Menjadi Muslimah Yang Cerdas

  • Uploaded by: Sri Hardiningsih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menjadi Muslimah Yang Cerdas as PDF for free.

More details

  • Words: 2,841
  • Pages: 9
KIAT MUSLIMAH CERDAS DALAM MENDIDIK KELUARGA Oleh: Sri Hardiningsih H.S. Staf Pengajar Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang e-mail:[email protected] Abstract God creates the human being and encloses the manual of how the human play their roles, to reach the happines in this world and in future life after the death (Akhirat). God supplies and prepares everything for human’s needs, gives rewards and punishments for his creature and educates them that is clearly stated in holy Qur’anul Karim. Moslem women must be intelligent in every sector and be able to apply their competence based on what Al Qur’an states, especially in managing their household, teaching their childre; in avoiding the bad things and in encouraging good things, and their roles in their surroundings.

Key words: peran muslimah, sebagai ibu, pendidik keluarga. PENDAHULUAN Saya tertarik dengan sebuah kalimat yang dikemukakan oleh Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan dari Brasil, yaitu pendidikan merupakan praktek pembebasan yang dia artikan bahwa “Hanya pendidikan yang mampu memperlancar pergeseran kesadaran transitif-naif ke kesadaran transitif kritis yang akan mengembangkan kemampuan manusia untuk melihat tantangan-tantangan dari zamannya” (1984: 32). Saya sangat yakin dengan ucapannya bahwa pendidikan memang mampu menggugah kesadaran kritis seseorang dan membebaskan seseorang dari kebodohan dan keterbelakangan, tetapi keyakinan saya sedikit berubah ketika melihat sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia, apakah benar-benar telah mampu menumbuhkan kesadaran kritis seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membebaskan manusia dari kebodohan dan keterbelakangannya, maka untuk mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi tanpa diskriminasi. Pendidikan yang tanpa diskriminasi antara laki-laki dan perempuan akan memberikan keuntungan bagi keduanya dan merupakan sumbangan kepada hubungan yang lebih setara antara laki-laki dan perempuan. 1. Gambaran Umum Pendidikan Perempuan Indonesia …. Kami, anak-anak perempuan yang masih terrantai pada adat istiadat lama hanya boleh memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang pengajaran. Bahwa sebagai anak-anak perempuan, setiap hari meninggalkan rumah untuk belajar di sekolah sudah merupakan pelanggaran besar terhadap adat kebiasaan di negeri kami. Satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di kota kecil kami hanyalah sekolah rendah yang biasa untuk orang-orang Eropa.

1

(Surat Kartini kepada Nona E.H. Zeenhandelaar, tanggal 25 Mei 1899 dalam Sutrisno,1976: 2). Itulah sebuah gambaran tentang kondisi perempuan pada jaman Kartini. Kartini sangat menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi perempuan untuk menghapuskan kebodohan dan keterbelakangannya. Pendidikan formal, menurut Kartini menjadi faktor penting untuk memajukan perempuan sebagai upaya yang lebih luas untuk memajukan bangsa. Oleh karena itu, menurutnya pula pendirian sekolahsekolah formal menjadi sangat penting dan untuk itu dia memperjuangkan berdirinya sekolah-sekolah formal. Pentingnya pendidikan juga dikemukakan oleh E. Boserup, yang menyatakan bahwa pendidikan perempuan mampu mengeliminir dampak negatif dari pembangunan ekonomi karena pendidikan paling tidak menambah akses perempuan terhadap pasar kerja dan meningkatkan keahlian (Azkiyah dalam Jurnal Perempuan, 2002: 7). Indonesia

memiliki

pejuang,

pahlawan

seorang

perempuan

yang

memperjuangkan kemajuan untuk perempuan, Kartini namanya, sangat mempercayai bahwa pendidikan di sekolah akan memungkinkan perempuan bisa berdiri sama tinggi dengan laki-laki, dapat berkiprah di dunia yang luas, bisa mengikuti perubahan yang terus menerus berlangsung, serta memiliki posisi serta peran intelektual dan sosial. Namun, dalam prakteknya pendidikan ternyata mengenal diskriminasi. Jika berbicara tentang diskriminasi yang terjadi di dalam bidang pendidikan akan ditemukan fakta yang sangat mencengangkan karena di satu belahan dunia perempuan telah mendapatkan kemajuan dari pendidikan yang mereka peroleh, tetapi di bagian dunia lain ternyata masih banyak perempuan yang belum dapat menikmati pendidikan tinggi, seperti Indonesia. Susenas tahun 1999 menyebutkan bahwa penduduk perempuan yang mampu menyelesaikan pendidikan SLTP ke atas baru 31,4 persen, sementara penduduk laki-laki 36 persen. Memang, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin rendah partisipasi anak (baik laki-laki maupun perempuan) untuk bersekolah. Persoalan lain yang dihadapi perempuan dalam pendidikan adalah persoalan buta huruf. Menurut Susenas tahun 1996, penduduk perempuan yang melek huruf mencapai 85,54 persen, sedangkan laki-laki sebesar 93,4 persen. Mengapa terjadi perbedaan cukup besar pada angka melek huruf perempuan dan laki-laki? Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kesempatan memperoleh pendidikan untuk perempuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki 2

