MATERI TARBIAH MAKNA AS SYAHADATAIN Pendahuluan Kalimah syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita selalu menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan adzan. Kalimah syahadatain sering diucapkan oleh ummat Islam dalam berbagai situasi. Umumnya kita menghafal kalimah syahadat dan dapat menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah makna kalimah syahadatain ini difahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari? Masalah tersebut perlu dijawab dengan realitas yang ada. Tingkah laku ummat Islam yang terpengaruh dengan jahiliyah atau cara hidup Barat yang memberi gambaran bahwa syahadat tidak memberi kesan lainnya seperti tidak menutup aurat, melakukan perkaraperkara larangan dan yang meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan dan taat bukan kepada Islam, dan mengingkari rezki atau tidak menerima sesuatu yang dikenakan kepada dirinya. Contoh ini adalah wujud dari seseorang yang tidak memahami syahadat yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dibawa oleh syahadat tersebut. Kalimah Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam. Tanpa syahadat maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitupun dengan rukun Iman. Tegaknya syahadat dalam kehidupan seorang individu akan mengukuhkan ibadah dan dien dalam hidup kita. Dengan syahadat maka wujud sikap ruhaniah yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya. Menegakkan Islam mesti didahului menegakkan rukun Islam terlebih dahulu, dan untuk tegaknya rukun Islam mesti didahului tegaknya syahadat terlebih dahulu. Rasulullah Saw mengisyaratkan bahwa, Islam itu bagaikan sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok yaitu syahadatain, shalat, shaum, zakat dan haji ke baitul haram. Dalam hadits yang lain: Shalat merupakan tiang ad dien. Bagi masyarakat Arab di zaman Nabi Saw, mereka memahami betul makna syahadatain ini, terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi Saw mengumpulkan pemimpin Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi Saw bersabda: Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat, dimana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab. Kemudian Abu Jahal terus menjawab: Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku. Kemudian Nabi Saw bersabda: Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammadan Rasulullah. Abu Jahal pun terus menjawab: Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab. Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini, justru karena faham makna dan konsekuensi dari kalimat tersebut. Dia tidak mau menerima sikap tunduk, taat dan patuh kepada Allah Swt saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya. Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya. Penerimaan syahadat
1
bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah mengaplikasikan syahadat. Sebenarnya bila mereka faham, loyalitas kepada Allah itu juga akan menambah kekuatan kepada diri kita. Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai. Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim. Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). Setiap individu yang bersyahadat, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi. Kalimah syahadat mesti difahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi. Dengan syahadat maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat. Syahadah seba-gai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. Oleh itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.
A-1. AHAMMIYATU SYAHADATAIN Sasaran 1. Memahami kepentingan syahadat dalam hidup seorang muslim. 2. Memahami syahadat sebagai pintu masuk dan intisari ajaran Islam serta menjadi dasar perubahan total sesuatu ummat. Sinopsis Kepentingan syahadat (ahamiyah syahadat) perlu didedahkan kepada mad’u agar dapat betul-betul memahami syahadat secara konsep dan aplikasinya. Kenapa syahadat penting karena dengan bersyahadat seseorang boleh menyebutkan dirinya sebagai muslim, syahadat sebagai pintu bagi masuknya seseorang kedalam Islam. Kefahaman seorang muslim dapat melakukan perubahan-perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat. Dalam sejarah para nabi dan rasul, syahadat sebagai kalimah yang diperjuangkan dan kalimah inilah yang menggerakkan dakwah nabi dan rasul. Akhir sekali, dengan syahadat tentunya setiap muslim akan mendapatkan banyak pahala dan ganjaran yang besar dari Allah Swt.
1.
Ahamiyah Syahadah (kepentingan bersyahadat).
Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. Kepentingan syahadat ini karena syahadat sebagai dasar bagi rukun Islam yang lain dan bagi tiang untuk rukun Iman dan Dien. Syahadatain ini menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat penting syahadat dalam kehidupan setiap muslim. Sebab-sebab kenapa syahadat penting bagi kehidupan muslim adalah: · Pintu masuknya Islam · Intisari ajaran Islam · Dasar-dasar perubahan menyeluruh · Hakikat dakwah para rasul · Keutamaan yang besar
2.
Madkhal Ila Islam (pintu masuk ke dalam Islam).
·
Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain
2
· Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain · Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir · Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadat Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadat Uluhiyah dan syahadat Risalah di dunia. Dalil: · Hadits: Rasulullah Saw memerintahkan Mu’az bin Jabal untuk mengajarkan dua kalimah syahadat, sebelum pengajaran lainnya. · Hadits: Pernyataan Rasulullah Saw tentang misi Laa ilaha illa Allah dan kewajiban manusia untuk menerimanya. · Q.47: 19, Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain. Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain. · Q.37: 35, Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah. · Q.3: 18, Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada mereka. · Q.7: 172, Manusia bersyahadat di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui keesaan Allah. Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam.
3.
Khalasha Ta’lim Islam (Intisari ajaran Islam).
· Kefahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada kefahamannya pada syahadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimah yang sederhana ini. · Ada 3 hal prinsip syahadatain: 1. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah saja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepadaNya. 2. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad Saw. Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Minhajillah. 3. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya. Dalil: · Q.2: 21, 51: 56, Ma’na Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah. 21: 25, Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid. · Q.33: 21, Muhammad Saw adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan. 3: 31, aktifitas hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad Saw. · Q.6: 162, Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah Swt saja. 3: 19, 3: 85, 45: 18, 6: 153, Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah. Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.
4.
Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).
Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyrakat.
3
Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadat tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak. Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah. Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik. Dalil: · Q.6: 122, Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang. · Q.33: 23, Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’i, duta rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya rasulullah membacakan ayat ini. · Q.37: 35-37, reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimah tauhid. 85: 6-10, reaksi musuh terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18: 2, 8: 30, musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid. · Hadits: Laa ilaha illa Allah, kalimat yang dibenci penguasa zalim dan kerajaan. · Hadits: Janji Rasul bahwa kalimah tauhid akan memuliakan kaumnya.
5.
Haqiqat Dakwah Rasul.
Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad Saw membawa misi dakwahnya adalah syahadat. Makna syahadat yang dibawa juga sama yaitu laa ilaha illa Allah. Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah saja. Dalil: · Q.60: 4, Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian Allah saja. · Q.18: 110, Para nabi membawa dakwah bahwa ilah hanya satu yaitu Allah saja.
6.
Fadhailul A’dhim (Keutamaan yang besar)
Banyak ganjaran-ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad Saw. Ganjaran dapat berupa material ataupun moral. Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal dan keutamaan lainnya. Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi syahadat dalam kehidupan sehari-hari. Dipeliharanya kita dari segala macam kesakitan dan kesesatan di dunia dan di akhirat. Dalil: · Q: Allah Swt memberikan banyak keutamaan dan kelebihan bagi yang bersyahadat.
4
· H: Allah Swt akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimah syahadat.
A-2. MADLUL SYAHADAH Sasaran 1. Memahami kandungan kata “syahadat” dan kepentingannya. 2. Memahami pengertian iman dan hubungannya dengan syahadat. 3. Menyadari bahwa hanya dengan istiqamah dalam syahadat dapat mencapai kebahagiaan. Sinopsis Syahadatain begitu berat diperjuangkan oleh para sahabat, bahkan mereka sedia dan tidak takut terhadap segala ancaman kafir. Sahabat nabi misalnya Habib berani menghadapi siksaan dari Musailamah yang memotong tubuhnya satu persatu, Bilal bin Rabah tahan menerima himpitan batu besar di tengah hari dan sederet nama lainnya. Mereka mempertahankan syahadatain. Muncullah pertanyaan kenapa mereka bersedia dan berani mempertahankan kalimah syahadat? Ini disebabkan kerana kalimah syahadat mengandung makna yang sangat mendalam bagi mereka. Syahadah bagi mereka dan arti yang sebenarnya mencakupi pengertian ikrar, sumpah dan janji. Mayoritas umat Islam mengartikan syahadat sebagai ikrar saja, apabila mereka tahu bahwa syahadat juga mengandung arti sumpah dan janji, serta tahu bahwa akibat janji dan sumpah maka mereka akan benar-benar mengamalkan Islam dan beriman. Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian syahadat yang betul. Iman secara sebutan oleh mulut, juga diyakini oleh hati dan diamalkan oleh perbuatan sebagai pengertian yang sebenarnya dari iman. Apabila kita mengamalkan syahadat dan mendasarinya dengan iman yang konsisten dan istiqamah, maka beberapa hasil akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan dan optimis menjalani kehidupan. Kemudian Allah Swt memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat.
Madlul Syahadah. Pernyataan (ikrar), yaitu suatu statemant seorang muslim mengenai keyakinannya. Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Sumpah (qasam) yaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan syahadat. Muslim yang menyebut asyhad berarti siap dan bertanggungjawab dalam tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam. Perjanjian yang teguh (mitsaq) yaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul. Dalil: · Q.3: 18, syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu tentang Laa ilaha illa Allah. Q.7: 172, ikrar tentang Rububiyatullah manusia merupakan alasan bagi ikrar tentang keesaan Allah. Q.3: 81, ikrar para nabi mengakui kerasulan Muhammad Saw meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah Saw.
5
· Q.63: 1-2, syahadat berarti sumpah. Orang-orang munafiq berlebihan dalam pernyataan syahadatnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta. Q.4: 138-145, beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orangorang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian. Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut. · Q.5: 7, 2: 285, syahadat adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tha’atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. Q.2: 93, pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
Iman. Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh iman, yaitu: Ucapan (qaul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin. Membenarkan (tasydiq) dengan hati tanpa keraguan. Yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah. Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari ridha Ilahi. Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan. Ketiga perkara diatas tidak terpisahkan sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqadi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali. Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh karena berdusta, menyalahi janji atau berkhianat. Dalil: · Q.49: 15, 4: 65, 33: 36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah. Q.3: 64, sikap hidup yang merupakan cermin identitas Islam. · Q.4: 123-125, Iman bukanlah hanya angan-angan, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal. Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah. Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah Swt. · Q.2: 80, diantara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi. Misalnya merasa bahwa neraka merupakan siksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya. Atau mereka merasa akan masuk surga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.
6
· Q.2: 8, 63: 1-2, 48: 11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I’tiqadi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya. · Hadits. Tanda-tanda munafiq ada tiga. Jika salah satu ada pada seseorang, maka ia merupakan munafiq sebahagian. Bila keseluruhannya terdapat, maka ia munafiq yang sesungguhnya yaitu: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji menyalahi, dan bila diberi amanah ia berkhianat. Ketiga tanda ini termasuk jenis munafiq amali. · Imam Hasan Basri berkata, “Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan”.
Istiqamah. Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqamah. Istiqamah adalah konsisten, tetap dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak berubah dan tahan uji. Sikap istiqamah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, yaitu: Syajaah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah. Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti. Tidak takut pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang selalu dirindukannya. Itm’inan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin. Dengan senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjukNya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya. Tafaul (optimis), meyakini bahwa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman. Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah pasti. Mukmin menyadari bahwa amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang sempurna. Dalil: · Q.11: 112-113, istiqamah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada kekufuran. Q.17: 73-74, istiqamah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan melaksanakan perintah Allah. Q.42: 15, terus berjuang menyampaikan ajaran Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu. Hadits: Abi Amr atau Abi Amrah Sofyan bin Abdillah, ia berkata: “aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku tentang suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seseorang kecuali kepadamu’. Bersabdalah Rasulullah, katakanlah: aku telah beriman kepada Allah, kemudian berlaku istiqamahlah kamu”. (Muslim). · Q.41: 30-32, orang yang beristiqamah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan optimis. Q.9: 52, sumber keyakinan tentang qadha dan qadar yang menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan hanyalah ketentuan Allah belaka. Q.3: 157-158, kemuliaan merupakan anugerah Allah bagi orang-orang mukmin sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, lihat Q.33: 39. · Q.13: 28, ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah. Q.47: 7, 3: 173, 33: 23, ketenangan yang diperoleh karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah yang pasti sehingga timbul pula keberanian menghadapi musuh. Ibnu Taimiyah berkata, “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya surga aku terletak dihatiku. Dimanapun aku berada ia selalu bersamaku. Sesungguhnya kematianku adalah syahid. Penjaraku adalah rasa manis, sedangkan mengusirku bagiku adalah
7
travelling. Ibnu Qayyim mengambil perkataan seorang alim “sesungguhnya kita berada dalam kelezatan (hati) yang seandainya anak-anak raja mengetahuinya tentu mereka ingin mengambilnya dengan pedang-pedang mereka. · Q.3: 160, optimis bahwa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat mengalahkan. Q.33: 22-23, contoh optimis para sahabat Rasul di perang Ahzab. Hadits, Rasulullah yakin akan mengalahkan Rumawi dan Parsi dengan menjanjikan kepada Saraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Parsi dengan keislamannya. Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyya.
Assa’adah. Ketiga hasil istiqamah tadi akan membuat kebahagiaan bagi orang yang memilikinya. Jadi hanya syahadat sejati dapat menimbulkan sa’adah. Hanya Islam dengan konsep syahadat yang dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia maupun di akhirat. Dalil: · Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat.
A-3. MAKNA ILAH Sasaran 1. Mampu menyebut kata dasar “ilah” dan pengertiannya. 2. Mampu mendefinisikan “al Ilah” dan “al Ma’bud”. 3. Menyadari penting pengertian al Ilah dan al Ma’bud terhadap dirinya. Sinopsis Kalimat Laa ilaha illa Allah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu ma’na ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian. Dengan memahaminya kita mesti mengetahui motif-motif manusia mengilahkan sesuatu. Ada empat makna utama dari aliha yaitu sakana ilahi, istijaara bihi, asy syauqu ilaihi dan wull’a bihi. Aliha bermakna abaduhu (mengabdi/menyembahnya) kerana empat perasaan itu demikian mendalam dalam hatinya, maka dia rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada ilah (sembahan) tersebut. Dalam hal ini ada tiga sikap yang mereka berikan terhadap ilahnya yaitu kamalul mahabah, kamalut tadzalul, dan kamalul khudu’. Al ilah dengan ma’rifat yaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah saja, tidak boleh diberikan kepada selainNya. Dalam menjadikan Allah sebagai Al Ilah terkandung empat pengertian yaitu al marghub, al mahbub, al matbu’ dan al marhub. Al ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Kerana Allah adalah satusatunya Al Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia. Pengakuan Allah sebagai al Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala loyalitas, pemilik ketaatan dan pemilik hukum.
1.
Aliha.
Mereka tentram kepadanya (sakana ilaihi) yaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya disebut atau dipuji orang ia merasa tenteram. Merasa dilindungi oleh-Nya (istijaara bihi), karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.
8
Merasa selalu rindu kepadanya (assyauqu ilaihi), ada keinginan selalu bertemu dengannya, baik terus-menerus atau tidak. Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya. Merasa cinta dan cenderung kepadanya (wull’a bihi). Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati. Dalil: · Perkataan orang Arab: “saya merasa tenteram kepadanya”, “si fulan meminta perlindungan kepadanya”, “si fulan merasa rindu kepadanya”, “anak itu cenderung kepada ibunya”. · Q.10: 7-8, manusia yang mengilahkan kehidupan dunia merasa tenteram dengan hidup dunia, Q.7: 138, bani Israel yang bodoh menghendaki adanya ilah yang dapat menenteramkan hati mereka. · Q.72: 6, manusia memperilah jin dengan meminta perlindungan kepadanya. Q.36: 74-75, orang-orang musyrik mengambil pertolongan dari selain Allah padahal semuanya tidak dapat menolong kita, lihat Q.7: 197. · Q.2: 93, 20: 91, bani Israel larut dalam kerinduan yang berlebihan terhadap ijla (anak lembu) yang dijadikannya ilah. Q.26: 71, para penyembah berhala sangat tekun melakukan pengabdian karena selalu rindu padanya. · Q.29: 25, berhala-berhala adalah menyatukan bangsa yang sangat disenangi oleh orang-orang musyrik. Q.2: 165, tandingan (andad) merupakan sembahan-sembahan selain Allah yang dicintai oleh orang-orang musyrik sama dengan mencintai Allah karena mereka sangat cenderung atau dikuasai olehnya.
2.
Abadahu.
Dia amat sangat mencintainya (kamalul mahabbah), sehingga semua akibat cinta siap dilaksanakannya. Maka dia pun siap berkorban memberi loyalitas, taat dan patuh dan sebagainya. Dia amat sangat merendahkan diri di hadapan ilahnya (kamalut tadzulul). Sehingga menganggap dirinya sendiri tidak berharga, sedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk pujaannya itu. Dia amat sangat tunduk, patuh (kamalul khudu’). Sehingga akan selalu mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan perintah-perintah yang menurutnya bersumber dari sang ilah. Dalil: · Perkataan orang Arab aliha adalah abadahu. Seperti aliha rajulu ya-lahu (lelaki itu menghambakan diri pada ilahnya). · Q.39: 45, orang kafir yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai ilahnya demikian senangnya apabila mendengar nama kecintaannya serta tidak suka apabila nama Allah disebut. Hadits, sabda Rasulullah Saw, “Celakalah hamba dinar (wang emas), celakalah hamba dirham (wang perak), celakalah hamba pakaian (mode). Kalau diberi maka ia ridha, sedangkan apabila tidak diberi maka ia akan kesal. Ini disebabkan kecintaan yang amat sangat terhadap barang-barang tersebut. · Q.71: 23, orang-orang kafir sangat mengharmati berhala-berhalanya sembahannya. Q.21: 59, 68, reaksi orang musyrik yang marah karena berhala-berhalanya dipermalukan oleh Nabi Ibrahim AS. Mereka menghukum Nabiyullah untuk membela berhala-berhala. Ini karena rasa rendah diri dan hormat terhadap berhala-berhala tersebut.
9
· Q.36: 60, orang-orang kafir pada hakikatnya mengabdi kepada syaithan yang memperdaya mereka. Q.6: 137, orang-orang kafir demikian patuhnya sehingga bersedia membunuh anak-anaknya untuk mengikuti program ilah-ilah sembahannya.
3.
Al Ilah.
Al Marghub yaitu dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya dan di tangan Nyalah segala kebaikan. Al Mahbub, dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. Dia telah memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya. Al Matbu’ yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala kemampuan sedang semua laranganNya akan selalu dijauhi. Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah saja yang sesuai diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keridhaanNya. Al Marhub, sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah saja yang berhak ditakuti secara syar’i. Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap halhal yang akan membawa kemarahanNya. Rasa takut ini bukan membuat ia lari, tetapi membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dalil: · Q.2: 163-164, Allah adalah ilah yang esa tiada Ilah selain Dia, dengan rahmat dan kasih sayangnya yang teramat luas. · Q.2: 186, 40: 60, 94: 7-8, hanya Allah yang sesuai diharap karena Ia maha memberi atau mengabulkan do’a hambaNya. Q.21: 90-91, orang-orang mukmin menghambakan diri kepada Allah dengan harap dan cemas. · Q.2: 165, Allah adalah kecintaan orang yang mukmin dengan kecintaan yang amat sangat. Q.8: 2, sehingga ketika disebut nama Allah bergetar hatinya. Q.9: 24, Allah berada diatas segala kecintaan. · Q.51: 50, perintah Allah untuk bersegera menuju Allah karena hanya Allah saja yang sesuai diikuti. Q.37: 99, menuju Allah untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti. · Q.2: 40, 9: 13, 33: 39, hanya Allah saja yang sesuai ditakuti dengan mendekatkan diri kepadaNya.
4.
Al Ma’bud.
Pemilik kepada segala loyalitas, perwalian atau pemegang otoritas atas seluruh makhluk termasuk dirinya. Dengan demikian loyalitas mukminan hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran bahwa loyalitas yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan. Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta. Mukmin meyakini bahwa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah saja. Seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahwa mentaati mereka yang mendurhakai Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah. Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan bagi seluruh ciptaanNya. Maka hanya hukum dan undang-undangNya saja yang adil. Orang mukmin menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam semesta dan menolak kerajaan manusia. Dalil:
10
· Q.109: 1-6, pernyataan mukmin bahwa pengabdianNya hanya untuk Allah saja dan sekali-kali tidak akan mengabdi selainNya. Q.16: 36, Rasul diutus dengan risalah pengabdian pada Allah saja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah. Q.2: 21, perintah Allah untuk mengabdi kepadaNya saja dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan. · Q.7: 196, pernyataan mukmin bahwa wali (pemimpin) nya hanya Allah saja. Q.2: 257, berwalikan kepada Allah melepaskan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. · Q.7: 54, hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah. Mukmin hanya mengakui kerajaan Allah. Hadits, mukmin hanya akan taat pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri. Mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada Allah. · Q.12: 40, hak menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah. Q.24: 1, Allah mewajibkan manusia melaksanakan hukum-hukumNya. Q.5: 44,45,47 mereka yang menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasik. Ini artinya pemerintahan Allah saja yang boleh tegak sedang pemerintahan manusia adalah batil. Ringkasan Dalil:
A-4. AL WALA’ WAL BARRA Sasaran 1. Memahami bahwa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam. 2. Menyedari bahwa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah saja sebagai satusatunya sembahan. 3. Menyedari bahwa memberikan loyalitas kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib. Sinopsis Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi. Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain. Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad Saw. Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad Saw. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.
1.
Laa Ilaha Illa Allah.
a.
Laa (tidak ada – penolakan)
11
Kata penolakan yang mengandung pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut. b. Ilaha (sembahan – yang ditolak) Sembahan yaitu kata yang ditolak oleh laa tadi, yaitu segala bentuk sembahan yang bathil (lihat A3). Dua kata ini mengandung pengertian bara (berlepas diri). c. Illa (kecuali - peneguhan) Kata pengecualian yang berarti meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak. d. Allah (yang diteguhkan atau yang dikecualikan) Kata yang dikecualikan oleh illa. Lafzul jalalah (Allah) sebagai yang dikecualikan. Dalil: · Q.16: 36, inti dakwah para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah saja sebagai satu-satunya sembahan. · Q.4: 48, 4: 116, bahaya menyimpang dari Tauhid. Syirik merupakan dosa yang tidak diampuni. · Q.47: 19, dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid. · Q.7: 59,65,73, beberapa contoh dakwah para nabi yang memerintahkan pengabdian kepada Allah dan menolak ilah-ilah yang lain. · Hadits. Ikatan yang paling kuat dari pada iman adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. · Hadits. Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.
