BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. (IDAI 2008) Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008). Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan–12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. (Hiswani 2003). Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguh– sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak. (Hiswani 2003)
1
Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka memuasakan anak saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian. (Hiswani 2003) Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat. (Notoatmodjo S 2007). Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare. (IDAI 2008). Untuk Puskesmas Tanah Merah, penyakit diare masih menjadi masalah utama. Hal ini terlihat dari laporan setiap tahunnya yang menyebutkan bahwa diare masih termasuk 10 penyakit terbanyak yang ditemukan di Puskesmas Tanah Merah. Pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2016, diare masih termasuk 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tanah Merah dengan jumlah 6614. Besarnya prevalensi diare di Puskesmas Tanah Merah ini mendesak kita untuk segera menentukan program dalam rangka menurunkan angka kejadian diare sehingga dapat menekan beban terhadap kesejahteraan masyarakat.
1.2
Deskripsi Masalah Masalah utama yang ditemukan di Puskesmas Tanah Merah yaitu masih tingginya angka kejadian diare. Menurut teori Blomm, terdapat empat faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit dalam masyarakat, yaitu perilaku, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan.
2
Dalam kejadian diare, faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: faktor perilaku yaitu perilaku cuci tangan yang tidak bersih, kebiasaan membuang sampah sembarangan, persiapan makanan yang kurang higienis, dan penyimpanan makanan yang tidak higienis telah mempertahankan angka kejadian diare di sebagian besar wilayah; faktor lingkungan antara lain kebersihan air yang mengkhawatirkan karena pencemaran oleh limbah dan sampah, pencemaran ini meningkatkan kemungkinan infeksi dan diare pada masyarakat, faktor biologis yaitu infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit, serta kekurangan nutrisi berperan penting dalam seluruh kasus diare dan faktor layanan kesehatan yaitu kesalahan diagnosis karena kurangnya pengetahuan untuk membedakan berbagai penyebab diare.
1.1 Tujuan Tujuan umum : Untuk mengurangi angka kejadian atau mencegah penyakit diare di masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah.
Tujuan khusus : 1. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor perilaku 2. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor biologis 3. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor lingkungan 4. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor pelayanan kesehatan
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
2.2. Etiologi Ditinjau dari teori Blum, penyebab diare dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku.
2.2.1 Faktor Biologi Kuman penyebab diare, antara lain: 1.
Virus : Rotavirus, Virus Norwalk, Norwalk like virus, Astrovirus, Calcivirus, dan Adenovirus.
2.
Bakteri : Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC), Salmonella, Shigella, Vibrio cholera 01, Clostridium difficile, Aeromonas hydrophilia, Plesiomonas shigelloides, Yersinia enterocolitis, Campilobacter jejuni, Staphilococcus aureus, dan Clostridium botulinum.
3.
Parasit : Entamoeba histolytica, Dientamoeba
fragilis, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp, Isospora belli, Blastocystis hominis, dan Enterobius vermicularis. 4.
Cacing : Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis, Trichinella spiralis.
5.
Jamur : Candidiasis, Zygomycosis, dan Coccidioidomycosis
4
Kemudian ada pula infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Adapun faktor malnutrisi antara lain: malabsorbsi karbohidrat disakarida (pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, dan malabsorbsi protein. Faktor makanan yaitu makanan basi, makanan beracun, alergi makanan. Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. Secara umum, port d’entrée kuman dapat berupa fecal oral. Semua transmisi ini berhubungan dengan rute gastrointestinal. Hal ini dapat terjadi karena tertelan makanan, terminum makanan atau minuman yang telah terkontaminasi feses yang mengandung bakteri. Invasi pada usus halus dapat terjadi karena lemahnya pertahanan tubuh pada saluran gastrointestinal tersebut. Hampir semua kuman masuk melalui jalur ini. Diantaranya adalah: a. Bakteri: tertelan/terminum makanan yang terkontaminasi bakteri. i.
Tertelan makanan yang mengandung toksin. Toksin dapat berasal dari Staphylococcus aureus, Vibrio spp., dan Clostridium perfrigens. Tertelan ekostoksin (jenis neurotoksin) Clostridium botulinum.
ii. Tertelan
organisme
yang
mensekresikan
toksin.
Organisme
ini
berproliferasi pada lumen usus dan melepaskan enterotoksin. iii. Tertelan
organisme
yang
bersifat
enteroinvasif.
