Modul Perlindungan Anak 19032018.pdf

  • Uploaded by: MElfa CiHhuy
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Perlindungan Anak 19032018.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 17,631
  • Pages: 114
Modul perlindungan anak Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH) Panduan Teknis Pelaksanaan P2K2

MODUL Perlindungan Anak.indd 1

3/19/2018 6:22:29 AM

MODUL Perlindungan Anak.indd 2

3/19/2018 6:22:29 AM

Glosarium AIDS

: Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

Akta kelahiran

: Catatan otentik negara tentang nama anak, tempat dan waktu kelahiran anak, dan nama orangtua secara lengkap dan jelas serta status kewarganegaraan anak.

Bullying

: Penindasan atau penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaan untuk mengintimidasi atau memperdayai seseorang.

Gender

: Sekumpulan ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang dan diarahkan pada peran sosial dan/atau identitasnya dalam masyarakat.

HIV

: Human Immunodeficiency Virus atau virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.

Human trafficking

: Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, penjeratan hutang, atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan, dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Konvensi

: Suatu kesepakatan internasional yang mengikat negara penandatangan baik secara yuridis maupun politis.

Narkotika

: Zat-zat alamiah maupun sintetik yang mempunyai pengaruh terhadap sistem syaraf pusat dan menimbulkan efek negatif baik secara fisik, mental dan sosial bagi pengguna.

Pekerjaan terburuk : Segala jenis pekerjaan dalam bentuk perbudakan, pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian. Pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Segala pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 3

3

3/19/2018 6:22:30 AM

PMS

: Penyakit Menular Seksual yaitu penyakit kelamin yang dapat menular, termasuk kepada anak-anak.

Psikotropika

: Suatu zat/obat, baik alamiah atau sintetik bukan narkotika, yang mempengaruhi sistem syaraf pusat yang mempengaruhi persepsi, perasaan dan cara berpikir seseorang.

Akronim Kemsos

: Kementerian Sosial RI

Keppres

: Keputusan Presiden

KHA

: Konvensi Hak Anak



P2K2

: Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

P2TP2A

: Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan



dan Anak



Permeneg PP &PA : Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan



dan Perlindungan Anak

PKH



: Program Keluarga Harapan

PMS



: Penyakit Menular Seksual

PPA



: Perlindungan Perempuan dan Anak

PPT



: Powerpoint (Slide)

Pusdiklat Kesos

: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial

RAN PPKTA

: Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan





Kekerasan Terhadap Anak

RPTC



: Rumah Perlindungan Trauma Centre

TOT



: Training of Trainers

UNICEF

4

: United Nations International Children’s Fund

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 4

3/19/2018 6:22:30 AM

Daftar isi Glosarium

3

Akronim

4

sesi 11 8

Upaya Pencegahan Kekerasan & Perlakuan Salah pada Anak

9

1.1. Deskripsi

9

1.2. Kompetensi Dasar

9

1.3. Indikator Keberhasilan

10

1.4. Pokok Bahasan

10

1.5. Metoda Pembelajaran

10

1.6. Media Pembelajaran

11

1.7. Langkah Pembelajaran

14

1.8. Proses Pembelajaran

14

• Langkah 1: Pembukaan • Langkah 2: Pengertian Anak & Hak-hak Anak



(klaster hak anak)

• langkah 3: Pengertian Kekerasan dan Perlakuan



• Langkah 6: Cara pencegahan kekerasan

15 15 16

di keluarga dan di masyarakat

• Langkah 7: Pencegahan Kekerasan

15

perlakuan salah (body mapping)

• Langkah 5: Deteksi dini kekerasan seksual

37

Salah (kartu gambar jempol)

• Langkah 4: Jenis dan Contoh kekerasan dan

15

18

pada anak istmewa

• Langkah 8: penutup

19

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 5

5

3/19/2018 6:22:30 AM

Lembar kerja 1.9 bahan bacaan: Pencegahan Kekerasan Terhadap

20 34

Anak 1.9.1. Pengertian Anak dan Hak Anak 1.9.2. Jenis dan contoh Kekerasan dan Perlakuan

34 36

salah (maltreatment) terhadap anak 1.9.3. Akibat buruk kekerasan dan perlakuan salah

38

terhadap anak 1.9.4. Tingkat keparahan akibat kekerasan dan

39

perlakuan salah terhadap anak 1.9.5. Deteksi Dini Kekerasan dan Perlakuan Salah 1.9.6. Pencegahan kekerasan dan perlakuan salah

40 43

terhadap anak 1.9.7. Anak istimewa dan Kekerasan

45

1.10. Literatur

48

1.11. Evaluasi Pembelajaran

48

1.12. Lembar Kerja

48

sesi 12

6

Penelantaran & Eksploitasi terHadap Anak

43

1.1. Deskripsi

50

1.2. Kompetensi Dasar

50

1.3. Indikator Keberhasilan

50

1.4. Pokok Bahasan

50

1.5. Metoda Pembelajaran

50

1.6. Media Pembelajaran

50

1.7. Langkah Pembelajaran

51

1.8. Proses Pembelajaran

54

• Langkah 1: Pembukaan

54

• Langkah 2: Pengertian Penelantaran

54

• Langkah 3: Contoh-contoh penelantaran

55

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 6

3/19/2018 6:22:30 AM

• Langkah 4: Cara mencegah penelantaran



terhadap anak

• Langkah 5: Pengertian dan Contoh Eksploitasi



56 56

Terhadap Anak

• Langkah 6: Akibat Eksploitasi Terhadap Anak

57

• Langkah 7: Cara Pencegahan Eksploitasi

58





Terhadap Anak

• Langkah 8: penutup

59

lembar kerja

60

1.9. Bahan Bacaan: Pencegahan penelantaran dan

78

Eksploitasi erhadap Anak 1.9.1. Pencegahan Penelantaran Terhadap Anak

78

1.9.2. Pencegahan Eksploitasi Terhadap Anak

83

1.10. literatur

92

1.11. evaluasi pembelajaran

93

1.12. lembar kerja

93

permainan Energizer & Ice Breaking Games

94

Permainan-Permainan Uji Konsentrasi PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN

96 105

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 7

7

3/19/2018 6:22:30 AM

Sesi 11

Upaya Pencegahan Kekerasan & Perlakuan salah pada anak

MODUL Perlindungan Anak.indd 8

3/19/2018 6:22:30 AM

1.1. Deskripsi

Mata Diklat ini membahas tentang: Pengertian anak, hak-hak anak, pengertian kekerasan dan perlakuan salah, jenis dan bentuk kekerasan dan perlakuan salah, deteksi dini kekerasan seskusal, serta cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat, termasuk pengertian anak istimewa dan pencegahan kekerasan terhadap anak istimewa.

1.2. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak, termasuk pencegahan terhadap anak istimewa.

1.3. Indikator Keberhasilan

Peserta mampu: 1. Menjelaskkan tentang pengertian anak dan hak-hak anak. 2. Menjelaskan pengertian kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak. 3. Menjelaskan jenis, contoh dan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak. 4. Menjelaskan cara deteksi dini kekerasan seksual. 5. Mempraktekkan pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak dan anak istimewa.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 9

9

3/19/2018 6:22:30 AM

1.4. Pokok Bahasan 1. Definisi anak dan hak-hak anak. 2. Pengertian kekerasan dan perlakuan salah dan terhadap anak. 3. Jenis, contoh dan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap 4. 5. 6. 7.

anak. Deteksi dini kekerasan seksual pada anak. Cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak. Pengertian anak istimewa Cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak istimewa.

1.5. Metoda Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi kelompok 4. Curah pendapat 5. Bermain gambar kartu dan gambar 6. Pemecahan kasus 7. Role play 1.6. Media Pembelajaran: 1. Whiteboard 2. Spidol, ketras plano 3. Kartu Hak anak 4. Kartu gambar kekerasan 5. Body mapping 6. Kasus

10

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 10

3/19/2018 6:22:30 AM

1.7. Langkah Pembelajaran alur kegiatan pembelajaran Sesi 1.1: Pencegahan Kekerasan & Perlakuan Salah

1

2

3

Langkah

Langkah

Langkah

10 menit

15 menit

20 menit

Pembukaan Tujuan Pembelajaran

6

permainan kartu hak anak pengertian anak & hak anak-anak

5

bermain gambar perilaku baik & buruk pengertian kekerasan & perlakuan salah

4

Langkah

Langkah

Langkah

15 menit

30 menit

25 menit

lembar kerja pencegahan kekerasan & perlakuan salah dalam

pengelompokkan kartu deteksi dini kekerasan seksual

Langkah

7

Langkah

20 menit

5 menit

pemutaran film & diskusi pencegahan kekerasan terhadap anak istimewa

penutup kesimpulan pembelajaran

analisa bodymapping jenis & contoh kekerasan & perlakuan salah

8

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 11

11

3/19/2018 6:22:30 AM

Langkah ke 1

Pembukaan (10’)

Langkah ke 2

Pengertian anak dan hak-hak anak (15’)

Langkah ke 3

Pengertian Kekerasan dan perlakuan salah (20’)

Langkah ke 4

Jenis dan contoh kekerasan dan perlakuan salah (body mapping) (25’)

12

Langkah ini berisi tentang ucapan selamat datang dan doa, serta kegiatan untuk membangkitkan motivasi dan minat peserta melalui permainan (Ice breacking). Dalam langkah ini juga dilakukan review materi sebelumnya dan dihubungkan dengan materi yang akan dibahas sekarang Langkah ini membahas tentang pengertian anak dan hak-hak anak, serta menjelaskan bahwa setiap anak mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya. Dalam pembelajaran ini menggunakan teknik bermain (kartu gambar “Hak Anak”). Langkah ini menjelaskan tentang pengertian kekerasan dan perlakuan salah pada anak, menggunakan kartu gambar perilaku baik dan perilaku tidak baik yang ditempatkan pada matrik gambar jempol ke bawah dan jempol keatas.

Langkah ini membahas materi tentang jenis, contoh kekerasan yang dirasakan pada anak, dengan menggunakan alat bantu” body maping”, dilanjutkan pembahasannya menggunakan matrik tentang contoh kekerasan, penyebabnya, dan pelaku kekerasan tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 12

3/19/2018 6:22:30 AM

Langkah 5

Deteksi dini kekerasan seksual (30’)

Langkah ini menjelaskan tentang cara-cara deteksi dini terhadap kekerasan khususnya kekerasan seksual pada anak maupun remaja, dan bagaimana mengatasinya.

Langkah 6

Cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah di lingkngan keluarga dan masyarakat

Langkah ini membahas tentang cara-cara pencegahan kekerasan terhadap anak dilingkungan keluarga dan masyarakat, dengan menggunakan teknik pembelajaran pemecahan kasus “Nina” dan pemutaran film si “Aska” dan si “Geni”.

(15’) Langkah 7

Pencegahan kekerasan pada anak istimewa (20’)

Langkah 8

Penutup (5’)

Langkah ini membahas tentang pengertian anak istimewa, jenis-jenis anak istimewa, kondisi anak istimewa yang sering terpinggirkan karean stigma masyarakat, serta upaya mencegah kekerasan pada anak istimewa.

Materi ini berisi rangkuman keseluruhan substansi materi, dan menutup sesi dengan memastikan bahwa peserta mamahami isi modul yang telah disajikan..

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 13

13

3/19/2018 6:22:30 AM

1.8. Proses Pembelajaran

1

Langkah

Pembukaan 1. Pastikan bahwa peserta sudah memasang Name Tag, memiliki bahan ajar sesi 11 dan atau Buku Pintar. 2. Ucapkan salam dan doa.

3. Bina suasana melalui permainan yang menarik untuk memusatkan konsentrasi belajar peserta (pilih ice breaking pada Buku Ice Breaking Games) 4. Review materi sebelumnya (bulan lalu) 5. Sampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan Flipchart 1.

2

Langkah

Pengertian Anak & Hak-hak Anak (klaster hak anak)

1. Jelaskan “Pengertian anak” dan “Batasan Usia Anak” menurut Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 menggunakan Flipchart 2 dan Buku Pintar halaman 6. 2. Jelaskan pengertian Hak Anak menggunakan Flipchart 2 dan Buku Pintar hal 6. 3. Tanyakan kepada peserta “Apa saja hak-hak anak?”, jawaban ditulis pada kertas plano. 4. Bermain “Pengelompokan gambar klaster hak anak”, lihat LK: 11.1 dan Buku Pintar halaman 7. 5. Berdasarkan pengelompokkan hak anak di LK 11.1, tanyakan pada peserta “cara yang harus dilakukan orangtua untuk memenuhi hak anak?”. 6. Respon jawaban peserta, buat kesimpulan tentang “hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya”, Flipchart 3 dan Buku Pintar halaman 7 dan 8. 7. Menegaskan melalui pesan kunci bahwa setiap anak mempunyai hak yang harus dipenuhi orangtua. 14

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 14

3/19/2018 6:22:30 AM

3

Langkah

Pengertian Kekerasan dan Perlakuan Salah (kartu gambar jempol)

1. Bagi peserta menjadi 4 kelompok (maksimal 5 orang perkelompok) 2. Minta peserta untuk mengerjakan LK 11.2 (Permainan pengelompokan gambar perilaku baik dan perilaku buruk) 3. Minta kepada salah satu perwakilan kelompok untuk kedepan menjelaskan “mengapa gambar tersebut termasuk perlakuan baik atau perlakuan buruk”. 4. Peserta diluar kelompok penyaji: • Masing-masing kelompok ikut memperhatikan dan membandingkan gambarnya dengan gambar kelompok yang sedang dipaparkan. • Jika penempatan gambarnya sama, maka tidak perlu dikomentari. • Jika penempatan gambarnya berbeda, maka minta dijelaskan alasannya. 5. Ulas kembali kata-kata dari peserta, bahwa perlakuan baik adalah mereka yang melakukan tindakan sesuai tanggung jawab/ kewajibannya dan perlakuan buruk adalah tindakan yang merugikan kepentingan anak. 6. Tegaskan pengertian kekerasan terhadap anak, gunakan Flipchart 5 dan Buku Pintar halaman 10.

4

Langkah

Jenis dan Contoh kekerasan dan perlakuan salah (body mapping)

1. Pasang flipchat Body maping di papan tulis. 2. Fasilitator mengambil gambar perlakuan buruk pada kartu jempol ke bawah. 3. Tanyakan satu persatu dari gambar tersebut, apa yang dirasakan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 15

15

3/19/2018 6:22:30 AM

oleh anak. Selanjutnya, minta kepada peserta yang menjawab untuk menandai dengan spidol atau menempel kertas warna pada body mapping yang dirasakan 4. Tanyakan ke peserta, adakah kekerasan lain yang dialami anak selain yang sudah ditandai di body mapping tersebut, arahkan ke kekerasan seksual. 5. Pertanyaan lanjutan, coba perhatikan di body mapping, adakah bagian tubuh yang tidak tersentuh dengan kekerasan? Jika “ada” maka fasilitator menanggapi dan meluruskan. 6. Fasilitator menyimpulkan bahwa: semua bagian tubuh anak dapat menjadi sasaran kekerasan, baik fisik maupun non fisik, Flipchart 6 dan 7, Buku Pintar halaman 14-17 tentang contoh kekerasan. 7. Minta peserta untuk mengerjakan tugas terkait jenis, contoh dan dampak serta pelaku kekerasan dan perlakuan salah, menggunakan LK.11.3: matrik (Contoh, Jenis, Pelaku dan Akibat Kekerasan terhadap Anak) yang sudah disiapkan.

5

Langkah

Deteksi dini kekerasan seksual

1. Bagi peserta potongan kertas kertas bertuliskan” gejala-gejala anak yang mengalami kekerasan seksual” (Gunakan LK.11.4: Deteksi dini kekerasan seksual) 2. Tugas peserta adalah menempatkan potongan-potongan kertas tersebut sesuai gejalanya antara lain: • Gerakan-gerakan tak wajar • Gejala/tanda-tanda fisik • Gejala/tanda-tanda psikis 3. Klarifikasi penempatan tersebut, jika tidak pas maka dikomentari oleh fasilitator. 4. Selanjutnya, tanyakan ke peserta “apa yang dilakukan jika mendapati anak kita/saudara kita mengalami kekerasan seksual”, beri kesempatan kepada 2 atau 3 orang untuk menjawab. 5. Selanjutnya simpulkan dengan menggunakan Flipchart 9 dan 10 16

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 16

3/19/2018 6:22:30 AM

tentang Gejala-gejala/tanda kekerasan. 6. Jika terjadi “Tanda-tanda tersebut”, apa kira-kira yang akan saudara lakukan?, minta pendapat ke 2 atau 3 orang. 7. Jelaskan menggunakan Flipchart 12.

