Modul Rem Abs.docx

  • Uploaded by: Erwin Saragih
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Rem Abs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,753
  • Pages: 21
KATA PENGANTAR

Modul Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan adalah sebuah bahan ajar atau materi

pelajaran tentang sistem kopling, transimisi, poros

propeler, diferensial, rem serta roda dan ban. Materai diuraikan dengan pendekatan praktis disertai ilustrasi yang cukup agar peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan. Pada akhir materi disampaikan rangkuman yang memuat intisari materai, dilanjutkan test formatif. Setiap peserta didik harus mengerjakan test tersebut sebagai indikator penguasaan materi, jawaban test kemudian diklarifikasi dengan kunci jawaban. Guna melatih keterampilan dan sikap kerja yang benar, setiap peserta didik dapat berlatih dengan pedoman lembar kerja yang ada. Di akhir modul terdapat evaluasi sebagai uji kompetensi peserta didik. Uji kompetensi dilakukan secara teroritis dan praktik. Uji teoritis dengan peserta didik menjawab pertanyaan yang ada pada soal evaluasi, sedangkan uji praktik dengan meminta peserta didik mendemontrasikan kompetensi yang harus dimiliki

dan

guru/instruktur menilai berdasarkan lembar observasi yang ada. Peserta didik dapat melanjutkan ke modul berikutnya bila memenuhi Kriteria kelulusan.

Medan,

Desember 2017

Penyusun,

Program Profesi Guru Universitas Negeri Medan

I. Pendahuluan A. Deskripsi Materi pelajaran tentang Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan harus dapat dipahami oleh peserta didik terkhusus pada program keahlian teknik kendaraan ringan pada tingkat ke dua, karena materi pelajaran ini mencakup beberapa sistem yang terdapat pada subuah kendaraan yang diharapak dapat menajdikan peserta didik kompeten diadalam Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan. Modul ini membantu anda memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memahami system rem ABS (Anti-Lock Break System), sehingga melalui modul ini anda akan memperoleh keterampilan dan pengetahuan tentang : 1. Fungsi ABS (Anti-Lock Break System) 2. Prinsip kerja ABS (Anti-Lock Break System) 3. Komponen utama ABS (Anti-Lock Break System) dan fungsi setiap komponen ABS (Anti-Lock Break System) 4. Mengidentifikasi kerusakan ABS (Anti-Lock Break System) 5. Memperbaiki kerusakan ABS (Anti-Lock Break System)

B. PRASARAT Untuk mempelajari modul ini peserta didik diprasaratkan untuk mempelajari dahulu modul : 1. Sistem rem konvensional (tromol) 2. Sistem rem hidrolik (cakram)

C.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Petujuk Bagi Peserta Didik Untuk memperoleh hasil belajar secara optimal dalam menggunakan modul ini, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain : a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-masing kegiatan belajar. b. Kerjakan setiap tugas formatif untuk mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar. c. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktek perhatikan petunjuk-

petunjuk dan pahami setiap langkah kerja dengan baik d. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanya pada guru pembimbing. e. Bila telah selesai dan telah merasa menguasai modul ini, silakan berhubungan dengan instruktur yang bersangkutan untuk mendapatkan pengujian atas kompetensi anda.

2. Petunjuk Bagi Guru Dalam setiap kegiatan belajar guru berperan untuk : a. Membantu peserta didik dalam merencanakan proses belajar. b. Membimbing peserta didik melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu peserta didik dalam memahami konsep, pengetahuan baru, dan menjawab pertanyaan peserta didik mengenai proses belajar peserta didik. d. Membantu peserta didik untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang perlu dipelajari. e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok. f. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya. g. Melaksanakan penilaian. h. Menjelaskan

pada

peserta

didik

tentang

Sikap,

Pengetahuan

dan

Keterampilan dari suatu kompetensi yang perlu dibenahi dan merundingkan rencana pemelajaran selanjutnya. i. Mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.

D.