Organisme
ini
berproliferasi, menyerang dan menghancurkan sel epitel mukosa usus. Misalnya, Escherichia coli, Salmonella spp., Bacillus cereus, Clostridium spp,
Vibrio
cholerae,
Campylobacter,
Yersinia
enterocolitica,
Staphylococcus aureus. b. Virus: tertelan melalui makanan. Misalnya, Echovirus, Rotavirus, Norwalk virus. c. Protozoa: kista matang yang tertelan/terminum. Misalnya, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia lamblia, Cryptosporodium parvum. d. Jamur: flora normal pada esofagus, akan menginvasi usus pada pasien yang immunocompromised. Misalnya, Candida albicans. e. Cacing:
tertelan
telur
matang/larva
yang
mengkontaminasi
makanan/minuman. Misalnya, Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura. 5
2.2.2 Faktor Pelayanan Kesehatan Faktor pelayanan kesehatan yang memicu kepada terjadinya diare adalah: a. Diagnosis salah Seringkali terjadi di tingkat puskesmas adalah perawat atau paramedis yang memeriksa pasien tidak dapat menegakkan diagnosis dengan benar. Banyak perawat dan paramedis kurang peka dengan dasar MTBS yang telah diterapkan dan sering memandang enteng dengan penyakit diare yang sebenarnya mungkin bisa menyebabkan kematian. Kadang terdapat kejadian perawat atau paramedis gagal untuk mengenal pasti tingkat keparahan diare dan tanda-tanda bahaya pada pasien diare. Salah satu penyebab kematian diare paling sering adalah gagalnya terapi pengobatan oral. Namun, perawat atau paramedis sering gagal untuk mengetahui gejala ini sehingga pasien terlambat diberikan terapi dan berujung kepada kematian. b. Posyandu tidak berjalan Posyandu adalah antara tempat terbaik untuk memberantas penyakit karena pihak pemberi layanan kesehatan berada lebih dekat dengan masyarakat. Namun karena kurangnya minat perawat atau paramedis yang menyertainya menyebabkan posyandu hanyalah menjadi tempat untuk ibu-ibu mendapatkan imunisasi untuk bayinya. Seringkali posyandu hanya menjadi tempat berkumpul masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dengan biaya yang murah dimana seharusnyanya tempat tersebut digunakan perawat atau paramedis untuk memberikan penyuluhan mengenai penyakitpenyakit yang sering terjadi seperti diare. c. Kader tidak berwawasan Kader di suatu kawasan sebenarnya adalah elemen penting untuk memastikan tingkat kesehatan masyarakat dibawah pengawasannya. Namun seringkali kader-kader hanya memikirkan imbalan yang di dapat dari pekerjaannya. Terdapat kader yang tidak mempunyai inisiatif sendiri untuk melakukan program-program penyuluhan kesehatan atau malah tidak mempunyai inisiatif untuk mengetahui cara pencegahan sesuatu penyakit. Hasilnya, mereka hanya menunggu program-program yang dijalankan puskesmas.
2.2.3 Faktor Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar–dasar Kesehatan Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam–macam ekosistem. Lingkungan hidup manusia sangat erat 6
kaitannya antara host, agent dan lingkungan untuk timbulnya suatu masalah kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare. Menurut Azwar (1997) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit lainnya yakni: reservoir manusia, reservoir hewan, dan rerservoir serangga. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit ataupun pejamu. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada di ujung masingmasing tuas, sedangkan lingkungan sebagai penumpangnya. Menurut Sutomo 1995, sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatankegiatan yang ditujukan untuk : a. Sanitasi air b. Sanitasi Makanan c. Pembuangan Sampah d. Sanitasi Udara e. Pengendalian vektor dan binatang mengerat Sanitasi
adalah
usaha kesehatan
masyarakat
yang
menitikberatkan
pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
7
Sanitasi lebih mengutamakan upaya pencegahan. Bertolak dari pemikiran di atas dapat disimpulkan beberapa gatra lingkungan akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
2.2.4 Faktor Perilaku Faktor perilaku memberi peran yang besar dalam terjadinya kasus diare di sesuatu daerah. Antara perilaku yang dapat menyebabkan diare adalah: a. Tidak mencuci tangan sebelum makan Ditempat tempat dimana mencuci tangan merupakan praktek umum yang dilakukan sehari-hari, dan banyak terdapat sabun dan air bersih, orang tidak menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun. Para staf kesehatan sepenuhnya mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, namun hal ini tidak dilakukan karena ketiadaan waktu (tidak sempat), kertas untuk pengeringnya kasar, penggunaan sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi wastafel yang jauh dimana tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga merepotkan. Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak diperkenankan untuk mematikan air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini mereka harus lakukan, tangan harus dilidungi dengan kertas tisyu atau handuk kering bersih. Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci tangan secara benar dengan sabun dapat menurunkan separuh dari penderita diare. Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas pembanding yang mirip tapi tidak mendapatkan intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya. Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare, penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen menderita diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47 persen.
b. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar
8
dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. c. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini. Memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol susah dibersihkan. d. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak. e. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
2.3 Penatalaksanaan Ada beberapa prinsip penatalaksanaan penderita diare, yaitu:
Mencegah terjadinya dehidrasi dengan banyak minum, menggunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan misalnya kuah tajin, air sup, kuah sayur.
Mengobati dehidrasi ringan dan sedang dengan pemberian oralit. Apabila terdapat dehidrasi berat maka sebaiknya dirujuk ke Rumah Sakit.
Tetap memberi makanan sebagai sumber gizi. Cairan dan makanan yang diberikan sesuai anjuran seperti ASI, susu formula, anak usia 6 bulan atau lebih makanan mudah dicerna sedikit-sedikit tapi sering.
Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi. Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
9
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik. Dalam penatalaksanaan diare, juga sangat bergantung pada derajat dehidrasi diare yang diderita oleh penderita. Maka dari itu perlu untuk mengetahui derajat dehidrasi terlebih dahulu sebelum memberikan terapi. Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi Penilaian
A
B
C
1. Lihat Keadaan Umum
Baik, sadar
*Gelisah, rewel
*Lesu, tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa,
Haus, ingin
Malas minum atau
tidak haus
Minum banyak
tidak bisa minum
Kembali cepat
*Kembali lambat
*Kembali sangat
2. Periksa Turgor kulit
lambat 3. Derajat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi berat.
ringan/sedang.
Bila ada 1 tanda *
Bila ada tanda * ditambah satu atau 10
ditambah satu atau lebih tanda lain lebih tanda lain 4. Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Rencana Terapi A Untuk Mengobati Diare Dirumah (Penderita Diare Tanpa Dehidrasi) Gunakan cara ini untuk mengajari ibu:
Teruskan mengobati anak diare dirumah
Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
Menerangkan tiga cara terapi diare di rumah: 1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan , seperti larutan oralit,makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan yang cair ).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
2. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan susu,
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat - `Berikan bubur lbila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan, sayur, daging atau ikan , tmbahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi. - `Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium. - Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik - Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari. - Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu. 11
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut
Buang Air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau Minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Anak harus diberi oralit di rumah bila :
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan merupakan kebijaksaan pemerintah
Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang cukup untuk 2 hari.
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih lama ( misalnya sesendok tiap 2-3 menit) Bila diare berlanjut setelah oralit habis beritahu ibu untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertamas atau kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit. 12
Rencana Terapi B Untuk Terapi Dehidrasi Ringan-Sedang Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (kg) dengan 75 ml. Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI. Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit.
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
Tunjukan cara memberikannya sesendok the tiap 1 –2 menit untuk anak di bawah 2 tahun beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua
Periksa dari waktu bila ada masalah
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 –3 menit
Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air masak atau ASI beri oralit sesuai Rencana tetapi A bila pembengkakan telah hilang
Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian. Kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi.
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B , tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B: -
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
-
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana terapi A
-
Tunjukkan cara melarutkan oralit 13
-
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
-
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
-
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
-
Membawa anak ke petugas kesehatan.
14
RENCANA TERAPI C UNTUK DEHIDRASI BERAT
15
2.4 Pencegahan Diare 1. Terhadap faktor penjamu. Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip hygiene perorangan. Pencegahan diare pada anak balita antara lain: a. Imunisasi. Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral menyebabkan angka kesakitan bayi dan anak balita makin menurun. Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri adalah dengan imunisasi. Hal ini berlaku pula untuk penyakit diare dan penyakit gastrointestinal lainnya. Untuk dapat membuat vaksin secara baik, efisien. dan efektif diperlukan pengetahuan mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama, kekebalan saluran pencernakan makanan. b. Pemberian ASI ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu manapun juga. ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain. Susu formula atau cairan lain dapat saja disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Bayi - bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi -bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. 16
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Pada akhir-akhir ini dengan bertambahnya penggunaan "Pengganti ASI” (PASI) untuk makanan bayi, terutarna di negara-negara yang sedang berkembang, timbulah berbagai sindrom, misalnya yang dikenal dengan syndrome Jelliffe yang terdiri dari kekurangan kalori protein tipe marasmus, monilisasi pada mulut, dan diare karena infeksi. Hal ini disebabkan karena di negara-negara yang sedang berkembang, tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, kebersihan yang masih kurang, tidak adanya sarana air bersih, dan rendahnya keadaaan sosial ekonomi dari penduduknya. c. Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada bebarapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu dengan memperkenalkan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6 x sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. Kemudan pada usia lebig dari 6 tahun tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Secara perilaku dapat dengan cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih. Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. 17
d.
