Metodik Khusus.docx

  • Uploaded by: Panca Wati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metodik Khusus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,173
  • Pages: 10
METODIK KHUSUS KELOMPOK 1 1. Konsep Dan Manajemen Bimbingan Klinik Menurut Schweek and Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the total curriculum plan”. adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik itu dilakukan. Pembelajaran Klinik atau Pengajaran Klinik adalah suatu poses belajar mengajar untuk mencapai kompetensi klinik sesuai dengan kurikulum. Metode pembelajaran klinik adalah suatu metode yang sesuai dengan kerangka konsep pembelajaran, digunakan untuk mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik untuk dapat diterapkan kepada peserta didik sesuai dengan kualifikasi dan karakteristiknya (Nursalam & Ferry, 2008). menjabarkan proses pembelajaran melalui tahapan berikut ini: 1) Persiapan rancangan pembelajaran dalam rangka membantu peserta didik melaksanakan tugas belajar. Tahap ini menekankan pada perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, termasuk sumber yang sesuai dengan jumlah peserta didik dan pengajar, mencoba peralatan yang akan digunakan untuk demonstrasi/redemonstrasi, merancang layout, merencanakan ruang praktikum, pemasangan berbagai diagram/poster/grafik, membuat makalah, serta pengaturan tempat duduk. Pada tahap persiapan diperlukan kemampuan mengorganisir fasilitas sesuai tujuan dan tahapan peserta didik. 2) Penerapan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan tugas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 3) Evaluasi harus dilakukan terhadap hasil pencapaian tujuan pembelajaran praktikum yang telah dilakukan dan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayaan/pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di Rumah Sakit (Pusdiknakes, 2004). Menurut Baillie (2004), pembimbing klinik (Clinical Teacher) adalah pembimbing/dosen bidan. Selama proses pembelajaran klinik kebidanan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa dan pasien. Pusdiknakes (2004) menetapkan tugas yang dapat dikerjakan Pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu: a) merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik, b) menentukan indikator pencapaian target komptensi praktek, c) mengidentifikasi tempat praktek klinik,

d) mengidentifikasi dan menetukan peralatan/sumber yang diperlukan selama pembelajaran praktek klinik, e) memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang digunakan, f) memecahkan masalah belajar praktek, g) membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa, h) memberikan contoh pelayanan kebidanan terhadap pasien secara nyata kepada mahasiswa i) melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek klinik, j) membuat laporan pembelajaran praktek klinik. Menurut Ewan (2000), peran yang diharapkan dari pembimbing klinik agar pembelajaran klink efektif dan efisien adalah peran manajerial, konselor, evaluator, memberikan penilaian, observer dan memberikan umpan balik terhadap pencapaian tugas mahasiswa.  1)

2) 3) 4)

Kriteria yang harus dipenuhi seorang pembimbing antara lain: memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik, kompeten dalam kemampuan klinik, terampil dalam pengajaran klinik, dan mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik. Salah satu cara meningkatkan kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan pelatihan clinical educator.

beberapa kriteria rumah sakit yang dpaat dijadikan lahan praktik klinik 1) Terdapat pelayanan/asuhan kebidanan profesional dengan berbagai kekhususan yang diperlukan dan dilaksanakan oleh bidan professional. 2) Manajemen rumah sakit memungkinkan berbagai kegiatan pengembangan pengalaman belajar klinik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan. 3) Teknologi kebidanan merupakan teknologi maju untuk melaksanakan asuhan kebidanan yang diperlukan. 4) Kegiatan penelitian kebidanan dapat dilaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan institusi dan tuntutan kebutuhan perkembangan kebidanan. 5) Kegiatan dalam proses penerapan/adaptasi teknologi kebidanan dapat dilaksanakan. 6) Iklim dan lingkungan, terutama hubungan interpersonal dan kepemimpinan, memungkinkan terlaksananya proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk pelayanan asuhan kebidanan. 7) Lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman sehingga tiga fungsi utama pendidikan tinggi dapat dilaksanakan.

