Aserani Kurdi, S.Pd
MENELADANI SEMANGAT BERKORBAN NABIULLAH IBRAHIM AS DALAM MEMBANGUN BUMI SARABA KAWA
Lembaga Pengembangan Da’wah Tertulis (LPDT) Tanjung Kabupaten Tabalong 1429 H / 2008 M
ii
Judul Meneladani Semangat Berkorban Nabiullah Ibrahim a.s dalam Membangun Bumi Saraba Kawa
Penyusun Aserani Kurdi, S.Pd
Pengetikan/Desain/Lay out ROLISA Komputer Komplek Perumahan Guru SMKN 1 Tanjung Jl.Ir.P.H.M.Noor Pembataan Tanjung HP. 081348840437
Pencetak/Penerbit Lembaga Pengembangan Da’wah Tertulis (LPDT) Tanjung Tabalong
Cetakan ke I / 1429 H – 2008 M iii
Drs. H. Rachman Ramsyi, M.Si dan H. Muchlis, SH Mengucapkan : Terimakasih kepada warga Tabalong atas dukungan dan kepercayaannya SELAMAT IDUL ADHA 1429 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin iv
KATA PENGANTAR
menyongsong hari esok yang lebih baik.
ijk
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bapak Drs. H. Rachman Ramsyi, M.Si dan H. Muchlish, SH yang telah berkenan memberikan bantuan dana sehingga buku ini dapat di cetak dan disebarluaskan. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Drs. Hidwar Ahmadi, M.Si selaku Kadin Keuangan Pemkab Tabalong yang telah memberikan bantuan moril dan materiil sehingga buku ini dapat dipublikasikan.
a
lhamdulillah, atas izin dan karunia Allah SWT.dapatlah kami menyajikan tulisan ini, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Buku kecil ini kami beri judul “Meneladani Semangat Berkorban Nabiullah Ibrahim a.s dalam Membangun Bumi Saraba Kawa”, merupakan sebuah tulisan yang mencoba menyingkap sedikit tabir hikmah keteladanan dari sebagian kehidupan nabiullah Ibrahim a.s, puteranya Ismail dan isterinya Hajar, untuk kita jadikan bahan renungan sekaligus cerminan untuk berbuat yang terbaik sebagai warga daerah dalam upaya membangan bumi saraba kawa
Akhirnya, tegur sapa dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan buku ini sangat kami dambakan dan diucapkan terimakasih. 19 Dzulqa’idah 1429 H Tanjung, 17 Nopember 2008 M Penyusun, vi
v
DAFTAR ISI
HAL :
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
MENELADANI SEMANGAT BERKORBAN NABIULLAH IBRAHIM AS DALAM MEMBANGUN BUMI SARABA KAWA
vii
MENELADANI SEMANGAT BERKORBAN NABIULLAH IBRAHIM AS DALAM MEMBANGUN BUMI SARA BA KAWA
1
1. Berkorban dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebathilan
4
2. Berkorban dalam bekerja keras dan tawakkal ‘ala Allah 3. Berkorban dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, kesyukuran dan kesabaran. 33 BAHAN RUJUKAN vii
50
P
ada hari ini kembali kita bersama-sama mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, mengagungkan kebesaran Allah SWT. mengesakan-Nya dan memuji kekuasaan dan kemurahanNya. Seiring dengan kita, juga terdapat ratusan juta ummat Islam, dari berbagai etnik, suku dan bangsa, di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan yang tulus ikhlas kepada Allah SWT. 1
Sementara yang lain, jutaan kaum muslimin dan muslimat, sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Mekkah, menjadi sebuah panorama yang menakjubkan, yang menggambarkan eksistensi manusia di hadapan kebesaran Allah Yang Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya, “Labbaika Al-laahumma lab-
baik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.”
Idul Adha yang selalu hadir setiap tahun, setidaknya akan memberikan kesan dan pelajaran yang sangat berharga untuk kita semua, khususnya dalam rangka mengenang dan meneladani tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan. Nabi Ibrahim a.s, Siti Hajar dan
Ismail a.s merupakan figur-figur yang memang patut kita teladani khususnya dalam kaitannya sebagai bapak atau suami, ibu atau isteri dan anak atau generasi muda. Allah SWT. sendiri memang telah menyebutkan bahwa pada diri mereka itu terdapat keteladanan yang tinggi. Allah SWT. berfirman :
þ’Îû ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& öΝä3s9 ôMtΡ%x. ô‰s% (#ôθä9$s% øŒÎ) ÿ…çµyètΒ t⎦ô⎪Ï%©!$#uρ zΟôŠÏδ≡tö/Î) $£ϑÏΒuρ öΝä3ôΖÏΒ (#äτℜu™tç/ $¯ΡÎ) öΝÍηÏΒöθs)Ï9 ÎB#$ Èβôρߊ ô⎯ÏΒ tβôρ߉ç7÷ès? “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
2
3
kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah” (QS. Al-Mumtahanah ayat 4).
memberantas kebathilan. Nabi Ibrahim tidak pernah larut dengan situasi dan kondisi di sekitarnya. Beliau pandai memisahkan mana yang haq dan mana yang bathil untuk selanjutnya memilih yang haq dan meninggalkan yang bathil. Pelajaran ini nampak dari kisah Nabi Ibrahim a.s dalam petualangannya mencari Tuhan.
Paling tidak ada tiga keteladanan semangat berkorban Nabiullah Ibrahim a.s yang patut kita tanamkan ke dalam diri kita masing-masing dan kepada generasi muda kita dalam rangka bersama-sama membangun banua kita yang tercinta ini.
