Nama : Amelia Arsiti Munawaroh NIM : 6411416117 Mata Kuliah : Pengendalian Vektor
Nyamuk Culex Annulirostris
A. DEFINISI Nyamuk Culex Annulirostris merupakan spesies nyamuk dari Subgenus Culex sp. Culex annulirostris umumnya dikenal sebagai nyamuk berpita umum, Nyamuk ini merupakan serangga asli Australia, Fiji, Mikronesia, Filipina, dan Indonesia. Culex Annulirostris dianggap sebagai spesies hama serius di seluruh jajarannya. Ini adalah vektor penting untuk sejumlah arbovirus, termasuk virus ensefalitis Murray Valley, virus Sungai Ross, virus Hutan Barmah, virus Kunjin dan virus ensefalitis Jepang, serta cacing gelang anjing dan cacing gelang Wuchereria bancrofti di New Guinea. B. KLASIFIKASI Culex annulirostris termasuk dalam Grup A, subkelompok sitiens dari subgenus Culex (Lee et al., 1989). Saat ini, spesies ini diperkirakan terdiri dari lima garis keturunan yang berbeda secara geografis dan berbeda, dua di antaranya dilokalisasi di Australia, dua di Papua Nugini, Selat Torres dan puncak Cape York, dan yang kelima diidentifikasi dari Solomon Kepulauan (Hemmenter et al., 2006). Klasifikais Culex annulirostris : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Family : Culicidae Genus : Culex Subgenus : Culex Species : Culex annulirostris
C. DISTRIBUSI Australia, Kepulauan Cook (Polinesia), Fiji, Indonesia, Kiribati, Mikronesia, Federasi Serikat, Nauru, Kaledonia Baru, Papua Nugini, Palau, Filipina, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, Vanuatu. D. ANATOMI DAN MORFOLOGI Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya rapuh. Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kepala, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae (Borror dkk., 1992). Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang tumpul pada bagian ujungnya. Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang mata, sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih di tiap segmen. Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang yang sedikit terangkat (Setiawati, 2000).Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujung abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku diujung kaki nyamuk (Setiawati, 2000).
Head Dorsal
Head Lateral
Thorax Lateral
Wing Dorsal
Abdomen Lateral
Abdomen dorsal
Thorax Dorsal
Midleg
Foreleg
Hindleg
Morfologi Nyamuk Culex annulirostris a. Telur b. Larva pasang c. Pupa d. Fase dewasa
: lonjong seperti peluru senapan, dan beroperkulum seperti rakit saling Melekat : tidak memiliki rambut palma, sifon panjang dan bulunya lebih dari satu : berbetuk air tube, seperti tabung. : abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas
Jantan Betina Sayap
: antena berambut lebat dan panjang, palpus lebih panjang dari Proboscis : antena berambut pendek dan berkelompok, palpus lebih pendek dari Proboscis. : sisik sempit panjang dengan ujung runcing
E. BIONOMIK Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain. 1. Tempat berkembang biak Nyamuk Culex annulirostris dapat berkembang biak di sembarang tempat yaitu air bersih dan air yang kotor. Selain itu, nyamuk culen annulirostris juga dapat berkembang biak di bawah sinar matahari atau teduh, dan segar atau payau. Pembiakan dapat terjadi di mana saja terdapat genangan air, dari rawa dan kolam hingga segala jenis genangan buatan manusia seperti saluran irigasi, tunggul bambu, cangkang kakao, bagian bawah sampan. 2. Perilaku makan Nyamuk Culex annulirostris aktif antara musim semi dan akhir musim gugur. Selama waktu ini mereka muncul paling umum saat senja, meskipun juga bisa aktif di siang hari dan di dalam ruangan. Mereka dapat melakukan perjalanan 5-10 km dari tempat kelahiran mereka dan memakan darah mamalia dan burung. Hanya betina yang memakan darah karena perlu mengonsumsi protein untuk membantu dalam reproduksi. Sedangkan nyamuk culex annulirostris yang jantan hanya menghisap sari bunga 3. Kesukaan beristirahat Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbedabeda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan. 4. Aktifitas menghisap darah Nyamuk Culex annulirostris suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex annulirostris menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
F. SIKLUS HIDUP Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva, pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut :
1. Telur Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada tempat peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Di atas permukaan air, nyamuk Culex sp menempatkan telurnya secara menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu mereka dapat mengapung di atas permukaan air (Borror, 1992).
