Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri as PDF for free.

More details

  • Words: 3,224
  • Pages: 14
Pemberdayaan Narapidana di Bidang Konstruksi

2009 Tulisan ini hanya merupakan tumpah ruahnya suatu realitas yang terjadi dan dirasakan penulis selama menjadi narapidana, apakah kemudian harapan ini akan tetap menjadi angan atau realitas perbaikan dikemudian hari…… bukan lah target dari penulis. Penulis hanya ingin menumpahkan rasa yang ada dalam hati dan jiwanya dalam corat – coret ini.

SEKAPUR SIRIH

Assalamualaikum Wr.Wb Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan jaman. Perlakuan terhadap terpidana dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan juga mengalami perubahan

Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan narapidana yang memandang narapidana sesuai dengan fitrahnya baik selaku pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan menempatkan narapidana bukan semata-mata sebagai alat produksi.

Sistem pemasyarakatan dalam memberikan pembinaan terhadap narapidana memandang pekerjaan bagi narapidana bukan semata-mata dimaksudkan untuk tujuan komersial yang bersifat profit oriented namun lebih dimaksudkan sebagai media bagi narapidana untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi, anggota keluarga dan anggota masyarakat melalui kegiatan-kegiatan bimbingan kerja yang bermanfaat sehingga baik selama maupun setelah menjalani pidana dapat berperan utuh sebagaimana layaknya anggota masyarakat lainnya. Sistem Pemasyarakatan sebagai bagian dari pembangunan di bidang Hukum khususnya dan Pembangunan Nasional bangsa Indonesia pada umumnya memiliki arti yang sangat penting, terlebih dengan perubahan lingkungan yang strategis dari waktu ke waktu baik dalam skala Nasional, Regional maupun Internasional. Arti penting Lembaga Pemasyarakatan tersebut belum dapat diimbangi dengan kinerja Lembaga Pemasyarakatan secara optimal, hal itu terlihat dengan masih banyaknya narapidana sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang tidak bekerja dan masih banyak pula narapidana yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan kerja, atau dengan kata lain masih banyak di jumpai narapidana yang menganggur dan menjadi pengangguran. Sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan sebagai usaha rasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka upaya peningkatan kualitas profesionalisme/ketrampilan dan kemandirian adalah merupakan suatu media dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial narapidana yaitu pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana baik sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan. …. Wallahualam bisawab.

Page 2

“Tindakan tanpa visi tidak ada artinya, visi tanpa tindakan tidak membuahkan apa pun,tetapi bila keduanya digabung dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa”

PEMBERDAYAAN

SUMBER

DAYA

NARAPIDANA

MENJADI TRAMPIL dan MANDIRI.

A. UMUM :

Sistem Pemasyarakatan dalam Undang-Undang No.12 tahun 1995 Pasal (1) Ayat (2) adalah:

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Dari uraian di atas maka Sistem Pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir yaitu memulihkan kesatuan hubungan sosial ( reintegrasi sosial ) Warga Binaan dalam masyarakat, khususnya masyarakat di tempat tinggal asal mereka.

Page 3

B. SPESIFIK :

Program-Program Pembinaan yang dijalankan diLapas secara berkesinambungan, bermuara dari Pembinaan Kepribadian s/d Pembinaan Kemandirian haruslah berorientasi pada program,-program yang praktis, sistematis, berdaya guna dan tepat guna, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan manusia-manusia ( ex. narapidana ) yang trampil ( berkemampuan keilmuan ) dan Mandiri ( berkemampuan secara financial ) dan mempunyai kepribadian yang tangguh, tidak mudah putus asa yang menyebabkan mereka mencari jalan pintas negatip dan melanggar hukum kembali.

BAGAIMANA MENCIPTAKAN NARAPIDANA TRAMPIL dan MANDIRI…..?

