Mission Inshaaallah Possible Aamiin!!!! 2019!!!! - Copy 1.docx

  • Uploaded by: Ahmad Darmaji Siregar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mission Inshaaallah Possible Aamiin!!!! 2019!!!! - Copy 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,477
  • Pages: 23
PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) DAN HARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BOLU SALAK KENANGA PADANGSIDIMPUAN

A. Latar Belakang Masalah Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat khusunya untuk perusahaan sejenis. Perusahaan harus mengikuti perubahan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perusahaan harus mampu memahami keinginan dan kebutuhan konsumen yang sebenarnya. Perusahaan juga harus mampu mengikuti pola perilaku pesaing dalam menjalankan bisnisnya. Maka dari itu, mereka dituntut untuk memiliki keunikan tersendiri yang dapat menarik atau memikat konsumen dalam mempertahankan atau merebut pasar yang ada. Brand (merek) dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Suatu perusahaan beroperasi untuk mendapatkan profit atau keuntungan, juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya. Suatu perusahaan untuk memenangkan persaingan dituntut melakukan strategi pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan. Dalam kondisi semakin meningkatnya persaingan produk-produk sejenis dan perilaku konsumen yang cenderung ingin mencoba merek-merek baru yang dikeluarkan oleh perusahaann pesaing untuk mendapatkan kepuasan, manfaat yang lebih, dan memenuhi rasa ingin tahu terhadap merek baru tersebut.

1

2

Menghadapi gencarnya persaingan dalam bidang pemasaran, maka tuntutan memperkenalkan kualitas produk menjadi pertimbangan yang harus diterapkan perusahaan kepada pelanggan. Pentingnya kualitas produk menjadi keunggulan bagi suatu perusahan di dalam meningkatkan citra merek (brand image) produknya untuk dapat bertahan dalam memasarkan produknya ke konsumen. Saat ini perkembangan jenis makanan mengarah pada persaingan yang sangat ketat terutama bagi produk yang sejenis. Setiap perusahaan harus mampu memberikan inovasi-inovasi yang dapat mengembangkan dan membedakan kualitas produknya dengan priduk pesaing. Salah satu yang menjadi produk makanan ringan yang banyak digemari masyarakat adalah bolu. Bolu dapat di konnsumsi untuk semua kalangan. Terlebih lagi bolu memiliki beraneka ragam jenisnya, dikarenakan banyanya penjual-penjual bolu yang megerti bahwasanya bolu memiliki pangsa pasar yang cukup banyak di Indonesia dan dapat disejajarkan dengan makanan ringan lainnya. Bolu atau kue bolu adalah kue yang berbahan dasar tepung, gula dan telur. Kue bolu umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, walaupun ada juga bolu yang dikukus. Bolu biasanya dilapisi dengan krim mentega dengan berbagai varian rasa. Saat ini di kota Padangsidimpuan memiliki banyak usaha-usaha bolu yang mulai berkembang. Salah satunya yang terbaru saat ini adalah Bolu

3

Salak Kenanga Padangsidimpuan yang juga menjadi salah satu pusat oleholeh Angkola Mandailing dengan bahan utama Salak yang menjadi salah satu buah terkenal sekaligus menjadi icon

kota Padangsidimpuan. Salak

Sidimpuan adalah buah yang cukupdikenal di Pulau Sumatera bahkan Jawa, dengan rasanya yang manis, kelat, asam dan legit membuat ia beda dengan salak Pondoh dan jenis lain. Salak merupakan salah satu jenis buah yang banyak digemari, rasa buahnya yang manis, asam dan kelat sehingga banyak orang yang menyukainya. Buah salak dapat diolah menjadi manisan, sehingga bisa tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama. Dari banyaknya buah salak Sidimpuan, sehingga tercetuslah ide untuk membuat kue dari jenis bolu gulung yaitu bolu salak. Karena domisili di Jl. Kenanga, maka terpilihla nama yang sekarang menjadi Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. Harapannya Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan ini menjadi oleh-oleh khas dari Tapanuli Selatan dan menjadi kebanggaan dari Padangsidimpuan.1 Maka dari itu citra merek (brand image) Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan harus dijaga, baik dari segi harga yang harus sesuai dengan kualitas produk karena konsumen sangat selektif didalam membelanjakan uangnya. Hanya produk yang berkualitas dan memiliki citra merek baik, merupakan faktor penting yang akan menentukan keputusan konsumen didalam proses keputusan pembelian. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengembangkan, memelihara kualitas produk dan meningkatkan