8) Tersedia cukup peralatan dan staf profesional sehingga pelaksanaan pelayanan kebidanan serta kegiatan pendidikan dan penelitian kebidanan dapat dilaksanakan. 9) Tersedianya materi yang cukup untuk materi pendidikan, penelitian, dan pelayanan kebidanan dalam rangka penerapan teknologi kebidanan maju dan tepat guna. 10) Terdapat komunitas profesional kebidanan dengan jumlah dan kualitas yang memadai untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pelayanan kebidanan. 11) Terdapat model peran untuk pertumbuhan dan pembinaan sikap, tingkah laku, serta ketrampilan profesional kebidanan pada peserta didik. Metode pembelajaran yang perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain: 1) metode pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis, 2) metode pemecahan masalah, 3) konferensi, 4) observasi, 5) media, 6) metode pengarahan individu, 7) metode bimbingan individu. Individu dapat diterapkan dengan empat mode yang ada: observasi, response, tertulis, dan OSCE. Khusus untuk model terakhir tersebut (OSCE), perlu lebih banyak diterapkan dalam menunjang evaluasi klinik bagi mahasiswa.  Metode Bimbingan Klinik 1) Metode Experimental Menurut Hidayat (2008) metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian. Metode ini didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik 2) Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan diselesaikan. 3) Metode Konferensi Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan menerima feedback langsung dari rekannya dan dosennya. 4) Metode Observasi Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan penugasan kepada mahasiswa melalui kegiatan observasi yang bertujuan untuk menambah pengalaman mahasiswa terhadap sesuatu fenomena yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru yang akan di jadikan pembelajaran di masa mendatang

5) Metode Bedside Teaching Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan di samping tempat tidur klien, yang terdiri dari mengkaji kondisi klien hingga pemenuhan kebutuhan asuhan kebidanan. Konsep dasar peran pembimbing klinik meliputi : a. Role Model Profesional Seorang pengajar klinik yang mempunyai pengetahuan yang kokoh, mempunyai kemampuan kllinik, trampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik. b. Asessor/penilai Pembimbing yang memiliki kualifikasi, pengetahuan, kompetensi, dan pengalaman melakukan kegiatan penilaian, sesuai dengan keahlian dan profesionalisme yang dimiliki dengan mengacu kepada standar penilaian yang berlaku. c. Coach/Pelatih Pengajar klinik melakukan pengajaran kepada mahasiswa untuk mencapai kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan pengajaran di klinik d. Kolega/teman Pembimbing melibatkan, menarik, memberikan feedback yang jujur tapi tidak menjadi over protektif, menerima setiap mahasiswa dan memberikan dorongan untuk mengetahui bahwa keputusan hasil yang akan datang bukan dari suatu penampilan yang jelek tetapi dari seluruh tingkat kemampuan, sikap dan pelaksanaan bagi suatu keutuhan. e. Fasilitator Pengajar klinik sebagai fasilitator dalam pembelajaran klinik adalah kemampuan seseorang yang dibutuhkan untuk memfasilitasi pengembangan pada bab yang telah lalu dan tergantung pada kesuksesan implemantasi lab kampus dan sesi pra klinik f. Reflektif Pembimbing yang mampu menyeleksi pengetahuan yang telah diperolehnya dengan memberikan kontribusi dalam perkembangan pribadi dan sosial seseorang melalui pengalaman dan pemecahan masalah dengan menggunakan suatu proses berpikir aktif, hati-hati. g. Feedback Secara profesional pembimbing bertanggung jawab atas keberhasilan para siswanya menuju tujuan yang diharapkan. Seorang pembimbing klinik yang membantu mahasiswa dalam pengajaran dengan membantu mahasiswa mengidentifikasi perhatian mahasiswa, menyediakan cara untuk mengurangi stress, mendorong mahasiswa mengidentifikasi kebutuhan belajar serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara mandiri.