TUJUAN AKHIR Setelah mempelajari secara keseluruhan materi kegiatan belajar dalam modul

ini peserta didik diharapkan dapat : 1. Menjelaskan cara perawatan ABS (Anti-Lock Break System) 2. Menerapkan cara perawatan ABS (Anti-Lock Break System) 3. Mengidentifikasi kerusakan ABS (Anti-Lock Break System) 4. Mendemontrasikan cara perawatan ABS (Anti-Lock Break System)

E. KOMPETENSI KI-3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan Pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional. KI-4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur Kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan

keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji

secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, sertamampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

ALOKASI WAKTU

: 4JP @ 45 menit

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8 Menerapkan cara 3.8.1 Menjelaskan Cara Perawatan perawatan Antilock Break System (ABS) 4.8 Merawat berkala Antilock Break System (ABS)

Antilock Break system (ABS) 3.8.2 Menerapkan cara perawatan Antilock Break system (ABS) 4.8.1 Mengidentifikasi kerusakan Antilock Break System (ABS) 4.8.2 Mendemonstrasikan cara perawatan berkala Antilock Breaking System (ABS)

Materi Pembelajaran

1.

Kegiatan Pembelajaran 1. Teliti dalam Memahami sistem penerangan 2. Mendiagnosis keruskan sistem penerangan dan panel instrument

II.

PEMBELAJARAN

A.

RENCANA BELAJAR PESERTA DIDIK JENIS KEGIATAN

TANGGAL

WAKTU

TEMPAT BELAJAR

ALASAN PERUBAHAN

TT GURU

Kegiatan Belajar 1 Kegiatan belajar 2 1. :Sistem Rem Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan. Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai dengan yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang berputar. Syarat–syarat sebuah rem adalah sebagai berikut: 1. Dapat bekerja dengan cepat. 2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan atau gaya pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing roda. 3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup. 4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan jalan menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar. 2.

Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)

Gambar 1 Perbandingan Pengereman Kendaraan Yang Tidak Menggunakan Rem ABS Dan Yang Menggunakan Rem ABS

ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman. Tujuannya adalah memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol pengendalian pada saat pengereman mendadak dan digunakan untuk memperpendek jarak pengereman (dengan memperbolehkan pengemudi menginjak pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir kendaraan akan selip dan lepas kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada kendaraan non ABS (Anti-Lock Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan terdapat electronic unit, speed sensor dan hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit memonitor kecepatan dari roda pada saat pengereman,jika berbeda maka rem akan me’release’, dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita melakukan pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas. ABS tersebut bisa melakukan pengereman dalam artian ‘tekan-lepas’ sebanyak 20 kali per detik. Jadi dengan teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci. Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah: a

Mobil tetap stabil.

b

Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).

c

Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju).

d

Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).

e

Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan

f

Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke salah satu sisi. Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda-roda yang mengalami selip

akan mudah terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS mobil akan tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti .

3. Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System) a. Master selinder Master selinder berfungsi : 1) Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi. 2) Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.

Gambar Mater Silinder b. Unit control tekanan (acktuator) Unit control tekanan (acktuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap roda sesuai dengan perintah computer.

Gambar Akuator c. ABS control module ABS control module berfungsi : 1) Mendapat informasi dari sensor putaran. 2) Menghitung tekanan ideal pada roda. 3) Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem 4) ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis

5) Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran dengan lampu control pengemudi. d. Sensor putaran roda Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor tersebut menghasilkan signal.

Gambar Sensor Putaran Roda e. Silinder roda Silinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder roda dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa.

Gambar Silinder Roda f. Lampu control Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada sisitem rem ABS. lampu indicator akan menyala.

Gambar Lampu control ABS g. Sensor putran aksel belakang Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif dan mengirim signal ke ABS control module.

4.

Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)

Pada sistem rem yang menggunakan ABS terdapat bebrapa jenis ABS, dintaranya : a.

4-Sensor 4-Chanel Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang

memakai X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang biasanya mengikuti select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja. Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan masingmasing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai macam kondisi jalan.

b. 4-Sensor 3-Chanel Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang memakai H-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan roda belakang dikontrol secara bersamaan pada brake pipe dengan dasar select-low logic. Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat di roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan pengaturan tersendiri (independent control) pada roda depan. Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman. Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing. Untuk menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan kecenderungan roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan ‘Select-low control’. c.

