Mengelola Tingkah Aneh Anak

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mengelola Tingkah Aneh Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 899
  • Pages: 4
Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com

Mengelola Tingkah Aneh Anak Sumber : suaramerdeka.com



!

"

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com

APA PUN tingkah laku anak tentu mengundang perhatian orangtua. Decak kagum muncul manakala anak menunjukkan sikap pandai ataupun lucu. Sebaliknya, tak sedikit orangtua yang bingung dan cemas saat mengetahui kebiasaan aneh si anak, seperti menggigit-gigit kuku, mengisap ibu jari, menarik-narik dan memutar-mutar rambut. Celakanya, seperti banyaknya kasus terjadi, rasa cemas tersebut biasanya justru membuat orangtua menjadi panik dan tak tahu harus bertindak. Atau menyikapinya secara berlebihan. Padahal keanehan tersebut merupakan hal biasa. "Si buyung tengah menapaki satu tahap perkembangan berikutnya. Dan ini bakal terus berlangsung selama si kecil masih berumur lima tahun ke bawah," jelas psikolog anak, Vicky Folds, Ph.D. Terpenting, bagaimana menyikapi keanehan-keanehan itu dengan tindakan yang benar. Ikuti tips ini. Tanamkan pengertian. Memang tak mengenakkan jika Anda melihat anak menggigit-gigit kuku jari tangannya atau mengemut jempol. Tapi Anda tak sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 40% dari anak-anak berusia 5-18 tahun pernah menggigit satu atau lebih kuku jari tangannya. Kebisaan ini sebetulnya normal-normal saja mengingat menggigit itu merupakan salah satu insting alamiah si kecil. Jika anak sudah mengerti untuk diberi tahu dan dapat berbicara maka katakan padanya bahwa Anda tak suka seperti, "Ibu nggak suka melihat kamu menggigit-gigit kuku jari. Itu akan mengakibatkan kuman-kuman jahat mudah masuk ke dalam tubuh". Jangan menghukum, menghina atau mengeritiknya karena tak akan menghentikan kebiasaannya. Tenang, tapi waspada. Beberapa anak melakukan kebiasaan menahan napas. Kebiasaan ini biasanya dilakukan si kecil yang kecewa. Kebiasaan ini dilakukan anak hiperaktif untuk mencari perhatian dari orangtuanya. Jangan kasih perhatian. Jika tak ada respon dari orang tuanya maka ia akan berhenti sendiri. Menahan napas ini tak akan membuat anak "kehilangan napas". Namun, kata Folds, Anda tetap harus segera mewaspadai begitu melihat si anak tiba-tiba menahan napasnya saat mengantuk atau tidur. Ada kemungkinan kondisi tersebut diakibatkan adanya kelainan pada otaknya. Nah, kalau kondisinya seperti ini sebaiknya para orangtua langsung membawanya ke pediatrik. Lakukan koreksi. Anak-anak berusia 2 tahun umum punya kebiasaan gagap. Anda lagi-lagi tak perlu cemas. Kegagapan itu umrah selama mereka masih balita. "Anak-anak memiliki

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com

banyak ide terhadap sesuatu, tapi sayangnya tak bisa memformulasikannya lewat kata-kata. Itulah yang kemudian membuat mereka gagap," jelas Heidi Feldman, M.D. Karenanya hadapi kegagapan si kecil dengan tenang dan coba untuk mengoreksi kata-katanya. Buatlah seriang mungkin. Sebaliknya, Anda boleh merasa cemas begitu kegagapan si anak tak kunjung reda selama lebih dari 6 bulan. Pun bagi si kecil berusia 5 tahun yang masih gagap, baik pelafalan kata-kata maupun suara. Untuk ini, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter. Ganti kebiasaan. Anak perempuan biasanya punya kebiasaan atau suka menarik-narik sambil memutar-mutar rambutnya. Kebiasaan ini sering terjadi pada anak perempuan yang berusia balita dan akan berakhir setelah memasuki masa remaja. Kebiasaan ini merupakan usaha anak untuk mendapatkan perasaan yang diasosiasikan dengan kontak kepada tubuh atau pakaian ibunda. Beri tahu dan bujuk anak dengan nada halus agar tak melakukan kebiasaan itu lagi. Misalnya dengan sugesti bahwa kebiasaan itu akan merusak rambutnya. Anda juga bisa melakukan halhal untuk menggantikan kebiasaan anak, seperti membelai rambutnya sesering mungkin, atau memberikan boneka. Dengarkan cerita. Beberapa anak punya seorang "teman banyangan" atau teman yang tak tampak wujudnya karena hanya muncul dalam imajinasinya. Teman ini punya nama dan kepribadian. Acap berkepribadian nakal dan jahat untuk menyalurkan perasaan dan perkataan negatif anak. Tak usah khawatir. Ini merupakan tanda positif karena anak tahu bagaimana mengatasi perasaan kesendiriannya. Sikap terbaik, mendengarkan cerita si anak mengenai "temannya". Dari situ Anda dapat mengetahui penyebabnya. Kemudian bicara kepada anak tentang hal tersebut dan beri rasa aman terhadapnya. Jangan tunjukkan sikap yang berlawanan. Lebih baik berikan ia mainan yang merangsang imajinasinya seperti boneka yang dapat didandani atau diajak omong. Atau berikan ia seekor hewan peliharaan yang jinak dengan tetap memperhatikan kebersihannya. Jangan peduli. Biasanya anak melakukan kebiasaan ini untuk memanipulasi orangtuanya. Ia ingin mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Ia melakukan kebiasaan-kebiasaan ini karena tahu ini akan memprovokasi reaksi orangtuanya. Untuk menghentikannya, jangan kasih perhatian. Jika anak melihat Anda tak ambil peduli pada tindakannya maka selanjutnya ia malas untuk melakukan kebiasaanya itu.

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2005 biasawae.com

Libatkan anak. Kebiasaan ini juga terjadi sebagai "hiburan" bagi anak yang bosan, atau secara umum merupakan mekanisme penyesuaian diri dalam menghadapi situasi yang menegangkan atau pengalaman yang membuatnya stres. Karena itu, libatkan anak dalam proses penghentian kebiasaan itu. Tanya anak Anda apa yang ia pikirkan untuk dapat menghentikan kebiasaannya tersebut atau jika ia memang ingin menghentikannya. Tindakan ini bisa dilakukan jika sepulang sekolah

Anda

mendapatkan

ia

menangis

karena

diolok-olok

temannya

disebabkan

kebiasaannya itu. Jangan biasakan. Acap kali kebiasaan itu ditiru dari orangtua. Secara tak sadar, orangtua telah menjadi "kaca" bagi anaknya. Jika Anda mempunyai kebiasaan menggigit-gigit kuku atau mengorek hidung, maka tak heran jika anak Anda mempunyai kebiasaan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa kebiasaan menggigit kuku memiliki komponen genetik atau familial yang kuat. Jadi hentikan kebiasaan Anda, dan mulailah memberi contoh yang baik pada anak. Butuh kesabaran.Tegaskan secara positif dan jelas perilaku yang dapat dijadikan alternatif. Misalnya Anda dapat mengatakan padanya bahwa Anda lebih suka melihat kuku anak Anda terawat, bersih, dan agak panjang agar terlihat bagus daripada hancur tak keruan karena digigiti.Jangan lupa, beri pujian dan penghargaan jika anak dapat melakukan self-control terhadap dirinya. Peralihan kepada tindakan alternatif yang lebih positif tentu akan memakan waktu. Jadi bersabarlah dan tetap konsisten pada tindakan di atas.

Related Documents