6

Langkah

Cara pencegahan kekerasan di keluarga dan di masyarakat

1. Minta peserta untuk menyimak cerita: “Anak tidak mau sekolah?” pada LK: 11.4 / Buku Pintar halaman 22, dan fasilitator membacakannya/ ditawarkan ke peserta. 2. Tanyakan ke peserta: “Apakah cerita tersebut juga terjadi di sekitar peserta?”, minta kepada peserta untuk menceritakan pengalamannya. 3. Tanyakan kepada peserta, jika terjadi kasus seperti “Nina”, apa yang harus dilakukan oleh ibu-ibu sebagai orangtua. Jawaban peserta ditulis pada kertas plano yang sudah disiapkan, selanjutnya berikan tanggapan terhadap jawaban peserta. 4. Tanyakan kepada peserta, apa yang harus dilakukan oleh peserta sebagai anggota masyarakat. Jawaban peserta ditulis pada kertas plano yang sudah disiapkan, selanjutnya berikan tanggapan/komentar terhadap jawaban peserta. 5. Putar film “Kisah si Aska” (Film 11.1) dan “Kisah si Geni (Film 11.2), dan buka Buku Pintar halaman 25. 6. Minta tanggapan peserta atas film tersebut. 7. Buat kesimpulan “Upaya pencegahan kekerasan dalam keluarga dan masyarakat”, menggunakan Flipchart 15 dan Buku Pintar hal 23, 24 dan 26.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 17

17

3/19/2018 6:22:30 AM

7

Langkah

Pencegahan Kekerasan pada anak istmewa

1. Gali pemahaman peserta tentang “Anak istimewa”, selanjutnya tunjukkan melalui Flipchart 17 (Pengertian anak istimewa). 2. Putar film anak istimewa (Film 11.3 : Getun / Buku Pintar halaman 27. 3. Minta peserta mengomentari film tersebut dan tanyakan: “potensi apa yang dapat dilihat dari Getun”. 4. Tanyakan ke peserta, apakah di tempat peserta terdapat anak-anak yang kondisinya seperti “Getun?” 5. Jelaskan bahwa “Getun” adalah contoh anak istimewa. Istilah anak dengan kecacatan = disabilitas dapat disebut sebagai anak istimewa. Ajak pesera mengambil hikmah dari cerita “Getun” 6. Jelaskan, siapa saja yang termasuk anak istimewa, gunakan Flipchart 18 dan Buku Pintar halaman 28. 7. Jelaskan bahwa anak istimewa “Rentan mendapatkan kekerasan”, sehingga perlu mendapatkan perlindungan, berikan contoh-contohnya di keluarga: sering melihat dan mendengar jika punya anak istimewa disembunyikan karena malu, bahkan tidak disekolahkan. 8. Minta kepada peserta untuk mengemukakan cara pencegahan terhadap anak istimewa, fasilitator menuliskan di kertas plano. 9. Berikan komentar dan paparkan cara pencegahan kekerasan terhadap anak istimewa menggunakan Flipchart 19 dan Buku Pintar halaman 29. 10. Sampaikan pesan kunci sebagai berikut (Flipchart 20 dan Buku Pintar halaman 30. • Anak istimewa adalah anak yang membutuhkan perhatian khusus dan mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. • Pengembangkan potensi yang ada pada anak istimewa membutuhkan motivasi, dukungan, kasih sayang dan perhatian. • Anak istimewa rentan/mudah mendapatkan kekerasan, sehingga perlu dicegah dari kekerasan.

18

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 18

3/19/2018 6:22:30 AM

11. Sampaikan informasi kepada peserta tentang lembaga-lembaga layanan yang dapat dijangkau, jika menemukan anak-anak istimewa dan/atau anak lainnya menjadi korban kekerasan (Flipchart 21 dan Buku Pintar halaman 29).

8

Langkah

Penutup

1. Sampaikan kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan Flipchart 22 dan Buku Pintar halaman 30. 2. Berikan tugas rumah untuk: (1) menyampaikan hasil pembelajaran kepada keluarga dan lingkungan tetangga; (2) mengerjakan pekerjaan rumah yang ada dalam Buku Pintar halaman 31. 3. Berikan semangat kepada peserta: untuk melindungi anak, dan menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan membahas sesi 12 tentang Penelantaran dan Eksploitasi. 4. Akhiri pertemuan dengan ucapan terima kasih dan salam penutup.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 19

19

3/19/2018 6:22:30 AM

Lembar Kerja (LK): 11.1 Langkah/Materi : Langkah 2 (Pengertian Anak dan Hak-hak Anak) Bentuk Kegiatan : Pengelompokkan Gambar Hak Anak Pemain : Seluruh peserta Perlengkapan : • Matrik Klaster Hak Anak (tercetak) • Gambar Hak-hak Anak (tercetak) • Solatif Lama kegiatan : 10 menit

Langkah-langkah:

1

Fasilitator mempersiapkan Matrik Klaster Hak Anak (tercetak) dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau oleh peserta, sebagaimana contoh berikut: Matrik Kluster Hak Anak

Hak Keluarga & pengasuhan alternatif

Kesehatan & kesejahteraan sosial

hak sipil

Pendidikan, waktu luang & kegiatan budaya 20

Perlindungan khusus

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 20

3/19/2018 6:22:31 AM

2

Fasilitator meminta peserta untuk mengambil “Kartu Gambar Hak-hak Anak”, dan setiap peserta mendapatkan satu gambar tersebut. Bagi peserta yang tidak mendapatkan kartu gambar, bergabung dengan peserta lain yang mendapatkan gambar.

3

Fasilitator meminta peserta mengamati gambar dan berfikir sejenak, selanjutnya menempatkan gambar tersebut sesuai dengan matrik klaster hak-hak anak yang telah tersedia pendapat masing-masing.

Lembar kerja (LK): 11.2 Langkah/Materi : Langkah 3 (Pengertian Kekerasan) Bentuk Kegiatan : Memilah-milah Gambar (pile sorting) Pemain : 3 kelompok Perlengkapan : • Matrik Jempol (tercetak), sebanyak 4 lembar • Gambar Perilaku Baik (tercetak), sebanyak 4 set • Gambar Perilaku Buruk (tercetak), sebanyak 4 set • Solatif Lama kegiatan : 10 menit

Langkah-langkah:

1

Fasilitator mempersiapkan Matrik Jempol (tercetak) sebanyak 4 lembar dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau oleh peserta, sebagaimana contoh berikut :

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 21

21

3/19/2018 6:22:31 AM

MATRIK JEMPOL

baik

buruk

2

Fasilitator membagikan 2 set gambar yang telah diacak (1 set “Gambar Perilaku Baik” dan 1 set “Gambar Perilaku Buruk”) kepada setiap kelompok.

3

Setelah gambar dibagikan, maka fasilitator: a. Meminta kelompok untuk memperhatikan dan mendiskusikan isi gambar-gambar tersebut. b. Meminta kelompok memilah-milah gambar tersebut, dan menempatkannya sesuai dengan pemikiran mereka.

4

Jika gambar tersebut dinilai “perilaku baik” maka ditempatkan pada “Gambar jempol keatas”, dan jika dinilai gambar tersebut sebagai perilaku tidak baik, maka penempatannya di “Gambar Jempol ke bawah".

22

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 22

3/19/2018 6:22:31 AM

Lembar kerja (LK): 11.3 Langkah/Materi : Langkah 5 (Contoh, Jenis, Pelaku dan Akibat Kekerasan terhadap Anak) Bentuk Kegiatan : Diskusi Kelompok Pemain : 4 kelompok Perlengkapan : • Matrik Jenis Kekerasan (tercetak), sebanyak 4 set. • Kertas metaplan • Solatif Lama kegiatan : 15 menit Langkah-langkah: Fasilitator mempersiapkan Matrik Jenis Kekerasan (tercetak) sebanyak 4 set dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau oleh peserta, sebagaimana contoh berikut: Kelompok 1 Kekerasan Fisik

No

Contoh Kekerasan

Akibat Kekerasan

Pelaku

Akibat Kekerasan

Pelaku

Kelompok 2 Kekerasan psikis

No

Contoh Kekerasan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 23

23

3/19/2018 6:22:31 AM

Kelompok 3 Kekerasan seksual

No

Contoh Kekerasan

Akibat Kekerasan

Pelaku

Akibat Kekerasan

Pelaku

Kelompok 4 Kekerasan sosial

No

Contoh Kekerasan

Lembar kerja (LK): 11.5 Langkah/Materi : Langkah 7 (Deteksi Dini Kekerasan Seksual) Bentuk Kegiatan : Pengelompokkan Gejala/Tanda2 Kekerasan Seksual Pemain : Fasilitator Perlengkapan : • Kartu Gejala/tanda Kekerasan Seksual • Solatif Lama kegiatan : 3 menit

Langkah-langkah:

1 2

Siapkan 3 buah kelompok kartu gejala (Gejala dilihat dari gerakan, gejala fisik dan gejala psikis)

Bagikan ke peserta masing-masing 1 kartu gejala, selanjutnya mereka diminta mencocokkan kartu dengan kelompok gejala yang sudah dipasang pada PAPAN TULIS/DINDING/LANTAI. 24

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 24

3/19/2018 6:22:31 AM

3 4

Tempelkan/pasangkan kartu tersebut sesuai dengan KELOMPOK GEJALA . Minta perwakilan peserta untuk menjelaskan dalam penempatan tersebut.

5

Fasilitator mereview hasil penempelan/encocokan kartu

tersebut, dan menyimpulkan.

GERAKAN-GERAKAN TAK WAJAR

GEJALA/TANDATANDA FISIK

GEJALA/TANDATANDA PSIKIS

KEDUA TANGAN DAN KAKI MENYIMPUL ERAT

SAKIT JIKA MEMAKAI CELANA DALAM

KEPALA TERTUNDUK KE DALAM

KESAKITAN SAAT BAB DAN BAK

LUTUT TERTEKUK KE DALAM

CEDERA PADA BUAH DADA, BOKONG, PERUT BAGIAN BAWAH, PAHA

TUBUH MENEKUK

SEKITAR ALAT KELAMIN ATAU DUBUR

MATA BERKEDIP-KEDIP

MEMAR DI BAGIAN TUBUH

WAJAH PUCAT PASI

GIGI TANGGAL

DITEMUKAN BEKAS BERCAK DARAH ATAU CAIRAN DI CELANA DALAM ANAK,

RASA PANAS DAN NYERI PADA BAGIAN GENITAL DAN SAKIT JIKA DISENTUH

PAKAIAN ROBEK/KANCING LEPAS

CARA JALAN YANG TAK WAJAR, AGAK MENGANGKANG

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 25

25

3/19/2018 6:22:31 AM

TIBA-TIBA JADI PENDIAM, GELISAH, CEMAS

MENGELUH TAPI TIDAK BISA JELASKAN ALASANNYA (MULES, PUSING)

MENGURUNG DIRI DAN TAKUT DITINGGALKAN

SULIT KONSENTRASI DAN MENHGERJAKAN TUGAS TIDAK SELESAI

NGOMPOL

MENGHISAP IBU JARI

Lembar kerja (LK): 11.5 Langkah/Materi : Langkah 6 (Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak) Bentuk Kegiatan : Membacakan Kasus Pemain : Fasilitator Perlengkapan : • Lembar Ulasan Cerita “Anak tidak mau sekolah” Lama kegiatan : 3 menit

ULASAN CERITA “ANAK TIDAK MAU SEKOLAH” Kisah ini bercerita tentang seorang anak kelas 1 SD yang tidak mau berangkat sekolah. Dia bernama Nina, anak dari Ibu Edah. Suatu hari, Nina, menangis tersedu-sedu di depan rumahnya karena tidak mau berangkat sekolah. Di saat Nina sedang menangis, seorang ibu, bernama Ibu Ati bersama anaknya berjalan melawati dan menghampiri Nina. Sebagai tetangga, Ibu Ati berusaha memenangkan Nina dan mengajak Nina pergi sekolah bersamanya.

26

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 26

3/19/2018 6:22:31 AM

Namun, di saat Ibu Ati sedang berusaha m e n d i a m k a n tangisan Nina, tibatiba, Ibu Edah (Ibu dari Nina) keluar dari rumahnya dengan wajah marah. Ibu Edah memang tampaknya tidak terima dengan sikap Ibu Ati, dia marah-marah pada Ibu Ati. Ibu Edah menganggap perbuatan Ibu Ati tersebut telah ikut campur dalam urusan keluarganya. Sebuah kata yang pedas meluncur dari mulut Ibu Edah : “Hei Bu Ati, ngapain ngurusin urusan anak orang. Urus saja anak ibu sendiri!”. Ibu Edah pun segera menarik Nina masuk ke dalam rumahnya dengan terus memarahi anaknya tersebut. Dan .. Ibu Ati hanya termenung, dia hanya bisa mengelus dada. Dalam hatinya bertanya, “apa yang harus dilakukan melihat perbuatan Ibu Edah yang sering memarahi, bahkan memukul anaknya itu?” Itulah akhir cerita yang harus kita renungkan, “apa yang harus kita lakukan menyaksikan perbuatan seorang ibu yang sering melakukan kekerasan terhadap anaknya ?”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 27

27

3/19/2018 6:22:31 AM

28

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 28

3/19/2018 6:22:33 AM

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 29

29

3/19/2018 6:22:34 AM

30

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 30

3/19/2018 6:22:36 AM

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 31

31

3/19/2018 6:22:37 AM

32

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 32

3/19/2018 6:22:39 AM

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 33

33

3/19/2018 6:22:41 AM

1.9. Bahan Bacaan:

Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. 1.9.1.

Pengertian Anak dan Hak Anak Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal 1 menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Masa kanak-kanak sering disebut dengan “Golden age Periode”. Menurut ahli, pada masa itu pertumbuhan inteletual terjadi 40 % pada anak usia 0-4 tahun, meningkat menjadi 80 % pada usia anak 8 tahun, dan selanjutnya menjadi 100 % pada usia 18 tahun. Pada rentang usia tersebut, khususnya 0-8 tahun, orangtua hendaknya berhati-hati memperlakukan anaknya, jangan sampai terjadi goresan-goresan yang melukai anak baik fisik maupun psikisnya yang berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Pada saat anak belum mencapai usia 18 tahun, maka ada hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtua atau oleh orang-orang yang memiliki tanggung jawab terhadap anak tersebut. Menurut ahli hak anak adalah “hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir”, selanjutnya hak anak merupakan hak azasi manusia (HAM) dan menurut perserikatan bangsabangsa (PBB) hak adalah yang melekat dengan kemanusiaan kita sendiri, yang tanpa hak itu

34

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 34

3/19/2018 6:22:41 AM

kita mustahil hidup sebagai manusia. Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area. Dengan demikian hak anak adalah sebagai hak azasi, artinya hak tersebut melekat pada diri anak dimana orang lain tidak boleh melanggarnya, dan setiap orangtua yang memiliki anak/orang yang bertanggung jawab terhadap anak maka hukumnya wajib untuk memenuhi haknya tersebut. Oleh karena hak anak sama dengan kewajiban orangtua atau siapapun bertanggung jawab memberikan perlindungan dengan cara memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya agar anak hidup sehat jasmani, rohani dan sosialnya tanpa memperoleh kekerasan dan perlakuan salah serta penelantaran dan eksploitasi. Untuk mewujudkan perlindungan tersebut, maka hak-hak anak dikelompokkan menjadi 5 klaster (Konvensi Hak Anak) antara lain: 1. Hak sipil dan kebebasan yakni hak untuk memiliki akte kelahiran, kebebasan memeluk agama dan kepercayaan serta beribadat menurut keyakinan masing-masing. 2. Hak Keluarga dan pengasuhan alternatif, yakni ketahanan keluarga kita di tengah arus informasi dan ancaman-ancaman bagi anak serta ketidakpahaman orangtua/wali 3. Kesehatan dan kesejahteraan sosial yakni untuk anak-anak telantar dan yang memerlukan perlindungan khusus 4. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya 5. Perlindungan khusus terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus, berhadapan masalah hukum, korban kekerasan, korban bencana Tidak hanya orangtua, tetapi negarapun bertanggung jawab dalam perlindungan anak tersebut, atas dasar mandat UUD 1945 serta Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak (KHA) yang telah diratifikasi melalui Kepres Nomor 36 Tahun 1990. Dalam KHA dikenal 4 (empat) prinsip utama untuk melindungi anak, yaitu:

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 35

35

3/19/2018 6:22:41 AM

1. Non-diskriminasi: anak tidak dibeda-bedakan berdasarkan latar belakang suku, ras, agama, warga negara, latar belakang politik oragtua, dan kemampuannya (disabilitasnya). 2. Kepentingan terbaik bagi anak: agar setiap keputusan publik yang diambil oleh negara dan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan terbaik anak dahulu. 3. Hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang: bahwa keberadaan anak tidak sekadar hidup, tetapi memiliki hak memperoleh perawatan dan pengasuhan yang baik agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan menikmati hidup yang berkualitas. 4. Menghormati pandangan anak: pendapat dan padangan anak patut dihargai, dihormati, dan benar-benar diperhatikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak. 1.9.2.