2.
Bara (pembebasan).
Merupakan hasil kalimat Laa ilaha illa yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. Pembebasan ini berarti: mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi. Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah samada berupa sistem, konsep maupun pelaksana. Dalil: · Q.60: 4, contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. · Q.9: 1, sikap bara berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik. · Q.47: 7, sikap bara adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. · Q.58: 22, sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya. Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang. · Q.26: 77, Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya.
3.
Hadam (penghancuran).
Sikap bara dengan segala akibatnya melahirkan upaya menghancurkan segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan maupun sekutu-sekutu selain Allah, apakah terhadap diri, keluarga maupun masyarakat.
12
Dalil: · Q.21: 57-58, Nabi Ibrahim berupaya menghancurkan berhala-berhala yang membodohi masyarakatnya pada masa itu. Cara ini sesuai pada masa itu tetapi pada masa Rasulullah, Rasul Saw menghancurkan akidah berhala dan fikrah yang menyimpang terlebih dahulu. Setelah fathu Mekkah, kemudian 360 berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan oleh Rasul.
4.
Al Wala (loyalitas).
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah). Artinya: selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman. Dalil: · Q.5: 7, 2: 285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat. · Q.10: 61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya. · Q.2: 165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9: 24. · Q.61: 14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.
5.
Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktivitas Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat. Dalil: · Q.22: 41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah. · Q.24: 55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah. · Q.22: 78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.
6.
Ikhlas.
Keikhlasan yaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah. Dalil: · Q.98: 5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah. · Q.39: 11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.
7.
Muhammad Rasulullah.
Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk: Allah sebagai sumber. Allah sebagai sumber wala, dimana loyalitas mutlak hanya milik Allah dan loyalitas lainnya mesti dengan izin Allah. Rasul sebagai cara (kayfiyat). Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
13
Mukmin sebagai pelaksana. Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah. Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya. Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik. Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah. Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah. Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah Saw. Dalil: · Q.5: 55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman. · Q.4: 59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin. · Q.5: 56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orangorang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58: 22. Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan. · Q.60: 7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31: 15.
A-5. KALIMATULLAH HIYAL ULYA Sasaran 1. Memahami bahwa dua kalimah syahadat adalah konsep Allah yang wajib dijunjung tinggi. 2. Memahami perbedaan antara konsep tauhid dengan konsep syirik baik dalam teori maupun praktikal. 3. Menyadari bahwa jahiliyah itu lemah dan rendah sedangkan Islam dengan konsep syahadatain itu kuat, kukuh dan tinggi. Sinopsis Kalimah Allah adalah yang paling tinggi. Islam sebagai dien mempunyai konsep yang jelas, lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan konsep atau sistem selain Islam adalah buatan manusia yang tidak lengkap, tidak jelas dan bersifat berubah atau sementara. Konsep Islam dilandasi oleh syahadatain, sedangkan selain Islam menjadikan pemikiran jahiliyah dasarnya. Syahadah adalah kalimah yang tinggi yang dijadikan sebagai kalimah tauhid dan kalimah taqwa. Gambaran kalimah tauhid ini di dalam AlQur’an adalah kalimah toyyibah yaitu kalimah yang teguh dan kuat. Pemikiran jahiliyah sebagai landasan dari konsep selain Islam merupakan kalimat syirik yang menjadi saingan konsep dan sistem Islam. Konsep jahili berdasarkan semangat jahiliyah seperti materialisme, kapitalisme, komunisme dan isme lainnya. Isme-isme ini tidak mempunyai kekuatan sebagai kalimah khabitsah yang lemah dan tidak kuat.
14
1.
Dua Kalimah Syahadah.
Dua kalimah syahadat merupakan inti dari dienul Islam. Dasar utamanya adalah wahyu yang dalam bentuk kitab dan sunnah. Islam mengandungi ketinggian nilai yang tidak dapat dibandingkan dengan konsep, sistem dan agama lainnya. Pemikiran-pemikiran jahiliyah adalah inti daripada konsep dan pandangan jahiliyah. Termasuk dalam kelompok ini adalah segala bentuk isme (faham) misalnya materialisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, humanisme, idealisme dan berbagai bentuk ideologi samada bersifat lokal maupun bersifat internasional. Dasar utamanya adalag ra’yu (akal) saja. Dalil: · Q.3: 18, pernyataan Allah tentang keesaanNya menunjukkan bahwa ini merupakan inti dari seluruh ajaran Islam. · Q.42: 52,55, dasar Islam adalah wahyu dan bukan ra’yu. · Q.53: 4, perkataan Rasulullah sebagai salah satu sumber nilai Islam bukanlah merupakan hawa nafsu melainkan juga wahyu. · Hadits. Sabda Rasulullah kepada Abdullah bin Amru bin Ash: “Tulislah, demi Allah yang jiwaku berada ditanganNya. Tidak keluar dari lidahku ini kecuali kebenaran”. · Q.10: 36, 53: 23, orang-orang kafir mengikuti isme-isme yang berdasarkan dzan dan hawa nafsu manusia. · Q.6: 116, konsep demokrasi adalah hawa nafsu manusia.
2.
Konsep Islam VS Jahiliyah.
Konsep Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah yang Maha Tinggi, tanpa dicampuri oleh pemikiran manusia. Karena Allah Maha Mengetahui maka Islam adalah ilmu yang dalam. Karena Allah Maha Hidup maka Islam merupakan panduan hidup. Karena Allah Maha Bijaksana maka Islam adalah hukum-hukum yang adil dan bijaksana. Islam merupakan perwujudan sifat Allah yang membimbing dan memimpin manusia menuju kepada kebahagiaan yang sejati. Konsep orang kafir menjadikan selain Islam sebagai panduannya misalnya pandangan bukan dari Allah, Rasul dan DienNya. Mereka merupakan orang yang bodoh (jahil) terhadap kebenaran. Keingkaran mereka menunjukkan kehinaan dan kerendahan yang tidak berarti dibandingkan dengan ketinggian Allah. Konsep hidup mereka tidak boleh diikuti oleh manusia. Dalil: · Hadits. Sabda Rasulullah Saw, “Islam itu tinggi dan tiada yang melebihi ketinggiannya”. · Q.2: 120, petunjuk Allah yang sebenar-benarnya petunjuk. Q.10: 35, Allah menunjuki kepada kebenaran selain Allah hanya menyesatkan. Maka Allah saja yang sesuai untuk diikuti. · Q.6: 115, kesempurnaan, ketepatan dan keadilan kalimah Allah. Q.54: 5, kedalaman pengeta huan Allah. Q.86: 13, kalimah Allah sangat tegas dan bukan permainan (56: 12). · Q.9: 40, kalimah Allah yang tinggi sedangkan konsep orang-orang kafir itu rendah. Q.6: 112, orang-orang kafir saling memberikan pandangan yang menipu manusia dengan hiasan kalimat-kalimat yang indah. · Q.28: 49-50, menolak kitabullah berarti mengikuti hawa nafsu. Lihat pula 33: 72, 30: 29. Konsep orang-orang zalim berdasarkan hawa nafsu dan kesesatan mereka.
15
3.
Kalimah Taqwa VS Kesombongan Jahiliyah.
Kalimat Taqwa. Konsep Islam yang tinggi itu merupakan sumber ketaqwaan dan kebajikan. Mengucapkan saja ibadah, apalagi mempelajari, menghayati dan mengamalkannya. Hanya konsep inilah yang dapat membentuk pribadi taqwa dan akhlak mulia. Kesombongan Jahiliyah. Selain konsep Islam maka konsep itu adalah jahiliyah hanya berupa slogan yang menunjukkan kesombongan dan kebanggaan orang-orang yang bodoh. Tak terbukti di dalam kenyataan, hanya teori-teori kosong yang dusta. Masyarakat yang dibentuknya menjadi masyarakat yang kufur dan bergelimang dalam maksiat. Dalil: · Q.9: 108, mendasari kehidupan dengan laa ilaha illa Allah diperumpamakan membangun dengan landasan taqwa. · Q.2: 21, 2: 183, 2: 178, tujuan dan penghambaan Islam adalah membentuk pribadi taqwa. Hanya dengan melaksanakan syahadatain secara murni dan hasil taqwa dapat dicapai. · Q.3: 133-135, contoh konsep taqwa yang disajikan oleh kitabullah. Q.39: 33, membenarkan kitabullah jalan menuju taqwa. · Q.48: 26, orang-orang kafir menanamkan kecintaan pada konsep mereka. Sedangkan Allah mewajibkan pengkajian kalimat taqwa. Q.43: 51-54, penguasa sistem jahiliyah membanggakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menipu rakyat. Q.40: 26, penguasa berdalih stabilitas kekuasaannya menjelekkan pembawa kebenaran.
4. Kalimah Tauhid VS Kalimah Syirik. Konsep Tauhid. Syahadatain dengan Islam sebagai penjelasannya merupakan konsep yang mengesakan Allah. Manusia dibawa pada satu tujuan dan orientasi yaitu mencari keridhaan Allah Yang Maha Esa. Konsep ini mampu menyatukan manusia dari berbagai jenis suku dan bangsa, dari berbagai latar belakang budaya dalam satu ikatan aqidah tauhid yang punya satu kepentingan, tegaknya kalimat Allah yang tinggi. Konsep Syirik. Di dalam jahiliyah manusia saling memperbudak satu dengan lainnya, atau diperbudak oleh materi. Tujuan dan orientasi mereka bermacam-macam dan berbeda-beda. Karenanya mereka saling mengeksploitasi. Yang satu ingin menguasai yang lain. Jiwa dan kepribadian mereka berpisah, tiada ruh yang dapat melandasi kesatuan dan persatuan. Dalil: · Dengan berpegang teguh kepada tauhidullah ummat dapat bersatu. Q.21: 92, Islam adalah ajaran Tauhid yang memiliki hanya satu ummat. Q.49: 13, konsep Islam tentang kesatuan manusia dengan menjadikan taqwa sebagai timbangan kemuliaan dan kehinaan manusia. · Q.3: 64, konsep di luar Islam hanya membawa kepada kemusyrikan, menghasilkan perbudakan antara manusia. Q.16: 75-76, kehinaan ilah-ilah kaum musyrikin yang menjadi beban bagi penyembahnya. Q.39: 29, gambaran orang yang berada di dalam konsep syirik dibandingkan dengan konsep tauhid. Q.59: .., kamu kira musuh Allah itu bersatu padahal mereka bercerai berai.
16
5.
Kalimah Yang Baik VS Kalimah Tak Baik.
· Konsep yang baik. Karena membawa kepada ketaqwaan dan persatuan maka Islam merupakan konsep yang baik. Ibarat pohon yang baik, ia akan berakar dihati manusia yang suci (fitrah), kuat dan tertunjang dalam keyakinan dan kepribadian mereka. Kalimah yang baik melahirkan manusia yang membentuk peradaban mulia dan bermanfaat di dunia. Bila tiba masanya pohon Islam akan menghasilkan buah yang lezat lagi berkhasiat. · Konsep yang buruk. Karena membawa kepada kekufuran dan kemaksiatan, maka jahiliyah merupakan sumber masalah bagi manusia. Ia ibarat pohon yang buruk yang telah tercabut dari akarnya, kering kerontang, mudah hancur. Tidak memberikan buah kebaikan sama sekali bahkan menjadi sampah atau sumber penyakit. Dalil: · Q.14: 24-25, syahadatain sebagai kalimah yang baik diumpamakan Allah bagaikan pohon yang baik, akarnya tertunjang ke bumi dan batangnya menjulang ke angkasa (tertanam baik di hati manusia karena selaras dengan fitrah). Pohon itu senantiasa memberikan buah yang baik di setiap musim karena setiap muslim dalam berbuat baik mengharapkan ridha Allah yang kekal dan pasti. Sistem tauhid ini menghasilkan manusia-manusia yang bermanfaat bagi dunia dan peradaban. Masyarakat tauhid ini tumbuh bagaikan pohon pula, lihat 48: 29. · Q.14: 26, konsep yang buruk ibarat pohon yang buruk. Tidak tertanam dalam hati dan jiwa manusia karena bertentangan dengan fitrah. Pribadi yang dihasilkan oleh sistem jahiliyah adalah kosong dan tidak berarti, hanya pandai bersifat lidah saja, berkata tetapi tidak diamalkan, lihat 2: 204-205. Perumpamaan lainnya adalah kayu yang tersandar. Kelihatannya kokoh tetapi sebenarnya rapuh. Ini contoh tentang munafiqin, lihat 63: 4.
6.
Kukuh VS Rapuh.
Stabil dan kukuh merupakan sifat Islam, tidak pernah mengalami kegoncangan. Tak lapuk dengan hujan dan angin, bahkan itu akan menumbuhkan pohon Islam. Sebagai kebenaran ia ibarat arus sungai yang deras, selalu teguh berterusan dan menghantam batu karang. Tidak seimbang dan rapuh merupakan sifat dienul jahiliyah. Ia selalu mengalami pasang surut, berubah dan berganti. Dapat lapuk ditelan masa. Sedikit saja mengalami goncangan ia akan hancur. Sebagai kebatilan ia ibarat buih di atas arus, akan lenyap dengan sendirinya. Dalil: · Q.13: 17, kekukuhan al haq dalam menghadapi tantangan bagaikan air arus yang berjalan terus. Hadits Rasulullah mengumpamakan petunjuk yang dibawa oleh beliau seperti hujan dan air. Tergantung kesiapan tanah (jiwa manusia) untuk menerimanya. · Q.14: 27, konsepsi ini membawa keteguhan kepada orang-orang yang mengikutinya. Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia maupun akhirat. · Q.85: 6, kemenangan aqidah adalah kemenangan hakiki yang dituju orang-orang beriman dalam perjuangan. · Q.13: 17, kerapuhan jahiliyah bagaikan sampah, kelihatannya banyak tetapi mengikut saja kemana pergi.
17
7.
Kuat VS Lemah.
Kuat dan tewas, karena teguh dan kukuh maka sebagai konsepsi Islam tidak dapat dikalahkan. Ditinjau dari sudut apapun Islam unggul, tidak dapat ditandingi. Peradaban dan warisannya penuh prestij dan prestij kemanusiaan. Seluruh ajaran Islam memiliki kekuatan dari segi hujjah maupun realitas. Dari itu ummat Islam harus kukuh dan kuat seperti Islam. Berizzah yang tinggi karena prestasi yang dicapainya. Lemah dan selalu kalah, karena kegoncangan dan kerapuhannya maka jahiliyah ini sangat lemah, mudah untuk dihancurkan. Tak ada daya dan kekuatannya sama sekali. Para pengikutnya menjadi orang-orang yang paling lemah, tanpa kepribadian, kecewa dan pesimis. Tanpa prestasi dan prestij sehingga tak ada harganya sama sekali. Dalil: · Q.5: 3, orang-orang kafir putus asa untuk mengalahkan al Islam dari segi konsep sehingga kita tak perlu takut kepada mereka. · Q.37: 172-173, 5: 56, jaminan Allah bagi kemenangan tentaraNya yaitu yang mengikuti sistem ini dengan sesungguhnya. · Q.3: 137-139, fakta sejarah yang menunjukkan kekuatan kaum beriman. · Q.29: 41, kelemahan sistem yang dibangun oleh konsep syirik seperti sarang labalaba. Q.3: 12, pernyataan Allah bahwa pengikut kebatilan pasti kalah dan tempat mereka adalah neraka jahanam. · Q.16: 26-27, gambaran tentang cara Allah menghancurkan kebatilan secara sistematik yaitu dengan menghabiskan asasnya terlebih dahulu. Sedangkan kehinaan mereka sangat dekat waktunya karena akan datang setelah kematian menimpa mereka.
A-6. MARAHIL TAFAUL BI SYAHADATAIN Sasaran 1. Mengerti peranan sikap cinta dan ridha dalam penerimaan syahadatain. 2. Memahami tiga kandungan pokok syahadatain yang menjadi landasan keseluruhan ajaran Islam. 3. Menyadari wajibnya mencorak hati, akal dan jasad dengan syahadatain. Sinopsis Dua kalimah syahadat adalah suatu kesaksian bahwa tiada yang wajib diabdi dengan penuh cinta kecuali hanya kepada Allah saja. Kemudian kesaksian bahwa Muhammad itu merupakan Rasul Allah. Syahadatain ini merupakan ruh yang melandasi keyakinan, pemikiran dan perbuatan orang-orang mukmin. Untuk merealisasikannya mukmin mesti berinteraksi dengan kandungan makna syahadatain yang didasari cinta dan ridha menjadi sibgah kepada hati, akal dan jasad.
1.
Dua Kalimah Syahadah.
Syahadatain perlu dipelajari dan diketahui karena dua kalimah ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia dan seluruh ajaran Islam. Dalil: · Q.47: 19, 37: 35, 3: 18, ungkapan Allah bahwa syahadat adalah dasar seluruh ajaran Islam. · Hadits, ungkapan Rasulullah mengenai bangunan Islam yang terdiri dari lima, menyaksikan bahwa Tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad Rasulullah, 18
mendirikan sholat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu.
2.
Cinta.
Mukmin mencintai dua kalimah syahadat sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban. Cinta ini tumbuh dari kecintaan kita kepada Allah dan Rasul yang teramat sangat serta bara terhadap sembahan selain Allah. Cinta ini dilengkapi dengan cinta kepada Rasul yang menjadi pembimbing utama menuju kecintaan Allah dan cinta kepada Islam sebagai syarat untuk mendapatkan kecintaan Allah. Dalil: · Q.2: 165, sikap kecintaan mukmin yang teramat sangat kepada Allah. · Hadits, sikap kecintaan mukmin terhadap Rasul, lebih dari mencintai ibu bapa maupun anaknya. · S.8: 2, hati mukmin bergetar ketika asma Allah disebutkan ini karena cintanya kepada Allah.
3.
Ridha.
Ridha yaitu kerelaan diri untuk menerima program Allah sepenuhnya. Ridha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya. Ridha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya. Fenomena ridha adalah kelezatan iman dalam dada. Ridha wujud dalam tiga bentuk yaitu ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha kepada Islam dan ridha kepada Rasul. Ridha kepada Allah sebagai Rabb. Ridha kepada Allah adalah menjadikan kehendak dan kemauan pribadi. Rela Allah sebagai pengatur, pembimbing dan pendidik yang senantiasa mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya. Karena itu seluruh aktivitas hidupnya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah. Dalil: · Q.76: 32, arti ridha terhadap Allah adalah menjadikan kemauan Allah sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang dikehendaki Allah terhadap kita. · Q2: 207, 60: 1, orang mukmin senantiasa mencari ridha Allah dalam berjihad, meskipun mesti mengorbankan dirinya. · Q.98: 8, mereka yang beribadah dengan ikhlas akan mendapat ridha Allah, lihat pula 9: 100. Ridha kepada Islam sebagai aturan hidup. Islam diyakini sebagai satu-satunya aturan hidup bagi dirinya. Tidak ada aturan lain. Karena Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus dan membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup. Dalil: · Q.5: 3, Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, merupakan nikmat Allah yang mengatur seluruh hidup manusia. Allah ridha dengan Islam sebagai dien bagi kita maka kitapun harus ridha dengan Dienul Islam, maka seluruh tuntutan Islam mesti dipenuhi dengan penuh kesadaran dan kerelaan, lihat 3: 19.
19
Ridha kepada Rasul sebagai teladan. Dalam melaksanakan Islam maka Muhammad Saw dijadikan sebagai contoh dan ikutan. Semua langkah dan tindakan dilaksanakan sesuai dengan bimbingan Rasulullah ini. Karena Muhammad Saw adalah manusia pilihan yang diutus Allah, insan kamil, pendidik utama yang selalu menyayangi ummatnya. Dalil: · Q.9: 59, ciri sikap mukmin selalu mencari ridha Allah dan Rasulnya. Q.9: 128129, Rasulullah sangat sesuai untuk diridhai karena teramat sayang kepada kita. · Q.4: 65, keimanan seseorang ditentukan oleh kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam menerima keputusan tersebut. · Hadits, tidak beriman salah seseorang di antaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku (Muhammad) datangkan. · Q.33: 21, Rasulullah adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan.
4.
Sibgah.
Cinta dan keridhaan kepada Allah, Rasul dan Islam mewarnai seluruh aspek kehidupan mukmin, menjadi sibghah dalam dirinya. Sibgah adalah iman yang merasuk sampai ke tulang yang tidak dapat lepas, bersifat suci, murni dan tidak bercampur dengan syirik walaupun setitik. Seorang yang hidupnya dalam sibgah Allah seluruh hidupnya merupakan ibadah atau pengabdian kepada Allah. Untuk mengaplikasikannya sibgah diperlukan: · Pengenalan yang sebenarnya terhadap Allah dan interaksi denganNya dalam bentuk penghambaan. · Pengenalan kepada Islam serta siap menghayati dan mengamalkannya baik dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Islam harus diperjuangkan sehingga tegak di bumi Allah. · Pengenalan kepada Rasul Saw serta sedia mengikuti bentuk hidup beliau sesuai dengan kemampuan. Dalil: · Q.2: 138, Iman sejati adalah sibgah Allah yang meliputi dirinya. Sibgah Allah ini menjadikan setiap perbuatannya ibadah kepada Allah. · Q.6: 82, iman yang sejati tidak bercampur dengan kemusyrikan meskipun sedikit. Orang yang memilikinya akan memperoleh rasa aman. · Q.47: 19, 20: 14, pengenalan terhadap Laa ilaha illa Allah. 9: 128, 18: 110, pengenalan terhadap Rasul. 3: 19,85, pengenalan terhadap Islam.
5.
Sibgah Hati.