terutama pada tingkat sekolah menengah, baik menengah pertama maupun menengah umum. Hal itu cenderung dipengaruhi oleh kondisi keterjangkauan fasilitas pendidikan atau jarak antara rumah dan sekolah, terutama di daerah-daerah perdesaan yang terpencil dan sulit dijangkau (Bappenas bekerjasama dengan CIDA, 2000). Saat ini perempuan Indonesia mungkin boleh bernapas lega karena belenggu adat yang melarang perempuan bersekolah sedikit demi sedikit telah terbuka dan semakin banyak perempuan menikmati pendidikan formal. Etos belajar Kartini tersebut menyebabkan berduyun-duyunnya para perempuan Indonesia berusaha untuk dapat mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya. Namun, tampaknya kelegaan itu tidak berlangsung lama karena sampai saat ini partisipasi perempuan dalam pendidikan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Susenas tahun 2002, Angka Partisipasi perempuan kelompok usia 7-12 tahun misalnya 93,7 persen, sedangkan laki-laki 94,4 persen. Dari data Susenas tahun 2002 dapat disimpulkan bahwa angka partisipasi perempuan selalu lebih rendah dalam semua tingkatan pendidikan. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidikan, angka partisipasi perempuan masih di bawah laki-laki. Walaupun kebijakan pendidikan di Indonesia tidak membedakan akses anak perempuan dan laki-laki dalam menikmati kesempatan belajar. Kenyataannya, angka buta huruf perempuan selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki, seperti angka di Indonesia hanya ada 63 persen perempuan yang melek huruf dibandingkan dengan laki-laki 73 persen. Sebenarnya, banyak keuntungan yang diperoleh jika suatu negara menginvestasikan sumberdaya pembangunannya untuk pembangunan pendidikan, karena dengan pendidikan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan dan produktifitas kerja. Melek huruf perempuan atau tingkat pendidikannya juga menjadi kunci penting bagi peningkatan status gizi dan dan kesehatan individu dan keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan memang signifikan dengan kasus kematian ibu hamil dan bersalin. Karena persentase terbesar ibu hamil dan bersalin meninggal dunia berpendidikan rendah atau setingkat Sekolah Dasar alias miskin. Kebodohan adalah penyebab kemiskinan. Banyak orang muslim yang bodoh, maka orang muslim pula yang kebanyakan miskin. Jangan keliru dalam memahami uraian di atas. Itu sebagian kecil dari pandangan kaum pejuang JENDER yang menuntut persamaan hak seperti yang didengungkan oleh kaum feminis Barat, kalau tidak berhati-hati kita bisa tergelincir dengan paham

3

kaum Yahudi melalui perjuangan kaum perempuan yang ingin menyamai pria dalam segala sektor. Melek huruf memang diperintahkan kepada seluruh manusia, bukan hanya bagi laki-laki, simak firman Allah dalam (QS 96:1), namun perempuan lebih memiliki peranan mulia yang harus dijalankan, apalagi sebagai seorang ibu. Ibu adalah pendidik utama dan pertama di lingkungan rumahtangganya. Seorang ibu yang cerdas secara spiritual akan memahami bahwa dia mengemban amanah yang mulia untuk menjadikan anak-anaknya orang yang berakhlak mulia. 2. Peran Muslimah menurut AlQur’an Tujuan Allah menciptakan manusia bukan untuk main-main (QS 23:115), melainkan untuk mengemban amanah (QS 33:72) dan untuk mengabdi dan beribadah/menyembah Allah (QS 51:56), agar menjadi khalifah di bumi (QS 2: 30); untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar (QS 3:110), dengan demikian, manusia akan dibedakan dari segi derajat dengan mengujinya siapa yang lulus ujian Allah dan yang tidak (QS 6:165), karena kelak setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban (QS 75:36); (QS 74:38). Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya di dunia ini. Apalagi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak bagi yang meyakininya. Mengapa bagi yang meyakininya? Karena tidak semua orang yang mengaku muslim selalu taat pada Allah dan RasulNya. Ciri-ciri mereka yang tidak taat pada Allah adalah seperti orang yang selalu membantah ayat-ayat Allah (QS 22:8), ‘mereka membantah Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa wahyu yang jelas’. Al Qur’an mendidik kita agar menjadi muslimah yang kaffah/total: ‘janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithon, karena mereka itu musuh yang nyata bagi kalian’ (QS 2: 208). Marilah kita renungkan perintah Allah dalam (QS 15: 87 - 99), janganlah seperti kaum Yahudi dan Nasrani yang membagi-bagi kitab mereka sesuai kemauan mereka. Ayat-ayat yang menyenangkan saja lah yang akan mereka patuhi, sedangkan yang mereka rasa berat untuk menerapkan dalam kehidupan dunia ini, atau mereka anggap tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang, mereka tinggalkan bahkan mereka hilangkan atau palsukan. dengan tujuan agar mereka dapat sepuasnya mengumbar nafsu. Apabila mereka menganggap berat apalagi meremehkan ayat-ayat Allah, mereka selalu berdalih: “Saya kan belum siap/sanggup”. (Contoh bagi perempuan yang