Jenis dan contoh Kekerasan dan Perlakuan salah (maltreatment) terhadap anak Perlakuan salah dapat kita pahami sebagai: segala bentuk perlakuan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab (kuasa atas) dan mempunyai kewajiban untuk memelihara dan merawat anak yang dapat berpotensi merugikan sementara atau permanen, melukai, menimbulkan kecacatan, bahkan dapat mengancam jiwa anak (Permeneg PP&PA No. 2 Tahun 2010) Jenis-jenis Kekerasan dan perlakuan salah dibagi ke dalam empat (4) bentuk kekerasan yaitu: 1. Kekerasan fisik yaitu penggunaan hukuman fisik (memukul, mencubit, menampar, menyabet, membanting,

36

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 36

3/19/2018 6:22:41 AM

menyundut, menendang menusuk, dan lain-lain) 2. Kekerasan emosional/psikis yaitu penggunaan ungkapan untuk mengecilkan arti atau citra diri anak (mengatakan anak “bodoh”, “tuli”, “tidak tahu diri”, “berandal”, “anak pungut”, memelototi, menghardik dll. Hal ini membuat anak sangat tidak nyaman dengan dirinya dan membuat dia sedih). 3. Kekerasan sosial yaitu ketika anak tidak diperlakukan sama dengan anak lain baik karena keadaan fisiknya, latar belakang keluarganya (politik, agama, ras, suku, kepercayaan) atau kemiskinan keluarganya – sehingga anak terasing dan merasa rendah diri. 4. Kekerasan seksual yaitu perlakuan meraba sampai dengan penetrasi terhadap organ-organ tubuh yang bersifat pribadi, terutama organ seksual anak. Kekerasan anak seringkali pelakunya adalah orang terdekat atau orang yang dikenal anak seperti: pembantu, satpam, guru, bahkan bisa dilakukan orangtuanya sendiri. Orangtua seringkali menerjemahkan kekerasan yang dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang atau salah satu cara mendisiplinkan anak. Selanjutnya, kekerasan tersebut dianggap sebagai “urusan keluarga” karena anak adalah “milik” orangtuanya, sehingga orang lain/orang luar tidak boleh ikut campur, yang akhirnya kekerasan di dalam rumah tangga serigkali dan sulit untuk dicegah karena berada di area pribadi. Oleh karena itu, sosialisasi tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 37

37

3/19/2018 6:22:41 AM

sangat diperlukan, agar para orang tua dan pelaku kekerasan memahami bahwa apa yang dilakukannya adalah termasuk tindak pidana.

1.9.3.

Akibat buruk kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak 1. Akibat fisik dan mental Kekerasan baik fisik maupun seksual, eksploitasi, dan penelantaran dapat menimbulkan akibat fisik dan mental yang berdampak jangka panjang seperti pelukaan, kecacatan, infeksi penyakit mematikan, Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS, tidak berkembangnya otak sehingga kemampuan berbahasa, intelektual dan motorik terganggu dan tidak dapat diperbaiki, terutama jika anak dibiarkan kurang gizi, kurang kasih sayang dan rangsangan intelektual. 2. Akibat emosional/psikis Semua jenis perlakuan salah dan kekerasan mengakibatkan terganggunya emosi dan fungsi psikis anak sehingga anak menjadi rendah diri, kehilangan percaya diri, tidak dapat percaya pada orang lain, tidak dapat mengendalikan emosi, dan mengalami ganguan mental. 3. Akibat sosial dan perilaku Akibat sosial dari perlakuan salah dan kekerasan terlihat ketika anak senang menyendiri, tidak mempunyai teman bermain, tidak bersemangat, mudah menyerah dan putus asa, cengeng, agresif, antisosial, mudah menipu dan berpura-pura, dan lain-lain.

38

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 38

3/19/2018 6:22:41 AM

Perlakuan salah dan kekerasan tidak selalu berakibat tunggal, bahkan sering menimbulkan akibat yang lebih kompleks dan berjangka panjang. Jika kekerasan sering terjadi maka anak beranggapan bahwa kekerasan itu merupakan perlakuan yang biasa untuk menyelesaikan masalah tertentu dan akan cenderung ditirunya jika ia mengalami masalah. 1.9.4.

Tingkat keparahan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak Tingkat keparahan akibat dari kekerasan dan perlakuan salah, ditentukan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Pelaku: semakin dekat hubungannya dengan anak (misal: orangtua) akan semakin parah akibatnya karena anak dihadapkan pada masalah kepercayaan bahwa orangtua seharusnya melindungi dan mengasihi dirinya. 2. Jenis dan bentuk: kekerasan dan perlakuan salah dianggap paling parah akibatnya walaupun keparahan masih ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. 3. Keseringan (frekuensi): semakin sering perlakuan salah atau kekerasan dilakukan, semakin parah akibat-akibatnya. 4. Lama berlakunya tindakan (durasi): semakin lama tindakan itu terjadi pada anak, akan semakin serius tingkat keparahannya.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 39

39

3/19/2018 6:22:42 AM

1.9.5.

Deteksi Dini Kekerasan dan Perlakuan Salah Gejala-gejala kekerasan seksual pada anak sangat traumatis, sehingga orang tua perlu waspada dengan melakukan deteksi dini kekerasan tersebut. Deteksi dini terhadap kekerasan seksual, dapat dipelajari dengan melihat sikap dan perilaku korban. Menurut Frederick Anderman dan Eva Andermann di bukunya Movement Disorders in Neurology and Neuropsychiatri 1992, disampaikan oleh Nunki, bahwa korban yang mengalami serangan seksual secara mendadak atau diluar kehendaknya dapat menunjukan bahasa tubuh yang sangat jelas dan mudah di deteksi. Refleks kecemasan (startle reflex) sebagai respons akibat serangan mendadak tak terduga dan tak dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan emosional korban terancam”. 1. Gerakan berlebihan tak wajar, antara lain: a. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher b. Kepala tertunduk ke dalam c. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat d. Lutut tertekuk ke dalam e. Tubuh menekuk f. Mata berkedip kedip g. Wajah pucat pasi h. dan lain-lainnya. 2. Gejala fisik terjadinya kekerasan seksual: a. Sakit jika memakai celana dalam, dan mengeluh kesulitan atau kesakitan saat BAB dan BAK b. Cedera pada buah dada, bokong, perut bagian bawah, paha,

40

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 40

3/19/2018 6:22:42 AM

sekitar alat kelamin atau dubur. c. Memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan (David Givens seorang peneliti bahasa tubuh). d. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh. e. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang. f. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak, dan kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa. g. Cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam (Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi nonverbal). 3. Gejala Psikis pada umumnya: a. Anak berubah ekspresi: pendiam, cemas, takut bertemu orang sehingga lebih banyak mengurung diri di kamar, takut ditinggalkan sendirian. b. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya. c. Menunjukkan keluhan-keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, seperti pusing, sakit perut, atau masalah makan. d. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau. e. Sulit konsentrasi, sehingga sulit belajar dan gelisah, sehingga tidak mampu menyelesaikan tugasnya. f. Perilaku kemunduran seperti: mengisap ibu jari, kemunduran kemampuan bicara.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 41

41

3/19/2018 6:22:42 AM

g. Pada saat pelaku bertemu pelaku, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistem limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak. 4. Gejala psikhis pada anak usia 13-18 tahun a. Merusak diri sendiri, remaja dapat melakukan tindakan yang merusak diri sendiri sebagai cara mengatasi rasa marah dan depresi. b. Melakukan perbuatan berisiko tinggi seperti berontak terhadap orang-orang yang mempunyai wibawa, terlibat dalam penyalahgunakan NAPZA, bergabung dengan para pencuri dan menjarah. c. Depresif, Sebaliknya dapat juga terjadi sikap menutup atau menarik diri, curiga terhadap orang lain dan berpikir bahwa hal buruk akan menimpa mereka lagi. Hal- hal praktis yang bisa dilakukan orangtua untuk menjaga ketahanan keluarga dan menjalin komunikasi yang baik dalam keluarga: • Menjadi pendengar yang baik • Berlaku sebagai sahabat anak • Menyediakan waktu yang berkualitas untuk anak • Mengenali pergaulan/temanteman anak • Melakukan kegiatan bersama termasuk beribadah • Terlibat dalam kegiatan di sekolah anak • Mengikuti perkembangan Informasi Teknologi

42

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 42

3/19/2018 6:22:42 AM

d. Keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, kecemasan yang terus menerus serta kegugupan dan keluhan fisik yang tidak jelas. e. penyebabnya juga cukup umum terjadi pada kelompok usia ini. 5. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua/pengasuh? Jika menemukan kondisi/gejala-gejala seperti tersebut di atas, maka sebagai orangtua harus waspada, dan berikan dukungan: a. Peluklah mereka erat-erat bahwa Anda sangat menyayangi mereka. b. Sampaikan bahwa tidak ada satau orangpun yang boleh menyakiti mereka, dan apapun yang terjadi, akan tetap memberikan perlindungan. c. Jadilah pendengar aktif tentang cerita dan pendapatnya d. Mintalah pertolongan ahli (bawa ke Rumah Sakit RSCM atau RS-Polri) e. Laporkan ke polisi. 1.9.6.

Pencegahan Kekerasandan Perlakuan Salah Terhadap Anak Kekerasan dapat terjadi di dalam rumah/lingkungan keluarga, dan dapat juga terjadi di luar rumah seperti sekolah dan lingkungan masyarakat. 1. Pencegahan kekerasan di dalam rumah/keluarga a. Memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak sesuai usianya. b. Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi termasuk mengenali bagian-bagian tubuhnya serta fungsi bagian tubuh tersebut. Bagian tubuh pribadi seperti alat kelamin, pantat, penis, anus, payudara dan vagina. c. Berikan pengertian tentang sentuhan yang harus dihindari oleh anak-anak. Pada setiap bagian tubuh yang pribadi, jelaskan sentuhan yang salah dan buruk. Sentuhan yang menyenangkan dan baik adalah ciuman pipi antara orangtua dan anak saat pamit ke sekolah atau kalau berpergian, berpelukan dengan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 43

43

3/19/2018 6:22:42 AM

saudara jika bertemu dan berpisah, dan berjabat tangan dengan orang lain. d. Ajarkan pada anak agar 5 (lima) bagian tubuh di bawah ini tidak boleh disentuh orang lain kecuali orangtua anak & dokter serta pengasuh lainnya dengan didampingi orangtua, antara lain: leher, mulut, dada, alat kelamin, daerah untuk buang air besar. Ajarkan anak untuk menolak dan mengatakan TIDAK saat menerima sentuhan buruk dan tidak nyaman dan mewaspadai tawaran atau diiming-imingi sesuatu. e. Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi pendengar yang baik. f. Mintalah anak untuk tidak takut memberitahu orangtua atau guru jika terjadi kekerasan seksual kepadanya. g. Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah. 2. Pencegahan kekerasan di luar rumah: a. Jangan malu, ragu, takut untuk melindungi atau melapor pada yang berwajib jika melihat, mendengar adanya tindak kekerasan pada anak. b. Jangan panik jika mendapatkan informasi kekerasan pada anak. c. Segera mencari bantuan kepada saudara, teman, rumah sakit jika mengetahui anak mendapatkan tindak kekerasan. d. Segera melaporkan ke RT, RW, kelurahan, satpam, polisi jika mengetahui adanya tindak kekerasan pada anak. e. Melaporkan ke lembaga yang memberikan perlindungan anak:  Melapor Polisi (110)  TEPSA (1500771)  P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak)  PPA ( Perlindungan Perempuan dan Anak)  Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC)  Komnas Perlindungan Anak  Dan lembaga layanan lainnya yang ada di masyarakat

44

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 44

3/19/2018 6:22:42 AM

1.9.7.

Anak istimewa dan Kekerasan 1. Pengertian Anak istimewa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik atau mental yang sesungguhnya mempunyai potensi istimewa yang dapat dikembangkan sehingga anak tetap dapat berpartisipasi secara bermakna dengan lingkungan sosialnya. Dalam pengertian legal-formal kita dapat mengutip pasal 3 ayat (1) dan (2) Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 dinyatakan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus dikategorikan menjadi: a. Memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. b. Mengalami kelainan seperti: (1) Tunanetra; (2) Tunarungu; (3) Tunawicara; (4) Tunagrahita; (5) Tunadaksa; (6) Tunalaras; (7) Berkesulitan belajar;(8) lambat belajar; (9) Mengalami spektrum autisma; (10) memiliki gangguan motorik; (11) menjadi korban penyalahgunaan narkoba obat terlarang dan zat adiktif lainnya; (12) Memiliki kelainan lainnya; (13) Tunaganda. Jika dilihat dari jenisnya, maka tiap anak istimewa memiliki tingkat kerentanan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 45

45

3/19/2018 6:22:43 AM

yang berbeda-beda sehingga membutuhkan perhatian yang berbeda pula oleh orang tua atau orang yang terdekatnya. 2. Kekerasan terhadap anak istimewa Kekerasan terhadap anak istimewa terjadi karena beberapa faktor berikut: a. Adanya anggapan (stigma) negatif tentang keterbatasan atau kecacatan yang dialaminya sehingga orangtua merasa malu mempunyai anak istimewa. b. Adanya anggapan bahwa anak istimewa tidak dapat belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti anak lain. c. Anggapan bahwa anak istimewa tidak mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. d. Adanya pemahaman salah terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar dan hiperaktif sebagai anak bodoh, anak nakal atau anak aneh. e. Orangtua dan guru tidak tahu bagaimana sebaiknya memperlakukan anak-anak istimewa ini. f. Akibatnya, anak-anak istimewa banyak yang ditelantarkan, dipasung, atau dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan berdasarkan rasa kasihan orang lain. Padahal, jika diperhatikan dan dilatih sejak kecil, maka anak-anak ini mempunyai kemampuan yang istimewa. Agar orangtua dapat melakukan pencegahan terhadap kekerasan terhadap anak-anak istimewa maka diperlukan:  Kesadaran orangtua bahwa anak adalah amanah dari Tuhan YME, sehingga orang tua berkewajiban menjaganya dengan baik termasuk anak-anak istimewa. Perlu diingat bahwa anak istimewa memiliki tingkat kerentanan dari kekerasan eksploitasi dan penelantaran.