Secara umum dapat dikatakan bahwa seseorang ( narapidana ) menjalani kehidupan dilapas itu, mau tidak mau, harus dapat menerima terlebih dahulu vonis atas kesalahan yang dibuat baik sengaja atau tidak sengaja dengan kesadaran dan instrospeksi diri, dengan dasar itulah, seorang narapidana akan berbesar hati dan tabah untuk menerima segala ujian atau musibah yang dihadapinya dengan menjalani masa pidananya di Lapas. Untuk itulah semua Program Pembinaan di Lapas haruslah dilakukan secara berkesinambungan, dari :

1. Pola pendekatan petugas keamanan lapas yang bersifat dinamis, ( memanusiakan manusia didalam melakukan kegiatan disiplin, tata tertib yang harus diikuti oleh seorang narapidana ), kenyamanan dan keamanan kejiwaan ini akan menjadi modal utama seorang narapidana untuk berpartisipasi aktif mengikuti program-2 pembinaan selanjutnya, ditambah dengan program pendekatan kerochanian yang dilakukan secara terus-menerus di tempat-2 ibadah yang ada. Karena Aman dan Nyaman itu adalah “ RASA”, dimana RASA itu adalah JIWA, sehingga pendekatan kejiwaan

Page 4

hanya dapat dilakukan dengan Pengamanan yang bersifat Dinamis dan dua arah, bukan melalui pendekatan Pengamanan Statis, yang lebih bersifat fisik, satu arah dan indoktrinasi dan akhirnya narapidana hanya menjadi obyek semata. Dalam hal ini perubahan perilaku petugas pemasyarakatan sebagai Pembina narapidana harus mampu ditunjukkan dan dapat menjadikan cermin yang baik bagi yang dibina. Gaya pembina yang kadang-kadang sok jagoan atau sok kuasa dari beberapa oknum petugas lapas, akan menjadi kontra produktif bagi proses perubahan perilaku dan akan menyebabkan efek dendam dan sakit hati yang berkepanjangan.

2. Adanya Reward dan Punishment bagi Narapidana, Penghargaan atau Penghukuman bagi Narapidana harus disosialisasikan secara transparan, sehingga Narapidana menjadi tahu hak dan kewajibannya secara pasti, Hadiah/Penghargaan ( Remisi, Asimilasi, PB dan CMB ) diumumkan secara transparan pada blok-2 hunian narapidana, sehingga mereka yang mendapatkannya menjadi bangga dan dapat menjadikan narapidana lainnya yang belum mendapat, berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan dimaksud dengan selalu mengikuti tata tertib, kedisiplinan dan program-2 pembinaan yang dilakukan oleh Lapas, demikian juga sebaliknya apabila terjadi Penghukuman yang diumumkan, akan membuat malu siterhukum dan membuat tidak akan mengulang lagi pelanggaran disiplin dan tata tertib, dan bagi yang tidak berbuat, akan segan/malu dan takut untuk melanggar aturan lapas, jadi untuk Penghukuman perlu diterapkan “ BUDAYA MALU PENGHUKUMAN ” ( Konsekwensi pemberian Penghargaan dan Penghukuman yang dilakukan secara tranparan dan tidak tebang pilih, akan membuat narapidana hormat, disiplin dan patuh untuk mengikuti semua program pembinaan di Lapas ).

3. Penelusuran Minat dan Bakat yang Berdaya Guna dan Tepat Guna, Penelusuran minat dan bakat harus dicatat sejak dari para terpidana masuk dalam lapas, sehingga akan mempermudah pihak lapas apabila akan melakukan pengelompokan didalam melakukan pembinaan-pembinaan awal, sehingga sejak awal narapidana tidak merasa hanya di jadikan obyek saja, tetapi mereka juga dijadikan subyek, yaitu dapat memilih secara langsung program pembinaan minat dan bakat apa saja yang dapat diikutinya. Sebagai subyek, narapidana akan merasa diperlakukan sebagai manusia, dan akan dengan sepenuh hati mengikuti program-program pembinaan yang diadakan oleh Lapas, Sentuhan hati yang merasa diperlakukan sebagai manusia

