Megibung tradisi makan bersama di Bali Tradisi tradisi unik bisa kita temukan di beberapa desa yang ada di Bali. Tradisi ini terjaga lestari dengan dengan sendirinya karena tujuan dari kebiasaan ini dilakukan adalah menjaga silaturahmi antar warga. Salah satu tradisi tersebut adalah megibung. Tradisi makan bersama ini sangat unik karena makanan yang disajikan cukup banyak dengan baralaskan daun pisang. Makanan tersebut biasanya terdiri dari Nasi, Lauk pauk dan juga sayur, biasaya olahan makanan tersebut umumnya berasal dari daging babi atau ayam.
Keunikan megibung di Bali Yang membuat tradisi megibung ini menjadi unik adalah beberapa aturan saat makan bersama ini diantaranya peserta megibung tidak boleh menyisakan makanan yang disajikan sedikitpun. Dan yang kedua peserta tidak boleh meninggalkan lokasi mengibung dengan alasan apapun. Dua hal ini menjadikan tradisi ini menjadi sakral dan sangat di hormati oleh masyarakat. Megibung ini sendiri biasanya dilakukan saat ada upacara keagamaan di Pura dimana saat mempersiapkan sarana upacara, mereka juga membuat olahan makanan untuk megibung. Acara megibung ini khusus dilakukan oleh kaum laki laki. Dengan beralaskan daun pisang makanan yang sudah dimasak disajikan lengkap dengan lauk pauknya. Sesekali mereka makan sambil bernyanyi lagu tradisional berupa genjek yang merupakan seni suara dengan berbagai lirik lagu. Biasanya minuman yang disajikan berupa tuak manis. Mungkin minuman tradisional ini membuat mereka sedikit mabuk dan membuat mereka bernyanyi dengan sembarang nada atau megenjekan.
Karenan keunikan dari makan megibung ini, beberapa hotel dan restaurant di bali juga membuat paket serupa dalam menjamu tamu tamu mereka. Dan banyak juga tamu yang terkesan dengan penyajian makanan yang banyak untuk beberapa orang ini. Dan tradisi megibung ini masih lestari sampai saat ini di Bali
https://www.gobalitour.com/blog/megibung-tradisi-makan-bersama-di-bali/
Bali mengenal tradisi megibung. Dalam tradisi ini, orang-orang menikmati aneka lauk secara bersama-sama dalam satu wadah. Berbagi lauk dan nasi. Belum lama ini sempat heboh foto di media sosial yang menampakkan anggota Pramuka di Tangerang makan bersama di atas tanah tanpa alas. Kejadian ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Ahdyaksa Dault. Sebenarnya tradisi makan bersama memang sudah ada sejak lama di berbagai wilayah Indonesia. Namun tentu saja proses ini memakai alas makan. Biasanya berupa satu batang daun pisang. Megibung atau bersantap gaya banjar termasuk salah satu tradisi makan bersama yang cukup populer. Kini jadi istilah untuk makan bersama di Bali. Bisa dilakukan di rumah hingga balai banjar jika jumlah tamu besar. Asal Megibung berasal dari kata "gibung". Dalam bahasa Bali, kata ini berarti berbagi satu sama lain. Foto: cultures-of-denpasar.blogspot.com
Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, konon merupakan yang pertama mengawali tradisi ini pada tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanan menaklukan raja-raja di Lombok, ia menganjurkan prajurit makan bersama dalam posisi melingkar. Ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Saat Megibung, orang-orang akan duduk bersama sambil menikmati makanan. Kegiatan ini diisi dengan berbagi cerita hingga tukar pikiran. Sehingga Megibung lekat dengan tradisi masyarakat baik dalam upacara keagamaan, adat, pernikahan atau kegiatan sehari-hari. Masyarakat Hindu maupun Islam di sana ikut melaksanakan tradisi megibung. Contohnya saja ketika perayaan pura, ngaben maupun Maulid Nabi. Perbedaan Megibung umumnya terletak pada bahan untuk lauk pauk. Dalam sebuah acara, Megibung biasa dilakukan sebelum para tamu pulang. Mereka diajak makan sebagai tanda terima kasih dan juga jalinan keakraban serta kekeluargaan.
Foto: wikipedia
Secara tradisi, tamu membentuk sela (kelompok) berisi 5-8 orang. Mereka duduk bersila dalam lingkaran. Tiap kelompok dipimpin seorang pepara yang bertugas menuang nasi dan lauk dalam wadah. Gibungan atau hidangan untuk Megibung bisa berupa babi yang diolah jadi sate, lawar, komoh, gegubah, atau pepesan. Disamping itu ada olahan daging ayam, kambing atau sapi. Lawar dan uraban biasa disantap paling awal. Lauk spesial seperti sate dan gegubah dimakan paling akhir supaya menghemat daging tapi tetap memberi rasa kenyang.
Foto: detikFood
Proses makan dilakukan bersama memakai tangan. Sehingga perlu mencuci tangan sebelum makan. Terdapat etika lainnya juga seperti tidak menjatuhkan sisa makanan dari mulut ke atas nampan, tidak bersin, tidak mengambil makanan orang sebelah dan sisa-sisa dibuang di atas daun pisang yang telah disediakan. Jika ada kelompok yang sudah selesai, harus menunggu dulu kelompok lainnya. Apabila semua sudah selesai, mereka dapat mencuci tangan. Baru kemudian meninggalkan tempat makan bersama-sama sebagai lambang kebersamaan.(msa/odi) https://food.detik.com/info-kuliner/d-3457890/begini-tradisi-orang-bali-megibung-makan-bersamauntuk-kekeluargaan