Meningokel Fix.docx

  • Uploaded by: melika azzahra ishfahany
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meningokel Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,033
  • Pages: 42
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK MENINGOKEL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang Diampu oleh Wahyudi, S.Kep,. Ns,. MM

Disusun Oleh : IIA 1.

Rizqi Yuliantika H

(P1337420217035)

2.

Melika Azzahra I

(P1337420217035)

3.

Intan Fatriya Y

(P1337420217035)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO 2018

i|Page

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan berkah dan hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Meningokel ” sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah keperawatan anak oleh Bapak Wahyudi, S.Kep,. Ns,. MM adapun makalah ini berisi 3 Bab yaitu Bab I berisi pendahuluan dari pembuatan makalah, Bab II berupa pembahasan dari meningokel , dan Bab III yang berisis asuhan keperawatan pada anak dengan meningokel. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada : 1.

Bapak Wahyudi, S.Kep,. Ns,. MM selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi.

2.

Teman-teman kelas IIA yang selalu saling mendukung dan bekerja sama.

Kami sangat mengaharap kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir kata, semoga segala informasi yang ada di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 29 Agustus 2018

Penulis

ii | P a g e

DAFTAR ISI Judul Cover........................................................................................................i Kata Pengantar..................................................................................................ii Daftar Isi..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................2 C. Tujuan ........................................................................................................3 D. Manfaat ...........................................................................................3 BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................4 A. Definisi Meningokel ...................................................................................4 B. Etilogi Meningokel .....................................................................................4 C. Patofisiologi Meningokel ............................................................................5 D. Tanda dan gejala Meningokel .....................................................................6 E. Manifestasi klinis ........................................................................................7 F. Pathway ......................................................................................................9 G. Pemeriksaan penunjang............................................................................. 10 H. Deteksi Prenatal...............................................................................10 I. Diagnosis dari meningokel.........................................................................11 J. Penatalaksanaa ..........................................................................................11 K. Komplikasi ...............................................................................................13 L. pencegahan penyakit meningokel.............................................................13 M. diagnosa keperawatan................................................................................14

iii | P a g e

N. intervensi .......................................................................................14 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37

iv | P a g e

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Cacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan (bahan teratogenik). Bila cacat bawaan terutama malformasi multipel disertai dengan retardasi mental dan kelainan rajah tangan (dermataoglifi) memberikan kecurigaan kelainan genetik (kromosomal). Penyakit genetik adalah penyakit yang terjadi akibat cacat bahan keturunan pada saat sebelum dan sedang terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat pewarisan dan diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh lingkungan seperti radiasi sinar radioaktif dan kekurangan/kelebihan bahan nutrisi juga dapat menyebabkan cacat bawaan. Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya meningokel dan ensefalokel.

1|Page

Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang. Meningokel biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis ( dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi Meningokel ? 2. Apa etilogi dari Meningokel ? 3. Bagaimana patofisiologi dari Meningokel ? 4. Bagaimana tanda dan gejala Meningokel ? 5. Bagaimana manifestasi klinik dari meningokel 6. Apa saja klasifikasi Meningokel? 7. Bagaimana pathway dari Meningokel? 8. Apa pemeriksaan penunjang dari Meningokel ? 9. Apa Deteksi prenataldari meningokel? 10. Bagaimana diagnosis dari meningokel?? 11. Bagiamana penatalaksanaan pada Meningokel ? 12. Apa komplikasi dari Meningokel ? 13. Apa saja pencegahan penyakit meningokel? 14. Bagaimana asuhan keperawatan Meningokel ? 2|Page

C. TUJUAN 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kasus meningokel 2. Tujuan khusus 3. mengetahui definisi Meningokel 4. mengetahui etilogi dari Meningokel 5. mengetahui manifestasi klinik meningokel 6. mengetahui gambaran patofisiologi dari Meningokel 7. mengetahui tanda dan gejala Meningokel 8. mengetahu klasifikasi Meningokel 9. mengetahui pathway dari Meningokel 10. mengetahui pemeriksaan penunjang dari Meningokel 11. mengetahui Deteksi prenataldari meningokel 12. Mengetahui gambaran diagnosis dari meningokel 13. Mengetahui gambaran patofisiologi dari Meningokel 14. Bagiamana penatalaksanaan pada Meningokel 15. Mengetahui komplikasi dari Meningokel 16. Mengetahui pencegahan penyakit meningokel 17. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Meningokel D. MANFAAT Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tenaga perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Meningokel.