Hati yang tersibgah adalah hati yang suci, bersih dan senantiasa berhubungan dengan Allah, siap menerima pimpinan dan bimbinganNya. Dalam hati ini terpancarlah aqidah yang sehat dalam keyakinan dan keimanannya. Aqidah yang benar dan sehat tersebut menjadikan muslim selalu berniat ikhlas dalam setiap langkah tindakannya. Niat adalah dasar ibadah, sama ada diterima atau ditolak ibadah seseorang ditentukan oleh niatnya. Dalil: · Q.26: 89, hati yang suci bersih siap menerima keyakinan Islam. Q.23: 35, hati mukmin gemetar bila disebut asma Allah. Q.50: 33, hati mukmin senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah. · Hadits, keterangan Rasulullah yang menyatakan taqwa ada di dalam dada (hati) seseorang.
20
· Q.3: 84, 2: 136, 4: 136, keyakinan yang terdapat dalam dada setiap muslim merupakan iman yang mantap. · Hadits, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sahnya suatu amal ditentukan oleh niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai yang ia niatkan”.
6.
Sibgah Akal.
Akal tersibgah senantiasa bertafaqquh fiddien. Aktif memikirkan kejadian langit, bumi dan segala isinya, mempelajari semua fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah dibimbing oleh wahyunya. Dari akal yang selalu menyingkap rahasia fenomena alam ini lahirlah fikrah Islam, yaitu pemikiran atau idea yang merupakan aplikasi ajaran Islam yang bersumberkan kepada Kitabullah dan bimbingan Rasul. Fikrah yang Islami menjadikan muslim memiliki suatu program yang benar dalam menghadapi kehidupan. Program kehidupannya mampu menegakkan ajaran Allah (Al Islam). Dalil: · Q.3: 190, 191, 30: 20-24, Firman Allah yang mengisyaratkan pentingnya berfikir tentang tanda-tanda kekuatan Allah di alam semesta. · Q.50: 37, pada kejadian alam semesta banyak terdapat peringatan bagi mereka yang mau menggunakan akalnya. · Q.67: 10, orang kafir menyesal di neraka karena tidak menggunakan akalnya dengan maksima. · Q.9: 120, muslim bertafaqquh fiddien sesuai bidang yang diminatinya dalam rangka menegakkan dienullah. · Hadits, sabda Rasul: “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka difahamkan Nya dalam Dien”.
7.
Sibgah Jasad.
Jasad yang tersibgah senantiasa dipelihara kesehatan dan kekuatannya. Jasad ini dibangun dengan berbagai cara agar mampu mengikuti jejak hidup Rasulullah Saw. Dapat melakukan aktifitas atau bekerja sesuai bimbingan Allah dalam kitabullah. Menjadi wujud yang nyata dari Aqidah dan fikrahNya. Dapat melaksanakan bimbingan dan pimpinan Allah baik untuk individu maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Pelaksanaan ini berdasarkan niat yang ikhlas dan program yang digariskan. Dalil: · Q.2: 247, syarat pemimpin dalam Al-Qur’an adalah yang memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang kuat. · Q.28: 26, pilihan untuk menerima amanah jatuh kepada orang yang bertubuh kuat dan terpercaya. · Hadits, Rasulullah Saw memerintahkan “Ajarkanlah anak-anakmu berenang dan memanah”. · Hadits, Rasulullah menyatakan: “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”.
A-7. SYURUT QABULU SYAHADATAIN Sasaran
21
1. Memahami bahwa syahadat yang diucapkannya mesti dilandasi dengan ilmu pengetahuan, keyakinan keikhlasan, membenarkan, mencintai, menerima dan tunduk. 2. Menyedari bahwa kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak pelaksanaan adalah di antara sikap-sikap yang menyebabkan pernyataan syahadatain ditolak. 3. Mampu mewujudkan sikap rela diatur oleh Allah, Rasul dan Islam dalam setiap keadaan. Sinopsis Sebagai seorang mukmin berusaha untuk menjaga syahadat kita dari futur dan melemah. Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana syahadat diterima atau ditolak. Untuk diterimanya syahadat kita maka diperlukan beberapa persediaan misalnya ilmu, yakin, ikhlas, shidqu, mahabbah, qabul dan amal nyata. Juga kita perlu menolak kebodohan terhadap syahadat, keraguan, kemusyrikan, dusta, kebencian, penolakan dan tidak beramal.
1.
Ilmu Yang Menolak Kebodohan.
Seorang yang bersyahadat mesti memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Ia wajib memahami arti dua kalimat ini serta bersedia menerima hasil ucapannya. Orang yang jahil tentang makna syahadatain tidak mungkin dapat mengamalkannya. Dalil: · Q.47: 19, berkewajiban mempelajari laa ilaha illa Allah. · Q.3: 18, mereka yang bersyahadat adalah Allah, Malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang beriman).
2.
Yakin Yang Menolak Keraguan.
Seorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Yakin membawa seseorang pada istiqamah, manakala ragu-ragu pula menimbulkan kemunafiqan. Dalil: · Q.49: 15, Iman yang benar tidak bercampur dengan keraguan. · Q.32: 24, yakin menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah. · Q.2: 1-5, diantara ciri mukmin adalah tidak ragu dengan kitabullah dan yakin terhadap hari Akhir.
3.
Ikhlas Yang Menolak Kemusyrikan.
Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima Allah. Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling kukuh dalam pelaksanaan syahadat. Dalil: · Q.98: 5, 39: 11, 14, syahadat merupakan ibadah, karenanya dilakukan dengan ikhlas. · Q.39: 65, kemusyrikan menghapus amal. 18: 110, ibadah yang tidak ikhlas, tidak diterima.
22
4.
Shidqu (benar) Yang Menolak Kejujuran.
Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkan tanpa dicampuri sedikitpun dusta (bohong). Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta landasan kufur. Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan amanah. Sedangkan dusta menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan. Dalil: · Q.39: 33, ciri-ciri taqwa adalah sikap shiddiq. 33: 23-24, orang yang benar akan terbukti dalam medan jihad dan Allah membalas mereka, sedangkan orang-orang munafiq akan mendapat siksa. · Q.2: 8-10, ciri nifaq adalah dusta. 29: 2-3, kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan. · Hadits, sikap benar mengajak kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Sifat dusta mengajak kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka. · Hadits, tinggalkanlah yang meragukanmu, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan.
5.
Mahabbah Yang Menolak Kebencian.
Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah. Dalil: · Q.2: 165, cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman. · Hadits, sabda Rasulullah, “Ada tiga perkara yang apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman”. · Q.9: 24, mukmin mendahulukan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad dari kecintaan terhadap yang lain.
6.
Menerima Yang Jauh Dari Penolakan.
Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi syahadatain. Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikitpun. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan sunnah Rasul. Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah dan RasulNya. Dalil: · Q.4: 65, Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul Allah dalam seluruh persoalannya kemudian ia menerima secara total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu dan kebenaran sedikitpun. · Q.33: 36, 28: 68, ciri orang beriman ialah menerima ketentuan dan perintah Allah tanpa keberatan dan pilihan lain. · Q.24: 51, ciri mukmin ialah mendengar dan taat terhadap Allah dan Rasul dalam seluruh masalah hidup mereka.
7.
Pelaksanaan Yang Jauh Dari Sikap Statik atau Diam.
Syahadatain hanya dapat dilaksanakan apabila diwujudkan dalam amal yang nyata. Maka muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang menjadi aplikasi
23
syahadatain. Ia menentukan agar hukum dan undang-undang Allah berlaku pada diri, keluarga maupun masyarakatnya. Dalil: · Q.9: 105, perintah Allah untuk bekerja di jalanNya dengan perhitungan nilai kerja itu disisi Allah. · Q.16: 97, orang yang bekerja akan mendapat kehidupan yang baik dan surga Allah.
A-8. AR RIDHA Sasaran 1. Mad’u memahami bahwa ridha terhadap Allah berarti menerima semua ketetentuan Allah terhadap manusia, alam semesta dan segala tuntutan Allah terhadap diri kita.. 2. Menyadari bahwa taqdir kauni dan syar’i adalah rahasia Allah yang besar dan harus diterima dengan penuh keimanan. Sunnatullah di alam semesta dapat dipelajari dalam rangka meningkatkan keimanan. 3. Mad’u menyadari bahwa dia mesti bersikap sesuai dengan tuntutan Allah sebagai menjunjung syahadatain. Sinopsis Ridha adalah hasil dari cintanya mukmin kepada Allah. Cinta berarti menerima semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya (Allah). Tuntutan dan kehendak Allah ini terdapat di dalam Al-Qur’an. Kehendak Allah terhadap manusia, alam semesta dan dari diri kita. Kehendak Allah terhadap manusia yaitu diberikan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti qadha dan qadar. Terhadap alam, Allah menghendaki alam sebagai kajian untuk dikaji dan mengambil manfaat darinya, juga menggambarkan kehebatan dan kekuasaan Allah di alam. Yang Allah kehendaki dari diri manusia adalah melaksanakan petunjukNya, menjalankan syariat dan iltizam. Dengan menerima semua ketentuanketentuan yang diberikan kepada kita, alam dan yang dikehendaki dari kita, maka individu tersebut beriman sebenarnya.
Ridha Ridha merupakan buah dari rasa cinta seseorang mukmin terhadap Allah. Fenomena ridha adalah menerima semua kehendak dan kemauan Allah tanpa reserve. Hal ini terdapat dalam tiga dimensi. Dalil: · Q.2: 207, ridha Allah adalah harapan orang-orang mukmin dan mereka rela berkorban untuk mendapatkannya. · Q.76: 31, makna ridha adalah menerima ketentuan Allah atas dirinya.
A.
1.
Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Kita (manusia).
Kehendak Allah terhadap kita yaitu kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dielakkan, tidak diketahui sebelumnya (ghaib) seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan kehidupan dengan segala cabarannya seperti kekayaan, kemiskinan, kemenangan, kekalahan, keimanan, kekafiran. Semua yang telah terjadi ini tidak mungkin berlangsung kecuali dengan kehendak Allah. Dalil:
24
· Q.4: 78, semua kejadian samada kebaikan maupun keburukan dari sisi Allah, misalnya kematian. · Q.35: 2, tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah dan kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang. · Q.11: 6, setiap makhluk di tangan Allahlah ketentuan rizkinya. Q.9: 52, semua kejadian pada diri orang-orang mukmin adalah ketentuan Allah bagi mereka. 1. Alam Ghaib. Kehendak Allah tersebut sebelum terjadinya merupakan sesuatu yang ghaib bagi manusia. Tidak dapat ditangkap dengan deria. Tidak dapat diketahui dengan jalan apapun. Ketentuan ini hanya Allah saja yang mengetahuinya, semua telah tercatat dalam kitab yang nyata. Dalil: · Q.6: 59, hanya di sisi Allah pengetahuan yang ghaib. Q.31: 34, kelahiran dan kematian adalah ketentuan yang terdapat dalam pengetahuan Allah. · Q.11: 6, Allah mengetahui tempat-tempat aktivitas makhlukNya, semua tercatat dalam kitab yang nyata. · Q.6: 38, Luhul Mahfuzh tidak meninggalkan sedikitpun melainkan dicatatnya. 3. Qadha dan Qadar. Kejadian yang pasti dan tak dapat dihindari ini disebut Qadha dan Qadar. Ia merupakan bahagian dari rukun iman yang enam. Setiap muslim wajib mengimaninya samada merupakan kebaikan (menguntungkan) maupun keburukan (merugikan) terhadap dirinya. Iman ini membuat kita sadar dan tidak sombong terhadap apa-apa yang dimiliki serta tidak kecewa terhadap apa-apa yang lepas dari kita. Dalil: · Hadits, pernyataan Rasulullah tentang Iman, “….. dan engkau beriman dengan Qadar baik maupun buruk”. · Q.57: 22, ketentuan Allah membuat kita tidak sombong dengan yang diperoleh dan tidak kecewa dengan yang tepat dari kita. · Hadits, Allah telah menentukan bagi manusia di dalam rahim ibunya ketentuan. Lahir, mati, celaka, bahagia dan sebagainya. 4. Allah Tidak Ditanya Tentang Apa Yang Dikerjakannya. Dalam bersikap terhadap Qadha dan Qadar Allah, manusia tidak berhak menyalahkan atau menuduh Allah. Sebab sebagai yang maha pencipta dia berbuat sesuai dengan kehendakNya tanpa seorangpun dapat memprosesNya. Dalil: · Q.21: 23, Allah tidak dapat ditanya tentang apa yang diperbuatNya terhadap makhluk. · Q.85: 16, Allah berbuat sekehendakNya tidak mengikuti peraturan siapapun selain diriNya. · Q.2: 284, semua kepunyaan Allah, Allah bebas memberi ampun ataupun mengazab hambanya. · Hadits, jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka diberikan cobaan. Maka siapa yang ridha (dengan cobaan itu) baginya keridhaan Allah. Dan barang siapa yang keberatan maka baginya kemarahan Allah.
25
5. Hikmah. Allah tidak bertindak melainkan di dalamnya terdapat suatu hikmah. Tetapi sedikit dari manusia yang dapat memahaminya. Karena itu, terhadap kejadian yang mengenanya mukmin berupaya mencari hikmah Allah tersebut. Ia senantiasa berbaik sangka kepada Allah karena meyakini bahwa Allah maha pengasih lagi maha penyayang kepada hambahambaNya. Dalil: · Q.2: 216, hikmah Allah dalam disyariatkannya berperang. · Hadits, orang mukmin itu mengagumkan karena semua urutan mendatangkan kebaikan baginya. Jika dia diberi kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya, jika ia tertimpa musibah ia bersabar dan itu baik pula baginya. · Hadits Qudsi, sesungguhnya aku tergantung sangkaan hambaKu terhadapKu. Jika dia bersangka baik maka baik pula baginya, jika dia bersangka buruk maka buruk pula baginya.
B.
1.
Apa Yang Allah Kehendaki Terhadap Alam Semesta.
Allah mengatur, menetapkan, menentukan seluruh kejadian di alam semesta secara pasti dan tepat. Tidak ada satu makhlukpun yang lepas dari aturan Allah ini. Setiap fenomena yang terjadi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan keagunganNya. Dalil: · Q.25: 2, 54: 49, 87: 1-2, 15: 20, 36: 38-40, 55: 7, Allah menentukan qadar alam seluruh ciptaan Nya dengan sangat rapih dan teratur. 2. Alam Kajian. Ketentuan Allah tersebut bukan merupakan sesuatu yang ghaib tetapi juga tidak mudah untuk difahami dan diketahui. Manusia akan memahaminya dengan jalan belajar dan melakukan berbagai kajian tentang ketentuan-ketentuan Allah tersebut. Dalil: · Hadits, mengenai seseorang yang mendapat petunjuk Rasulullah cara bertanam korma. Ternyata hasil tuaiannya tidak memuaskan kemudian dia datang kepada Rasul untuk melaporkan. Jawab Rasulullah Saw, “kamu lebih tahu urusan duaniamu” 2. Undang-undang Allah Di Alam Semesta. Semua ketentuan dan peraturan Allah yang tidak tertulis di alam semesta itu disebut Sunnatullah. Sifatnya tetap, tidak berubah dan tidak berganti. Tetapi Allah sendiri dapat merubahnya seperti pada mukjizat para Nabi. Kita mesti menyebutnya Sunnatullah dan bukan hukum alam atau hukum sains tulin. Dalil: · Q.35: 43, 33: 62, 48: 23, sunnatullah tidak mengalami perubahan atau pergantian. Q.21: 68-69, Nabi Ibrahim tidak hangus dimakan api bahkan selamat dengan izin Allah. · Q.20: 77-78, Nabi Musa mampu membelah laut dengan izin Allah dan sebagainya. 3. Mengkaji. Sunnatullah hanya dapat difahami setelah diselidiki, dipelajari, dianalisa dan dikaji. Sifatnya netral. Dapat dipelajari siapa saja. Tetapi orang mukmin lebih berhak untuk memperolehnya. Itulah mengapa kitabullah banyak sekali menganjurkan mukminin melakukan pengamatan terhadap alam semesta. Dalil:
26
· Q.3: 190-191, 10: 5-6, 30: 20-25, 30: 8, contoh-contoh anjuran dan rangsangan Allah untuk memperhatikan alam semesta. · Sabda Rasulullah, “Hikmah itu kepunyaan orang mukmin, dimana saja mereka jumpai hikmah itu, merekalah yang paling berhak atasnya”. Q.3: 137, mengamati sejarah kehidupan manusia adalah perintah Allah. 4. Intifa. Dengan mengkaji sunnatullah kita mengambil manfaat sebesar-besarnya dari potensi alam untuk memperkuat barisan kaum muslimin. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna untuk menjadi sarana dakwah. Karenanya kaum muslimin wajib menggalakkan kembali pengamatan dan pengkajian terhadap alam semesta ini. Dalil: · Q.57: 25, Allah menyuruh memanfaatkan kekuatan besi (teknologi) untuk menegakkan Islam. Q.8: 60, perintah untuk mempersiapkan sarana-sarana jihad di jalan Allah. Ini tidak dapat berlangsung tanpa pemanfaatan sains dan teknologi. C. 1. Yang Allah Kehendaki dari Diri Kita. Yaitu rela melaksanakan petunjuk hidup yang didalamnya ada perintah dan larangan, halal dan haram, peringatan dan anjuran, dan sebagainya. Kesemuanya dapat kita jumpai dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah. Setiap muslim wajib menerima undang-undang Allah yang telah tertulis ini dengan tanpa keraguan. Dalil: · Q.3: 19, 3: 85, aturan hidup (dien) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam. Ia merupakan kumpulan kehendak Allah dari diri kita. Disinilah Allah mengatur dan mengendalikan hambaNya. Q.42: 15, disyariatkannya dien bagi kita untuk ditegakkan dengan tidak bercerai-cerai. 2. Alam Yang Nyata. Perintah-perintah dan larangan-larangan Allah merupakan sesuatu yang jelas dan dapat difahami dengan mudah. Ia berbicara tentang realitas yang ada di sekitar manusia tentang hubungan manusia dengan penciptanya dengan alam, hakikat kehidupan, hakikat manusia itu sendiri, dan hakikat pengabdian. Semua sangat diperlukan oleh setiap manusia. Dalil: · Q.5: 15-16, Rasulullah bagaikan cahaya yang terang membawa kitab yang sangat jelas bagi kehidupan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang yang mencari keridhaanNya ke jalan keselamatan. Membebaskan mereka dari kegelapan (jahiliyah) menjadi terang benderang (Islam). · Hadits, pernyataan Rasulullah, “yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara keduanya ada yang mutasyabihat”. 3. Ketentuan Syariah. Peraturan dan petunjuk hidup Allah merupakan ketentuan syariah bagi kebahagiaan manusia. Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau menolaknya. Mereka yang menerima menjadi orang beriman dan hidupnya akan bahagia. Sedangkan yang menolak disebut orang kafir dan hidupnya akan celaka. Dalil: · Q.2: 256, 18: 29, Yang haq adalah yang datang dari Allah, manusia boleh memilih iman atau kafir. Bila kafir maka ancamannya adalah neraka. · Q.24: 1, 28: 85, kewajiban melaksanakan syariat bagi mereka yang mengaku beriman. 4. Mereka Akan Ditanya. 27