3-Sensor 3-Chanel Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara

bersamaan oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear). Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini. 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2 channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda. d. 1-Sensor 1-channel Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor.Dipakai Untuk mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang.Pada rear diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepan roda. Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan

jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low-• ) juga akan bertambah jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.

5. ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module) ABS terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan

suatu

roda

mengalami

penguncian,

HCU (Hydraulic

Control

Unit)mensuplai tekanan rem ke setiap roda berdasarkan output signal dari ABSCM(control module). Dari sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi, deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya adalah adalah untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur sistem monitoring pada sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem mengalami kegagalan.Pengemudi dapat mengetahui adanya kegagalan sistem pada ABS apabila lampu peringatan ABS menyala. a

Komposisi Dasar ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module) Apabila ABS mengalami kegagalan, ABSCM akan mematikan kerja sistem untuk

memastikan keselamatannya. Karena apabila kerja dari solenoid valve tidak normal, dapat mempengaruhi tekanan rem terhadap roda.Karena alasan inilah ABSCM dapat menganalisa dan mengantisipasi semua kemungkinan kegagalan pada sistem. Untuk memasang ABSCM secara langsung pada HCU (Hydraulic Control Unit), semiconductor yang ada di dalam ABSCM harus tahan pada suhu antara - 40 s/d 125 derajat celsius. Berkat pengembangan teknologi semiconductor dan ukurannya yang kecil, sekarang ini yang popular banyak dipakai adalah tipe (ABSCM + HCU). Misalnya Bosch ABS versi 5.0 atau yang lebih tinggi, versi MK-20i atau yang lebih tinggi keluaran TEVES dan EBC 325 Kelsey Hayes mewakili integrated ABS. Semua masukan merupakan double-monitored

dan

double-calculated.

Input-nya

juga

doublemonitored.Untuk

menghindari kesalahan pengoperasian pada ECU, maka dipasang dua microprocessor yang membandingkan dan memonitor hasilnya, dan ECU sebagai tambahan dimonitor oleh SAS (Safety Assurance System) atau intelligent Watch-Dog untuk mencegah kesalahan pengoperasian pada ECU. Satu IC mengatur solenoid2 untuk setiap channel-nya dan Power MOSFET dengan proteksi sirkuit yang bisa diandalkan sebagai pengganti relay yang mengatur kerja solenoid dan arus besar saat motor bekerja. Selanjutnya untuk mengurangi pumping dan pengaruh kick-back yang berlebihan, maka dipakai motor speed control dengan mircopocessor 16 bit

agar perhitungan kecepatan roda dan performa ABS menjadi lebih baik, dengan kemampuan 5 millidetik per siklus kerja.

b. Sirkuit penguat input wheel speed sensor Dari setiap wheel speed sensor yang dipasang pada roda, di dalam sirkuitnya dipasang bentuk gelombang arus. Bentuk gelombang tersebut dikuatkan dan dirubah menjadi bentuk gelombang persegi, dan dikirim ke Microcontroller. Sesuai dengan jenis ABS, jumlah wheel speed sensor akan berubah dan jumlah sirkuit penguatnya juga akan berubah.

c. Microcontroler Acuan kecepatan, rasio selip, rata-rata akslerasi/deselerasi dan kerja solenoid dan motor dihitung berdasarkan informasi dari setiap rodanya. Sirkuit ini mendeteksi gelombang sensor kecepatan roda setiap detiknya. Microcontroller menghitung acuan kecepatan berdasarkan kecepatan rodanya, kemudian membandingkan kecepatan referensi dan momen kecepatan roda untuk memperkirakan rasio selip dan rata2 akselerasi dan deselerasinya. Solenoid valve mengaktifkan output sirkuit untuk pressure dump, hold, menaikkan sinyal ke solenoid pada roda yang terkunci sesuai dengan perkiraan sinyal pengaturan seperti slip ratio, akselerasi/deselerasi.

d. Sirkuit Mengaftikan Solenoid Valve Sirkuit ini gunanya adalah untuk mengatur arus solenoid valve dan menghidupkan atau mematikan pressure dump, hold, menaikkan sinyal Microcontroller.