3|Page

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Meningokel adalah protusi meningen dan cairan serebrospinalais kedalam suatu kantung yang di tutupi oleh epitel. Gejala klinis bervariasi sesuai

anomali

korda

spinalis

yang

mendasari.(Obstetri

Willams).

Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melaluivertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Angka kejadiannya 3 dari 1000 kelahiran. Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. Sachrin, 2008). Meningokel terbentuk saat meninges berherniasi melalui defek pada lengkung vertebra posterior. Medulla spinalis biasanya normal dan menerima posisi normal pada medulla spinalis, meskipun mungkin terlambat, ada siringomielia, atau diastematomielia. Massa linea mediana yang berfluktuasi yang dapat bertransiluminasi terjadi sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada dipunggung bawah. Sebagian meningokel tertutup dengan baik dengan kulit dan tidak mengancam penderita (Behrman dkk, 2000). B. Etiologi Penyebab spesifik dari meningokel atau belum diketahui. Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya 4|Page

defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal- hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitaminvitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002] hal-468) Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan. (Patologi Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885) Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau bagian bawahnya. C. Patofisiologi Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spinalis yaitu spina bifida okulta dan spina bifida sistika. Spina bifida okulta

5|Page

adalah defek penutupan dengan meningen tidak terpajan di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral. Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiridari meninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolanini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal.Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan serebrospinal selama trimester pertama.

D. Tanda dan gejala Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau akar saraf yang terkena.

6|Page

Gejala dipunggung

pada tengah

umumnya

berupa

penonjolan

sampai

bawah

pada

seperti

bayi

baru

kantung lahir.

Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi, inkontinesia uri maupun inkontinensia tinja. Korda spinalis yang tekena rentan terhadap infeksi (meningitis). 1. Gangguan persarafan 2. Gangguan mental 3. Gangguan tingkat kesadaran E. Manifestasi Klinis Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupunnakar saraf yang terkena. Gejalanya dapat berupa : 1.

Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.

2.

Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.

3.

Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.

4.

Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).

5.

Lekukan pada daerah sakrum.

7|Page

F. Pathway G. Ibu Pathway Hamil

Kurang asupan nutrisi

Ketidakseimbangan Nutrisi

Terutama asam Gangguan folat / vit B9 pertumbuhan dan perkembangan sel janin

Kegagalan pertumbuhan lamina vertebrata

Terdapat celah pada lamina vertebrata SPINA BIFIDA

SB SISTIKA

SB OKULTA

SB Meningokel

Tonjolan mirip kantong pada meninges dan cairan

Orang tua cemas

Kurang informasi tentang penyakit

cerebo spinal gangguan fungsi saraf pada sistem

8|Page

SB meningomeilokel

perkemihan kelainan

sistem saraf kelainan saraf

pada eksemitas bawah (pinggul dan kaki)

Defisiensi Pengetahuan

Tekanan pada tonjolan tulang

Kerusakan integritas kulit

peningkatan produksi

Cairan cerebo spinal

Pmbedahan/oprasi

Resiko infeksi

9|Page

Kelumpuhan

Hambatan mobilitas fisik

G. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan. 2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra 3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan. H. Deteksi prenatal Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka selama masa prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan konsentrasi alfafetoprotein (AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya arensefali atau mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik (chorionic villus sampling, CVS) juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal. Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat menurunkan disfungsi motorik. (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L. Wong. Hal-1425) I.

Diagnosis

10 | P a g e

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindrom down, dan kelainan bawaan lainnya. Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa petoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif yang palsu tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis. Setelah bayi lahir dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan, pemeriksaan USG tulang belakang bias menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun vertebrata, serta pemeriksaan CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang-kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan lokasi kelainan. J.

Penatalaksanaan Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi

11 | P a g e

keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dan mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan lainnya

diberikan

antibiotic. Untuk membantu

memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Keleinan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi

yang

terjadi.

Kadang-kadang

pembedahan

shunting

untuk

memperbaiki hidrosefalus. Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis. Penatalaksanaan: 1.

Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.

2.

Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantungnya besar untuk mencegah infeksi.

3.

Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent.

12 | P a g e

Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan besar menonjol). Perhatikan juga banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses. K. Komplikasi 1. Hedeosefalus 2. Meningitis 3. Hidrosiringomielia 4. Intraspinal tumor 5. Kiposkoliosis 6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah 7. Serebral palsy disfungsi batang otak 8. Infeksi pada sistem organ lain 9. Sindroma Arnold-Chiari 10. Gangguan pertumbuhan L. Pencegahan Risiko

dapat

dikurangi

dengan

mengonsumsi

asam

folat.

Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 0.4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.