Perilaku hidup bersih dan sehat Untuk melakukan pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara lain adalah : -
Penimbangan balita. Apabila ada balita pertanyaanya adalah apakah sudah ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali setahun.
-
Gizi , anggota keluarga makan dengan gizi seimbang.
-
Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur, perpipaan) untuk keperluan sehari-hari.
-
Jamban keluarga, keluarga. buang air besar di jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan.
-
Air yang di minum dimasak terlebih dulu.
-
Mandi menggunakan sabun mandi.
-
Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun.
-
Pencucian peralatan menggunakan sabun.
-
Limbah, apakah SPAL sering di bersihkan.
2. Terhadap faktor bibit penyakit. a. Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita maupun carrier atau dengan meniadakan reservoir penyakit. b. Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat umum maupun di lingkungan rumah. c. Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan.
3. Terhadap faktor lingkungan Mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia.
2.5 Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia/
dengan
gejala
takikardia,perubahan EKG) 18
meteorismus,
hipotoni
otot,
lemah,
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
Kejang, pada dehidrasi hipertonik Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik
19
BAB III PEMECAHAN MASALAH
3.1 Data Umum 1. Keadaan geografis Puskesmas Tanah Merah terletak + 18 Km. Sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bangkalan terletak di tepi jalan raya Bangkalan – Sumenep dengan wilayah kerja yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Geger
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Galis
Sebelah Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kwanyar
berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Burneh dan Tragah
Bentuk wilayah Kecamatan Tanah Merah Meliputi :
Wilayah Daratan
: 35 %
Wilayah Berbukit
: 55 %
Wilayah Pegunungan
: 10 %
Luas wilayah Kecamatan Tanah Merah
: 68,5 Km dan terletak + 47 m diatas
permukaan laut. 2. Data demografi a.
Data Kependudukan Jumlah Penduduk
: 58.137 Jiwa
* Laki-laki
: 27.408 Jiwa
* Perempuan
: 30.729 Jiwa
* Bayi
: 908 Bayi
* Balita
: 3.885 Anak
* Apras
: 2.301 Anak
* Bumil
: 1.053 Orang
* Buteki
: 1.005 Orang
* Bulin
: 1.005 Orang
* PUS
: 10.118 Pasangan
* WUS
: 15.638 Orang 20
* Usila
b.
c.
: 9.885 Orang
Data Desa :
Jumlah Desa
: 23 Desa
JumlahDusun
: 113 Dusun
Jumlah Penduduk Perdesa Jumlah No
DESA
Pendu Duk
Laki Laki
Perem Puan
1
Pacentan
3.049
1438
1611
2
Baipajung
4.566
2153
2413
3
Tanahmerah Laok
4.745
2237
2508
4
Kranggan Barat
2.106
993
1113
5
Pangeleyan
711
335
376
6
Padurungan
1.435
676
759
7
Petrah
2.735
1289
1446
8
Tanahmerah Dajah
3.164
1491
1673
9
Dumajah
3.714
1751
1963
10
Patemon
741
350
391
11
Tlomar
2.219
1046
1173
12
Kendaban
1.141
539
602
13
Jangkar
4.608
2172
2436
14
Pettong
2.641
1245
1396
15
Landak
1.450
684
766
16
Rongdurin
2.058
970
1088
17
Batangan
3.380
1593
1787
21
18
Dlambah Dajah
3.969
1872
2097
19
Dlambah Laok
1.557
734
823
20
Mrecah
2.294
1081
1213
21
Buddan
2.964
1397
1567
22
Poter
2.156
1016
1140
23
Basanah
734
346
388
27408
30729
Jumlah
58.137
3. Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Tanah Merah mempunyai :
Puskesmas
:1
Puskesmas Pembantu
:5
Polindes
: 19
Ponkesdes
:5
Posyandu
: 75 ( Aktif 69)
4. Sarana tenaga kesehatan I.
Dokter Umum
: 2 orang
II.
Dokter Gigi
: 1 orang
III.