1. Berkorban dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebathilan. Ini merupakan ciri dari sepak terjang kehidupan Nabi Ibrahim sejak masa kecilnya yang selalu kritis dalam mencari dan menerima kebenaran serta tegas dalam menolak dan 4
Ketika masa remaja, dan disaat akal pikirannya sudah mulai kritis, walaupun tanpa seorang guru, seorang pengasuh maupun pembimbing, hanya semata-mata dengan kemampuan akal yang dikaruniakan Allah kepadanya, ternyata ia sudah mampu mempergunakan karunia Allah ini untuk merenungkan dan memikirkan eksistensi dirinya dan alam sekitarnya. Ia sudah mulai bertanya dalam hati, “kenapa
tiba-tiba saya ada, hadir di muka bumi ini? siapa yang menciptakan saya? 5
dan siapa pula yang menciptakan bumi dan langit? kenapa terjadi siang dan malam, siapa gerangan yang mengaturnya? Begitulah, berbagai pertanya-
an muncul bertubi-tubi dalam benaknya, semakin lama semakin banyak, tak mampu rasanya kepala ini menampungnya, sehingga pada saatnya, mulailah muncul keinginan dan keberaniannya untuk menumpahkan berbagai pertanyaan tersebut, dan sasaran pertamanya adalah ayahnya sendiri.“Ayah
ceritakanlah, kenapa aku bisa ada dan hidup bersama ayah dan ibu di dunia ini. Siapa sebenarnya sang pencipta yang telah menciptakan diriku ini? Sang ayah menjawab, “Adanya kamu di dunia ini karena ayah dan ibu, dari ayah dan ibumu inilah kamu diciptakan”. “Lalu, siapa pula yang menciptakan ayah dan ibu?”, tanyanya pula. “Yang menciptakan ayah dan ibu, ya kakek nenekmu” , jawab ayahnya.
Tidak puas dengan jawaban ayahnya, Ibrahim terus bertanya dan bertanya hingga akhirnya sang ayah tak mampu lagi memberikan jawaban siapa sebenarnya sosok sang pencipta, Tuhan alam semesta ini. Lalu, mulailah ia berpetualangan untuk mencari Tuhan. Pada suatu malam, ketika cuaca cerah, dimana bintang-bintang di langit dengan leluasa dapat memancarkan sinarnya, tiba-tiba pandangan mata Ibrahim tertuju ke sebuah bintang yang agak besar dan bersinar terang. “Mungkin inilah dia Tuhan”, pikirnya. Namun ketika cuaca berubah menjadi mendung dan berawan, bintang itu tak nampak lagi dari pandangannya. Dia cari kemana-mana bintang itu sambil menggosok matanya berkali-kali, tapi bintang itu tak nampak juga. “Aku tak
suka yang begini. Tadi ada, sekarang tiada. Ini pasti bukan Tuhan”. Tak la-
ma
kemudian,
tiba-tiba ia melihat
6
7
seberkas sinar, apaan tu? itulah dia sang ratu malam mulai menyinari bumi persada, sinarnya lebih terang dan terasa sejuk. Ibrahim agak tercengang dan terkagum-kagum melihat keindahan sang rembulan. Dengan perasaan lega dan sedikit tersenyum, ia bergumam, “Yang ini pasti Tuhan”. Namun tatkala fajar menyingsing dan matahari mulai bangun dari peraduannya serta memancarkan sinar yang menyala-nyala, Ibrahim berteriak kegirangan, “Tak salah lagi!, tak salah lagi!,
menciptakan bintang, bulan dan matahari”.
ini dia yang selama ini kucari. Wah! yang ini lebih besar, lebih dahsyat”.
Tetapi manakala sang mentari itu mulai turun dari gunung dan merebahkan ba-dannya di petang hari, pikiran Ibrahim mulai goyah, keyakinannya pudar dan berkatalah ia dalam hati, “Bukan, itu pasti bukan
Tuhan. Masa Tuhan bisa lenyap seperti itu. Aku hanya ber-Tuhan kepada Tuhan yang telah 8
Cerita petualangan Ibrahim dalam mencari Tuhan ini telah terabadikan di dalam Al-Qur’an pada surah Al‘An’am ayat 76 sampai 79 :
( $Y6x.öθx. #u™u‘ ã≅ø‹©9$# ϵø‹n=tã £⎯y_ $£ϑn=sù Iω tΑ$s% Ÿ≅sùr& !$£ϑn=sù ( ’În1u‘ #x‹≈yδ tΑ$s% #u™u‘ $£ϑn=sù . š⎥ô⎫Î=ÏùFψ$# =Ïmé& !$£ϑn=sù ( ’În1u‘ #x‹≈yδ Α t $s% $ZîΗ$t/ tyϑs)ø9$# ô’În1u‘ ô’ÎΤωöκu‰ô öΝ©9 ô⎦È⌡s9 tΑ$s% Ÿ≅sùr& t⎦,Îk!!$Ò9$# ÏΘöθs)ø9$# z⎯ÏΒ ⎥sðôθà2V{ 9
tΑ$s% ZπxîΗ$t/ }§ôϑ¤±9$# #u™u‘ $£ϑn=sù !$£ϑn=sù ( çt9ò2r& !#x‹≈yδ ô’În1u‘ #x‹≈yδ $£ϑÏiΒ Ö™ô`“Ìt/ ô’ÎoΤÎ) ÉΘöθs)≈tƒ tΑ$s% ôMn=sùr& }‘Îγô_uρ àMôγ§_uρ ô’ÎoΤÎ) . tβôθä.Îô³è@ ÅV≡uθ≈yϑ¡¡9$# tsÜsù ô“Ï%©#Ï9 O$tΡr& !$tΒuρ ( $Z‹ÏΖym š⇓ö‘F{$#uρ š⎥ô⎫Ï.Îô³ßϑø9$# š∅ÏΒ
suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak
Ketika menginjak dewasa, Ibrarahim mulai lebih suka membaur dalam masyarakat. Berbagai fenomena
10
11
kemusyrikan dan kebobrokan moral terlihat di mana-mana. Hampir seluruh kaumnya terjebak dalam jurang kesesatan. Ayahnya sendiri yang dikenal sebagai pembuat patung yang kemudian dijadikan sesembahan oleh kaumnya, termasuk ayahnya sendiri, sungguh merupakan sebuah pemandangan yang sangat menyakitkan hati bagi Nabi Ibrahim a.s. “Untuk apa karunia akal
apa-apa. Ayah, sungguh telah datang kebenaran kepadaku tentang siapa sebenarnya Tuhan yang patut dan berhak disembah. Dialah Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dia berkuasa atas segala sesuatu. Ikutilah aku ayah, niscaya engkau akan menemukan jalan yang lurus.