13 | P a g e

M. Diagnosa Keperawatan 1.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, intake inadekuat. (00002)

2.

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif. (00004)

3.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial ( 00085)

4.

Defisiensi Pengetahuan Orang Tua

berhubungan dengan kurang

informasi mengenai penyakit. (00126) 5.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan pada tonjolan tulang (00046)

N. Intervensi Keperawatan 1.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, intake inadekuat.. Tujuan

: Membantu terpenuhinya kebutuhan nutrisi.

Krtiteria Hasil :Dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal normal. Intervensi keperawatan/rasional. a.

Beri dosis sedikit tetapi sering.

b.

Pasang infuse.

c.

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah intake makanan bayi.

2.

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.

14 | P a g e

Tujuan

:Pasien mengalami penurunan risiko terhadap infeksi system saraf pusat.

Kriteria Hasil

:Hasil yang di harapkan kantong meningeal tetap

bersih, utuh, dan tidak menunjukkan buktibukti infeksi Intervensi / rasional a. Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan feses. b. Bersihkan mielomeningokel dengan cermat menggunakan salin normal steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi. c. Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi (salin normal, antibiotik) untuk mencegah pengeringan kantong. d. Berikan antibiotik sesuai resep Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, peka rangsang, latergi, kaku kuduk) untuk mencegah keterlambatan pengobatan dalam pengobatan. e. Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada paskaoperasi. 3.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan

:Pasien tidak mengalami deformitas ekstremitas bawah dan

panggul atau resiko pasien terhadap hal tersebut minimal. Kriteria Hasil

:Ekstremitas mempertahankan fleksibelitasnya Panggul

dan ekstremitas bawah dipertahankan pada artikulasi dan kesejajaran yang benar. Intervensi keperawatan/rasional a.

Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk mencegah kontraktur; jangan memaksakan suatu titik tahanan untuk mencegah trauma.

15 | P a g e

b.

Lakukan peregangan otot bila diindikasikan untuk mencegah kontraktur.

c.

Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai sedang untuk mencegah dislokasi, jaga agar kaki tetap berada pada posisi netral untuk mencegah kontraktur.

d.

Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang dirancang khusus untuk mempertahankan posisi yang diinginkan

4.

Defisiensi Pengetahuan Orang Tua

berhubungan dengan kurang

informasi mengenai penyakit Tujuan Pendek

: orangtua klien dapat memahami proses penyakit

dan prosedur penanganan penyakit anaknya. Tujuan Penunjang

: orangtua klien mampu menjelaskan penyakit

anaknya Kriteria Hasil

: orang tua klien tampak tenang

Orang tua klien dapat menjelaskan proses penyakit dan prosedur penanganan Intervensi Keperawatan: a. Kaji tingkat pengetahuan orangtua klien tentang preoses penyakit dan penanganan penyakit anaknya b. Berikan kesempatan orangtua klien untuk bertanya c. Jelaskan dengan baik kepada orangtua tentang proses penyakit dan prosedur penanganannya d. Berikan dukungan positif kepada orang tua klien. e.

16 | P a g e

5.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan imobilitas sekunder akibat reposisi tidak efektif. Tujuan

: Individu menunjukkan integritas kulit bebas dekubitus

Kriteria Hasil : kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi Intervensi keperawatan/rasional a.

Ubah posisi individu untuk berbalik atau mengangkat berat badannya setiap 30 menit sampai 2 jam untuk penurunan takanan pada kulit.

b.

Instruksikan keluarga tentang teknik spesifik yang digunakan dirumah untuk mencegah dekubitus.

17 | P a g e

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. P DENGAN DIAGNOSA MENINGOKEL DI RUANG CHAMDANI A RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG

A. PENGKAJIAN a. IDENTITAS BAYI Nama Bayi

: By. P

Tempat / Tgl lahir : Surabaya / 10 Februari 2013 jam 15.25 WIB Jenis Kelamin

: Perempuan

b. IDENTITAS IBU Nama Ibu : Ny. P Tempat / Tgl lahir : 25 tahun Agama / Suku

: Islam / Jawa

Warga Negara

: WNI

Bahasa

: Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat Rumah

: Surabaya

c. IDENTITAS AYAH Nama Ayah

: Tn. A

Tempat / Tgl lahir : 43 tahun Agama / Suku

18 | P a g e

: Islam / Jawa

Warga Negara Bahasa

: WNI

: Indonesia

Pendidikan : SLTP Pekerjaan : Swasta Alamat Rumah

: Surabaya

d. PENANGGUNG JAWAB Nama

: Tn. A

Alamat

: Surabaya

Hubungan

: Ayah By. P

e.