Pengetahuan tersebut akan melahirkan amal yang kelak dipertanggung-jawabkan. Setiap insan mesti bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan perintah dan larangan Allah. Mukmin menerima qadha dan qadar tetapi iapun menyadari bahwa taqdir syar’i menghendaki adanya sikap tanggung jawab. Contohnya tatkala sakit (qadha) maka syariat menentukan untuk berubat, tatkala ia kufur syariat menyuruhnya mencari hidayah, ketika dalam keadaan maksiat syariat memerintahkannya bertaubat tatkala kaya ia dimestikan bersyukur dan tatkala miskin ia diperintah untuk sabar. Dalil: · Q.21: 23, setiap manusia akan ditanya apakah ia melaksanakan ketentuan syariah atai tidak. · Q.102: 8, semua manusia akan diminta pertanggung-jawabannya di akhirat. · Q.4: 79, 42: 30, Allah menyalahkan mereka yang tidak berikhtiar mengikuti syariat. · Hadits, sabda Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawabnya … “. · Sabda Rasulullah Saw, “Setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu”. 5. Iltizam. Untuk terwujudnya semua ketentuan Allah maka kewajiban kita adalah senantiasa iltizam (komitmen) baik terhadap pengetahuan maupun pelaksanaan syariah. Semua yang dapat dilakukan secara individu wajib dilaksanakan. Sedangkan yang belum dapat dilaksanakan kecuali telah adanya wasilah (sarana) wajib diperjuangkan. Dalil: · Q.33: 36, komitmen mukmin terhadap aturan Allah. Bila Allah telah menetapkan sesuatu maka tidak boleh ada pilihan lain baginya. · Q.4: 65, syarat iman ialah menerima keseluruhan yang berasal dari Rasulullah dan tidak ada keberatan terhadap keputusan Rasul itu. · Q.24: 51, sikap mukmin terhadap keputusan Allah dan Rasul adalah “mendengat dan taat”. · Q.5: 35, perintah bertaqwa, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta berjihad di jalan Allah. D. Iman. Penerimaan dan keridhaan terhadap ketiga unsur taqdir diatas itulah yang disebut iman yang sebenarnya. Dengan rela menerima apa yang Allah tentukan bagi dirinya dan alam semesta, maka mukmin berupaya menegakkan tuntutan Allah pada dirinya. Sehingga hidupnya sepenuhnya dalam bimbingan dan pimpinan Allah Swt, serta dalam keadaan berjihad menegakkan syariah Islam. Dalil: · Q.49: 15, mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah. Ringkasan Dalil: Ridha (2: 207, 284, 286) Apa yang Allah kehendaki (Masyiatullah): (76: 30, 18: 24, 3: 26, 31: 29) 1. Terhadap kita – alam ghaib: (6: 59, 2: 3), merupakan qadha’ dan qadar: (h, 9: 51, 57: 22), Dia tidak ditanya apa yang diperbuat (21: 23), tidak dapat dipelajari (17: 85), untuk diambil hikmahnya (57: 23). 2. Terhadap alam (25: 2), alam eksperimen (35: 28), merupakan sunnatullah di alam (41: 53), untuk dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3: 190), untuk dimanfaatkan (11: 61). 28
3. Dari diri kita (57: 16), alam nyata (30: 7), merupakan taqdir syar’ie (4: 65, 6: 153,42: 13), untuk dipelajari dan diamalkan (9: 105), mereka akan ditanya (21: 23, iman. A-9.1. TAHQIYQU MAKNA SYAHADATAIN Sasaran 1. Memahami tiga bentuk hubungan antara Allah dengan seorang mukmin: Cinta, perniagaan dan kontrak kerja serta bercita-cita merealisasikannya di dalam kehidupan. 2. Menyadari bahwa berjihad di jalan Allah merupakan jalan hidup yang wajib ditempuhi. 3. Menyadari kewajiban menghias diri dengan sifat-sifat mujahid yang merindukan syahadat. Sinopsis Hubungan mukmin dengan Allah merupakan hubungan ubudiyah (pengabdian). Hubungan ini didasari kepada tiga unsur yaitu cinta, perniagaan dan amal atau jihad. Dengan transaksi ketiga unsur diatas, setiap mukmin wajib menjalani hidupnya sebagai pejuang Islam dengan senantiasa mempersiapkan watak seorang mujahid. Dengan syahadatain yang diyakininya, kita mesti mengamalkan syahadat di dalam kehidupan kita seharian seperti bertaubat, mengabdikan diri kepada Allah, memuji Allah, melaksanakan siyahah, senantiasa ruku dan sujud, menyuruh kepada makruf dan memelihara hukum Allah. 1. Cinta. Cinta yaitu suatu ikatan hati untuk mencintai apa saja yang dicintai Allah dan apa-apa yang ditentukan Allah baginya. Ikatan ini membuat pribadi mukmin dengan kecintaan dan keredaan Allah. Dalil: · Q.2: 165, hubungan cinta mukmin dengan Allah, teramat sangat kecintaannya terhadap Allah. · Q.8: 2, diantara tanda cinta senang membaca Kitabullah dan bergetar hatinya tatkala nama Allah disebut. · Q.39: 25, cenderung terhadap Kitabullah. 2. Perniagaan. Pada hakikatnya semua manusia miskin dan faqir, tidak memiliki sesuatupun termasuk dirinya sendiri. Semua yang ada hanyalah milik Allah. Tetapi dalam perjanjian ini Allah menawarkan kepada mukmin untuk menjual apa-apa yang bukan miliknya itu kepada Allah. Perjanjian ini merupakan perniagaan dengan keuntungan di pihak mukmin yang sangat besar. Dalil: · Q.61: 10, penawaran Allah untuk berjual beli dengan Nya dengan keuntungan bebas dari neraka. · Q.9: 111, pernyataan Allah bahwa Allah telah membeli mukminin. · Q.35: 29, jual beli ini tidak akan merugikan. · Hadits, pernyataan sahabat Nabi tentang baiah mereka dengan Rasulullah, “Kami berbaiah dengan Rasulullah untuk mendengar dan taat samada dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam kondisi malas maupun giat, dalam hal yang menyenangkan dan pada keadaan merasa dirugikan. 2.1. Mukmin Sebagai Penjual. · Mukmin sebagai penjual, yang dijualnya adalah harta (amwal) yang dimilikinya, yaitu semua simbol yang melekat pada dirinya dan yang dianggap sebagai miliknya. Seperti harta, kekayaan, kedudukan, kerjanya, jawatan, pengaruh dan sebagainya. 29
· Jiwa (nafs), meliputi nyawanya, tenaganya, waktu dan kesempatannya, perasaannya dan lain-lain. Dalil: · Q.9: 111, mukmin sebagai penjual dengan menjual harta dan nyawa. Lihat pula 61: 11 dengan kewajiban beriman kepada Allah dan Rasul. · Q.2: 265, yang dijual berupa harta. 3: 195, yang dijual berupa nyawa dan tenaga. · Q.2: 207, yang dituju dengan penjualan ini adalah keridhaan Allah sebagai harta tertinggi. 2.2. Allah Swt Sebagai Pembeli. · Dalam hal ini Allah sebagai pembeli tunggal yang akan memberikan dua keuntungan yang sangat besar bagi penjual tersebut, yaitu surga dengan segala kenikmatannya, sebagai pengganti harta yang diberikan mukmin. · Ridha Allah yang jauh lebih nikmat dari surga sebagai pengganti dari jiwa yang diberikan mukmin. Dalil: · Q.9: 111, Allah sebagai pembeli dengan memberikan surga dan keridhaan Allah. · Q.98: 8, harga berupa keridhaan lebih tinggi nilainya. 3. Amal dan Jihad. 3.1. Amal. Hubungan ini merupakan hasil dari hubungan cinta dan jual beli yang meliputi semua pelaksanaan perintah Allah dengan semangat ridha. Juga meliputi semua aktifitas pribadi, keluarga, masyarakat dan bernegara. Disamping itu juga, menjauhi semua laranganlarangan Allah dan hal-hal yang dapat membawa pada kebencianNya. Karena itu mukmin menyediakan diri untuk hidup dibawah naungan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalil: · Q.9: 105, kewajiban bekerja melakukan perintah Allah dan Allah sajalah yang akan menilai amal perbuatan seseorang. · Q.3: 195, kontrak kerja dengan Allah adalah aktivitas untuk mencari ridha Nya. Mukmin beramal jama’i dengan saudara-saudaranya sesama mukmin samada laki-laki maupun perempuan. Lihat pula 9: 71-72. 3.2. Jihad. Sebagai puncak dari cintanya kepada Allah, jual beli dengan Allah serta aplikasinya ke dalam hidup, maka mukmin memperjuangkan dienullah. Ia selalu menegakkan kalimatullah dalam diri, keluarga maupun masyarakatnya. Ia berupaya sekuat tenaga untuk menjadikan dirinya sebagai mujahid fi sabilillah. Dimulai dengan ucapan syahadatnya, seluruh hidupnya merupakan jihad. Cita-citanya yang tertinggi adalah mencapai syahadat (syahid). Mukmin menyadari bahwa tiada izzah tanpa jihad dan bahwa syahid merupakan puncak kenikmatan hidup di dunia maupun di akhirat. Dalil: · Q.22: 78, Perintah Allah melaksanakan jihad dengan sebenar-benarnya jihad sebagai aplikasi keislaman seseorang. · Q.29: 69, manfaat jihad itu sendiri kembali kepada diri mukmin karena sesungguhnya merupakan jual beli dengan Allah. · Q.3: 168, 2: 152, gambaran Allah tentang kenikmatan syahid fi sabilillah. · Hadits, sabda Rasul, “jihad merupakan puncak (dzirwatul sanamil) Islam. · Hadits, karena cintanya Rasulullah pada syahid, beliau berkata, “Tiada seseorangpun yang mati yang ingin kembali ke dunia (dengan merasakan kematiannya) kecuali syahid. Ini disebabkan kelebihannya”. 30
· Hadits, “Barangsiapa yang memohon syahid kepada Allah dengan sebenarbenarnya permohonan, maka Allah akan menyampaikannya pada derajat syuhada meskipun ia wafat diatas tempat tidurnya”. 4. Mujahid. Dengan pelaksanaan cinta, perniagaan dan amal/jihad di atas, sikap mukmin wajib menjalani hidupnya sebagai pejuang Islam dengan senantiasa mempersiapkan watak seorang mujahid yaitu: · Senantiasa bertaubat, memohon ampunan dari dosa dan menghindarkan diri dari sebab-sebab kemaksiatan. · Senantiasa mengabdikan diri kepada Allah samada dalam keadaan lapang maupun sempit dengan pengabdian yang ikhlas. · Senantiasa memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dalam berbagai kesempatan. · Senantiasa melakukan syahadat dengan antara lain: mencari ilmu yang memberi kemanfaatan bagi Islam dan kaum muslimin, bertafakkur tentang alam dan realita ummat dan melawat atau berjalan dalam rangka dakwah. · Senantiasa ruku’ yaitu menghinakan diri dengan tidak sombong terhadap kehendak dan kemauan Allah. · Menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan). · Mencegah dari yang munkar (keburukan) dan yang dibenci Allah. · Selalu memelihara hukum Allah, yaitu pelaksanaan kitabullah pada dirinya dan memperjuangkan agar terlaksana di masyarakatnya. Dalil: · Q.9: 112, sifat-sifat mujahid yang mestinya ada pada setiap mukmin: bertaubat, beribadah, memuji, bersiyahah, ruku’, sujud, amar ma’ruf, nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Ringkasan Dalil: Hubungan Mukmin dengan Allah: · Cinta (2: 165, 8: 2) · Perniagaan (61: 10). Mukmin sebagai penjual (57: 12, 2: 265, 9: 111). Allah sebagai pembeli (9: 111). Yang dijual oleh mukmin adalah harta dan jiwa, harganya surga dan keridhaanNya. · Kerja (9: 105), wujud di dalam bentuk jihad (61: 11, 49: 15, 29: 69, 22: 78) kehidupan mukmin dari syahadat sehingga syahid (7: 172, 5: 7, 3: 52, 33: 23). Sifat-sifat mukmin mujahid (9: 112) selalu bertaubat, beribadat, siahah, ruku’, sujud, amar makruf nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah. A-9.2. TAHQIYQU SYAHADATAIN Sasaran 1. Memahami bahwa hati yang suci dan akal yang cerdas merupakan sumber pelaksanaan ajaran Islam. 2. Memahami cara-cara untuk mencapai akidah yang benar dan fikrah Islami serta pemeliharaannya. 3. Memahami hubungan dakwah dan harakah dengan pemeliharaan pelaksanaan syahadat. Sinopsis Syahadah merupakan taqrir atau ucapan tauhidullah. Hasil dari bersyahadat adalah Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan Rasul sebagai qudwah dalam kehidupan. Syahadah bersumberkan kepada hati yang bersih dan akal yang cerdas. 31
Dengan hati yang bersih kita dapat mengharapkan rahmat kepada Allah, takut kepada siksaan Allah dan mencintai Allah. Dengan sifat ini muncullah aqidah yang salimah. Berasaskan aqidah salimah ini menghasilkan niat yang ikhlas. Akal yang cerdas mempunyai ciri-ciri mentadaburkan Al-Qur’an, memikirkan alam semesta dan ingat mati. Ini adalah ciri akal yang cerdas sehingga memunculkan fikrah Islami. Berasaskan fikrah Islami menghasilkan minhaj yang shohih. Dengan bersyahadat dan hasil yang diperoleh dari syahadat ini secara keseluruhannya akan mewujudkan harakah jihad, dakwah dan tarbiyah. 1. Syahadah. Syahadatain adalah pernyataan, perjanjian dan sumpah seorang muslim terhadap keesaan Allah. Dengan tauhidullah itu muslim mengakui hak-hak Allah dalam menentukan tiga hal pokok yaitu: · Satu-satunya tujuan seluruh aktivitas kehidupan adalah Allah. · Satu-satunya konsep untuk mencapai tujuan hidup tersebut adalah Al Islam. · Satu-satunya teladan dalam pelaksanaan Al-Islam adalah Rasulullah. · Untuk melaksanakan tiga prinsip ini diperlukan wasilah yaitu qalbun salim dan aklu dzakiy. Dalil: · Q.6: 162, tujuan hidup muslim adalah Allah, lihat 50: 50, keharusan muslim bersegera ke Allah atau meraih ridha Allah. · Q.3: 85, 3: 19, dien (peraturan Allah) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam. 6: 153, mengikuti Al Islam tidak boleh dengan mencampur-adukkannya dengan konsep lain. · Q.33: 21, pernyataan Allah bahwa Rasulullah Muhammad Saw merupakan satusatunya teladan. · Q.3: 31, meninguti Rasulullah merupakan aplikasi cinta kepada Allah. · Hadits, sabda Nabi, “Tidak beriman seorang dari kamu sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”. 1.1. Qalbun Salim. Qalbun salim yaitu hati yang senantiasa bersih dari noda-noda syirik juga tidak terpengaruh hawa nafsu, syahwat dan penyakit-penyakit hati. Hendaknya tidak terkesan di hati kecintaan terhadap dunia dan perhiasannya yang melalaikan syariat Allah. Jalan yang ditempuh muslim untuk mencapai qalbun salim ini adalah: · Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya kecintaan. Kecintaan ini menjadi dasar seluruh aktivitas hidupnya. · Selalu mengharap kasih sayang Allah karena meyakini bahwa segala kebaikan hanya berada di tangan Allah. Maka qalbun salim terbebas dari harapan dan ketergantungan pada selain Allah. · Takut terhadap siksaan Allah yaitu perasaan muslim yang sangat khawatir terlepas dari minhaj Allah, karena menyakini bahwa ancaman dan siksaan Allah lebih dahsyat dari ancaman manusia. Muslim lebih takut terhadap siksa Allah daripada menerima kelezatan dunia. · Dengan tiga sikap diatas, muslim dapat mencapai aqidah yang sehat, kukuh dan kuat. Sanggup bertahan dalam berbagai kondisi. Aqidah ini akan menumbuhkan niat yang ikhlas dalam setiap aktivitas hidupnya. Dalil:
32
· Q.26: 89, qalbun salim adalah sarana yang paling bermanfaat ketika menghadap Allah di hari pembalasan. Ia disebut juga qalbun munib (hati yang senantiasa bertaubat), lihat 50: 33. · Q.2: 165, 8: 2, lihat pembahasan cinta dalam bahan sebelumnya. · Q.39: 38, jika Allah saja segala kebaikan. 33: 21 orang yang dapat meneladani Rasul adalah orang yang mengharap rahmat Allah. · Q.10: 15, 6: 15-16, pernyataan takut seorang muslim jika menyimpang dari minhaj Allah. · Q.33: 39, takut seorang muslim hanya kepada Allah saja menjadikannya berani menyampaikan kebenaran. · Q.33: 12, sikap munafik sangat penakut dan penuh kecurigaan terhadap Allah dalam peperangan, bandingkan dengan sikap mukmin dalam 33: 22. · Q.39: 1-14, niat yang ikhlas disebabkan adanya cinta, harap dan takut hanya kepada Allah. 1.2. Aklu Dzakiy. · Yaitu akal yang mampu membedakan yang haq dengan yang batil, memahami kebaikan Islam dan keburukan jahiliyah. Akal ini siap menerima segala informasi yang diperlukan untuk berkhidmat kepada jalan Allah. Tidak tersurat di dalam otak muslim untuk berkiblat kepada konsep bathil dan jahiliyah (di luar Islam). Dalam mencapai kondisi akal yang demikian, maka muslim menempuh jalan tadabur Qur’an, tafakur alam dan mengingat kematian. · Tadabur Al-Qur’an, yaitu mempelajari, mengkaji dan menghayati ayat-ayat Kitabullah dengan maksud memahami dan melaksanakan minhajillah serta mengambil sepuas-puasnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian ia mendapatkan panduan hidup yang membimbingnya mencapai kebahagiaan. · Tafakur alam yaitu mengamati, membahas dan menyelidiki Sunnatullah di alam semesta dengan tujuan mengambil manfaat dengan menemukan berbagai sarana yang diperlukan ummat Islam. · Mengingat kematian yaitu selalu mengingatkan dirinya terhadap saat bertanggung-jawab di hadapan Allah. Dengan demikian ia senantiasa berupaya memanfaatkan seluruh masa hidupnya yang terbatas untuk berkhidmat pada jalan Allah. · Dengan tiga aktivitas di atas tanpa meninggalkan satupun daripadanya, muslim memiliki fikrah dan ideologi yang penuh berkah. Pada gilirannya ia akan mampu menemukan konsep yang benar (minhaj yang shohih) dalam setiap gerak kehidupannya. Dalil: · Hadits Rasulullah Saw, “Dien itu aqal, tidak ada dien bagi yang tidak berakal”. · Q.39: 18, ulil albab (orang yang mempunyai fikiran siap menampung segala informasi dan hanya menjadikan perkataan Allah (Al-Qur’an sebagai panduan hidupnya). · Hadits sabda Rasulullah, “Hikmah itu milik orang yang mukmin dimana saja ia jumpai, maka ia yang paling berhak atasnya”. · Q.38: 29, 47: 24, Al-Qur’an mesti ditadaburkan oleh setiap muslim agar menjadi ulil albab. · Q.29: 49, Kitabullah merupakan ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. · Q.3: 191, ulil albab memikirkan kejadian dan fenomena alam semesta untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kemajuan Islam. · Q.41: 53, Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya untuk diamati oleh mereka yang memiliki fikiran. 33
· Hadits, sabda Rasulullah, “Perbanyaklah oleh kamu mengingat pemutus segala kelezatan (kematian)”. · Q.3: 192-194, ulil albab selalu membayangkan kematian di hadapan matanya sehingga ia senantiasa berlindung dari siksa neraka dan azab Allah. · Q.5: 48, mukmin menjadikan kitabullah sebagai konsep hidupnya dengan tidak mengikuti hawa nafsu dalam pelaksanaan kitabullah. 2. Amal Islami. Dengan adanya niat yang ikhlas dari qalbun salim dan minhaj yang benar dari akal yang cerdas, muslim dapat bekerja untuk Islam, yaitu aktivitas membangun dienullah dalam realitas kehidupan manusia. Sesuai kondisi ummat Islam dewasa ini, medan amal islami adalah: Dalil: · Q.9: 105, perintah Allah agar beramal dengan mengikuti minhaj Allah. 18: 110, dengan adanya ikhlas hendaknya beramal soleh. · Q.63: 10-11, 4: 78, beramal soleh dan berinfak jangan ditunda-tunda. · Q.103: 1-3, semua manusia merugi kecuali yang beriman dan beramal soleh. · Hadits, sabda Rasulullah, “Bersegeralah kepada amal dimana kalian tidak menunggu-nunggu kecuali tujuh hal: 1. Kemiskinan yang melalaikan, 2. Kekayaan yang menjadikan melampaui batas, 3. Sakit yang merusak, 4. Masa tua yang melumpuhkan segala tenaga, 5. Kematian yang menghabiskan segala-galanya, 6. Atau dajjal yang paling buruk ditunggu-tunggu, 7. Hari kiamat dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. 2.1. Dakwah dan Tarbiyah. Dakwah dan tarbiyah yaitu mengajak manusia untuk memahami Islam serta mendidik mereka untuk mengamalkan kehidupan yang Islami. Dalil: · Q.41: 33, 16: 125, keutamaan dakwah (menyeru manusia) ke jalan Allah. 2.2. Harakah dan Jihad. Yaitu mengajak mereka yang telah di tarbiyah untuk berjuang dengan segenap kemampuannya menegakkan konsep Islam dengan semangat Jihad. Dalil: · Q.29: 6, manfaat jihad kembali kepada diri sendiri. · Q.47: 31, hidup mukmin harus berjihad dan bersabar. · Q.9: 120, setiap amal jihad ada balasannya disisi Allah. Ringkasan Dalil: · Syahadah merupakan pernyataan Tauhidullah: · Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan rasul merupakan qudwah di dalam kehidupan. · Syahadah bersumberkan: · Hati yang bersih (26: 87-89, 50: 33), mengharapkan rahmat Allah (10: 58, 33: 21, 18: 110), takut pada siksaan Allah (3: 192, 25: 65, 76, 76: 10), pecinta Allah (2: 165, 5: 54), berasaskan aqidah yang salimah (sejahtera), menghasilkan niat yang ikhlas. · Keseluruhannya melahirkan harakah dan jihad, dakwah dan tarbiyah. A-10. SIBGOH WAL INQILAB Sasaran 1. Memahami bahwa syahadatain harus merubah diri sendiri baik dalam keyakinan, pemikiran, perasaan maupun tingkah laku.