Page 5

dan tidak merasa hanya dijadikan obyek, akan membuat seorang narapidana menjadi pribadi yang tangguh dan merasa dibutuhkan untuk menciptakan suatu karya-karya yang nyata. Rasa bersalah seorang narapidana akan menjadikan suatu dorongan mental kejiwaan yang kuat sekali untuk dapat berbuat yang lebih baik dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang ada. Dengan kekuatan mental, kejiwaan seperti ini akan lebih menampakkan hasil apabila Lapas mengembangkan Pembinaannya secara praktis, sistematis, berkesinambungan, berdaya guna dan tepat guna, tidak mustahil didalam Lapas akan menjadi pendidikan manusia-2 yang unggul dan mampu menciptakan karya-2 inovatif, kreatif bahkan mendatangkan keuntungan ( profit ) yang secara langsung akan mengurangi beban pemerintah didalam penyediaan anggaran yang selama ini dirasakan terlalu minim.

4. Pemberian Kesempatan dan Kepercayaan,

Hal ini harus dimulai dari Insan Pemasyarakatan terlebih dahulu baru kemudian pihak luar akan menjadi yakin dan percaya, bahwa para narapidana yang dibina didalam Lapas sambil menjalankan pidananya, dapat berubah menjadi pribadi/manusia yang unggul, kreatif, inovatif, trampil dan mandiri, Dengan adanya program monitoring terhadap perilaku para narapidana secara rutin dan berkesinambungan didalam melakukan pembinaan awal sampai dengan pembinaan lanjutan, secara nyata para narapidana akan merasakan sebagai subyek, sehingga mereka akan mengikuti semua program tanpa harus disuruh, mereka akan berpartisipasi aktif secara sukarela, karena menganggap Kesempatan yang diberikan dalam Program Pembinaan ini adalah bentuk Kepercayaan Lapas ( insan Pemasyarakatan ) untuk dapat menjadikan narapidana sebagai manusia seutuhnya. Kepercayaan untuk seorang narapidana itu adalah mutlak, karena dengan statusnya sebagai narapidana itu, merasa bahwa kalau mereka sudah tidak dipercaya lagi adalah sama dengan mereka itu adalah binatang. Kepekaan perasaan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh Lapas sangat berpengaruh besar terhadap perubahan perilaku narapidana menjadi lebih baik. Kepercayaan Lapas untuk memberikan mereka kesempatan menjadi Tamping pekerja atau Pemuka Kerja dan kemudian mereka dipersilahkan untuk membuat program-program dan juga melaksanakan program sesuai jabatan yang telah dipilihnya, akan menyebabkan pemikiran mereka menjadi terbuka ( kreatif dan inovatif ) dan berperilaku positip, mereka tahu setiap pelaksanaan program yang baik akan mendapatkan Reward/Penghargaan, minimal berupa

Page 6

ucapan terima kasih, berupa remisi tambahan, asimilasi dan lain-lain sebagainya. Ucapan terima kasih saja, bagi narapidana sangatlah besar artinya, karena dengan itu mereka merasa dipercaya, sehingga perasaan sebagai manusia menjadi timbul dan dapat menjadikan kekuatan positip diri sendiri untuk menjadi pribadi yang berubah baik dan unggul.