Diagnosa Medis: Meningokel

f.

Keluhan Utama : Saat MRS

: lemas,benjolan di bagian okspitalis , muka pucat,

Saat Pengkajian : keluarga pasien mengatakan ada benjolan di bagian okspitalis, menangis dan susa tidur. B. Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga mengatakan benjolan bagian kepala makin lama makin besar dan bayinya sering menangis dan susah untuk tidur sehingga merasa takut dan keluarga membawa bayi ke rumah sakit pada tanggal 19 april 2016 jam 14;00. Pada saat MRS TD : 90/70, N :135 x/ menit, S : 36,5c, RR : 26x/mnt Riwayat penyakit yang lalu : Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga mengalami penyakit seperti yang di alami anaknya mereka saat ini.

19 | P a g e

C. Riwayat Kahamilan Dan Persalinan 1. Riwayat Pre Natal Antenatal Care / ANC

: Bidan setiap bulan ( 9 kali)

Imunisasi

:-

Tablet Fe

: Dapat

Keluhan saat hamil

: Gula darah ibu naik (DM) selama hamil

Kebiasaan saat hamil

: Selama hamil Ibu tidak pernah merasa

mual ataupun sakit hanya saja nafsu makannya semakin meningkat, tidak seperti biasanya. Ibu mengalami PEB (hipertensi, oedema pada kaki, protein urine), Diabetus mellitus dan obesitas. 2.

Riwayat Natal Jenis Persalinan

: Operasi Sectio Sesaria

Pertolongan Persalinan : Dokter Usia Kehamilan

: 32 minggu

Anak ke

: 1 (Pertama)

Waktu Pecah Ketuban

: Spontan sebelum lahir (warna jernih) KPP (-)

Bayi lahir 30 detik

: Menangis

Resusitasi Neonatus

: Dilakukan

IMD

: Tidak dilakukan

APGAR SCORE

:-

Lain – lain

: Bayi lahir Jenis kelamin Perempuan BB 2000 gr, PB 48 cm, LK 34 cm, Gerak tangis kuat, Anus (+)

20 | P a g e

3. Riwayat Post Natal Setelah lahir bayi dirawat di ruang intermediet selama 4 hari karena hipoglikemia. 4. Riwayat Kesehatan Ibu bayi mengatakan bapak dan ibunya juga menderita penyakit kencing manis. 5.

Riwayat Psikososial Ibu / Ayah dan keluarga bayi berharap agar bayinya lekas sembuh dan bisa segera pulang ke rumah.

D. POLA NUTRISI Bayi minum ASI diberikan 2 jam sekali E. POLA ISTIRAHAT Bayi tidur kurang dari 10 jam perhari H. Pola Aktifitas 1. Bayi sering menangis 2. Bayi tidur miring (tidak menonjol benjolan) benjolan diberi kasa steril. I.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Umum

21 | P a g e

Keadaan Umum

: lemah

Kesadaran

: komposmetis

Nadi

: > 125x/menit

RR

: > 26x/menit

Suhu

: >36,5 C

2. kepala leher a.

Kepala :

b.

Inpeksi : Bentuk bulat, terdapat benjolan/ odema pada area okspitalis berupa selaput, warna rambut hitam, rambut lurus, odema

c.

Muka :

d.

inspeksi : bentuk bulat, tidak chianosis dan ikterus, pucat, tidak ada odema

e.

Mata :

f.

inpeksi : bentuk simetris, tidak ada kelainan, tidak adan odema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

g.

Telinga :

h.

inspeksi : Bentuk simetris, Bersih, Tidak ada serumen, Fungsi pendengaran baik

i.

Hidung :

j.

inpeksi : bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada kelainan, tidak ada penapasan cuping hidung.

k.

Mulut :

l.

inspeksi : bentuk simetris, warna merah, mukosa bibir kering

3. Dada Dan Thoraks a.

Jantung 1)

Inspeksi: Bentuk simetris, Tidak odem,tidak ada kelainan, RR 26x/mnt

2)

22 | P a g e

Palpasi : Tidak ada nyeri,

b.

c.

