupun kinerja organisasi akibat kebiasaannya menggunakan alasan. Tipe ini menggunakan berbagai alasan yang tidak masuk akal selalu ditujukan untuk membenarkan diri atas kinerjanya yang rendah. 6. The Loose Cannon Pekerja pada tipe ini memiliki ciri-ciri terlalu tekun, berbicara keras, jarang mempertimbangkan kinerjanya yang rendah, salah dalam pertimbangan, dan berlebihan atau salah arah akibat antusiasmenya. 7. The Employee With Paralysis Ofindecision Tipe pekerja ini menguasai hampir dalam semua aspek pekerjaan, tetapi tipe ini jika berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan baru, tipe ini biasanya tidak mampu memecahkannya secara kritis dalam keadaan darurat. Kinerja setiap karyawan dalam koperasi pasti berbeda-beda hal ini dikarenakan kemampuan dari masing-masing karyawan yang berbeda. Adanya perbedaan ini terkadang menjadi permasalahan dalam koperasi, penyebab kinerja karyawan yang rendah dapat bersifat internal maupun eksternal, menyangkut kelompok orang atau individu. Karyawan yang memiliki kinerja rendah merupakan masalah bagi koperasi yang apabila tidak ada penanganannya akan
40
berdampak negatif bagi perusahaan itu sendiri. Penyebab karyawan memiliki kinerja rendah bisa disebabkan oleh beberapa hal, untuk itu pihak manajemen koperasi harus dapat mengidentifikasi permasalahaan yang menyebabkan kinerja karyawan rendah tersebut, dengan begitu dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya guna peningkatan kinerja karyawan yang rendah tersebut. Menurut Sunarto (2005:192) mengemukakan langkah-langkah untuk menangani karyawan berkinerja rendah dengan cara :
1.
Identifikasi dan sepakati
masalahnya Analisis kejadiannya dan apa kekurangannya dibandingkan sasaran atau standar. Ini merupakan proses pemberian umpan balik, untuk mencapai kesepakatan apa sebenarnya yang menjadi masalah. 2.
Tentukan penyebab tidak
tercapainya sasaran/standar Koperasi bersama karyawan yang berkinerja rendah mencari penyebab mengapa harapan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Ini merupakan proses menyepakati fakta dan konteks terjadinya masalah. Penyebab masalah ini bisa disebabkan sesuatu di luar diri karyawan, disebabkan manajer, dan disebabkan oleh individu karyawan yang bersangkutan. 3. perlu diambil
Tindakan
koreksi
yang
41
Untuk memperbaiki kinerja buruk karyawan yang bersangkutan, koperasi dan karyawan harus bekerjasama untuk mengambil tindakan koreksi guna penanganan kinerja buruk tersebut. 4.
Sediakan
sumber
daya
tindakan koreksi Memastikan tersedianya pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengalaman atau fasilitas yang menjadi tugas manajer. 5.
Monitor dan beri umpan
balik Koperasi dan karyawan harus memantau kinerja, dan pastikan hal tersebut memberi umpan balik dan sepakati bersama tindak lanjut yang diperlukan. Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam koperasi adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan karyawan, dengan adanya pembinaan dan pengembangan tersebut diharapkan kinerja dari karyawan akan lebih baik. Berdasarkaan teori-teori maupun konsep-konsep tentang kinerja tersebut, maka tolok ukur kinerja karyawan yang akan dipergunakan dalam penelitian pada KSU “Tandangsari” Sumedang adalah teori yang dikemukakan oleh A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) dan Husein Umar (1997:266), dengan memperhatikan faktor-faktor penting dalam menilai kinerja karyawan antara lain kualitas kerja, kuantitas kerja, ketangguhan kerja, dan sikap kerja.
II.2.
Metode Penelitian
42
2.2.1. Metode yang Digunakan Metode penelitian suatu metode yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dari suatu peristiwa dengan teknik pengamatan yang digunakan yaitu observasi secara langsung dari obyek yang diteliti. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang keadaan nyata pada saat sekarang (sementara berlangsung). Analisis yang dilakukan terhadap data dan informasi yang diperoleh pada penelitian adalah analisis deskriptif. Jenis penelitian deskriptif analisis terdiri dari berbagai jenis penelitian yaitu penelitian studi kasus, penelitian survei, penelitian pengembangan (development study), penelitian lanjutan (follow up study), analisis dokumentasi, analisis kecenderungan (trend analisis) dan penelitian korelasi (correlation study). Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan penelitian korelasi (correlation study), yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Sedangkan jika dilihat dari tingkat eksplanasinya (tingkat penjelasannya) maka penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan jenis penelitian asosiatif yaitu penelitian untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti. 2.2.2. Jenis dan Macam Data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
43
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara, observasi, penyebaran angket dan penyebaran kuesioner kepada informan maupun responden. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan obyek penelitian baik berupa laporan, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan keadaan umum organisasi dan manajemen menyangkut permasalahan yang diteliti. Macam data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif, yaitu data yang menggambarkan kualitas obyek yang akan diteliti. 2. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka maupun tabel. Data ini menggambarkan obyek yang diteliti secara nominal 2.2.3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sebagai berikut : 1. Responden, yaitu orang-orang yang dapat menerangkan dirinya sendiri atau orang yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini adalah karyawan KSU “Tandangsari” Sumedang. 2. Informan, yaitu orang-orang yang mampu menerangkan diri orang lain atau keadaan tertentu. 3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis dan berhubungan dengan pembahasan masalah penelitian yang diperoleh dari berbagai literatur,
44
baik berupa catatan-catatan, laporan-laporan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan
perolehan
sumber
data
yang
terdapat
pada
KSU
“Tandangsari” Sumedang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Sumber Data dan Cara Penarikan Sumber Data Data Cara Jumlah Jumlah Kepuasan Kinerja Penarikan Populasi Sampel Kerja Karyawan Pengurus 5 5 S I I Pengawas 3 3 S I I Karyawan 74 30 P R R Anggota 2389 30 P I I Manajer 1 1 S R R Sumber : RAT KSU “Tandangsari” Sumedang Tahun 2006 Sumber
Keterangan :
S
= Sensus
I
=
P
= Purporsif
R =
Informan Responden
2.2.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam memperoleh data guna menunjang penelitian dengan cara: 1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti. 2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada para responden dan informan. 3. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan informan.
45
4. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis dan berhubungan dengan pembahasan masalah penelitian yang diperoleh dari berbagai macam literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2.2.5. Operasionalisasi Variabel Berdasarkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka variabel yang terdapat dalam pendekatan masalah terlebih dahulu dioperasionalisasikan dengan menentukan indikator dari variabel tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Tentang Kepuasan Kerja Indikator
Variabel Kepuasan Kerja
Dimensi Turn over
Tingkat absensi
Konkrit Data • Jumlah karyawan baru (yang masuk) • Jumlah karyawan yang keluar/berhenti • Tingkat ketidakhadiran karena sakit
S S
Macam Data KL KN KN
S
KN
S
KN
Jenis Data P
P
46
Tingkat pekerjaan
Umur
Ukuran organisasi
Keterangan : P S
• Tingkat ketidakhadiran karena izin • Tingkat ketidakhadiran karena alpa/tanpa keterangan • Tingkat kesulitan pekerjaan • Tingkat tanggungjawab terhadap pekerjaan • Kesesuaian umur dengan pekerjaan • Pengalaman kerja • Struktur organisasi • Koordinasi di koperasi • Tingkat pelayanan kepada anggota
= Primer
KL =Kualitatif
= Sensus
KN=Kuantitatif
P
S
KN
P
S
KN
P
KL
P
KL
P
KL
P P P P
KL KL KL KL
Tabel 03. Operasionalisasi Variabel Tentang Kinerja Karyawan Indikator
Variabel Kinerja Karyawan
Dimensi Kualitas kerja
Konkrit Data • Ketepatan dalam bekerja • Ketelitian dalam bekerja • Keterampilan kerja
Jenis Data P S P
Macam Data KL KN KL
P
KL
P
KL
47
Kuantitas kerja
Ketangguhan kerja (dapat tidaknya diandalkan)
Sikap kerja
• Kebersihan dalam bekerja • Jumlah pekerjaan rutin yang diselesaikan • Jumlah pekerjaan ekstra yang diselesaikan • Kemampuan mengikuti intruksi pimpinan • Inisiatif dalam melakukan pekerjaan • Hati-hati atau kehati-hatian dalam bekerja • Kerajinan dalam bekerja (absensi atau kehadiran) • Kemampuan dalam menghadapi perubahan pekerjaan • Adanya kerjasama dengan teman kerja • Tanggungjawab terhadap pekerjaan • Kejujuran dalam bekerja
Keterangan : P = Primer
KL = Kualitatif
S = Sensus
KN = Kuantitati
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
P
KL
2.2.6. Rancangan Analisis Data Analisis data merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokan, membuat urutan serta meningkatkan data sehingga memiliki arti dan mudah untuk dibaca. Pengolahan data yang terkumpul dari hasil wawancara dan kuesioner dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) langkah yaitu : persiapan, tabulasi, dan penerapan
48
data pada pendekatan penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan atas kebenarannya, selanjutnya data dianalisis. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriftif, di mana untuk memberikan gambaran tentang obyek pengamatan. Analisis deskriftif yaitu pengolahan data dengan sistem persentase dari setiap jawaban responden yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kriteria penilaian berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan. Persentase penilaian kriteria tiap indikator dari setiap variabel kepuasan kerja dengan kinerja karyawan dapat diperoleh dengan rumus : P=
fn
∑f
Keterangan : P fn
∑
f
x 100 %
= Persentase = Frekuensi ke – n = Jumlah frekuensi/responden
Berdasarkan rumus tersebut untuk mengetahui penilaian, yaitu persentase nilai kenyataan dari setiap variabel yang akan diukur maka dapat diperoleh dengan cara perhitungan skala persentase interval yang ditentukan dengan rumus : I =
( P − 0) % K
Keterangan : I = Skala Interval K = Jumlah Kriteria P = Total Persentase Berdasarkan rumus di atas dengan menggunakan 3 kriteria penilaian untuk tiap variabel diperoleh interval kelas sebesar : I =
(100 − 0) % 3
= 33,33 %
49
Berdasarkan persentase interval kelas sebesar 33,33% maka kriteria penilaian yang diperlukan untuk mengukur variabel kepuasan kerja masingmasing berada pada kisaran : 0
≤ X ≤ 33,33
= Rendah (tidak sesuai dengan harapan)
33,34 ≤ X ≤ 66,66
= Sedang/Cukup (cukup sesuai dengan harapan)
66,67 ≤ X ≤ 100
= Tinggi (sesuai dengan harapan)
Kriteria penilaian yang diperlukan untuk mengukur variabel kinerja karyawan masing-masing berada kisaraan : 0
≤ X ≤ 33,33
= Rendah (tidak sesuai dengan harapan)
33,34 ≤ X ≤ 66,66
= Sedang/Cukup (cukup sesuai dengan harapan)
66,67 ≤ X ≤ 100
= Tinggi (sesuai dengan harapan)
Hasil pengukuran dengan persentase (%) dari indikator masing-masing variabel tersebut dikalkulasikan dengan hasil akhir yang disajikan dengan tabel sebagai berikut : Tabel 04. Penilaian Tiap Indikator Indikator
Jumlah
Responden Frekuensi
Persentase
N
100
Gambaran secara umum tiap variabel yang diukur dapat diperoleh berdasarkan penilaian tiap indikator yang digunakan ke dalam tabel rekapitulasi nilai tiap variabel sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 05. Rekapitulasi Nilai Tiap Variabel No.
