Ngantuk Ngedite.docx

  • Uploaded by: Sri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ngantuk Ngedite.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,346
  • Pages: 36
LAPORAN KEPANITERAAN IKM UPAYA PENINGKATAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN PNEUMONIA BALITA DI PUSKESMAS BAKI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :

Yudhistira Nugraha R. S.Ked

J510170101

Fitria Shirley Melinda, S.Ked

J510170103

Ellyna Eka Suprabawati, S.Ked

J510170100

Luthfi Hannan, S.Ked

J510170102

Denny Setyawan, S.Ked

J510170112

HALAMAN JUDUL

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIT PELAYANAN TERPADU PUSKESMAS BAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEPANITERAAN IKM UPAYA PENINGKATAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN PNEUMONIA BALITA DI PUSKESMAS BAKI

Diajukan Oleh :

Yudhistira Nugraha R. S.Ked

J510170101

Fitria Shirley Melinda, S.Ked

J510170103

Ellyna Eka Suprabawati, S.Ked

J510170100

Luthfi Hannan, S.Ked

J510170102

Denny Setyawan, S.Ked

J510170112

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari, ………………………… 2019

Pembimbing : dr. Hastuti Retna Ningsih

(.................................)

Penguji : Dr.Mohammad Shoim Dasuki, M.Kes

(.................................)

Penguji : Bejo Raharjo, SKM, M.Kes

(.................................)

HALAMAN PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................................................. 2 D. Manfaat ........................................................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4 A. Definisi Pneumonia ......................................................................................................... 4 B. Etiologi ............................................................................................................................ 4 C. Faktor Risiko ................................................................................................................... 4 D. Klasifikasi Pneumonia .................................................................................................... 7 E. Tanda dan Gejala Pneumonia ......................................................................................... 7 F.

Penatalaksanaan kasus Pneumonia Bayi dan Anak Balita .............................................. 7

G. Bahaya Pneumonia pada Bayi dan Anak Balita ............................................................. 8 H. Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia ................................................................ 8 I.

Komplikasi ...................................................................................................................... 9

J.

Penerapan di Puskesmas ................................................................................................. 9

BAB III METODE PENERAPAN KEGIATAN ................................................................ 12 A. Analisis Situasi.............................................................................................................. 12 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 12 C. Menentukan Prioritas Masalah ..................................................................................... 12 D. Penyebab Masalah ........................................................................................................ 12 E. Alternatif Pemecahan masalah ...................................................................................... 12 F.

Menentukan Prioritas Penyelesaian Masalah................................................................ 12

G. Usulan Program Penyelesaian Masalah ........................................................................ 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 13 A. Hasil .............................................................................................................................. 13 B. Pembahasan................................................................................................................... 28 BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 29 A. Kesimpulan ................................................................................................................... 29 iii

B. Saran ............................................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu major forgotten killer of children (pembunuh anak utama yang terlupakan). Diperkirakan lebih dari 2 juta anak balita meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru akut setiap tahunnya dan ini merupakan lebih dari 1/5 bagian dari 9 juta anak balita yang meninggal setiap tahunnya. Angka ini melebihi angka kematian akibat AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya (WHO, 2015). Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari Sustainable Developmental Goals (SDGs – 2016) adalah memastikan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua penduduk pada setiap tahap kehidupan; salah satunya adalah menurunkan angka kematian balita 25 per 1000 kelahiran hidup (Hartati, 2011). Di Indonesia, program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak merupakan salah satu pemberantasan penyakit yang termasuk dalam program pembangunan nasional. Pneumonia sampai saat ini masih tercatat sebagi masalah kesehatan utama pada anak dinegara berkembang dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dibawah usia lima tahun (balita). Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respirasi. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Menurut Riskesda 2007, pneumonia menduduki tempat ke-2 penyebab kematian terbesar pada balita setelah diare. Oleh itu, angka kematian balita bisa terus diturunkan sehingga pembangunan menuju indonesia sehat 2015 dapat tercapai (IDAI, 2009). Penemuan kasus Pneumonia pada Jawa tengah masih sangat rendah dari target penemuannya. Berdasarkan profil kesehatan 2015 dari Kemenkes, temuan kasus pneumonia pada neonatus dan anak balita adalah 20.622 kasus dari target temuan 118.145 (17.49%) (KEMENKES R.I., 2015). Tugas dan fungsi puskesmas adalah menangani berbagai macam program, salah satu program yang dilaksanakan dipuskesmas adalah penanggulangan ISPA. Hal ini membutuhkan tenaga kesehatan yang berkualitas, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Kinerja Puskesmas diukur dari tingkat keberhasilannya dengan membandingkan kegiatan yang ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan 1

Minimal (SPM). Salah satu bagian penilaian yang ada di SPM adalah cakupan balita dengan pneumonia yang ditenukan atau ditangani sesuai standar dengan target yang harus tercapai adalah 100%. Adapun sasaran balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau ditangani sesuai standar menurut SPM adalah 5,12% x 10 % x jumlah penduduk. Di Puskesmas Baki, berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bulan Januari sampai dengan Desember 2018 didapatkan cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar masih jauh dibawah target yaitu 10% masih dibawah target dinas kesehatan kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 15% tertuang didalam laporan ini. Karena hal inilah maka dirasa perlu dibahas untuk ditindak lanjut dan dicari penyebabnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah yaitu apa yang menyebabkan Program P2 ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar belum memenuhi target, bagaimana alternatif pemecahan masalah jika disesuaikan dengan penyebab permasalahan, kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Merencanakan kegiatan peningkatan cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Baki selama bulan Januari - Desember 2018. 2. Tujuan Khusus Mengetahui cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai standar di Puskesmas Baki selama periode Januari – Desember 2018. Mengidentifikasi penyebab belum tercapainya target P2 ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai standar di Puskesmas Baki periode Januari – Desember 2018. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah yang telah diidentifikasi. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan. Mampu menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.

