Kearifan Komik dan Animasi Oleh: Rudi Irawanto* Penyelengaraan PKAN ke -6 di Universitas Negeri Malang merupakan salah satu bentuk riil dukungan lembaga pendidikan sekelas UM (Universitas Negeri Malang) untuk perkembangan komik dan animasi di Indonesia. Event yang diselenggarakan 2 tahunan tersebut terselenggara dengan dukungan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, MKI (Masyarakat Komik Indonesia) beberapa komunitas Animasi dan komik dalam skala lokal maupun Nasional. Universitas Negeri Malang, dalam hal ini Jurusan Seni dan Desain (JSD UM), berperan sebagai fasilitator dan mediator antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai institusi formal pemerintah, dengan beberapa komunitas pencinta komik dan animasi di wilayah Malang Raya. PKAN ke- 6 merupakan event nasional yang diharapkan sukses diselenggarakan di daerah. Beberapa event Nasional sering kali jarang diselenggaran di daerah dengan beberapa alasan. Salah satu argumen yang sering sering dikemukakan adalah ketidaksiapan infrastruktur dan perangkat SDM. Fungsi Jurusan Seni dan Desain tidak sekadar pelaksana administratif tetapi juga berperan dalam fungsi-fungsi strategis. Hal ini secara tersirat menunjukkan peningkatan level kerjasama lembaga pemerintah terhadap insitusi pendidikan, khsusunya UM, untuk menyelenggaran event berskala nasional di daerah. Jurusan Seni dan Desain (JSD) pada beberapa kesempatan telah sukses menyelenggarakan event nasional dengan berkerja sama dengan Pihak ke III. Beberapa saat yang lalu JSD UM telah sukses menyelenggarakan FAN (Festival Animasi Nasional) untuk wilayah Jawa Timur. FAN merupakan sebuah kegiatan animasi dalam skala nasional dibawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang bekerja sama dengan komunitas animasi Nasional (AINAKI). Keterlibatan JSD UM dalam beberapa event nasional menjadi bekal JSD UM untuk menyelenggaran pendidikan animasi di level Universitas ditahun mendatang. Pada kurun waktu 1 tahun kedepan diharapakan di JSD UM telah dibuka program Studi Game dan Animasi, sampai saat ini usulan pembukaan prodi Game dan Animasi telah sampi ke Dirjen Dikti. Sampai saat ini kemampuan menghasilkan komik dan animasi masih dinaungi di program studi Pendidikan Seni Rupa dan program Studi Desain Komunikasi Visual. Pembukaan prodi baru di JSD diharapkan menjadi satu wadah formal untuk menyediakan tenaga terampil yang berkualitas dalam dunia animasi . Penyelenggaraan FAN maupun PKAN sebagai salah satu bentuk riil dukungan JSD UM terhadap perkembangan komik dan Animasi di Indonesia serta sebagai bekal membangun konsep perkembangan animasi di sektor pendidikan. Komik dan khususnya animasi di beberapa negara telah menjadi industri yang mampu menghasilan devisa serta mampu menyedot ribuan tenaga kerja. Jepang sebagai salah satu negara animasi dunia mampu hidup hanya dengan mengandalkan sektor animasi. *
Rudi Irawanto, Dosen Seni dan Desan FS Universitas Negeri Malang
Animasi yang berkembang tidak hanya pada konten film semata-mata, tetapi juga merambah ke berbagai sektor, termasuk didalamnya di sektor pendidikan. Komik telah lama beredar di Indonesia, semenjak era 1930 an, yang pasang surut hingga dekade 2000 an. Animasi menjadi sektor baru yang lahir di era 1990 an. Animasi menjadi booming ketika televisi bermunculan. Animasi walaupun sekadar pelengkap yang masih menempel pada sektor yang lain, seperti film atau periklanan, tetapi semakin hari semakin menunjukkan eksistensinya. Komik dan aminasi, 2 varian seni visual yang berjalan seperti sekeping mata. Komik berbicara melelui gambar statis, sedangkan animasi melalui visual yang dinamis. Animasi lahir ketika komik tidak mampu memberikan sensasi lebih, komik lebih banyak menawarkan imajinasi. Keberadaan animasi tidak sekadar metamorfosis dari komik, tetapi animasi merupakan dimensi lain dari kemampuan imajinatif. Pada konteks ini komik tidak berada pada posisi yang lebih rendah, tetapi