Indikator
Nilai
Kriteria
50
Harapan (%)
Jumlah Rata-rata persentase
Kenyataan (%)
100
2.2.7. Jadwal Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap dengan perincian sebagai berikut : 1. Fase persiapan
: Juni 2007 - Juli 2007
2. Fase pengumpulan data
: Agustus 2007 - September 2007
3. Fase pengolahan data
: Oktober 2007 - November 2007
4. Fase penulisan skripsi
: Desember 2007 - Januari 2008
DAFTAR PUSTAKA
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
51
Achmad S. Ruky (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. A.
Dale Timpe (1992). Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Asri Media. Jakarta. Agus Dharma (1985). Manajemen Prestasi Kerja. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta. Alfred Hanel (1989). Organisasi Koperasi, Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan Di Negara-negara Berkembang. Penerbit Universitas Padjajaran, Bandung. Alex Soemadji Nitisemito (1996). Manajemen Personalia. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. A. Usmara (2003). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books, Yogyakarta. Bambang Wahyudi (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Sulta, Bandung. E. B. Flippo (1992). Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hans H. Munker (1997). Masa Depan Koperasi. Penerbit Dekopin, Jakarta. Heidjrachman R. dan Suad Husnan (2000). Manajemen Personalia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Hudiyanto (2002). Sistem Koperasi : Idiologi Dan Pengelolaan. Penerbit UII Press, Yogyakarta. Husein Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jochen Ropke (1995). Kewirausahaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Jatinangor. Keith Davis and John W. Newstrom (1989). Human Behavior At Work: Organization Behavior. New York. MC. Grow Hill International. Laporan Pertanggungjawaban. Rapat Anggota Tahunan KSU “Tandangsari” Sumedang. Tahun 2003-2006. Malayu S. P. Hasibuan (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
52
M. Manullang & Marihot Manullang (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Payaman J. Simanjuntak (2005). Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Penerbit Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Ramudi Ariffin (2002). Manfaat Harga Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung. Rusidi (1997). Pedoman Penelitian Dan Penelitian Ilmiah. Penerbit Ikopin, Jatinangor.
UPT
Rusidi dan Maman Suratman (2002). Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran Tentang Pembangunan Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung. Sony Sumarsono (2003). Manajemen Koperasi : Teori Dan Praktek. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Sondang P. Siagian (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sugiono (2001). Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Penerbit
CV.
Alfabeta, Bandung. Sunarto & R. Sahedhy Noor (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogykarta. Susilo Martoyo (1992). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. T. Hani Handoko (1992). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. TIM IKOPIN (2001). Penjiwaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Bandung. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian. Penerbit Press Bandung. Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. BAB III KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 3.1
Keadaan Organisasi dan Manajemen KSU Tandangsari
53
3.1.1
Sejarah Terbentuknya KSU Tandangsari KSU Tandangsari pada mulanya berasal dari sebuah Koperasi unit Desa
dengan Koperasi Pertanian di wilayah Kecamatan Tanjungsari sejak perencanaan sampai berdirinya dengan nama BUUD Tanjungsari sesuai dengan INPRES No. 4 tahun 1973. Adapun yang menjadi pengurusnya yaitu: Ketua
: Elim Herdiana Saputra
Sektretaris
: Maman Sukmana
Bendahara
: E. Syamsudin
Usaha yang mula-mula dijalankan oleh BUUD Tanjungsari adalah penyaluran minyak tanah, penjualan pupuk, pengadaan pangan dan kredit candak kulak. BUUD Tanjungsari berjalan perlahan-lahan, tahun demi tahun dilaluinya dan pada tahun 1978 sesuai dengan INPRES No.2 Tahun 1978 BUUD Tanjungsari, ini mengalami perubahan nama menjadi KUD Tanjungsari kemudian pada tahun 1984 keluar INPRES No. 4 tahun 1984 di mana kedudukan KUD Tanjungsari sebagai wahana masyarakat pedesaan perlu diperkokoh dan dimantapkan secara terus menerus melalui upaya dan langkah-langkah pembinaan dan pengembangan yang lebih intensif dan terpadu secara berdaya guna dan berhasil guna. Sebagai dampak dari pelaksanaan Undang – Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan peraturan Daerah Kabupaten Sumedang yang mengatur tentang pembagian (pemekaran) wilayah Kecamatan, sehingga perkembangan keanggotaan dan kegiatan usaha peternakan sapi perah sudah melewati batas kerja dan kecamatan, maka diperlukan adanya perubahan dalam kelembagaan, disesuaikan dengan perkembangan yang ada sehingga gerak
54
organisasi bisa menjadi lebih leluasa. Untuk itu maka pada RAT tahun 2001 terjadi perubahan nama koperasi dari KUD Tanjungsari menjadi Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari yang wilayah kerjanya meliputi wilayah kabupaten Sumedang. Pada tahun 1980 KSU Tandangsari dalam pengembangan usahanya membentuk suatu unit usaha baru yang sesuai dengan potensi yang ada di wilayah kerjanya yaitu Unit Usaha Sapi Perah. Unit Usaha Sapi Perah tersebut memperoleh bantuan kredit berupa sapi perah dari Menteri Muda Urusan Koperasi yang disalurkan melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). KSU Tandangsari memperoleh hak badan hukum pada tahun 1989 KUD Tanjungsari badan hukum No. 7251A/BH/KWK-10/13 pada tanggal 27 Februari 1989. Dalam tahun buku 1986 telah terjadi suatu kejadian yang cukup penting dalam kehidupan KSU Tandangsari yaitu adanya penyesuaian Anggaran Dasar sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, maka sejak tanggal 23 Mei 1996 telah terjadi perubahan Anggaran Dasar dan nomor badan hukum yaitu No.7351/BH/PAD/KWK-10/V/1996. Pada tanggal 25 Maret 2002 mengalami perubahan BH menjadi : 7251/BH/PAD/DK.10.13.III/2002, perubahan ini dilakukan sebagai antisipasi untuk menghadapi perubahan iklim usaha koperasi di masa depan. Dimana KSU Tandang Sari diharapkan usaha-usaha koperasi dapat berkembang secara dinamis, mampu memperluas ruang geraknya tanpa dibatasi oleh batas-batas wilayah administratif. Sehingga di kemudian hari koperasi ini dapat menjadi soko guru Gerakan Koperasi di Kabupaten Sumedang.