5. Kemudahan dan Transparansi Pengurusan Hak-Hak Narapidana, motto lama insan pemasyarakatan “ Kalau Bisa Dipersulit, Kenapa mesti Dipermudah “ harus dikikis habis dengan adanya reformasi birokrasi dilingkungan Pemasyarakatan, karena motto lama itu sangatlah kontra produktif didalam melakukan pembinaan bagi narapidana, yang akhirnya secara tidak langsung akan membebani anggaran Pemerintah, narapidana menjadi takut mengurus hak-haknya, sehingga apabila tidak diurus, narapidana menjadi makin lama menjalani masa pidananya dan akhirnya narapidana bukanlah menjadi sumber daya manusia yang produktif, karena mereka lebih memilih menjalani apa adanya masa pidana tanpa memperdulikan hak-haknya. Narapidana jugalah manusia, kalau sudah merasa melaksanakan kewajibannya, tetapi hak-haknya tidak diperhatikan, bahkan cenderung dipersulit, akhirnya mereka menjadi manusia yang apatis, tidak produktif dan pada akhirnya makin merasakan ketidak adilan yang mendalam dalam kehidupannya, sehingga mereka berbuat semaunya didalam lapas, bahkan ada kecenderungan menjadikan Lapas sekolah kejahatan dan akhirnya pembinaan menjadi gagal, mereka menjadi orang jahat, yang mana setelah selesai menjalani masa pidananya, tidak ragu-ragu lagi mengulangi perbuatan pidananya, karena mereka merasa menjadi manusia yang terbuang.

6. Merubah Paradigma dan Membuat Profil Keunggulan Lapas dalam Pemberdayaan Narapidana, yang mengatakan bahwa Narapidana adalah manusia yang gagal mengatasi masalah kehidupan, dirubah menjadi Narapidana adalah manusia yang menyadari kegagalannya untuk kemudian mampu menjadi manusia yang unggul mengatasi semua permasalahan kehidupannya, setelah menjalani pembinaan didalam Lapas. Perubahan paradigma diatas, secara langsung berdampak besar pada pembentukan kepribadian narapidana selama menjalani masa pidananya. Optimisme yang besar menjadikan semangat untuk merubah dirinya menjadi manusia seutuhnya, tertib hukum dan tidak ingin mengulangi kesalahannya untuk ke dua kalinya.

Page 7

Profil Keunggulan Lapas Dalam Pemberdayaan Narapidana, tak ubahnya seperti membuat company Dan

yag

dimaksud

dengan

profil perusahaan didalam dunia bisnis, dimana lapas dapat membuat suatu leafet, brosur ataupun Company Profile lengkap dengan referensi kemampuan dan keahlian para Narapidana yanag telah bersertifikat, sarana dan prasarana yang dimiliki didalam melakukan produksi dan foto-2 hasil produksi yang telah dihasilkan, Hal ini akan membuat masyarakat / dunia usaha tahu kemampuan/keahlian dari narapidana pada khususnya dan Program pembinaan yang berhasil dari Lapas pada umumnya, yang mana pada akhirnya masyarakat atau dunia usaha menjadi tertarik dan mau menerima/memperkerjakan narapidana didalam aktivitas usaha mereka.

7. Sosialisasi Program-program Pembinaan seperti Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas kepada Masyarakat diluar tembok Penjara, Program-program diatas sangatlah berdampak besar kepada perubahan perilaku narapidana, apabila hak-hak diatas diberikan dengan makna yang dalam dari suatu penghargaan terhadap perubahan perilaku narapidana yang tertib dan disiplin didalam mengikuti program-2 pembinaan yang dijalankan di Lapas dan bukanlah hanya menjadi program rutin dilapas dikarenakan memang hukumannya telah memasuki 1/2 atau 2/3 masa pidana. PEMAKNAAN PROGRAM INI sebagai SUATU PENGHARGAAN akan sangat lebih bermanfaat daripada dijadikan RUTINITAS PROGRAM TANPA MAKNA. Dan sosialisasi yang terus menerus dari pihak Lapas kepada Masyarakat diluar Penjara, baik dalam pemberitaan maupun dalam pelaksanaan asimilasi dengan pihak ke III, hal tersebut akan membuat masyarakat diluar penjara atau dunia usaha dalam hal ini menjadi tahu bahwa narapidana yang menjalani program-2 diatas adalah narapidana-2 pilihan/tangguh dan telah selesai menjalani program-2 pembinaan awal dengan baik dan siap untuk melakukan re-integrasi social dengan masyarakat kembali atau dengan dunia usaha tempat mereka bekerja dahulu. Pemahaman dari masyarakat di luar tembok penjara, dunia usaha pada khususnya akan mengurangi sedikit demi sedikit stigma negatip narapidana, karena mereka yang di asimilasi adalah benar-2 narapidana yang telah berubah perilakunya, tangguh, produktif, kreatif, trampil.