Gambar Telur Nyamuk Culex
2. Larva Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah terjadi kontak dengan air. Faktor temperatur, tempat perkembangbiakan, dan keberadaan hewan pemangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan larva. Lama waktu yang diperlukan pada keadaan optimum untuk tumbuh dan berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi dewasa kurang lebih 7-14 hari (Sogijanto, 2006). Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu : 1. Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
2. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. 3. Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman. 4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 –6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala (Astuti, 2011).
Gambar Larva Insta ke-4 menunjukkan antenna putih 3. Pupa Stadium paling akhir dari metamorphosis nyamuk yang bertempat di dalam air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Sebagian kecil tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011). Pupa dapat diidentifikasi sebagai pupa jantan melalui kulit kepompong dengan penampilan antenna yang Panjang. Pada stadium ini tidak membutuhkan nutrisi dan berlangsung proses pembentukan sayap sampai mampu terbang. Stadium kepompong terjadi dalam jangka waktu mulai satu sampai dua hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa tidak melakukan aktifitas konsumsi sama sekali dan kemudian akan keluar dari larva dan menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan meninggalkan air. Nyamuk memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi nyamuk dewasa (Wibowo, 2010).
4. Dewasa Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna coklat sampai hitam dengan belangbelang putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).
Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluar dari pupa. Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap darah dalam waktu 24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk proses pematangan telur sumber protein yang paling penting adalah darah. Perkembangan nyamuk mulai dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 hari (Wibowo, 2010).
Gambar Nyamuk Culex Annulirostris Dewasa. Nyamuk jantan di sebelah kiri yang mempunyai antena besar, berbulu dan palpak panjang. G. PENYAKIT YANG BISA DITULARKAN Nyamuk Culex annulirostris adalah hama musim panas utama di wilayah sungai pedalaman Australia tenggara, khususnya di lembah Sungai Murray / Darling. Nyamuk ini dikenal sebagai vektor banyak arbovirus (termasuk ensefalitis Lembah Murray, Kunjin, virus Hutan Barmah, virus Sungai Ross, dan virus Japanese Ensefalitis). Nyamuk ininjuga dapat membawa heartworm anjing dan mungkin merupakan vektor utama dari myxomatosis. Sedangkan di Indonesia, tepatnya di Papua nyamuk Culex annulirostris merupakan vektor utama penyakit filariasis dan dibeberapa daerah nyamuk culex annulirostris juga merupakan vektor virus Japanese Encephalitis. H. PENCEGAHAN Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit filariasis yang ditularkan melalui vektor nyamuk Culex annulirostris yaitu : 1. Pencegahan secara mekanik Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan raket
pemukul. Selain itu juga dapat dilakukan dengan gerakan 3M (menutup, menguras, dan mengubur). 2. Pencegahan secara biologi Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan. Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah. 3. Pencegahan secara kimia. Penggunaan insektisida Insektisida digunakan untuk membasmi serangga. Berdasarkan stadium serangga yang dibunuhnya maka insektisida serta ovisida ditujukan untuk membunuh telurnya. Permentrhine Merupakan senyawa insektisida piretroid generasi ketiga pertama yang bersifat fotostabil. Toksisitas iritasi pada mamalia rendah, sehingga banyak diminati pada progam pengendalian hama pemukiman. Menggunakan payung perangkap nyamuk Paying perangkap nyamuk merupakan alat yang menyerupai payung, dengan atap berupa kain berwarna hitam. Kain penutup dan sirip-sirip paying dicelup dnegan menggunakan insektisida.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiantiningsih, D. (2013). Praktik pencegahan filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2). Anindita, A. (2016). Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 1(2), 393-398. Lubis, I., & Suharyono, W. (1986). Faktor Nyamuk Culex dan Babi dalam Penyebaran Virus Japanese Encephalitis (Je) di Pontianak dan Solo. Indonesian Bulletin of Health Research, 14(1)