1

www.bolusalakkenanga.com

4

standar kualitas produk. Sehingga produk sesuai dengan harapan konsumen dan tidak merasa kecewa. Selain

itu,

keputusan

pembelian

produk

yang

ditawarkan

membutuhkan pemberian harga yang kompetitif dibandingkan dengan harga yang ditawarkan pesaing. Salah satu konsumen Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan menyatakan bahwa, produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan memiliki tekstur yang lembut, enak dan juga cita rasa salak yang menjadi khas dari bolu ini sendiri sangat terasa dengan harga yang terjangkau.2 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Dan Harga Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.

Semakin banyak usaha kue yang beredar di kota Padangsidimpuan, sehingga persaingan antar perusahaan semakin ketat. Produsen membangun citra merek dengan berbagai upaya, agar konsumen percaya bahwa mereknya paling unggul.

2

Ramlah Nasution, Ibu Rumah Tangga, Wawancara, Padangsidimpuan, 11 Januari 2019.

5

2.

Setiap merek berupaya mengembangkan pasar dan meningkatkan keloyalan konsumen terhadap produknya dengan berbagai macam produksi.

3.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian produk kue,salah satu diantaranya adalah citra merek yang dicitrakan oleh perusahaan.

4.

Harga juga menjadi salah satu faktor konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk.

C. Batasan Masalah Agar penelitian ini fokus dan terarah serta tidak meluas dari topik yang dibahas, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya dalam pengaruh citra merek (brand image) dan harga terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. D. Defenisi Operasional Variabel Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap istilah yang dipakai dalam judul penelitian, maka peneliti membuat sebuah definisi operasional variabel, guna menjelaskan istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Definisi yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.

Citra Merek (Brand Image) berhubungan dengan persepsi atau pandangan yang ada di benak konsumen tentang merek tersebut.

2.

Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.

6

3.

Keputusan Pembelian adalah suatu keputusan yang diambil oleh konsumen dari dua, tiga atau lebih pilihan alternatif dengan melakukan pertimbangan kualitas terhadap produk yang sama dengan merek yang berbeda

4.

Produk adalah hasil akhir yang mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal yang simbolis yang dibuat dan dijual oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan dan keuntungan bagi pembelinya.3

E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapat rumusan pokok permasalahan ini ialah: 1.

Apakah citra merek (brand image) berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan ?

2.

Apakah harga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan ?

3.

Apakah citra merek (brand image) dan harga secara simultan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan ?

4.

Diantara variabel citra merek (brand image) dan harga yang manakah berpengaruh lebih dominan terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan ?

3

Mursid, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 71.

7

F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.

Untuk menganalisis pengaruh citra merek (brand image) dan harga secara simultan

terhadap pengambilan keputusan pembelian produk

Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. 2.

Untuk menganalisis diantara citra merek (brand image) dan harga tersebut secara parsial yang mana berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan.

G. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk terus mengembangkan inovasi-inovasi terbaru dalam meningktakan daya beli konsumen.

2.

Bagi Peneliti Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai pemasaran pada khususnya dan manajemen pada umumnya.

3.

Bagi Akademik Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau pertimbangan jika meneliti obyek yang sama dan juga dapat digunakan sebagai referensi

8

kepustakaan dalam memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen. 4.

Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk peneliti selanjutnya dan menambah perbendaharaan skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini.

H. Landasan Teori 1.

Kerangka Teori a.

Merek (Brand) Asosiasi Pemasaran Amerika mendefenisikan merek (brand) sebagai

“nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau

kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau ‘kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional atau tidak nyata berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek.4

4

hlm. 258.

Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2009), Edisi 13 Jilid 1,

9

Agar merek produk dapat dikenali oleh konsumen maka dibutuhkan strategi pengenalan produk. Strategi pengenalana produk adalah suatu strategi pengenalan produk yang dilakukan dengan cara strategi promosi. Strategi bauran promosi adalah strategi yang memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode promosi. b.

Citra Merek (Brand Image) Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi

dari

hal-hal

tersebut,

yang

dimaksudkan

untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan uuntuk membedakannya dari produk pesaing. Citra merek (brand image) adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dan tingginya citra merek (brand image) adalah, sebagai berikut: 1) Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetiti. 2) Lebih

mudah

meluncurkan

perluasan

merek

karena

kredibilitasnya yang tinggi. 3) Mampu menetepkan harga yang lebih tinggi dari pesaing karena terdapat leyakinan konsumen terhadap kredibilitas barang tersebut.

10

4) Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer sebab pelanggan mengharapkan memiliki merek tersebut. 5) Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen tinggi. Pengelolaan citra merek (brand image) perlu dilakukan dengan cermat mengingat para pelanggan akan sangat terikat dengan hal tersebut pada waktu akan melakukan hubungan dengan perusahaan. Citra merek (brand image) bukan hanya sekedar identitas tetapi brand yang memberikan nilai tambah untuk sebuah produk. Citra merek (brand image) adalah sekumpulan aset dan liabilitas yang berkaitan dengan sebuah nama atau simbol yang memberi nilai tambah bagi produk (termasuk jasa) untuk perusahaan atau customer perusahaan. Citra merek (Brand Image) ditentukan oleh tiga hal yaitu, kualitas produk, loyalitas merek dan asosiasi merek. Kotler dan Amstrong (2008:244), menyatakan bahwa kualitas produk adalah sekumpulan ciri-ciri karakteristik dari barang dan jasa yang mempunyai

kemampuan

untuk

memenuhi

kebutuhan

yang

merupakan suatu pengertian dari gabungan daya tahan, kehandalan,

11

ketetapan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut lainnya dari suatu produk.5 Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali. Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat diperkirakan bagi perusahaa, dan menciptakan penghalang yang mempersulit perusahaan lain untuk memasuki pasar. Loyalitas juga dapat diterjemahkan menjadi kesediaan pelanggan untuk membayar harga yang lebih tinggi sering kali 20% sampai 25% lebih tinggi daripada merek pesaing. Meskipun pesaing dapat meniru proses manufaktur dan desain produk, mereka tidak dapat dengan mudah mennyesuaikan kesan yang tertinggal lama dipikiran orang dan organisasi selama bertahun-tahun melalui pengalaman produk dan kegiatan pemasaran.6 Sebagaimana yang kita ketahui bahwa asosiasi merek adalah kesan yang timbul dibenak konsumen mengenai suatu merek dan memuat arti penting bagi konsumen. Ingatan terhadap sebuah merek akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya mengkonsumsi suatu merek maupun mendapatkan informasi mengenai merek tersebut.

5 Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), Edisi 12 Jilid 1, hlm. 244. 6 Kotler dan Keller, Op.cit. hlm. 259.

12

c. Harga Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna pertukaran/transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Penetapan harga memilki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang dipilih perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan. Pada dasarnya ada empat tujuan penetapan harga yaitu: 1) Tujuan yang berorientasi terhadap laba, tujuan ini meliputi dua pendekatan yaitu maksimalisasi laba (asumsi teori ekonomi klasik)

dan

target

laba.