Perawat
: 34 orang
IV. Perawat Gigi
: 1 orang
V.
: 39 orang
Bidan
VI. Sanitasi
: 1 orang
VII. Tenaga Imunisasi
: 1 orang
VIII. Tenaga Laboratorium
: 1 orang
IX. Apoteker
: 2 orang
X.
Administrasi
: 32 orang
Total
: 114 Orang
22
5. Sarana transportasi Dalam menjalankan tugas operasionalnya Puskesmas Tanah Merah mempunyai : 1. Kendaraan Pusling
: 3 Unit
2. Kendaraan Roda Dua
: 9 Unit
6.
Peran Serta Masyarakat 1 Jumlah Dukun Bayi (Bermitra)
:
10
Orang
2 Jumlah Kader Posyandu
:
360
Orang
3 Jumlah Kader Poskesdes
:
0
Orang
4 Jumlah Kader Tiwisada
:
0
Orang
5 Jumlah Guru UKS
:
0
Orang
6 JumlahSantriHusada
:
0
Orang
7 Jumlah Kader Lansia
:
115
Orang
8 JumlahKelompokUsiaLanjut
:
23
Kelompok
9 JumlahKelompokBatra
:
0
Kelompok
10 JumlahPosyandu
:
75
Pos
11 JumlahPolindes
:
24
Pos
12 JumlahPoskesdes
:
8
Pos
13 JumlahPoskestren
:
0
Pos
14 JumlahPos UKK
:
0
Pos
15 JumlahSaka Bhakti Husada
:
0
SBH
:
1
Kelompok
17 JumlahPantiAsuhan
:
0
Buah
18 JumlahPantiWreda
:
0
Buah
19 JumlahPosyanduLansia
:
23
Buah
16
JumlahOrganisasiMasyarakat / LSM pedulikesehatan
23
20 Jumlah UKBM Lainnya
:
0
Pos
21 Jumlah Kader Kes. Jiwa
:
0
Orang
7. Penyakit terbanyak puskesmas tanah merah
No
Nama Penyakit
Jumlah
1
Ispa
10191
2
Osteoartritis
9668
3
Gastritis
7634
4
Hipertensi
7286
5
Diare
6614
6
Dermatitis
5246
7
Dm
4297
8
Asma
3908
9
Demam Typoid
2576
10
Tb Paru
1803
3.2 Diagnosis Masalah 3.2.1 Analisa masalah Analisis situasi masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah: - masyarakat di wilayah kerja puskesmas Tanah Merah bertempat tinggal
di area
persawahan dan perbukitan yang mayoritas tinggi kandungan kapur dan gersang - sumber pendapatan penduduk kecamatan ini berkaitan dengan perkebunan, perdagangan, dan industri - beberapa desa di kecamatan ini dilalui oleh sungai atau kali yang kurang terpelihara - penduduk menggunakan air sungai dan air sumur sebagai sumber air rumah tangga mereka. 24
- adanya transportasi tradisional berupa benhur atau kereta kuda yang tidak menggunakan alat untuk menampung kotoran kuda. - minimnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan diri atau PHBS
3.2.2 Diagnosis Epidemiologi 1. Host
: manusia dengan hygiene yang buruk
2. Agent
: bakteri, virus, parasit
3. Environment
: sebagian besar daerah persawahan, sehingga banyak hewan
ternak berkeliaran sehingga banyak kotoran ternak berserakan, lingkungan kotor, sumber air yang tidak bersih 3.2.3 Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Faktor perilaku
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan benar
Kebiasaan membuang sampah sembarangan
Kebiasaan tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dan BAK dengan benar
Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 6 bulan pertama
Menggunakan botol susu yang tidak dicuci dengan bersih
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
Menggunakan air minum yang tercemar
Faktor lingkungan
Dikelilingi oleh anak sungai yang tidak terpelihara kebersihannya
Kondisi perumahan penduduk kebanyakan berupa bedeng dengan sanitasi kurang baik
Pengelolaan limbah RT belum dilakukan dengan baik
Letak jamban atau tangki septik yang berdekatan dengan sumber air untuk kebutuhan sehari-hari
Banyak hewan ternak berkeliaran sehingga banyak kotoran ternak di jalan hingga ke lingkungan rumah.
25
3.2.4 Diagnosis pendidikan dan organisasi
Predisposing factor:
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare dan cara penatalaksanaannya.
Kurangnya penyetahuan masyarakat mengenai pentingnya kebersihan lingkungan.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan yang turut dicontoh oleh anak-anak.