34
2. Mengerti rangkuman menyeluruh dari syahadatain sebagai titik tolak program pembinaan. 3. Menyadari bahwa nilai pribadi seorang muslim terletak pada syaksyiyah islamiyahnya. Sinopsis Syahadatain yang terdiri dari syahadat laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah mesti diucapkan, diyakini dan diamalkan dengan baik. Ucapan laa ilaha illa Allah menjadikan pengabdian hanya kepada Allah saja. Sikap kita kepada syahadat uluhiyah ini adalah ikhlas menerima dan mengamalkan. Sedangkan Muhammad Rasulullah dijadikan sebagai contoh yang hasanah dan dijadikan sebagai ikutan kita. Syahadatain mesti didasari kepada mahabbah (cinta) yang kemudian menghasilkan ridha kepada setiap yang disuruhnya. Dari cinta dan ridha ini muncul iman yang kemudian akan mewarnai diri kita dan sekaligus merubah diri kita dari segi iktiqadi, fikri, syu’uri dan suluki sehingga muncul pribadi muslim yang mempunyai nilai. 1. Syahadatain. Dua kalimah syahadat merupakan keyakinan yang tertanam di lubuk hati setiap muslim. Tidak sekadar keluar dari mulut saja tetapi menuntut bukti dalam amal perbuatan ia terdiri dari dua bahagian yaitu pengakuan bahwa tiada ilah selain Allah dan pengakuan bahwa Muhammad Rasulullah. Dalil: · Q.4: 123, Iman bukan merupakan angan-angan tetapi menuntut perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai iman tersebut. · Q.61: 2-3, Allah membenci orang yang beriman hanya dengan mulutnya saja. · Q.17: 109, orang mukmin sejati memiliki interaksi yang kuat dengan kitabullah sehingga mengamalkan Islam. · Q.3: 113, diantara ahli kitab yang sungguh-sungguh mukmin selalu membaca kitabullah, beramar ma’ruf dan nahi munkar, serta bersegera dalam kebaikan. 1.1. Pengakuan bahwa tiada ilah selain Allah. Merupakan bahagian pertama syahadatain yang maknanya tiada yang boleh, sesuai atau wajib disembah kecuali hanya Allah. Penyembahan yang benar terhadap Allah melahirkan sikap ikhlas. Dalil: · Q.21: 25, pengertian laa ilaha illa Allah adalah tiada yang diabdi selain Allah, lihat pula 2: 22-23, 16: 36, pengertian laa ilaha illa Allah menuntut adanya penghambaan secara menyeluruh kepada Allah dan pengingkaran kepada Thagut. 1.2. Pengakuan bahwa Muhammad Rasulullah. Bahagian kedua dari syahadatain adalah menerima secara ikhlas dan senang hati Muhammad Saw sebagai utusan Allah. Dengan penerimaan ini muncul kesediaan menjadikan Rasulullah sebagai uswah. Dalil: · Q.33: 21, 3: 31, Rasulullah Saw adalah teladan sekaligus uswah dalam kehidupan muslim. · Q.4: 80, 4: 64, seorang Rasul diutus untuk ditaati, maka penyelewengan terhadap perintah Rasul adalah kemunafikan. Lihat 24: 63, 8: 24, kewajiban mukmin memenuhi seruan Allah dan Rasul dan tidak mentaati Rasul membuat tertutupnya hati. 2. Cinta. Merupakan dasar kesediaan seorang mukmin dalam mengamalkan kandungan syahadatain. 35
Dalil: · Q.2: 165, 8: 2, cinta sebagai landasan penerimaan syahadatain. Lihat pula hasiyyah sebelum ini. 3. Ridha. Merupakan hasil logik cinta mukmin kepada Allah dan Rasul. Dalil: · Q.76: 32, ridha sebagai realisasi cinta, lihat pada hasiyah A-6. 4. Iman. Syahadat muslim merupakan realisasi imannya kepada Allah. Kelezatannya dapat dicapai dengan adanya cinta dan ridha kepada Allah, Rasul dan Islam. Dalil: · Q.61: 10-11, syahadatain adalah realitas iman kepada Allah dan Rasul. 5: 7, 2: 285, perjanjian syahadat berhubungan dengan keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitabkitab, Rasul-rasul, Hari akhir dan Qadha qadar. 5. Sibgah. Dengan keimanan yang benar maka perilaku dan kehidupan mukmin diwarnai oleh Allah. Fenomena nya adalah berubahnya seluruh aktivitas hidupnya menjadi ibadah kepada Allah Swt. Dalil: · Q.2: 138, sibgah merupakan keimanan kepada Allah yang sesungguhnya. Seluruh perilaku mukmin diwarnai oleh syahadatain dan merupakan pengabdian kepada Allah. 6. Perubahan Menyeluruh. · Syahadat yang telah masuk ke dalam diri mukmin dan mewarnai hidupnya pasti melahirkan perubahan yang menyeluruh yang mencakupi perubahan keyakinan, perubahan pemikiran, perubahan perasaan dan perubahan tingkah laku. · Perubahan keyakinan. Sebelum syahadatnya mungkin dia berkeyakinan bahwa loyalitas dan ketaatan dapat diberikan kepada tanah air, bangsa, masyarakat, seni, ilmu dan sebagainya, disamping mengabdi kepada Allah. Tetapi setelah bersyahadat ia melepaskan semua itu dan hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang diabdi, ditaati dan diminta pertolongan. · Perubahan pemikiran. Sebelum meyakini syahadatnya mungkin ia berfikir boleh menerima syariat, aturan hidup dan perundang-undangan bersumber kepada adat istiadat datuk atau nenek moyang, pemikiran jahiliyah dari ilmuwan dan filosof, hawa nafsu penguasa dan sebagainya. Setelah memahami akibat dari syahadatain maka ia hanya mengikuti pola fikir Islam yang bersumber dari Allah dan RasulNya, kemudian hasil ijtihad orang-orang mukmin yang sesuai dengan bimbingan Allah dan Rasul. · Perubahan perasaan. Sebelum memahami syahadatain ini mungkin perasaannya yang berupa cinta, takut, benci, marah, sedih atau senang ditentukan oleh situasi dan kondisi yang menimpa dirinya atau keadaan di sekelilingnya. Misalnya ia senang dengan mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya, mendapat baju yang paling trendy, mendapat profesi yang menguntungkan. Sedih karena hilangnya kekayaan, merasa hina karena kemiskinan dan sebagainya. Maka setelah menghayati makna syahadatain tiada yang menyenangkan dan menyedihkan melainkan semua terkait dengan kepentingan Allah dan RasulNya. Maka ia sedih bila ada yang masuk kedalam kekufuran, sedih bila ada muslim yang disakitas, sedih memikirkan nasib kaum muslimin sebagai ummat Muhammad. Kemudian dia merasa senang dengan kemajuan dakwah, kebangkitan ummat dan sebagainya.
36
· Perubahan tingkah laku. Sebelum mengerti kandungan syahadatain mungkin tingkah laku seseorang mengikuti hawa nafsunya, menuruti bagaimana kondisi lingkungan. Berpakaian, bersikap, bergaul, mengisi waktu dengan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah yang tidak ada tuntunannya dari Islam. Tetapi setelah mengerti syahadatain ini ia berubah. Tingkah lakunya mencerminkan akhlak Islam, pergaulannya mengikuti syariah, waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat samada bagi dirinya maupun orang lain. Dalil: · Perubahan menyeluruh terjadi pada pribadi Ummar bin Khattab RA, Mus’ab bin Umair, Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat lainnya, ini merupakan bukti bahwa syahadatain membawa perubahan pada diri yang mengucapkannya. · Contoh ini terjadi pada tingkah laku Mus’ab bin Umair yang sebelum Islam merupakan seseorang pemuda yang sangat dikenal ketampanannya di kota Mekkah. Setelah Islam ia menjadi mujahid dakwah, ketika wafatnya ia hanya punya sehelai kain burdah untuk menutupi jasadnya yang syahid. Bila kepalanya ditutup kakinya terbuka dan bila kakinya ditutup maka kepalanya terbuka. 7. Kepribadian Yang Islami. Dengan adanya perubahan pada empat hal diatas maka muslim memiliki kepribadian yang Islami. Pribadi ini mendasarkan keyakinan, bentuk berfikir, emosi, sikap, pandangan, tingkah laku, pergaulan dan masalah apa saja dengan dasar Islam. Dalil: · Q.68: 4, akhlak pribadi yang Islami terdapat pada diri Rasulullah. · Hadits, akhlak Rasul adalah akhlak Al-Qur’an. 8. Bernilai (disisi Allah). Tatkala seorang muslim telah memiliki kepribadian Islami dengan utuh, maka ia akan memiliki nilai disisi Allah. Pribadi-pribadi ini dalam jumlah yang banyak bergabung menjadi ummat. Bila ummat Islam telah memiliki banyak pribadi seperti ini ia akan diperhitungkan oleh lawan-lawannya. Ummat seperti ini mampu membawa amanat menegakkan khilafah Islamiyah. Dalil: · Q.24: 55, janji Allah akan tegaknya khilafah. · Q.33: 72, amanah memikul dien dibebankan pada manusia tetapi hanya manusia yang pandai dan tidak zalim dapat menerimanya. Ringkasan Dalil: Syahadatain: · Laa ilaha illa Allah artinya “Tiada yang diabdikan selain Allah”, intinya ikhlas. · Muhammadurasulullah artinya “Menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan”, intinya ittiba’ (mengikuti). · Wajib cinta (mahabbah) ridha, iman, membentuk sibghah (2: 138), menimbulkan perubahan total (2: 207-208): dalam keyakinan (6: 19), dalam cara berfikir (50: 37, 67: 10), dalam perasaan/selera (24: 26, 5: 100), dalam tingkah laku (25: 63). · Seluruhnya itu membentuk kepribadian Islam (3: 64), yang bernilai disisi Allah (5: 27, 49: 13). MA’RIFATULLAH Pendahuluan
37
Mungkin ada di kalangan kita yang bertanya kenapa pada saat ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar dan menyebut namaNya dan kita tahu bahwa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita? Saudaraku, jangan sekali kita merasa sudah cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah karena semakin kita memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin hampir denganNya. Kita juga mau agar terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru terhadap Allah dan terhindar juga dari sikap-sikap yang salah dari kita terhadap Allah. Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat An-Naas: 1-3. Dengan demikian maka jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah merupakan bahagian terpenting di dalam hidup ini. Bagaimanakah jalan atau metod yang harus kita lalui untuk mengenal Allah Swt dan apakah halangan-halangan yang senantiasa menghantui manusia dari pada mengenal dan berdampingan denganNya? Mungkin boleh kita merujuk kepada satu riwayat yang bermaksud: “Kenalilah dirimu nescaya engkau akan mengenali Tuhanmu”. Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani. Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat. Keyakinan terhadap Allah Swt menjadi mantap apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan Allah lantas melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada Allah saja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahayabahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya. Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita dibawah bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafussoleh. Kita juga harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah yaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyah. Dengan pemahaman ini kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut. Kehidupan paling tenang adalah kehidupan yang bersandar terus kecintaannya kepada Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah mengatasi segala-galanya. Apa yang menjadi tuntutan kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul dan perjuangan secara minhaji. Di dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya memahami bahwasanya Allah adalah merupakan sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah berikan itu adalah menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi yaitu sebagai pedoman hidup dan juga sebagai sarana hidup. Kitab juga sepatutnya menyadari
38
kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai tahap taqwa yang lebih cemerlang. B-1. AHAMMIAH MAKRIFATULLAH Sasaran . Memahami pentingnya makrifatullah dalam kehidupan manusia. . Memahami bahwa makrifatullah dapat menjadikannya mencapai hasil dari penambahan iman dan taqwa. Sinopsis Makrifatullah atau mengenal Allah adalah subyek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad’u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah Swt. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahwa Allah adalah sebagai “Rabb” kepada sekalian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personalitas merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keridhaan Allah Swt. 1. Kepentingan Ilmu Makrifatullah. Riwayat ada menyatakan bahwa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding mahluk-mahluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatangbinatang yang ada di bumi ini, apakah tanggung jawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betulbetul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghi-dupkan, Yang Mematikan dan seterusnya. Dalil: · Q.47: 19, ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahwasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah) adalah wajib. · Q.3: 18, Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. · Q.22: 72-73, Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliyah atau kauniyah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surat Al-Hajj ayat 72-73: Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka: Hendaklah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu, yaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesungguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut 39
dan orang yang dituntut (sembah). Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayatayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka. · Q.39: 67, mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan. Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya karena mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat. 2. Tema Perbicaraan Makrifatullah – Allah Rabbul Alamin. Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala ilah pula mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat An-Naas: 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya. Dalil: · Q.13: 16, “Katakanlah, siapakah Rabb segala langit dan bumi? Katakanlah Allah. Katakanlah, adakah kamu mengambil wali selain daripada Nya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat? Katakanlah, adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat? Bahkan adakah bersamaan gelap dan nur (cahaya)? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa mahluk atas mereka? Katakanlah, Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa”. · Q.6: 12, “Katakanlah, baqi siapakah apa apa yang di langit dan bumi? Katakanlah, bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman”. · Q.6: 19, “Katakanlah, apakah saksi yang paling besar? Katakanlah, Allah lah saksi diantara aku dan kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Qur’an ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Qur’an. Adakah engkau menyaksikan bahwa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain? Katakanlah, aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah, hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan”. · Q.27: 59, “Katakanlah, segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan”. · Q.24: 35, “Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi”. · Q.2: 255, “Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit”. 3. Didukung Dengan Dalil Yang Kuat (Q.75: 14-15). Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian. Oleh karena itu banyak fenomena alam yang 40
disentuh oleh Al-Qur’an diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakrawala ini adalah dibawah milik dan pentadbiran Allah Swt. Dalil: · Naqli, Q.6: 19. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia. · Aqli, Q.3: 190, Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir. · Fitri, Q.7: 172, Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu? Lalu diakuri. 4. Dapat Menghasilkan: peningkatan iman dan taqwa. Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah semada dalam bentuk qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personalitas hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diridhaiNya. 5. Kemerdekaan. Dalil: · Q.6: 82, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk”. 6. Ketenangan. Dalil: · Q.13: 28, “Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingat lah bahwa dengan mengingat Allah itu, tenteramlah segala hati”. 7. Barakah. Dalil: · Q.7: 96, “Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu”. 8. Kehidupan Yang Baik. Dalil: · Q.16: 97, “Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki maupun perempuan sedang dia beriman niscaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik”. 9. Syurga. Dalil: · Q.10: 25-26, Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan merek akan menjadi penduduk tetap surga Allah. 10. Mardhotillah. Dalil: · Q.98: 8, “Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah surga Adne yang mengalir sungai dibawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah. Surga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah”. B-2. AT-THARIQ ILA MAKRIFATILLAH Sasaran 41
1. Memahami bahwa jalan mengenal Allah adalah melalui ayat-ayatNya. 2. Memahami pendekatan Islam dan non Islam terhadap ayat-ayat Allah. 3. Mengikuti sifat mukminin dalam pengenalan terhadap Allah dan menjauhi sikap orang-orang kafir. Sinopsis Apabila kita ingin mencapai sesuatu sasaran, pastinya kita mesti tahu apakah dan bagaimanakah jalan yang akan menyampaikan kita kepada sasaran itu. Begitu juga dengan sasaran untuk mengenal Allah bukan sembarangan cara boleh digunakan karena jalan yang tidak betul akan membawa kepada pengenalan yang salah. Jalan menuju kepada makrifatullah adalah menerusi ayat-ayat yang terang dan jelas sebagai satu pernyataan dari Allah (ayat qauliyah). Ayat ini adalah pernyataan-pernyataan pengenalan yang difirmankan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an. Selain itu, ada juga ayat-ayat kauniyah yang menjadi bahan berfikir manusia terhadap kejadian alam yang begitu unik ini. Dari dua jalan ini Islam mengajak manusia menggunakan akan dan juga naql untuk menuju makrifatullah. Kedua-dua metod ini akan melahirkan keyakinan, langsung mencetuskan pembenaran (tasdiq) dalam hati kecil manusia yang akhirnya membuahkan keimanan yang mantap terhadap Allah Swt. Selain metod ini, ada juga manusia yang menggunakan metod duga-dugaan dan hawa nafsu untuk mengenal Allah. Paling pasti adalah mereka tidak akan bertemu sasarannya yang sebenar malah dia boleh dipermainkan oleh syaitan seperti yang berlaku kepada penganut hindu, budha dan lain-lain lagi yang menggambarkan tuhan ini mengikut apa yang mereka khayalkan. Metod ini akan berakhir dengan kekufuran. 1. Jalan Menuju Pengenalan Terhadap Allah Swt. Allah Swt tidak menampilkan kewujudan Zatnya Yang Maha Hebat di hadapan mahlukmahluknya secara langsung dan dapat dilihat seperti kita melihat sesama mahluk bahkan selagi kita boleh nampak dengan mata kepala kita, maka itu bukanlah tuhan. Allah juga menganjurkan kepada manusia menerusi Nabi Saw supaya berfikirlah pada mahlukmahluk Allah tetapi jangan sekali anda berfikir tentang zat Allah. Mahluk-mahluk yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam banyak ayat Al-Qur’an agar menjadi bahan berfikir tentang kebesaran Allah. 2. Ayat Qauliyah. Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah Swt di dalam AlQur’an. Ayat-ayat ini boleh menyentuh pelbagai aspek termasuklah jalan-jalan kepada makrifatullah. Dalil: · Q.95: 1-5, Allah mengajak kita berfikir tentang kejadian mahluknya termasuk buah-buahan, bukit-bukit bahkan diri manusia itu sendiri sehingga akhirnya manusia dapat menyimpulkan satu keyakinan bahwa penciptanya adalah Allah. 3. Ayat Kauniyah. Ayat Kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Dalil: · Q.41: 53, Allah menjelaskan bahwa Dia akan tunjukkan ayat-ayat kauniyahNya di ufuq dan juga pada diri manusia sendiri sehingga menjadi terang dan jelas akan kekuasaan Allah. 42
· Q.3: 190, Pada kejadian langit dan bumi serta pertukaran siang dan malam juga adalah ayat kauniyah kepada kekuasaan Allah bagi sesiapa yang berakal. 4. Metod Islam Dengan Naqli dan Akal. Islam menghargai nilai akal yang dimiliki manusia karena dengan sarana akal ini manusia mampu berfikir dan memilih antara yang benar atau salah. Walau bagaimanapun, dengan akal semata-mata tanpa panduan dari Pencipta akal pencapai pemikiran cukup terbatas. Apa lagi jika dicampurkan dengan anasir hawa nafsu dan zhan. Gabungan antara kemampuan akan dan panduan dari Penciptanya akan menghasilkan pengenalan yang tepat dan mantap terhadap Allah Swt menjadi satu kesalahan apabila manusia tidak menggunakan akalnya untuk berfikir. Dalil: · Q.10: 100-101, Tiadalah seseorang itu beriman melainkan dengan izin Allah. Dia menjadikan siksaan atas orang-orang yang tidak berfikir. Katakanlah, perhatikanlah apaapa yang dilangit dan di bumi. Tetapi tidak bermanfaat keterangan dan peringatan bagi kaum yang tidak beriman. · Q.65: 10, Ancaman Allah dengan siksaan bagi mereka yang berakal tapi tidak berfikir. · Q.67: 10, Penyesalan yang pasti bagi mereka yang tidak berfikir. 5. Tasdiq (membenarkan). Hasil dari berfikir dan menelitas secara terus menurut pedoman-pedoman yang sewajarnya, akan mencetuskan rasa kebenaran, kehebatan dan keagungan Allah. Boleh jadi ia berbetulan dengan firman Allah 53: 11 (Tiadalah hatinya mendustakan (mengingkari) apa-apa yang dilihatnya). Hati mula membenarkan dan akur kepada kebujaksanaan Tuhan. Dalil: · Q.3: 191, Orang-orang yang mengingat Allah setiap ketika akan terungkap pada lisannya ucapan Maha Suci Engkau ya Allah. · Q.50: 37, Yang demikian itu menjadi peringatan bagi orang yang mempunyai hati atau mendengarkan sedang hatinya hadir. 6. Menghasilkan Iman. Metod pengenalan kepada Allah yang dibawa oleh Islam ini cukup efektif secara berurutan sehingga akhirnya menghasilkan keimanan sejati kepada Allah azzawajalla. 7. Metod Selain Islam. Pemikiran berkenaan theologi dan ketuhanan banyak juga dibawa oleh pemikir-pemikir dari serata dunia tetapi tidak berlandaskan kepada metod yang sebenarnya. Kebanyakannya berlandaskan duga-dugaan, sangka-sangkaan dan hawa nafsu. Pastinya metod cacamerba ini tidak akan sampai kepada natijah yang sebenar karena bayangbayang khayalan tetap menghantui pemikiran mereka. Ada tuhan angin, tuhan api, tuhan air yang berasingan dengan rupa-rupa yang berbeda seperti yang digambarkan oleh Hindu, Budha dan seumpamanya. 8. Dugaan dan Hawa Nafsu. Dua unsur utama dalam metod mengenal tuhan yang tidak berlandaskan disiplin yang sebenar adalah sangka-sangkaan dan juga hawa nafsu. Campur tangan dua unsur ini sangat tidak mungkin untuk mencapai natijah yang tepat dan sahih. Dalil: · Q.2: 55, Kaum nabi Musa mengambil anak lembu sebagai tuhan dan cabar untuk tidak beriman dengan Musa kecuali setelah melihat Allah secara terang, lalu mereka disambar oleh halilintar. 43
· Q.10: 36, Kebanyakan mereka tidak mengikut kecuali duga-dugaan semata-mata. Sesungguh nya dugaan itu tidak cukup untuk mendapat kebenaran sedikitpun. · Q.6: 115, Telah tamatlah kalimah Tuhanmu dengan kebenaran dan keadilan. 9. Ragu-Ragu. Apabila jalan yang dilalui tidak jelas dan tidak tepat, maka hasil yang didapati juga sangat tidak meyakinkan. Mungkin ada hasil yang didapati, tetapi bukan hasil yang sebenarnya. Bagaimanakah kita ingin mengenal Allah tetapi kaedah pengenalan yang kita gunakan tidak menurut neraca dan panduan yang telah ditetapkan oleh Allah. Kadangkala sayyidina Umar tersenyum sendirian mengenangkan kebodohannya menyembah patung yang dibuatnya sendiri dari gandum sewaktu jahiliyah, apabila terasa lapar dimakannya pujaan itu. Dalil: · Q.22: 55, Orang-orang kafir senantiasa dalam keraguan. · Q.24: 50, Apakah ada dalam hati mereka penyakit, atau mereka masih ragu-ragu atau takut. 10. Berakibat Kufur. Semua metod pengenalan yang tidak berasaskan cara yang dianjurkan oleh Islam yaitu menerusi aqli dan naqli akan menemui jalan serabut yaitu kekufuran terhadap Allah Swt. B-3. MAWANI’ MAKRIFATULLAH Sasaran 1. Mengerti sifat-sifat pribadi yang menjadi penghalang dari mengenal Allah. 2. Menyadari bahwa sifat-sifat itu dapat membawanya kepada kekufuran karena itu ia berusaha menjauhi sifat-sifat itu. 3. Menumbuhkan motivasi untuk mewujudkan sifat-sifat yang memudahkan mengenal Allah. Sinopsis Walaupun ayat-ayat Allah sama ada ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah adalah terbuka kepada siapa saja yang ingin membaca dan menelitinya, namun terdapat berbagai halangan yang akan berhenti di hadapan kita yang didukung oleh iblis dan hawa nafsu bagi memastikan anak cucu adam terus berada di dalam kesesatan dan jauh dari petunjuk Allah Swt. Halangan-halangan ini muncul dalam bentuk sifat-sifat pribadi yang kontradik berpunca dari syahwat seperti nifaq, takabbur, zalim, dusta dan sifat-sifat yang berpunca dari salah faham atau syubhat seperti jahil, ragu-ragu, menyimpang. Kesemua ini menatijahkan kekufuran terhadap Allah Swt. Sifat yang berasal dari penyakit syahwat. 1. Fasiq. Yaitu orang-orang yang melanggar janji Allah, memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah menghubungkannya dan mereka melakukan bencana di atas muka bumi. Dalil: · Q.2: 26-27, Sesungguhnya Allah tidak malu menjadikan nyamuk untuk menjadi perumpamaan atau benda yang lebih hina daripadanya. Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa yang demikian itu suatu kebenaran dari Tuhan tetapi orangorang yang kafir berkata: Apakah maksud Allah dengan perumpamaan ini? · Q.59: 19, Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq. 2. Sombong.