55
Di bawah ini beberapa penghargaan dan prestasi hasil dari kerja keras pengurus, karyawan dan anggota dalam menjalankan koperasinya. 1. Tahun 1986 meraih juara satu Koperasi Unit Desa terbaik tingkat Kabupaten Sumedang. 2. Tahun 1987 penetapan klasifikasi A dari kantor Departemen Koperasi Kabupaten Sumedang. 3. Tahun 1988 meraih juara satu Koperasi Unit Desa terbaik tingkat Kabupeten Sumedang. 4. Tahun 1990 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri. 5. Tahun 1993 mendapat Penghargaan sebagai KUD mandiri harapan Tingkat Propinsi Jawa Barat. 6. Tahun 1994 mendapat penghargaan sebagai Koperasi Pedesaan Terbaik Tingkat Propinsi Jawa Barat. 7. Tahun 1997 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri Teladan Tingkat Propinsi Jawa Barat. 8. Tahun 1997 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri Harapan Tingkat Nasional sektor peternakan. 9. Tahun 1998 mendapat peghargaan sebagai KUD Mandiri teladan Tingkat Propinsi Jawa Barat. 10. Tahun 1999 mendapat penghargaan sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional. Kunci keberhasilan bagi Koperasi Serba Usaha Tandangsari adalah :
56
1. Wilayah kerja KSU Tandangsari sangat menunjang bagi perkembangan koperasi baik dilihat dari segi potensi fisik maupun non fisik. 2. Keterbukaan dan kemampuan dari pengelola disertai disiplin. 3. Adanya Tujuan khusus dan tujuan umum KSU Tandangsari yang diarahkan pada peningkatan pelayanan anggota dengan demikian anggota mempuyai rasa memiliki. 4. Adanya dukungan dan dorongan dari pihak intern KSU Tandangsari maupun ekstern. Secara geografis, wilayah Tanjungsari rata-rata berada di atas ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (Mdpl), suatu kondisi daerah yang cocok untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Tidaklah mengherankan apabila koperasi ini menjadi usaha Peternakan Sapi Perah sebagai bisnis inti (core business) atau usaha unggulannya. Dalam memperkokoh kedudukannya sebagai lembaga perekonomian masyarakat pedesaan maka KSU Tandangsari terus mengembangkan usahanya. Adapum usaha–usaha yang dikembangkan oleh KSU Tandangsari akan dijelaskan pada sub bab kegiatan usaha KSU Tandangsari. Untuk keanggotaan KSU Tandangsari sampai akhir tahun 2005 berjumlah 2.391 orang Dengan jumlah anggota tersebut baik pengurus, manajer maupun karyawan bekerja keras dengan segala usaha untuk dapat meningkatkan kegiatan usaha pelayanan dalam memenuhi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya
57
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab VI Pasal 21, bahwa perangkat organisasi terdiri dari Rapat anggota, Pengurus dan Pengawas. 3.1.2
Struktur Organisasi KSU Tandangsari
Rapat Anggota
Unit Ptrnkn Sapi Perah
Pengurus
Pengawas
Manajer
Staf ADM
Unit Simpan Pinjam
Unit SAPROTAN
Unit WASERDA
Anggota
Keterangan : Garis Komando Garis Koordinasi Garis Partisipasi Anggota Dalm RAT Garis Pengawasan Garis Partisipasi/Pelayanan Gambar 04. Struktur Organisasi KSU Tandang Sari
58
KSU Tandangsari mempunyai alat kelengkapan organisasi berdasarkan ketentuan tersebut dimana struktur organisasi KSU Tandangsari sebagai dasar melakukan kegiatan usahanya dan pula sebagai dasar dalam melaksanakan sistem akuntansi di KSU Tandangsari secara keseluruhan. Untuk memenuhi hal tersebut maka dapat dilihat pada struktur organisasi KSU Tandangsari. Untuk memperjelas tentang perangkat organisasi koperasi maka akan dijelaskan tentang tugas dan fungsi masing-masing dibawah ini. a. Rapat Anggota Pelaksanaan Rapat Anggota KSU Tandangsari sudah berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan peraturan yang ada di anggaran dasar yaitu bahwa rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, jika hal tersebut tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota mempunyai hak satu suara. Rapat Anggota juga berhak meminta keterangan dan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas tentang pengelolaan koperasi. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam sistem koperasi Indonesia. Didalam rapat Anggota KSU Tandang Sari tidak saja berfungsi untuk merumuskan rencana jangka pendek, tetapi juga menetapkan hal-hal yang sejalan dengan Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 23 UU RI No. 25 Tahun 1992, bahwa dalam rapat anggota menetapkan : a) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (RAT); b) Kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan-keputusan koperasi yang lebih tinggi;
59
c) Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta mengesahkan laporan keuangan; e) Mengesahkan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f) Pembagian Sisa Hasil Usaha; g) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi. Pengurus Sebelum pelaksanaan rapat anggota di Koperasi ,maka dilaksanakan terlebih dahulu pra-rapat, dimana seluruh anggota bersama sama menentukan wakil-wakilnya yang akan membawa aspirasi mereka didalam rapat anggota nanti, perwakilan disini biasanya diwakili oleh perwakilan kelompok anggota dari setiap unit diKoperasi Tandangsari. Mereka inilah yang mengikuti rapat anggota setiap tahunnya dan juga hak suara dan hak bicara,yang menarik dikoperasi KSU tandangsari tidak ada anggota Fasif atau yang tidak aktif ini dilakukan Koperasi setelah adakan penelitian jumlah anggota aktif tersebut, maka berdasarkan keputusan rapat pengurus tanggal 25 januari 2005, sebagai pelaksanaan keputusan dari RA anggota tahun lalu. Anggota yang tercatat haya anggota aktif dan anggota tidak aktif atau fasif dibekukan (diberhebtikan secara administratif). Dalam pelaksanaan RAT berbagai persoalan yang menyangkut tata kehidupan koperasi dibahas untuk kemudian dipecahkan, kebijakan dan arah organisasi koperasi secara bersama-sama, RAT dilaksanakan setahun sekali, sudah dikatakan baik karena hampir semua anggota hadir dalam RAT tersebut, rapat anggota yang dilaksanakan di Koperasi KSU Tandangsari Sumedang pada
60
umumnya berjalan dengan baik dan memenuhi persyaratan tingkat kehadiaran anggota yang lebih dari separuh jumlah anggota Koperasi. Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, jika hal tersebut tidak tercapai maka pengambilan keputusan tersebut dilakukan voting (pengambilan suara terbanyak). Dalam pemungutan suara. Rapat anggota juga meminta pertanggungjawaban pengurus, pengawas tentang pengelolaan koperasi. b. Pengurus Pengurus merupakan personifikasi badan hukum koperasi, jadi pengurus melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama koperasi serta mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan. Pengurus tersebut dipilih dari dan oleh anggota melalui Rapat Anggota, Pengurus harus bertanggung jawab atas segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota. Berdasarkan keputusan Rapat Anggota tahun 2002, susunan pengurus KSU Tandangsari periode 2003-2006 adalah sebagai berikut. 1. Ketua Umum
: H. EEN SUWARNA
2. Ketua Bid. Usaha
: H. OYO SUWAYA
3. Ketua Bid. Organisasi & Kelembagaan : Pupung Purwana, SH 4. Sekretaris 5. Bendahara
: Yayah Sofiah : H. Oyo Sukarya
Sementara bertindak sebagai pengelola usaha koperasi diangkat seorang manajer yaitu Toni Kartobi yang dibantu oleh 69 orang karyawan. Pengangkatan
61
ini berdasarkan surat keputusan pengurus No : 03 / K / I / 5 / SK / M / 01 dengan disepakati oleh rapat anggota tahun 2002. Adapun uraian dari tugas pengurus Koperasi KSU Tandangsari Sumedang adalah sebagai berikut: 1. Ketua Umum a. menetapkan kebijakan umum b. menandatangani surat-surat perjanjian pemerintah membayar uang c. bertanggungjawab akan lancarnya usaha koperasi dan keseluruhan jalannya koperasi 2. Ketua bidang Usaha a. Mengkoordinir tugas-tugas perencanaan Usaha koperasi dan keseluruhan jalannya koperasi b. mengawasi kinerja karyawan yang ada disetiap unit usaha c. bertanggungjawab tentang laporan bidang usaha koperasi yang dan jalannya kinerja yang ada disetiap unit us 3. Ketua bid. Organisasi & kelembagaan. a. melayani kepentingan dari luar mengenai kegiatan Koperasi b. mewakili organisasi dihadapan dan diluar pengadilan c. bertanggungjawab tentang laporan bidang organisasi dan kelembagaan yang ada dikoperasi. d. Mengkoordinir tata laksana organisasi koperasi secara keseluruhan. 4. Sekretaris
62
a. bertanggung jwar akan seluruh keuangan dan harta kekayaan koperasi lainnya. Ia bertindak sebagai compamatabel yang mana antara lain kewajiban
menerima,
menyimpan,
membayar
serta
mempertanggungjawabkan seluruh pengurus koperasi. b. memelihara dan mempertanggung jawabkan alat-alat kantor/ inventaris koperasi. c. mengeluarkan uang koperasi atas persetujuan/ perintah ketua koperasi. d. serta Organisatoris bertanggungjawab kepada ketua. 5. Bendahara a.mengerjakan bukti kas harian, buku bank, buku pengadaan barang, serta buku-buku lain yang diperlukan b.mengkoreksi atau mencocokan setiap data keuangan laporan keuangan bulanan. c. membuat Neraca dan perhitungan hasil usaha per-triwulan dan tahunan. d. menyetorkan uang. e. bertanggung jawab sekretaris
c. Pengawas Pengawas dalam koperasi mempunyai tugas mewakili anggota dalam hal pengawasan dan pemeriksaan terhadap aspek organisasi dan usaha. Dalam aspek organisasi, pengawasannya meliputi pelaksanaan sendi dasar koperasi serta penjabaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga koperasi. Sedangkan
63
untuk aspek usaha meliputi kesesuaian rencana usaha dengan realisasinya, serta efisiensi usaha koperasi yang dijalankan. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota melalui Rapat Anggota juga bertanggung jawab kepada anggota melalui Rapat Anggota, persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Ketentuan tentang tugas dan wewenang pengawas diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 39. Susunan pengawas Koperasi Serba Usaha Tandang Sari untuk periode 2003 – 2006 adalah : Ketua merangkap anggota
: Sumarlin
Anggota
: 1. Elim Sasmita 2. Apat Maman
Adapun tugas dan fungsinya pengawas dapat diuraikan dibawah ini: 1. Pengawas a. Bertugas mengawasi dan melaporkan aspek usaha koperasi,organisasi dan permodalan yang dilakukan secara kontinyu. b. Mengadakan rapat mecakup aspek usaha, organisasi dan permodalan. 2. Manajer Manajer berfungsi sebagai pengelola usaha KSU Tandang Sari berdasarkan wewenang yang dilimpahkan pengurus. Kriteria manajer harus memenuhi kualitas yang diantaranya adalah mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dibidang manajemen usaha yang ditanganinya, memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat bekerjasama dengan pihak lain.