e. Voltage Regulator, Motor Relay dan Failsafe Driver Circuit, Lamp Driver circuit, Communication Circuit Memonitor tegangan suplai (5V, 12V) yang sedang dipakai untuk ABSCM dalam keadaan stabil berdasarkan batasan tegangannya.Alat ini dapat mendeteksi adanya kegagalan sistem dan mengaktifkan valve relay, motor relay. Apabila ada kerusakan pada sistem ABS, maka sistem akan dihentikan dikarenakan valve/motor relay menjadi off dan lampu peringan ABS akan menyala untuk memberitahukan kepada si pengemudi bahwa ada kerusakan pada sistem ABS. Bila adakerusakan pada ABS, maka rem yang bekerja adalah normal, seperti pada rem biasanya.

2. Safety Circuit Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil melaju. Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah menghentikan fungsi ABS dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak dapat bekerja, namun rem konvensional mesih tetap bekerja.setelahtidak terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem, maka lampu peringatan akan mati dan sistem kembali berjalan normal. a. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti) Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan prosedur kerja sebagai berikut : 1) Mengecek fungsi microprocessor 2) Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan 3) Memeriksa data ROM 4) Memeriksa data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal 5) Memeriksa kerja converter A/D (Analog /Digital) 6) Memeriksa komunikasi diantara dua microprocessor

b. Memeriksa fungsi valve relay 1) Mengaktifkan valve relay dan memeriksa kerjanya 2) Memeriksa fungsi fail memory circuit microprocessor 3) Memeriksa fail memory circuit microprocessor

c. Initial Self-Testing saat mobil bergerak Ketika mobil mulai bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai berikut : 1) Tes fungsi solenoid valve Memeriksa fungsi solenoid valve dan memonitor kerjannya. 2) Tes fungsi motor Menjalankan motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat ABS waktu self testing pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self testing dilakukan saat mobil mulai berjalan atau pada akhir ABS bekerja. 3) Memeriksa sinyal wheel speed sensor Memeriksa semua sinyal wheel speed sensor

d. Tes sistem saat mobil melaju Setelah proses inisial self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua microprocessor dan sirkuit lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan mengkonfirmasikannya dan kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam ABSCM. 1) Tes tegangan (12V, 5V) Periksa apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah 5 volt. Namun perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan beroperasinya ABS atau motor saat sedang memonitor tegangan. 2) Tes kerja valve relay Saat ABS bekerja, valve relay diaktifkan. ABSCM menjaga kerja valve relay. 3) Perhitungan menghasilkan perbandingan antara dua microprocessor Biasanya ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja dalam waktu yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama lainnya dan mengenali kesamaan diantara keduanya. Konsep perbandingan ini bisa menjamin bahwa sistem berjalan sebagaimana mestinya dan dapat mendeteksi secara dini adanya kerusakan. 4) Tes kerja microprocessor Memonitor microprocessor 5) Memeriksa data ROM Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan dengan

e.

Menampilkan Self Diagnosis Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti

dan lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui alat Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.

6.

Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System) Keempat roda di control oleh ABS untuk anti-lock dan cara kerjanya dijelaskan

pada gambar di bawah ini. a. Saat ABS tidak bekerja (pengereman normal) Karena tidak ada signal dari ABS control module dan solenoid valve tidak bekerja maka flow control valve tertekan oleh spring sehingga ABS tidak bekerja, pada

kondisi ini cairan ditekan dari master selinder menuju flow control valve dan menuju port 1 – port 2 selanjutnya menuju cyilender roda.

b. Saat ABS bekerja (model tekanan reduksi) Saat roda mengunci (direm) ABS control module membuka solenoid valve, maka sisa cairan rem dengan tekanan yang rendah mengalir ke reservoir dan menekan Flow control valve ke bawah sehingga saluran port 2 menutup dan cairan rem tidak mengalir ke cylinder roda. Ketika perbedaan tekanan antara bawah dan atas semakin bertambah, maka flow control valve menekan ke bawah danport 3 terbuka selanjutnya cairan rem dalam cylinder roda mengalir ke port 3 – port 4 dan ke dalam reservoir (tekanan di dalam cylinder roda menurun/berkurang. Selama pump dan ABS system bekerja cairan rem dalam reservoir menurun/berkurang karena dialirkan ke cylinder master.