44
Adalah orang yang hatinya ingkar dan membantah terhadap ayat-ayat Allah dan mereka tidak beriman dengan Allah. Dalil: · Q.16: 22, Orang-orang yang tidak beriman kepada Hari Akhirat, hati mereka ingkar dan mereka itu orang-orang yang sombong. · Q.40: 35, Orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa keterangan yang sampai kepada mereka. Amat besarlah kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman (terhadap mereka). Demikianlah Allah mengecap/menutup tiap-tiap hati orang yang sombong lagi ganas. · Q.40: 56, Orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa keterangan. · Q.7: 12, Allah telah menghalau Iblis dari syurga karena bersikap sombong dan tidak mau tunduk kepada arahan Allah. 3. Zalim. Dalil: · Q.32: 22, Siapakah yang terlebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diseru kepada Islam? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. · Q.32: 22, Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang diberikan peringatan dengan ayat-ayat tuhannya kemudian dia berpaling daripadanya … 4. Dusta. Dalil: · Q.2: 10, Dalam hati mereka ada penyakit (syak wasangka) lalu ditambah Allah penyakit itu dan untuk mereka itu siksa yang pedih karena mereka berdusta. · Q.77: 9-19, Kecelakaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. 5. Banyak Dosa. Dalil: · Q.83: 14, Berkarat hati mereka karena dosa yang mereka lakukan. Semua sifat-sifat yang disebutkan di atas tadi akan berakhir dengan kemurkaan dari Allah Swt. Walau bagaimanapun sifat-sifat ini boleh dirawati dan diobati dengan usaha yang penuh mujahadah. Manakala kelompok kedua adalah sifat-sifat yang berasal dari penyakit syubhat yang ada pada personalitas seseorang. 6. Jahil. Dalil: · Q.39: 65, Orang-orang yang tidak mengambil ikhtibar dari wahyu. 7. Ragu-Ragu. Dalil: · Q.22: 55, Orang-orang kafir senantiasa di dalam keraguan. 8. Menyimpang. Dalil: · Q.5: 13, Oleh karena mereka melanggar perjanjian, Allah kutuk mereka dan menjadikan hati mereka keras sehingga mereka mengubah kalimat Allah. 9. Lalai. Dalil: · Q.7: 179, Mereka memiliki hati, mata dan telinga tetapi semuanya tidak difungsikan dan mereka menjadi seumpama binatang lalu disediakan kepada mereka jahannam. B-4. ADILLAH ALA WUJUDILLAH Sasaran 45
1. Mengenal betapa pentingnya menyadari kewujudan Allah di dalam kehidupan. 2. Mengerti dalil-dalil yang diaplikasikan untuk menyadari kewujudan Allah. 3. Bermotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran Allah. Sinopsis Kewujudan Allah Swt adalah sesuatu yang cukup terang sehingga setengah pihak yang ekstrem berpendapat kewujudan Allah tidak perlu kepada dalil lantaran terlalu jalas. Walau bagaimanapun dalil-dalil yang membuktikan kewujudan Allah ini boleh kita lihat dari berbagai aspek, antaranya dari aspek fitrah, aspek panca indera, dari aspek logik/aqal, dari aspek nash/naql dan juga dari aspek sejarah. Bila kita membicarakan dalil-dalil kewujudan Allah, kita tidak bermaksud perbincangan-perbincangan falsafi yang merumitkan tetapi bagaimana dalil-dalil itu dapat difahami dengan mudah dan menunjangkan keyakinan terhadap Allah Swt. 1. Dalil Fitrah. Adalah dalil yang lahir dari fitrah asal manusia itu sendiri. Hal ini banyak dirakamkan di dalam Al-Qur’an, bagaimanapun manusia umumnya mengakui kewujudan Allah. Dalil: · Q.7: 172, Allah bertanya: Bukankah Aku Tuhan kamu? Sahutnya: Ya, Kami menjadi saksi. · Q.29: 61, Demi kalau engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, niscaya mereka menjawab: Allah. · Q.43: 9, Demi jika engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab: yang menciptakan semuanya adalah (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. · Q.75: 14-15, Bahkan manusia jadi saksi atas dirinya sendiri meskipun ia menerangkan beberapa keuzuran. 2. Dalil Indera. · Adalah dalil-dalil yang dapat dinikmati, dilihat, dirasai atau disentuhi oleh indera. Dalil: · Q.54: 1, Telah hampir saat kiamat dan bulan pun terbelah. · Q.17: 1, Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjidil Haram. · Q.8: 9, Sesungguhnya Aku menolong kamu dengan seribu malaikat yang beriringan. · Q.3: 125, Ya, jika kamu sabar dan taqwa dan datang orang-orang kafir itu bersegera kepadamu tuhanmu menolongmu dengan lima ribu malaikat. 3. Dalil Aqli. Adalah dalil-dalil yang berasaskan akal. Dalil: · Q.41: 53, Nanti akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami di ufuk-ufuk dan pada diri mereka sendiri. · Q.27: 88, Engkau lihat gunung-gunung, engkau kira ia tetap padahal ia lari seperti larinya awan. · Q.87: 1-4, Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi yang menciptakan semua alam lalu menyempurnakan kejadiannya, dan yang menentukan dan memberi petunjuk dan yang menumbuhkan padang rumput (tanam-tanaman). 4. Dalil Naqli. Adalah dalil-dalil yang bersandarkan kepada nash-nash. 46
Dalil: · Q.4: 82, Tidakkah mereka mentadabbur Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu dari sisi Allah niscaya mereka mendapati banyak perselisihan di dalamnya. · Q.17: 88, Katakanlah, demi jika berhimpun manusia dan jin hendak memperbuat seumpama Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak dapat memperbuat seumpamanya. · Q.15: 9, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami memeliharanya. 5. Dalil Sejarah. Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di atas muka bumi. Dalil: · Q.3: 137, Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka berjalan lah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orangorang yang mendustakan agama. · Q.7: 176, Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berfikir. · Q.12: 111, Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal. · Q.11: 120, Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para rasul supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya. 6. Mengagungkan Allah dan Mentauhidkan Allah. Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah Swt begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan tauhidullah yang luar biasa. Dalil: · Q.21: 92, Sesungguhnya ini, ummat kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku. B-5.1. TAUHIDULLAH Sasaran 1. Memahami konsep tauhid rububiyah mulkiyah dan uluhiyah serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menyadari wujudnya kerajaan Allah di alam semesta. 3. Menyadari wajibnya menolak kepemimpinan, hukum dan autoritas selain Allah dan menjadikan Allah saja sebagai pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup. Sinopsis Mentauhidkan Allah Swt adalah inti kepada akidah Islam. Di dalam konsep tauhid ini kita mengesakan Allah dari segi rububiyah, mulkiyah dan juga uluhiyahnya. Dari segi rububiyahnya, kita mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telah mencipta segala sesuatu dari sekecil-kecil sehingga sebesarnya. Allahlah yang mengurniakan rizki dan Allah lah sebagai Raja yang menguasai seluruh alam ini. Pengesaan ini diaplikasikan dalam setiap gerak kerja seharian. Bukan sekedar Rububiyah, malah Mulkiyah Allah itu adalah milik mutlak Allah Swt yang perlu kita esakan. Mulkiyah Allah ini bermakna Allahlah sebagai wali yang sah sebagaimana yang tersebut di dalam firmanNya: “Allah Wali kepada orang-orang yang beriman”. Allahlah sebagai Penguasa (Hakim) dan Allah juga Pemerintah (Amir). Dengan tauhid mulkiyah ini sepatutnya kita menyadari kewujudan kerajaan Allah diatas muka bumi ini. Dengan itu sewajibnya kita menolak kepemimpinan, hukum dan autoritas selain Allah dan menjadikan Allah saja sebagai pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup. 47
1. Rububiyatullah. Sifat Rububiyah adalah sifat sebagai pencipta, pemilik dan pengatur susunan peraturan. Sifat ini diakui oleh semua manusia secara fitrahnya. Dalil: · Q.1: 2, Allah Swt telah menyatakan pujian hanya bagi dirinya dan menyifatkan DiriNya sebagai Rabb Alamin. “Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam”. · Q.7: 54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam diatas Arasy, Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. 1.1. Sebagai Pencipta. Pencipta ( Al-Khaliq) segala sesuatu adalah salah satu dari sifat Rabb. Dalil: · Q.25: 2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi, dan yang tidak mempunyai anak, serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dia lah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna. 1.2. Pemberi Rezki. Pemberi Rizki (Ar-Raaziq) juga merupakan sifat Rububiyah Allah. Dengan sifat ini muslim meyakini bahwa rizki semuanya ketentuan dari Allah. Dengan ini menjadikan pergantungan kita dengan Allah adalah mutlak bukan lagi kepada mahluk yang memiliki segala sifat kelemahan. Dalil: · Q.51: 57-58, Aku tidak sekali-kali menghendaki sembarang rizki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah saja Yang Memberi Rizki (kepada sekalian mahlukNya, dan Dia lah saja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya. 1.3. Pemilik. Allah Swt Pencipta sekalian mahluk, Dia jugalah yang memilikinya. Hatta diri kita juga dimiliki oleh Allah. Dalil: · Q.2: 284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peranturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. 1.4. Raja. · Allah adalah raja mutlak kepada segala mahluk. Sifat ini hanya berhak pada sisi Allah saja. Kehebatan ini seharusnya menjadikan kita senantiasa tunduk kepada titah perintahNya sekali pun berlawanan dengan tuntutan diri dan nafsu sendiri. Dalil: · Q.1: 4, Malik (raja) kepada hari pembalasan. · Q.114: 2, Raja manusia. 48
2. Mulkiyatullah. Mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini. Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari Allah saja menjadi junjungan kita. Dalil: · Q.3: 26, Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. 2.1. Pemimpin (wali). Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan yaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara. Dalil: · Q.7: 196, Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an), dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan. 2.2. Pembuat Hukum. Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya saja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata. Dalil: · Q.12: 40, Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. 2.3. Pemerintah. Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya. Dalil: · Q.7: 54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. 3. Yang Dituju. Apabila kita mengikhtiraf dan mengakui keesaan Allah dengan segala bentuk rububiyah dan mulkiyahnya, maka seluruh hidup kita adalah tertumpu kepada kehendak dan tujuan
49
kita dijadikan olehNya. Maka Allahlah menjadi matlamat hidup kita seluruhnya, selari dengan mahluk-mahluk lain yang sepenuhnya tunduk kepada kehendak Allah. Dalil: · Q.6: 162, Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. 4. Ilah Yang Diabdikan. Pengikhtirafan ini juga membawa manusia tunduk mengabdikan diri semata-mata kepada Allah Swt. Dalil: · Q.114: 3, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia. · Q.109: 1-6, Katakanlah (wahai Muhammad): “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak mau menyembah (Allah) yang aku sembah. Dan aku tidak akan beribadat secara kamu beribadat. Dan kamu pula tidak mau beribadat secara aku beribadat. Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku”. B-5.2. TAUHIDUL IBADAH Sasaran 1. Menyadari bahwa ikhlas dalam ibadah hanya semata-mata kepada Allah. 2. Menyadari bahwa dalam beribadah segala thagut dikufuri, dijauhi dan tidak syirik. 3. Menyadari tauhid dalam ibadah adalah berasaskan keimanan yang hakiki. Sinopsis Pengabdian diri manusia boleh berlaku kepada siapa saja berasaskan kefahaman dan keyakinan seseorang. Bagi muslim, pengabdian tidak sekali-kali boleh berlaku melainkan hanya kepada Allah penuh ikhlas. Keikhlasan dalam beribadah ini dapat dicapai menerusi dua perkara yang saling berkait antara satu sama lain. Pertama dengan mengkufuri segala thagut, menjauhkan diri dari thagut dan tidak pula berlaku syirik kepada Allah. Dalam masa yang sama mestilah tertahqiq juga keimanan kepada Allah langsung mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata. Apabila tauhidullah tercapai dengan sempurna maka disitulah tercapainya tauhidul ibadah karena asas tauhidul ibadah adalah tauhidullah yang mantap. Tauhidullah - Ikhlas. Mentauhidkan Allah secara ikhlas dalam segala pengertian rububiyah, mulkiyah dan uluhiyahnya menjadi kan kita seorang yang betul-betul beriman kepada Allah secara sahih. Dalil: · Q.112: 1-3, Katakanlah Muhammad, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat pergantungan. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. · Q.38: 83, Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas diantara mereka. 1. Mengingkari Thagut. Unsur pertama di dalam mentauhidkan Allah secara ikhlas adalah unsur penolakan yaitu tercetus dalam hati rasa keingkaran terhadap thagut. Hati tidak dapat menerima kehadiran thagut lantaran iman kepada Allah. Dalil: · Q.2: 256, Sesiapa yang mengkufuri thagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya dia telah berpegang dengan tali yang teguh. · Q.4: 60, Mereka hendak meminta hukum kepada thagut sedang mereka disuruh kufur terhadap thagut. Syaitan menghendaki supaya dia dapat menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh. 50
1.1. Menjauhi Thagut. Bukan sekedar perasaan dalaman saja mengingkari thagut bahkan secara lahiriahnya juga berusaha sedaya mungkin menepati tuntutan tersebut dalam apa juga hal. Dalil: · Q.16: 36, Hendaklah kamu sembah Allah dan jauhilah thagut. · Q.39: 16-18, Orang-orang yang menjauhi dari menyembah thagut dan kembali kepada Allah untuk mereka itu kabar gembira. Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaKu. 1.2. Tidak Adanya Syirik. Apabila kita telah melengkapi ciri-ciri ini, dimana hati kita menolak thagut dan amal perbuatan kita juga tidak selari dengan jalan thagut bahkan menyisih diri darinya maka pergantungan kita hanyalah semata-mata kepada Allah azzawajalla. Kita tidak lagi mensyirik kan Allah dengan sesuatu yang lain. Dalil: · Q.39: 3, Ingatlah, (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata): “Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”, sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi senantiasa kufur (dengan melakukan syirik). · Q.39: 11, Katakanlah lagi (wahai Muhammad): “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya”. · Q.39: 14, Katakanlah lagi: “Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan agamaku kepadaNya”. 2. Iman Terhadap Allah. Unsur kedua di dalam mentauhidkan Allah secara ikhlas adalah unsur penerimaan yaitu unsur menerima keimanan kepada Allah sepenuh hati. Keimanan yang jitu tidak akan menempati dihati jika unsur pembersihan dari karat-karat keyakinan kepada thagut tidak dibasmikan. Dalil: · Q.2: 256, Tidak ada paksaan dalam agama (Islam), karena sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu sesiapa yang tidak percayakan thagut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 2.1. Mengabdikan Diri Hanya Kepada Allah. Bukti kepada penerimaan hati terhadap keimanan kepada Allah tidak akan dapat dilihat kecuali dengan pengabdian diri yang sepenuhnya kepada Allah Swt. Tidak tunduk atau taat melainkan apa yang bersesuaian dengan tuntutan keimanan kepada Allah Swt. Dalil: · Q.16: 36, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap ummat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): “Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah Thagut”. Maka di antara mereka (yang menerima seruan Rasul itu), ada yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah dan ada pula yang berhak 51
ditimpa kesesatan. Oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian lihatlah bagaimana buruknya kesudahan ummat-ummat yang mendustakan Rasul-Rasulnya. 2.2. Mengesakan Allah dalam Beribadah. Dalam ibadah-ibadah yang dilakukan senantiasa mengesakan Allah. Tidak mencampuraduk kan dengan perihal-perihal lain yang boleh membawa arti syirik, riya’ dan sebagainya seperti beribadah supaya dipuji orang dan seterusnya. Dalil: · Q.98: 5, Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka mendiri kan sembahyang serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah agama yang benar. B-5.3. AKHTAR SYIRIK Sasaran 1. Dapat mengenali jenis-jenis thagut sehingga dapat menjauhkan diri darinya. 2. Dapat mengenali bahaya-bahaya akibat dari syirik serta janji-janji dari Allah terhadap mereka yang syirik. Sinopsis Pengenalan kepada bentuk-bentuk thagut akan dapat menghindarkan diri dari bahayanya karena fenomena syirik berkait rapat antara satu sama lain. Jahil terhadap thagut-thagut ini membuka kemungkinan yang cukup besar kepada semua orang untuk menjadi syirik kepada Allah. Dalam keadaan tahupun ramai manusia boleh menjadi syirik, apalagi jahil. Fenomena ini perlu sekali disadari karena hakikat syirik ini amat besar bahaya kepada manusia baik kesannya sewaktu di dunia maupun pada hari pembalasan yang sebenar. 1. Definisi Thagut. Segala sesuatu yang diabdikan selain Allah dan dia ridha diibadahi. Dalil: · Q.96: 6-8, Ingatlah, Sesungguhnya jenis manusia tetap melampaui batas (yang sepatutnya atau yang sewajibnya). Dengan sebab ia melihat dirinya sudah cukup apa yang dihajatinya. (Ingat lah) sesungguhnya kepada Tuhanmu lah tempat kembali (untuk menerima balasan). · Q.79: 17, (Lalu diperintahkan kepadanya): “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas (dalam kekufuran dan kezalimannya)”. 1.1. Syaitan. Syaitan adalah musuh manusia. Ia mempunyai jalan-jalan menuju jiwa setiap mahluk dan memberikan kesan yang besar kecuali mereka yang dilindungi oleh Allah. Jalan-jalan yang dimiliki itu adalah ruang-ruang kelemahan yang ada pada manusia itu sendiri dalam bentuk keinginan dan juga syahwat (hissi) maupun maknawi yaitu jalan yang tidak dapat dirasakan. Dalil: · Q.36: 60, “Bukankah Aku telah perintahkan kamu wahai anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah syaitan? Sesungguhnya ia musuh yang nyata terhadap kamu”. 1.2. Pemerintah Zalim. Antara bentuk thagut juga adalah penguasa-penguasa yang zalim tidak merujuk kepada hukum-hukum dan panduan daripada Allah di dalam pemerintahannya. Dalil: · Q.5: 44, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi, dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri 52
(kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendeta-pendetanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sembarang perubahan). Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu), dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (karena mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia), dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (karena mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. · Q.5: 45, Dan Kami telah tetapkan atas mereka di dalam kitab Taurat itu, bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya, dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. · Q.5: 47, Dan hendaklah Ahli Kitab Injil menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah di dalamnya, dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. 1.3. Hukum Jahiliyah. Diantara bentuk thagut juga adalah hukum-hukum yang melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalil: · Q.4: 60, Tidakkah engkau (heran) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahwa mereka telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-Kitab) yang telah diturunkan duhulu daripadamu? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh. · Q.5: 50, Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal kepada orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih daripada Allah. 1.4. Dukun dan Tukang Sihir. Amalan-amalan sihir adalah amalan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an karena pergantungan di dalam amalan sihir adalah kepada selain Allah seumpama hantu raya, polong, ilmu hitam dan sebagainya. Amalan sihir ini dipelopori oleh Iblis laknatullah. Ia merupakan sebahagian bentuk thagut. Dalil: · Q.72: 6, Dan bahwa sesungguhnya adalah (amat salah perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan melindungi dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan jin, karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin bertambah sombong dan jahat, · Q.2: 102, Mereka (membelakangkan Kitab Allah) dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak-puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya), karena merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar 53
seseorangpun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata: “Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan (untuk menguji imanmu), oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajarinya)”. Dalam pada itu ada juga orang-orang mempelajari dari mereka berdua ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu seseorangpun melainkan dengan izin Allah. Dan sebenarnya mereka mempelajari perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan demi sesungguhnya mereka (kaum Yahudi itu) telahpun mengetahui bahwa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat. Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka, kalaulah mereka mengetahui. 1.5. Berhala. Disebut di dalam Al-Qur’an sebagai “awthaanan” atau “ashnaman” yaitu setiap sesuatu yang mati tidak memiliki ruh samada dalam bentuk ketulan kayu maupun batu-batu yang dibentuk. Dalil: · Q.4: 117, Apa yang mereka sembah yang lain dari Allah itu, hanyalah berhalaberhala (mahluk mahluk yang lemah), dan mereka (dengan yang demikian) tidak menyembah melainkan Syaitan yang durhaka. · Q.14: 35-36, Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah negeri Mekkah ini negeri yang aman, dan jauhkanlah daku dan anak-anakku dari perbuatan menyembah berhala. Wahai Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyebabkan sesat banyak diantara manusia. Oleh itu, siapa yang menurutku (dalam Islam yang menjadi peganganku) maka ia adalah dari golonganku; dan siapa yang mendurhaka kepadaku (dengan menyalahi agamaku), maka sesungguhnya engkau Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihi (kiranya ia insaf dan bertaubat). 2. Bahaya Syirik. Risalah Rasulullah Saw adalah supaya manusia menyambah Allah dan menjauhkan taghut. Kedua prinsip ini adalah tetap dari dahulu hingga sekarang karena ia merupakan perkara asasi dalam kehidupan manusia sebagai hamba Allah. Sembarangan perlanggaran terhadap prinsip ini mempunyai amaran-amaran dan peringatan yang keras dari Allah Swt. 2.1. Kezaliman yang besar. Allah Swt telah memberikan peringatan kepada manusia bahwa apa yang mereka kerjakan daripada amalan-amalan syirik, itu merupakan perbuatan zalim yang besar tidak ada keampunan daripada Allah Swt. Oleh itu insan perlu menjauni bahaya syirik ini untuk mendapatkan keridhaanNya. Dalil: · Q.31: 13, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: “Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar”. 2.2. Tidak Mendapat Keampunan. Manusia bersifat pelupa senantiasa dibukakan pintu keampunan oleh Allah yang bersifat Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Tetapi di dalam masalah syirik ini, Allah tidak memberikan pengampunan kepada sesiapa yang mensyirikkan Allah. Dalil:
54
· Q.4: 48, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar. · Q.4: 116, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan Nya dengan sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh. 2.3. Dosa Yang Besar. Amalan syirik adalah tergolong di dalam dosa-dosa besar yang telah ditegaskan dengan jelas oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Saw. Dalil: · Q.4: 48, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua) dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar. 2.4. Kesesatan Yang Jauh. Apabila manusia mensyirikkan Allah dengan sesuatu yang lain, maka manusia itu telah berada jauh dari petunjuk yang sebenar dan suasana itu adalah kesesatan yang amat jauh. Bila berterusan dalam suasana itu semakin jauh mereka diseret oleh syaitan dan semakin gelas mereka dari panduan yang sebenar. Dalil: · Q.4: 60, Tidakkah engkau (harian) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahwa mereka telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh. · Q.4: 116, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutui Nya dengan sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh. 2.5. Diharamkan Syurga. Allah Swt telah berjanji bahwa sesiapa yang mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain maka diharamkan untuknya syurga Allah. Dalil: · Q.5: 72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata: “Wahai Bani Israil ! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahwasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi orang-orang yang berlaku zalim”. 2.6. Masuk Neraka.