4

mengaku beragama Islam yang belum menutup aurat, meskipun mereka membaca ayatNya dengan jelas, umumnya alasan mereka demikian). Pada hal Allah yang menciptakannya dari zat yang sangat bau dan hina (mani), namun tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata (QS: 16:4). Perlu diketahui bahwa “setiap manusia itu memiliki kewajiban menyampaikan segala apa yang diperintahkan dalam ayat-ayat Allah dengan terang-terangan, dan kita harus berpaling dari kaum musyrikin” (QS 15:94). Namun Allah sangat membenci bila seorang penyampai tidak melakukan perintah Allah namun ia berani menyampaikan ayat-ayatNya ( QS 61: 2-3). Bahkan dalam ayat lainnya QS 15, kita diperintahkan untuk selalu bertasbih dan memuji Allah dan mendirikan Shalat sampai ajal menjemput (QS 15: 98 - 99). Tetapi mengapa sampai ada sebuah group band berani menantang Allah melalui judul lagu yang tragis dan memilukan: “ANDAIKU TAHU”. Group band ini saat konser langsung di Pekalongan (bulan Desember 2006) menelan 10 orang menjadi korban tewas begitu konser selesai. Lagu ini seolah menjadi tuntunan bagi anak-anak muda sekarang, daripada ajaran Islam yang jelas akan menyelamatkan mereka baik selama di dunia maupun di akhirat kelak. Mengapa takut akan dosa-dosa? Bukannya takut pada Allah tetapi pada dosa-dosa yang telah diperbuat? Bertobatlah wahai manusia. Manusia wajib berusaha untuk mengubah dirinya (QS 13:11) dengan akalnya, karena Allah telah menyediakan dua macam jalan yaitu untuk menuju ketaqwaaan dan kefasiqan. Mengubah dirinya dengan cara memperbanyak membaca dan belajar. Sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar bagi ibu-ibu yang kurang mampu secara finansial. Pada jaman sekarang banyak sekali bacaan yang dapat ditemui yang dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran bagi orang yang mau menggunakan akalnya alias harus cerdas. Apabila ada musibah terjadi pada diri mereka, itu dikarenakan ulah manusia itu sendiri dengan ijin Allah (QS 42:30), (QS 64:11), (QS 57:22), (QS 3:182), (QS 4:62), (QS 4:79), (QS 5:49). Artinya, musibah yang menyangkut kehidupan dunia yang tidak berlandaskan wahyu yang benar. Karena hanya orang yang cerdas spiritual yang mampu menangkap setiap pelajaran dalam kehidupan dengan mata hati (ulil abshor). 3. Peran Sebagai Ibu yang Amanah Semakin luasnya kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan, serta mengenyam pendidikan tinggi masih sering terdengar cerita bahwa