2

D. Manfaat 3. Bagi Penulis a. Mengetahui pencapaian penemuan dan pengobatan Pneumonia Balita di wilayah Kecamatan Baki. b. menentukan Upaya peningkatan Penemuan dan Pengobatan Pneumonia balita di Wilayah Kecamatan Baki. 4. Bagi Puskesmas Sebagai tambahan Usulan rencana program untuk meningkatkan penemuan dan pengobatan kasus pneumonia pada balita di Kecamatan Baki. 5. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai gambaran evaluasi permasalahan dan solusi terkait dengan penemuan dan pengobatan pneumonia balita di Wilayah Kecamatan Baki.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian. Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Akibatnya kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tidak bisa bekerja karena terjadi hipoksia didalam sel (Kartasasmita, 2010). F. Etiologi Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri dan

sebagian kecil oleh penyebab lain hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan. Mikroorganisme paling sering sebagai penyebab pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Synsial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumonia danHemofillus influenza type B (HIB). Awalnya mikroorganisme masuk kedalam percikan ludah (droplet) kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas jaringan (parenkim paru) dan sebagian lagi karena penyebaran melalui aliran darah. Masa inkubasi adalah 7-14 hari (Sectish, 2012). G. Faktor Risiko 1. Faktor Intrinsik a. Umur Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi dan balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah dibanding denga norang dewasa, sehingga balita masuk ke dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya: diare, ISPA, dan pneumonia. b. Status Gizi Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi kurang maupun buruk. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai bagian dari faktor risiko pneumonia. 4

c. Status Imunisasi Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan pneumonia. Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi.DPT dan Campak. Pemberian imunisasi Campak dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, imunisasi DPT dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 6%. d. Jenis kelamin Selama masa anak-anak, laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan energi yang hampir sama. Kebutuhan gizi untuk anak usia 10 tahun pertama adalah sama, sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan konsumsinya akan sama pula. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koblinski 1997 bahwa sesungguhnya anak perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15-1 kali lebih diatas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian. e. ASI Eksklusif Pada kasus kekurangan vitaminA, fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga m udah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakhea dan paru mengalami keratinisasi, sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran nafas, terutama pneumonia. f. Defisiensi vitamin A Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakhea dan paru mengalami keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. g. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksiterutama pneumonia dan infeksi saluran pernafasan lainnya (IDAI, 2009).

5

2. Faktor Ekstrinsik a. Kondisi Fisik Rumah Kondisi fisik rumah sangat mempengaruhi terhadap kejadian pneumonia. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Secara umum, rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagaiberikut: i. Memenuhi kebutuhan Fisiologis, antara lain pencahayaan , ruang gerak yang cukup , terhindar dari kebisingan. ii. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah. iii. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antara penghuni rumah dengan penyediaan airbersih, pengelolaan tinja, dan air limbah rumah- tangga, bebas vektor penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran. iv. Memenuhi persyaratan tidak terjadinya kecelakaan baik yang ditimbulkan karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain: persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. v. Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah Pneumonia. b. Pendidikan Ibu Pendidikan ibu mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembang bayi dan balita, karena pada umumnya pola asuh anak di tentukan oleh ibu. Tingginya mortalitas dan morbiditas pneumonia lebih di sebabkan oleh kurangnya informasi dan pemahaman yang diperoleh dari seorang ibu. c. Tingkat Jangkauan Pelayanan Kesehatan Rendahnya tingkat jangkauan pelayanaan kesehatan sangat mempengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia, karena akan terlambat memperoleh diagnosa sehingga akan mempengaruhi upaya pertolongan yang di butuhkan (Hartati, 2011).

6

H. Klasifikasi Pneumonia Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas,tarikan dinding dada bagian bawah, dan bunyi nafas (stridor): 1. Pneumonia Batuk, demam lebih dari 38oC disertai sesak nafas. Frekuensi nafas lebih dari 40x/menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah. Pada auskultasi didapatkan bunyi stridor pada paru. 2. Non-Pneumonia Bila bayi dan Balita batuk, demam38C tidak disertai nafas cepat lebih dari 40x/menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada bunyi stridor pada paru (KEMENKES R.I, 2015). Tabel 1. Frekuensi Napas Sesuai Umur No

Umur

Nafas Normal

Nafas Cepat (takipnea)

1

0 – 2 bulan

30 – 50 x / menit

60 x / menit

2

2 – 12 bulan

25 – 40 x / menit

50 x / menit

3

1 – 5 tahun

20 – 30 x / menit

40 / menit

I. Tanda dan Gejala Pneumonia Gejala penyakit Pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat sampai 400C, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang berwarna kuning kehijauan (Glittens, 2012). Gejala dan tanda lainnya adanya batuk berdahak, nyeri dada (saat menarik nafas dalam atau terbatuk), demam, retraksi interkosta, sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual muntah, kekakuan sendi dan otot, sianosis, ronki, foto thorak menunjukkan infiltrasi melebar (Mandell, 2010).

J. Penatalaksanaan kasus Pneumonia Bayi dan Anak Balita 1. Penderita Pneumonia berat dirujuk ke sarana kesehatan rujukan. 2. Penderita pneumonia yang dirawat dirumah diberi terapi antibiotic dengan tindakan penunjang. a. Beri antibiotic: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 g/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari. 7

b. Beri penanganan simptomatis seperti antipiretik. 3. Penderita dengan klasifikasi bukan pneumonia (batuk pilek biasa) diberi tindakan penunjang atau terapi yang sesuai dengan diagnosanya (WHO, 2013).

K. Bahaya Pneumonia pada Bayi dan Anak Balita Pneumonia bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Pneumonia sering kali dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah, hygiene sanitasi rendah, dan terlambat mendapatkan pertolongan, maka resiko kematian akibat pneumonia menjadi meningkat (Sectish, 2012).

L. Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia 1. Pencegahan penyakit menular Pneumonia Upaya pencegahan penyakit pneumonia meliputi kelengkapan imunisasi. Perbaikan gizi anak termasuk promosi ASI, peningkatan kesehatan ibu hamil untuk mencegah BBLR, mengurangi kepadatan hunian rumah dan memperbaiki ventilasi rumah. Penanggulangan Penyakit Pneumonia a. Kelompok Sasaran langsung Sumber penularan pneumonia adalah manusia maka cara yang paling efektif adalah dengan memberikan pengobatan. b. Sasaran cara penularan Penularan penyakit pneumonia dapat berlangsung melalui perantaran udara maupun

kontak

langsung. Upaya

pencegahan

melalui kontak langsung

biasanya dititik beratkan pada penyuluhan kesehatan. Pencegahan penularan melalui udara dapat dilakukan dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan. c. Sasaran pejamu potensial Peningkatan

kekebalan khusus

dapat

dilakukan

dengan

pemberian

imunisasidasar sebagai bagian dari program pembangunan kesehatan yang ternyata cukup

berhasil dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan serta

menurunkan angka kematian bayi dan balita. Saat ini vaksinasi yang dapat mencegah pneumonia pada bayi dan balita yang diterapkan di Indonesia sebagai program imunisasi dasar baru DPT dan Campak saja. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan utama program P2 ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal di masyarakat sehingga 8

memudahkan

kegiatan

penyuluhan

dan

penyebaran

informasi

tentang

penanggulangan pneumonia (KEMENKES R.I., 2010).

M. Komplikasi 1. Pneumonia Stapyhlococcus Terdapat perburukan klinis secara cepat walaupun sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya pneumotokel atau pneumothoraks dengan efusi pleura pada foto dada, ditemukan kokus Gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum. Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustule mendukung diagnosis. 2. Empyema Terdapat demam persisten, ditemukan tanda-tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung seperti: a. Bila massif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal, Pekak pada perkusi. b. Gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada (Swingler, 2012). N. Penerapan di Puskesmas Angka kesakitan (insidens) pneumonia berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain dan mungkin

juga dipengaruhi oleh musim. Umumnya dapat diperkirakan

insidens pneumonia akan tinggi di daerah dimana angka kematian bayinya masih tinggi. WHO memperkirakan angka kesakitan sebesar 10-20% pertahun untuk daerah dengan angka kematian bayi (AKB) diatas 40/1000 kelahiran hidup.

Program P2 ISPA

mengambil angka rata-rata 10% pertahun dihitung dari jumlah penduduk usia balita sebagai perkiraan kejadian pneumonia di satu daerah. Rumus sasaran: 10% x jumlah balita Pada program P2 ISPA yang disebut sasaran adalah: Semua anak Balita yang diperkiraan menderita pneumonia di suatu wilayah tertentu. Sedangkan target adalah sebagian

dari

sasaran

yang

diperkirakan menderita pneumonia. Oleh

karena

keterbatasan sumber daya yang ada baik sumber daya manusia,logistik maupun biaya operasional maka dibuatlah besaran target yang harus dicapai setiap tahun.Besaran target secara nasional berubah-ubah setiap tahun sesuai dengan sumberdaya yang ada, namun biasanya cenderung ada kenaikan. 9

Gambar 1. Kartu berobat program P2 ISPA

Setiap Balita

yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang datang berobat ke

Puskesmas Menggunakan stempel program P2 ISPA di kartu berobat mereka masing-masing. Data-data dari stempel tersebut selanjutnya dimasukkan ke register harian program P2 ISPA yang merupakan rekapitulasi Balita ISPA. Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian program P2 ISPA. Untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan Program P2 ISPA dikembangkan indikator cakupan dengan sumber data register harian pneumonia sebagai berikut: Cakupan = Jumlah penderita pneumonia yang diobati x 100% Jumlah perkiraan kejadian pneumonia di wilayah kerja puskesmas

Pemantauan program P2 ISPA dapat dilakukan di semua tingkat mulai dari tingkat Puskesmas sampai dengan Pusat. Pemantauan dilakukan terhadap:

hasil

penemuan

penderita pneumonia balita yang diobati atau yang ditatalaksana Sesuai standar atau yang disebut cakupan pelayanan logistik: yang dimiliki, dibutuhkan dan yang dikirim dari tingkat lebih atas

laporan dari tingkat yang lebih bawah

Pemantauan

ini

dapat

dilakukan setiap bulan atau triwulan. Dari hasil analisis dapat segera dilakukan tindakan atau intervensi untuk memperbaikinya. Pada prinsipya pemantauan hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan kurun waktu yang lebih lama yaitu tahunan atau semesteran. Program biasanya melakukan evaluasi sekali setahun untuk mengetahui kemajuan

maupun

perencanaan maupun kegiatan

kemunduran

program

dan

yang dapat dilakukan untuk

untuk

menentukan

tahun berikutnya. Oleh

karena evaluasi tahunan biasanya sudah terlambat untuk intervensi pada target 10

program yang telah ditentukan

pada tahun yang sedang berjalan, maka kegiatan

pemantauan sangat penting dilakukan khususnya pemantauan cakupan di tingkat Puskesmas. Alat (tool) pemantau sederhana yang disebut alat pemantauan wilayah setempat (PWS) berupa tabel pemantauan cakupan per bulan yang dapat digunakan di semua tingkat terutama di Puskesmas. Tabel ini dapat dibuat menjadi grafik yang lebih mudah dianalisis. Prinsipnya tabel/grafik ini tidak untuk dilaporkan akan tetapi sebagai alat untuk mengetahui kemajuan/kemunduran suatu wilayah mengenai suatu cakupan pelayanan yang harus dicapainya pada suatu saat tertentu dan untuk segera dapat melakukakan intervensi berupa peningkatan kegiatan dan lain sebagainya. Pada akhir tahun akan didapatkan jumlah

kasus pneumonia per desa, dengan

menjumlahkan kasus per bulan. Persentase (%) Jumlah kasus yang ditemukan pada akhir tahun diperoleh dari: Jumlah kasus akhir tahun x 100% Sasaran Dengan melakukan pemantauan yang teratur seperti diatas dapat diketahui dengan cepat, strategi apa yang harus dilakukan untuk mencapai target yang telah ditentukan pada 3 bulanan, 6 bulanan dan seterusnya sehingga evaluasi diakhir tahun dapat mencapai target yang diinginkan.