55
Bukan saja diharamkan syurga bagi mereka yang mempersekutukan Allah, bahkan pastinya mereka ditempatkan oleh Allah di dalam neraka jahanam. Dalil: · Q.5: 72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata: “Wahai Bani Israil ! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahwasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi orang-orang yang berlaku zalim”. 2.7. Dihapuskan Amal. Mereka yang mempersekutukan Allah berada di dalam kerugian karena hitungan amalamal kebaikan yang mereka kerjakan selama ini akan terhapus dengan karena mereka mensyirikkan Allah. Dalil: · Q.39: 65, Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi yang terdahulu daripadamu: “Demi sesungguhnya, jika engkau (dan pengikut-pengikutmu) mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan Allah) tentulah akan gugur amalmu dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi”. · Q.6: 88, Yang demikian itu ialah petunjuk Allah, yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain) niscaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal yang baik). B-6. AL HAYAT FI ZILALI TAUHID Sasaran 1. Memahami ruang pembahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafus soleh. 2. Memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah. 3. Memahami dan termotivasi untuk melaksanakan sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut. Sinopsis Kehidupan di bawah bayangan tauhid merupakan kehidupan yang dilalui oleh generasi pertama dibawah bimbingan Rasulullah Saw. Untuk kita memastikan generasi ini mempunyai kekuatan bermodelkan pimpinan Rasulullah, maka perkara pertama mestilah dipastikan persoalan tauhid ini cukup jelas dan serasi dengan manhaj yang dipakai oleh salafus soleh. Jelas tentang zat Allah, sifat-sifatNya, Asma’Nya dan juga Af’alNya. Dari kejelasan ini membentuk tauhid yang jelas terhadap Allah dari segi asma dan sifat, rububiyah, mulukiyah dan juga uluhiyah Allah. Kesemua ini dirangkumkan di dalam kata syahadat Laa ilaha illa Allah. Dari sini terbentuk hubungan yang murni dan penuh kecintaan dengan Allah, Allah sebagai Rabb yang dijadikan pergantungan, Allah sebagai raja yang ditaati sepenuhnya dan akhirnya sebagai Ilah yang diabdikan diri kepadanya. Dalam konsep-konsep seperti inilah terbentuknya kehidupan yang baik seperti yang digarapkan oleh Rasulullah Saw. 1. Allah. Perbahasan tentang ketuhanan Allah Swt terbahagi kepada beberapa bahagian diantaranya ialah zat, sifat, asma’ dan af’al Allah. Disamping itu bagaimana hubungan antara hamba dengan Tuhannya. 1.1. Zat. 56
Zat Allah Swt adalah lebih besar dari apa yang dapat ditanggapi oleh pemikiran manusia karena akal dan pemikiran manusia amat terhad dan terbatas. Banyak contoh yang manusia dapat memanfaatkan sesuatu tetapi tidak tahu bagaimanakah hakikat sesuatu bahkan mengetahuinya tidak membawa apa-apa faedah itu seperti hakikat aliran elektrik dan magnet. Cukup hanya kita mengetahui ciri-ciri khususnya yang boleh memberikan manfaat kepada kita. Kalau kita perbahaskan sesuatu yang tidak kita ketahui, kalam dan ungkapan kita boleh membawa fitnah kepada diri kita sendiri. Oleh itu Rasulullah Saw menegah daripada kita berfikir tentang zat Allah. Dalil: · Q.42: 11, Dia lah yang menciptakan langit dan bumi, Ia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan menjadikan dari jenis binatang-binatang ternak pasangan-pasangan (bagi binatang-binatang itu), dengan jalan yang demikian dikembangkan Nya (zuriat keturunan) kamu semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya dan pentadbiranNya) dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat. · Q.6: 103, Ia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya. 1.2. Sifat. Apabila kita memerhati mahluk-mahluk yang ada di sekeliling kita termasuk diri kita sendiri, kita dapati ia merupakan ciptaan yang begitu unik dengan susunan dan sistemsistem yang berjalan dengan teratur, ikatan antara satu sama lain begitu efektif dan sebagainya itu semua akan membawa kepada kita isyarat bahwa Pencipta dan Pentadbir alam ini pastinya dengan yakin memiliki seluruh sifat-sifat kekurangan. Al-Qur’an menyebut sesetengah sifat yang wajib bagi Allah yang menyempurnakan uluhiyahnya. Dalil: · Q.7: 180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan. · Q.17: 110, Katakanlah (wahai Muhammad): “Serulah nama “Allah” atau nama “Ar Rahman”, yang mana saja kamu serukan (dari kedua-dua itu adalah baik belaka), karena Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia”. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah saja satu cara yang sederhana antara itu. 1.3. Asma. Allah Swt telah memperkenalkan dirinya kepada mahluk-mahluknya dengan beberapa nama dan sifat yang layak dengan Keagungan dan KehebatanNya. Sebaik-baiknya seorang mukmin itu menghafalnya karena padanya ada keberkatan, baik untuk diingati dan membesarkan kedudukanNya. Dalil: · Hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya, sabda Rasulullah Saw: Bagi Allah itu sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, tidaklah seseorang itu menghafalnya melainkan masuk syurga. Allah itu witir sukakan yang witir. · Q.7: 180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah
57
orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan. 1.4. Af’al. Allah Swt berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki dan tidak ada sesiapapun yang berhak bertanya dan persoalkan apa yang Allah kehendaki bahkan perbuatan manusia yang akan dipersoalkan oleh Allah. Jika Allah menghendaki kebaikan maka tidak siapa yang boleh menghalang dan begitu juga jika Allah menghendaki kemudaratan tidak ada siapa yang boleh menghalangnya. Dalil: · Q.85: 16, Yang berkuasa melakukan segala yang dikehendakinya. · Q.21: 23, Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak. 2. Macam-Macam Tauhid. Perbahasan tentang Allah Swt adalah perbahasan untuk mentauhidkan Allah pada asma, sifat, af’al, rububiyah dan uluhiyahNya. 2.1. Asma dan Sifat. Mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan mutlak. Tidak ada sembarang kekurangan dan kecacatan pada Allah. Dalil: · Q.1: 1, Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani. 2.2. Rububiyah. Kalimah Rabb itu membawa beberapa makna antaranya ialah Tuan, Pemilik sesuatu, yang Mengadakan sesuatu, yang Mengurus sesuatu, yang Mendidik yang lain, yang Menjamin kepentingan manusia. Kesemua pengertian ini tidak dimiliki secara hakikat dan sempurnanya melainkan Allah Swt. Adapun yang lain itu adalah marbub dan mahluk. Dalil: · Q.1: 2, Segala puji tertentu pagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. · Q.114: 1, Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada (Allah) pemelihara sekalian manusia”. · Q.7: 54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Ia bersemayam diatas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. 2.3. Mulkiyah. Tauhid mulkiyah adalah mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki kuasa pemerintahan yang sebenarnya di langit dan di bumi dan atas setiap segala sesuatu. Dalil: · Q.3: 26, Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan. Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiaptiap sesuatu.
58
· Q.3: 189, Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. · Q.62: 2, Dia lah yang telah mengutuskan dalam kalangan orang-orang (Arab) yang Ummiyyin, seorang Rasul (Nabi Muhammad Saw) dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajarkan mereka Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum syarak). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata. 2.4. Uluhiyah. Kalimah Ilah berarti yang disembah samada secara haq maupun batil. Maka tauhid uluhiyah membawa arti memberikan hak penyembahan dan pengabdian diri semata-mata kepada Allah Swt. Ibadah kepada Allah ini berasaskan kasih sayang sepenuhnya kepada Allah dan ketundukan mutlak hanya kepada Allah. Dalil: · Q.1: 5, Engkaulah saja (Ya Allah) Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah saja kami memohon pertolongan. · Q.114: 3, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia. 3. Terangkum Dalam Kalimat Laa Ilaha illa Allah. Keempat-empat tauhid tersebut (asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah) adalah merupakan inti kepada tuntutan yang terkandung di dalam syahadat Laa ilaha illa Allah. Dengan tauhid ini, maka terbentuk hubungan yang khusus di antara manusia dengan Allah Swt. 3.1. Allah sebagai Kecintaan. Hubungan orang-orang yang beriman dengan Allah adalah hubungan kecintaan karena Allah memiliki sifat penyayang dan pengasih yang sempurna. Allah memiliki segala kesempurnaan maka paling layaklah Allah dicintai dan dikasihi. Dalil: · Q.2: 165, (Walaupun demikian), ada juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahwa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahwa sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu). · Q.8: 2, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah. 3.2. Rabb yang Dimaksudkan. Allah menjadikan manusia adalah supaya manusia mengabdikan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu seluruh hidup adalah untuk Allah. Allah menjadi matlamat dan pengharapan kita. Dalil: · Q.6: 162, Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. 3.3. Raja yang Ditaati. 59
Mukmin yang memahami tuntutan Laa ilaha illa Allah dan mencapai tauhid ini senantiasa merasakan bahwa Allah adalah penguasa hakiki yang wajib ditaati sepenuhnya. Dalil: · Q.4: 59, Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisih) dalam suatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah) RasulNya, jika kamu benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya. 3.4. Ilah yang Diabdi. Mukmin yang memahami tuntutan tauhid ini juga meyakini bahwasanya tidak ada lagi dalam alam ini suatu ilah yang lain selain Allah karena Dialah yang memiliki seluruh kesempurnaan dan kehebatan. Dalil: · Q.51: 56, Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. 4. Tercapai Kehidupan Yang Baik. Bersandarkan tauhid kepada Allah dalam semua aspek-aspek yang telah disebutkan di atas maka seorang mukmin itu berada di atas landasan yang benar dan sebenar serasi dengan tuntutan aturan semula jadi alam yang telah ditentukan oleh Allah. Hidupnya membawa kebaikan kepada alam sejagat dan mahluk-mahluk yang lain bahkan Allah sendiri menjanjikan balasan kepada mereka dengan kehidupan yang baik dan ganjaran yang tinggi. Dalil: · Q.16: 97, Sesiapa yang beramal soleh dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya kami akan membalas mereka dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan. B-7. MAANI LAA ILAHA ILLA ALLAH Sasaran 1. Memahami pengertian Laa ilaha illa Allah secara benar, jelas dan menyeluruh. 2. Tertanamnya keyakinan yang kuat terhadap Allah sehingga terlepas dari ketergantungan kepada selainNya. 3. Termotivasi untuk mewujudkan akhlak yang sesuai dengan pemahaman ini. Sinopsis Dalam ucapan syahadat yang kita ungkapkan terkandung beberapa pasal yang sering dibincangkan. Antaranya ialah kalimah (Laa) yang menafikan langsung ketuhanan dan ciri-ciri ketuhanan segala sesuatu yang wujud di atas alam ini dalam apa juga rupa melainkan ketuhanan Allah Swt dengan segala kesempurnaannya. Penafian yang melibatkan segala sifat-sifat ini adalah sebagai membersihkan tapak kesempurnaannya. Penafian yang melibatkan segala sifat-sifat ini adalah sebagai membersihkan tapak akidah dari segala syubhat ketuhanan selain dari Allah. Tujuannya ialah menta’kidkan bahwa segala-gala arti dan hakikat ketuhanan itu hanyalah ada pada Allah. Dari sini binaan akidah menjadi jelas kepada mukmin. 1. Tiada Ilah selain Allah.
60
Menafikan seluruh ketuhanan pada yang lain selain Allah. Menafikan kesempurnaan mereka dan menafikan hak pengabdian selain dari Allah. Mengitsbatkan keesaan dan kesempurnaan semata-mata. 2. Tiada Khalik selain Allah. Dalil: · Q.25: 2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi dan yang tidak mempunyai anak, serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dia lah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna. 3. Tiada Pemberi Rizki selain Allah. Dalil: · Q.51: 57-58, Aku tidak sekali-kali menghendaki sembarang rizki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah saja Yang Memberi Rizki (kepada sekalian mahlukNya, dan Dia lah saja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya. 4. Tiada Pemilik selain Allah. Dalil: · Q.4: 131-132, Dan bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan demi sesungguhnya, Kami telah perintahkan orang-orang yang diberi Kitab dahulu daripada kamu, dan juga (perintahkan) kamu, yaitu hendaklah bertakwa kepada Allah, dan jika kamu kufur ingkar, maka (ketahuilah) sesungguhnya Allah jualah yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan (ingatlah) adalah Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. Dan bagi Allah jualah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan cukuplah Allah sebagai Pengawal (yang mentadbirkan dan menguasai segala-galanya). 5. Tiada Raja/Tiada Kerajaan selain untuk Allah. Dalil: · Q.62: 1, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi senantiasa mengucap tasbih kepada Allah Yang Menguasai (sekalian alam), Yang Maha Suci, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. · Q.36: 83, Oleh itu akuilah kesucian Allah (dengan mengucap subhaanallah), Tuhan yang memiliki dan menguasai tiap-tiap sesuatu, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan. · Q.67: 1, Maha Berkat (serta Maha Tinggilah kelebihan) Tuhan yang menguasai pemerintahan (dunia dan akhirat), dan memanglah Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. · Q.3: 189, Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. 6. Tiada Pembuat Hukum selain Allah. Dalil: · Q.12: 40, Apa yang kamu sembah, yang selain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. · Q.6: 114, (Katakanlah wahai Muhammad): “Patutkah aku (terpedaya dengan kata-kata dusta syaitan-syaitan itu sehingga aku) hendak mencari hakim selain dari Allah, 61
padahal Dia lah yang menurunkan kepada kamu kitab Al-Qur’an yang jelas nyata kandungannya satu-persatu (tentang yang benar dan yang salah)?”. Dan orang-orang yang Kami berikan kitab, mengetahui bahwa Al-Qur’an itu adalah diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenar-benarnya. Oleh itu, janganlah sekali-kali engkau menjadi (salah seorang) dari golongan yang ragu-ragu. · Q.33: 36, Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata. · Q.28: 68, Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dia lah juga yang memilih (satu-satu dari mahlukNya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan), tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi sesiapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaanNya dari apa yang mereka sekutukan denganNya. · Q.45: 18, Kesudahannya Kami jadikan engkau (wahai Muhammad dan utuskan engkau) menjalankan satu Syariat (yang cukup lengkap) dari hukum-hukum agama, maka turutlah Syariat itu, dan janganlah engkau menurut hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (perkara yang benar). · Q.42: 20, Sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) mendapat faedah di akhirat, Kami akan memberinya mendapat tambahan pada faedah yang dikehendakinya, dan sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) kebaikan di dunia semata-mata, Kami beri kepadanya dari kebaikan dunia itu (sekedar yang Kami tentukan), dan ia tidak akan beroleh sesuatu bahagianpun di akhirat kelak. · Q.6: 137, Dan demikianlah juga (jahatnya) ketua-ketua yang orang-orang musyrik itu jadikan sekutu bagi Allah, menghasut kebanyakan dari mereka dengan katakata indah yang memperlihatkan eloknya perbuatan membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka, dan untuk mengelirukan mereka mengenai agama mereka. Dan kalau Allah kehendaki, niscaya mereka tidak melakukannya. Oleh itu biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan itu. 7. Tiada Pemerintah selain Allah. Dalil: · Q.7: 54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy, Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. 8. Tiada Pemimpin selain Allah. Dalil: · Q.2: 257, Allah pelindung (yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka ialah thagut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. 9. Tiada Yang Dicintai selain Allah. Dalil:
62
· Q.2: 165, (Walaupun demikian), dan juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahwa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahwa sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu). 10. Tiada Yang Ditakuti selain Allah. Dalil: · Q.2: 40, Wahai Bani Israil. Kenangkanlah kamu akan segala nikmat yang telah Kuberikan kepada kamu, dan sempurnakanlah perjanjian (kamu) denganKu, supaya Aku sempurnakan perjanjianKu dengan kamu, dan kepada Akulah saja hendaklah kamu merasa gerun takut (bukan kepada sesuatu yang lain). · Q.9: 18, Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk. 11. Tiada Yang Diharapkan selain Allah. Dalil: · Q.94: 8, Dan kepada Tuhanmu saja hendaklah engkau memohon (apa yang engkau gemar dan ingini). · Q.18: 110, (Ingatkanlah peristiwa) ketika serombongan orang-orang muda pergi ke gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami. Kurniakanlah kami rahmat dari sisiMu, dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami”. 12. Tiada Yang Memberi Manfaat atau Mudhorat selain Allah. Dalil: · Q.6: 17, Dan jika Allah mengenakan (menimpakan) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghapuskannya melainkan Dia sendiri, dan jika Ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka Ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. · Hadits. 13. Tiada Yang Menghidupkan atau Mematikan selain Allah. Dalil: · Q.2: 258, Tidakkah engkau (pelik) memikirkan (wahai Muhammad) tentang orang yang berhujah membantah Nabi Ibrahim (dengan sombongnya) mengenai Tuhannya, karena Allah memberikan orang itu kuasa pemerintahan? Ketika Nabi Ibrahim berkata: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan”. Ia menjawab: “Aku juga boleh menghidupkan dan mematikan”. Nabi Ibrahim berkata lagi: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, oleh itu terbitkanlah dia dari barat?”. Maka tercenganglah orang kafir itu (lalu diam membisu). Dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. 14. Tiada Yang Mengabulkan Permohonan selain Allah. Dalil: · Q.2: 186, Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka), sesungguhnya Aku (Allah) senantiasa hampir (kepada 63
mereka). Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul. · Q.40: 60, Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takabur dari pada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina. 15. Tiada Yang Melindungi selain Allah. Dalil: · Q.16: 98, Oleh itu apabila engkau membaca Al-Qur’an, maka hendaklah engkau terlebih dahulu memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan Syaitan yang kena rejam. · Q.72: 6, Dan bahwa sesungguhnya adalah (amat salah perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan melindungi dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan jin, karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin bertambah sombong dan jahat. 16. Tiada Yang Wakil selain Allah. Dalil: · Q.3: 159, Maka dengan sebab rahmat (yang melimpah-limpah) dari Allah (kepadamu wahai Muhammad), engkau telah bersikap lemah lembut kepada mereka (sahabat-sahabat dan pengikutmu), dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu. Oleh itu maafkanlah mereka (mengenai kesalahan yang mereka lakukan terhadap mu), dan mohonkanlah ampun bagi mereka, dan juga bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (peperangan dan hal-hal keduniaan) itu, kemudian apabila engkau telah berazam (sesudah bermusyawarat untuk membuat sesuatu) maka bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepadaNya. · Q.9: 52, Katakanlah: “(Sebenarnya) tidak ada yang kamu tunggu-tunggu untuk kami melainkan salah satu dari dua perkara yang sebaik-baiknya (yaitu kemenangan atau mati syahid), dan kami menunggu-nunggu pula untuk kamu bahwa Allah akan menimpakan kamu dengan azab dari sisiNya, atau dengan perantaraan tangan kami. Oleh itu tunggulah, sesungguhnya kami juga menunggu-nunggu bersama-sama kamu”. 17. Tiada Daya dan Kekuatan selain Allah. Dalil: · Q.6: 17, Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hambaNya (dengan tadbir dan takdir) dan Dialah Yang Maha Bijaksana serta Amat Mendalam PengetahuanNya. 18. Tiada Yang Agung selain Allah. 19. Tiada Yang Dimohonkan Pertolongannya selain Allah. Dalil: · Q.1: 5, Engkaulah saja (ya Allah) yang kami sembah, dan kepada Engkaulah saja kami memohon pertolongan. B-8.1. MAHABBATULLAH Sasaran 1. Mengerti perbedaan cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah diatas segala-galanya. 2. Menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul dan perjuangan.
