Menyusuri pembelajaran sains 31: Mengenal posisi bumi dari jauh Leo Sutrisno Pandanglah langit pada malam hari di kala tiada awan dan hujan. Jauh di atas sana bertaburan ’sejuta’ bintang . Banyak sekali bintang di langit. Dengan cara biasa, kita tidak mampu menghitung semuanya. Dengan mata telanjang dan ketelitian yang tinggi ada sekitar 4000 bintang yang dapat dilihat di langit pada malam hari yang cerah. Perjalanan ke bumi dapat kita awali dari ’tepi’ alam semesta yang tak terhingga luasnya. Tepi langit pada jarak 1.000.000.000.000.000.000.000 km. Di sana pun masih terdapat kerumunan galaksi. Kurumunan galaksi ini oleh para ahli astronomi disebut Kelompok Setempat. Salah satu anggota Kelompok Setempat, dalam alam semesta, yang masih terdiri atas sejumlah bintang yang tak terhingga banyaknya itu mempunyai bentuk mirip kincir angin. Itulah galaksi Bima Sakti . Ukuran galaksi Bima Sakti ini ’hanya’ sedang saja. Jarak dari tepi ke tepinya sekitar 1.000.000.000.000.000.000 km. Untuk menempuh jarak ini dengan sebuah ’kendaraan’ yang berkecepatan 300.000 km per detik memerlukan watu 80.000 tahun. Tentu kendaraan dengan kecepatan sebesar itu tidak dapat kita buat. Kecepatan itu adalah kecepatan rambat cahaya. Dan, jarak dari tepi ke tepi galaksi ini adalah 80. 000 tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya yang merambat selama satu tahun. Jarak itu mendekati 10.000 milyar kilometer. Galaksi Bima Sakti ini juga mirip kue cucur atau telur ceplok mata sapi. Ada benjolan di tengah. Jarak dari tepi ke tepi benjolan ini sebesar 15.000 tahun cahaya. Sekitar tiga perempat perjalanan dari pusat Galaksi Bima Sakti ke arah tepi, bintang-bintang mulai jarang-jarang . Di sana ada sebuah
bintang yang bersinar kekuning-kuningan. Bintang itu adalah matahari. Ruang jelajah Matahari kita ini sejauh 40 triyun kilometer. Sedangkan bintang yang terdekat dari Matahari sejauh 20.000 milyar kilometer. Dari jauh sinar Matahari ini selemah cahaya kunang-kunang. Dalam keluarga Matahari ini terdapat planit, satelit, asteroid, meteorid, dan komit yang setia menemaninya dengan cara selalu berberak mengelinginya. Di antara planit-planit yang mengelilingi Matahari ada satu pasang yang aneh perilakunya. Itulah Bumi-Bulan. Pasangan ini berputar berayun-ayun mengelingi Matahari. Sementara itu bulan pun bergerak mengelilingi Bumi. Dan, Bumi-Bulan pun bergerak berputar-putar bersama-sama. Dan, Bumi sendiri juga berputar pada porosnya (Gambar 3). Inilah tempat tinggal kita. Ia, Bumi mengembara di alam semesta yang mahaluas. Kalau itu direnungkan, tampaklah Bumi itu tidak lebih dari sebuah titik yang sangat kecil. Namun, itulah tempat kita bermukim. Di sinilah tempat kehidupan berlangsung. Kita merupakan salah satu dari kehidupan itu yang hingga kini masih mengembara di alam semesta yang mahaluas. Termasuk, anak-anak yang kini masih bersekolah di Sekolah Dasar. Kita memang sangat kecil. Namun, kita juga bagian dari alam semesta yang diciptakan oleh Sang Mahapencipta. Karena itu, kita sebaiknya menjaga kehidupan kita ini agar tetap berlangsung. Kita harus mejaga dan merawat Bumi. Semoga!