 Pengetahuan dan Skill/Keterampilan Notoatmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu:  Tahu (know) Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  Memahami (comprehension) Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar juga.  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.  Analisis (analysis) Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain.  Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada. Ada dua jenis belajar yaitu: 1) secara generatif, ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan bersifat kreatif, 2) cara adaptif, untuk bereaksi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. 2. Aspek-Aspek Dalam Pembelajaran Klinik a) Kriteria Menilai Proses Belajar Mengajar Pembelajaran dari siswa, pembelajaran dari masyarakat di mana mereka hidup, dari pertimbangan para ahli pendidikan. Tujuan pendidikan yang telah ditetapkan untuk dicapai sebaiknya ditunjukkan sejak dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi pengajaran. b) Aspek Penilaian Hasil Belajar (KPA) Penilaian yang baik harus didasarkan pada landasan teori yang kemudian diperkuat dengan langkah-langkah teknis melakukan penilaian tersebut.

c) Aspek pendekatan dalam pembelajaran Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai oleh pembimbing tentang hakikat pembelajaran klinik. Aspek strategi dan taktik pembelajaran Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Startefi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran yang dinilai pembimbing yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran. d) Aspek metode dan teknik pembelajaran Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara pembimbing dan mahasiswa atau mahasiswa dengan lingkungan belajarnya. Interaksi antara pembimbing dengan mahasiswa maupun lingkungan belajar disebut dengan metode. Metode memiliki aspek teknis dengan penggunanya. Aspek teknis yang dimaksud bervariasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran. e) Prosedur pembelajaran Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap selanjutnya sehingga terbentuk alur konsisten. 3. Keunggulan Pembelajaran Klinik 1) Pembelajaran klinis berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik profesional. 2) Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian kompetensi yang dilakukann melalui partisipasi aktif pembelajaran klinik, sedangkan pemikiran, tindakan, dan sikap professional diperankan oleh pembimbing klinik. 3) Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar pemeriksaan fisik, argumentasi klinik, pengambilan keputusan , empati, serta profesionalisme yang diajarkan dan dipelajari sebagai satu kesatuan. 4. Strategi Belajar Mengajar Dilingkungan Klinik a. Strategi pembelajaran langsung (direct instruction) Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh pendidik. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. b. Strategi pembelajaran tak langsung (indirect instruction) Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut induktif. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan pendidik bergeser dari seseorang penceramah menjadi fasilitator.

c. Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction) Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. d. Strategi pembelajaran empirik Strategi pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum. e. Strategi pembelajaran mandiri (independent study) Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. KELOMPOK 2 A. Isue-Isue Terkait Pembelajaran Praktek Klinik 1. Masalah rasio antara mahasiswa praktik dan pembimbing klinik. Proses kegiatan pembelajaran dilahan klinik sangat dipengaruhi peran dari seorang pembimbing klinik yang biasa disebut perseptor atau Clinical Instructure (CI) ( Watt,1990) sebagai seorang perseptor , Bidan bertangung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa selama pembelajaran di lahan praktik, seorang perseptor juga harus membagi antara tindakan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya sehingga dalam melakukan tugasnya seorang perseptorsip harus benar-benar fokus terhadap peran dan fungsinya sebagai bidan yang memberikan asuhan kebidanan kepada pasien ,dan dituntut untuk melakukan bimbingan berdiskusi tentang kasus bersama mahasiswa , oleh karena itu bimbingan menjadi tidak berkualitas karena keterbatasan waktu dan tenaga. 2. Masalah kompetensi CI dalam melakukan bimbingan praktik klinik. Seorang pembimbing klinik seharusnya memiliki kemampuan mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber, menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam menghubungkan teori yang melandasi praktik kebidanan, selain itu pembimbing klinik juga dituntut untuk dapat menyampaikan atau menstransfer pengetahuan, memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian dan sikap serta nilai-nilai yang dikembangkan oleh mahasiswa.