tidak sepantasnya ayah menyembah berhala yang dibuat ayah sendiri. Dia benda mati yang tidak bisa berbuat
Mendengar ajakan nabi Ibrahim ini, bukan menjadikan ayahnya sadar lalu menerima ajakannya, tetapi ayahnya malah mengancam dan marah kepadanya hingga ia diusir dari rumah. Dengan lapang dada, nabi Ibrahim meninggalkan rumah orangtuanya. Nabi Ibrahim sama sekali tidak merasa sakit hati atas pengusiran ayahnya tersebut, malah ia berdoa memohon kepada Allah agar mengampuni dan membimbing ayahnya kelak menjalani jalan yang lurus, jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
12
13
yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka? Mengapa mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri dan tidak bisa memberikan manfaat maupun mudharat?”.
Berulang kali nabi Ibrahim a.s memberikan nasehat, ajakan dan peringatan kepada mereka, terutama kepada ayahnya sendiri. “Wahai ayah,
Kegagalan dalam meluruskan keyakinan ayahnya tidak membuat nabi Ibrahim patah semangat dan putus asa. Hatinya tetap terpanggil untuk menyampaikan kebenaran, karena ia merasa bahwa tugas meluruskan kaumnya dari kesesatan merupakan tanggung jawabnya.
Tuhanku dan Tuhan kalian. Dialah yang patut kalian sembah. Dialah pencipta alam semesta ini.
Suatu ketika ia bertanya kepada kaumnya, “Wahai kaumku, apa yang
Nabi Ibrahim terus berusaha mencari cara lain untuk menyadarkan mereka, hingga pada suatu hari, tatkala para penduduk sebagian besar pergi ke luar kota, kesempatan ini ia gunakan untuk mendatangi tempat penyembahan mereka dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat itu, kecuali satu berhala yang paling besar. Kepada berhala tersebut digantungkannya sebilah kampak.
mendorong kalian sehingga menyembah patung-patung itu. Apakah patungpatung itu bisa melihat dan mendengar, sehingga kalian menyembah dan memohon pertolongan kepadanya?. “Kami hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh nenek moyang kami” jawab mereka. “Sungguh, kalian semua terancam dalam kesesatan yang nyata. Mari ikuti aku. Aku membawa kabar gembira kepada kalian tentang sebuah kebenaran. Sembahlah Allah sebagai
Ajakan nabi Ibrahim ini ditolak mentah-mentah oleh kaumnya, bahkan diantara mereka ada yang melontarkan ejekan dan caci maki.
dari
Ketika para penduduk kembali luar kota, di lihatnya patung
14
15
sesembahan pada hancur berantakan. Yakinlah mereka bahwa yang menghancurkan berhala-berhala itu pasti Ibrahim, karena Ibrahimlah satu-satunya orang yang tak suka dan berani menghina tuhan-tuhan mereka.
atau kalian? Sudah tahu berhala itu benda mati yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbuat apa-apa, tapi tetap saja kalian sembah. Makanya, sembahlah Allah, karena Dialah Tuhan yang berhak di sembah oleh seluruh makhluk yang ada di alam ini”. Mereka
“Hai Ibrahim! engkaukah yang menghancurkan tuhan-tuhan kami? ta-
terdiam, tak mampu lagi berdebat dengan nabi Ibrahim.
“Tanyakan saja pada berhala yang paling besar itu, mungkin dia yang melakukan. Coba lihat, ia masih memegang kampak. Pasti dia sedang usil dan menghancurkan teman-temannya dengan kampak itu”, jawab Ibrahim seenaknya. “Apa?, kamu menyuruh kami menanyakan kepada berhala besar itu?. Mikir dong, mikir, mana mungkin ia bisa mendengar omongan kami, ia itu benda mati. Dasar bodoh kamu Ibrahim”, sanggah mereka. Nabi Ibrahim jadi bingung. “Yang bodoh itu aku
Kalau melihat dari sudut naluri kefitrahan manusia pada umumnya, sebenarnya mereka sadar, bahwa selama ini mereka salah dan keliru menganggap patung-patung itu sebagai Tuhan. Tetapi yang berlaku pada mereka adalah logika kekuatan dan kekuasaan, bukan logika kebenaran. Akhirnya mereka memutuskan untuk membakar Ibrahim a.s.
nya salah seorang pemuka mereka.
16
ÎΟôÎsufø<#ô‘Îù âνôθà)ø<m'nù³$∑⊥ø⊥è/$µn<ôθà⊥ô/##àθ=n% 17
“Mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah Dia ke dalam api yang menyala-nyala itu" (QS. Ash-Shaaffat
ayat 97)/
öΝä3tGyγÏ9#u™ (#ÿρçÝÇøΡ$#uρ çνôθè%Ìhym (#θä9$s% $uΖù=è%
š⎥ô⎫Î=Ïè≈sù ÷Λä⎢ôΖà2 @χÎ)
#’n?tã $¸ϑ≈n=y™uρ #YŠöt/ ô’ÎΤôθä. â‘$uΖ≈tƒ zΟôŠÏδ≡tö/Î) “Mereka berkata: "Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak" (QS.
