Menyamankan Pembelajaran Pendidik adalah anggota masyarakat yang memiliki peran sangat besar dan berharga dalam mempersiapkan generasi muda. Nilai terbesar terletak pada pendidik yang lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya. Pendidik yang berperan sebagai pembimbing adalah pendidik yang dapat menjadi perancang pengalaman-pengalaman yang merangsang pemikiran dan masalah-masalah yang relevan untuk dipecahkan melalui tugas-tugas kelompok maupun tugas mandiri. Pengalaman kita sebagai pengajar menunjukkan bahwa kualitas hubungan pendidik dengan para peserta didiknya sebagai faktor paling utama dalam kaitannya dengan kenyamanan dalam belajar.
Pada akhirnya, kenyamanan dalam belajar ini
menjadi faktor penting dalam keberhasilan belajar peserta didik. Karena itu, memanfaatkan waktu untuk membangun hubungan dengan peserta didik adalah sangat penting di samping menjamin peserta didik memperoleh keadaan pikiran yang terbuka, bebas stress, dan cerdas. Berikut adalah beberapa contoh aktivitas untuk menghasilkan pembelajar yang penuh motivasi : a. Menjelaskan Cara Kerja Otak Dan Cara Belajar Saat ini telah banyak buku-buku yang berisi penjelasan-penjelasan tentang cara kerja otak dan cara-cara belajar yang sesuai dengan cara kerja otak. Pendidik harus memahami cara kerja otak dan cara belajar yang sesuai dengan cara kerja otak tersebut. Dengan memahami hal itu, setidaknya ada dua manfaat penting yang diperoleh. Pertama, bagi pendidik. Dengan memahami cara kerja otak dan cara belajar tersebut, dia akan dapat merancang pembelajarannya sesuai dengan kaidah-kaidah kerja otak peserta didiknya. Kedua, bagi peserta didiknya. Dengan memberi pemahaman mengenai cara kerja otak dan cara belajar yang sesuai kepada peserta didik, mereka akan merasa optimistik dan dapat memanfaatkan kapasitas otaknya secara optimal. Kepada peserta didik perlu dijelaskan bahwa salah satu kunci keberhasilan belajar adalah menemukan dan menggunakan tehnik-tehnik belajar yang cocok dengan gaya belajar mereka. Ketika mereka melakukannya, belajar menjadi lebih nyaman dan lebih berpeluang sukses di masa depan. Peserta didik mulai menyadari bahwa setiap orang
dapat belajar – satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam sebagian mata pelajaran atau mata kuliah, sebagian orang akan memerlukan waktu lebih lama dibanding orang lain. b. Melihat Relevansi Pada saat pertama tahun ajaran baru, diskusikan dengan para peserta didik mengenai betapa berharganya menggunakan waktu setahun ini untuk mempelajari mata pelajaran atau kuliah Anda. Beri kesempatan mereka melakukan brainstorming tentang keuntungan mempelajari mata pelajaran atau kuliah tersebut dan akibat jika tidak mengetahuinya. Matematika menjadi hidup dan penting ketika para peserta didik menyaksikannya dipakai dalam kehidupan nyata, misalkan dalam perdagangan atau dalam bidang konstruksi. Mereka akan menganggap belajar bahasa asing sebagai suatu pekerjaan yang menarik manakala mereka melihat manfaatnya dalam situasi nyata. Para peserta didik harus melihat relevansi apa yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata mereka. Hal ini akan membangkitkan minat belajar mereka terhadap mata pelajaran atau kuliah Anda. Bangkitnya minat mendasari dan mendahului keberhasilan proses pembelajaran. c. Memvisualisasikan Hasil Yang Bermutu Adakan diskusi kelas tentang tugas apa yang layak mendapatkan nilai A. berikan contoh. Tampilkan para peserta didik peraih nilai A dari tahun sebelumnya untuk menceritakan apa yang telah dikerjakannya. Banyak peserta didik yang belum pernah meraih nilai A. mereka tidak tahu bagaimana rasanya. Maka, langkah pertama adalah memperlihatkan kepada mereka bagaimana cara meraihnya secara detail, dan jelaskan bahwa nilai A itu dapat dicapai oleh siapapun. Langkah selanjutnya adalah benar-benar memberi nilai A dengan memberi tugastugas yang ringan yang kemungkinan besar semua peserta didik dapat melakukannya dengan benar. Ada perbedaan psikologis yang sangat besar antara perasaan bahwa Anda tidak pernah mampu mencapai nilai A dan betul-betul mendapatkannya dan tidak ingin kehilangan nilai itu. Sekali mereka mendapatkannya- mereka ingin mempertahankannya. Hal ini akan diperjelas pada bahasan tentang Multiple Intelgency.