c. Saat ABS Bekerja (model penambahan tekanan) Ketika wheel cylinder memerlukan tekanan cairan yang tinggi, ABS control module menutup solenoid valve akibatnya low control valve berada pada posisi di bawah sehingga cairan rem dari master cylinder mengalir ke port 1 dan 3 selanjutnya menuju wheel selinder bertambah. Pada saat yang sama, flow control valve bekerja akibatnya perbedaan tekanan cairan rem antara atas dan bawah menjadi sama sehingga port 1 terbuka dan berhubungan dengan master cylinder sehingga tekanan cairan di wheel cylinder bertambah secara konstan

7. Siklus Kontrol ABS (Anti-Lock Brake System) a. Pengaturan rem pada permukaan yang tidak rata (koefisien gaya rem) Saat awal pengeman, tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan masingmasing akan naik turun. Di akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi ambang batas (-a), akibatnya solenoid valve akan memindahkan posisi “pressure hold” sesuai dengan kebutuhannya. Tekanan rem tidak harus berkurang karena ambang batas (-a) dapat dilebihkan ke dalam range stabil dari koefisiennya, atau dari kurva brake slip.Pada saat bersamaan kecepan referensi dikurangi, besaran untuk slip switching ambang batas •1 di dapat dari keceatan referensi.

Kecepatan roda turun dibawah ambang batas •1 di akhir tahap 2. Kemudian solenoid valve pindah ke posisi “pressure drop” , sehingga tekanan rem bisa dikurangi sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (-a). Kecepatan turun lagi dibawah ambang batas (-a) di akhir tahap 3 dan tekanan bertahan mengikuti panjangnya.Pada saat tersebut akselerasi roda bertambah mengikuti bertambahnya ambang batas (+a).Tekanan tetap konstan.Dan diakhir tahap 4, akselerasi melebihi kecepatan ambang batas (+A) tertinggi, tekanan rem kemudian bertambah mengikuti naiknya ambang batas (+A). Di tahap 6, tekanan ren dipertahankan kembali agar tetap konstan karena ambang batas (+a) dilebihkan.Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun dibawah ambang batas (+a).ini menandakan bahwa roda sudah memasuki batasan gaya rem yang stabil (coefficient/brake slip curve) dan agak ringan. Tekanan rem sekarang mulai masuk tahapan 7 sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (-a) (akhir tahap 7).Pada saat tersebut, tekanan rem langsung diturunkan tanpa melalui sinyal •1.

b. Kontrol rem di jalan licin (koefisisen gaya rendah) Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake pedal, bisa cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi selip pada ban.Logic circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu jalan kemudian menyesuaikannya karakter ABS. Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama berdasarkan koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan penahanan tekanan dalam waktu singkat, kemudian kecepatan roda diperbandingkan dengan slip switching ambang batas •1. Selama kecepan roda kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan diturunkan sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya

yaitu

penahanan

tekanan

singkat.

Kemudian

dibuat

pembaharuan

perbandingan antara kecepatan roda dan switching ambang batas •1, sehingga tekanan bisa turun dalam waktu singkat. Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda tersebut berputar melebihi ambang batas (+a).selanjutnya, tekanan tertahan sampai akselerasinya dibawah ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti oleh tahap 5 melalui step-type yang terbentuk di dalam tekanan yang sudah dikenalnya dari bagian sebelumnya sampai siklus kontrol baru bias dikenali oleh pressure reduction tahap 6. Pada siklus yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali kedua tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk akselerasi roda

kembali setelah penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-a).Roda berputar dengan batasan selip tinggi untuk waktu yang relatif lama, sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan penguasaan kemudi. Untuk mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara terus-menerus antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas •1 ini dan juga siklus control berikutnya. Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan dikurangi sampai akselerasi roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat penurunanan tekanan secara tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam waktu singkat, sehingga bisa meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol kemudi dibanding dengan siklus pertama.