3. Mahasiswa sering kali tidak bisa mencapai target kompetensi sesuai yang ditargetkan dari standar pendidikan kebidanan. Mahasiswa kurang mendapat bimbingan maksimal misalnya entang pemeriksaan fisik , anamnesia , dan sebagainya 4. Masalah tentang evaluasi laporan asuhan kebidanan. Beberapa pembimbing cenderung mengevaluasi secara formalitas, tidak mengecek secara langsung tentang kebenaran tindakan keperawatan yang dilakukan mahasiswa terhadap pasien, selain itu dalam melakukan responsi pembimbing cenderung tidak menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak melainkan hanya mengevaluasi tentang pengetahuan mahasiswa saja. 5. Adanya perbedaan antara metode yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan pembimbing klinik. Adanya perbedaan antara metode yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan pembimbing klinik, sehingga mahasiswa sering kali dibuat bingungm menurut Helen Pam dan Mike (2011) ketika mahasiswa praktek di klinik sering kali harus belajar keras dan mandiri karena menemui beberapa perbedaan antara teori yabng didapat pada pelaksanaan praktek dilapangan. B. Tantangan Pada Pembelajar Klinik 1. Di batasi oleh waktu. 2. Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan mahasiswa). 3. Meningkatnya jumlah mahasiswa. · 4. Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inapnya pendek, ada klien yang menolak inform consent). 5. Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran (sarana dan prasarana). 6. Reward yang di terima oleh pembimbing klinik kurang memenuhi standar. Masalah Pembelajaran Klinik Masalah utama dalam pembelajarn klinik adalah sebagai berikut

1. Belum jelasnya tujuan yang ingin di capai. 2. Lebih cenderung untuk fokus pada

aspek pengetahuan berdasar fakta daripada pengembangan sikap serta keterampilan memecahkan masalah.

3. Peserta didik lebih banyak melakukan observasi pasif di bandingkan partisipasi aktif.

4. Supervisi yang belum adekuat dan kurangnya masukan dari pembimbing klinik.

5. Kesempatan untuk berdiskusi masih kurang. 6. Kurangnya penghargaan terhadap privasi dan harga diri klien.

C. Komunikasi Dalam Praktek Klinik 1. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. Komunikasi efektif adalah komunikasi di mana : a. Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya. b. Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diamati oleh pengirim. c. Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharunya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim. 2. Proses Komunikasi Efektif A. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.. b. Pesan harus menggunakan lambang- lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan dengan beberapa metode dan tidak hanya secara lisan. c. pesan sesuai harapan atau sesuai kebutuhan penerima pesan. d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan, dimana komunikan digerakkan untuk memberikan tanggapan sesuai yang dikehendaki. 3. Unsur- Unsur Dalam Membangun Komunikasi Efektif a. Berhadapan Arti dari posisi ini adalah “ saya siap untuk anda” . b. Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti mengahrgai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. c. Membungkuk ke arah klien Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu. d. Mempertahankan sikap terbuka Dalam arti tidak melipat kaki atau tangan. Menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. e. Tetap relaks Sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respons pada klien. f. Isyarat vokal Yaitu isyarat paralinguistik, termasuk semua kualitas bicara nonverbal. Misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama, dan kecepatan bicara. g. Isyarat tindakan Yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.

h. Isyarat objek Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya. i. Ruang Memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang, hal ini didasarkan pada norma- norma sosial budaya yang dimiliki. j. Sentuhan Yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang paling personal. Respons seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan. Keefektifan komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut: 1) Keterbukaan yaitu kesediaan membuka diri, merasakan pikiran dan perasaan orang lain, mereaksi pada orang lain. 2) Empati, yaitu mengahayati perasaan orang lain. 3) Mendukung yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat mendukung. 4) Positif yaitu menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain dan situasi. 5) Keseimbangan yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama, pertukaran informasi secara seimbang. 6) Percaya diri yaitu merasa yakin pada diri sendiri, bebas dari rasa malu. 7) Kesegaran yaitu segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat. 8) Manajemen interaksi yaitu mengendalikan interaksi untuk memberikan keputusan kepada kedua belah pihak. 9) Pengungkapan yaitu keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan menyimak baik secara verbal maupun nonverbal. 10) Orientasi kepada orang lain yaitu penuh perhatian, minat dan kepedulian kepada orang lain. Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. asertivitas adalah individu yang dapat mengungkapkan dan mengekspresikan melalui verbal serta nonverbal akan kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya berupa pendapat, perasaan, keinginan, pikiran, harapan dan tujuan baik positif maupun negatif secara tegas Ciri-ciri Perilaku Asertif : Menurut Fensterheim & Baer (1980), orang yang berperilaku Asertif memiliki 4 ciri yaitu: a. Merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan melalui kata dan tindakan. Misalnya: “inilah diri saya, inilah yang saya rasakan dan saya inginkan”.

b. Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang tidak dikenal, sahabat, dan keluarga. Dalam berkomunikasi relatif terbuka, jujur dan sebagaimana mestinya. c. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu itu terjadi serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu menang, maka ia menerima keterbatasannya, selalu menunggu terjadinya sesuatu. d. Bertindak dengan cara yang dihormati sendiri. Maksudnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu menang, ia menerima keterbatasan namun ia berusaha untuk menutupi dengan mencoba mengembangkan dan selalu belajar dari lingkungan Teknik-Teknik Bertindak Asertif  Memberikan Umpan Balik  Meminta Umpan Balik Dari Orang Lain  Menentukan Batasan dalam mengambil keputusan saat berbeda pendapat  Membuat Permintaan  Berlaku Persisten Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orangorang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah.  Mengabaikan Provokasi atau konflik  Merespon Kritik Unsur-Unsur Asertif, antara lain: 1. Terbuka dan jelas. Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifik. 2. Langsung . Berbicara langsung dengan subyek yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan. 3. Jujur. 4. Tepat dalam bersikap. Pastikan memperhitungkan nilai sosial dalam berbicara. 5. T\anyakan umpan balik . Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah. Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?” Ciri-Ciri Asertif 1. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain. 2. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya. 3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain. 4. Mencari solusi bersama dan keputusan. 5. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik. 6. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.

Formula Membangun Asertif  Appreciation. Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain  Acceptance. Adalah perasaan mau menerima, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing

 Accomodating.

Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. KELOMPOK 3 A. Pengertian Pembimbing Klinik Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah sakit (Akbar, 2006). B. Sasaran Bimbingan a. Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri. Melalui proses bimbingan diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengenali dirinya baik dari segi kemampuan maupun keterbatasan. b. Pengenalan terhadap lingkungan. Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan lingkungan dengan iklim yang kondusif sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya. c. Pengambilan keputusan. Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dipilihnya. d. Pengarahan diri e. Perwujudan diri. Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri (mewujudkan diri) yang merupakan tujuan akhir dari usaha bimbingan, individu mampu mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Hidayat, 2002). C. Prinsip-Prinsip Bimbingan a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata. b. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di tempat pelayanan kesehatan. c. Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses penyembuhan pasien. d. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik dunia kerja professional. e. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang ditemukan.

4) Memberikan penugasan tertulis/tidak tertulis yang berkaitan dengan masalah klinik

D. Kompetensi Pembimbing Klinik 1. Pengetahuan dan kompetensi 2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik 3. Kemampuan membimbing 4. Karakteristik pribadi

klinik 5) Melaksanakan komunikasi yang terapeutik baik terhadap peserta didik, pasien maupun dengan staf dan profesi lain

E. Peran fungsi pembimbing klinik sebagai berikut:

6) Memberi kesempatan sukses bagi peserta didik

1) Sebagai agen pembaharu (Change Agent). Seorang pembimbing klinik diharapkan mampu mengadakan perubahan-perubahan yang mengarah kepada pembaharuan dan peningkatan mutu bimbingan terhadap peserta didik

7) Mengidentifikasi populasi pasien untuk pembelajaran

2) Sebagai nara sumber. Pembimbing klinik senantiasa menjadi tempat bertanya dan tempat menemukan jawaban bagi peserta didik saat mengalami kesulitan selama proses pembelajaran di lahan praktik.

10) Mengorientasi peserta didik

3) Sebagai manajer (Pengelola) . Pembimbing klinik hendaknya mampu mengelola lingkungan dan fasilitas di lahan Selain itu pembimbing klinik juga harus mampu membimbing dan memberi pengarahan kepada peserta didik sehingga secara bertahap mengurangi ketergantungan peserta didik pada pembimbing serta dapat belajar lebih efektif dan efisiensi.