Pendekatan

maksimalisasi

laba

menyatakan bahwa perusahaan berusaha untuk memilih harga yang bisa menghasilkan laba/keuntungan yang paling tinggi. 2) Tujuan

yang berorientasi

pada

volume

(volume

pricing

objectives). Dalam tujuan ini harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar(absolute maupun relative). Tujuan ini biasanya dilandaskan strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan. 3) Tujuan yang berorientasi pada citra, citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Penetapan harga, baik itu penetapan harga tinggi maupun penetapan harga rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap

13

keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan. Dalam tujuan ini perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferesiansi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. 4) Tujuan stabilitas harga dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dengan harga pemimpin industri (industry leader). Dalam tujuan ini harga didasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan.7 d. Keputusan Keputusan adalah tindakan yang dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang dipikirkan secara sadar. Keputusan juga disebut suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah. Keputusan adalah tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keingi

7

nan membeli namun keputusan pembellian adalah tidak

Shinta Agustina, Manajemen Pemasaran, (Malang: UB Press, 2011), hlm. 102-103.

14

sama dengan pembelian yang sebenarnya. Ketika konsumen memilih untuk membeli suatu merek ia masih harus melaksanakan keputusan dan melakukan pembelian yang sebenarnya. Keputusan tambahan diperlukan dalam hal kapan membeli, dimana membeli, serta berapa banyak yang harus dikeluarkan. e. keputusan pembelian Keputusan pembelian konsumen merupakan sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai strategi agar konsumen memutuskan untuk membeli produknya. Dalam proses keputusan pembelian, konsumen akan melalui 5 tahap yaitu: 1) Pengenalan masalah dimana pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbulakibat

rangsangan

eksternal.

Seseorang

mungkin

mengagumi mobil baru tetangga atau melihat iklan di televisi yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan pembelian. 2) Pencarian informasi pembeli dimana konsumen bergerak untuk mencari informasi tambahan konsumen mungkin sekedar

15

meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. 3) Evaluasi alternatif yakni cara konsumen memproses informasi yang menghasilkan berbagai pilihan mereka. Sayangnya konsumen tidak melakukan beberapa proses evaluasi dan tahapan

proses

keputusan

pembelian

dimana

konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan. 4) Keputusan

pembelian

dimana

konsumen

secara

aktual

melakukan pembelian produk. Di tahap pengevaluasian, konsumen

menyusun

peringkat

merek

dan

membantu

kecenderungan (niat) pembelian. Secara umum keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul di antar kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor peertama adalah sikap orang lain dan sedangkan faktor kedua adalah factor situasi yang tak terduga. Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasarkan pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, keadan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian

dimana

konsumen

secara

pembelian

produk.

Di

pengevaluasian,

tahap

aktual

melakukan konsumen

menyusun peringkat merek dan membantu kecenderungan (niat)

16

pembelian. Secara umum keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul di antar kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor peertama adalah sikap orang lain dan sedangkan faktor kedua adalah factor situasi yang tak terduga. Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasarkan pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, keadan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian 5) Perilaku pasca pembelian, tahapan keputusan konsumen ahapan proses keputusan pembelian konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Pekerjaan pemasaran tidak berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar. Keputusan pembelian dalam berbagai pandangan para ahli, secara eksplisit memberikan pengertian bahwa pemasaran suatu produk sangat berkaitan dengan besarnya jumlah penawaran dan ditawarkan kepada pelanggan sesuai tingkat kepuasan atas produk yang digunakannya. Adapun Konsumen

faktor-

faktor

yang

Mempengaruhi

Perilaku

17

1) Faktor Budaya, sub budaya penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku seseorang. Sebagian tingkah laku manusia dipelajari. Tubuh dalam suatu masyarakat, seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku dari keluarga serta lembaga-lembaga penting yang lain. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai suatu budaya dan pengaruh budaya tingkah laku membeli bervariasi amat besar dari Negara- kenegara. 2) Wilayah geografis terdiri dari beberapa sub budaya yang lebih kecil, atau kelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub budaya termasuk agama, kelompok ras, dan wilayah geografi. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran disesuaikan dengan kebutuhan mereka. 3) Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relative homogen dan bertahan lama suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan pelaku yang serupa. 4) Faktor sosial a) Kelompok referensi, kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung

18

maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. b) Keluarga, anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi tingkah laku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami istri, dan anakanak pada pembelian berbagai prosuk dan jasa. c) Peran dan status, seseorang menjadi anggota banyak kelompok keluarga ataupun organisasi. Posisinya dalam setiap kelompok dapat ditentukan dalam bentuk peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang sering kali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat. 5) Faktor Pribadi a) Umur dan tahapan dalam hidup, seseorang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sama hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot seringkali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur ulang hidup keluarga (tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya). b) Situasi ekonomi, seseorang terdiri dari pendapat yang dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk

19

eminjam

dan

sikap

terhadap

mengeluarkan

lawan

menabung. c) Gaya hidup merupakan pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan opini seseorang. 6) Faktor Psikologis a) Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk menujukkan perilaku tertentu.8 b) Persepsi merupakan proses yang dilalui orang dalam meilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang terkait yang berarti mengenai dunia. c) Pengetahuan

merupakan

pengetahuan

yang

menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. I.

Penelitian Terdahulu Untuk memperkuat penelitian ini peneliti mencantumkan penelitian terdahulu yang terkait atau berhubungan dengan judul penelitian ini. Tabel 2 Penelitian Terdahulu No

Nama

1.

M. Nasir Ibrahim Analisis Iklan (2007) Pengaruh Media Televisi(X1),

8

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis Analisis regresi

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 235.

20

Iklan Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli Air Minum dalam Kemasan Merek Aqua pada Masyarakat Kota Palembang

2.

Muhammad Romadhoni (2015)

3.

Haryani (2006)

Iklan surat kabar(X2), Iklan Majalah(X3), Iklan Billboard (X4), Iklan Spanduk (X6), Keputusan Pembelian (Y) Pengaruh Citra Keunggulan Merek (Brand Asosiasi Image) Terhadap Merek (X1), Pengambilan Kekuatan Keputusan Asosiasi Pembelian Sepatu Merek (X2), Nike Pada Keunikan Mahasiswa FIK Asosiasi UNY Merek (X3), Keputusan Pembelian (Y) Pengaruh Harga, Harga(X1), Produk, dan Produk(X2) Promosi Terhadap , Promosi Keputusan (X3), Pembelian Deterjen Keputusan “DAIA” Pembelian( Konsumen Ibu Y) Rumah Tangga Di Kecamatan Gebang Kabupaten Purwokerto

linier berganda

Analisis regresi linear berganda

Analisis regresi linear berganda

21

J.

Kerangka Pikir Sesuai dengan judul yang telah penulis sebut diatas yaitu “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Dan Harga Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan”, makapenulis ingin

melakukan

penelitian

pada

produk

Bolu

Salak

Kenanga

Padangsidimpuan dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh citra merek (brand image) terhadap keputusan pembelian. Maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut:

Brand Image (X1) Keputusan Pembelian (Y) Harga (X2)

K. Hipotesis Hipotesis merupakan gabungan dari kata “hipo” artinya “dibawah” dan “tesis” artinya “kebenaran”. Secara keseluruhan “hipotesis” berarti “dibawah kebenaran”, kebenaran yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti atau dengan kata lain hipotesis adalah dugaan sementara.9 Maka berdasarkan rumusan masalah dan uraian diatas, penulis mengajukan hipotesi sebagai berikut:

9

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), hlm. 45.

22

1.

Diduga citra merek (brand image) dan harga secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan.

2.

Diduga

variabel

harga

berpengaruh

paling

dominan

terhadap

pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. L. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Kenanga, Padangsidimpuan, sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah Konsumen Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. M. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang menggambarkan pengaruh langsung citra merek (brand image) yang meliputi kualitas produk, loyalitas merek dan asosiasi merek terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan. N. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian produk Bolu Salak Kenanga Padangsidimpuan yyang belum diketahui jumlahnya. Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan non probability sample. Non probability sample merupakan teknik pengambilan

23

sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.10 O. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan angket/ kuesioner yang informasinya diperlukan untuk kelengkapan data pada penelitian ini. Angket/ kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.11

10 11

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2012), hlm. 122. Ibid., hlm. 89.

Related Documents


More Documents from ""