Selanjutnya, ceritakan kepada mereka bahwa mereka akan menilai pekerjaan mereka sendiri sebelum melakukannya. Anda sekarang telah meletakkan tanggung jawab secara kokoh pada tempat yang semestinya, yaitu di tangan para pelajar sendiri. Ajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja secara berpasangan untuk saling menyunting dan menilai pekerjaan temannya. Bukan hanya dalam batas-batas sikap positif saja
melainkan juga menciptakan sejenis ketrampilan kolaboratif dan cara
berpikir yang akan dibutuhkan dalam kehidupan mereka nanti. Ulangi dan demonstrasikan setiap pekerjaan yang Anda harapkan berstandar tinggi dan angka kegagalan rendah. d. Memberi Peserta Didik Kontrol-Diri Tujuannya adalah pembelajar yang bias mengatur dan mengelola diri. Pembelajar yang percaya diri dan merasa bebas. Biarkan mereka berdebat di kelas tentang aturanaturan yang ingin mereka tetapkan untuk menciptakan kelas yang menyenangkan dan pembelajaran yang efektif. Ketika mereka membantu menetapkan aturan-aturan, masalah disiplin akan berkurang, karena tekanan dari teman sekelas dilakukan untuk menegakkan aturan-aturan kita. Aturan-aturan kelas dapat meliputi PR, berbicara dan berperilaku. Aturan-aturan itu harus ditandatangani oleh seluruh siswa dan ditempel di dinding atau dicopy untuk masing-masing peserta didik. Memahami dan menegakkan aturan adalah salah satu proses belajar. Jika salah seorang peserta didik tidak memahami sesuatu maka terserah baginya untuk menemukan dan memahaminya. Perhatikan pesan yang tersembunyi : belajar adalah kemestian, satusatunya masalah adalah beralngsung berapa lama. Setiap peserta didik diberi selembar kartu catatan kedisiplinan. Jika hilang, mereka diberi kartu “peringatan”. Kartu catatan tersebut merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi pendidik, dan para peserta didik merasa selalu mencoba mengendalikan diri. Setiap orang merasa punya komitmen hanya ketika mereka berperan serta dalam membuat keputusan, bukan ketika dipaksa atau terpaksa untuk melaksanakan komitmen itu. Ketika sebuah kelas membuat komitmen untuk mencapai tingkat kesalahan nol, maksudnya benar 100%, untuk suatu mata pelajaran atau mata kuliah tertentu, mereka
akan bekerja samauntuk saling menguji dan mengajar dalam upaya meraih hasil sempurna. Kelas itu telah belajar ketrampilan seumur hidup. Ketika mereka diberi tanggungjawab, kita mendapati mereka lebih banyak menampilkan perilaku yang bertanggungjawab. e. Meciptakan Motto Kelas Berilah peserta didik waktu untuk mendiskusikan dan memutuskan motto kelas mereka. Ini akan memberikan perasaan identitas kelompok. Motto kelas dapat dibuat sesederhana mungkin. Contohnya, bersama kita bisa ! f. Lingkungan Perlu dipikirkan bahwa setiap bulan, setiap kelas bertanggungjawab terhadap usaha untuk mengubah kelas menjadi lingkungan yang ceria dan menyenangkan dengan menambahkan bunga dan poster dinding yang memuat pesan-pesan yang menggungah semangat dan memberi ilham. Musik merupakan cara yang sangat efektif untuk menciptakan keadaan pikiran yang benar. Tiga poluh detik musik yang bersemangat – atau musik kalem setelah belajar – akan menjadi sesuatu yang menakjubkan yang memberikan pesan bahwa kelas ini ‘lain daripada yang lain’ dan menyenangkan. Jika memungkinkan, posisikan peserta didik dalam blok-blok yang terdiri 4 orang – bukan seperti di bioskop. Penetaan tempat duduk demikian menyiratkan kelas yang pesertanya siap bekerja sama. g. Melibatkan Orang Jelaskan sebaik mungkin kepada orang tua tentang kurikulum dan mintalah saran dan masukan aktif dari mereka. Berikan mereka kesempatan mengetahui proyek, aktivitas, atau kunjungan apa yang membantu dan buku apa yang akan dibaca putra mereka. Juga jelaskan topik apa saja untuk diskusi di rumah yang akan melengkapi pekerjaan sekolah. Sebenarmya para orang tua ingin membantu, namun tidak selalu mengetahui caranya. Belajar akan lebih efektif jika itu merupakan kerja sama aktif tiga pihak : siswa, guru/dosen, dan orang tua.ini akan sangat meningkatkan motivasi anak.