46

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 46

3/19/2018 6:22:43 AM

 Orangtua tidak merasa malu memiliki anak istimewa, karena ia memiliki potensi untuk berkembang dan berprestasi, jika lingkungan keluarga memberikan ia kasih sayang dan dukungan untuk kemandiriannya.  Orangtua harus memfasilitasi anak istimewa untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.  Orangtua berkewajiban memenuhi hak pendidikan anak istimewa seperti anak lainnya. Bagi anak-anak istimewa, pendidikan inklusi sangat disarankan agar anak bisa bersosialisasi dan adaptasi dengan anak-anak lainnya.  Orangtua ikut serta dalam forum orangtua anak istimewa.  Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan pada keluarga yang memiliki anak istimewa dengan memperhatikan, melindungi, menyelenggarakan sekolah inklusi, lingkungan bebas hambatan, dan perlindungan sosial serta perawatan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 47

47

3/19/2018 6:22:43 AM

1.10. Literatur

1. Suyanto Bagong, Masalah Sosial Anak, Kencana Prenada Media Group, 2013, Jakarta. 2. Wyckoff Jedery, Unell Barbara C, Disiplin Tanpa Kekersan atau Pukulan, Penyelesaian Praktis Untuk Masalah PerilakuAnak-anak Usia Pra Sekolah Modul Kekerasan Anak, Suhadi, Unicef, 2013. 3. Psikhologi Perkembangan, Hurlock 4. http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-hakasasi-manusia-ham-umum.html 5. http://dampakkekerasanterhadapanak.blogspot.com/ 6. Materi Prof. Irwanto, Universitas Atmajaya, Jakarta, 2014. 7. UNICEF Fact Sheet 8. http://tipswanitacepathamil.com/mencegah-pelecehan-seksualpadaanak.html 9. https://pixabay.com/en/boy-girl-hand-in-hand-kids-school-160168/

1.11. Evaluasi Pembelajaran 1. 2. 3. 4.

Tanya jawab secara insidentil selama proses pembelajaran. Pre Test dan Post Test Evaluasi pada saat Diskusi. Evaluasi pada saat bermain gambar.

1.12. Lembar Kerja

1. Lembar Kerja (LK.11.1) – Pengelompokan Hak-hak Anak (Kartu Hak Anak) 2. Lembar Kerja (LK.11.2) – Perlakuan baik dan perlakuan tidak baik (memilah-milah gambar) 3. Lembar Kerja (LK.11.3) – Jenis dan contoh, Akibat dan pelaku kekerasan (matrik) 4. Lembar Kerja (LK.11.4) – Deteksi dini kekrasan seksual 5. Lembar Kerja (LK.11.5) - Pencegahan kekerasan di dalam kelarga dan masyarakat.

48

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 48

3/19/2018 6:22:43 AM

Sesi 12

Penelantaran & Eksploitasi teradap Anak

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 49

49

3/19/2018 6:22:43 AM

1.1. Deskripsi

Mata Diklat ini membahas tentang pengertian eksploitasi dan penelantaran, contoh penelantaran dan eksploitasi dan upaya-upaya pencegahan penelantaran dan eksploitasi terhadap anak.

1.2. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami, menjelaskan, mengidentifikasi serta memberikan contoh konkret mengenai cara mencegah penelantaran dan eksploitasi terhadap anak.

1.3. Indikator Keberhasilan

Peserta mampu: 1. Menjelaskan tentang pengertian penelantaran terhadap anak. 2. Menjelaskan tentang contoh dan akibat penelantaran terhadap anak. 3. Mempraktekkan cara mencegah penelantaran terhadap anak. 4. Menlesakan tentang pengertian dan contoh dan akibat eksploitasi terhadap anak. 5. Menjelaskan tentang akibat eksploitasi terhadap anak. 6. Mejelaskan tentang cara mencegah eksploitasi terhadap anak.

1.4. Pokok Bahasan 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pengertian penelantaran terhadap anak. Contoh dan akibat penelantaran anak. Cara mencegah penelantaran anak. Pengertian dan contoh-contoh eksploitasi anak. Akibat eksploitasi terhadap anak. Cara mencegah eksploitasi terhadap anak.

1.5. Metoda 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

50

Brainstorming Ceramah singkat Tanya jawab Memberikan tugas Permainan (Gambar, Bendera) Pemecahan Kasus Pemutaran Film

1.6. Media 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Infocus Laptop Bahan Ajar Flipchart Buku Pintar Gambar Bendera

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 50

3/19/2018 6:22:43 AM

1.7. Langkah Pembelajaran alur kegiatan pembelajaran Langkah

1

Langkah

Langkah

10 menit

20 menit

15 menit

Pembukaan Tujuan Pembelajaran

brainstorming pengertian penelantaran

diskusi contoh & akibat penelantaran terhadap anak

Langkah

6

Langkah

20 menit

5

Langkah

25 menit

15 menit

cerita gambar akibat eksploitasi

putar film pengertian & contoh-contoh eksploitasi terhadap anak

disermain bola keberuntungan cara mencegah penelantaran terhadap anak

Langkah

7

Langkah

20 menit

10 menit

permainan bendera cara mencegah eksploitasi terhadap anak

2

3

4

8

penutup rangkuman

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 51

51

3/19/2018 6:22:43 AM

Langkah 1

Pembukaan (10’)

Langkah 2

Pengertian penelantaran terhadap anak (25')

Langkah 3

Contoh dan akibat penelantaran terhadap anak (15')

Langkah 4

Cara mencegah penelantaran terhadap anak (15')

52

Langkah ini berisi tentang ucapan selamat datang dan doa, serta kegiatan untuk membangkitkan motivasi dan minat peserta melalui permainan (Ice breacking). Dalam langkah ini juga dilakukan review materi sebelumnya dan dihubungkan dengan materi yang akan dibahas sekarang Materi ini memberikan gambaran kepada peserta tentang penelantaran yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengarahkan peserta kepada definisi penelantaran. Proses pembelajaran dilalui dengan menggunakan metode “studi kasus” sehingga peserta mendapat gambaran apa yang dimaksud dengan penelantaran. Materi ini membahas contoh penelantaran di dalam keluarga yang kerap terjadi terhadap anak dan akibat dari penelantaran yang mungkin akan terjadi. Proses pembelajaran ini menggunakan metode diskusi kelompok. Materi ini membahas berbagai cara mencegah penelantaran terhadap anak. Melalui permainan “bola keberuntungan”, berbagai alternatif cara mencegah penelantaran terhadap anak diharapkan dapat muncul dari para peserta sebelum fasilitator memaparkan cara mencegah penelantaran apa saja yang dapat dilakukan oleh orang tua.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 52

3/19/2018 6:22:43 AM

Langkah 5

Pengertian dan contoh-contoh eksploitasi terhadap anak (25 menit) Langkah 6

Akibat eksploitasi (20 menit) Langkah 7

Cara mencegah eksploitasi terhadap anak (20 menit)

Langkah 8

Penutup (10 menit)

Materi ini memberikan definisi dan contoh-contoh eksploitasi terhadap anak melalui pemutaran “Film Pekerja Anak di Nias”. Film ini akan membantu peserta memahami definisi dan contoh-contoh eksploitasi. Materi ini memberikan gambaran kepada peserta tentang akibat eksploitasi terhadap anak dengan metode ”menceritakan gambar”. Materi ini membahas cara mencegah eksploitasi terhadap anak yang dilakukan dengan menggunakan “permainan bendera”.

Materi ini berisi pemberian lembar penugasan yang harus diisi di rumah oleh kedua orang tua atau pengasuh. Rangkuman keseluruhan terhadap substansi materi juga dilakukan pada langkah ini.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 53

53

3/19/2018 6:22:43 AM

1.8. Proses Pembelajaran

1

Langkah

Pembukaan

1. Ucapkan salam 2. Pastikan bahwa peserta sudah memiliki bahan ajar Sesi 12. 3. Bina suasana untuk membangkitkan motivasi peserta dalam menerima materi. 4. Ajak peserta mereview materi sebelumnya tentang Pencegahan Kekerasan terhadap Anak, dan tanyakan kepada peserta: apa yang telah dipelajari di pertemuan sebelumnya? 5. Memotivasi peserta untuk mengingat materi sebelumnya, hubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas (pencegahan penelantaran dan eksploitasi).

2

Langkah

Pengertian Penelantaran

1. Gali pemahaman peserta sekedarnya saja dengan pertanyaan “Apakah ibu-ibu mengetahui tentang penelantaran terhadap anak?" 2. Minta peserta untuk membaca kasus “Tasripin” di LK 12.1 / Buku Pintar halaman 33. Jika peserta tidak dapat membaca maka dibantu oleh pendamping. 3. Setelah kasus dibacakan, fasilitator menanyakan kepada seluruh peserta: • Apa saja pekerjaan dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Tasripin dalam menghidupi adik-adiknya? • Apakah yang dilakukan tersebut layak dilakukan oleh anak seusia Tasripin?

54

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 54

3/19/2018 6:22:43 AM

• Apa yang seharusnya dilakukan oleh Ayah/kerabatnya terhadap Tasripin dan adik-adiknya? 4. Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano. 5. Simpulkan jawaban peserta dan sampaikan bahwa hal-hal yang dilakukan oleh ayah Tasripin merupakan tindakan penelantaran. 6. Sampaikan pula bahwa penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, termasuk kasih sayang dan perhatian, dengan menunjukkan Flipchart 2 dan Buku Pintar halaman 35 tentang Pengertian Penelantaran.

3

Langkah

Contoh-contoh penelantaran

1. Minta peserta untuk membentuk kelompok terdiri dari 5-7 orang. 2. Beri waktu lebih kurang 5 menit untuk berdiskusi tentang contohcontoh penelantaran yang sering terjadi di lingkungannya. Tanyakan ke peserta: “Contoh-contoh tindakan penelantaran seperti apa yang sering terjadi di lingkungan rumah ibu-ibu?“ 3. Minta ke masing-masing kelompok untuk presentasi/paparan hasil diskusi. 4. Bahas kembali dan perkaya dengan contoh-contoh yang sudah dikemukakan peserta, dengan menggunakan Flipchart 3 dan Buku Pintar halaman 36. 5. Tanyakan kepada peserta “Akibat penelantaran yang terjadi dari contoh-contoh yang sudah dikemukakan?" 6. Simpulkan dan sampaikan kepada peserta bahwa penelantaran dapat membawa akibat buruk pada anak, dengan menunjukkan Flipchart 8 dan Buku Pintar halaman 37 tentang Akibat Penelantaran.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 55

55

3/19/2018 6:22:43 AM

4

Langkah

Cara mencegah penelantaran terhadap anak

1. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan diskusi cara mencegah penelantaran terhadap anak, melalui permainan “bola keberuntungan”(lihat LK 12.2) 2. Jika sudah cukup tergali dari peserta, maka permainan dihentkan. 3. Bahas kembali dan perkaya jawaban-jawaban dari peserta yang sudah tertulis di kertas plano. 4. Simpulkan dan sampaikan contoh-contoh cara mencegah penelantaran dengan menggunakan Flipchart 4 dan Buku Pintar halaman 38.

5

Langkah

Pengertian dan Contoh Eksploitasi Terhadap Anak

1. Sampaikan pertanyaan kepada peserta: • Apakah ibu-ibu pernah menyuruh anak membantu keluarga? Jika pernah dalam bentuk apa? • Apakah ibu-ibu pernah menyuruh anaknya untuk membantu mencari uang? Jika pernah dalam bentuk apa? 2. Putarkan film dokumenter tentang eksploitasi anak berjudul: “Pekerja Anak di Pulau Nias” (F.12.1) atau menggunakan film lain yang sesuai dengan kondisi setempat/ buka Buku Pintar halaman 39. 3. Tanyakan kepada peserta: “ibu-ibu.... film tadi menceritakan tentang apa?” (Peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya). 4. Tanyakan kepada 1-2 orang peserta, “Apakah pernah melihat/ mengalami hal yang serupa dengan film yang telah diputar".

56

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 56

3/19/2018 6:22:43 AM

5. Simpulkan jawaban peserta dan arahkan kepada definisi eksploitasi. 6. Sampaikan kepada peserta bahwa memanfaatkan anak untuk mendapatkan keuntungan baik materi maupun non-materi merupakan tindakan eksploitasi (Flipchart 6 dan Buku Pintar halaman 41). 7. Minta peserta untuk menyebutkan contoh-contoh eksploitasi yang memanfaatkan tubuh anak, tenaga anak dan keluguan anak maupun pengalihan tanggung jawab orang tua terhadap anak. Sesuai dengan dengan pemahaman, pengalaman yang pernah dialami oleh peserta dalam kehidupan sehari-hari. 8. Perdalam pemahaman peserta, gunakan Flipchart 5 dan Buku Pintar halaman 41 (contoh ekploitasi) atau bacakan/ceritakan contohcontoh kasus yag ada pada LK.12.3. 9. Buat kesimpulan bersama peserta: apapun bentuk eksploitasi, untuk tujuan keuntungan sosial dan ekonomi, atau keuntungan lain, tidak dibenarkan.

6

Langkah

Akibat Eksploitasi Terhadap Anak

1. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan bermain “cerita bergambar” (Buka LK.14.2) 2. Minta perwakilan kelompok untuk paparan dan kelompok lain memberikan tanggapan/komentar. 3. Berikan ulasan pada masing-masing paparan yang telah disampaikan oleh kelompok. 4. Jelaskan kepada peserta bahwa eksploitasi dapat berakibat buruk bagi anak-anak dengan menggunakan Flipchart 6 dan Buku Pintar halaman 41 (Akibat eksploitasi).

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 57

57

3/19/2018 6:22:43 AM

7

Langkah

Cara Pencegahan Eksploitasi Terhadap Anak

1. Ajak peserta bermain “permainan bendera” untuk mendiskusikan pencegahan eksploitasi terhadap anak, dengan menggunakan LK 12.5a dan LK 12.5b 2. Simpulkan cara-cara yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mencegah eksploitasi terhadap anak, menggunakan Flipchart 7 dan Buku Pintar hal 48. 3. Tanyakan kepada peserta: • Siapa diantara peserta yang anaknya belum memiliki akte kelahiran? • Apakah mencatatkan kelahiran anak itu penting? • Apa manfaat memiliki akte kelahiran? 4. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa pencatatan kelahiran (memiliki akte kelahiran, mendaftarkan anak pada Kartu Keluarga) merupakan salah satu cara mencegah eksploitasi terhadap anak. 5. Simpulkan dengan menggunakan Flipchart 8 dan Buku Pintar halaman 49.

58

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 58

3/19/2018 6:22:43 AM

8

Langkah

penutup

1. Berikan motivasi ke KPM untuk tidak melakukan penelantaran dan eksploitasi, putarkan film “Raeni Putri Tukang Becak Yang Lulus Cum Laude”. 2. Simpulkan hasil dari pemutaran film bahwa: “Keterbatasan ekonomi keluarga, anak tetap dapat berpretasi". 3. Sampaikan pesan kunci pembelajaran, Flipchart 8 dan Buku Pintar halaman 51. 4. Bagikan lembar penugasan kepada peserta (LK 12.7/Buku Pintar halaman 53. 5. Jelaskan tata cara pengisian lembar penugasan (LK.12.7). 6. Minta kepada peserta untuk mengisi lembar penugasan tersebut di rumah bersama keluarga. 7. Tutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan doa serta ucapan terima kasih.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 59

59

3/19/2018 6:22:43 AM

Lembar kerja (LK): 12.1

kasus Kisah Tasripin, Bocah 12 Tahun yang Harus Menghidupi Ketiga Adiknya Jakarta - Jauh di sebuah Dusun di Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Tasripin (12) bocah tanggung dari Dusun Pesawahan harus hidup sendiri dan mencari nafkah untuk menghidupi ketiga adiknya Dandi (9) Riyanti (7) dan Daryo bekerja di sawah agar adik-adiknya

(5). Tasripin harus tetap bisa makan.

Di rumah bilik kayu dengan luas 5x7 meter persegi dengan satu ruang kamar luas 3x3 meter persegi dan sebuah dapur dengan tungku kayu bakar serta isi perabotan yang sangat sederhana dan hanya terdapat dua buah kursi panjang dan satu meja, beralaskan lantai semen yang sudah pecah, hidup empat bocah sebatang kara. Ayah mereka pergi bekerja di Kalimantan bersama kakak tertuanya, sementara ibunya meninggal akibat tertimbun longsor saat sedang mencari pasir satu tahun lalu. Kini bocah-bocah tersebut harus hidup sebatang kara dan tidur dalam satu kamar dengan kasur dan bantal yang sudah tampak lusuh dengan ditutupi matras. Ketiga adiknya sangat mengandalkan kakak kedua mereka, Tasripin, yang setiap hari harus bekerja di sawah dengan mencangkul, membersihkan sisa-sisa padi serta menanam padi bersama warga desa pada saat masa tanam ”Ibu sudah meninggal dan bapak bekerja di Kalimantan bersama kakak",kata Tasripin, Jumat (12/4/2013).