11

BAB III METODE PENERAPAN KEGIATAN A. Analisis Situasi Menganalisa Kondisi di Puskesmas Kecamatan Baki dengan menggunakan data sekunder yang terkumpul dianalisis untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di Kecamatan Baki. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah mengacu pada penemuan masalah terendah dari indikator program standar pelayanan minimal. C. Menentukan Prioritas Masalah Dalam menentukan prioritas masalah menggunakan kriteria maktriks berdasarkan dari tingkat uregensi (U), Seriousness (S) dan growth (G). Kemudan diberikan penilaian bersadarkan skala Likert yaitu 1 (sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4(besar) dan 5 (sangat besar). D. Penyebab Masalah Analisis masalah yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan diagriam Ishikawa (disebut juga diagram fish bone, atau cause-and-effect matrix). Analisis ini merupakan alat yang umum digunakan untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan analisis sebab dan akibat dari suatu keadaan dalam sebuah diagram yang terlihat seperti sebuah tulang ikan. E. Alternatif Pemecahan masalah Perancangan program usulan pemecahan masalah. F. Menentukan Prioritas Penyelesaian Masalah Dalam menentukan prioritas penyelesaian masalah menggunakan kriteria efisiensi berdasarkan dari efektivitas yang terdiri dari Magnitude (besarnya masalah yang dapat deselesaikan), Importancy (pentingnya jalan keluar), Vulnerability (sensitivitas jalan keluar), efisiensi (C). Kemudan diberikan penilaian bersadarkan skala yaitu 1 (tidak efektif), 2 (agak efektif), 3 (cukup efektif), 4(efektif) dan 5 (paling efektif). G. Usulan Program Penyelesaian Masalah Memberikan usulan program untuk penyelesaian masalah berdasarkan hasil yang didapat dari penentuan prioritas penyelesaian masalah.

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Analisis Situasi a. Letak Geografis Kecamatan Baki memiliki luas wilayah +23,2 km2 terdiri dari 14 desa dan dengan jumlah penduduk tahun 2018 sebanyak 77.773 jiwa. Puskesmas Baki terletak di Wilayah Kecamatan Baki dan berada di tepi jalan utama propinsi, yaitu jalan WR Supratman No 20 yang berjarak 12 km dari kota kabupaten. Luas wilayah kerja kecamatan Baki adalah 23 km2, yang terdiri dari 614.303 Ha sawah dan 592.975 Ha tanah. Wilayah kerja Puskesmas Baki meliputi 14 desa yaitu Desa Kudu, Kadilangu, Pandeyan, Menuran, Duwet, Siwal, Waru, Bentakan, Gedongan, Jetis, Ngrombo, Mancasan, Gentan dan Purbayan. Puskesmas Baki terletak di Jalan Kecamatan Baki yang memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara

: Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

Sebelah Selatan

: Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten

Sebelah Barat

: Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura

Sebelah Timur

: Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo

Daerah di Wilayah kerja Puskesmas adalah dataran rendah dan merupakan kawasan agraris, industri, dan sebagian merupakan kawasan perkotaan (komplek perumahan), karena di beberapa desa terdapat sentra produksi kerajinan, makanan ringan, Industri sedang dan Industri besar dan lain sebagainya. Sehi ngga mempunyai resiko terjadinya kecelakaan baik lalu lintas maupun kecelakaan akibat kerja,maupun penyebaran penyakit yang dapat diakibatkan dari faktor migrasi

penduduk

serta

dapat

juga

disebabkan

vector

serangga

dan

nyamuk.Puskesmas Baki mempunyai tanggung jawab terhadap wilayah kerjanya dengan kata lain mempunyai tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan di wilayah kerjanya.

13

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI

Gambar 2. Peta Kecamatan Baki

14

b. Data Demografi 1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Seiring bertambahnya tahun, terjadi peningkatan jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Baki Hal tersebut dapat dilihat pada tahun tahun 2017 sebanyak 68.773 jiwa. Pada tahun 2018 sebanyak 71.138jiwa dengan jumlah KK yaitu 20.222 jiwauntuk jumlah RW yaitu 110 sedangkan jumlah RT yaitu 363. Puskesmas saat ini diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tepat sasaran terhadap penduduk di wilayah kerjanya. Tingkat partisipasi perempuan dapat dilihat diberbagai bidang, mulai dari pertanian, produksi rumah tangga ataupun sebagai buruh pabrik. 2) Jumlah penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jika dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata penduduk berpendidikan SLTA walaupun masih ada yang berpendidikan SLTP, SD, ataupun tidak sekolah khususnya penduduk yang sudah tua.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan wilayah Puskesmas Baki tahun 2018 No.

Tingkat Pendidikan

Jumlah(jiwa)

1.

Tidak tamat SD

2539

2.

SD

8904

3.

SMP

6148

4.

SMA

4743

5.

Akademi

857

6.

Perguruan Tinggi

536

7.

Lain-lain

153

15

c. Data Sumber daya Manusia Kesehatan Puskesmas Baki Tabel 3. Jumlah Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Baki tahun 2018 No.