Al-Anbiya’ ayat 68).
Tanpa perasaan menyesal dan perlawanan sedikitpun, nabi Ibrahim 18
api sudah hampir menjilati tubuh nabi Ibrahim, tiba-tiba turun perintah Allah SWT. kepada api yang berkobar itu :
#’n?tã $¸ϑ≈n=y™uρ #YŠöt/ ’ÎΤθä. â‘$uΖ≈tƒ $uΖù=è% zΟŠÏδ≡tö/Î) “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim" (QS. Al-Anbiya ayat 69). Ketika api sudah mulai padam dan yang tersisa hanya serpihan-serpihan kayu yang hitam memerah dan seunggukan abu yang berserakan, tiba-tiba muncul sesosok tubuh yang nampak menggigil kedinginan, sedang berusaha keluar dari arena pembakaran tersebut. Siapakah dia? Tidak lain dan tidak bukan, itulah dia nabi Ibrahim a.s yang telah selamat dari ancaman 20
menuruti saja apa yang menjadi keinginan kaumnya. Dengan tenang dan penuh tawakkal kepada Allah SWT. ia berdiri di tengah-tengah tumpukan kayu tersebut. Ia yakin, ini semua adalah kehendak Allah. Ini semua hanyalah semata-mata ujian dan cobaan dari Allah SWT. Untuk itu ia yakin pula bahwa Allah pasti akan memberikan perlindungan dan pertolongan kepadanya. Saat api mulai berkobar dengan suara berderik-derik, nabi Ibrahim tetap tenang dan tidak bergeming sedikitpun. Sementara itu sorak sorai kesombongan dan keangkuhan serta teriak kemarahan, mulai terdengar dari orang-orang yang sedang menyaksikan. “Tahu rasa kau Ibrahim!!!” , Ra-
sain lho, mampus engkau hai Ibrahim!!!”. Pada detik-detik kritis, dimana 19
maut, karena telah mendapatkan pertolongan Allah SWT. Setiap mata yang hadir tertuju kepadanya, dan begitu melihat dengan jelas bahwa yang sedang keluar dari unggukan abu tersebut adalah nabi Ibrahim a.s maka merekapun nampak heran dan tercengang saling berpandangan satu sama lainnya. “Aneh? Kok
bisa selamat ya?”. “Wah! jangan-jangan ini cuma permainan sihirnya Ibrahim”. “Itu Ibrahim apa hantunya?, jasadnya, apa rohnya?. “Waduh celaka! Ibrahim benar-benar sakti mandraguna, jangan-jangan ia akan balas dendam nanti kepada kita?”. “Ibrahim memang hebat ya?, aku yakin ia pasti nabi, sebab yang mampu begini cuma nabi aja”. Begitulah, berbagai komen-
tar keluar dari mulut mereka.
Dari kejadian yang luar biasa ini 21
ternyata membawa dampak yang juga luar biasa, dimana satu persatu dari meraka mengikuti jejak nabi Ibrahim a.s, beriman kepada Allah SWT. Dari rentetan sejarah dan peristiwa yang telah diuraikan di atas, ada beberapa butiran teladan yang dapat kita jadikan i’tibar, baik untuk kehidupan kita secara pribadi, keluarga maupun bermasyarakat. 1. Tidak pernah menyerah dan putus asa dalam hal mencari dan menegakkan kebenaran; 2. Kritis dalam memilah dan memilih mana yang haq dan mana yang bathil; 3. Tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi, tradisi dan adat budaya yang merusak dan bertentangan dengan agama, norma dan hukum; 22
hari kiamat kelak. Peristiwa tersebut ringkasnya sebagai berikut. Setelah mencapai usianya hampir 100 tahun, Sarah isteri nabi Ibrahim a.s ternyata belum juga dikaruniai Allah seorang anak, sedang keinginannya untuk memiliki seorang anak tak pernah kunjung padam. Akhirnya karena merasa dirinya mandul, tipis kemungkinannya untuk mengandung, maka isteri nabi Ibrahim yang bernama Sarah ini menganjurkan kepada suaminya untuk kawin lagi dengan seorang budaknya yang bernama Siti Hajar, dengan harapan semoga dengan perkawinan tersebut dapat memperoleh keturunan. Setelah kawin, maka dengan karunia Allah SWT. akhirnya lahirlah seorang anak melalui rahim Siti Hajar yang diberi nama Ismail. Karena melihat betapa kegembiraan yang ditunjukkan nabi Ibrahim dan isterinya Hajar dalam memperoleh anak 24
4. Hormat, santun dan sabar dalam pergaulan, terlebih-lebih dalam lingkungan keluarga; 5. Selalu istiqamah dalam memegang dan menegakkan kebenaran, apapun taruhannya;
2. Berkorban dalam bekerja keras dan tawakkal ‘ala Allah. Ada peristiwa penting lainnya yang terjadi di sekitar kehidupan keluarga nabi Ibrahim a.s. Begitu besar dan pentingnya peristiwa tersebut, sehingga Allah SWT. dengan perantaraan Rasul-Nya Muhammad SAW. melalui kitab suci-Nya Al-Quranul karim untuk memperingati peristiwa tersebut dengan mensyariatkan ibadah haji, shalat Idul Adha dan ibadah qurban bagi seluruh umat manusia yang beriman sejak 15 abad yang silam sampai 23
tersebut, Sarah merasa terpencil dalam perasaan, maka dengan berat hati ia meminta suaminya lbrahim, agar Siti Hajar dan Ismail meninggalkan dirinya pergi ke manapun jua. Dengan izin Allah SWT. nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar meninggalkan Palestina menuju kearah selatan. Setelah berpuluh-puluh hari mereka menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di suatu daerah padang pasir yang tandus tanpa seorang penghuni, tak ada air dan tumbuhan. Tidak berapa lama setelah mereka tiba di tempat itu, tiba-tiba datanglah perintah Allah kepada nabi Ibrahim agar ia segera kembali ke Palestina, karena isterinya yang sudah tua (Sarah) sudah terlalu rindu menanti kedatangannya. Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi terpaksa harus ditinggalkan di daerah yang tandus tanpa tumbuh25
tumbuhan dan tanpa penghuni tersebut. Hanya menyerahkan nasib dirinya dan anaknya kepada Allah SWT. semata, Siti Hajar pun rela ditinggalkan suaminya demi memenuhi dan menjunjung tinggi perintah Allah. Ia yakin, Allah sebagai Tuhan yang ia sembah dan tempat mengadu. tidak akan pernah menyia-nyiakan dirinya dan Anaknya (Ismail).