60

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 60

3/19/2018 6:22:43 AM

Hampir setiap hari, Tasripin mesti pergi ke sawah untuk mencari uang demi menghidupi ketiga adiknya. Para tetangga sekitar yang simpati dengan keadaan Tasripin pun kadang sering membantu menberikan nasi maupun lauk pauk bagi bocah-bocah tersebut. Tak jarang mereka hanya makan dengan nasi seadanya namun tampak nikmat. “Kalau berangkat ke sawah jam 7 pagi dan pulang jam 12 siang. Kadang sehari dapet Rp. 30 - 40 ribu sehari. Itu beli beras dan sayur. Sisanya untuk jajan adik,” jelas bocah yang telah putus sekolah itu. Pagi sebelum dia berangkat ke sawah, Tasripin harus memasak nasi dan sayur untuk adik-adiknya. Selain memasak, dia juga harus mencuci pakaian, menyapu serta memandikan adik-adiknya. Tapi bukan hanya sekedar memandikan dan memberikan makan untuk adik-adiknya, dia pun bertanggung jawab terhadap akhlak adikadiknya dengan mengajak adik-adiknya salat dan mengaji di musala depan rumahnya. Sumber: http://news.detik.com/read/2013/04/13/060333/2219273/10/kisah-tasripinbocah-12-tahun-yang-harus-menghidupi-ketiga-adiknya

Lembar kerja (LK): 12.2 Nama Permainan : Permainan “Bola Keberuntungan” Perlengkapan : Bola, Kertas plano (sudah ditempel di tembok), spidol Lama permainan : 10 menit Pemain : Seluruh Peserta Langkah-Langkah: 1. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran dan fasilitator berdirimenyatu dalam lingkaran. 2. Fasilitator menyediakan bola atau membuat benda seperti bola yang disebut dengan bola keberuntungan. 3. Fasilitator meminta peserta yang dapat menulis untuk maju ke depan untuk menuliskan apa yang disebutkan oleh peserta lain yang mendapatkan bola keberuntungan dan menuliskannya di kertas plano kosong yang sudah disediakan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 61

61

3/19/2018 6:22:43 AM

4. Fasilitator menjelaskan aturan permainan:  Bola dilempar ke salah satu peserta dengan menyebutkan nama yang dituju. Peserta yang dituju wajib menangkap bola yang dilempar.  Bagi peserta yang mendapatkan bola, diminta menyebutkan salah satu cara mencegah penelantaran terhadap anak.  Setelah peserta menyebutkan cara mencegah tersebut, peserta harus segera melemparkan bola ke peserta lain yang belum memperoleh bola.  Fasilitator akan memberikan kesempatan kepada peserta (menunggu) untuk tetap menjawab, apapun jawabannya. Tidak ada jawaban yang salah.

Lembar kerja (LK): 12.3

kasus 1 TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA: IBU KANDUNG MELACURKAN ANAK— Eksploitasi yang dilakukan ibu kandung terhadap anaknya yang terjadi di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau akhirnya dilaporkan ke Mabes Polri setelah sebelumnya mengadu ke Komnas Perlindungan Anak. Seorang anak perempuan berusia 16 tahun sebut saja ES didamping ayah kandungnya dan pengacaranya melaporkan ibu kandungnya berinisial Jan dengan pasal 88 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Laporannya yang dibuat ayah kandungnya tersebut

62

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 62

3/19/2018 6:22:44 AM

diterima polisi dengan nomor laporanTBL/70/II/2014/Bareskrim tertanggal 12 Februari 2014.Kuasa hukum ES, Riki Rikardo Manik mengungkapkan kasus eksploitasi anak tersebut bermula saat orangtua kandung ES bercerai pada 2011 silam. ES pun atas permintaan ibunya diasuh ibu kandungnya. Tetapi bukan kasih sayang yang ES dapatkan, justru ES dijadikan mesin uang dengan menjadi penyanyi di sejumlah kafe di Tanjung Pinang. Dengan berpakaian seksi, ES dijadikan sang ibu sebagai penyanyi kafe, bahkan ia pun harus melayani tamu-tamu hidung belang di kafe seusai menyanyi. Meskipun ES bisa menjaga dan menolak ajakan nafsu birahi para pria yang berkunjung ke kafe, tetapi ia kerap dirabaraba pria-pria nakal bahkan pada bagian tubuh sensitifnya. Sang ibu disebutkan selalu menemaninya di kafe dan melihat anaknya digoda para pria hidung belang.”Dia terpaksa untuk mengikuti keinginan ibunya untuk bernyanyi di cafe sampai larut malam dengan baju yang seksi dan mengenakan rok mini, setelah itu menemani tamu-tamu kafe,” kata Riki saat ditemui di Gedung Bareskrim, Rabu (12/2014). Ia tidak bisa berbuat apa-apa dan bingung harus kemana mengadu ditengah tekanan sang ibu. Bila menolak, maka kekerasan yang akan diberikan sang ibu kepadanya. Bahkan suatu saat pernah rambutnya dijambak sang ibu hingga rambutnya lepas dan kepalanya berdarah. Perlakuan sang ibu, membuat ES pun harus berhenti dari sekolah. Uang yang ia dapatkan setiap malam antara Rp 3 juta hingga Rp 4 juta harus disetorkan seluruhnya kepada sang ibu tanpa tahu digunakan untuk apa. Di rumah pun ES tidak bisa keluar masuk rumah secara bebas karena pintu rumah selalu digembok sang ibu. Dua tahun lebih, ES hidup dalam penderitaan, akhirnya ia pun melarikan diri dari rumah ibunya dan pergi ke rumah temannya pada Oktober 2013. Ia pun kemudian mencari perlindungan di Rumah Perlindungan Sosial Anak di Tanjung Pinang. Setelah itu, barulah ES diserahkan kepada ayah kandungnya berinisial HN.Tidak terima perlakukan ibu kandung ES yang memanfaatkan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 63

63

3/19/2018 6:22:44 AM

anaknya untuk kepentingan ekonomi, akhirnya ia pun melapor ke Polres setempat, tetapi laporannya tidak diterima dengan alasan harus didampingan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD). Kemudian dugaan pidana tersebut dilaporkan ke Mabes Polri. Sumber:http://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/12/kasus-ibu-kandungeksploitasi-anak-jadi-penyanyi-kafe-akhirnya-masuk-mabes-polri

kasus 2 Hati-hati! Perdagangan Anak Makin Marak REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN—Kasus perdagangan anak kembali terkuak. Kali ini terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara pada 6 Februari 2014 lalu. Seorang Ibu membeli anak bayi kepada Bidan berinisial H boru Purba (57) seharga Rp12 juta. Namun, saat akan dimulainya transaksi, Ibu yang membeli bayi itu, ternyata adalah seorang Polisi Wanita (Polwan). Kemudian langsung membawa Ibu penjual bayi itu ke Mapolresta Medan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan pelaku. Selain itu, juga diboyong ke Polresta Medan, M Nainggolan (53) suami dari Ibu Bidan H boru Purba (57 tahun) penjual bayi tersebut, karena ikut membantu dan bekerja sama. Bayi yang dijual itu diduga anak seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) dari Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Jean Calvijn Simanjuntak, membenarkan penangkapan pelaku penjual bayi tersebut. Pakar hukum dari Universitas Sumatera Utara (USU), Pedastaren Tarigan mengatakan pelaku penjualan anak dapat dianggap sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. “Wajar dijatuhi hukuman berat, sehingga dapat membuat efek jera bagi pelaku dan tidak mengulangi lagi perbuatan melawan hukum tersebut,” kata Pedastaren Tarigan di Medan, Kamis (13/2).

64

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 64

3/19/2018 6:22:44 AM

Perbuatan memperdagangkan anak bayi tersebut, menurut dia, juga dinilai tidak mempunyai prikemanusian dan termasuk pelanggaran hukum berat. “Pekerjaan memperjualbelikan anak bayi untuk memperkaya diri sendiri adalah perbuatan yang dilarang dan tidak dibenarkan, dan apalagi dilakukan pula oleh seorang bidan,” jelasnya. Dia menyebutkan, perdagangan bayi itu, diduga memiliki jaringan sindikat di dalam negeri maupun negara asing. Kasus memperjualbelikan bayi itu, lanjutnya, cukup marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, ujar dia kegiatan ilegal dan pelanggaran hukum tersebut, dikoordinir secara rapi dan sulit untuk dibongkar aparat kepolisian. “Aparat keamanan terpaksa harus melakukan penyamaran untuk bisa mengungkap praktik kotor yang sudah berjalan cukup lama, namun tidak diketahui pihak berwajib,” kata Kepala Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini. Untuk menipu warga dan petugas keamanan, pelaku bisnis anak bayi itu, berpura-pura membuka klinik bersalin di rumahnya. Kegiatan ini sangat rapi dan tidak mencurigakan. Terbongkarnya kasus penjualan anak itu, juga berkat laporan masyarakat kepada Polresta Medan. Staf pengajar pada Fakultas Hukum USU itu juga minta kepada masyarakat yang mengetahui perdagangan bayi, segera melaporkan ke pihak berwajib untuk meminimalisir kejahatan perdangan anak. “Kejahatan memperdagangkan anak bayi itu harus ditertipkan, karena juga meresahkan masyarakat dan banyaknya terjadi bayi yang hilang dan penculikan terhadap anak-anak,” kata Pedastaren Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/13/n0x8r5hatihati-perdagangan-anak-makin-marak

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 65

65

3/19/2018 6:22:44 AM

kasus 3

Polisi Tahan 27 Orang Diduga Terkait Kasus Perdagangan Manusia JAKARTA, KOMPAS.com—Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tanjung Priok, Jakarta Utara menangkap 27 orang yang diduga terkait kasus perdagangan manusia dan memperkerjakan anak dibawah umur. Penangkapan dilakukan pada Selasa (25/3/2014) sekira pukul 21.00 WIB, di salah satu kios lantai 3, Rukan Muara Baru Center, Muara Baru, Jakarta Utara. “Hingga saat ini kami masih melakukan penyidikan mengenai cara perekrutannya. Apakah hal ini terkait dengan human trafficking juga terkait pekerja anak di bawah umur,” ujar Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tanjung Priok,

66

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 66

3/19/2018 6:22:45 AM

Ajun Komisaris Polisi Wirdanto Hadicaksono, Rabu (26/3/2014). Dari 27 orang yang ditangkap, delapan orang di antaranya merupakan pegawai biro jasa penyalur tenaga kerja Bina Jasa Mina, sedangkan 19 orang lainnya adalah calon pekerja. Dugaan kasus memperkerjakan anak di bawah umur, diketahui setelah polisi mendapatkan data 3 orang calon pekerja, yang pertama masih berusia 15 tahun dan dua orang lagi berusia 13 tahun. Penangkapan tersebut berawal dari laporan anak hilang orangtua salah satu pekerja di bawah umur. Orangtua itu awalnya mencari sendiri anak mereka yang bernama Alwi itu. Mereka akhirnya menduga anak itu berada di satu biro jasa penyalur tenaga kerja. Dalam sebuah penggerebekan, polisi menahan semua pegawai serta calon pekerja yang berada di penampungan biro jasa. Wirdanto mengatakan, penyidik juga mendalami legalitas perusahaan biro jasa tersebut. Pihaknya juga belum menetapkan tersangka karena pemeriksaan masih berlangsung. “Namun mengenai pasal yang akan dikenakan sementara, atas data yang diperoleh akan mengacu pada undangundang perlindungan anak,” ujar Wirdanto. Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/26/1856060/Polisi. Tahan.27.Orang.Diduga.Terkait.Kasus.Perdagangan.Manusia

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 67

67

3/19/2018 6:22:45 AM

Lembar kerja (LK): 12.4 Nama Permainan : Menceritakan gambar Perlengkapan : 3 set gambar Lama permainan : 10 menit Pemain : Seluruh Peserta Langkah-Langkah: 1. Fasilititator membagi peserta menjadi beberapa masing-masing kelompoknya beranggotakan 4-5 orang. 2. Fasilitator menjelaskan aturan permainan, yaitu: setiap kelompok akan memperoleh 1 set gambar. Kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan cerita dalam gambar tersebut?” 3. Fasilitator meminta masing-masing kelompok memilih juru bicara untuk menceritakan kembali gambar tersebut.

AKIBAT EKSPLOITASI Gambar Set 1 1

3

68

2

4

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 68

3/19/2018 6:22:46 AM

Gambar Set 2

2

3

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 69

69

3/19/2018 6:22:47 AM

Gambar Set 3 1

2

3

4

5

70

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 70

3/19/2018 6:22:49 AM

Lembar kerja (LK): 12.5a Nama Permainan : Permainan Bendera Perlengkapan : Bendera yang berbeda warna sesuai jumlah peserta (kertas warna ditempel di tusukan sate/stik es krim)/jika tidak tersedia bendera dapat menggunakan peralatan lainnya yang tersedia di lokasi (contoh: daun berbeda warna/ tangan kanan dan kiri) dan daftar pernyataan (LK 12.6) Lama permainan : 10 menit Pemain : Seluruh Peserta

Langkah-Langkah: Fasilititator membagi bendera kepada masing-masing peserta. Masing-masing peserta mendapat 2 bendera yang berbeda warnanya. Contoh: merah dan hijau. Fasilitator menjelaskan aturan permainan bendera, yaitu:

Fasilitator akan membacakan sejumlah pernyataan yang harus direspon oleh semua peserta. Jika peserta berpendapat bahwa pernyataan yang disebutkan oleh fasilitator merupakan cara mencegah eksploitasi anak, maka peserta mengangkat bendera warna hijau. Jika peserta berpendapat bahwa itu bukan cara mencegah eksploitasi anak maka kelompok mengangkat bendera berwarna merah. 1. Fasilitator membacakan pernyataan pertama. 2. Setelah semua peserta mengangkat bendera, fasilitator menanyakan alasan masing-masing peserta mengapa memilih bendera tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 71

71

3/19/2018 6:22:49 AM

3. Fasilitator mengulangi proses diatas untuk pernyataan demi pernyataan selanjutnya sampai seluruh pernyataan selesai dibacakan atau sesuai waktu yang tersedia (tergantung waktu yang tersedia, fasilitator dapat memilih beberapa pernyataan (dan tidak membacakan semua) dari lembar pernyataan.

1

4. Fasilitator menutup permainan dengan melakukan debriefing apa yang dipelajari dari permainan tadi.

Lembar Kerja (LK): 12.5b

Pernyataan

Ya/ Bukan

Jawaban

1

Menyuruh anak menjadi kuli angkut barang untuk menambah uang belanja

Ya/Bukan

Bukan

2

Menyuruh anak untuk mengemis di jalanan

Ya/Bukan

Bukan

3

Menyuruh anak bekerja di tempat hiburan malam

Ya/Bukan

Bukan

4

Mengizinkan anak untuk menikah sebelum usia 18 tahun

Ya/Bukan

Bukan

5

Menjual bayi

Ya/Bukan

Bukan

6

Memberikan waktu bermain kepada anak

Ya/Bukan

Ya

7

Memberikan waktu istirahat yang cukup untuk anak

Ya/Bukan

Ya

8

Memberikan kesempatan anak untuk belajar agama

Ya/Bukan

Ya

9

Melarang anak bermain ke rumah tetangga

Ya/Bukan

Bukan

10

Membiarkan anak keluar sendirian di malam hari

Ya/Bukan

Bukan

No

72

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 72

3/19/2018 6:22:49 AM

11

Membuat akte kelahiran untuk anak

Ya/Bukan

Ya

12

Memasukkan anak dalam daftar kartu keluarga

Ya/Bukan

Ya

13

Menggendong bayi untuk mengumpan orang lain agar iba

Ya/Bukan

Bukan

Catatan: Tidak semua kalimat harus dibacakan oleh fasilitator, sesuaikan dengan waktu yang tersedia

Lembar kerja (LK): 12.7 Lembar Penugasan Rumah Pentunjuk pengisian: lembar ini diisi oleh kedua orang tua atau pengasuh: Nama Ayah/ Pengasuh Nama Ibu/ Pengasuh Nama Anak Cara mencegah penelantaran dan eksploitasi anak

Kewajiban Orang tua/ Pengasuh Sudah dilakukan*

Belum dilakukan*

Kapan akan dilakukan? (...hari/minggu/ bulan/tahun)

1. Memberikan waktu bermain untuk anak 2. Meluangkan waktu berkomunikasi dengan anak (tanyakan apa yang dialami anak hari ini) 3. Tidak menyuruh anak bekerja untuk mendapatkan uang 4. Membantu anak mengerjakan PR

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 73

73

3/19/2018 6:22:49 AM

Cara mencegah penelantaran dan eksploitasi anak

Kewajiban Orang tua/ Pengasuh Sudah dilakukan*

Belum dilakukan*

Kapan akan dilakukan? (...hari/minggu/ bulan/tahun)

5. Membagi peran pengasuhan anak dengan keluarga 6. Memastikan ketersediaan makanan anak 7. Membuat anak untuk tidak putus sekolah 8. Mengajarkan anak untuk tidak melayani orang yang tidak dikenal, tidak menerima pemberian apapun dari orang yang tidak dikenal dan dipercaya 9. Mengawasi anak ketika bermain gadget (HP), termasuk kegiatan oline 10. Membuat akta kelahiran anak 11. Mengenali temanteman dan orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak kita 12. Melakukan kegiatan ibadah bersama dengan anak Keterangan: * Beri tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan

74

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 74

3/19/2018 6:22:50 AM

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 75

75

3/19/2018 6:22:51 AM

76

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 76

3/19/2018 6:22:53 AM

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 77

77

3/19/2018 6:22:53 AM

1.9. Bahan Bacaan: Pencegahan penelantaran dan Eksploitasi erhadap Anak 1.9.1.

Pencegahan Penelantaran Terhadap Anak

1

Apa yang dimaksud dengan penelantaran? Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar, termasuk kasih sayang dan perhatian (Irwanto, 2014). Sedangkan anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kehidupan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik rohani, jasmani maupun sosial (pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1979).