8. Perawatan Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System) Untuk mencegah timbulnya kerusakan saat melepas sambungan-sambungan kabel, sensor, relay dan fuse, kunci kontak harus OFF dan setelah dipasang kembali, ON kan kunci kontak kemudian set DTC ABS hydaulic Unit. 1) Memeriksa kerjanya ABS Hydraulic Unit. a. Periksa apakah seluruh komponen ABS dalam kondisi baik. b. periksa apakah voltage battery 11 V atau lebih. c. Periksa apakah lampu peringatan ABS berfungsi dengan baik. d. Dongkrak kendaran e. Netralkan tuas transmisi dan tarik tuas rem tangan. f. Putar-putarkan setiap roda dan periksa apakah berputar dengan lancar. g. Gunakan kabel untuk menghubungkan Diag-2 conector dengan ground, putar kunci kontak ke posisi ON dan periksa lampu peringatan ABS dengan prosedur DTC 12. h. OFF kan kunci kontak i. Putarkan roda dan On kan kunci kontak kemudian tekan pedal rem dan periksa. 1) Apakah terdengar suara kerjanya selenoid 2) Apakah terdengar suara kerjanya motor pump. j. Ulangi pemeriksaan pada langkah 8-9 untuk semua roda, jika hasilnya tidak sesuai, ganti ABS hydraulic Unit. k. OFF kan kunci kontak dan lepaskan kabel yang menghubungkan Diag-2 connector dengan ground.

2

ABS Hydraulic Unit a. Memeriksa Solenoid valve : 1) Putar kunci kontak ke posisi OFF 2) Lepaskan sambungan kabel ke solenoid 3) Periksa resistance solenoid valve a) Memriksa Motor Pump b) Putar kunci kontak ke posisi OFF 4) Lepaskan sambungan kabek ke motor 5) Periksa resistance motor Antara terminal : 1 Ω Antara terminal dan body motor : 1 MΩ 6) Hubungkan positif (+) battery keterminal 1 dan negatif (-) battery ke terminal 2. Kemudian periksa apakah motor bekerja (adanya suara), jika pada pemeriksaan 1-3 tidak sesuai ganti hydraulic unit

3. Melepas 1) Lepaskan kabel negatif dari battery 2) Gunakan spesial tools, lepaskan brake pipe dari ABS Hydraulic Unit Special tool A : 09950 – 78210 3) Lepaskan sambungan kabel ABS hydraulic unit 4) Lepaskan ABS hydrauic Unit dari bracketnya

Memasang 1) Pasang hydraulic unit dengan urutan kebalikan dari prosedur melepas Momen pengencagan : a. 16 N.m (1,6 kg.m) b. 21 N.m (2,1 kg.m) 2) Buang udara dari sisitem rem 3) Periksa kembali setiap komponen yang terpasang dan adanya kebocoran minyak rem.

4. ABS Control Module ABS control module terdiri dari parts yang sangat presisi, jangan membongkar ABS Control Module. a. Melepas

1) Lepaskan kabel negatif battery 2) Lepaskan steering column hole cover, knee bolster panel 3) Lepaskan sambungan kabel ABS control module

5. Speed Sensor Roda Depan a. Memeriksa output voltage 1) Putar kunci kontak ke posisi OFF 2) Dongkrak kendaraan 3) Lepaskan sambungan kabel ke speed sensor 4) Hubungkan volt meter ke connector kabel speed sensor 5) Sambil memutarkan roda, periksa voltage pada speed sensor 6) Bila menggunakan Oscilloscope, periksa voltage peak to peak, apakah sesuai dengan spesifikasi Voltage peak to peak 1 putaran / detik : 210 mV / lebih b. Melepas 1) Lepaskan kabel negatif dan battery 2) Dongkrak kendaraan dan lepaskan roda 3) Lepaskan sambungan kabel speed sensor 4) Keluarkan grommet dari fender 5) 5 lepaskan speed sensor

c. Memeriksa speed sensor 1) Periksa sensor dari kerusakan 2) Periksa resistance Resistance terminal : 1,2 - 1,6 kΩ Resistance antara terminal dan body sensor : 1 mΩ / lebih, jika ada kelainan, ganti sensor

d. Memeriksa putaran rotor 1) Periksa gigi-gigi roto dari keruskan (aus /pecah) 2) Putar drive shaft dan periksa apakah rotor berputar dengan lancar e. Memasang 1) Pasang kembali speed sensor seperti semula Momen pengencangan : 2,3 N.m (kg.m) 2) Pastikan bahwa antara spedd sensor dan knuckle tidak ada celah (jarak)