h. Mengajarkan Nilai Positif “Berbicara Pada Diri Sendiri” Kita semua begitu akrab dengan “berbicara pada diri sendiri” yang negatif. “Saya tahu tidak mampu melakukan hal ini.” “Sungguh, suatu kesalahan memalukan yang telah kuperbuat!” Saya payah dalam kimia.” Kita mengakui hal ini sebagai salah satu tabiat manusia – tetapi ini memperkokoh harapan-harapan negatif. Dengan berpola piker saeperti ini, secara tidak sadar seseorang akan menjurumuskan dirinya dalam ketidakberdayaan atau ketidakmampuan. Sebaliknya, perkuatlah budaya sukses (hal ini akan dibicarakan tersendiri di belakang). Mendorong dan memotivasi diri (“Ayo,Sephia, kamu pasti mampu!”). Para peserta didik perlu terus menerus diperkuat rasa percaya dan motivasi dirinya. Pendidik harus melatih ketrampilan bnagaimana cara memotivasi diri. i. Kegembiraan Belajar Apabila proses belajar menggembirakan, motivasi akan tinggi. Itulah sebabnya mengapa peran lingkungan sangat penting. Yang dimaksud lingkungan di sini bukan sekadar lingkungan kelas, tetapi lebih luas dari itu, yakni lingkungan sekolah. Dinding sekolah harus dicat dengan warna-warna yang dapat menimbulkan keceriaan, lingkungan harus bersih, dan tenang. Selainitu, pendidik juga harus memperlihatkan antusiasme – ini akan menulari peserta didik. Jika mungkin, gunakan tehnik-tehnik belajar berpasangan dan Belajar Bekerja Sama. Manusia adalah mahluk social, karena itu bekerja sendirian seringkali menimbulkan perasaan kurang nyaman. Gunakan aktivitas-aktivitas serta permainanpermainan kelompok untuk memperkuat dan menguji materi yang telah dibahas. j. Menggunakan Jeda Sesaat Istirahat pendek setiap 20 menit dapat meningkatkan perhatian dan memori. Jedajeda singkat ini
juga akan menghidupkan ‘suasana hati’. Anda sekaligus dapat
memperkuat apa yang telah dipelajari selama waktu rehat itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Jika mungkin, ajaklah mereka melakukan permainan-permainan untuk meningkatkan konsentrasi, seperti yang kita dapatkan waktu mendapat pelatihan
outbound di Coban Rondo. Peserta yang melakukan kesalahan diberi finalti dengan cara harus menjawab pertanyaan yang Anda diajukan. Jawaban mereka didiskusikan dengan kelas. k. Memberi Waktu untuk Harga Diri. Martabat-diri yang tinggi berhubungan erat dengan sukses akademik. Waktu yang digunakan untuk membangun harga diri akan mendapat imbalan yang setimpal di masa mendatang. Perhatikan beberapa contoh berikut : 1. Guru kepala Muuray White, yang menyelenggarakan Lokakarya Harga-Diri di sekolah-sekolah Inggris, mengembangkan suatu program “Sesi Lingkaran”. Siswa suatu kelas duduk di lantai dalam sebuah lingkaran, guru memberikan sebuah kalimat tak sempurna dan siswa diminta untuk melengkapinya. Contohnya, “Sekarang, saya merasa….” Siswa pertama mengulangi frase itu dan menyelesaikan kalimat itu dengan kata-katanya sendiri, begitu seterusnya setiap siswa dalam lingkaran mendapat bagian. Aktivitas semacam itu bukan hanya akan membangun dan memantapkan hubungan kelompok, tetapi juga memberi kesempatan kepada guru atau dosen yang peka untuk lebih mempedulikan peserta didik ( misalnya, siswa mengatakan :”Sekarang saya merasa gelisah.” ). Kalimat tak sempurna lainnya, misalnya “Yang saya sukai adalah….” “Saya berharap dapat….” “Saya bisa melakukan ….” 2. Dua kali dalam setahun ( dan pada hari ulang tahunnya) setiap anak adalah “Anak spesial hari ini”. Kemudian, setiap anak dalam kelas tersebut memberi ucapan selamat dan ungkapan-ungkapan yang baik untuk anak yang bersangkutan. Mungkin akan lebih baik jika dimulai dari pengajarnya saat itu. Komentarnya antara lain : “Saya kira kamu….”