78

Terlantar di sini bukan sekadar karena seorang anak sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi juga dalam pengertian ketika hak-haknya untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian, ketidakmampuan atau kesengajaan dari orang tua. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki misalnya, sangat rawan untuk diterlantarkan karena ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara wajar. Penelantaran juga dapat berupa pendiaman dan pembahayaan. Penelantaran terkadang dilakukan oleh orang tua secara tidak disadari, karena disebabkan dampak dari kehidupannya sendiri, seperti kemiskinan, karakter atau tekanan yang sedang dialami oleh orang tua pada saat itu. Para orang tua atau sebagian besar orang menganggap penelantaran sebagai hal yang biasa sehingga sulit dideteksi. Hampir tidak ada orang yang melaporkan kondisi tersebut bahkan tidak pernah dilaporkan kepada pihak yang berwenang karena dengan dalih urusan keluarga, padahal hal ini sangat berdampak buruk untuk kehidupan anak kelak di kemudian hari.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 78

3/19/2018 6:22:54 AM

2





Jenis/contoh dan dampak pelantaran terhadap anak a. Penelantaran Fisik Penelantaran fisik terjadi jika seseorang melalaikan kewajiban tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak yang bersifat fisik, misalnya: tidak memberikan makanan yang sehat, aman dan bergizi, tidak memenuhi kebutuhan sandang termasuk memberikan pakaian kotor terhadap anak atau ketika seorang ibu tidak membawa ke posyandu/puskesmas ketika anak sakit adalah bagian dari penelantaran fisik. Begitupun jika orang tua tidak memberikan keleluasaan anak bekreasi (bermain), membiarkan anak terganggu binatang (kalajengking, kecoa, ular, anjing, dll), dan anak dibiarkan di rumah sendiri tanpa ada orang dewasa adalah juga bentuk-bentuk dari penelantaran fisik.

KAMUS ISTILAH Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara wajar,termasuk kasih sayang dan perhatian Pendiaman adalah tidak dilakukannya tindakan ketika diketahui seorang anak sedang membutuhkan pertolongan atau bantuan karena terancam kesejahteraan fisik dan mentalnya Pembahayaan adalah tindakan orang tua atau dewasa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menaruh anak pada situasi yang membahayakan kesejahteraan fisik dan mentalnya Sumber: Irwanto,2014

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 79

79

3/19/2018 6:22:54 AM



b. Penelantaran Mental Keterlantaran mental dapat terjadi jika orang tua/pengganti orang tua tidak memberikan pendidikan, kasih sayang, perhatian kepada anak. Begitu pula jika anak tidak didengar pendapatnya adalah bentuk penelantaran secara mental.



c. Penelantaran Spiritual Penelantaran spiritual dapat terjadi jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-nilai baik dan buruk yang disebabkan karena sibuk, ataupun tidak ada waktu, atau apapun penyebabnya, sehingga anak tidak pernah tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan. Selanjutnya, orang tua yang tidak pernah menghargai anak melalui celaan-celaan, selalu menyalahkan anak, merupakan bentuk penelantaran.

d. Penelantaran Sosial Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan hubungan dengan orang lain seperti: ditinggal pergi dan sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu, tidak dipedulikan.

3



80

Akibat Penelantaran a. Putus sekolah b. Kurang gizi c. Celaka, luka d. Digigit binatang (kalajengking, kecoa,ular, anjing) e. Sering ketakutan/tidak berani f. Kemampuan berbahasa rendah g. Anak merasa tidak aman h. Susah bergaul i. Mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang j. Dll

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 80

3/19/2018 6:22:54 AM

4



Cara mencegah Pelantaran terhadap anak Apapun bentuk penelantaran adalah melanggar hak anak dan tidak boleh dilakukan oleh siapapun termasuk orang tua, mengingat dampaknya sangat membahayakan terhadap kelangsungan hidup anak secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Jika orangtua menginginkan anak keturunannya memiliki kecerdasan yang maksimal, maka harus berusaha memenuhi kebutuhan dasar anak diantaranya: fisik, psikis maupun sosial dan spiritualnya, dan menghindari penelantaran dalam bentuk apapun. Dengan kata lain, sebagai orang tua ada beberapa hal yang harus dilakukan guna mencegah penelantaran terhadap anak: a. Memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih sayang,sandang,pangan, dan papan) b. Meluangkan waktu untuk bersama dengan anak c. Berbagi tugas dalam mengasuh anak d. Mendidik tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan e. Memperhatikan pergaulan anak f. Memperhatikan perkembangan anak g. Menitipkan anak kepada keluarga/kerabat yang dapat dipercaya pada saat orangtua tidak berada di rumah h. Menitipkan anak di tempat penitipan anak i. Mengkonsultasikan masalah keluarga dengan aparat setempat, atau penyedia layanan (misalnya guru ngaji, bidan, dll) j. Bawa anak ke tempat kerja (jika ada fasilitas yang aman) h. Konsultasi dengan pendamping PKH untuk membantu mencari solusi , dll.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 81

81

3/19/2018 6:22:54 AM

Bila Orang Tua berpisah/bercerai Bila terjadi keterpisahan orangtua (antara ayah dan ibu), maka demi kepentingan terbaik bagi anak, keduanya harus tetap menjalankan peran sebagai orangtua. Tanggung jawab terhadap anak harus dijalankan secara bersama oleh kedua orangtua walaupun keduanya telah berpisah atau bercerai. Berikut merupakan uraian penting bagi orangtua yang berpisah agar pengasuhan yang kontinuum tetap dapat dilaksanakan.  Pertimbangkan prioritas kebutuhan anak-anak, mempersiapkan segala sesuatu untuk anak-anak sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik anak.  Melindungi anak-anak dari bahaya fisik atau psikis atau dampak buruknya.  Mendorong anak-anak untuk berbicara dan bertemu dengan orang tua lainnya (ayah atau ibu) secara berkala, kecuali jika hal itu akan membahayakan / merugikan anak.  Jangan menyatakan tidak atau menghentikan komunikasi antara anak dengan salah satu orangtua (ayah atau ibu) karena hal tersebut akan menyebabkan hubungan yang buruk / merusak hubungan antara anak dengan orangtua (ayah atau ibu).  Hargai pandangan anak terutama ketika membuat keputusan yang berdampak pada kehidupan anak. Sumber: Hadi Utomo, 2014

82

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 82

3/19/2018 6:22:54 AM

1.9.2. Pencegahan Eksploitasi Terhadap Anak

1





Apa yang dimaksud dengan Eksploitasi? Eksploitasi adalah pemanfaatan atau penyalahgunaan tenaga, tubuh, kenaifan (keluguan/kepolosan) anak untuk memperoleh keuntungan sosial maupun ekonomi (Irwanto, 2014). Contoh pemanfaatan tubuh anak yaitu anak yang dilacurkan, pornografi anak, atau anak yang memiliki kecacatan atau bayi untuk memancing rasa iba oleh pengemis dewasa. Pemanfaatan tenaga anak dapat berupa memberikan pekerjaan rutin, berat dan berbahaya kepada anak seperti memecah batu, mengupas kerang, mengumpulkan sampah, atau menyelam untuk mengambil mutiara, mendulang emas, bekerja lebih dari 3 jam perhari dan terus menerus. Contoh pemanfaatan kepolosan dan keluguan anak yaitu perkawinan anak pada usia sebelum 18 tahun, anak yang dilacurkan, dll. Eksploitasi terhadap anak biasanya dilakukan karena 2 hal. Pertama, mengeksploitasi anak untuk memperoleh penghasilan berupa uang, contohnya anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, anak yang digunakan untuk mengemis, dll. Kedua, mengeksploitasi anak untuk memperoleh status sosial atau derajat yang lebih tinggi seperti anak perempuan yang dinikahkan dengan laki-laki yang lebih kaya atau berkedudukan lebih terhormat, anak perempuan yang dilacurkan untuk membeli HP dan meningkatkan status sosialnya, dll.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 83

83

3/19/2018 6:22:54 AM

2







Contoh-contoh eksploitasi terhadap anak. a. Eksploitasi ekonomi Eksploitasi ekonomi, yaitu pemanfaatan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan berlebihan terhadap anak untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan terhadap anak. Contoh perbuatan yang termasuk eksploitasi ekonomi terhadap anak: misalnya buruh anak sebagai pembantu, pekerja pabrik, buruh angkut pelabuhan, pengemis, pengamen, kuli bangunan, buruh tani, dll.

Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil. (pasal 1 UU Nomor 21 Tahun 2007) Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Bagong: 2010). Anak adalah setiap orang yang berusia 18 (delapan belas) tahun (UU Nomor 13 Tahun 2003).

84

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 84

3/19/2018 6:22:55 AM

b. Eksploitasi Seksual Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari seseorang anak untuk mendapatkan keuntungan pribadi, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran, percabulan, wisata seks, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak, pelibatan anak dalam pertunjukan seks dan bentuk lainnya. Contoh perbuatan eksploitasi seksual terhadap anak: anak disuruh jadi pelacur untuk mendapatkan uang, anak dijual.





3





Dimanakah eksploitasi seksual terhadap anak terjadi? Eksploitasi seksual terhadap anak terjadi di semua tempat termasuk: a. Di rumah, rumah singgah, panti asuhan b. Di sekolah, pesantren c. Di jalan d. Di tempat kerja e. Di tahanan kepolisian, lembaga permasyarakatan, pusat rehabilitasi f. Di masyarakat

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 85

85

3/19/2018 6:22:55 AM

Anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual/ eksploitasi dari anggota masyarakat. Eksploitasi seksual sering kali dilakukan oleh orang yang dikenal oleh anak termasuk anggota keluarga atau orang dewasa yang dipercayai anak seperti pelatih olahraga, polisi, guru atau majikan. Akan tetapi dapat juga dilakukan oleh orang yang tidak dikenal (studi sekjen PBB tentang kekerasan terhadap anak, 2006).

4



Faktor-faktor yang mempengaruhi anak beresiko terhadap eksploitasi a. Faktor Gender 1. Dalam berbagai budaya lokal, perempuan merupakan individu yang lebih berisiko dari laki-laki, terutama dalam kekerasan/eksploitasi seksual (walaupun korban laki-laki juga mulai banyak dilaporkan). 2. Di Indonesia posisi perempuan yang berisiko dilihat dari budaya diperparah oleh hukum yang memperbolehkan anak perempuan dinikahkan pada usia 16 tahun atau lebih muda. 3. Undang-undang kriminal yang tidak memihak pada korban eksploitasi anak; yaitu usia tanggung jawab kriminal 12-14 tahun, UU ini mengakibatkan anak perempuan akan sangat dirugikan. 4. Anak laki-laki juga lebih berisiko terhadap bulliying dan kekerasan fisik/bekerja berat. b. Faktor keutuhan orang tua Penelitian pada keluarga yang miskin dan hampir miskin menunjukkan bahwa kematian orang tua merupakan faktor yang dapat mengakibatkan anak putus sekolah sehingga membuat anak rentan untuk dieksploitasi orang lain.

86

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 86

3/19/2018 6:22:55 AM

c. Putus Sekolah Putus sekolah terutama di jenjang pendidikan dasar 9 tahun, merupakan faktor yang menyebabkan anak rentan bekerja, kawin muda, dan menjadi sasaran bujuk rayu organisasi kriminal. d. Stigma dan Diskriminasi 1. Anak dengan disabilitas, anak yang mengalami gangguan mental/ intelektual, anak yang mengalami penyakit berstigma atau dicap jelek di masyarakat seperti kusta atau HIV/AIDS sehingga beresiko terhadap penolakan, penelantaran, kekerasan dan pengucilan oleh masyarakat. 2. Anak dari orang tua yang dicap jelek karena latar belakang politik, budaya, agama, dll juga rentan mengalami kekerasan, penelantaran, pengucilan, dan kekerasan. Contohnya: orang tua yang mantan anggota PKI, orang tua yang menganut aliranaliran tertentu (sekte-sekte) cenderung untuk didiskriminasi. Karena dikucilkan, anak mengalami kesulitan untuk sekolah, orangtua mengalami kesulitan mencari nafkah sehingga mereka rentan untuk dibujuk rayu organisasi kriminal, kawin muda, rentan mendorong anak untuk bekerja. e. Tinggal atau hidup di luar keluarga Anak yang karena sesuatu hal harus meninggalkan rumah/ keluarganya mempunyai risiko tambahan untuk dieksploitasi. Apalagi kalau tinggal dan bekerja di jalanan, atau tempattempat yang tidak ramah anak seperti penjara, tempat pelacuran, dll.

5



Akibat-akibat dari anak-anak yang rentan dieksploitasi: a. Mudah ditarik dari sekolah dan dipekerjakan b. Untuk anak perempuan ada risiko untuk dinikahkan jika keluarga miskin c. Diincar/ditipu oleh organisasi kriminal untuk dilacurkan, dijual jadi pembantu, diminta untuk mengedarkan narkotika,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 87

87

3/19/2018 6:22:55 AM

digunakan untuk menipu, dijuabelikan sebagi budak atau anak adopsi ilegal

6



7



88

Akibat Eksploitasi Anak Akibat dari eksploitasi anak yang terkait dengan kehidupan sehari-hari anak antara lain sebagai berikut: a. Anak putus sekolah b. Perkembangan fisik anak terganggu c. Menjadi penakut, murung, menarik diri d. Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS e. Tidak punya masa depan (kehilangan cita-cita) f. Anak berpotensi mengulang kembali eksploitasi yang dialaminya g. Anak kehilangan kepercayaan diri h. Anak dapat terluka/sakit-sakitan, celaka i. Anak tidak punya waktu bermain j. Anak stres/tertekan k. Anak terpisah dari keluarga l. Anak terlibat penyalahgunaan narkotika dan berkonflik dengan hukum m. Dll Cara mencegah eksploitasi terhadap anak. a. Para orang tua dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya eksploitasi terhadap anak, yaitu: 1. Mengupayakan anak tetap sekolah dan tidak menyuruh bekerja 2. Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa pengawasan 3. Pastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman 4. Pastikan anak bersama orang yang dikenal dan dipercaya

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 88

3/19/2018 6:22:55 AM

5. Melatih/mengajarkan anak untuk tidak melayani orang yang tidak dikenal 6. Tidak mudah mempercayai janji-janji orang lain 7. Memberitahu anak untuk waspada pada iming-iming pekerjaan dan gaji besar di kota 8. Tidak menikahkan anak di usia sebelum 18 tahun 9. Tidak membiarkan anak bermain dengan HP/internet tanpa pengawasan 10. Menanyakan kepada anak tentang kegiatan yang dia lakukan dan dia alami 11. Luangkan waktu untuk bercengkrama/bercerita dengan anak 12. Kenali guru sekolah atau guru ngaji mereka, kenali teman-teman mereka, kenali orang-orang dewasa di sekitar mereka 13. Tidak menjaminkan anak untuk hutang 14. Tidak melakukan berbagai jenis kekerasan pada anak 15. Memberikan anak kesempatan untuk belajar agama 16. Memberikan kesempatan anak untuk beristirahat 17. Memberikan waktu bermain untuk anak 18. Membuat akta kelahiran anak 19. Memasukkan anak dalam kartu keluarga b. Pencatatan kelahiran merupakan salah satu cara mencegah eksploitasi anak. Pencatatan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 89

89

3/19/2018 6:22:55 AM

kelahiran, yang merupakan pencatatan resmi nama dan umur anak, memberikan identitas sah pada anak. Hal tersebut merupakan langkah penting untuk melindungi hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya anak. Pencatatan kelahiran juga memberikan data penting untuk dijadikan informasi bagi penyusunan perencanaan akan pelayanan kesehatan dan pendidikan terhadap anak. c. Peraturan terkait pencegahan eksploitasi anak Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan terkait pencegahan eksploitasi terhadap anak. UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Jika anak harus bekerja maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Anak-anak dapat dipekerjakan dengan syarat berumur antara 13 (tiga belas) sampai dengan 15 (lima belas) tahun dengan melakukan pekerjaan ringan dan tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak. 2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:  Izin tertulis dari orangtua/wali  Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali  Waktu kerja maksimum 3 jam  Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terdaftar kelahirannya merupakan kelompok korban pertama yang terlibat pada masalah obat-obat terlarang; menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar menjadi korban perdagangan manusia, eksploitasi seksual, dipaksa menjadi buruh anak atau tidak mempunyai akses kepada pelayanan sosial sama sekali.