Jenis SDM Kesehatan

Jumlah

1

Dokter Umum

3

2

Dokter Gigi

2

3

Perawat

13

4

Perawat Gigi

1

5

Bidan

21

6

Bidan Desa PTT

15

7

Tenaga Teknis Kefarmasian

2

8

Apoteker

0

9

Kesehatan masyarakat

2

10

Sanitarian

2

11

Gizi

1

12

Fisioterapi

1

13

Analis Kesehatan

2

14

Rekam Medis

1

15

Non Tenaga Kesehatan

5

16

Tenaga THL

9

JUMLAH

82

d. Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan yang ada di kecamatan Baki, terdiri atas sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang terbagi atas sarana milik pemerintah dan swasta. Sarana pelayanan kesehatan dasar pemerintah terdiri atas sarana milik pemerintah dan swasta. Sarana pelayanan kesehatan dasar pemerintah terdiri atas puskesmas dan sarana ksehatan lainnya. Jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 4 buah yang berada di Desa Gentan, Desa Daleman, Desa Purbayan, dan Desa Mancasan. Pos Kesehatan Desa sejumlah 14 sedangkan puskesmas keliling sejumlah 4 buah berada di Desa Ngrombo, Desa Menuran dan Desa Siwal. Sedangkan sarana kesehatan lainnya terdiri atas: Klinik Rawat Jalan

: 2 buah

Dokter Praktik Swasta

: 6 orang 16

RS swasta

: 0 buah

RB swasta

: 5 buah

Bidan Pratik Mandiri

: 14 buah

Apotek

: 3 buah

e. Visi “Menjadikan Puskesmas Kecamatan Baki Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berorientasi pada Masyarakat dengan Mengedepankan Pelayanan Prima Untuk Menuju Kecamatan Baki Sehat.” f. Misi Memberdayakan tenaga, sarana dan prasarana di puskesmas maupun wilayah kerjanya. Mengupayakan

pelayanan

kesehatan

secara

komprehensif

dan

berkesinambungan yang didukung dengan perkembangan iptek. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama lintas program maupun lintas sektoral. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.

17

g.

Struktur Organisasi

18

2. Identifikasi Masalah Data yang digunakan untuk melakukan identifikasi masalah diambil dari Puskesmas Baki pada tahun 2018. Tabel 4. Capaian Layanan Kesehatan Puskesmas Baki tahun 2018. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Layanan Kesehatan

PROMKES

KESLING

KIA

GIZI

P2P

Indikator

Sasaran

Pengkajian PHBS di institusi pendidikan Pembinaan Posyandu promosi kesehatan Sekolah dasar Desa Siaga Aktif Intervensi pada rumah tangga Sarana Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan Rumah yang memenuhi syarat kesehatan Jamban Sehat Pelayanan kesehatan untuk ibu Hamil Pelayanan Kesehatan Remaja Pelayanan Kesehatan neonatus Pertama Pemberian Tablet tambah Darah Pada Remaja Putri Cakupan Penimbangan balita Ibu Hamil kurang Energi kronis (KEK) Cakupan pelayanan diare balita Penemuan Pasien TB BTA Positif Penemuan Pneumonia Balita Imunisasi Dasar Lengkap

47 113 43 14 6

Target Hasil % Angka Angka % 24 50% 47 100% 113 100% 113 100% 43 100% 43 100% 14 100% 14 100% 6 100% 6 100%

16143

13399

83%

14481

89%

17619 17619 795 10748 920

10571 14448 708 7201 902

60% 82% 89% 67% 98%

13937 15595 727 1690 908

79% 88% 91% 15% 98%

812

162

20%

643

79%

4767 1012 1279 99 256 906

3766 213 1279 40 90 833

79% 21% 100% 40% 35% 92%

4222 116 344 23 26 886

88% 11% 26% 23% 10% 97%

Berdasarkan Tabel di atas dapat ditemukan ada beberapa layanan yang masih belum mencapai Target, sehingga diperlukan adanya penyelesaian masalah terhadap layanan tersebut. 3. Menentukan Prioritas Masalah Setelah dilakukan analisis masalah maka didapatkan beberapa masalah yang perlu dilakukan penentuan prioritas masalah untuk diseselaikan. Untuk menentukan prioritas masalah digunakan kriteria matriks berdasarkan dari tingkat Urgency (U), Seriousness (S), dan Growth(G). Tabel 5. Prioritas masalah No. Masalah 1 layanan kesehatan Remaja Ibu Hamil Kurang energi 2 Kronis (KEK) 3 Penemuan Pneumonia Balita

Urgency Seriousnes Growth Total 2 3 3 8 4 4

19

4 4

3 4

11 12

Skala Likert: 1. Sangat Kecil 2. Kecil 3. Sedang 4. Besar 5. Sangat Besar Setelah dilakukan matrikulasi masalah dalam menentukan propritas masalah diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah yang akan disusun alternatif pemcahan masalahnya adalah penemuan Pneumonia Balita. 4. Penyebab Masalah Setelah dilakukan analisis data selanjutnya perlu dilakukan analisis masalah untuk menentukan masalah dari sebab akibat. Analisis masalah yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan diagram Ishikawa disebutjuga diagram fish bone, atau cause-and-effect matrix).