64
Manajer bertanggung jawab kepada pengurus yang membawahinya. Manajer diangkat dan diberhentikan oleh ketua umum. Adapun pengertian manajer umum adalah : “ Manajer Umum didalam koperasi / KSU adalah orang-orang yang diangkat dan telah mendapat pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari pengurus koperasi untuk memimpin orang-orang (manajer unit usaha, seksi dan staf atau karyawan), mengatur sumber-sumber, saran-saran produksi, agar supaya semua berhasil, berdaya guna dan tepat guna bagi kesejahteraan anggota koperasi / KSU”. (Departemen Koperasi, 1984) Dari definisi tersebut dapatlah dikatakan bahwa manajer adalah orang yang bertanggung jawab atas jalannya usaha organisasi koperasi yang dilimpahkan oleh pengurus. Manajer adalah penghubung antara karyawan disatu pihak dengan pengurus dilain pihak serta merupakan peletakan dasar kebijaksanaan kerja. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab manajer mencakup organisasi dan usaha. Pada KSU Tandang Sari terdapat satu orang manajer yang diangkat oleh pengurus dan membawahi beberapa unit usaha. Adapun Manajer Koperasi Serba Usaha Tandang Sari untuk periode
2003 – 2006 adalah : H. Toni Kartobi
Tugas dan fungsi manajer dapat diuraikan dibawah ini: 1. Tugas manajer adalah mengkoordinir unit-unit usaha. 2.
mengarahkan, membina karyawan.
3. mengawasi jalannya usaha.
65
3. Karyawan Karyawan merupakan suatu unsur penting untuk melakukan aktivitas usaha yang ada di KSU Tandang Sari sehingga fungsi pelayanan kepada anggota dapat dilakukan seefektif mungkin. Karyawan KSU Tandang Sari tahun 2005 tercatat sebanyak 69 orang, termasuk 1 orang manajer. Kelengkapan lain dalam KSU Tandangsari adalah badan pembimbing dan pelindung (BPP). Untuk BPP ini ditunjuk 3 orang tokoh masyarakat diwilayah kerja KSU Tandangsari. Adanya BPP ini didasarkan pada Inpres No. 4 Tahun 1984 tentang pembinaan dan pengawasan koperasi unit desa, dengan tugas pokok memberikan bimbingan dan perlindungan kepada koperasi. Adapun tugas yang dilaksanakan oleh karyawan dikoperasi dapat diuraikan dibawah ini: 1. mempersiapkan data laporan dari semua kinerja disetiap unit, untuk rapat rutin dan RAT. 2. melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengurus 3. mengisi buku anggota koperasi dilingkungan koperasi KSU tandangsari 4. membuar laporan pajak 5. membantu pelayanan 6. komputerisasi 7. melayani karyawan yang kan menjadianggota baru 4. Keanggotaan Keanggotaan
KSU
Tandang
Sari
sebagai
mana
tuntunan
Perundang-Undangan didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam
66
lingkup usaha koperasi. Dengan sikap sukarela dan terbuka maka keanggotaan koperasi akan tumbuh dengan kemanfaatan ekonomis yang diperoleh oleh anggota. Implikasi dari pemahaman ini bagi koperasi dapat tersirat pada perkembangan jumlah anggota. Tabel 10. Perkembangan Keanggotaan KSU Tandang Sari Tahun 2001-2005 jumlah jumlah persentase masuk keluar awal akhir (%) 1 2001 6.443 342 218 6.567 2 2002 6.567 344 188 6.723 (-)97,68 3 2003 6.567 368 156 6.935 (-)96,97 4 2004 6.935 410 182 7.163 (-)96,84 5 2005 2.339 258 206 2.391 (+)99,58 Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005 no
tahun
Berdasarkan tabel perkembangan keanggotaan KSU Tandang Sari pada tahun 2001 jumlah awal anggota berjumlah 2,32% karena ada yang masuk dan ada yang keluar maka jumlah akhir pada tahun 2002 sebanyak 2,23%. Melihat dari tahun 2003: 3,06% sampai 2004: 3,18 %. dan pada tahun buku 2005 tanggal 25 Januari 2005: (-)199,58%, anggota telah melakukan registrasi dan yang melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota aktif sebanyak (-)320,24%. Setelah dilakukan penelitian jumlah anggota aktif tersebut, maka berdasarkan keputusan rapat pengurus tanggal 25 Januari 2005, sebagai pelaksanaan dari keputusan Rapat Anggota tahun lalu, Anggota tercatat hanya anggota aktif dan anggota tidak aktif dihapus bukukan (diberhentikan secara administratif). Penurunan jumlah anggota ini mencapai persentase sebesar (-199,58 %) pada tahun 2005.
67
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota KSU Tandangsari adalah sebagai berikut : 1. Warga Negara Indonesia dewasa yang mampu dan sanggup melakukan tindakan hukum. 2. Menerima landasan idiil, asas dan sendi dasar koperasi. 3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan menjalankan haknya sebagai anggota sesuai dengan Undang-undang koperasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KSU Tandangsari. 4. Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib bulannya, serta menyerahkan foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar untuk kartu anggota. 3.1.3
Kegiatan Usaha KSU Tandangsari Pada dasarnya semua kegiatan usaha yang dijalankan koperasi bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, dengan adanya peningkatan kegiatan usaha yang ditangani diharapkan pula dapat meningkatkan sisa hasil usaha. Secara umum kegiatan usaha yang dilakukan KSU Tandangsari mengalami peningkatan, walaupun masih ada beberapa unit usaha yang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh KSU Tandangsari mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan sisa hasil usaha yang diperoleh KSU Tandangsari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel perkembangan sisa hasil usaha KSU Tandangsari Tahun 2001 sampai dengan 2005 yaitu :
68
Tabel 11. Perkembangan Sisa Hasil Usaha KSU Tandangsari Tahun 2001-2005 Tahun
Jumlah Sisa Hasil Usaha (Rp)
Kenaikan/Penurunan (%)
2001
60.525.342,14
-
2002
75.355.742,25
(-)80,32%
2003
91.283.913,23
(-)82,55%
2004
104.788.713,52
(-)87,11%
2005
117.317.782,48
(-)89,32%
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandangsari 2001,2002,2003,2004 & 2005 Dari sisa hasil usaha pada tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2002 sebanyak 19.68%,sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 17.45% dan pada tahun 2004 sebanyak 12.89% serta pada tahun 2005 sebanyak 10.68% ini menunjukan penurunan dari tahun ketahun disebabkan karna adanya penurunan anggota dan penghapusan anggota oleh RAT yang diputuskan memberhentikan anggota secara administratif bagi anggota yang tidak aktif atau pasif. 3.1.4. Unit-usaha pada KSU Tandangsari. Unit Usaha Sapi Perah Unit Usaha Sapi Perah ini mulai beroperasi pada tahun 1980 dengan bantuan kredit yang diperoleh dari Menteri Muda Urusan Koperasi yang disalurkan melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia ( GKSI ) sebanyak 100 ekor sapi perah. Selain sapi perah yang diperoleh dari bantuan kredit tersebut, jumlah sapi perah yang diusahakan masih bertambah lagi dengan sapi perah lokal yang dimiliki anggota, sehingga produksi susu yang dihasilkan meningkat. Produksi susu yang dihasilkan KSU Tandangsari dijual ke Gabungan Koperasi Susu
69
Indonesia yang disalurkan Milk Treatment ( MT ) Ujung Berung dan sebagian dijual langsung ke konsumen berupa susu murni. Kegiatan usaha pada Unit Sapi Perah ini meliputi kegiatan-kegiatan pelayanan sebagai berikut : a. Penampungan dan Pemasaran Susu Kegiatan usaha penampungan dan pemasaran susu murni sebagai salah satu usaha primadona di KSU Tandangsari. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan sebagai upaya untuk adanya efisiensi dan nilai tambah dalam kegiatan pemasaran susu sejak September 1996. Pada unit usaha ini KSU Tandang Sari sebagai distributor susu murni dari menerima penjualan dari anggota kepada pemasaran ke perusahaan swasta maupun GKSI. Artinya bahwa anggota menjual susu murni yang dihasilkan oleh sapi perah milikya di atas harga pasar kepada KSU Tandangsari, lalu KSU Tandang Sari menjual kepasar secara langsung, baik dijual kepada GKSI maupun dijual keperusahaan swasta antara lain perusahaan IndoMilk dan IndoLakto dengan harga diatas standar. Proses pembelian/penampungan dan pemasaran susu murni pada KSU Tandang Sari bermula dari anggota. Anggota peternak menyediakan air susu pada penampungan yang dibagi berdasarkan kelompok dan dari kelompok ke Cooling Unit, kemudian langsung di gabungkan dan didistribusikan ke Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Hal tersebut dilakukan setiap hari pada jam 06:00 WIB dan pada sore hari sekitar jam 15:00 WIB. Produksi susu sapi KSU
70
Tandang Sari per ekornya mampu menghasilkan rata-rata 14-15 liter/hari. Harga pembelian maupun penjualan susu didasarkan pada standar kualitas susu. Pembelian maupun penjualan susu didasarkan pada standar kualitas Total Solid 11,0 sebesar Rp. 1700,- selanjutnya setiap peningkatan kualitas sebesar 0,1 dihargai sebesar
Rp. 10,-
Berikut Ini perkembangan pembelian dan pemasaran susu murni dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Tabel 12. Perkembangan Pembelian dan Pemasaran Susu Murni Tahun 2001 - 2005 No
Tahun
1.