90

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 90

3/19/2018 6:22:55 AM

 Keselamatan dan kesehatan kerja  Adanya hubungan kerja yang jelas  Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat berwenang, dengan syarat sebagai berikut:  Berusia paling sedikit 14 tahun  Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pelaksanaan pekerjaan  Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja  Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan minat dan bakatnya, dengan syarat sebagai berikut:  Di bawah pengawasan langsung dari orangtua atau wali  Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari  Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu sekolah  Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat pekerja/ buruh dewasa. 4. Dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu:  Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya  Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 91

91

3/19/2018 6:22:55 AM

 Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya  Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak

1.10. Literatur

1. Irwanto. 2014. __________. Universitas Atmajaya: Jakarta. 2. Republik Indonesia. 1979. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta. 3. Republik Indonesia. 2002. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta. 4. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. 5. Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta. 6. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta. 7. Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 8. Utomo, Hadi dkk. 2014. Berkelanjutan hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak, kerangka Hukum Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak kerangka Anak, Pengasuhan Berkelanjutan hak. Jakarta: Unicef. 9. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak (Buku Pegangan Fasilitator PKH Atau Petugas Lapangan). Jakarta: Unicef. 10. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Panduan Diskusi Fasilitator PKH 2013. Jakarta: Unicef. 11. ______, ______. Lembar Fakta Pencatatan Kelahiran. UNICEF.

92

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 92

3/19/2018 6:22:55 AM

1.11. Evaluasi Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pre test Pada saat tanya jawab Pada saat mengerjakan tugas Saat bermain Saat berdiskusi. Post test.

1.12. Lembar Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Lembar Kerja (LK): 12.1. Kasus Tasripin Lembar Kerja (LK): 12.2. Permainan Bola Keberuntungan Lembar Kerja (LK): 12.3. Kasus Eksploitasi anak (1s/d3) Lembar Kerja (LK): 12.4. Mencerikatan gambar akibat eksploitasi Lembar kerja (LK): 12.5. Permainan Bendera Lembar Kerja (LK): 12.6. Kalimat Pernyataan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 93

93

3/19/2018 6:22:57 AM

Permainan

Energizer & Ice Breaking Games

94

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 94

3/19/2018 6:22:57 AM

Pengantar Menciptakan suasana yang kondusif merupakan salah satu syarat dalam menentukan keberhasilan suatu pelatihan maupun pertemuan. Permainan (Energizer & Ice breaking games) yang diciptakan sedemikian rupa dapat menjadi metode untuk mencapai suasana kondusif tersebut. Demikian pula dalam proses pelatihan maupun pertemuan P2K2, kemampuan mengelola permainan (energizer & ice breaking games) yang membuat seluruh peserta merasa nyaman serta menyenangkan, akan sangat membantu mencapai tujuan pembelajaran maupun pertemuan P2K2. Tujuan Permainan (energizer & icebreaking games) ini bisa digunakan untuk tujuan menghilangkan suasana tegang dan membosankan, membangun keakraban, kebersamaan, kegembiraan dan meningkatkan daya konsentrasi peserta dalam mengikuti pelatihan maupun pertemuan, sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif dalam pelatihan maupun pertemuan P2K2. Penggunaan Materi permainan (Energizer & Ice breaking games) ini dibuat untuk membantu rekan-rekan fasilitator dalam proses pelatihan di kelas dan juga membantu Pendamping PKHdalam melaksanakn P2K2 dengan peserta PKH. Permainan-permainan yang tertulis dalam buku ini, baik nama permainan, jenis permainan, materi maupun pentunjukpetunjuknya, bukanlah harga mati. Sangat dimungkinkan rekan-rekan untuk memodivikasi permainan-permainan tersebut sesuai dengan kebutuhan, kondisi peserta, jumlah peserta, dan tempat pelatihan atau pertemuan. Buku ini dapat digunakan oleh :  Fasilitator dalam ToT (Training of Trainer) P2K2 Pendamping PKH;  Fasilitator Diklat P2K2 Pendamping PKH;  Pendamping PKH dalam P2K2 dengan Peserta PKH. Dalam setiap permainan rekan-rekan diharapkan bisa memilih permainan yang dapat digunakan dalam hal: Opening, yaitu permainan yang ditujukan untuk membuka sesi pelatihan atau pertemuan dan membangun kedekatan di antara peserta. Energizer, yaitu, permainan-permainan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 95

95

3/19/2018 6:22:57 AM

yang ditujukan untuk membangun semangat dan menjaga konsentrasi peserta agar tetap fokus pada kegiatan pelatihan atau pertemuan. Related to Topic, yaitu permainan-permainan yang dapat digunakan atau dihubungkan dengan kan/materi-materi pelatihan maupun pertemuan.

Permainan-Permainan Uji Konsentrasi

1

MENGHITUNG PAHA TEMAN Deskripsi: Game ini digunakan untuk menguji konsentrasi peserta, dimana pikiran peserta akan distorsi/kacau pada perhatian posisi tangan dan pahanya. Waktu : 10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : -

Petunjuk :  Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut ”Menghitung Paha Teman”, dan meminta peserta duduk dalam posisi melingkar, bisa duduk bersila di lantai atau duduk di kursi.  Fasilitator meminta peserta untuk mengangkat kedua tangannya dan meletakan tangan pada paha/lutut teman di kiri dan kanannya (tangan kiri kita di paha kanan teman sebelah kiri, dan tangan kanan kita di paha kiri teman sebelah kanan).

 Fasilitator meminta peserta untuk menghitung paha temannya 1, 2, 3, dst sambil menepuk paha temannya, berlawanan arah jarum jam. (Peserta pertama dimulai dengan tepukan tangan kanan).  Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta, dan setiap ada kesalahan Fasilitator menunjuk acak peserta lain dan memulai dari angka 1 lagi.  Setelah beberapa sesi kegagalan dianggap cukup, Fasilitator menuntun peserta hingga berhasil terhitung seluruh paha peserta.

96

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 96

3/19/2018 6:22:57 AM

Jadi pada sesi ini setiap kesalahan diperbaiki, tanpa harus mengulang dari angka 1 lagi Variasi/Catatan:  Permainan ini akan lebih baik dilakukan pada saat Opening pertemuan/pembelajaran.  Permainan ini bisa dilanjutkan untuk kegiatan perkenalan peserta. Dimana instruksinya, jika di tepuk paha kirinya (oleh teman) maka sebutkan ”NAMA”nya, dan jika ditepuk paha kanannya (oleh teman) sebutkan ”SIFAT”nya.  Namun sebelumnya, beri kesempatan peserta untuk merenungkan sifat yang dimilikinya. Sifat tersebut diambil dari Inisial namanya, misalnya, Herman, sifatnya dari inisial H seperti Humanis, Homoris, Hangat, dll. Sifat boleh satu kata atau lebih, boleh bahasa asing atau bahasa Indonesia.

2

hormat jepang Deskripsi: Game ini digunakan untuk menguji konsentrasi peserta dengan cara memberikan hormat Jepang. Waktu : 10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut ”Hormat Jepang”, dan meminta peserta berdiri tegap dalam posisi melingkar.  Fasilitator memberikan contoh yang diikuti peserta melakukan hormat Jepang dengan membungkukkan badan (seperti ruku), sambil meneriakkan kata ”HAAIK” sekali, dan tegap kembali.  Fasilitator meminta seluruh peserta untuk menghitung 1, 2, 3, dst sampai seluruh peserta habis sebagai penomoran masing-masing peserta (angka pribadi), dan setiap peserta harus menghapal angka tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 97

97

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator menjelaskan apabila fasilitator menyebutkan angka 3 misalnya, maka yang melakukan hormat Jepang hanya nomor 3 saja, dan yang lainnya diam.  Kemudian apabila fasilitator menyebutkan angka Nol, maka semua peserta harus memberikan hormat Jepang (sebagai angka bersama).  Fasilitator menyebutkan angka yang dimiliki peserta secara acak, dengan mengkombinasikan angka NOL dan angka pribadi peserta.

Variasi/Catatan:  Jika memerlukan tantangan, permainan bisa dikombinasikan dengan memberi perintah “GANJIL” dan “GENAP”, atau “CEWEK” dan “COWOK”, maka peserta yang berstatus tersebut harus memberikan Hormat Jepang  Ketika memberikan hormat Jepang untuk status baru ini, bisa dikombinasikan dengan teriakan kata yang berbeda untuk setiap status, misalnya ketika disebutkan ”CEWEK” ATAU ”COWOK” teriakan kata ”HORMAT NEE!”, dan untuk status ’GANJIL” ATAU ”GENAP” teriakan kata ”JEPANG NEE !”  Fasilitator harus mengkombinasikan instruksi untuk menguji konsentrasi peserta, mengecoh peserta untuk teriakan ”HORMAT NEE !”, ”JEPANG NEE !”, dan ”HAAIK”, sehingga permainan akan semakin meriah.

98

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 98

3/19/2018 6:22:57 AM

3

hitungan bom Deskripsi: Game ini untuk mengujikonsentrasi peserta dengan menggunakan hitungan angka. Waktu : 10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut ”HITUNGAN BOOM”, dan meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran, dimana Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator menjelaskan bahwa tugas peserta adalah menghitung 1, 2, 3, 4, dst hingga angka 30, searah jarum jam (ke kanan) dan ketika jatuh pada angka kelipatan 7 dan angka yang berunsur 7, peserta harus mengatakan ”BOOM” kemudian diteruskan dengan angka selanjutnya.  Untuk memudahkan peserta, Fasilitator menyebutkan bahwa angka kelipan 7 dan angka berunsur 7, yaitu angka 7, 14, 17, 21, 27, dan 28. Angka ini wajib diingat Fasilitator agar bisa mengetahui benar dan salah-nya peserta.  Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta, dan setiap ada kesalahan fasilitator menunjuk acak peserta lain dan memulai dari angka 1 lagi.  Setelah permainan putaran pertama tersebut dianggap cukup, pada putaran kedua, Fasilitator menginstruksikan angka di mulai dari angka 30 dan menurun sampai angka 1, dengan tetap menyebutkan kata ’BOOM” pada angka 7, 14, 17, 21, 27, dan 28. Variasi/Catatan :  Kata “BOOM” bisa diganti kata lainnya, misalnya “PKH”.  Keliptan angka 7 dan jumlah hitungan 30 bisa dirubah sesuai kondisi peserta.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 99

99

3/19/2018 6:22:57 AM

 Untuk menguji tingkat konsentrasi yang lebih sulit, angka kelipatan 7 dan angka berunsur 7 diganti instruksi lain, yaitu peserta harus menyebutkan nama buah-buahan, misalnya, “MANGGA”, “JERUK”, “DURIAN”, dll dan aturannya setelah satu nama buah disebutkan tidak boleh diulang lagi oleh peserta lain.

4

berapa ini? Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta untuk melihat kepekaan mengobservasi kata : INI, YANG, dan KALAU. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk menembak berapa angka untuk anggota tubuh yang dipegang.  Fasilitator menjelaskan dengan memegang anggota tubuh, misalnya “INI .. SATU “ sambil memegang hidung, kemudian “YANG INI .. DUA” sambil memegang telinga, “KALAU YANG INI .. TIGA” sambil memegang kelapa.  Ulangi perintah itu beberapa kali untuk mengingatkan peserta sambil melihat kepekaannya.  Kemudian Fasilitator mulai bermain dan meminta peserta untuk menjawab, “INI BERAPA” sambil memegang hidung, “YANG INI BERAPA?” sambil memegang telinga, “KALAU YANG INI BERAPA?” sambil memegang kepala. Jawaban peserta biasanya benar untuk soal ini.  Kemudian Fasilitator mulai menguji peserta dengan bertanya, “YANG INI BERAPA ? sambil memegang hidung. Biasanya peserta menjawab “SATU”, Fasilitator menanggapi “Salah” karena jawaban yang benar adalah DUA. Ajukan pertanyaan lain, “INI BERAPA?, sambil memegang kepala, biasanya peserta menjawab TIGA,

100

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 100

3/19/2018 6:22:57 AM

Fasilitator menanggapi “Salah” karena jawaban yang benar adalah SATU, dan begitu seterusnya fasilitator mengajukan pertanyaan yang mengecohkan peserta.  Pada saat yang mencukupi, biasanya ka nada sebagian peserta yang bisa menjawab, dan sebagian peserta yang masih bingung. Variasi/Catatan:  Untuk memberikan jawaban yang mudah dari permainan ini. Fasilitator mencoba memberikan instruksi dengan menghilangkan gerakan memegang anggota tubuh (tanpa gerakan), dan peserta diminta untuk berkonsentrasi, maka akan terasa perbedaannya.

5

DARAT, LAUT DAN UDARA Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta dengan kecepatan menyebutkan nama-nama hewan yang ada/hidup di alam Darat, Laut, dan Udara. Waktu : 5-10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk membentuk sebuah lingkaran dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Permainan Darat, Laut dan Udara”. Tugas peserta adalah menyebutkan hewan yang ada/hidup di alam-alam tersebut.  Fasilitator kemudian berjalan keliling sambil menyebut-nyebut katakata “DARAT”, “LAUT”, “UDARA”. Ketiga kata tersebut bisa disebut bolak balik untuk mengecoh peserta.  Pada saat tertentu, Fasilitator berhenti di depan peserta, dan menunjuk peserta tersebut untuk segera menyebutkan nama hewan yang ada di alam tersebut. Misalnya, ketika Fasilitator berhenti pada

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 101

101

3/19/2018 6:22:57 AM

kata “LAUT”, maka peserta harus menyebut hewan yang ada di laut, seperti ikan hiu, cumi-cumi, dll. Kalau berhenti di kata “DARAT”, peserta harus menyebut hewan yang ada di darat, dst.  Permainan tersebut bisa dianggap Putaran 1. Pada Putaran 2 bisa dibuat terbalik, Peserta bertugas menyebutkan hewan yang tidak ada di alam tersebut. Misalnya, Fasilitator menyebutkan kata “DARAT”, maka peserta harus menyebutkan hewan yang tidak ada di “DARAT”, seperti burung, kupu-kupu, ikan, udang, dsb, begitu seterusnya. Variasi/Catatan:  Peserta yang salah, akan menggantikan fasilitator untuk melakukan tugas serupa.  Agar lebih meriah, ketika peserta menyebutkan nama hewan harus disertai dengan gerakan hewan tersebut (gerakannya harus sesuai).