20

Material

Man Sarana dan prasarana yang kurang

kurangnya pelaporan penumonia dari petugas kesehatan Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait

Tidak adanya media informasi mengenai Pneumonia Balita

Kurangnya peran aktif petugas dalam menemukan kasus Pneumonia Balita

Kurangnya penyuluhan dan pelatihan mengenai Pneumonia Balita pada kader dan bidan desa

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia pada anak

Kurangnyapelaporan penemuan kasus Pneumonia Balita dari Fasilitas kesehatan luar

Wilayah kerja Puskesmas Baki yang dekat dengan Rumah sakit, dokter praktek swasta dan klinik

Belum adanya pelaksanaan survei ke wilayah untuk menemukan Kasus Pneumonia Method

Enviroment

21

Kurangnya Penemuan Kasus Pneumonia Balita Puskesmas Baki

a. Material Sarana dan prasarana yang kurang di Puskesmas Baki yang akan mempersulit aktivitas yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang berperan dalam penemuan kasus Pneumonia Balita. Beberapa sarana dan prasarana tersebut adalah alat tensimeter anak, oxymetri dan timer. Selain itu belum adanya media informasi mengenai Pneumonia Balita baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik yang dapat mempermudah masyarakat maupun petugas kesehatan terkait dalam mengetahui informasi tentang penyakit ini dan cara mendeteksinya. b. Man Kurangnya Peran aktif Petugas dalam menemukan kasus Pneumonia karena petugas lebih memilih ke program lain yang lebih dikunjungi oleh masyarakat sehingga menyebabkan komunikasi antara etugas yang seharusnya melaksanakan program pneumonia menjadi terganggu, dan mengakibatkan pelaporan kasus pneumonia menjadi jarang dilakukan. c. Method Kurang terjaringnya pasien Pneumonia Balita karena kurangnya penyuluhan dan pelatihan terhadap kader dan bidan desa. Kader dan bidan desa kurang mengetahui gejala khas dari penjaringan Pneumonia Balita sehingga diagnosis tidak ditegakkan dengan tepat. Selain itu, kurangnya kerjasama rumah sakit, dokter praktik pribadi, dan juga klinik kesehatan dalampencatatan atau pelaporan kasus Pneumonia Balita menyebabkan rendahnya cakupan yang ada. Survei sebagai penemuan kasus Pneumonia secara aktif juga masih belum ada. d. Environment Rendahnya pengetahuan masyrakat mengenai penyakit pneumonia membuat orang dewasa yang melihat anaknya dengan gejala pneumonia (sesak, demam, batuk berdahak ) membuat masyarakat menganggap bahwa itu adalah sakit flu biasa. Serta Letak geografis puskesmas Baki yang dekat dengan beberapa rumah sakit, dokter praktik pribadi, dan juga klinik swasta menjadikan masyarakat memiliki kesempatan untuk berobat ditempat lain diluar puskesmas. hal tersebut dapat menjadi faktor rendahnya pasien Pneumonia Balita yang berobat ke puskesmas. 5. Alternatif Pemecahan Masalah Setelah diperoleh daftar penyebab masalah paling mungkin, langkah selanjutnya adalah membuat alternative prioritas pemecahan masalah. Hal ini didapatkan 22

melalui diskusi : Tabel 6. Alternatif Pemecahan Masalah Masalah

Alternatif

Pemecahan

Masalah Kurangnya

Mengadakan

penyuluhan pelatihan

dan

penyuluhan

mengenai

Pneumonia

penyuluhan-

Balita

ataupun

pertemuan-pertemuan

antara

tenaga

kader,

kesehatan,

pada kader dan bidan

untuk

desa serta kurangnya

mengenai Pneumonia. Serta

kerjasama

menentukan target pengiriman

dari

Fasilitas

kesehatan

memberi

suspek

di

desa-desa

luar dalam penemuan

dievaluasi.

kasus

Meningkatkan

Pneumonia

Balita.

informasi

antara

kerjasama

kader

puskesmas

dan

dengan

dengan

mengadakan

cara

pertemuan

berkala agar komunikasi dapat berjalan dapat

sehingga

program

terlaksana

secara

optimal. memberikan target capaian pelaporan kasus pneumonia kepada luar,

fasilitas baik

kesehatan

dalam

jumlah

maupun tenggat waktu. Belum

adanya

Mengadakan

survei

pelaksanaan

survei

Kesehatan pada balita di baki

ke

untuk

secara

Kasus

menemukan

wilayah

menemukan

bertahap

guna kasus

Pneumonia

pneumonia.

Tidak adanya media

Dilakukan pengadaan barang

informasi

sebagai penunjang diangnosis

mengenai

23

Masalah

Alternatif

Pemecahan

Masalah Pneumonia serta

Balita,

Sarana

prasarana

seperti

dan

Stetoskop

anak,

Tensimeter anak, oxymetri

yang

dan timer

kurang di Poli MTBs

Bekerjasama dengan pihak

dan

media masa seperti radio,

Rendahnya

pengetahuan

surat kabar atau siaran televisi

masyarakat mengenai

dalam menyajikan informasi

pneumonia pada anak

mengenai Pneumonia Balita baik dalam bentuk media cetak

(contohnya

seperti

spanduk

maupun

baliho, poster)

maupun

media

elektronik (Contohnya seperti iklan, berita, artikel) yang dapat

mempermudah

masyarakat maupun petugas kesehatan

terkait

dalam

mengetahui informasi tentang penyakit

ini

dan

cara

mendeteksinya. Kurangnya

peran

Meningkatkan

pemahaman

aktif petugas dalam

kepada

menemukan

menemukan kasus pneumonia

kasus

Pneumonia Balita

petugas

bahwa

akan sekaligus memberikan pencegahan

ISPA

dan

komplikasinya.

6. Menentukan prioritas penyelesaian Masalah Berikut martikulasi alternatif pemecahan masalah dari penemuan Pneumonia Balita yang dilakukan oleh Puskesmas Baki. No

Daftar Pemecahan Masalah

Efektivitas M I V 24

Efisiensi Jumla (C)MxI MxIxV

C 1

2

4

Mengadakan penyuluhan- 3 penyuluhan ataupun pertemuanpertemuan antara tenaga kesehatan, kader, untuk memberi informasi mengenai Pneumonia. Meningkatkan kerjasama antara 4 kader dengan puskesmas dengan cara mengadakan pertemuan berkala 2 melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat setempat untuk ikut secara aktif dalam program P2P

3

4

3

12

2

3

3

8

3

3

2

9

5

Dilakukan pengadaan barang sebagai penunjang diagnosis seperti Stetoskop anak, Tensimeter anak, oxymetri dan timer.