menjadi awal dari satu proses imajinatif. Animasi juga tidak menjadi akhir dari satu proses visual imajinatif. Keduanya memiliki lahan yang berbeda, sehingga memiliki kriteria yag cenderung bebeda, yang pada gilirannya memiliki dimensi sensasi yang berbeda. Keduanya, komik dan animasi, kerap dipandang sebelah mata. Seni visual yang tidak begitu disadari maknanya oleh banyak pihak. Indonesia patut bersyukur, lembaga sekelas Departemen Pariwisata dan Budaya masih mau mengurusi bidang yang tidak terlampau populer tersebut. Sejarah komik di Indonesia barangkali tidak seindah animasi yang mendapat banyak dukungan, walapun dukungan terhadap animasi lebih banyak dilandasi oleh kekaguman terhadap teknologi yang mengiringinya, daripada konten materiil yang melandasi semangat kreatifnya. Animasi dan komik, akan tetap eksis walaupun tanpa dukungan dari pihak manapun, tetapi dukungan dari lembaga pemerintah maupun lembaga pendidikan akan mempercepat proses pendewasaannya. Seni visual, seperti halnya seni-seni yang lain dapat berjalan walaupun tanpa campur tangan pihak-pihak lain. Campur tangan yang lebih bersifat dukungan tetap dibutuhkan, setidaknya sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian, sehingga pekerja-pekerja seni tetap dapat berkreasi tanpa takut ataupun risih. Komik dan animasi masih terus tumbuh dalam berbagai versinya. Komik telah lebih dari 60 tahun timbul tenggelam di Indonesia, animasi masih remaja yang mencari bentuk. Keikutsertaan lembaga pemerintah maupun institusi pendidikan sedikit banyak akan mewarnai alur perkembangannya, yang diharapkan akan mengahasilkan akhir cerita yang manis. Keterlibatan institusi pendidikan, seperti halnya JSD UM dalam PKAN, pada gilirannya diharapkan mampu memberi warna yang lebih banyak terhadap perkembangan komik dan animasi di Indonesia. Sampai saat ini seakan terjadi alienisasi antara institusi pendidikan dengan dunia komik dan animasi. Tidak banyak komikus dan animator yang lahir dari instuitusi pendidikan formal. Institusi pendidikan, khususnya institusi pendidikan kesenian, lebih banyak memberikan bekal ketrampilan semata-mata, tidak banyak yang berupaya membangun kesadaran kreatifnya dalam bingkai budaya dan kearifan lokal. Dampak jangka panjang yang dijumpai adalah perkembangan seni komik khususnya ataupun animasi lebih banyak menelorkan pekerja terampil yang relatif tidak membumi. Keraifan lokal tidak
semata-mata lahir dari institusi pendidikan, tatapi campur tangan yang serius dari lembaga institusi pendidikan formal akan mempercepat proses yang terlewati tersebut. JSD UM dalam beberapa misinya ingin membangun kesadaran kolektif tentang kebangsaan melalui karya-karya seni dan desain yang membumi, sehingga budaya dan etika menjadi payung kreatifnya. Karya Seni dan desain yang lahir tidak sekadar mengambil kearifan lokal secara parsial, sehingga maknanya hanya dipahami secara artifisial, tetapi karya seni dan desain, termasuk didalamnya komik dan animasi, terkonsep secara total dalam bingkai kebangsaan. Anime dan manga, tetap menjadi Jepang walaupun dibuat dalam teknologi Barat. Membangun kesadaran kolektif membutuhkan waktu dan komitmen yang panjang. Jepang membutuhkan lebih dari setengah abad untuk menciptakan genre yang khas. Anime bermula semenjak 1907 dan mengalami masa kememasan 90 tahun kemudian. Menciptakan karakter yang membumi tidak dapat lahir dari proses yang instan, tetapi butuh keseriusan dan komitmen kuat dari berbagai pihak. Kepedulian Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di sektot pemerintah, JSD UM di sektor pendidikan, MKI dan AINAKI, serta komunitas komik dan animasi lain pada sektor masyarakat bila disinergikan secara serius dan terkonsep akan mampu menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Komitmen yang serius dan simultan menjadi kata kunci untuk menghasilkan wajah komik dan animasi yang membumi. Seni visual yang tidak sekadar mengekor milik orang lain. .