6. Speed Sensor Roda Belakang a. Memeriksa output voltage Prosedur pemeriksaan sama dengan speed sensor roda depan b. Melepas 1) Lepaskan kabel negatif dari battery 2) Dongkrak kendaraan 3) Lepaskan sambungan kabel speed sensor dan lepaskan kabelnya dari suspension frame. 4) Lepaskan speed sensor dari knuckle c. Memeriksa sensor 1) Periksa kondisi sensor dari kerusakan 2) Periksa resistance sensor Resistance antara terminal : 1,5 – 1,9 kΩ, 1,2 - 1,6 kΩ Resistance antara terminal dan body sensor : 1 MΩ Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai spesifikasi ganti sensor d. Memriksa sensor Rotor 1) Periksa gigi rotor dari kerusakan (aus/pecah) 2) Putar roda belakang dan periksa prputaran rotor apakah berjalan dengan baik 3) Jika dalam pemeriksaan ada kelainan, ganti sensor rotor e. Memasang 1) Pasang sensor rotor seperti semula Momen pengencangan : (a) : 2,3 N.m (kg.m) 2) Pastikan bahwa antar sensor dan knuckle tidak terdapat celah (jarak)

7. ABS Fail - Safe Relay a. Memeriksa 1) Lepaskan kabel negatif (-) dari battery 2) Lepaskan fail-safe relay dari relay box 3) Periksa resistance antara kedua terminal Antara 1 dan 3 : 78 - 96Ω Antara 2 dan 5 : terhubung Antara 4 dan 5 : tidak ada hubungan. 4) Hubungkan battery ke terminal 1 dan 3, kemudian periksa hubungan antara terminal 4 dan 5 Jika dalam pemeriksaan langka 1 – 4 tidak sesuai spesifkasi, ganti relay. 8. ABS Pump Motor Relay

a. Memeriksa 1) Lepaskan kabel negatif dari battery 2) Lepaskan pump motor relay dari relay box 3) Periksa resistance antara setiap terminal Antara 2 dan 4 : 70 – 90 Ω Antara 1 dan 3 : tidak ada hubungan. 4) Periksa apakah ada hubungan antara terminal 1 dan 3, jika battery di hubungakan ke terminal 2 dan 4. 5) Jika dalam pemriksaan langkah 3 dan 4 tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti relay. RANGKUMAN Kesimpulan yang didapat dari penjelasan mengenai ABS (Anti-lock braking System) ialah : 1. ABS (Anti-lock Braking System) menjadi solusi yang tepat dalam upaya pengurangan tingkat kecelakaan yang sering terjadi pada kendaraan bermotor terutama pada kendaraan bermotor yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi dimana kondisi jalannya licin atau bersalju. 2. Komponen yang digunakan pada ABS adalah modul control ABS, solenoid valve, sensor kecepatan, dan tanda untuk status ABS. 3. Konfigurasi yang terdapat pada ABS terdiri dari 3 bagian tergantung dari jumlah dan peletakan sensor yang digunakan, yaitu 1 channel, 3 channel, dan 4 channel.

Related Documents

Modul Rem Abs.docx
October 2019 16
Rem
October 2019 42
Rem
October 2019 36
Lo Rem
June 2020 20
Minyak Rem
May 2020 41
Pedal Rem
December 2019 53

More Documents from "Wanda Martinanda"

Modul Rem Abs.docx
October 2019 16
Silabus Abs.docx
October 2019 15
Tht Soal Erwin.docx
June 2020 30
Abstrak.docx
November 2019 50
Hidroterapi.docx
June 2020 32
Reflective Ppt.pptx
June 2020 35