4

3

3

3

13

6

Bekerjasama dengan pihak media masa seperti radio, surat kabar atau siaran televisi dalam menyajikan informasi mengenai Pneumonia Balita baik dalam bentuk media cetak (contohnya seperti baliho, spanduk maupun poster) maupun media elektronik (Contohnya seperti iklan, berita, artikel)

3

2

2

2

6

Mengadakan Survei kesehatan Balita di baki secara bertahap

5

4

4

3

16

Meningkatkan temuan pneumonia dengan mengumpulkan laporan Pneumonia dari faskes Luar

4

3

3

4

15

8.

Kriteria efektivitas : M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat deselesaikan) I = Importancy (pentingnya jalan keluar) V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar) Kriteria penilaian efektifitas: = tidak efektif 25

= agak efektif = cukup efektif = efektif = paling efektif Kriteria efisiensi: C

= Efficiency – Cost (semakin besarbiaya yang diperlukan semakin tidak efisien).

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka didapatkan urutan pemecahan masalah sebagai berikut: a. Mengadakan Survei Kesehatan Balita di baki secara bertahap b. Meningkatkan temuan pneumonia dengan mengumpulkan laporan Pneumonia dari faskes Luar c. Dilakukan pengadaan barang sebagai penunjang diagnosis seperti Stetoskop anak, Tensimeter anak, oxymetri dan timer. d. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ataupun pertemuan-pertemuan antara tenaga kesehatan, kader, untuk memberi informasi mengenai Pneumonia. e. melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat setempat untuk ikut secara aktif dalam program P2P f. Meningkatkan kerjasama antara kader dengan puskesmas dengan cara mengadakan pertemuan berkala. g. Bekerjasama dengan pihak media masa seperti radio, surat kabar atau siaran televisi dalam menyajikan informasi mengenai Pneumonia Balita baik dalam bentuk media cetak (contohnya seperti baliho, spanduk maupun poster) maupun media elektronik (Contohnya seperti iklan, berita, artikel) 7. Usulan Program Penyelesaian Masalah a. Nama Program Program ini diberi nama TUSATI yang merupakan singkatan “tumbuh sehat tanpa pneumonia” b. Deskripsi Program Program TUSATI merupakan program gagasan dinamis guna menuntaskan masalah kurangnya penemuan kasus pneumonia di daerah Kecamatan Baki.

26

Program ini memfokuskan pada penemuan dan pengobatan Pneumonia secara aktif dengan melakukan Survei kesehatan anak usia <5 tahun secara bertahap. c. Tujuan program 1) Meningkatkan penemuan pneumonia pada Balita 2) meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pneumonia 3) meningkatkan kesehatan Balita di Wilayah kecamatan Baki d. Sasaran program Sasaran dari Program Tusati adalah seluruh wilayah Kecamatan Baki. e. Pelaksana Program Pihak Puskesmas yang terdiri dari penanggung jawab program, Bidan desa. sebagai pelaksana survey kesehatan Balita. 1) Kader posyandu desa yang berperan meninjau kesehatan balita di desanya. Metode Penerapan Program Konsep Kerja Program TUSATI Dalam pelaksanaan program ini diharapkan dapat sinergis antara pihak kesehatan (puskesmas), kader posyandu, dan Balita yang menderita Pneumonia Alur Pelaksanaan program TUSATI Pelaksanaan program ini diawali dengan pengumpulan data KK yang memiliki anak usia <5 tahun . Pengumpulan data tersebut dilakukan oleh Kader – Kader posyandu di setiap Desa yang kemudian dilaporkan ke puskesmas. Data telah terkumpul dilakukan pemberian materi kepada kader dan bidan desa Mengenai pemeriksaan untuk mendiagnosis pneumonia dan kemudian dikukuhkan menjadi Tenaga TUSATI. Selanjutnya pihak puskesmas dan Tenaga TUSATI menganalisis masalah tersebutdengan sistem door to door, yaitu petugas puskesmas mendatangi rumah keluarga yang memiliki anak usia <5 tahun dan memeiksa kesehatan balita dan mengedukasi keluarga di rumah mengenai pneumonia dan penyakit ISPA lainnya dimana gejala nya mirip dengan batuk pilek biasa namun disertai sesak pada anaknya yang tidak bisa dilihat sekilas dan keluarga harus bisa mengamati ketika sang anak sesak. Tenaga TUSATI akan mengevaluasi kesehatan setiap balita yang dikunjungi serta melindungi balita dari segala faktor resiko penularan pneumonia. Tempat dan waktu pelaksanaan Program Program “TUSATI” dilaksanakan di seluruh kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. program dilaksanakan bertahap di setiap desa. 27

B. Pembahasan Setelah dilakukan analisis masalah maka didapatkan beberapa masalah yang perlu dilakukan penentuan prioritas masalah untuk diselesaikan.Untuk menentukan prioritas masalah digunakan kriteria maktriks berdasarkan dari tingkat uregensi (U), Seriousness (S) dan growth (G). Kemudan diberikan penilaian bersadarkan skala Likert yaitu 1 (sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang),4(besar) dan 5 (sangat besar). Dari prioritas masalah tersebut penulis mengusulkan untuk menyelesaikan masalah. Program tersebut diberi namaProgram TUSATI merupakan program gagasan dinamis guna menuntaskan masalah kurangnya penemuan kasus pneumonia di daerah Kecamatan Baki. Program ini memfokuskan pada penemuan dan pengobatan Pneumonia secara aktif dengan melakukan Survei kesehatan anak usia <5 tahun secara bertahap. Pelaksanaan program ini diawali dengan pengumpulan data KK yang memiliki anak usia <5 tahun . Pengumpulan data tersebut dilakukan oleh Kader – Kader posyandu di setiap Desa yang kemudian dilaporkan ke puskesmas. Data telah terkumpul dilakukan pemberian materi kepada kader dan bidan desa Mengenai pemeriksaan untuk mendiagnosis pneumonia dan kemudian dikukuhkan menjadi Tenaga TUSATI. Selanjutnya pihak puskesmas dan Tenaga TUSATI menganalisis masalah tersebutdengan sistem door to door, yaitu petugas puskesmas mendatangi rumah keluarga yang memiliki anak usia <5 tahun dan memeiksa kesehatan balita dan mengedukasi keluarga di rumah mengenai pneumonia dan penyakit ISPA lainnya dimana gejala nya mirip dengan batuk pilek biasa namun disertai sesak pada anaknya yang tidak bisa dilihat sekilas dan keluarga harus bisa mengamati ketika sang anak sesak. Tenaga TUSATI akan mengevaluasi kesehatan setiap balita yang dikunjungi serta melindungi balita dari segala faktor resiko penularan pneumonia.