Atau “ Saya percaya kamu….”
Sehingga anak tersebut menerimanya sebagai opini tentang dirinya. Setelah itu, si penerima akan memilih komentar mana yang paling bermakna baginya. Aturannya : Setiap anak harus bergembira. Tidak boleh ada yang merusak kegembiraan orang lain.
l. Menciptakan Rasa Aman Untuk melakukan Kesalahan Ciri utama kelas yang berhasil yaitu ketika kesalahan yang dilakukan oleh siswa dipandang sebagai umpan balik. Pendidik yang baik akan berkata seperti ini:”Sebenarnya bukan itu yang saya pikirkan, tetapi bagaimana kamu sampai pada kesimpulan seperti itu?” Dengan kata lain,lebih penting memfokuskan diri pada proses berpikir ketimbang pada jawaban peserta didik-karena lebih penting mendapatkan pendekatan yang benar daripada satu jawaban tertentu saja. Pengajar yang cerdas akan mendorong peserta didik menganalisis kesalahankesalahan mereka untuk melihat apakah ada suatu kecenderungan – mereka mungkin melakukan tipe kesalahan yang akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan serupa di waktu yang akan datang. Setelah itu, perbaikilah kesalahan tersebut. Dengan begitu,nilai mereka akan meningkat pesat. m. Kekuatan Sugesti Kita semua tentu pernah melihat penimpilan seorang ahli hipnotis di televisi. Mereka mampu membuat sasarannya percaya dan bertindak sesuai dengan sugestinya. Hipnotisme merupakan salah satu bentuk ekstreem kekuatan pengaruh sugesti. Kita juga tentu sepakat dengan ucapan Henry Ford:”Apakah Anda berpikir bisa melakukan sesuatu atau tidak bisa melakukannya – Anda mungkin benar.” Harapan peserta didik adalah faktor penting dalam menentukan hasil pendidikannya. Apakah kita pernah melakukan sesuatu sesuai dengan fakta ini? Georgi Lozanov, seorang pakar hipnotis medis berkebangsaan Bulgaria, berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di kelas harus mampu mensugestikan keberhasilan. Harapan negatif yang membatasi harus disingkirkan. Sebaliknya,harapan positif harus dibangun. Itulah sebabnya ruang-ruang kelas harus dilengkapi dengan musik,poster seni yang menggugah semangat, dan permainan interaktif. Semua itu mensugestikan kehangatan, kebersamaan dan kegembiraan. Para orangtua dan pendidik harus terus menerus menanamkan sugesti positif untuk sukses dan menghindari sugesti sadar atau tidak disadari akan harapan yang membatasi. Penting sekali peserta didik memahami bahwa belajar adalah proses menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tidak ada orang yang memiliki kemampuan tetap. Kita dapat
meraih sukses besar ketika mampu menguasai berbagai tehnik yang sesuai dengan gaya belajar kita. Oleh karena itu, pengajar harus mampu membuat tantangan-tantangan yang sebagian besar peserta didik mampu mengerjakannya. Tantangan ini harus didesain sedemikian rupa sehingga mengesankan bahwa tantangan tersebut sangat berat, meski sebetulnya tidak demikan. Peserta didik yang telah berhasil mengerjakan tantangan tersebut, akan merasa bangga. Ini menjadi pemicu menebalnya rasa percaya diri yang tinggi. Selain, itu model belajar secara berkelompok juga akan membantu terciptanya rasa kebersamaan. Dalam kebersamaan, banyak hal-hal sulit dapat diatasi dengan sederhana. Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa model belajar seperti itu merupakan sistem pendidikan yang manusiawi bagi setiap orang. Model seperti ini dapat membantu siswa peserta didik mengatasi ketakutan mereka pada sekolah.