Menularnya Kepada Manhaj Dan Syari'at Muslim

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menularnya Kepada Manhaj Dan Syari'at Muslim as PDF for free.

More details

  • Words: 403
  • Pages: 2
Menularnya kepada Manhaj dan Syari’at Muslim Bismillaahi aktubu, -

Kebiasaan yang sering saya lihat ialah bahwa levelnya kaum Indon dalam Shalat itu jauh lebih mengentengkan daripada Shalat di Masjidil Haram.

Rafi’ bin Khudaij mengatakan bahwa Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam bersabda: “Laksanakanlah Shalat Subuh ketika terlihat agak terang, karena itu lebih besar pahalanya.” (HR.Al Misykah (614), Irwa’ Al Ghalil (258) ). Ternyata Al Hadits yang syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz (‘Ulama yang sangat mumpuni dari Salafiyyah atau yang disebut sebagai Madzhab Ibn Abdul Wahhabi) memegangnya, oleh kaum Madzhab Sekuler (menurut kaum Modern, kata Madzhab boleh dipakai untuk selain Madzhab dalam Islam) senantiasa diremehkan. Manfaat dari pengunduran Shalat Subuh tsb senantiasa mereka abaikan. Padahal sesudah melaksanakan Shalatnya disertai berdzikir setelahnya, toh mereka masih menyisakan waktu sekitar 5-10 menit sebelum waktu Shalat selesai. Akibatnya, seringkali ada Jama’ah yang ingin Shalat, malah harus terlambat, akibat begitu sebentarnya Shalat Subuh yang mereka lupakan. Dimana kaum yang akan melaksanakan Shalat Jama’ah Subuh tsb dapat bersiap-siap untuk mandi, bahkan melaksanakan Shalat Sunnah qabla Subuh dengan tepat waktu.

-

Shalat Jama’ah hanya 10 menit, sedangkan dalam berkhutbah berpanjang-panjang. Mengobrol di dalam Masjid lebih dari 10 Menit, sedangkan membaca Al Qur’an dalam Shalat hanya sebentar. Kalau masalahnya hanya tidak tahan berdiri, ini solusinya:

Berdiri membaca Al Qur’an sebanyak 20 ayat untuk Raka’at ke-1 dan ke-2, sedangkan waktu duduk antara dua Sujud agak dilamakan dan begitu juga dengan Sujudnya. Jadi banyak sekali istirahatnya.

-

Shalat Tarawih diperdebatkan tentang jumlah Raka’atnya. Kemudian, mengapa mereka tidak Shalat di waktu sepertiga malam terakhir?

Masih berdebat apakah Shalat tsb dilaksanakan 11 Raka’at atau 23 Raka’at dan meskipun demikian toh mereka hanya melakukannya sampai jam 10 malam dan tidaklah mereka mendapatkan sepertiga malam terakhir, waktu yang paling afdhal untuk berdo’a dan memohon serta memohon ampunan Allahu Jalla Jalaaluhu, dimana Allahu ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia. Kenyataannya, itu semua telah menular kepada aktivitas mereka dalam bernegara dan berperi kehidupan. Menjadi kaum yang lebih melirik kepada calon pemimpin yang melakukan money politics (menebar uang) dan memiliki kesombongan berdasarkan hal yang dijunjung tinggi bangsa tsb serta yang suka berdebat soal mengapa akhirnya Ia menjual aset negaranya dan agama dari mayoritas penduduk negaranya. Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk). Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih sayang dari Allah serta keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada kalian).

Related Documents