28

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perencanaan dan pelaksanaan pengendalian penyakit Pneumonia di Puskesmas Baki belum berjalan secara efektif, dilihat dari angka penemuan suspek Pneumonia yang belum mencapai target. Pengetahuan petugas puskesmas dalam menangani kasus pneumonia masih kurang, mungkin dalam penyajian informasi dari petugas ahli masih belum begitu pas dalam memberikan materi sehingga saat bertemu pasien jarang di diagnosis Pneumonia. Prioritas masalah penyakit Pneumonia di Puskesmas Baki adalah tingkat kesadaran masyarakat yang rendah mengenai penyakit Pneumonia, belum optimalnya penyuluhan yang diberikan pada masyarakat, dan kurangnya komunikasi dan kerjasama antara puskesmas, lintas program, perangkat desa, kader, dan masyarakat untuk menanggulangi Pneumonia Pengawasan, pengendalian, dan Penilaian pengendalian penyakitPneumonia di Puskesmas Baki belum berjalan dengan baik, karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke puskesmas. Alternatif pemecahan masalah pengendalian penyakit Pneumonia di Puskesmas Baki dapat dilaksanakan adalah dengan (1) Pelatihan kader Pneumonia untuk menemukan dan merujuk suspek Pneumonia dan Pneumonia. (2) Peningkatan komunikasi kader, puskesmas, perangkat Desa, Pokja Desa dan masyarakat agar program penanggulan Pneumonia dapat terlaksana secara optimal. (3) Penyuluhan kepada masyarakat dan lintas sektor tentang penanggulangan Pneumonia. B. Saran Meningkatkan pengetahuan petugas tentang Gejala awala Pneumonia Balita Pendataan tiap petugas untuk melaporkan pencarian suspek pneumonia maupun penderita pneumonia yang rutin sehingga dapat digunakan menjadi salah satu bahan evaluasi program. Dibuat adanya karyawan berprestasi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Membangun kerjasama yang aktif antar lintas program antara Puskesmas, Rumah Sakit, dokter Spesialis Paru serta warga masyarakat untuk mewujudkan 29

tercapainya keberhasilan peningkatan angka penemuan kasus Pneumonia.

30

DAFTAR PUSTAKA Adegbola & Obaro, 2010. Review Diagnosis of Childhood Pneumonia in The Annal of Trop Med Par, 94(36), pp. 197-207.

Tropics.

Azwar, A., 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Depkes R.I., 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Dirjen PPM&PL. Depkes R.I., 2008. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Departeman Kesehatan R.I.. Eldin, K. & Salih M., 2014. Poor Adherence To The World Health Organization Guidelines of Treatment of Severe Pneumonia in Children at Khartoum Sudan. BMC Research Notes, 7(1), p. 531. Gittens M.M., 2012. Pediatric Pneumonia. Clin Ped Emerg Med J, 3(3), pp. 200- 214. Hartati, S., 2011. Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta, Jakarta: Universitas Indonesia. IDAI, 2009. Pneumonia. In: Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: IDAI, pp. 250-255. Kartasamita, 2010. Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, Jakarta: Kemenkes R.I.. Kemenkes R.I., 2010. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, Jakarta: Kemenkes R.I.. Kemenkes R.I., 2015. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Jakarta: Kemenkes R.I.. Linchenstein R., Suggs A.H. & Campbell J., 2013. Pediatric Pneumonia. Emerg N Am, 21(45), pp. 437-451.

Med Clin

Mandell L.A. & Wunderink R., 2010. Pneumonia. In: Fauci A.S., Braunwald E. & Kasper D.L., eds. Harrison's Principle of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, pp. 236-240. McIntosh K., 2013. Community Acquired Pneumonia in Childen. N Engl J Med, 429-437.

346(6), pp.

O'Brien K., Wolfoson L. & Watt J., 2014. Burden od Disease Caused By Streptococcus pneumoniae in Children Younger Than 5 Years: Global Estimate. Lancet, 374(78), pp. 893-902. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Sectish, T.C. & Prober C.G., 2012. Pneumonia. In: B. R.E., ed. Nelson's Textbook Pediatrics. New York: WB Saunders, pp. 1795-1799.

of

Swingler G.H. & Zwarenstein M., 2012. Chest Radiograph in Acute Respiratory Infections in Children. The Cochrane Library, 25(2), pp. 237-242. Tjay T.H. & Rahardja K., 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media.

31

WHO, 2013. Drug and Therapeutic Committees; A Practical Department of Essential Drugs and Medicine Policy. WHO, 2015. How to Diagnose Pneumonia, New York: WHO.

32

Guide,

Geneva:

Related Documents

Ngantuk!!!
October 2019 17
Ngantuk Ngedite.docx
April 2020 15
Ngantuk Jaya
May 2020 27

More Documents from "conan"

Snuping Spyware
December 2019 79
Ngantuk Ngedite.docx
April 2020 15
Field Bus Guide
June 2020 17
10.pdf
December 2019 27
09 (3).pdf
December 2019 27