pembelian Volume/L
Nilai/Rp
2001
5.993.413,00
9.296.465.585,00
2.
2002
6.621.819,00
3.
2003
4. 5.
%
PENJUALAN
%
Volume/L
Nilai/Rp
-
6.074.706,00
10.435.192.539,70
-
9.114.100.511,00
-2.00
6.695.005,50
12.079.837.679,91
(-)86,39%
7.941.066,50
13.310.406.254,00
31.53
8.048.566,00
15.142.566.329,50
(-)97,77%
2004
10.489.770
17.474.341.638,67
23.83
1.0631.100
19.353.813.402,60
(-)78,24%
2005
11.303.041
20.312.513.725,33
13.97
11.307.317
21.817.174.984,57
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005 Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tahun 2002 penjualan sebesar 3.61%dan pembelian (-)2,00%, tahun 2003 pembelian sebesar 31,57%, penjualan sebesar 20.23%, pada tahun 2004 pembelian sebesar 23,83% dan penjualan sebesar 21.76% dan pada tahun 2005 pembelian sebesar 13,97%, penjualan sebesar 11.29%,pembelian susu sapi murni dari tahun ketahun mengalami peningkatan sebesar rata-rata 16,83%, begitu pula dengan pemasaran susu sapi murni dari tahun ketahun mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,72 %. Artinya pendapatan KSU Tandang Sari dari sub unit ini sangat menguntungkan dan berdampak positif kepada kelangsungan hidup KSU Tandang Sari dalam melayani anggota. Ini
(-)88,71%
71
dikarnakan karena adanya tambahan dari populasi sapi yang didatangkan atau dibeli pada pebruari 2003 sebanyak 30 ekor sapi, maret 2004 sebanyak 30 ekor sapi,dan september 2005 sebanyak 30 ekor sapi, oleh sebab itulah koperasi mendapatkan peningkatan penjualan susu perah. b. Pengolahan Makanan Ternak (KONSENTRAT) Untuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak untuk sapi perah anggota maka KSU Tandangsari melakukan pengolahan pakan ternak (konsentrat) sebagai sub unit kegiatan usaha sapi perah. Perkembangan produksi dan penjualan makanan ternak selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 13. Perkembangan Produksi dan Penjualan Konsentrat tahun – 2005 No
tahun
produksi
pENJUALAN
hargapenjualan
/kG
/kG
/rP
2001
%
1.
2001
3.945.475,00
4.020.123
2.774.044.296
-
2.
2002
4.886.896,10
4.757.620
3.176.482.465
3.
2003
5.848.421,00
5.855.010
4.420.476.800
4.
2004
6.773.729,00
6.762.420
5.184.056.000
12.67 28.14 14.73 14.46
5.
2006
7.632.500,00
7.616.770
6.060.322.000
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005 Berdasarkan tabel diatas, bahwa produksi dan penjualan pakan ternak dari tahun-ketahun mengalami kenaikan sebesar 17,50 %, artinya bahwa pendapatan koperasi pada sub ini sangat menguntungkan. Pada bulan Agustus 2000 telah dirintis untuk pembuatan Complete Feed. Selama ini telah/sedang dilakukan uju coba sarana prasarana yang telah
72
disediakan adalah : Bangunan pabrik dan sarana gudang seluas 327,6 M, mesin pengolah sebanyak satu unit. c. Pelayanan Inseminasi Buatan (IB) Sebagai upaya untuk meningkatkan populasi sapi perah dilakukan melalui kegiatan inseminasi buatan mendatangkan induk dari luar wilayah serta mempertahankan hasil reproduksi (anak/pedet) dengan cara pemeliharaan atau pembibitan. d. Pelayanan Kesehatan hewan Dalam kegiatan pelayanan kesehatan hewan KSU Tandangsari bekerja sama dengan Pos Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Dati II Sumedang yang dalam pelaksanaannya dilayani oleh para petugas Pos Hewan dibantu tenaga atau petugas KSU Tandangsari. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan hewan dan berdasarkan keputusan Rapat Anggota Tahunan 1995 yang lalu maka telah diangkat seorang tenaga dokter hewan. e. Populasi Sapi Perah Perkembangan populasi sapi perah di KSU Tandangsari tiap tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan inseminator buatan dan penyuluhan kepada anggota. Untuk menjaga populasi sapi perah serta penyediaan bibit, KSU Tandang Sari telah melaksanakan pembibitan melalui pola parohan di para anggota serta pencontohan.
73
Tabel 14. Perkembangan Populasi Sapi perah Milik Koperasi serba Usaha Tandang Sari Tahun 2001 – 2005 jantan
pedet
pedet
dewasa
betina
jantan
9
58
31
450
187
3
44
23
547
404
136
6
45
40
631
2004
402
84
15
111
61
673
2005
402
64
12
123
83
684
no
tahun
induk
dara
1.
2001
284
68
2.
2002
290
3.
2003
4. 5.
jumlah
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005 Berdasarkan tabel diatas adalah populasi sapi perah yang dimiliki KSU Tandang Sari dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 jumlahnya terus bertambah rata-rata kenaikan 9.66 % pertahun hal ini tersebut dapat menambah aset atau kekayaan bagi KSU Tandang Sari. 2. Unit Usaha Simpan Pinjam Unit Usaha Simpan Pinjam ini mulai berjalan tahun 1989 dimana unit ini adalah salah satu usaha perkreditan yang sangat potensial. Kegiatan usaha Unit Simpan Pinjam ini dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan baik dari volume usaha maupun jumlah pinjaman dari anggota yang dapat dilayani. Kegiatan usaha unit ini meliputi penghimpunan dana dalam bentuk simpanan koperasi berjangka (simkopka) dan simpanan sukarela serta melayani kredit permodalan usaha bagi anggota berupa pinjaman berjangka dan pinjaman harian.
74
Untuk produk jasa pinjaman harian atau disebut Simpan Pinjam Harian (SPH) mulai diperkenalkan pada tahun 1997. Pinjaman ini melayani kredit usaha kecil bagi pengemudi ojeg, pengemudi delman, pengusaha industri rumah, pedagang warung dan kaki lima dengan sistem paket. Plafond per paket adalah Rp. 90.000,00. Dimana setiap anggota diperkenankan mengambil kredit maksimal 5 (lima) paket atau senilai Rp. 450.000,00. Tingkat bunga yang dibebankan sebesar 5 % menurun perbulan. Kehadiran produk ini disambut baik oleh para anggota dan menunjukkan perkembangan yang baik untuk tahun pertamanya. Sementara pinjaman berjangka (pinjaman bulanan)
melayani kredit
minimal Rp. 500.000,00 dengan jangka waktu maksimal 10 (sepuluh) bulan. Tingkat bunga yang dibebankan sebesar 4% perbulan dengan metode perhitungan menurun. Pertumbuhan pinjaman pada unit usaha ini persyaratannya atau aturan umumnya antara lain : 1. Telah menjadi anggota KSU Tandangsari sekurang-kurangnya 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan. 2. Aktif dalam menjalankan kewajibannya. 3. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) 4. Besarnya pinjaman 5 (lima) kali jumlah simpanan tidak termasuk dana kesehatan dan dana kematian. 5. Untuk pinjaman lebih dari Rp. 500.000,00 mengharuskan adanya agunan berupa sertifikat tanah atau BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor). Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, sebagai
75
peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, maka selanjutnya pengelolaan usaha simpan pinjam harus terpisah atau sebagai unit yang otonom. Hal ini harus sudah dilaksanakan pada Mei 1997, sebagai persiapan dalam pelaksanaan Pengelolaan Unit Simpan Pinjam maka pada tahun 1996 KSU Tandangsari ditunjuk oleh Kantor Wilayah Koperasi sebagai salah satu Pilot Proyek Unit Simpan Pinjam di antara 5 (lima) Koperasi Unit Desa yang lain di Jawa Barat. Sebagai langkah penyesuaian tersebut sejak bulan September 1997 Unit Simpan Pinjam telah melaksanakan pembenahan - pembenahan dalam penataan administrasi akuntansi dan personalia. Keadaan kegiatan pada Unit Simpan Pinjam pada tahun 2001 sampai dengan 2005 sebagai berikut : Tabel 16. Perkembangan Kegiatan Unit Simpan Pinjam KSU Tandangsari Tahun 2001 – 2005 no
tahun
1.
