MEMENANGKAN PERSAINGAN
Persaingan tidak dapat dilepaskan dari aktifitas kehidupan. Selama kita masih hidup maka kita akan selalu dihadapkan dengan persaingan. Sejak awal proses kejadian manusia di dalam rahim pun persaingan telah terjadi diantara berjuta – juta sperma dan hanya satu sperma saja yang mampu membuahi ovum (sel telur). Artinya janin tercipta dalam rahim justru dari bibit paling unggul karena ia telah bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil mengalahkan jutaan pesaing tersebut. Hikmahnya, manusia telah dibekali potensi untuk menjadi yang terbaik. Bersaing pada hakekatnya adalah berjuang secara maksimal untuk mengungguli pihak – pihak lain, yang mungkin memiliki hasrat dan keinginan lebih tinggi, potensi lebih mantap, kekuatan fisik dan mental lebih prima, taktik dan strategi lebih jitu, dan berbagai factor kelebihan lainnya dibandingkan dengan apa yang ada pada diri kita sendiri.
Unsur persaingan akan menjadi tidak lagi bermutu, bahkan bukan lagi persaingan namanya apabila pihak lawan diyakini lebih lemah dan tidak memiliki potensi apaapa. Bersaing sambil meyakini kemungkinan potensi lawan lebih tinggi akan membuat kita berupaya melipat gandakan tekad, keyakinan dan kemampuan diri. Ini bisa dinamakan bersaing secara positif. Sesuai dengan nasihat para leluhur “jer basuki mowo beo” setiap kesuksesan dan setiap kemenangan yang memilik nilai, hanyalah yang diperoleh melalui perjuangan.
Menghadapi Persaingan di Tempat Kerja.
Persaingan di tempat kerja adalah sesuatu yang sangat wajar, karena di sana kita tidak melakukan segala sesuatunya sendirian – ada orang-orang lain yang juga harus mengerjakan tugas yang sama dengan kita. Kalaupun kita berkata bahwa kita sudah membentuk suatu tim kerja yang sangat bagus sehingga tidak mungkin terjadi persaingan, akan selalu ada kompetitor yang lain. Untuk menghadapi persaingan kita harus mampu me-manage diri dengan benar.
Yang perlu kita lakukan pertama adalah mengganti kemalasan dengan disiplin. Berbicara tentang kemalasan, tidak sama dengan bicara soal kurangnya pengetahuan. Mungkin tahu tapi tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan
karena enggan atau malas. Waktu 24 jam sehari idealnya sudah ada jadual yang harus kita isi, dengan membuat peta dari apa yang akan kita lakukan.
Kedua dengan mengoptimalkan potensi akal dengan membaca, menyimak, bergaul dan mengoptimalkan waktu yang kita miliki untuk mengembangkan kemampuan akal kita. Setelah itu hal berikutnya yang kita lakukan untuk menghadapi persaingan adalah belajar tiada henti. Jika kita ingin tahu sejauh mana tingkat keuksesan kita, maka bisa dilihat dari seberapa besar kecintaan kita kepada ilmu. Hanya orang yang terus meng-up date dirinya dengan ilmu yang akan hidup dalam samudra kearifan dan lebih bijak memandang kehidupan. Layaknya sebuah kapal di lautan luas, dia tidak akan oleng dan tenggelam dihantam badai dari segala arah karena muatannya sarat dengan orang-orang yang berilmu.
Untuk memengkan persaingan memang perlu perjuangan, pengorbanan dan kerja keras sebagaimana wejangan leluhur kita “jer basuki mowo beo”. Me-manage diri secara benar memerlukan niat dan kerja keras serta kemampuan kita untuk merubah hambatan menjadi tantangan yang mampu kita taklukkan.