3)

Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan ,suara jantung normal

4)

Prekusi: Tidak ada pembesaran jantung

Paru 1)

Inpeksi : simetris kiri kanan

2)

Palpasi : tidak ada luka atau lesi

3)

Prekusi : suara sonor

4)

Askultasi : tidak ada bunyi tambahan whezing

Abdomen 1)

Inspeksi : simetris kiri kanan ,tidak ada pembengkakan /odem

2)

Palpasi : tidak ada massa

3)

Prekusi : tidak ada hiper tampani

4)

Askultasi pristastik usus normal 23x/menit

2. Genetalia dan anus a. Inpeksi : Labia mayora sudah menutupi labia minor b. Palpasi : ada lubang pada anus 3.

Ekstermitas a. Atas : bayi dapat menggerakan tangannya ,tidak ada polidalitili b. Bawah : tidak ada varises

4.

Sistem neurologi : Reflek bayi normal

5. Kulit dan kuku : a. Kulit : turgor kulit baik, warna kulit mengkilat b. Kuku : tidak ada kekuninga

23 | P a g e

J.

Analisa Data

No 1

2

Data Fokus DS: orang tua klien mengatakan anaknya jarang diberikan cairan DO: kulit klien tampak kering, kulit pucat, adanya lesi DS: orang tua klien mengatakan anaknya susah minum asi DO:, klien terlihat lemah dan menangis

Etiologi Tekanan pada tonjolan kulit

Problem Kerusakan integritas kulit (00046)

Gangguan neurologis Ketidakefektifan Tonjolan di selaput

pola makan bayi

spina bifida (00107)

3

DS: orang tua klien mengatakan terdapat benjolan di punggung

24 | P a g e

organisme infektif

Resika Infeksi

4

DO: terdapat benjolan di selaput spina bifida DS: orang tua klien mengatakan anaknya lemah saat beraktivitas anaknya menangis DO: klien bedrest, dan tubuh masih lemah klien susah tidur

(00004) 1. Kelainan sistem saraf

Hambatan mobilisasi fisik

2. Kelainan pada estermitas bawah (

(00085)

pinggul ,kaki) 3. Kelumpuhan Gangguan mobilisasi fisik

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan pada tonjolan tulang (00046)

2.

Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan gangguan neurologis (00107)

3.

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif. (00004)

4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial ( 00085)

L. INTERVENSI DIAGNOSA 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan pada tonjolan

25 | P a g e

NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan masalah keperawatan teratasi Integritas jaringan: kulit & membran mukosa(1101)

NIC Pencegahan Luka Tekan (3540) - Menggunakan metode pengukuran suhu kulit yang tepat untuk mengetahui resiko luka tekan, sesuai dengan protap yang ada. - Dokumentasi berat badan pasien

tulang (00046)

2. Ketidak efektifan pola makan bayi berhubungan dengan gangguan neurologis (00107)

Indicator A 1.elastisitas 3 2.tekstur 3 3.sensasi 3 4.integritas kulit 3 5.wajah pucat 2 Kriteria : 1.berat 2.cukup berat 3.sedang 4.ringan 5.tidak ada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan masalah keperawatan teratasi Status nutrisi bayi (1020)

Indicator

3. Resiko infeksi

26 | P a g e

A

T

1. Intake nutrisi 2 5 2. Intake cairan lewat 2 5 mulut 3. Toleransi makanan 2 5 4. Perbandingan berat 2 5 /tinngi 5. Intake cairan 2 5 intravena Kriteria : 1. Berat 2. Cukup Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak Ada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam

T 5 5 5 5 5

-

Monitor ketat area yang mengalami kemerahan - Ubah posisi klien dengan teknik yang benar. - Inspeksi kulit di area yang menonjol dan area yang tertekan lainnya setiap kali merubah posisi pasien. - Pasang perlak dari bahan yang nyaman - Ajarkan anggota keluarga atau yang merawat (pasien mengenai tanda-tanda kulit yang tidak utuh. Pengajaran:nutrisi bayi 0-3 bulan (5640) Intruksikan orang tua /pengasuh untuk memberi makan hanya asi atau susu formula untuk tahun pertama (tidak ada makanan padat sebelum 4 bulan) Intruksikan orang tua/ pengasuh untuk membatasi intake air ½ sampai 1 ons pada satu waktu,4 ons setiap hari Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diindetifikasi

kontrol infeksi(6540) - Pertahankan teknik isolasi yang sesui

berhubungan dengan adanya organisme infektif. (00004)

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial ( 00085)

27 | P a g e

-

diharapkan masalah keperawatan teratasi Keparahan infeksi : baru lahir(0708) Indicator A 1.wajah pucat 3 2. gelisah 3 3. menangis kuat 3 4.kulit kemerahan 3 Kriteria : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan masalah keperawatan teratasi