2001
2.
total
pendapatan
shu
%
2.048.141.52
523.964.172
20.612.81
-
2002
6
641.553.243
0
3.
2003
2.186.386.13
775.343.503
25.085.52
4.
2004
17.83 16.83 9.86 6.20
5.
2005
aset
4 2.943.325.64 2
800.293.867 735.129.938
6 30.161.69 0
3.017.341.48
33.461.08
5
1
3.288.495.28
35.672.39
5
9
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005
76
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui unit usaha simpan pinjam tiap tahunnya mengalami peningkatan dilihat dari Sisa Hasil Usaha mengalami peningkatan rata-rata sebesar 12,68 % pertahun. Ini artinya bahwa anggota lebih banyak memanfaatkan jasa pinjaman yang ada pada KSU Tandang Sari. Dalam upaya meningkatkan permodalan dan pelayanan usaha kepada anggota pada Unit Simpan Pinjam dibuka pelayanan simpanan berjangka bagi anggota. Hal ini sesuai dengan keputusan rapat anggota tahun 1995 bahwa kepada anggota yang menyimpan dana dalam bentuk simpanan berjangka maka akan diberikan jasa simpanan sebesar 2 % per bulan. Kondisi permodalan USP KSU Tandangsari dapat ditinjau melalui rasio modal terhadap total aktiva seperti pada JUKNIS KSP/USP (Dirjen PKP Depkop dan PPK, 1997:67). Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat diharapkan mampu untuk mendukung pendanaan pengembangan usaha masyarakat anggotanya. Terutama bagi pelaku usaha kecil dan mikro seperti anggota KSU Tandang Sari yang bergerak di sektor usaha peternakan sapi perah, perdagangan dan pertanian yang biasanya sulit dijangkau oleh lembaga keuangan yang biasa. Adapun persyaratan untuk memperoleh pinjaman sebagai berikut : 1. Anggota KSU Tandang Sari 2. Aktif Menyimpan 3. Dapat dipercaya 4. Dapat mengembalikan kredit tepat waktu 5. Memenuhi persyaratan administrasi
77
6. Besarnya kredit maksimal 5 kali dari simpanan anggota
Unit Usaha Waserda Unit Usaha Warung Serba Ada (Waserda) ini masih berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya. Unit ini dilaksanakan secara otonom yang dikelola oleh anggota bekerjasama dengan KSU Tandangsari. Kegiatan usahanya meliputi jual beli (perdagangan) sembilan bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Unit ini disamping melayani anggota juga melayani masyarakat umum. Waserda KSU Tandang Sari melayani penjualan sembilan bahan pokok (sembako) bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Secara manajemen pengelolaannya dilakukan secara otonom non organik. Dari unit ini KSU mendapatkan bagi hasil dari pengelola setiap tahunnya rata-rata sebesar Rp. 750.000,00. Potensi dari unit usaha WASERDA belum dapat dikembangkan secara optimal oleh KSU, mengingat dekatnya pusat pelayanan dengan pasar Tanjungsari dan minimnya modal. Namun untuk kedepannya KSU Tandang Sari merencanakan Waserda sehingga bisa menjadi waserda setingkat grosir yang akan menyuplai kebutuhan sembako bagi Anggota dengan memanfaatkan jaringan WASERDA Kelompok Peternak. 4.) Unit Usaha Sarana Produksi Pertanian (Saprotan) Kegiatan Usaha Saprotan ini meliputi kegiatan pembelian dan penjualan pupuk, bibit dan obat-obatan pertanian. Dalam pelaksanaannya selain bertindak sebagai penyalur, mempunyai juga kios pengecer (pada TPK organik). Perkembangan dari unit usaha yang dikelola secara otonom ini berjalan fluktiatif
78
yang mungkin terkait dengan kondisi usaha pertanian di Indonesia yang bisa dinilai belum berjalan prosfektif. Tabel 17. Perkembangan Unit Usaha Saprotan KSU Tandang Sari Periode 2001 – 2005 no
uraian
2001
2002
2003
2004
2005
1.
Penjualan
309.722.76 5
236.022.11 5
269.646.82 9
195.498.76 2
52.736.470
2.
Harga pokok
291.797.03 0
211.780.18 0
242.185.06 1
167.874.09 3
200.826.131
3.
Biaya-biaya
17.265.400
23.938.750
27.081.854
27.624.669
28.191.900
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005 Perkembangan unit usaha saprotan pada tahun-ketahunnya mengalami kemerosotan dari biaya dan harga pokok tidak sesuai dengan penjualan sehingga tidak seperti yang diinginkan oleh koperasi ini disebabkan oleh kurangnya kualitas dari obat-obatan dan pupuk yang dikelola oleh koperasi secara otonom diunit saprotan sehingga tidak dapat bersaing, sehingga produk yang dikelola otonom kurang diminati. 3.1.4
Keadaan Permodalan dan Keuangan KSU Tandangsari Modal merupakan salah satu sarana pokok dalam menjalankan suatu usaha
kegiatan ekonomi, demikian pula dengan KSU Tandangsari sebagai organisasi ekonomi yang memerlukan modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Sumber permodalan KSU Tandangsari dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu dari dalam dan dari luar. Modal dari dalam meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan wajib khusus, donasi, cadangan koperasi dan sisa hasil usaha tahun berjalan.
79
Sedangkan modal dari luar terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan modal sendiri KSU Tandangsari selama tahun 2005 dapat dilihat sebagai berikut: 1. Modal Sendiri 1. Simpanan Pokok
: Rp. 16.157.500,00
2. Simpanan Wajib
: Rp. 613.650.069,00
3. Simpanan Wajib Khusus
:Rp.1.447.518.542,88
4. Cadangan Koperasi
: Rp. 414.300.827,67
5. Donasi
: Rp. 15.490.269,50
6. SHU Tahun Berjalan
:
Rp.
117.317.782,48 JUMLAH
: Rp. 260.827.749,20
Modal Dari Bank 1. BRI
: Rp. 41.613.394,98
2. BCA
: Rp.
3. BUKOPIN
: Rp. 12.923.158,65
4. BNI
: Rp.
5. BHS
: Rp. 98.970.891,09
JUMLAH
–
–
: Rp. 749.397.358,24
Modal Dari Anggota 1. Simpanan Berjangka
:
Rp.1.786.974.497,00 2. Simpanan Sukarela
: Rp. 414.455.829,20
80
3. Beban Ymh Di bayar
:
Rp.
189.236.519,09 JUMLAH
:
Rp 1.760.825.194,98
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2005
Tabel 18. Posisi keuangan KSU Tandangsari Tahun 2005
Aktiva
Jumlah (Rp)
Pasiva
Jumlah (Rp)
Aktiva lancar
6.800.411.141,81
Hutang Jk.
4.167.613.517,17
Investasi Jk. Pjg
197.737.662,69
Pendek
Aktiva tetap
3.181.064.529,62
Hutang
3.396.164.825,42
Aktiva lain-lain
9.000.000,00
Jk. Pjg
2.624.434.991,53
Modal sendiri Jumlah
10.188.213.334,12
10.188.213.334,12
Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandangsari 2005 Dengan melihat laporan keuangan KSU Tandangsari maka keadaan keuangannya dapat dianalisa dengan menggunakan analisa likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas modal sendiri yaitu sebagai berikut : a. Likuiditas Pengertian Likuiditas menurut Bambang Riyanto (1996:19) adalah sebagai berikut :
81
“ Likuiditas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi selama jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut adalah semua hutang lancar dan segala kebutuhan untuk menjalankan segala kegiatan.” Suatu koperasi yang mempunyai kemampuan membayar kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi maka koperasi itu disebut “likuid’ dan sebaliknya koperasi yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah “illikuid”.