Page 8

8. Jangan jadikan dalih suatu pembenaran, bahwa Kekurangan Anggaran atau Kesejahteraan dalam Lapas untuk kemudian tidak melakukan pembinaan yang optimal, Manusia itu tidak peduli dia narapidana atau petugas/Pembina, pada umumnya didalam menghadapi suatu tekanan atau keterbatasan akan menjadi 2 type manusia yang berbeda, dapat menjadi manusia apatis dan masa bodoh, atau menjadi manusia kreatif dan cerdas, untuk itulah Program-2 Pendekatan kemanusian yang Dinamis seperti salah satunya menjadikan petugas sebagai Wali Pemasyarakatan, dapat terjadi komunikasi dua arah yang saling menguntungkan kedua belah pihak secara positip. Komunikasi/berbicara adalah kebutuhan manusia hidup untuk berbagi atau mengeluarkan suatu tekanan kejiwaan yang dirasakannya, apabila tekanantekanan ini mendapatkan saluran yang tepat dan positip akan terjadi kekuatan positip untuk dapat mengatasi segala kekurangan yang ada, baik ditinjau dari sudut petugas maupun narapidananya itu sendiri. Petugas menjadi visioner, narapidana menjadi kreatif dan cerdas yang mana apabila kedua unsur ini disinergikan secara positip dan bertanggung jawab akan dapat menjawab tantangan kedepan bagaimana sistim pemasyarakatan dapat berjalan dengan baik seperti yang dicita-citakan bersama, Kekurangan kesejahteraan, kekurangan anggaran, over kapasitas bukanlah dijadikan suatu alasan pembenaran diri bahwa kehidupan didalam lapas tidak dapat berjalan optimal sebagaimana visi dan misi pemasyarakatan itu sendiri. Peluang kerja dapat diciptakan dalam situasi dan kondisi seperti ini, narapidana dapat menciptakan kreatifitasnya, membuka hubungan relasi usahanya, meciptakan produksi dalam lapas yang bernilai jual ekonomis, Petugaspun dapat menfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang ada, maka terdapatnya unit produksi didalam lapas yang dapat menutup kekurangan anggaran didalam melakukan pembinaan dan juga menambah kesejahteraan bagi petugas secara proporsionil dan professional.

9. LAPAS harus memberanikan diri mencari kesempatan / lapangan pekerjaan secara masal, bukan lapangan pekerjaan yg individual, saat ini Lapas mengartikan Asimilasi Pihak Ke III, atau pemberian kesempatan narapidana berintegrasi keluar/bekerja kepada pihak ke III, adalah secara individual/per orangan ( napi mencari sendiri

Page 9

pihak ke III yang dimaksud dan kemudian lapas hanya sebagai fasilitator pasif kecuali hanya menjaga dalam hal pengamanan saja dan kontrak hanya berlaku bagi seorang napi ). Hal ini hanya dinikmati oleh beberapa orang narapidana saja dan kalaupun itu dilakukan, hanya bersifat proforma yang tidak mendapatkan output balik bagi Lapas ataupun narapidana lainnya yang tidak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan sendiri pihak ke III/dunia usaha yang dimaksud. Lapas seharusnya dapat berperan aktif memanfaatkan pihak ke III/perusahaan didalam kontrak individual dimaksud dengan meminta agar dapatnya menerima lebih dari satu orang atau bersifat masal dan kemudian berani merubah kontrak, yang semula antara Narapidana dengan Pihak Ke III dirubah menjadi antara Lapas dan Pihak Ke III sebagai payung hukum selama periode tertentu, sehingga keluarnya seorang narapidana karena habis masa pidananya, tidak akan mengakhiri masa kontrak antara Lapas dengan Pihak Ke III tersebut dan dapat diisi oleh Narapidana lainnya yang telah memenuhi persyaratan untuk Asimilasi dengan Pihak III, sehingga program asmiliasi pihak ke III dapat berjalan dengan berkesinambungan dan dapat menciptakan output balik untuk Lapas sendiri, didalam mengatasi kekurangan anggaran didalam melakukan pembinaan yang berkesinambungan.