13) Berkomunikasi dengan staf klinik

4) Sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator, pembimbing klinik diharapkan dapat menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Sebagai fasilitator, pembimbing klinik hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang bermanfaat serta dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran di lahan praktik. 5) Sebagai demonstrator. Pembimbing klinik hendaknya senantiasa menguasai bahan/materi, prosedur/perasat yang akan diajarkan kepada peserta didik, selain itu secara terus menerus mengikuti perkembangan IPTEK terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan keperawatan. 6) Sebagai evaluator. Pembimbing klinik diharapkan mampu memberikan penilaian kepada peserta didik baik selama proses pembelajaran klinik maupun pada akhir praktikb. Tanggung Jawab Pembimbing Klinik Dalam rangka melaksanakan peran-peran tersebut, pembimbing klinik memiliki beberapa tugas/tanggung jawab sebagai berikut: 1) Membina hubungan yang baik dengan kepala dan staf perawatan lahan praktik serta profesi lain 2) Berperan serta dalam pertemuan tim kesehatan yang ada di lahan praktik 3) Merancang mitra/perawat untuk magang peserta didik

8) Menentukan tempat untuk konferensi klinik 9) Mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik

11) Menyeleksi pengalaman belajar klinik 12) Mendemonstrasikan kemampuan profesional

14) Mendampingi peserta didik selam praktik klinik, memberikan motivasi 15) Memfasilitasi proses pembelajaran 16) Menilai pengalaman pembelajaran klnik peserta didik sesuai dengan lembar evaluasi yang tersedi F. Syarat-Syarat CI dari DIV dan DIII a) Syarat Ci DIV Minimal DIII Pengalaman Kerja Selama 5 Tahun Dan Dianjurkan CI Yang Searah Pendidikan Nya DIV Mempunyai Sertifikat Preseptor b) Syarat Ci DIII Pengalaman Kerjanya Minimal 3 Tahun KELOMPOK 4 1. Perseptoring. adalah seorang bidan yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (Role model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran barunya. Tujuan Perseptoring Secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan bidan didalam organisasi. Preceptoring secara mikro (bagi individu) adalah untuk membantu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita (Kramer, 1947) dan memfasilitasi perawat untuk berkembang apa yang dihadapi dalam lingkungan barunya (bain, 1996).

Kriteria Perseptoring UKCC (1993) menganjurkanbahwa preceptor adsalah bidan yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun dibidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan professional merupakan hal terpenting (shamian dan Inhaber, 1985). Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut : a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masing-masing unit b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee c. Merencanakan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan preceptee d. Melakukan tindakan sebagai role model e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee f. Memfasilitasi pengembangan dari apa yang harus dikuasai preceptee melalui model preceptorship Kelebihan Perseptoring 1. Bidan Baru. preceptoship dapat membantu seorang perawat baru dalam mengembangkan kepercayaan diri, preceptorship dapat menjadi tempat sosialisasi profesional untuk masuk kedalam lingkungan kerja, meningkatkan kepuasan kerja sehingga meningkatkan kepuasan pasien/klien, DLL. 2. Perawat klinik dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, membantu meningkatkan perekrutan dan pengurangan perawat klinik, dapat mengurangi sakit dan absen karena tidak ada lagi alasan stres dan takut masuk kerja karena kekurangannya dalam sebuah atau beberapa bidang yang diluar kompetensinya, pengalaman pemberian pelayanan semakin meningkat setelah masuk dalam preceptorship, dll. 3. Pembimbing klinik /perceptor dapat mengembangkan penilaian, supervisi, bimbingan dan ketrampilan yang mendukung. Dapat menimbulkan perasaan tentang nilai organisasi, praktisi perawat baru dan pasien.dll. 4. Profesi memberikan standar praktek tinggi dan pelayanan perawatan sepanjang waktu. Keperawatan menjadi prioritas, pengguna pelayanan keperawatan, sebagai individu dan menghormati martabatnya. 2. Mentoring Mentorship adalah suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar dan berbagi. mentoring terdiri dari 4 fase 1. Fase inisiasi berfokus pada mengidentifikasi kesamaan karakteristik antara individu mentor