Ketika keadaan sudah mulai kritis, dimana Siti Hajar dan Ismail sudah
merasakan betapa menderitanya haus dan lapar, maka dengan memeluk anaknya Ismail, ia berdoa kepada Allah SWT. agar memberikan petunjuk untuk bisa memperoleh air, sehingga dia dan anaknya dapat terbebas dari kehausan yang amat sangat. Disaat yang kritis seperti itulah, kemudian Allah membuktikan dan menunjukkan ke-Maha Kuasaan-Nya. Dia Maha mendengar dan mengabulkan permohonan doa hamba-Nya jika seorang hampa tersebut dengan tulus dan penuh harap memohon kepada-Nya, terlebih-lebih setelah melakukan upaya dan usaha yang optimal. Atas kehendak Allah, tiba-tiba Siti Hajar melihat, pasir yang ada di dekat kaki Ismail basah. Pasir yang basah itu segera dikeruknya dengan tangan, ternyata semakin kebawah semakin basah akhirnya terpencarlah mata air yang amat jernih yang keluar dari dalam tanah. Setelah meminum secukupnya, kemudian, Siti
26
27
Hajar mulai membuat kolam kecil dan mengatur air itu dengan tanganya. Ia menciduk air itu ke dalam wadah persediaan air yang tadi telah kosong. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan : “Nabi
Suatu hari datanglah sekumpulan orang dari keluarga Jurhum mendekati mata air tersebut. Didapatinya Siti Hajar dan anaknya Ismail sedang berada di dekat mata air itu. Kemudian mereka bertanya : “Maukah kamu meng-
Suatu ketika Siti Hajar dan Ismail kehabisan persediaan air. Ia coba melemparkan pandangan sejauh-jauhnya, siapa tahu ada terlihat rombongan musafir yang sedang berlalu di sekitar tempat itu, sehingga bisa dimintai pertolongan untuk memberikan air atau makanan. Siti Hajar mondar-mandir di kedua bulkit Shafa dan Marwah, tetapi tak ada juga seorangpun kelihatan.
Muhammad SAW. bersabda, “Allah merahmati ibunda Ismail. Seandainya ia membiarkan air itu mengalir ke mana-mana, tanpa membuat kolam dan menciduknya, maka niscaya air itu akan mengalir ke seluruh muka bumi ini”.
Diriwayatkan pula, bahwa ketika Siti Hajar dan anaknya meminum air tersebut, seorang malaikat utusan Allah berkata kepadanya : “Kamu jangan
takut kehabisan air itu, hai Hajar, karena air itu tidak akan pernah kering. Dan di sini akan ada Baitullah yang akan di bangun oleh anak ini dan bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak menyianyiakan keluarga nabi-Nya”. 28
izinkan kami untuk singgah dan minum sekedar melepaskan dahaga di tempat ini?” . Siti hajar menjawab : “Ya, boleh silahkan”. Merekapun singgah dan mi-
num sepuasnya. Siti Hajar merasa senang sekali, bisa memberikan pertolongan kepada sesama. Karena kebaikan dan keramahan Siti Hajar, akhirnya keluarga ini memutuskan untuk tinggal di tempat itu. Siti Hajarpun bertambah senang hatinya, karena ada teman, ada tetangga yang bersedia menemani, sehingga ia tidak kesunyian lagi. Beberapa waktu berselang, lama kelamaan akhirnya daerah tersebut 29
yang dulunya sunyi tak berpenghuni, kecuali Siti Hajar dan anaknya Ismail, kini penduduknya sudah mulai ramai. Para musafirpun sering dan suka singgah di tempat itu.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “ (QS. Ar-Ra’du
Dari uraian sejarah ini, ada satu suri teladan yang bisa kita jadikan pelajaran yang amat berharga, bahwasanya pertolongan Allah itu akan dapat kita raih setelah kita melakukan usaha dan kerja keras terlebih dahulu, kemudian kita akhiri dengan tawakkal kepada Allah SWT. karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka sendiri tidak berusaha sungguh-sungguh untuk merubahnya. Firman Allah dalam Al-Qur’an :
Memang dalam melakukan usaha untuk mencapai kesuksesan tidak cukup hanya dengan tawakkal saja, tanpa kerja keras, demikian sebaliknya, tidak cukup hanya kerja keras saja, tanpa tawakkal kepada Allah SWT. Sering terjadi, sesuatu yang menurut akal pikiran manusia, rasanya tidak mungkin terjadi, tetapi ternyata tidak sulit bagi Allah jika Ia berkehendak atau menghendakinya. Dan apabila Allah berkehendak, maka tidak akan ada yang mampu menghalanginya. Namun demikian, tetap saja perlu diingat bahwa kehendak Allah masih akan tetap tergantung dari usaha dan ikhtiar manusia untuk mencapainya. Dalam hubungan ini, seorang Shufi pernah
4©®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# χÎ) 3 öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóãƒ
ayat 11).