T 5 5 5 5

Pergerakan (0208) Indicator 1.keseimbangan 2.kinerja pengaturan tubuh 3.bergerak dengan mudah Kriteria : 1.sangat terganggu 2.banyak terganggu 3.cukup terganggu 4. sedikit terganggu 5. tidak terganggu

A 3 3

T 5 5

3

5

-

Tingkatkan intake nutrisi yang tepat Dorong untuk beristirahat Berikan imunisasi yang sesui Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan

Pengaturan posisi neurologi(0844) - Berikan posisi terapeutik - Jangan berikan tekanan pada bagian tubuh yang terganggu - Lindungi bagian tubuh yang terganggu - Berikan tempat tidur yang tepat - Pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat

M. DX

IMPLEMENTASI

Hari, tanggal jam I, II, Senin, III, 6 agustus IV 2018 pukul 06.00 WIB

Tindakan Mengukur TTV pada bayi

I, III 07.00

Memandikan bayi, melakukan tindakan asertif dan perawatan tali pusat

IV

07.06

Memakaikan pakaian, popok, dan pada bayi

II

07.10

Memberikan ASI ibu kepada bayi (ASI diberi sesering mungkin saat bayi mulai menangis) Pemberian terapi obat kepada bayi (kolab. Dokter)

I, II, 08.10 III, IV I, III 09.00

Mengkaji benjolan yang terdapat pada punggung bayi

IV

11.00

Mengganti popok

I, II, III, IV

12.30

Mengukur TTV pada bayi

I, III 12.45

Mengkaji benjolan yang terdapat pada punggung bayi

I, III 15.45

Memandikan bayi, melakukan tindakan asertif dan perawatan tali pusat

I, II, III, IV

Memberikan terapi obat kepada bayi (kolab. Dokter)

20.00

28 | P a g e

Respon Ds : Do : N : 144x/m S : 370C RR : 44x/m UK : 2 hari Ds : Do : bayi sudah mulai bergerak dan menangis saat dimandikan Ds : Do : bayi nampak merasa hangat Ds : ibunya mengatakan bayi hanya sedikit meminum ASI Do : bayi menangis Ds :Do : obat masuk melalui selang infus Ds : bayi menangis saat benjolan tersentuh Do : benjolan nampak elastis, tidak ada tanda-tanda robek Ds : Do : bayi tampak BAB dan BAK Ds : Do : S : 37,20C N : 144x/m RR : 44x/m Ds : bayi menangis saat benjolan tersentuh Do : benjolan nampak elastis Ds : Do : bayi sudah mulai bergerak dan menangis saat dimandikan Ds : Do : obat masuk melalui selang infus pada bayi

Paraf

IV

20.45

Mengganti popok pada bayi

Selasa, 07 Agustus 2018 pukul 06.30 WIB I, III 07.00

Memeriksa TTV pada bayi

I, II, III, IV

IV

07.06

I, II, III, IV IV

07.10

07.15

I, II, 08.00 III, IV I, III 09.30

Memandikan bayi, melakukan tindakan asertif dan perawatan tali pusat

Ds : Do : bayi sudah mulai bergerak dan menangis saat dimandikan mengganti pakaian bayi, Ds : popok Do : bayi tidak menangis, bayi tampak hangat dan nyaman Memberikan terapi obat Ds : kepada bayi (kolab. Dokter) Do : obat masuk melalui selang infus pada bayi Memanasi bayi denngan sinar Ds : keluarga mengamati dan matahari dan memberi memahami apa yang pemahaman untuk dikatakan perawat pembatasan penunjang Do : bayi terlihat nyaman Menimbang berat badan bayi Ds : Do : BB : 2.850gr Mengkaji benjolan yang terdapat pada punggung bayi

I, II, III, IV

12.00

Memeriksa TTV pada bayi

III, IV

12.20

Mengganti popok pada bayi

III, IV

15.45

III, IV

19.30

Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat Mengganti popok pada bayi

I, II, III, IV I, II,

20.00

Memberikan terapi obat kepada bayi (kolab. Dokter)

Rabu,

Memeriksa TTV pada bayi

29 | P a g e

Ds : Do : bayi menangis, tampak BAB dan BAK Ds : Do : S : 37,10C N : 140x/m RR : 40x/m

Ds : bayi menangis saat benjolan tersentuh Do : benjolan nampak elastis tidak ada tanda-tanda abrasi dan robek Ds : Do : S : 37,10C N : 140x/m RR : 40x/m Ds : Do : bayi tampak BAB dan BAK Ds : Do : bayi bergerak aktif, menangis Ds : Do : bayi tampak BAB dan BAK Ds : Do : obat masuk melalui selang infus pada bayi Ds : -