1.

Kepedulian Keluarga, Masyarakat dan Dunia Usaha, Setelah Lapas ( Insan Pemasyarakatan ) membuka diri dengan sosialisasi program-2 pembinaan internal, maka masyarakat diluar tembok penjara perlu berpartisipasi aktif dengan melihat bukti-2 program pembinaan yang dilakukan di dalam Lapas seperti melakukan Kunjungan Keluarga, melihat-2 hasil karya narapidana dan mendukung program-2 pembinaan yang berdampak simbiosis mutualisme baik bagi lapas, narapidana maupun dunia usaha ( karena secara faktual Pemerintah kekurangan anggaran didalam melakukan program-2 pembinaan yang dinamis, sistematis dan berkesinambungan ).

2.

Hilangkan Pemberitaan yang berat Sebelah dari Media Cetak & Elektronik, Sangatlah penting sekali pemberitaan yang obyektif dan terukur oleh media cetak dan elektronik, dimana selama ini pemberitaan yang terjadi selalu berat sebelah dan hanya menyoroti

Page 10

adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Lapas maupun Narapidana. Hal ini akan membuat masyarakat menjadi antipati kepada Narapidana dan Lapas, yang berakhir dengan kuatnya stigma negatip terhadap narapidana dan kegagalan Lapas sebagai lembaga Pembinaan. Media harus menjadi corong atau suara yang obyektif tentang kehidupan didalam penjara dan Lapaspun harus bersifat terbuka kepada Media dan pro-aktif terhadap perkembangan IT, Aktifitas pemberitaan ( seperti menggunakan website, sarana pameran dll )

3.

Jangan Jadikan Lapas/Rutan sebagai ajang Balas Dendam Politis yang menyebabkan terjadinya diskriminasi hukum, UU. No.12 Tahun 1995, tentang Pemasyarakatan, adalah Undang-2 yang dapat dijadikan panutan/tolok ukur proses pemidanaan, undang-2 ini sangatlah lengkap baik secara filosofi maupun aplikasi pelaksanaan, yang intinya adalah bagaimana seorang manusia yang melanggar hukum, kemudian menjadi narapidana, dihukum dengan proses penjeraan dan kemudian dilakukan pembinaan yang berwawasan pendekatan kemanusiaan, sehingga narapidana tersebut menjadi sadar, taat hukum dan siap terjun kembali kelingkungan masyarakat, bangsa dan negara sebagai manusia seutuhnya. Yang mana saat ini peraturan perundang-undangan yang dibuat dan dibawah UU. No.12 tahun 1995, banyak sekali yang bertentangan, multi tafsir, bersifat abu-abu dan selalu berdasarkan kepentingan politis dengan mengatas namakan “ Menyakiti Rasa Keadilan Masyarakat “, padahal secara fakta masyarakat mana yang disakiti kecuali masyarakat politis, pertentangan dan perubahan peraturan perundangan-2 inipun sudah sering disuarakan, tetapi selalu kandas secara politis, ganti presiden ganti aturan, ganti menteri ganti aturan, sehingga Insan Pemasyarakatanpun sering dibingungkan dan kadang-2 tidak setuju, tetapi tidak mampu berbuat apapun, sehingga timbul wacana terbaru, agar Ditjenpas merupakan organisasi yang berdiri sendiri tidak dibawah dari Depkumham….. Wallahualam.

4.