30
31
berkata :“Sesungguhnya Allah memiliki
usaha yang gigih dan konsentrasi yang penuh, dalam upaya mebangun bumi saraba kawa yang sama-sama kita cintai ini, dengan suatu keyakinan bahwa hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
beberapa hamba. Jika hamba-hamba itu berkehendak melakukan sesuatu, maka Diapun (Allah) juga berkehendak demikian, atau menghendakinya”.
Perkataan seorang Shufi ini seolah memberikan pengertian yang keliru, dimana kehendak Allah seolah-olah dipengaruhi oleh kehendak manusia. Tetapi bukan demikian yang dimaksudkan oleh seorang Shufi tersebut. Maksud dari perkataan ini tidak lain adalah membenarkan akan adanya hukum kausalitas, hukum sebab akibat, dimana Allah SWT. menghargai akan niat, usaha atau ikhtiar manusia dalam mewujudkan segala yang diinginkannya. Marilah kita tanamkan ke dalam diri kita masing-masing semangat berkorban yang tinggi, yang dilandasi dengan niat yang mantap dan ikhlas, 32
3. Berkorban dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, kesyukuran dan kesabaran. Konon diceritakan, ketika Nabi Ibrahim a.s belum dikaruniai seorang anak, beliau sebenarnya sudah beberapa kali melakukan ibadah qurban dengan menyembelih beberapa ekor unta. Ketika orang-orang berkata sinis dengan mengatakan : “Engkau bisa
berqurban, karena engkau tak punya anak, sedangkan kami punya keluarga dan anak-anak kami banyak, mana 33
mungkin bisa melakukan qurban”, de-
ngan tegas Nabi Ibrahim menjawab :
“Jangankan harta, anakpun jika kupunya akan kukorbankan juga demi menjunjung tinggi perintah Allah”.
Waktu terus berputar, berpacu dari menit ke menit merangkai hari, bulan dan tahun, maka dengan kodrat dan iradat Allah SWT. dikaruniakanNyalah Nabi Ibrahim as. seorang anak yang kemudian diberi nama Ismail, dan ketika Ismail sudah menginjak dewasa Allah SWT. memerintahkan sekaligus menguji perkataan Ibrahim yang pernah diucapkannya dulu untuk mengorbankan anaknya, namun nabi Ibrahim ternyata mampu membuktikan ucapannya sehingga ia beserta anaknya Ismail lulus dari ujian Allah SWT. Cerita tentang peristiwa pengorbanan ini diabadikan oleh Allah dalam
sebuah firman-Nya :
¢©o_ç6≈tƒ tΑ$s% z©÷ë¡¡9$# çµyètΒ xn=t/ $¬Ηs>sù y7çtr2øŒr& þ’ÎoΤr& ÏΘ$uΖyϑø9$# ’Îû 3“u‘r& þ’ÎoΤÎ) ÏMt/r'¯≈tƒ tΑ$s% 4 2”ts? #sŒ$tΒ öÝàΡ$$sù u™!$x© βÎ) þ’ÎΤ߉ÉftFy™ ( ãtΒ÷σè? $tΒ ö≅yèøù$# $yϑn=ó™r& !$£ϑn=sù
t⎦⎪ÎÉ9≈¢Á9$# z⎯ÏΒ ª!$# z ⎦⎫Î7yfù=Ï9 …ã&©#s?uρ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
34 35
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya )” (QS. Ash-
Shaaffat ayat 102 dan 103).
Apabila kita ingin menghayati dan merenungkan secara mendalam peristiwa pengorbanan tersebut, kita akan memperoleh suatu gambaran yang jelas bagaimana sikap keikhlasan, kejujuran, kesabaran dan kesyukuran yang ditunjukkan oleh nabi Ibrahim a.s dan puteranya Ismail serta isterinya Hajar. Kendatipun perintah berkorban tersebut merupakan perintah yang sangat berat dan diluar jangkuan kemampuan manusia pada umumnya untuk menyandangnya, namun nabi Ibrahim 36
dengan ikhlas dan tabah hati menjalankan perintah Allah tersebut. Demikian juga Ismail, dengan penuh kesabaran dan lapang dada rela mengorbankan dirinya, demi menjunjung tinggi perintah Allah SWT. Yang tak kalah serunya juga, bagaimana keikhlasan yang ditunjukkan Hajar, istri nabi Ibrahim as. ketika diberitakan kepadanya bahwa anaknya yang satu-satunya itu sebentar lagi akan dikorbankan demi menjunjung tinggi perintah Allah. Coba, ibu mana yang hidup di zaman sekarang ini yang sanggup merelakan anaknya disembelih oleh suaminya sendiri yang katanya atas perintah Allah. Hajar, memang karena keimanannya yang begitu kuat kepada Allah SWT. sehingga yakin betul bahwa suaminya benar-benar mendapat perintah dari Allah SWT. sehingga tanpa ragu sedikitpun ia bersedia merelakan anaknya disembelih oleh 37