5

wanita lebih memilih berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah berkeluarga. Ada berbagai alasan yang dikemukakan atas tindakan ini. Salah satunya adalah untuk menjalankan kodrat, yaitu menjadi istri dan ibu yang baik. Peran sebagai ibu rumah tangga harus bertanggungjawab bagaimana menjadikan anggota keluarganya memiliki perilaku karimah/mulia. Dalam firmanNya dinyatakan bahwa “sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda” (QS 92: 4). Dengan demikian manusia wajib berusaha sesuai dengan kompetensi dan tanggungjawab yang diamanahkan pada mereka. Misalnya sebagai ibu rumahtangga (tidak berkarir di kantor); sebagai guru, dosen, polisi, tentara, astronom, dokter, pedagang, perawat dan lain sebagainya, tanggungjawab untuk mendidik anaktetap menjadi tugasnya dan diperlukan ibu yang cerdas sesuai perintah Allah. Apabila seorang ibu tidak bekerja di kantor, logikanya waktu bersama dengan anak-anak tentu lebih lama atau frekuensi berkomunikasi lebih sering, bila dibandingkan dengan seorang ibu yang harus berkarir di kantor. Tetapi apakah ibu yang demikian itu dijamin lebih berhasil dalam mendidik anak-anaknya sesuai dengan perintah Allah daripada seorang ibu yang berkarir? Tanpa kecerdasan spiritual, hal ini tidak mudah untuk dapat tercapai, apalagi jika ibu rumahtangga tersebut tidak rajin, tidak kreatif, tidak inovatif, misalnya, bagaimana mengolah makanan yang sehat, yang halalan dan toyiban. Bagaimana mengalokasikan waktu agar berdaya guna sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh anggota keluarga atau bahkan dapat menghasilkan produk komersial yang bernilai ekonomi. Karena sebenarnya tujuan bersekolah bukan satu-satunya tujuan untuk mendapatkan pekerjaan di luar rumah atau menjadi orang ‘kantoran.’ Kewajiban belajar adalah hak seluruh umat manusia. Allah menilai, membalas segala perbuatan baik dan buruk manusia berdasarkan niat dan usahanya (QS 42:20) dan (QS 45:15). Apabila setelah tamat sekolah, tidak mendapatkan pekerjaan di kantor, jangan berputus asa, karena perilaku putus asa demikian sama dengan menjadi kafir (QS 12:87). Apapun peranan yang kita emban, harus dilandasi semata-mata mencari ridlo Allah. Kita akan selalu merasa lelah hati dan fisik, bila kita bekerja hanya ingin mendapatkan imbalan anak atau angota keluarga berterimakasih kepada kita, sebab bila mereka tidak demikian kita pasti akan kecewa karena hanya mengharap dari manusia. Bukan hal yang aneh bila ada perempuan yang memilih melepaskan pekerjaannya demi mencari karunia/ridlo/upah (meminjam istilah Ibu Luthfiah

6

Sungkar) Allah. Asalkan bukan demi anak, demi suami atau demi keluarga, atau demidemi yang selain Allah, tetapi demi hanya untuk Allah saja. Sebelum menentukan pilihan pasangan hidup, tempuhlah dengan shalat istikharah, agar apa yang nampak kita pandang sebagai sesuatu yang baik pada hal belum tentu baik bagi Allah (QS 2: 216). Sehingga apabila putus hubungan silaturahmi dangan kawan prianya, jangan sedih hati. Percayalah bahwa insyaAllah perempuan yang sholehah akan mendapatkan pasangan yang sholeh pula (QS 24:2-3). Berdoalah sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah, bahwa berwudlulah sebelum tidur apalagi sebelum berkumpul dengan sang suami, agar anak keturunan kelak tidak bersifat seperti “GRANDONG”. Dan dalam doa-doa setiap ibu yang sholehah akan mendoakan agar anak keturunannya tetap mendirikan sholat (QS 14: 40). Seorang perempuan tidak dapat menjadi/menyulap dirinya tanpa disertai perjuangan/jihad mengubah dirinya dahulu untuk menjadi uswatun khasanah bagi lingkungan terdekatnya, misalnya, sebagai seorang kakak bagaimana bersikap menjadi panutan bagi adik-adiknya, sebagai teman bagaimana menjadi contoh bagi temanteman sebayanya, dan begitu pun seorang ibu, tidak semudah membalik telapak tangan untuk dapat mendidik anak-anaknya berperilaku karimah sebelum dirinya sendiri menjadi pionir dalam rumah tangganya. Sehingga anak-anaknya kelak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, mengerti bagaimana berbakti kepada ke dua orangtua. (QS 31: 14), (QS 17: 23), (QS 46: 15). Jika demikian halnya berarti semua itu haruslah dimulai dari diri sendiri, jangan menyuruh orang lain berbuat sesuatu bila diri sendiri belum melakukannya, sehingga akan terhindar dari kebencian Allah terhadap diri (QS 61:2-3), sebab kalau tidak, akan mendapat julukan Mr/Mrs JARLANI (Dapat mengajari tidak dapat menjalani). Alasan di atas sebenarnya merupakan alasan yang sangat mulia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan Firman Allah SWT (QS 28: 77): “Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kepada seluruh manusia baik itu lakilaki maupun perempuan, untuk berusaha mengumpulkan bekal untuk pulang ke haribaanNya. Dan karena rahmatNya pula dijadikannya malam dan siang silih