Enabling factor:
Kurangnya fasilitas tempat sampah.
Tidak berjalannya sistem pengolahan sampah secara benar.
Tidak tersedianya tempat cuci tangan di sekolah-sekolah, terutama sekolah dasar.
Reinforcing factor:
Belum dijalankan sanksi yang keras terhadap masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
Himbauan yang kurang dari tokoh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Belum berjalannya penyuluhan mengenai diare dan cara penatalaksanaannya.
3.2.5 Diagnosis Administratif dan Kebijakan Adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).
3.2.6 Rumusan Masalah 1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit diare dan cara pencegahannya. 2. Kurangnya kesadaran masyarakat terutama anak-anak tentang kebersihan perseorangan. 3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan hubungannya dengan terjadinya diare di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah
26
3.2.7 Prioritas Masalah Masalah yang menjadi prioritas utama berkenaan dengan tingginya angka kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan perseorangan serta kurangnya pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang penyakit diare dan cara pencegahannya.
3.3 Metode A. Tujuan 1. Tujuan Umum
:
Untuk mengurangi angka kejadian diare di masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah. 2. Tujuan khusus Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor perilaku Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor biologis Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor lingkungan Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang dapat mengintervensi faktor pelayanan kesehatan B. Sasaran
: Warga sekitar puskesmas Tanah Merah. Diare sebagian besar
menyerang anak balita, maka prioritas utama penyuluhan adalah ibu-ibu yang memiliki balita, disamping itu juga orang tertentu yang berpengaruh terhadap orang tua balita, disamping itu juga orang tertentu yang berpengaruh terhadap orang tua balita, misalnya pemuka masyarakat dan kader desa. C. Jumlah Target : 30 Orang D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Kamis, 5 Januari 2017
Waktu
: 09.00-11.00
Tempat
: Puskesmas Tanah Merah
Acara
: Diare
Jumlah sasaran
: 30 orang
Jumlah yang hadir
: 18 orang 27
E. Metode Penyuluhan : Penyuluhan diselenggarakan dalam bentuk pemaparan materi, dan diskusi interaktif dengan para narasumber
F. Materi
:
1) Pengertian Diare Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007). 2) Mengetahui bahaya diare Dapat mengakibatkan gizi buruk Dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan anak. Diare yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian akibat tubuh mengalami kekurangan cairan. 3) Mengetahui gejala diare Gejala penyakit diare antara lain;
Keluarnya tinja lunak atau cair dengan frekuensi > 3x/ sehari
Terdapat darah atau lendir atau ibu merasakan perubahan konsistensi dan frekuensi BAB pada anak
Terdapat gejala penyerta lain seperti; demam, dan muntah tanpa penyebab penyakit lain.
Mengetahui tanda-tanda bahaya umum seperti ; lesu dan lemas, anak muntah hebat, atau memuntahkan seluruh makanannya, mata anak cekung, ubun-ubun cekung, anak merasa sangat haus atau tidak mau minum, menangis tanpa air mata, bibir kering, gelisah atau rewel dan menurunnya kesadaran.
4) Penyebab penyakit diare;
Tidak menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan ; tidak mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah dan BAB tidak pada tempatnya
Menggunakan air minum yang tercemar 28
Jamban keluarga yang tidak memenuhi kesehatan
5) Mengetahui penanganan awal diare untuk di rumah
Memberikan edukasi tentang penyediaan, pembuatan dan pemberian oralit dengan benar, selain oralit dapat juga digunakan cairan rumah tangga lain seperti air minum, susu, atau cairan lain yang masih mau diminum oleh anak.
Hindari sayuran dan buah-buahan dan larutan kadar gula tinggi
Langsung membawa penderita kesehatan apabila ditemukan tanda-tanda bahaya umum pada anak.
6) Mengetahui cara mencegah terjadinya diare melalui
menjaga kebersihan
pribadi dan lingkungan
Pengajaran cara cuci tangan yang benar.
Kebersihan lingkungan, yaitu dampak sampah dan limbah terhadap kesehatan serta lingkungan, secara khusus terhadap air.
Pengolahan makanan secara bersih.
Menggunakan peralatan makan yang sudah dicuci bersih.
Penyimpanan makanan jadi dengan benar
G. Sumber Daya : -
Dokter Internsip
: dr. Farah
-
Petugas
: 2 orang petugas poli anak
H. Biaya operasional No
Keterangan
Jumlah
1.