dan menti, kemampuan atau pengakuan nilai-nilai yang dianut. 2. fase perencanaan adalah bahwa terhadap keterbatasan-keterbatasan dari peran mentor dan kemampuan menti. 3. fase kerja atau pelaksanaan, fokus utamanya adalah pertumbuhan dan perkembangan dari hubungan dan pencapaian tujuan dalam mentoring. Kesinambungan hubungan mentoring dipertahankan melalui interaksi mentor dan menti dan meningkatnya rasa percaya dan kedekatan yang dibangun. 4. fase terminasi, menti bekerja dan bertindak atas inisiatif sendiri dan pada posisi ini menti telah bekerja secara mandiri Tujuan Mentoring Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat mentee (peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kriteria Mentoring Adapun 5 karakteristik mentorship yaitu : 1. sifat hubungan yang menguatkan dan memberdayakan, 2. menawarkan serangkaian fungsi menolong/membantu untuk memfasilitasi pembinaan dan memberikan dukungan, 3. perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal, fungsional dan hubungan, 4. tujuan individu (menti) dan fungsi penolong ditetapkan oleh individu yang terlibat, 5. serta bisa saling memilih (siapa mentor dan menti) dan diidentifikasi fase hubungannya. Kelemahan Mentoring a. Kesulitan / Problem untuk mentoring b. Memerlukan waktu c. Kesempatan dan biaya untuk karyawan d. Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan e. Saat hubungan menjadi disfungsional Kelebihan Mentoring Keuntungan Mentor (pembimbing klinik) 1. Mentor akan belajar dan melakukan refleksiperspektif yang luas, mengembangkan pandangan baru tentan masalah dan mengetahui lebih baik dari kebutuhan / peralatan lain. 2. Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas normal, menjadi lebih objektiv dan untuk belajar terhadap pertanyaan asumsi sendiri dan mental model 3. Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan organisasi Keuntungan Mentee (peserta didik) a. Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian b. Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial.

c. Mengembangkan jaringan melintasi spektrum yang luas dari penyedia layanan dalam kondisi normal. d. Meningkatkan kapasitas untuk membuat “kemampuan belajar mengaplikasikan” dengan konteks organisasi. e. Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya. f. Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri. 3.

Supervisi

Supervisi merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan : 1) Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya 2) Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan 3) Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak 4) Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis 5) Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik Pemeriksaan artinya melihat apa yg terjadi dalam kegiatan sedangkan Pengawasan adalah Melihat apa yg positif & negatif. Tujuan Supervisi Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan prosesbelajar mengajar.Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu : 1. dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. 2. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, 3. melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang Meningkatkan mutu kinerja guru 4. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.

5. Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. 6. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya. 7. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. 8. Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran. 9. Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran. Sebagai berikut : 1) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik. 2) Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa 3) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajarsebagaimana yang diharapkan. 4) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan. Kriteria Supervisi  Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.  Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif  Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.  Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.  Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.  Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.  Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah. prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut : 1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif 2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif 3) Supervisi harus ”scientific” dan efektif 4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru 5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan

6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan “self evaluation”

       



     

Kelemahan Supervisi Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang efektif. Perlu penyediaan waktu yang tepat Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari Kurang demokratis Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan Agak sulit menentukan dan cukup menyita waktu Agak sulit menemukan waktu Guru merasa canggung dan kurang bebas

Kelebihan Supervisi Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan, pertukaran pikiran secara umum Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat didiskusikan Dapat memberikan bimbingan actual Guru dapat menunjukan hasil usahanya Dapat melayani kebutuhan khusus setempat Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan.

Related Documents


More Documents from ""

Metodik Khusus.docx
November 2019 30
Doc1.docx
May 2020 9
Doc1.docx
May 2020 10
Pola Market2.docx
October 2019 38
Cv.pdf
August 2019 50
Sop Komite Medis.docx
May 2020 29