Molahidatidosa.docx

  • Uploaded by: Fani Disastra
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Molahidatidosa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,215
  • Pages: 6
Penyakit

trofoblas

adalah

sekumpulan

penyakit

yang

berasal

dari

penyimpangan tumbuh-kembang jaringan trofoblas yang dapat bersifat jinak dan neoplastik/ganas. Penyakit trofoblas dapat berasal dari kehamilan (gestasional penyakit trofoblas) dan bukan dari kehamilan (berasal dari sel embrional [disgerminoma, dan mengeluarkan beta hCG sebagai tanda pe nyakit trofoblas]). Pembagian penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan adalah mola hidatidosa, trofoblas jenis vilosum (mola destruen), trofoblas ganas tanpa vilosum, penyakit trofoblas lainnya. Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester satu. Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan pertumbuhan tropoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kristik villi dan perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan vaksikuler (Benigna). Sedangkan, bentuk ganasnya (maligna) disebut sebagai tumor tropoblas gestasional (Gestational trophoblastic disease/GTD). Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan berkembang lebih cepat dari usia kehamilan yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan rongga rahim hanya terisi oleh jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa disebut juga dengan kehamilan anggur.

A. Epidemiologi Kehamilan mola hidatidosa ditemukan pada wanita dalam masa reproduksi dan multiparitas. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Kejadian kehamilan mola hidatidosa di rumah sakit besar Indonesia berkisar 1 dari 80 kehamilan.

B. Klasifikasi Mola hidatidosa terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar hCG. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa terbagi menjadi: 1.

Mola hidatidosa sempurna

Mola hidatidosa sempurna terjadi ketika ovum tidak mengandung kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke dalam zigot abnormal. Oleh sebab itu, mola hidatidosa sempurna disebut juga sebagai kehamilan androgenetik (kehamilan yang hanya berisi kromosom dari paternal). Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh : a. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma vilus b. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak c. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi d. Tidak adanya janin dan amnion. 2.

Mola Hidatidosa Parsial Mola hidatidosa parsial disebut juga sebagai kehamilan tripoid yaitu suatu kehamilan yang memiliki dua kromosom paternal dan satu kromosom maternal. Kehamilan parsial terjadi ketika dua sperma membuahi satu ovum. Mola hidatidosa parsial kadang hidup berdampingan dengan janin. Dalam kasus seperti ini, janin biasanya memiliki kelainan bawaan dan tidak akan bertahan hidup Perkembangan mola hidatidosa parsial yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.

3.

Mola hidatidosa invasif (GTD) Pada Mola hidatidosa jinak, pertumbuhan tropoblas hanya terbatas pada rongga rahim. Akan tetapi, sekitar 10%, kasus mola hidatidosa jinak akan berkembang menjadi tumor ganas yang disebut dengan GTD. Tumor jinak bisa berdormansi untuk jangka waktu tertentu sampai terjadi perubahan hormonal (dikaitkan dengan kehamilan berikutnya) untuk merangsang pertumbuhannya. GTD sering terjadi akibat mola hidatidosa jinak yang berubah menjadi ganas. Namun, GTD dapat juga terjadi akibat aborsi spontan atau induksi dan kehamilan ektopik. Mola hidatidosa invasif biasanya metastase (penyebaran) lokal yaitu tumor semakin tumbuh ke dalam dinding rahim, namun dalam kasus langka, metastase bisa sampai ke vagina, paru-paru, dan otak, seperti pada

choriocarcinomas. Choriocarcinomas merupakan bentuk yang sangat ganas dari GTD. Choriocarcinoma merupakan bentuk yang sangat agresif dari GTD, yang dapat terjadi hingga 15 tahun setelah kehamilan sebelumnya. Choriocarcinomas memiliki kemampuan untuk memasuki aliran darah dan bermetastasis ke tempat yang jauh.

C. Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan antara lain : 1.

Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2.

Imunoselektif dari Tropoblas

3.

keadaan sosioekonomi yang rendah

4.

paritas tinggi

5.

kekurangan protein

6.

infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

D. Faktor Risiko Semua wanita usia reproduktif berisiko untuk kehamilan mola hidatidosa, namun wanita yang lebih muda ( 16 tahun) atau yang lebih tua (240 tahun) berisiko dua kali lipat dibandingkan dengan wanita usia 16-39 tahun. Sedangkan, wanita usia ? 50 tahun memiliki risiko tiga kali lipat kehamilan mola. Faktor lain yang mempengaruhi wanita untu kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor risiko untuk kehamilan mola hidatidosa : 1.

Etnis Asia Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola hidatidosa di kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia berisiko dua kali lipat lebih tinggi dari pada wanita non-etnis Asia.

2.

Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.

3.

Riwayat genetic

Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19. 4.

Faktor makanan Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga kekurangan vitamin A.

5.

Usia Menurut Berek, ovum dari wanita yang lebih tua lebih rentan terhadap pembuahan yang abnormal. Dalam sebuah penelitian, resiko untuk MHK meningkat 2,0 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 40 tahun.

E. Gejala Klinis Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita hamil normal. Wanita dengan kehamilan mola mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka mola (mola face). Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditemuka ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringa mola. Kadar hCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalam peningkatan. Pemeriksaan USG terdapat gambaran vesikula (badai salju) dan tidak terlihat janin.

F. Diagnosis 1.

Klinis a. Berdasarkan anamnesis b. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi: muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola (mola face) 2) Palpasi : a) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

b) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. 3) Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin 4) Pemeriksaan dalam : c) Memastikan besarnya uterus b) Uterus terasa lembek c) Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

2.

Laboratorium Pengukuran kadar HCG yang tinggi maka uji biologic (Galli Mainini dan Plano Test) akan positif setelah titrasi (pengenceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek mola hidatidosa.

3.

Radiologi a. Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin b. USG : ditemukan gambaran snow stroma tau gambaran seperti badai salju.

4.

Uji Sonde (cara Acosta-sison) Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.

5.

Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke lab. Patologi Anatomi.

More Documents from "Fani Disastra"

Molahidatidosa.docx
October 2019 11
Manajemen Perubahan.pdf
October 2019 21
Ekma4478-m1.pdf
October 2019 12
Tugas Pti 1.docx
June 2020 13
Form Pengkajiann.docx
October 2019 8