Fotocopy pretest dan post-test 60 lembar Souvenr peserta (2 lusin ballpoint)
Rp. 10.000,-
2.
TOTAL
Rp. 42.000,Rp. 52.000,-
29
I. Evaluasi
: Membandingkan nilai pre-test dan post-test setelah penyuluhan.
Tabel I. Jumlah orang yang menjawab benar No
PENGETAHUAN
N
%
1
Mengetahui mengenai penyebab diare
8
44,4
2
Mengetahui cara penularan diare
9
50
3
10
55,56
4
Mengetahui cara mencegah penularan diare Mengetahui gejala diare
7
38,89
5
Mengetahui penanganan diare
8
44,4
6
Mengetahui mengenai kondisi lingkungan untuk mencegah terjadinya diare Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan diare Mengetahui polusi yang berhubungan dengan diare Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang diare Mengetahui apa yang harus dilakukan terhindar dari diare
8
44,4
11
61,11
10
55,56
9
50
11
61,11
7 8 9 10
Tabel II. Hasil Pretest No
Nilai Pre Test
No
Nilai pre test
1
50
10
70
2
60
11
80
3
60
12
90
4
70
13
80
5
30
14
70
6
80
15
70
7
50
16
60
8
30
17
60
9
70
18
70
Jumlah
1220
Rata-rata
67.78
30
Tabel III. .Kriteria Penilaian No. 1. 2. 3.
Nilai ≤ 50 51-69 ≥ 70
Kategori Kurang Sedang Baik Output
Tabel Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test Nilai Nilai pre test
Post Test
1
50
90
2
60
90
3
60
100
4
70
100
5
30
100
6
80
100
7
50
90
8
30
80
9
40
100
10
60
100
11
70
100
12
40
90
13
70
100
14
70
100
15
80
100
16
90
90
17
60
80
18
70
90
Jumlah Rata-rata
1220 67.78
1700 94,4
31
BAB IV DISKUSI
4.1
Input a. SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip. Farah Diana sebagai penyuluh dan narasumber sesuai dengan perencanaan. b. Penyuluhan dibantu dan diawasi oleh 1 dokter internsip, dan 2 petugas poli anak. c. Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter internsip dan perencanaan, yaitu dari Rp. 52.000,d. Penyuluhan dilakukan di rumah posyandu desa Tanah Merah tentang pengertian, penyebab, perjalanan, faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja yang terserang, tanda dan gejala,pencegahan, perawatan dan tanda bahaya diare sesuai dengan perencanaan. e. Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuesioner pretest-postest yaitu diare sesuai dengan perencanaan
4.2
Proses a. Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari kamis, 5 januari 2017 sesuai dengan perencanaan. b. Penyuluhan dilaksanankan di puskesmas Tanah Merah sesuai dengan perencanaan. c. Kegiatan penyuluhan yang dijalankan
dimulai sesuai jadwal yang direncanakan.
Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit. d. Pelaksanaan kegiatan berupa pre-test, penyuluhan mengenai diare dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk mengetahui keberhasilan intervensi sesuai dengan perencanaan. e. Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai dengan yang direncanakan, dari 30 orang berkurang menjadi 18 orang. f. Tidak ada masalah berarti selama penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi penyuluhan juga cukup kondusif, peserta mengikuti penyuluhan tanpa kegaduhan. g. Pemecahan masalah : waktu mulai kegiatan mundur sehingga dokter internsip mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan peserta tetap antusias mendengarkan. 32
4.3
Output Tabel Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jawaban Tiap Soal
No.
Pengetahuan
Pre Test
Post Test
Kenaikan
N
%
N
%
N
%
1
Mengetahui mengenai penyebab diare
8
44,4
18
100
14
55,5
2
Mengetahui cara penularan diare
9
50
14
87,5
13
27,78
3
Mengetahui cara mencegah penularan diare
10
55,56
14
87,5
13
22,2
4
Mengetahui gejala diare
7
38,89
18
100
15
61,11
5
Mengetahui penanganan diare
8
44,4
15
93,75
15
38,89
6
Mengetahui mengenai kondisi rumah untuk mencegah terjadinya diare
8
44,4
18
100
14
55,5
7
Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan diare
11
61,11
14
87,5
10
16,67
8
Mengetahui polusi yang berhubungan dengan diare
10
55,56
18
100
11
44,4
9
Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang diare
9
50
15
93,75
9
33,3
10
Mengetahui apa yang harus dilakukan jika tidak ingin terserang diare
11
61,11
18
100
9
38,89
Rata-rata
67,78
94,4
21,90
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai diare hasil pretest rata-rata dari responden adalah 67,78%. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post-test rata-rata dari responden adalah 94,4%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 21,90 %.
