Musyawarah

  • Uploaded by: ibnu sabil
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Musyawarah as PDF for free.

More details

  • Words: 430
  • Pages: 1
-Musyawarah dalam urusan IndividuDalam kehidupan individu, Islam mengajarkan pada kita apabila hendak melakukan suatu urusan penting yang masih meragukannya, hendaklah ia mengambil dua jalan. Jalan pertama adalah jalan yang bersifat Rabbani, yakni melaksanakan shalat Istikharah untuk meminta pilihan kepada Allah SWT. Jalan kedua adalah bersifat insani yakni bermusyawarah dengan orang yang dapat dipercaya pendapat, pengalaman, nasehat dan keikhlasannya. Dengan begitu ia memformulasikan usahanya antara istikharah kepada Allah dengan bermusyawarah dengan manusia. Atsar dari Umar bin Khaththab r.a, "Tidak merugi orang yang ber-istikharah dan tidak merugi orang yang bermusyawarah". Para shahabat dan shahabiyah sering bertukar pikiran dan bermusyawarah dgn Rasulullah SAW dlm perkara-perkara yg spesifik. Fathimah binti Qais r.ha pernah meminta pendapat Nabi SAW tentang masalah pernikahannya karena ada dua orang shahabat yang mencintainya, yakni Mu'awiyah r.a dan Abu Jahm r.a. Jika para shahabat dan shahabiyah memusyawarahkan (terlebih dahulu meng-istikharah-kan) permasalahan atau urusannya, lalu mengapa qt mengabaikannya? Cukup pintarkah qt atas semua perkara? Apakah sebagai makhluq qt memang berkuasa benar? -Musyawarah dlm KeluargaBerkeluarga dalam Islam adalah mensinergikan potensi antara seorang lelaki muslim yg tha'at dengan seorang muslimah sholehah untuk mempersiapkan dan membimbing generasi pengusung Risalah Islam. Didalam rumah tangga Islami inilah kita temukan kerja keras, kerjasama, harmonisasi langkah, komunikasi efektif dan musyawarah. Keluarga memang harus dibangun dengan dasar saling ridha, saling percaya dan musyawarah. Oleh sebab itu sejak awal proses pun, Islam melarang bentuk-bentuk pemaksaan. Seorang ayah tidak diperkenankan, secara terus terang maupun bujukan halus untuk memaksakan kehendak kepada anak gadisnya agar menikah dengan seseorang. Islam mengharuskan seorang ayah untuk meminta izin kepada anak gadisnya. Tidak cukup sampai disini, bahkan Islam mengajarkan kepada setiap suami untuk bermusyawarah dengan istrinya mengenai pernikahan anak gadisnya itu. Rasulullah SAW bersabda, "Bermusyawarahlah dengan kaum wanita (istri-istrimu) dalam urusan anakanaknya" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah menolak sebahagian aqad nikah yang telah terjadi, selain karena bukan keinginan si gadis, hukum syari'at tidak memperbolehkan kepada siapapun untuk mempergunakan harta miliknya tanpa seizin dia. Terlebih perkara pernikahan adalah perkara yang berkaitan dengan masa depan kehidupannya. Dengan demikian jelas sudah bagi kita bahwa setelah keluarga berhasil dibina, maka wajib bagi seorang suami untuk saling memahami dan saling bermusyawarah dalam urusan-urusan mereka juga pada kepentingan anak-anak mereka. Jangan meremehkan pendapat para wanita sebagaimana umumnya yg terjadi dlm masyarakat. Banyak wanita yang pendapatnya lebih baik dan membawa keberkahan bagi keluarga maupun masyarakatnya. Lihatlah kecemerlangan pendapat dan sikap Khadijah r.ha terhadap awal turunnya wahyu sehingga menyejukkan dan meneguhkan hati Baginda Rasulullah Saw. Bahkan Khadijah r.ha mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal semata-mata untuk menenangkan hati Rasulullah Saw. Demikian pula kecerdasan pendapat Ummu Salamah r.ha dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyyah, Beliau Saw bermusyawarah dengannya.

Related Documents


More Documents from "Rizalul Faisal"