6

PERANG-PERANGAN Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi, dan bisa juga digunakan untuk memperkuat perkenalan/mengingat nama-nama bagi peserta yang baru saling kenal. Waktu : 10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta dalam kelompok 5 orang Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “PerangPerangan”, dan meminta peserta untuk membentuk kelompok dengan anggota 5 orang.  Fasilitator meminta setiap kelompok berbaris ke belakang dengan tangan memegang pundak temannya, dan posisi saling menghadap dengan kelompok lainnya.  Fasilitator menjelaskan aturan main berikut :

102

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 102

3/19/2018 6:22:57 AM

 Tugas setiap orang dalam kelompok, yaitu : Orang ke 5 mengatakan instruksi : SIAP Orang ke 4 mengatakan instruksi : ISI Orang ke 3 mengatakan instruksi : KOKANG Orang ke 2 mengatakan instruksi : TEMBAK Orang ke 1 mengatakan instruksi : DOOR …… (sebutkan nama musuh).  Musuh yang ditembak boleh siapa saja, atau pada urutan ke berapa saja dengan menyebutkan “Door” lanjut namanya. Misalnya “Door Yanti !”, “Door Agus!”, dsb.  Pihak yang ditembak, harus melakukan serangan balasan yang dimulai dari orang ke 5 dengan mengatakan “SIAP”, mundur sampai orang pertama yang mengatakan “Door …. !”. Urutan harus tepat. Demikian seterusnya.  Kelompok dinyatakan kalah apabila salah menyebutkan nama, lama berpikir untuk menyebutkan nama, urutan tidak benar, dan salah mengatakan instruksi.  Kelompok yang mati diminta berhenti bermain. Pemenangnya adalah 2 kelompok yang tersisa. Variasi/Catatan: Untuk lebih menantang, aturan main bisa dirubah, Pihak yang tertembak, dimulai orang yang tertembak mengatakan instruksi “SIAP”, kemudian mundur dengan instruksi “ISI”, “KOKANG”, “TEMBAK”, “DOOR …”, sehingga instruksi “Door …” ada di belakang yang tertembak. Misalnya, tertembak orang ke 3, berarti ‘SIAP”, dan orang ke 2 menjadi “ISI”, orang ke 1 menjadi “KOKANG”, orang ke 5 jadi “TEMBAK”, dan orang ke 4 jadi “DOOR ….”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 103

103

3/19/2018 6:22:57 AM

7

PERANG-PERANGAN Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta antara gaya ingat pada gerakan dan ketepatan memberikan tanggapan/ respond. Waktu : 10 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk membentuk sebuah lingkaran dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “NEGOSIASI A, I, U, E, O”.  Fasilitator mencontohkan gerakan-gerakan tubuh yang membentuk huruf-huruf tersebut, satu per satu, dan diikuti oleh seluruh peserta.  Fasilitator mengingatkan setiap peserta harus ingat dengan gerakan-gerakan yang membentuk huruf tersebut, dan peserta akan memberikan instruksi dengan membentuk salah satu huruf tersebut pada teman di kiri atau kanannya.  Fasilitator menjelaskan aturan bahwa : setiap gerakan huruf yang diberikan temannya merupakan instruksi, apakah akan ia lanjutkan atau menolaknya.  Jika peserta ”setuju” akan melanjutkan, maka huruf tersebut dilanjutkan ke teman lainnya. Misalnya, teman menginstruksikan huruf A, maka teman yang diberi instruksi melanjutkan pada temannya lain dengan gerakan huruf A, demikian seterusnya.  Jika peserta ”tidak setuju” untuk melanjutkan, maka huruf tersebut harus dilawan dengan gerakan huruf lainnya, Misalnya, teman menginstruksikan huruf A, maka teman yang diberi instruksi harus melawan dengan gerakan huruf O, atau I, dsb yang berbeda, demikian seterusnya.

104

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 104

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta, dan setiap ada kesalahan fasilitator menunjuk acak peserta lain. Variasi/Catatan:  Perintah peserta untuk melakukan gerakan tersebut secara tegas dan mengagetkan temannya.  Peserta diminta untuk bisa mengalahkan teman yang ada disampingnya.

PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN

1

ular zigzag Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta untuk melewati lorong pegangan di antara dua tangan temannya tanpa melepaskan pegangan. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator memutus satu pegangan peserta dan memerintahkan peserta awal untuk masuk ke dalam lorong pegangan dua tangan teman yang ada disamping kirinya. Begitu seterusnya, masuk melalui lorang pegangan dua tangan di depannya, sehingga peserta berjalan berkelok-kelok.  Fasilitator menginstruksikan pegangan tidak boleh terlepas, dan sambil berjalan peserta bersama-sama bernyanyi lagu ‘DI SINI SENANG, DI SANA SENANG”.  Setiap ada kesalahan, maka Fasilitator menahannya sejenak dan memperbaikinya, biasanya tangan atau tubuh peserta akan terpelitir.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 105

105

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator memandu hingga permainan berhasil. Variasi/Catatan:  Permainan ini bisa dilakukan untuk menyelingi permainan- permainan yang membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang cukup lama.

2

BERMAIN HUJAN Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta dengan melakukan pijatan-pijatan bersama peserta lainnya. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator memerintahkan peserta untuk menghadap ke salah satu arah, misalnya instruksikan, “HADAP KIRI GERAK!”, sehingga posisi peserta menghadap punggung peserta lainnya.  Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan relaksasi, saling meminjat untuk menghilangkan pegal-pegal atau ketegangan.  Fasilitator langsung memberikan instruski sambil memberikan

contoh-contohnya:  Hujan Rintik-rintik : Peserta menotok-notok punggung teman di depannya dengan kedua jari telunjuk.  Hujan Lebat : Peserta menotok-notok punggung teman di depannya dengan 10 jari tangannya.  Hujan Es Batu : Peserta memukul-mukul punggung teman di depannya dengan kedua tangan dikepalkan (tinju palu).

106

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 106

3/19/2018 6:22:57 AM

 Hujan Petir : Peserta menebas-nebas punggung teman di depannya dengan kedua tangan karate (seperti golok menebas).  Hujan Salju : Peserta mengelus-elus membentuk lingkaran pada punggung teman di depannya dengan kedua telapak tangan.  Fasilitator mengatur waktu untuk satu gerakan hujan sehingga memadai terjadi relaksasi dan keceriaan peserta. Variasi/Catatan : Permainan ini bisa dilakukan setelah melakukan permainan yang membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang cukup lama.

3

BERMAIN ANGIN-ANGINAN Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta dengan bermain gerakan-gerakan yang bertiup oleh angin. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran dengan tangan saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini “Bermain Anginanginan” dan peserta ibarat pohon yang tertiup angin.  Fasilitator menjelaskan dan memberikan contoh jika :  ANGIN KANAN, tubuh condong ke KIRI, dengan bersuara “ WUUSS”  ANGIN KIRI, tubuh condong ke KANAN, dengan bersuara “WEESS”  ANGIN DEPAN, tubuh condong ke BELAKANG, dengan bersuara “WOOOW”  ANGIN BELAKANG, tubuh condong ke DEPAN, dengan bersuara “DUUUT”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 107

107

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator memandu permainan dengan mengkombinasikan angin yang bertiup, sehingga tercipta suasana yang menghibur. Variasi/Catatan : Permainan ini bisa dilakukan dengan instruksi yang cepat, sehingga gerakan peserta seperti melakukan senan.

4

lompat bersama Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta dengan melakukan lompatan yang kompak bersama-sama. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.  Fasilitator memerintahkan peserta untuk melompat bersama-sama sesuai perintah Fasilitator dengan tangantetap berpegangan.  Perintah lompatnya, yaitu : “KIRI”, “KANAN”, “MAJU”, DAN “MUNDUR”.  Fasilitator menyampaikan aturan :  Jika Fasilitator memberikan Instruksi dengan mengangkat tangan KANAN berarti peserta harus melompat yang BENAR, misalnya, “KIRI”, maka peserta harus melompat ke kiri, “MAJU”, maka peserta harus melompak ke depan.  Namun jika Fasilitator memberikan Instruksi dengan mengangkat tangan KIRI berarti peserta harus melompat yang BERLAWANAN, misalnya, “KIRI”, maka peserta harus melompat ke kanan, “MAJU”, maka peserta harus melompak ke belakang.

108

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 108

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator memulai permainan dengan instruksi yang benar semua arah (mengangkat tangan kanan), kemudian kecohkan dan kombinasikan antara instruksi benar dan berlawanan (mengangkat tangan kiri – kanan). Variasi/Catatan :  Untuk mengganggu konsentrasi peserta, Fasilitator bisa melakukan lompatan yang mengacaukan konsentrasi peserta.  Kombinasikan tugas peserta ketika mendengar instruksi, ada sesi peserta melompat tanpa bersuara dan ada sesi peserta harus mengikuti mengucapkan instruksi fasilitator sambil melompot.  Permainan ini bisa dilakukan secara berkelompok dengan posisi berbaris-baris untuk menguji kekompakan kelompok.

5

SAMSON DAN DELILAH Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta (fun game). Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 2 kelompok Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok dan meminta berbaris saling berhadapan.  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Samson, Delilah, dan Harimau” seperti permainan “suit-suitan 3 jari”, atau permainan “Gunting, Batu, Kertas”.  Fasilitator mencontohkan gerakan-gerakan untuk Samson, Delilah, dan Harimau.  Samson : mengangkat kedua tangan ditekukkan menunjukkan kekuatan otot-otot tangan, sambil mengatakan “KUAT”.  Delilah : menempelkan kedua jari telunjuk di pipi kiri dan kanan,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 109

109

3/19/2018 6:22:57 AM

menunjukan gerakan seksi, sambil mengatakan “MANIS”.  Harimau : Mengarahkan kedua cakar tangan ke depan, menunjukan gerakan/raungan buas, sampai mengatakan “AUUUM”.  Fasilitator menjelaskan aturan bahwa Samson kalah oleh Delilah, Delilah kalah oleh Harimau, dan Harimau kalah oleh Samson.  Fasilitator memulai permainan dengan meminta peserta untuk berdiskusi dahulu untuk memilih satu gerakan yang akan ditampilkan.  Kemudian peserta diminta untuk berbaris lagi berbalik/saling membelakangi, dan instruksikan bahwa dalam hitungan ketiga peserta segera secara bersamaan saling menghadap menunjukkan gerakannya. Variasi/Catatan: Permainan ini dilakukan beberapa kali, atau sampai 5 kali putaran.

6

LOMBA NYANYI KERAS Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta melalui permainan bernyanyi yang keras disertai gerakan. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 2 kelompok Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok dan meminta berbaris saling berhadapan.  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini adalah “Lomba Nyanyi Keras”, dan menginstruksikan :  Kelompok 1 harus bernyanyi lagu : “TOPI SAYA BUNDAR” disertai dengan gerakannya. “Topi Saya Bundar, Bundar topi Saya. Kalau Tidak Bundar. Bukan Topi Saya”.

110

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 110

3/19/2018 6:22:57 AM

 Kelompok 2 harus bernyanyi lagu : “BURUNG KAKA TUA”, dengan gerakan mengikuti gerakan kelompok 1 (gerakan Topi Saya Bundar). “Burung Kaka Tua. Menclok di Jendela. Nenek Sudah Tua. Giginya Tinggal Dua”.  Fasilitator menginstruksikan bahwa kedua kelompok harus bernyanyi secara bersamaan sekeras-kerasnya.  Fasilitator menjelaskan bahwa setelah peserta bernyanyi versi pertama tersebut, langsung pada versi kedua, Kelompok 1 berubah menyanyi lagu “BURUNG KAKA TUA”, dan Kelompok 2 bernyanyi lagu “TOPI SAYA BUNDAR”, dengan tetap menggunakan gerakan.  Permainan dimulai dengan dikomando Fasilitator : SATU, DUA, GO !! Variasi/Catatan:  Permainan ini bisa digunakan untuk memberikan hukuman pada saat terjadi kesalahan peserta dalam suatu permainan.  Untuk mendapatkan keceriaan permainan ini bisa dilakukan dalam beberapa kali putaran.

7

paduan suara binatang Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta dengan bernyanyi suara binatang secara terpadu. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 3 kelompok Peralatan : Petunjuk :  Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini adalah “Paduan Suara Binatang”, dan membagi peserta dalam 3 kelompok.  Fasilitator berada di depan semua kelompok yang akan bertindak memandu bernyanyi.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 111

111

3/19/2018 6:22:57 AM

 Fasilitator menjelaskan tugas setiap kelompok, yaitu:  Kelompok 1 : Suara Kucing : “MEOONG”.  Kelompok 2 : Suara Sapi : ‘EMOOOH”  Kelompok 3 : Suara Harimau : “AUUMM”  Fasilitator memandu paduan suara kelompok dengan cara menunjuk kelompok dengan gaya derijen.  Fasilitator harus mampu mengkombinasikan suara sehingga memiliki nada tertentu. Variasi/Catatan:  Permainan dapat juga dilakukan dengan memberikan isyarat jari tangan 1, 2, dan 3 oleh Fasilitator.  Suara binatang bisa ditentukan oleh kelompok masing- masing.  Permainan bisa divariasikan dengan instruksi suara panjang dan pendek, melalui gerakan tangan tertentu.

8

ANGIN BERHEMBUS Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan keceriaan para peserta untuk bergerak berebutan menempati kursi kosong yang tersedia. Waktu : 5 menit Jumlah Peserta : Seluruh peserta Peralatan : Kursi sebanyak jumlah peserta yang duduk Petunjuk :  Fasilitator mengatur kursi-kursi melingkar sebanyak jumlah peserta, dan Fasilitator berada di dalam lingkaran.  Fasilitator ikut bermain dalam permainan ini, dan orang pertama sebagai angin yang berhembus.  Fasilitator menjelaskan dalam permainan “Angin Berhembus” ini,

112

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 112

3/19/2018 6:22:58 AM

aturannya jika angin berhembus kepada peserta yang memiliki karakter atau identitas yang disebutkan, maka peserta bersangkutan harus berpindah tempat mencari kursi kosong lainnya. Misalnya, “ANGIN BERHEMBUS KEPADA ORANG YANG BERKACA MATA”, maka semua peserta yang berkaca mata harus berpindah mencari kursi lain. Dalam waktu bersamaan, Fasilitator/pemandu juga harus segera merebut kursi kosong yang tesedia.  Fasilitator memberikan contah lainnya, misalnya “ANGIN BERHEMBUS KEPADA ORANG YANG MEMAKAI JAM TANGAN”, “KEPADA ORANG YANG MEMAKAI JILBAB”, dsb.  Dalam permainan ini akan ada 1 orang peserta yang tidak kebagian kursi, selanjutnya ia akan bertindak memandu sebagai angin berhembus. Begitu seterusnya sampai permainan dianggap memadai menciptakan kegembiraan peserta. Variasi/Catatan:  Berikan aturan bahwa karakter atau identitas peserta yang sudah terhembus angin (disebutkan) tidak boleh diulang lagi, sehingga peserta akan kreatif menentukan sasaran yang akan diambil alih kursinya.  Dalam hal tidak ada kursi, posisi kursi bisa diganti dengan memberikan tanda memakai LAKBAN/ KERTAS ditempel di lantai, posisi peserta bisa duduk atau berdiri menginjak LAKBAN/KERTAS tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 113

113

3/19/2018 6:22:58 AM

PENUTUP

Permainan–permainan ice breaking tersebut, kami rancang dapat dilakukan di dalam ruangan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, yang dapat disesuaikan dengan kondisi peserta. Hal lain yang kami dianggap penting dalam suatu pelatihan maupun pertemuan P2K2 adalah menciptakan ”Sapaan” dan ”Yell” yang dapat membangkitkan semangat seluruh peserta. Fasilitator bersama-sam peserta diharapkan mampu menciptakan suatu ”Yell” yang dapat menyemangati mereka semua selama proses pelatihan maupun pertemuan. Berikut ini kami contokan Sapaan/Yell. SAPAAN/YELL HALLO HAI APA KABAR PKH IBU INDONESIA ! ANAK INDONESIA ! SEMANGAT PAGI ! ARE YOU READY ! ANAK INDONESIA HARUS ! ANAK INDONESIA BISA ! ANAK INDONESIA PASTI !

BALASAN HAI HALLO DASYAT LUARR BIASA MANTAP ! SEHAT PINTAR YESS! PAGI ! READY ! SEHAT ! PINTAR ! HEBAT YES YES YES !

Pesan Kunci. Menarik tidaknya sebuah permainan akan sangat tergantung juga pada bagaimana kemampuan atau kepiawaian fasilitator dalam membawakannya. Sebuah game yang menarik menjadi ”garing” ketika fasilitator tidak mampu membawakannya, demikian juga game yang sederhana menjadi menarik, ketika fasilitator mahir membawakannya. Untuk itu, fasilitator wajib melatihkan dirinya sehingga menjadi pemandu games yang baik.

114

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 114

3/19/2018 6:22:58 AM

Related Documents


More Documents from "Dipa Apay Hillmanto"