sumainya sendiri demi memenuhi seruan Allah SWT. Keikhlasan Hajar dalam merelakan anaknya untuk dikorbankan ini hendaknya dapat dijadikan teladan bagi para ibu dalam menumbuhkan jiwa berkorban. Memang, semangat berkorban yang dapat dijadikan alat untuk memajukan daerah ini adalah semangat berkorban dari orang-orang yang ikhlas dan jujur. Pengorbanan haruslah berdasarkan keikhlasan dan kejujuran, karena pengorbanan yang tidak ikhlas dan tidak jujur akan membuahkan hasil yang tidak baik, ibarat sungai yang keruh tidak akan mengalirkan air yang jernih. Bahkan pengorbanan yang tidak ikhlas dan tidak jujur dapat menimbulkan kerugian, kesia-siaan dan kerusakan, baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Hal ini telah 38
ã≅¬7s)tGtƒ $yϑ¯ΡÎ) tΑ$s% ( y7¨Ψn=çFø%V{ tΑ$s% t⎦ô⎫É)−Fßϑø9$# z⎯ÏΒ ª!$# “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orangorang yang bertakwa". Demikian juga dengan sikap syukur dan sabar, merupakan suatu sikap yang membutuhkan semangat berkorban yang tinggi. Sebagai seorang muslim, hanya 40
dibuktikan sejak manusia pertama, dua orang putera nabi Adam a.s. Habil dan Qabil. Habil mempersembahkan qurban dengan keikhlasan semata-mata karena Allah SWT. sehingga qurbannya diterima, sementara Qabil tidak diterima, karena ia berqurban tidak ikhlas. Karenanya Qabil merasa tidak senang, apalagi ia telah digoda syetan, maka dibunuhnyalah Habil yang berkorban dengan keikhlasan tersebut. Akhirnya Habil mati terbunuh oleh saudaranya sendiri. Kisah ini diterangkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 27 :
Èd,ysø9$$Î/ tΠyŠ#u™ ó©o_ö/$# r't6tΡ öΝÍκön=tã ã≅ø?$#uρ ô⎯ÏΒ Ÿ≅Îm6à)çFsù $ZΡ$t/öè% $t/§s% øŒÎ) ÌyzFψ$# z⎯ÏΒ ö≅¬6s)tFムöΝs9uρ $yϑÏδωtnr& 39
ada dua kata kunci untuk menyikapi berbagai kondisi, yakni syukur dan sabar. Sebab menurut Rasulullah SAW. bahwa “Apa saja yang sedang
menimpa umat Islam, semuanya itu pasti mendatangkan kebaikan”. Hal ini
tentunya, jika kita pandai mengambil hikmah dari berbagai kejadian tersebut. Dengan selalu bersyukur kepada Allah, segala keberhasilan, tidak akan membuat seorang muslim menjadi sombong, arogan atau aji mumpung. Dengan bersabar, maka segala goncangan kehidupan yang menimpa seorang muslim, apapun bentuknya, tidak akan membuatnya putus asa, frustasi atau melakukan tindakan sembrono. Apa yang kita lihat dan saksikan belakangan ini, nampaknya ada kecenderungan, dimana orang-orang sudah mulai melupakan dua kata kunci ini, 41
syukur dan sabar, sehingga boleh jadi, keberhasilan pembangunan yang pernah kita raih, telah menyebabkan sebagian diantara kita yang lupa daratan. Mungkin ada diantara kita, yang begitu dianugerahi suatu jabatan dan kedudukan, malah justeru menyakiti orang-orang yang telah memberikan anugerah tersebut. Kita lupa, bahwa kekuasaan adalah amanah rakyat yang seyogyanya untuk mengayomi rakyat, untuk membela yang lemah, bukan justeru untuk menindas mereka. Kita lupa bahwa, mensyukuri kekuasaan adalah menjalankan kekuasaan itu sendiri di jalan yang diridhai-Nya.
berbagai tindakan yang menyulut konflik sosial terjadi di mana-mana. Hukum yang seharusnya melindungi yang lemah, berbalik menjadi alat untuk menindas. Agama yang sepatutnya dijadikan pengendali hawa nafsu, berubah menjadi alat legitimasi. Pendidikan yang hakikatnya dimaksudkan untuk membuat orang lebih bijak, malah menjadikan orang lebih picik dan licik.
Mungkin karena hilangnya rasa syukur, pembangunan telah menimbulkan ekses-ekses yang tidak kita inginkan, dimana korupsi, kolusi, penyalahgunaan wewenang, keserakahan dan
Diantara kita yang dikaruniai harta kekayaan, kita sering terlena dengan kekayaan itu, tanpa pernah merasa puas. Kita gunakan kekayaan yang ada untuk memburu kekayaan yang lebih banyak. Kita selalu merasa kurang, dan itu tidak akan pernah berkurang jika tidak terlintas sedikitpun di benak kita, rasa bersyukur. Ketahuilah, tanpa bersyukur, kedudukan, jabatan dan kekayaan tidak akan mendatangkan kebahagiaan dan kenyamanan. Ingatlah
42
43
peringatan Allah SWT. yang tertulis di dalam Al-Qur’an pada Surat Ibrahim ayat 7 :
sabar tidak lagi menjadi sikap hidup, sehingga berbagai kegagalan dalam hidup ini, membuat kita frustasi. Makin meningkat harapan kita, makin sering pula harapan itu tak terpenuhi, maka semakin resah dan semakin gelisahlah kita.