Likuiditas
koperasi
dapat
diketahui
dari
neraca
dengan
membandingkan jumlah aktiva lancar di satu pihak dengan utang lancar (current liabilities), hasil perbandingan tersebut disebut current ratio atau working capital ratio. Berikut current ratio KSU Tandang Sari :
Aktiva lancar Rasio Likuiditas =
X 100% Hutang lancar
Perhitungan kemampuan / likuiditas keadaan keuangan KSU Tandang Sari neraca per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut :
6.800.411.141,83 Rasio Likuiditas =
X 100% 4.167.613.517,17 = 163 %
Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa tingkat likuiditas KSU Tandang Sari sebesar 1,63 % artinya setiap Rp1,00 hutang jangka pendek dijamin oleh Rp. 1,63 aktiva lancar tahun 2005. Ini berarti KSU Tandang Sari dalam posisi likuid. Selain menggunakan rumus tersebut Likuiditas dapat dilihat pula dengan rumus yaitu :
82
Acid Ratio Test
=
Kas + Piutang
X 100%
Hutang Lncar =
2.751.356 + 4.967.092.923
X 100%
4.167.613.517 =
119,25 %
Berdasarkan pada hasil perhitungan tersebut pada intinya sama bahwa posisi keuangan KSU Tandang sari dikatakan likuid setiap Rp 1,00 hutang jangka pendek atau hutang lanvcar dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,92 aktiva lancar pada tahun 2005. b. Ratio Solvabilitas Pengertian dari solvabilitas menurut Bambang Riyanto (1996:20) adalah sebagai berikut : “Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang, apabila sekiranya perusahaan tersebut saat itu likuidasi (dibubarkan).” Solvabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dari neraca pada suatu periode yaitu dengan membandingkan jumlah total aktiva (Total Asset) dengan total hutang (Total Liabilities). Berikut solvabilitas KSU Tandang Sari : Modal Sendiri Solvabilitas =
X 100% Total Aktifa
Perhitungan solvabel/insolvabel keadaan keuangan KSU Tandang Sari untuk neraca per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut :
83
2.608.944.722 Solvabilitas =
X 100% 10.118.213.344 = 25,61%
Hasil perhitungan rasio solvabilitas menunjukan bahwa tingkat solvabilitas KSU Tandang Sari pada tahun 2005 sebesar 25,61 %, artinya setiap Rp 1,00 menjamin modal sebesar Rp 0,2561. c. Rentabilitas 1. Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas menurut Bambang Riyanto (1996 :27) yaitu : “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode tertentu dengan menggunakan modal dari dalam perusahaan”. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Dengan demikian rentabilitas ekonomi KSU Tandang Sari :. Rms =
SHU X 100 % KekayaanBe rsih
Perhitungan Rentabilitas pada KSU Tandang Sari pada neraca per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut :
Rms =
117 .317 .782 ,48 X 100 % 2.624 .434 .991 ,53
= 4,5 %
84
Dari perhitungan tersebut menunjukan bahwa tingkat Rentabilitas modal sendiri KSU Tandang sari sebesar 4,5 % artinya setiap Rp. 1,00 kekayaan bersih akan menghasilkan SHU sebesar 0,045. Keadaan Rentabilitas keuangan yang ada pada KSU Tandang Sari mengambarkan bahwa KSU Tandang Sari mampu untuk mencapai sejumlah keuntungan dari sejumlah kekayaan bersih yang dimilikinya. Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank konvensional saat ini (12 % sampai dengan 18 %). Maka dapat dilihat bahwa kemampuan KSU Tandang Sari dalam menghasilkan SHU dapat dikatakan sangat rendah, SHU atau laba Koperasi bukan merupakan prioritas utama dalam mencapai tujuannya tetapi diprioritaskan kepada pelayanan kepentingan dan kebutuhan anggota. 2. Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas Ekonomis adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang berasal dari luar seperti pinjaman dari Bank. Re
=
Laba
X100 %
Modal Sendiri + Modal Asing =
117.317.782
X 100 %
2.608.944.722 + 15.490.269 = 4,47 % Berdasarkan pada perhitungan diatas maka setiap Rp.1,00 modal maka akan menghasilkan laba 0,0447. d. Rasio aktivitas analisis aktrifitas digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam suatu periode tertentu atau kemampuan
85
modal diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan, dimana analisis aktivitas ini diperoleh dari perbandingan antara hasil penjualan danmgan jumlah aktiva. Hasil Penjualan Aktivitas =
X 1 kali Jumlah Aktiva
Adapun rasio aktivitas koperasi KSU Tandangsari Sumedang tahun 2005 adalh sebagai berikut: 28.091.000.234,57 Aktivitas =
X 1 kali = 0,27 10.188.213.334,12
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa rasio aktivitas koperasi KSU Tandangsari Sumedang pada tahun 2005 adalah sebesar 0,27 kali artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktifitas rata-rata dalam 1 tahun perputarannya 1 kali atau setiap Rp. 1,00 selama satu tahun dapat menghasilkan pendapatan sekitar 0,27 atau sebesar hasil penjualannya.
3.1.5 Organisasi Pendukung KSU Tandangsari KSU Tandangsari dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari organisasi-organisasi yang menunjang kegiatan usahanya. Organisasi-organisasi yang mendukung dan berkaitan dengan usaha KSU Tandangsari adalah sebagai berikut: 1. Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) KSU
Tandangsari
bekerjasama
dengan
GKSI
Komda
Jabar
yang
berkedudukan di Ujungberung. Kerjasama ini dalam hal menampung dan
86
memasarkan susu, disamping itu GKSI memberikan pinjaman berupa sarana produksi serta menyelenggarakan latihan kerja. 2. Dinas Peternakan Dinas peternakan Kabupaten Sumedang sebagai pembina dan membantu dalam pengembangan kegiatan usaha peternakan sapi perah seperti membantu KSU Tandangsari dalam penyuluhan tentang kesehatan ternak, teknik beternak dan penanganan produksi. 3. Departemen Koperasi Departemen
Koperasi
Kabupaten
Sumedang
merupakan
lembaga
pemerintahan yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan koperasi di Kabupaten Sumedang serta melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan usaha koperasi. 4. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Adalah lembaga keuangan yang memberikan fasilitas pinjaman dalam mengembangkan usaha KSU Tandangsari. 5. Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN) Sebagaimana halnya BRI, BUKOPIN juga memberikan fasilitas kredit pada KSU Tandangsari. 6. PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) PT. PUSRI memberikan kemudahan pada KSU Tandangsari dalam memperoleh pupuk yang dibutuhkan untuk disalurkan kepada anggota petani di wilayah kerjanya.
87
7. Asosiasi Penyalur Gula dan Tepung Terigu Indonesia Instansi ini bekerjasama dengan KSU Tandangsari dalam menyalurkan gula dan tepung terigu untuk dijual kepada anggotanya. 8. PT. Pioner Hibrida Indonesia Adalah lembaga yang membantu KSU Tandangsari dalam menyediakan makanan ternak seperti dedak dan konsentrat. 9. Perusahaan Umum Listrik Negara Adalah lembaga yang bekerjasama dengan KSU Tandangsari dalam melayani konsumen listrik diwilayah kerja KSU Tandangsari. 10. Bulog / Dolog Adalah lembaga pemerintah yang banyak membantu KSU terutama dalam mengembangkan unit usaha pengadaan pangan. 11. Puskud Adalah lembaga koperasi tingkat sekunder yang ada di Propinsi Jawa Barat. Lembaga
ini
banyak
memberikan
bantuan
dalam
pembinaan
dan
pengembangan KSU Tandangsari. 12. Perusahaan Swasta Koperasi Serba Usaha Tandang Sari bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam hal ini pemasaran susu murni, pemilikan saham dan pengadaan barangbarang, diantaranya yaitu : 1. PT. INDOMILK 2. PT. INDOLAKTO
88
3. PT. ERISCO UTAMA 13. Balai Penyuluhan Pertanian Balai penyuluhan pertanian lembaga yang menjalin kerja sama dengan KSU Tandang Sari dalam bidang pertanian, juga sebagai unsur pembina terhadap para anggota kelompok tani terutama membina para petani untuk memahami masalah pertanian. 14
Lapenkop Bekerja sama dengan mengirimkan pengurus KSU Tandang Sari untuk mengikuti pendidikan dan latihan tentang perkoperasian dan usaha yang dikerjakan. 3.2.1 Keadaan Umum Wilayah Kerja KSU Tandangsari Pada bagian keadaan umum akan dijelaskan mengenai keadaan wilayah kerja pada KSU Tandang Sari yang didalamnya memuat antara lain keadaan fisik dan keadaan geografis, keadaan sosial dan keadaan ekonomi wilayah kerja KSU Tandang Sari. Keadaan Fisik KSU Tandangsari terletak di desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari, yang berada disekitar 18 Km sebelah Barat Ibu Kota Kabupaten Sumedang. Wilayah Kecamatan Tanjungsari terdiri dari 15 desa dan hampir seluruh wilayahnya terletak pada dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 – 2000 meter diatas permukaan laut dengan batas-batas wilayah kerja KSU Tandangsari adalah sebagai berikut : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rancakalong
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeruh
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ujungberung
Yang menjadi wilayah kerja KSU Tandangsari adalah meliputi 15 desa dengan luas 6.339,61 Ha yang terdiri dari lahan sawah 1.230,5 Ha dan luas daratan 5.169,11 Ha. Adapun desa-desa yang menjadi wilayah kerja KSU Tandangsari adalah Gunung Manik, Genteng, Kotamandiri, Jatisari,
89
Tanjungsari, Margaluyu, Mekar Sari, Rahardja, Suka Rapih, Pamulihan, Cilembu, Marga Jaya, Cinanjung, Cijambu dan Mekar Bhakti. Tabel 19. Luas Tanah Teknis dan Tadah Hujan Masing-Masing Desa Di Wilayah Kerja KSU Tandang Sari TADAH
NAMA DESA
TEKNIS
1.