III, IV

III, IV

08 Agustus 2018 pukul 06.30 WIB 07.00 Memandikan bayi, melakukan tindakan asertif dan perawatan tali pusat

III, IV

07.06

I, II, III, IV IV

07.10

II

08.00

07.15

I, III 09.30

I, II, III, IV

12.00

III, IV

12.20

III, IV

15.45

III, IV

19.30

I, II, III, IV

20.00

30 | P a g e

Do : S : 37,10C N : 140x/m RR : 40x/m

Ds : Do : bayi sudah mulai bergerak dan menangis saat dimandikan mengganti pakaian bayi, dan Ds : popok Do : bayi tidak menangis, bayi tampak hangat dan nyaman Memberikan terapi obat Ds : kepada bayi (kolab. Dokter) Do : obat masuk melalui selang infus pada bayi Memanasi bayi denngan sinar Ds : keluarga mengamati dan matahari dan memberi memahami apa yang pemahaman untuk dikatakan perawat pembatasan penunjang Do : bayi terlihat nyaman Menimbang berat badan bayi Ds : Do : BB : 2.850gr Mengkaji benjolan yang Ds : bayi menangis saat terdapat pada punggung bayi benjolan tersentuh Do : benjolan nampak elastistidak ada tanda-tanda infeksi dan robek Memeriksa TTV pada bayi Ds : Do : S : 37,10C N : 140x/m RR : 40x/m Mengganti popok pada bayi Ds : Do : bayi tampak BAB dan BAK Memandikan bayi dan Ds : melakukan perawatan tali Do : bayi bergerak aktif, pusat menangis Mengganti popok pada bayi Ds : Do : bayi tampak BAB dan BAK Memberikan terapi obat Ds : kepada bayi (kolab. Dokter) Do : obat masuk melalui selang infus pada bayi

N. EVALUASI Hari/tanggal Senin, 06 Agustus 2018

Dx I

Catatan Perkembangan S:O : 1. terdapat benjolan pada spina bifida 2. kulit pada benjolan nampak elastis 3. KU : Composmentis N : 144x/m S : 370C RR : 44x/m UK : 2 hari A : Integritas jaringan: kulit & membran mukosa(1101) Indicator 1.elastisitas 2.tekstur 3.sensasi 4.integritas kulit 5.wajah pucat Kriteria : 1.berat 2.cukup berat 3.sedang 4.ringan 5.tidak ada

II

Awal 3 3 3 3 2

Tujuan 5 5 5 5 5

Akhir 3 3 3 3 3

P : Lanjutkan Intervensi S :O : 1. KU : Composmentis 2. bayi nampak lemas, nafsu untuk meminum ASI pada ibunya menurun A : Status nutrisi bayi (1020) indikator

31 | P a g e

Paraf

Awal Tujuan Akhir

1. Intake nutrisi 2. Intake cairan lewat mulut 3. Toleransi makanan 4. Perbandingan berat /tinngi 5. Intake cairan intravena Kriteria : 1. Berat 2. Cukup Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak Ada

III

32 | P a g e

5 5

3 2

2 2

5 5

2 2

2

5 3

P : Lanjutkan Intervensi S:O : 1. KU : Composmentis 2. warna benjolan pada punggung bawah bayi seperti warna kulit dan terdapat cairan didalamnya A : Keparahan infeksi : baru lahir(0708) indikator 1.wajah pucat 2. gelisah 3. menangis kuat 4.kulit kemerahan Kriteria : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

IV

2 2

Awal 3 3 3 3

Tujuan 5 5 5 5

Akhir 3 3 3 4

P : Lanjutkan Intervensi S:O: 1. KU : Composmentis 2. bayi kesulitan saat bergerak karena benjolan pada punggung bawahnya 3. bayi menangis saat benjolan tersentuh A : Pergerakan (0208)

Selasa, 07 Agustus 2018

I

indikator Awal Tujuan 1.keseimbangan 3 5 2.kinerja pengaturan 3 5 tubuh 3.bergerak dengan 3 5 mudah Kriteria : 1.sangat terganggu 2.banyak terganggu 3.cukup terganggu 4. sedikit terganggu 5. tidak terganggu P: lanjutkan intervensi S:O : 1. terdapat benjolan pada spina bifida 2. kulit pada benjolan nampak elastis 3. KU : Composmentis N : 140x/m S : 37,1C RR : 40x/m A: Integritas jaringan: kulit & membran mukosa(1101) Indicator 1.elastisitas 2.tekstur 3.sensasi 4.integritas kulit 5.wajah pucat Kriteria : 1.berat 2.cukup berat 3.sedang 4.ringan 5.tidak ada