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan a. Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan warga Tanah Merah mengenai diare masuk dalam kategori Sedang (67,78%). Sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi kategori Baik (94,4%), berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 21,90 %. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden. b. Diare merupakan masalah global. Indonesia sendiri masih mengalami tingkat kejadian diare yang besar, 300 per 1000 orang per tahun di tahun 2000. c. Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, sesuai teori Blum, faktor-faktor ini adalah faktor perilaku, lingkungan, biologis, dan layanan kesehatan. Intervensi terhadap faktor-faktor ini diharapkan dapat menekan angka kejadian diare. d. Intervensi yang direncanakan adalah dengan mengadakan program penyuluhan tentang penyakit diare kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah
5.2
Saran
Warga Tanah Merah: a. Menghilangkan perilaku masyarakat yang negatif yang tanpa disadari membantu penyebaran kuman diare, misalnya mencuci tangan sebelum makan, menggunakan air yang sudah dimasak dan menjaga kebersihan lingkungan. b. Menimbulkan perilaku masyarakat yang mendukung penggunaan oralit untuk mencegah dan menanggulangi dehidrasi akibat diare c. Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada warga lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko terkena diare d. Agar mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah terjadinya diare dengan tepat sesuai dengan penyuluhan yang sudah disampaikan. e. Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar dalam kehidupan pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi keluarga maupun lingkungan sekitar f. Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
Kepada Petugas Kesehatan : 34
a. Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan dengan diare.
b. Agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala mengenai diare
35
DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. Diagnosis Diare dan Klasifikasi Dehidrasi. Available at http://www.medicastore.com/med/index 2. Anonim. Diare Penyebab Utama Kematian Balita : 2009 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1410 3. Anonim. Oralit untuk Diare : 2007 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di http://www.infeksi.com/newsdetail.php?lng=in&doc=3829 4. Anonim. Review Research on The Literature of Diarrhea Disease in China(19902004). 2004 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di http://www.wpro.who.int/internet/resources.ashx/EHE/sanitation/APW_REP+Review ResearchonTheLiteratureofDiarrheaDiseaseinChina+_1990-2004.pdf 5. Anonim. Pencegahan Diare. 2006 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di: http://www.pdfcoke.com/doc/25421779/pencegahan-diare 6. Anonim. Using Indicators to Measure Progress on Children’s Enviromental Health. 2003 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di http://www.who.int/ceh/indicators/en/childrens_indicator_reportlow.pdf 7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Apa yang Perlu Diketahui dari Diare Pada Anak?. No .38. Tahun XXV. 2005 8. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276 9. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293. 10. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2006
36
LAMPIRAN 1
KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT DIARE Nama : Usia : Alamat :
Tanggal: No Kuesioner:
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENAR
1. Apakah yang menyebabkan terjadinya diare ? a. Makan atau jajan sembarangan b. makan makanan yang bersih c. Semua benar 2. Bagaimankah cara penularan penyakit diare ? a. Melalui makanan b. Melalu air c. Semu benar 3. Bagaimakah cara mencegah penyakit diare ? a. Tidak mengkonsumsi makanan berlemak b. Memakai masker c. Bukan salah satu di atas 4. Apakah gejala dari diare ? a. Batuk dan pilek b. Mencret c. Semua benar 5. Bagaimanakah penanganan diare? a. Minum air dingin b. Istirahat yang cukup dan minum obat c. Makan-makanan yang pedas 6. Bagaimanakah cara agar terhindar dari penyakit diare ? a. Cuci tangan sebelum makan dan makan-makanan yang bersih dan sehat b. Minum obat diare setiap hari 37
c. Gosok gigi sebelum makan 7. Bagaimanakah hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap penyakit diare ? a. Tidak berhubungan b. Konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit c. Konsumsi buah dan sayur dapat mencegah penularan diare 8. Jenis polusi apakah yang mempengaruhi infeksi penyakit diare ? a. Polusi udara b. Polusi suara c. Polusi air 9. Siapa sajakah yang dapat terserang penyakit diare? a. Anak-anak b. Dewasa c. Semua benar 10. Bagaimana cara kita mencegah penularan penyakit diare terhadap orang lain? a. Menutup mulut ketika batuk dan bersin b. BAB di jamban dan menjaga kebersihan diri. c. Semua benar
38
LAMPIRAN 2 FOTO KEGIATAN
39