Gunung Manik
11.800
750
12.550
169
2.
Genteng
10.000
800
10.800
98
3.
Kotamandiri
12.500
945
13.445
185
4.
Jatisari
18.000
2565
20.565
316
5.
Tanjungsari
20.000
4600
21.600
176
6.
Margaluyu
15.000
2450
17.450
63
7.
Mekar Sari
10.000
375
10.375
5
8.
Rahardja
15.000
399
15.399
295
9.
Suka Rapih
15.500
282
15.782
128
10.
Pamulihan
9.750
579
10.329
188
11.
Cilembu
17.000
385
17.385
115
12.
Marga Jaya
11.500
200
11.700
300
13.
Cinanjung
13.000
951
13.951
196
14.
Cijambu
17.000
192
17.092
66
15.
Mekar Bhakti
18.950
627
19.577
185
215.000
13.000
288.000
2.485
Jumlah
HUJAN
JUMLAH
JUMLAH
NO
Sumber : Bagian Umum Koperasi Serba Usaha Tandang Sari Keadaan Sosial a. Kependudukan
ANGGOTA
90
Jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja KSU Tandangsari sebanyak 56.869 orang dengan jumlah keluarga 11.767 kepala keluarga yanga tersebar di 15 desa, sedangkan jumlah penduduk dewasa berjumlah 23.299 orang yang dapat ditarik menjadi anggota KSU Tandangsari. Tabel 20. Kependudukan Di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandang Sari no
nama desa
jumlah penduduk
kepala keluarga
dewasa
1.
Gunung Manik
3204
750
1555
2.
Genteng
4352
575
1715
3.
Kotamandiri
6996
983
2305
4.
Jatisari
3002
988
1952
5.
Tanjungsari
2959
525
1080
6.
Margaluyu
993
650
1911
7.
Mekar Sari
870
797
1921
8.
Rahardja
9624
885
1094
9.
Suka Rapih
1196
370
850
10.
Pamulihan
1080
750
1750
11.
Cilembu
3420
850
880
12.
Marga Jaya
4341
742
1877
13.
Cinanjung
5876
944
1345
14.
Cijambu
3948
982
1286
15.
Mekar Bhakti
5008
976
1778
56.869
11.767
23.299
JUMLAH
Sumber : bagian Umum Koperasi serba Usaha Tandang Sari
91
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di desa Rahardja sebanyak 9.624 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di desa Mekar Sari yaitu sebanyak 988 kepala keluarga dan jumlah kepala keluarga terkecil berada di desa Suka Rapih yaitu sebanyak 370 kepala keluarga. Jumlah penduduk dewasa terbanyak berada di desa Kota Mandiri yaitu sebanyak 2.305 jiwa dan jumlah penduduk dewasa terkecil berada di desa Suka Rapih yaitu sebanyak 850 jiwa. b. Pendidikan Tingkat Pendidikan suatu masyarakat turut pula mempengaruhi jalannya pertumbuhan perekonomian maupun pembangunan suatu bangsa, karena tingkat pendidikan akan mencerminkan kemajuan cara berpikir masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan relatif tinggi akan berinisiatif dalam menemukan maupun menerima ide-ide baru. Tabel 21. Sebaran Penduduk Menurut Pendidikan di Wilayah Kerja KSU Tandang Sari NO
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH
%
1.
Tidak/belum sekolah
8.986
15.8
2.
Tidak Tamat SD
7.321
12.87
3.
Belum Tamat SD
5.736
10.1
4.
Tamat SD
15.310
26.9
5.
SLTP
7.158
12.59
6.
SLTA
9.566
16.8
7.
Akademi
1.721
3
92
8.
Sarjana Jumlah
1.071
1.88
56.869
100
Sumber : bagian Umum KSU Tandang Sari Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar pnduduk di wilayah kerja KSU Tandang sari berpendidikan rendah yaitu tamat Sekolah Dasar berjumlah 15.310 atau 26,9% dari jumlah penduduk. Penduduk berpendidikan Sarjana berjumlah 1.071 atau 1,88% dari Jumlah penduduk.
Keadaan Ekonomi Pembangunan secara fisik dan sosial telah dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Tanjungsari. Pembangunan prasarana yang menunjang kegiatan ekonomi setempat terus dilaksanakan. Aktivitas ekonomi yang ada pada wilayah kerja KSU Tandang Sari seperti kegiatan pertanian maupun kegiatan usaha lainnya ditunjang oleh fasilitas dan sarana kegiatan ekonomi tersebut. Pada wilayah kerja KSU Tandang Sari terdapat 2 pasar, 10 buah toko, 20 warung dan 2 koperasi. Disamping sarana diatas, wilayah kerja KSU Tandang Sari juga di tunjang pula dengan sarana yang bagus yaitu sarana transportasi yang memadai sehingga aktivitas dilakukan dapt berjalan dengan lancar.
93
DAFTAR PUSTAKA
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. . (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung. Achmad S. Ruky (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. B.
Dale Timpe (1992). Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Asri Media. Jakarta. Agus Dharma (1985). Manajemen Prestasi Kerja. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta. Alfred Hanel (1989). Organisasi Koperasi. Penerbit Universitas Padjajaran, Bandung.. Alex Soemadji Nitisemito (1996). Manajemen Personalia. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. B. Usmara
(2003). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia.
Penerbit Amara Books, Yogyakarta. Bambang Wahyudi (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Sulta, Bandung. E. B. Flippo (1992). Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hans H. Munker (1997). Masa Depan Koperasi. Penerbit Dekopin, Jakarta. Heidjrachman R. dan Suad Husnan (2000). Manajemen Personalia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Hudiyanto (2002). Sistem Koperasi : Idiologi Dan Pengelolaan. Penerbit UII Press, Yogyakarta. Husein Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
94
Jochen Ropke (1995). Kewirausahaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Jatinangor. Keith Davis and John W. Newstrom (1989). Human Behavior At Work: Organization Behavior. New York. MC. Grow Hill International. Laporan Pertanggungjawaban. Rapat Anggota Tahunan KSU “Tandangsari” Sumedang. Tahun 2003-2006. Malayu S. P. Hasibuan (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. M. Manullang & Marihot Manullang (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta Payaman J. Simanjuntak (2005). Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Penerbit Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Ramudi Ariffin (2002). Manfaat Harga Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung. . (2003). Ekonomi Koperasi. Penerbit Ikopin Rusidi
(1997). Pedoman Penelitian Dan Penelitian Ilmiah. Penerbit
UPT
Ikopin, Jatinangor. Rusidi dan Maman Suratman (2002). Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran Tentang Pembangunan Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung. Sony Sumarsono (2003). Manajemen Koperasi : Teori Dan Praktek. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Sondang P. Siagian (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sugiono (2001). Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Sunarto & R. Sahedhy Noor (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogykarta. Susilo Martoyo (1992). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. U. Hani Handoko (1992). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta. TIM IKOPIN (2001). Penjiwaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Bandung.
95
Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian. Penerbit Press Bandung, Bandung. Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
96
ANALISIS KEPUASAAN KERJA HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Pada KSU “Tandangsari” Tanjung Sari, Sumedang)
USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh : LALA 4105136
Dosen Pembimbing : Ir. Nurhayat Indara, MSc
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA IKOPIN 2007
97
KUESIONER PENELITIAN Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan
Kepada : Yth. Bapak/Ibu/Saudara Karyawan KSU “Tandangsari” Tanjungsari Sumedang Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan”
suatu studi kasus pada KSU “Tandangsari” Tangjungsari
Sumedang. Untuk itu saya mohon dengan hormat, agar Bapak/Ibu/Saudara berkenan untuk mengisi kuesioner yang saya lampirkan. Penelitian ini dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi guna penyusunan Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana pada Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Jadi kuesioner ini semata-mata bersifat ilmiah guna kepentingan akademis. Atas segala bantuan dan perhatian serta kerjasama dari Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Hormat Saya,
98
Lala NPM : 4105136
KUESIONER PENELITIAN Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan I. Petunjuk Pengisian Kuesioner Penelitian 1) pertanyaan
Mohon dijawab
dengan
dengan
memilih
hormat
jawaban
agar yang
seluruh menurut
Bapak/Ibu/Saudara paling tepat atau minimal paling mendekati pendapat dari Bapak/Ibu/Saudara. Jawaban Bapak/Ibu/Saudara merupakan gambaran dari sikap Bapak/Ibu/Saudara terhadap suatu pernyataan, sehingga dalam hal ini semata-mata tidak bersifat benar atau salah. 2)
Berilah tanda silang (x) pada salah satu
alternatif jawaban yang disediakan. 3)
Tiga alternatif jawaban yang ditetapkan
untuk menyatakan kepuasaan kerja, dan kinerja karyawan pada KSU “Tandangsari” Tanjungsari, Sumedang. A = Rendah B = Sedang C = Tinggi
II. Identitas Responden Nama
: ……………………………………………………………..
Jenis Kelamin
: ……………………………………………………………..
Jabatan/Bagian/Unit : …………………………………………………………….. Usia
: ……………………………………………………………..
Lama Bekerja
: ……………………………………………………………..
Pendidikan Formal
: ……………………………………………………………..
99