óΟè?öx6x© ô⎦È⌡s9 öΝä3š/u‘ šχ©Œr's? øŒÎ)uρ ¨βÎ) ÷ΛänöxŸ2 ô⎦È⌡s9uρ øΝä3¯Ρy‰ôƒÎ—V{ Ó‰øƒÏ‰t±s9 ø’Î1#x‹tã “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Sikap kedua yang seharusnya ada di dalam diri seorang muslim adalah sikap sabar. Kita tidak bisa membayangkan, apa yang terjadi jika 44
Hasil-hasil pembangunan yang semestinya dapat dinikmati oleh setiap orang, justeru hanya orang-orang tertentu yang dapat menikmatinya. Sumber daya alam yang kita miliki belum sanggup memberikan dampak dan kontribusi yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. Ditambah lagi sistem ekonomi negara kita berulangkali digoncangkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat kita prakirakan. Kemudian, kita sangat sedih melihat dan menyaksikan terjadinya perpecahan dan bentrokan diberbagai tempat dan di beberapa daerah, mulai dari masalah sepele sampai issu sara’ yang 45
dibesar-besarkan. Kita lihat di kotakota besar, ada tawuran antar pelajar, rebutan lahan antar preman, bentrokan antar kampung dan antar warga, permusuhan antar suku dan agama, dan sebagainya. Belum lagi berbagai bencana dan musibah yang menimpa sebagian warga kita, maka tanpa sikap sabar, kita tentu akan menjadi sinis, mental kita akan menjadi jatuh, runtuh, hancur berkeping. Hidup ini memang penuh misteri, sarat dengan ketidakpastian dan banyak liku-likunya. Kemaren musim hujan, sekarang musim panas. Siang tadi terasa panas menyengat, tiba-tiba sore hari berubah menjadi hujan, dingin kedinginan. Demikianlah seterusnya, bak sebuah roda yang berputar tak pernah henti. Andai kita boleh memilih, pasti 46
yang tinggi sebuah cita-cita akan dapat dicapai. Dan hanya dengan semangat berkorban pula kehormatan suatu bangsa dapat diperoleh dan dipertahankan. Sejarah Islampun membuktikan, bahwa dengan semangat berkorban yang tinggi yang dimiliki oleh ummat Islam generasi pertama yang menyebabkan perkembangan Islam menjadi demikian pesat, sehingga kurang dari satu abad Islam sudah menjadi suatu kekuatan yang sangat besar dan dapat merubah peta sejarah serta kebudayaan manusia.
kita akan memilih yang enak-enak saja. Tetapi kenyatannya kita sering dibuat bingung tidak berdaya. Ketika kita menginginkan yang manis, ternyata pahit yang kita dapatkan. Ketika kita tinggal di desa, kita pusing, karena udara terlalu dingin dan keadaan terlalu sunyi. Namun tatkala kita pindah ke perkotaan, kita malah tidak tenang, karena terlalu ramai dan udara terlalu pengab berpolusi. Begitulah, hidup ini seolah-olah serba salah dan tidak ada ketenangan. Di sinilah letak arti pentingnya sikap syukur dan sabar sebagai benteng kita di dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, terlebih-lebih didalam keikutsertaan kita membangun bumi saraba kawa yang tercinta ini. Ingatlah, ibadah qurban merupakan sebuah perlambang yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa hanya dengan semangat berkorban 47
semakin besar pula semangat berkorban yang dibutuhkan. Hukum sejarah mengatakan bahwa siapa yang sanggup berkorban, maka dialah yang paling mempunyai kesempatan untuk berhasil dan sukses. Semoga dengan meneladani semangat berkorban yang telah dicontohkan oleh Nabiullah Ibrahim a.s dan keluarganya, dapat kita jadikan inspirasi berharga dalam rangka membangun bumi saraba kawa yang kita cintai ini. Amin.
Semangat berkorban adalah ibarat peluru yang berdesing kencang menembus segala penghalang jalan menuju cita-cita. Semakin besar, semakin tinggi dan semakin luhur citacita yang hendak dicapai, maka 48
49
BAHAN RUJUKAN Al-Qur’an dan Terjemahnya, DEPAG RI Jakarta, 1984;
Tanda-tanda Ikhlas Seorang Hamba, MQS
Abdullah
Gymnastiar,
pustaka grafika Bandung, 2001;
---------------------- Indahnya Kesabaran MQS pustaka grafika Bandung, 2002; Achmad Roziqin, S.Ag, Merealisasikan
Tauhid dalam Kehidupan Sehari hari (teks khutbah Idul Adha 1425 H), PDM Tabalong, 2005;
Achmad Sayuti, Drs. Khotbah Cendekiawan, Pustaka Amani Jakarta, 1996; 50
Insani Press Jakarta, 1993; Fahriansyah, M.Ag Pengorbanan Yang
Ikhlas dan Jujur Syarat Dasar dari Pembangunan Bangsa (teks khutbah Idul Adha 1424 H)
PDM Tabalong, 2004;
Fathi Yakan, Yang Berjatuhan Di jalan Da’wah, Al-I’tishom Jakarta, 2000; Hadiyah Salim, Hj. Qishashul Anbiya Sejarah 25 Rasul, Al-Ma’arif bandung, 1985; Irfan Wahyuni, S.Th.I Tumbuhkan Se-
mangat Berkorban (teks khutbah Idul Adha 1428 H), PDPM.
Tabalong, 2007;
Kholilah M, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Arkola Surabaya, 1995; 52
Aserani Kurdi, S.Pd Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan, Rolisa Komputer Mabuun Tanjung, 2006; Asma’ Umar Hasan Fad’aq, Mengung-
kap Makna dan Hikmah Sabar,
Lentera Jakarta, 1999;
Anwar Harjono, Dr. Da’wah dan Masalah Sosial Kemasyarakatan, Media Da’wah Jakarta, 1987; Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam AlQur’an, Al-Ma’arif Bandung, 1995; Birhasani, H. Drs. dan Aserani Kurdi, S.Pd. Kumpulan Khutbah Jum’at Tanjung Bersinar, CV.PD. Sari Murni II Barabai, 2003; Hadhiri, S.P Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Gema
Choiruddin
51
Rafi’i Baderi, H. Lc. Keteladanan Ge-
nerasi Ibrahim a.s. (teks khutbah Idul Adha 1422 H) BTM Al-
Mukhlisin Mabuun, 2002;
Salman bin Fahd Al-Audah, Agar Bahtera tak Tenggelam, Risalah Gusti Asurabaya, 1995; Shafwat ‘Abdul Fattah Mahmud, Jujur Menuju Jalan Yang benar, Bintang Cemerlang Yogyakarta, 2001; Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi dan Rasul, Penebar Salam Jakarta, 1999; Muhammad Abdul Aziz Ahmad, Kha-
siat dan Keutamaan Air Zamzam, Lentera Jakarta, 2001;
53