Berikan Kesempatan, Kepercayaan Pembuktian Diri bagi Narapidana,

dan

Ruang

banyak faktor yang

menyebabkan seseorang manusia menjadi narapidana seperti, faktor tekanan ekonomi, factor politis, factor mental dan kejiwaan, factor kurang

Page 11

beruntung, factor lingkungan yang tidak kondusif dan banyak lagi factor-2 lainnya, maka tidaklah benar kalau kemudian masyarakat diluar/dunia usaha menganalogikan semua narapidana adalah penjahat, yang benar bahwa seorang narapidana adalah manusia yang telah salah jalan, melanggar hukum atau bernasib kurang baik, maka dengan itu, seorang narapidana pada umumnya dapat berubah perilakunya apabila masyarakat, keluarga, dunia usaha memberikan kesempatan, kepercayaan dan ruang pembuktian diri agar narapidana tersebut menjadi manusia yang seutuhnya, dapat berperan serta secara aktif mengisi pembangunan disegala bidang dengan segala ilmu dan keterampilannya. Telah banyak terbukti bagaimana seorang narapidana atau ex. Narapidana dapat menjadi manusia yang baik, bahkan menjadi ustad, menjadi pengusaha, selama diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk membuktikannya.

5.

Dunia Usaha dengan CSR nya (community social responsibility) harus berani berperan aktif mendukung program pembinaan yang bersifat produktif dan memberikan dampak simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak. Dunia usaha sudah seharusnya memberikan kesempatan yang luas kepada narapidana atau ex. Narapidana untuk ikut berpartisipasi kembali dalam ikut memutar roda ekonomi pembangunan, memberikan stigma negatip bukanlah jalan keluar yang bijaksana, saling menyalahkan atau menyudutkan jugalah bukanlah tindakan yang positip, jelas sekali banyak factor seseorang untuk menjadi narapidana, dapat dari kehilangan pekerjaan, himpitan perekonomian dan lain-2 sebagainya, yang mana sebenarnya salah satu penyebabnya adalah juga karena dunia usaha yang lesu dan roda pekenomian yang tidak berputar stabil. Untuk itulah bagi Dunia Usaha besar dan telah mempunyai CSR dapat menggunakan CSRnya membantu pemerintah atau Lapas pada khususnya, untuk melakukan pemberdayaan narapidana atau ex. Narapidana secara saling menguntungkan dan mempunyai sifat social yang tinggi, sesuai dengan tujuan penggunaan dari CSR tersebut. Jelas sekali keunggulankeuanggulan pola perilaku seorang narapidana atau ex.narapidana, yang mana dengan kehilangan kebebasannya, masih harus bertanggung jawab kepada keluarganya, harus menjalani tertib berdisiplin hidup didalam lapas apabila ingin mendapatkan hak-haknya seperti Remisi, Pembebasan Bersayarat, dan hak-hak lainnya, hal-hal tersebut merubah seorang

Page 12

narapidana atau ex.narapidana menjadi pribadi yang tangguh, tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali. Disinilah Dunia usaha harus berani mecoba dan membuktikan bahwa stigma negatip itu tidaklah benar. Untuk itulah apabila SISTIM PEMASYARAKATAN dijalankan secara konsisten dan 3 Pilar Utama Pemasyarakatan berperan secara aktif dan proporsionil, maka pembinaan narapidana dapat berjalan dengan baik dan dengan tindakan lanjut dalam hal Pemberdayaan Narapidana sebagai sumber daya manusia yang Produktif. Maka Pemerintah, Narapidana dan Masyarakat akan mendapatkan manfaat masing-2 secara maksimal, seperti digambarkan dalam contoh dibawah ini :

Tulisan masih akan bersambung, tergantung hati, pikiran dan lapangan orientasi penulis. Pada tulisan yang akan datang, penulis akan memperbandingkan secara normatif dengan undang-2 dan peraturan tertulis yang berlaku dilingkungan Pemasyarakatan

Page 13

Page 14

Related Documents