II

33 | P a g e

Awal 3 3 3 3 2

Tujuan 5 5 5 5 5

Akhir 3 3 3

Akhir 3 4 4 3 4

P : Lanjutkan Intervensi S :O : 1. KU : Composmentis 2. bayi nampak lemas, nafsu untuk meminum ASI pada ibunya menurun

A : Status nutrisi bayi (1020)

III

Indicator

Awal Tujuan Akhir

1. Intake nutrisi 2. Intake cairan lewat mulut 3. Toleransi makanan 4. Perbandingan berat /tinngi 5. Intake cairan intravena Kriteria : 1. Berat 2. Cukup Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak Ada

2 2

5 5

3 3

2 2

5 5

3 3

2

5

3

P : Lanjutkan Intervensi S:O : 1. KU : Composmentis 2. warna benjolan pada punggung bawah bayi seperti warna kulit dan terdapat cairan didalamnya A : Keparahan infeksi : baru lahir(0708) Indicator 1.wajah pucat 2. gelisah 3. menangis kuat 4.kulit kemerahan Kriteria : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

IV

34 | P a g e

Awal 3 3 3 3

Tujuan 5 5 5 5

Akhir 3 3 3 4

P : Lanjutkan Intervensi S:O: 1. KU : Composmentis 2. bayi kesulitan saat bergerak karena benjolan

pada punggung bawahnya 3. bayi menangis saat benjolan tersentuh A : Pergerakan (0208) Indicator 1.keseimbangan 2.kinerja pengaturan tubuh 3.bergerak dengan mudah Kriteria : 1.sangat terganggu 2.banyak terganggu 3.cukup terganggu 4. sedikit terganggu 5. tidak terganggu

Rabu, 08 Agustus 2018

I

3

5

3

P: lanjutkan intervensi S:O : 1. terdapat benjolan pada spina bifida 2. kulit pada benjolan nampak elastis 3. KU : Composmentis S : 37,10C N : 140x/m RR : 40x/m A : Integritas jaringan: kulit & membran mukosa(1101) Indicator 1.elastisitas 2.tekstur 3.sensasi 4.integritas kulit 5.wajah pucat Kriteria : 1.berat 2.cukup berat 3.sedang 4.ringan 5.tidak ada

Awal 3 3 3 3 2

P : Lanjutkan Intervensi 35 | P a g e

Awal Tujuan Akhir 3 5 3 3 5 4

Tujuan 5 5 5 5 5

Akhir 4 4 4 4 5

II

S :O : 1. KU : Composmentis 2. bayi nampak lemas, nafsu untuk meminum ASI pada ibunya menurun A :Status nutrisi bayi (1020) indikator

III

1. Intake nutrisi 2 5 3 2. Intake cairan lewat 2 5 3 mulut 3. Toleransi makanan 2 5 3 4. Perbandingan berat 2 5 3 /tinngi 5. Intake cairan 2 5 intravena 3 Kriteria : 1. Berat 2. Cukup Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak Ada P : Lanjutkan Intervensi S:O : 1. KU : Composmentis 2. warna benjolan pada punggung bawah bayi seperti warna kulit dan terdapat cairan didalamnya A : Keparahan infeksi : baru lahir(0708) Indicator 1.wajah pucat 2. gelisah 3. menangis kuat 4.kulit kemerahan Kriteria : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada P : Lanjutkan Intervensi

36 | P a g e

Awal Tujuan Akhir

Awal 3 3 3 3

Tujuan 5 5 5 5

Akhir 3 3 4 5

IV

S:O: 1. KU : Composmentis 2. bayi kesulitan saat bergerak karena benjolan pada punggung bawahnya 3. bayi menangis saat benjolan tersentuh A : Pergerakan (0208) indikator 1.keseimbangan 2.kinerja pengaturan tubuh 3.bergerak dengan mudah Kriteria : 1.sangat terganggu 2.banyak terganggu 3.cukup terganggu 4. sedikit terganggu 5. tidak terganggu P: lanjutkan intervensi

37 | P a g e

Awal Tujuan Akhir 3 5 4 3 5 5 3

5

3

DAFTAR PUSTAKA Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC: Jakarta. Diane M. Fraser. Dkk. 2009.Myles Buku Ajar Kebidanan. EGC: Jakarta. Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik. Vol 2. EGC: Jakarta Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan Edisi 10. EGC: Jakarta Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

38 | P a g e

Related Documents

Meningokel Fix.docx
May 2020 21
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"