7

berganti agar manusia yang mampu menggunakan akalnya mencari karuniaNya dan bersyukur kepadaNya. (QS 28:73). PENUTUP Dalam setiap langkah, kegiatan, jangan atas nama/demi selain Allah, sebab bila ada ketidak sesuaian keinginan atau harapan dari diri dengan anak atau suami atau keluarga atau yang diatasnamakan “DEMI”, tentu yang ada adalah ‘kesal’; ‘capek fisik’; ‘jengkel’; ‘tidak ikhlas’, akhirnya dapat menyebabkan sakit di dada. Dan ujungujungnya sakitlah fisik, karena dorongan hati yang bukan Lillahi Ta’ala. Seperti firman Allah dalam QS 92: 4) bahwa: “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.” Di sini ditekankan bahwa apapun yang diperankan, apakah sebagai ibu rumah tangga, perempuan karir, pedagang, sebaiknya harus memperbarui niat bahwa manusia sebagai kalifatullah di muka bumi hanyalah untuk mencari keridloan Allah semata. Bukan mencari pujian dari manusia, atau untuk membanggakan diri karena merasa bahwa kesuksesan itu adalah hasil keringatnya sendiri, atau demi mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Allah mengingatkan dalam (QS 9: 24): Katakanlah:”Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, Istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq.

Mulai dari sekarang niatkan segala langkah dan kegiatan kita atas nama kan Allah agar selalu mendapatkan pahala akhirat lebih dahulu, bukan sebaliknya seperti yang terjadi orang yang berdoa hanya mencari hasil untuk hidupnya di dunia (QS 2:200). Awali dengan ‘Istighfar’, bagi yang selama ini ternyata salah dalam memulai segala langkah karena . Bahkan seringkali lupa tidak berniat. Pada hal sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa segala sesuatu yang dilakukan nilainya tergantung pada niatnya (Innamaal ‘amaalu bin niyyat’) dan sebaiknya agar mendapat pahala dari Allah dimulai dengan membaca ‘basmallah.’ Dalam menempuh pendidikan niatkan pula untuk mencari ridlo Allah agar wawasan pribadi

bertambah, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan akal,

pikiran, tidak lebih emosional, agar apabila mendapatkan pekerjaan atau posisi yang diinginkan, tidaklah menjadi kecewa, stress, dan akhirnya .......... sakit jiwa. Orangorang yang selalu bersyukur akan mendapatkan kelipatan nikmat, tetapi yang kufur 8

atau mengingkari nikmat akan mendapat azab yang pedih dari Allah SWT

(QS: 14:7).

Dan selalulah berdoa, sesuai dengan firmanNya (QS 2:186) bahwa: “Allah adalah dekat, dan akan mengabulkan permohonan orang yang bermohon kepadaNya selama orang-orang tersebut mematuhi segala perintahNya dan beriman kepadaNya agar mereka selalu dalam kebenaran”; dan janji Allah itu pasti benar (QS 46: 16); (QS 18:98). REFERENSI: Alibasyah, Permadi. 2003. Bahan Renungan Kalbu: Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa. Yayasan Mutiara Tauhid: Jakarta. AlQur’an dan Tarjamahnya. 1992. Departemen Haji dan Wakaf Medinah Munawaroh.

Saudi Arabia.

AlQur’an Tajwid dan Terjamahnya. 2006. Departemen Agama RI. PT Syaamil Cipta Media: Bandung. Azkiyah, N. 2002. Keterkaitan Pendidikan Formal Perempuan dan Dunia Pembangunan. Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan. Boserup, E. 1984. Peranan Wanita dan Pembangunan Ekonomi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Chobaud, J. 1970. Mendidik dan Memajukan Wanita. (Terjemahan oleh Koesalah Soebagjo Toer. 1984). Penerbit: Gunung Agung: Jakarta. Freire, P. 1984. Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan. PT Gramedia: Jakarta. Hadiri SP, Ch. 1993. Klasifikasi Kandungan Al Qur’an. Gema Insani Press: Jakarta.

9

Related Documents

Menjadi Muslimah Diam
November 2019 9
Muslimah Yang Dikasihi
November 2019 11
Muslimah
June 2020 22
Menjadi Pendengar Yang Baik
October 2019 49
Menjadi Yang Terbaik
June 2020 29

More Documents from ""

Snuping Spyware
December 2019 79
Ngantuk Ngedite.docx
April 2020 15
Field Bus Guide
June 2020 17
10.pdf
December 2019 27