64
3. Merasakan kecintaan Allah pada orang-orang mukmin dan wajibnya mencintai sesuatu secara minhaji. Sinopsis 1. Hakikat Cinta. 1.1. Cinta Yang Syarie Dasarnya Iman. Cinta seorang mukmin itu lahir dari ketulusan imannya kepada Allah Swt, bukan sematamata memenuhi runtunan nafsu dan iblis karena iblis membawa manusia kepada kehancuran sedang Allah mengajak manusia kepada Syurga dan jalan yang lurus. Dalil: · Q.3: 15, Katakanlah (wahai Muhammad): “Maukah supaya aku kabarkan kepad kamu akan yang lebih baik daripada semuanya itu? Yaitu bagi orang-orang yang bertakwa disediakan disisi Tuhan mereka beberapa Syurga, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Disediakan juga pasangan-pasangan/isteri-isteri yang suci bersih, serta (beroleh pula) keridhaan dari Allah”. Dan (ingatlah), Allah senantiasa Melihat akan hamba-hambaNya. · Q.52: 21, Dan orang-orang yang beriman yang diturut oleh zuriat keturunannya dengan keadaan beriman, Kami hubungkan (himpunkan) zuriat keturunannya itu dengan mereka (di dalam Syurga), dan Kami (dengan itu) tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka, tiap-tiap seorang manusia terikat dengan amal yang dikerjakannya. · Q.3: 170, (Dan juga) mereka bersuka cita dengan kurniaan Allah (balasan mati syahid) yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mereka bergembira dengan berita baik mengenai (saudara-saudaranya) orang-orang (Islam yang sedang berjuang), yang masih tinggal di belakang, yang belum (mati dan belum) sampai kepada mereka, (yaitu) bahwa tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berduka cita. 1.2. Cinta Yang Tidak Syarie Dasarnya Syahwat. Tanpa sandaran kepada iman dan kecintaan kepada Allah, manusia akan melakukan sesuatu berdasarkan tuntutan nafsu semata-mata. Oleh itu cinta tanpa iman adalah memenuhi tuntutan syahwat semata-mata. Ini bukanlah ciri-ciri peribadatan mukmin yang yakinkan pembalasan Hari Akhirat. Dalil: · Q.3: 14, Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia, kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, yaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak, harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak, kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih, dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (yaitu Syurga). · Q.80: 34-37, Pada hari seseorang itu lari dari saudaranya, dan ibu serta bapaknya, dan isterinya serta anak-anaknya, karena tiap-tiap seorang dari mereka pada hari itu ada perkara-perkara yang cukup untuk menjadikannya sibuk dengan hal dirinya saja. · Q.43: 67, Pada hari itu sahabat-sahabat karib setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan takwa (iman dan amal soleh). 2. Ciri-Ciri Cinta. 2.1. Selalu Teringat-ingat. Antara alamat cinta sebenar ialah seseorang itu senantiasa mengingati orang yang dicintainya. Apa juga yang dilakukan mesti dipikirkan apakah manfaat kepada yang 65
dicintai, apakah pandangan yang dicintai dan seterusnya sehingga apa pendirian yang hendak diambil, mesti mengambil kira orang yang dicintai. Dalil: · Q.8: 2, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah. 2.2. Mengkagumi. Mencintai sesuatu adalah karena ada aspek-aspek yang dikagumi pada orang yang dicintai. Sama ada karena pemurah atau cantik atau penyayang atau sebagainya. Begitulah dalam hubungan cinta dengan Allah, kita senantiasa mengkagumi kehebatan yang Allah miliki. Dalil: · Q.1: 1, Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani. 2.3. Ridha/Rela. Ciri cinta juga ialah hati kecil kita meridhai kepada orang yang dicintai. Dalil: · Q.9: 61, Dan diantara mereka (yang munafik itu) ada orang-orang yang menyakitas Nabi sambil mereka berkata: “Bahwa dia (Nabi Muhammad) orang yang suka mendengar (dan percaya pada apa yang didengarnya)”. Katakanlah: “Dia mendengar (dan percaya) apa yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan percaya kepada orang mukmin, dan ia pula menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakitas Rasulullah itu, bagi mereka azab siksa yang tidak terperi sakitnya. 2.4. Siap Berkorban. Dalil: · Q.2: 207, Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah semata-mata dan Allah pula amat belas kasihan akan hamba-hambanya. 2.5. Takut. Dalil: · Q.21: 90, Maka Kami perkenankan doanya, dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya dan Kami perelokkan keadaan isterinya yang mandul (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada Rasul-rasul itu ialah karena) sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan senantiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta gerun takut dan mereka pula senantiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami. 2.6. Mengharap. Dalil: · Q.21: 90, Maka Kami perkenankan doanya dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya dan Kami perelokkan keadaan isterinya yang mandul (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada Rasul-rasul itu ialah karena) sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan senantiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta gerun takut, dan mereka pula senantiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami. 2.7. Mentaati. Dalil: · Q.4: 80, Sesiapa yang taat kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia telah taat kepada Allah dan sesiapa yang berpaling ingkar, maka (janganlah engkau berduka cita 66
wahai Muhammad), karena Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pengawal (yang memelihara mereka dari melakukan kesalahan). 3. Hal ini Didapati Pada Manusia Dalam Mencintai Allah atau Mencintai Selain Allah. B-8.2. MARATIBUL MAHABBAH Sinopsis 1. Hubungan hati - hanya dengan benda-benda - utk memanfaatkan 2. Rasa simpati - pada masa umumnya - utk didakwahi 3. Curahan hati - untuk kaum muslimin umumnya - utk persaudaraan Islam 4. Rasa rindu - dgn mukminin (keluarga/jamaah) - utk saling kasih berkasih/cinta 5. Mesra - dgn Rasulullah dan Islam - utk diikuti 6. Tatayyum (cinta menghamba) - hanya dengan Allah - utk menyembah/mengabdi diri B-8.3. LAWAZIM AL-MAHABBAH Sinopsis 1. Peringkat Cinta 2. Mencintai siapa-siapa yang dicintai kekasih 3. Mencintai apa saja yang dicintai kekasih 4. Menghasilkan wala’ 5. Membenci siapa saja yang dibenci kekasih 6. Membenci apa saja yang dibenci kekasih B-9. MA’iYYATULLAH Sasaran 1. Menyadari adanya pengawasan dan kesertaan Allah dalam seluruh aktivitas hidupnya. 2. Termotivasi untuk meningkatkan iman dan amal soleh karena mengharapkan dukungan Allah. 3. Menyadari bahwa perjuangan tidak akan mencapai kejayaan tanpa dukungan Allah. Sinopsis 1. Kesertaan Allah Umum (mutlak) Baik Kepada Mukminin Maupun Kafir. Kita meyakini bahwa Allah Swt senantiasa melihat dan tahu segala perkara yang terang maupun yang tersembunyi. Kesertaan Allah secara umum ini meliputi semua mahluk baik yang beriman maupun yang kafir. Dalil: · Q.57: 4, Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam di atas Arasy. Ia mengetahui apa yang masuk ke bumi serta apa yang keluar dari padanya, dan apa yang diturunkan dari langir serta apa yang naik padanya. Dan Ia tetap bersama-sama kamu dimana saja kamu berada, dan Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. · Q.58: 7, Tidakkah engkau memikirkan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui segala yang ada di langit dan yang ada di bumi? Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya dan tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya, dan tiada yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Ia ada bersama-sama mereka dimana saja mereka berada. Kemudian Ia 67
akan memberitahu kepada mereka pada hari kiamat apa yang mereka telah kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. · Q.58: 11, Wahai orang-orang yang beriman. Apabila diminta kepada kamu memberi lapang dari tempat duduk kamu (untuk orang lain) maka lapangkanlah sebolehbolehnya supaya Allah melapangkan (segala halnya) untuk kamu. Dan apabila diminta kamu bangun maka bangunlah, supaya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa derajat. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang kamu lakukan. 2. Mukmin. 1.6. Pengawasan Allah. Dalil: · Q.50: 16-18, Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepada nya daripada urat lehernya. Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya, yang satu duduk disebelah kanannya, dan yang satu lagi disebelah kirinya. Tidak ada sembarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang senantiasa sedia (menerima dan menulisnya). · Q.89: 14, Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas (terutama balasan akhirat). · Q.2: 284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. 1.7. Kebaikan Allah. Dalil: · Q.28: 77, Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia, dan berbuat baiklah (kepada hambahamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah), dan janganlah engkau melakukan kerusakan dimuka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan. · Q.31: 20, Dan datanglah seorang lelaki dari hujung bandar itu dengan berlari, (lalu menyampai kan berita) dengan berkata: “Wahai Musa, sesungguhnya pegawaipegawai Fir’aun sedang mengadakan pakatan terhadapmu, mereka hendak membunuhmu, oleh itu pergilah dari sini, sesungguhnya aku adalah pemberi nasihat secara ikhlas kepadamu”. 3. Kesertaan Allah Khusus (bersyarat). Dalil: · Q.26: 62, Nabi Musa menjawab: “Tidak ! Jangan fikir (akan berlaku yang demikian). Sesungguhnya aku senantiasa disertai oleh Tuhanku (dengan pemeliharaan dan pertolongan Nya), Ia akan menunjuk jalan kepadaku”. · Q.9: 40, Kalau kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad) maka sesungguhnya Allah telahpun menolongnya, yaitu ketika kaum kafir (di Mekah) mengeluarkannya (dari negerinya Makkah) sedang ia salah seorang dari dua (sahabat) semasa mereka berlindung 68
di dalam gua, ketika ia berkata kepada sahabatnya: “Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan semangat tenang tenteram kepada (Nabi Muhammad) dan menguatkannya dengan bantuan tentara (malaikat) yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah menjadikan (syirik) orang-orang kafir terkebawah (kalah dengan sehina-hinanya), dan kalimah Allah (Islam) ialah yang tertinggi (selamalamanya), karena Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. 3.1. Iman. Dalil: · Q.16: 128, Maha Suci Allah yang telah menjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid Al-Haraam (di Makkah) ke Masjid Al Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 3.2. Amal Soleh. Dalil: · Q.47: 7, Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah niscaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu. · Q.8: 10, Dan Allah tidak menjadikan (bantuan malaikat) itu melainkan sebagai berita gembira dan supaya hati kamu tenang tenteram dengannya. Dan kemenangan itu pula hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. 3.3. Dukungan Allah. Dalil: · Q.8: 9, (Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhan kamu, lalu Ia perkenankan permohonan kamu (dengan firmanNya): “Sesungguhnya Aku akan membantu kamu dengan seribu (bala tentara) dari malaikat yang datang berturut-turut. · Q.3: 125, Bahkan (mencukupi. Dalam pada itu) jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka (musuh) datang menyerang kamu dengan serta merta, niscaya Allah membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang bertanda masing-masing. · Q.3: 168, Merekalah juga yang mengatakan tentang hal saudara-saudaranya (yang telah terbunuh di medan perang Uhud), sedang mereka sendiri tidak turut berperang: “Kalaulah mereka taatkan kami (turut menarik diri) tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika demikian, hindarkanlah maut dari diri kamu, jika betul kamu orang-orang yang benar”. 3.4. Mencapai Kejayaan. Dalil: · Q.3: 185, Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahwasanya pada hari kiamat sajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahwa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. 4. Kafir. 4.1. Mengingkari Nikmat Allah. Dalil: · Q.16: 83, Mereka mengetahui nikmat Allah (yang melimpah-limpah itu), kemudian mereka tergamak mengingkarinya dan kebanyakan mereka pula ialah orangorang yang kufur ingkar. 69
4.2. Lalai. Dalil: · Q.7: 179, Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Allah) dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mau melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mau mendengar dengannya (ajaran dan nasihat), mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai. · Q.18: 28, (Yaitu) mereka yang diambil nyawanya oleh malaikat dalam keadaan mereka menganiaya diri sendiri (dengan kekufurannya). Lalu mereka tunduk menyerah (ketika melihat azab sambil berkata): “Kami tiada melakukan sesuatu kejahatan”. (Malaikat menjawab): “Bahkan (kamu ada melakukannya), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu telah kerjakan”. 4.3. Akibatnya Bermaksiat Kepada Allah. B-10. AL-IHSAN Sasaran 1. Memahami komitmen moral, operasional dan kualitas operasional dalam Islam. 2. Termotivasi untuk berniat dan beramal secara ihsan berdasarkan keyakinan adanya kesertaan Allah dan pengawasannya. 3. Menyadari nilai kasih sayang, pahala dan pertolongan Allah yang dituju oleh setiap muslim dalam berjihad. Sinopsis 1. Pengawasan Allah. Dalil: · Q.50: 16-18, Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan nya, dan yang satu lagi disebelah kirinya. Tidak ada sembarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang senantiasa sedia (menerima dan menulisnya). · Q.80: 14, Yang tinggi derajatnya lagi suci (dari segala gangguan). · Q.2: 284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. 2. Kebaikan Allah. Dalil: · Q.28: 77, Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia dan berbuat baiklah (kepada hambahamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah) dan janganlah engkau melakukan kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan. · Q.1: 3, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.
70
· Q.2: 29, Dialah (Allah) yang menjadikan untuk kamu segala yang ada di bumi, kemudian Ia menuju dengan kehendakNya kearah (bahan-bahan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit dengan sempurna dan Ia Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. · Q.31: 20, Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah memudahkan untuk kegunaan kamu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan telah melimpahkan kepada kami nikmat-nikmatNya yang zahir dan yang bathin. Dalam pada itu ada diantara manusia orang yang membantah mengenai (sifat-sifat) Allah dengan tidak berdasarkan sembarang pengetahuan atau sembarang petunjuk dan tidak juga berdasarkan nama-nama Kitab Allah yang menerangi kebenaran. 3. Niat Yang Ihsan. Dalil: · Q.2: 207, Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah semata-mata dan Allah pula amat belas kasihan akan hamba-hambanya. 4. Niat Yang Ikhlas. Dalil: · Q.98: 5, Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat. Dan demikian itulah agama yang benar. 5. Pekerjaan Yang Tertib dan Penyelesaian Yang Baik. 6. Amal Yang Ihsan. 7. Kecintaan Dari Allah. Dalil: · Q.2: 195, Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) karena (menegakkan) agama Allah, dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil), dan baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu, karena sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya. · Q.3: 134, Yaitu orang-orang yang mendermakan hartanya pada masa senang dan susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang. Dan (ingatlah) Allah mengasihi orang-orang yang berbuat perkaraperkara yang baik. · Q.3: 148, Oleh itu, Allah memberikan mereka pahala dunia (kemenangan dan nama yang harum) dan pahala akhirat yang sebaik-baiknya (nikmat Surga yang tidak ada bandingannya). Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang berbuat kebaikan. 8. Pahala Dari Allah. Dalil: · Q.3: 148, Oleh itu Allah memberikan mereka pahala dunia (kemenangan dan nama yang harum) dan pahala akhirat yang sebaik-baiknya (nikmat Surga yang tidak ada bandingannya). Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang berbuat kebaikan. · Q.16: 97, Sesiapa yang beramal soleh dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka, dengan memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan. 9. Pertolongan Allah. 71
Dalil: · Q.16: 128, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa, dan orangorang yang berusaha memperbaiki amalannya. · Q.29: 69, Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalanjalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keridhaan), dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya. B-11. ILMU ALLAH Sasaran 1. Memahami bahwa Allah adalah sumber ilmu dan pengetahuan. 2. Menyadari bahwa Allah memberikan ilmu tersebut melalui dua jalan yang membentuk dua fungsi: pedoman hidup dan juga sarana hidup. 3. Menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai takwa. Sinopsis Allah Swt telah mencipta dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perkaitan dan manfaatnya yang tersendiri. Allah yang menjadikan semua isi alam ini dan Dialah Yang Maha Mengetahui segala perkara dari sekecil-kecil sehinggalah ke sebesar-besarnya. Oleh itu Allah menjadi sumber ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya. Allah mengajar manusia dengan ilmuilmunya menerusi secara formal yaitu wahyu dan tidak formal yaitu menerusi ilham. Secara formal menerusi wahyu diturunkan kepada Rasul secara ayat qauliyah yang menjadi panduan dan manhaj kepada kehidupan manusia. Itu merupakan kebenaran yang mutlak dari Allah untuk manusia. Manakala secara tidak formal dilakukan menerusi ilham secara langsung menerusi tafakkur, tadabbur dan penelitian terhadap alam. Ini adalah dalam rangka bagaimana manusia mempergunakan sarana alam untuk kemudahan kehidupan mereka. Ia merupakan kebenaran dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh manusia. Kedua-dua cara ini penting bagi manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah dan bertakwa. 1. Allah. 1.1. Yang Maha Pencipta. Dalil: · Q.25: 2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi, dan yang tidak mempunyai anak serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dialah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna. 2.2. Yang Maha Bijaksana. Dalil: · Q.67: 14, Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian mahluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan pentadbiranNya lagi Maha Mendalam Pengetahuan Nya. 2. Jalan Formal. 2.1. Dengan Wahyu. · Secara resminya ilmu Allah kepada mahluk adalah menerusi wahyu kepada para Rasul alaihissalam. Dalil:
72
· Q.3: 38, Ketika itu Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya, katanya: “Wahai Tuhanku. Kuniakanlah kepadaku dari sisiMu zuriat keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau senantiasa Mendengar (menerima) doa permohonan”. 2.2. Memerlukan Rasul. Penurunan wahyu ini bukanlah kepada sembarang orang, bahkan kepada mereka yang dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tujuan demikian. Para Rasul adalah mereka yang terpilih untuk menerima wahyu-wahyu yang telah diturunkan itu. Dalil: · Q.42: 53, Yaitu jalan Allah yang memiliki dan menguasai segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Ingatlah ! Kepada Allah jualah kembali segala urusan. 2.3. Ayat Qauliyah. Wahyu yang diturunkan itu merupakan kitab langsung dari Allah berkenaan sesuatu perkara yang kita namakan dia sebagai ayat qauliyah. Dalil: · Q.55: 1-2, (Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya. Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur’an. · Q.96: 1, Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian mahluk). 2.4. Berfungsi sebagai Pedoman Hidup. Ilmu-ilmu dari wahyu ini berfungsi sebagai pedoman hidup kepad manusia atau manhajul hayat. Dalil: · Q.3: 19, Sesungguhnya agama (yang benar dan diridhai) di sisi Allah ialah Islam. Dan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih (mengenai agama Islam dan enggan menerimanya) melainkan setelah sampai kepada mereka pengetahuan yang sah tentang kebenarannya, perselisihan itu pula) semata-mata karena hasad dengki yang ada dalam kalangan mereka. Dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, maka sesungguhnya Allah amat segera hitungan hisabNya. · Q.3: 85, Dan sesiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima daripadanya dan ia pada hari akhirat kelak dari orang-orang yang rugi. 2.5. Kebenarannya Mutlak. Dalil: · Q.2: 147, Kebenaran (yang datangnya kepadamu dan disembunyikan oleh kaum Yahudi dan Nasrani) itu (wahai Muhammad) adalah datangnya dari Tuhanmu, oleh itu jangan sekali-kali engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang ragu-ragu. · Q.41: 53, Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahwa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu? 3. Jalan Non Formal. 3.1. Dengan Ilham. Dalil: · Q.90: 5, Patutkah manusia yang demikian keadaannya (terpedaya dengan kekuasaan yang ada padanya dan) menyangka bahwa tidak ada sesiapapun yang dapat mengatasi kekuasaannya (dan menyeksakannya)? 3.2. Langsung. 73
Dalil: · Q.2: 31, Dan ia telah mengajarkan Nabi Adam akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman: “Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar”. · Q.55: 4, Dialah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan. 3.3. Ayat Kauniyah. Dalil: · Q.3: 190, Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal. · Q.41: 53, Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahwa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu? 3.4. Berfungsi sebagai Sarana Hidup. Dalil: · Q.11: 61, Dan kepada kaum Tsamud, Kami utuskan saudara mereka: Nabi Soleh. Ia berkata: “Wahai kaumku ! Sembahlah kamu akan Allah. Sebenarnya tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dialah yang menjadikan kamu dari bahan-bahan bumi, serta menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu mintalah ampun kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian kembalilah kepadaNya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku senantiasa dekat, lagi senantiasa memperkenankan permohonan hambaNya”. 3.5. Kebenaran Eksperimen. Dalil: · Q.10: 36, Dan kebanyakan mereka, tidak menurut melainkan sesuatu sangkaan saja, (padahal) sesungguhnya sangkaan itu tidak dapat memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran (iktiqad). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan. 3.6. Untuk Manusia agar Beribadah. Dalil: · Q.51: 56, Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. MA’RIFATUR RASUL Pendahuluan Mengenal Rasul adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk mengamalkan Islam secara sempurna. Tanpa Rasul maka kita tidak dapat melaksanakan Islam dengan baik. Kehadiran Rasul memberikan panduan dan bimbingan kepada kita bagaimana cara mengamalkan Islam. Dengan demikian Rasul adalah penting bagi muslim sebagai metod atau tariqali untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Mengenal Rasul tidak saja dalam bentuk fisikal atau penampilannya tetapi segala aspek syar’i berupa sunnah yang didedahkan Nabi kepada kita samada tingkah laku, perkataan ataupun sikap. Pengenalan kepada Rasul dapat dilihat melalui sirah nabi yang
74
menggambarkan kehidupan Nabi serta latar belakangnya seperti nasab. Kemudian melalui sunnah dan dakwah Nabi pun dapat memberikan penjelasan siapa Nabi sebenarnya. Paket Ma’rifatur Rasul ini membincangkan bagaimana mengenal Rasul, apa saja yang perlu dikenal dari Rasul dan bagaimana pula kita mengamalkan Islam melalui petunjuk Rasul. Yang penting dari paket ini adalah kita mengetahui, memahami dan dapat mengamalkan Sunnah Nabi dan menjalankan Ibadah dengan baik. Dengan mengenal Rasul diharapkan kita dapat mencintai Rasul dan mengikutinya, perkara ini sebagai cara bagaimana kita taat dan mencintai Allah Swt. Oleh itu mengenal Rasul tidak saja dari segi jasad, nasab dan latar belakangnya, tetapi bagaimana beliau beribadah dan beramal soleh. Setengah masyarakat mengetahui dan mengamalkan sunnah Nabi dari segi ibadah saja bahkan dari segi penampilan saja. Sangat jarang muslim yang mengambil contoh kehidupan Nabi secara keseluruhannya sebagai contoh, misalnya peranan Nabi dari segi politik, pemimpin, peniaga dan juga Nabi sebagai suami, ayah dan ahli di masyarakat. Semua peranan Nabi ini perlu dicontoh dan diikuti sehingga kita dapat mengamalkan Islam secara sempurna dan menyeluruh. Walaupun demikian, ummat Islam masih menjadikan Nabi sebagai Rasul adalah dari segi lafazh atau kebiasaan ummat Islam bersalawat ke atas Nabi. Bagaimanapun ummat Islam yang sholat akan selalu bersalawat ke atas Nabi dan selalu menyebutnya. Pengenalan kepada Rasul juga pengenalan kepada Allah dan Islam. Memahami Rasul secara komprehensif adalah cara yang tepat dalam mengenal Islam yang juga komprehensif. Rasul dikenal sebagai pribadi teladan dan ikutan yang unggul dan lelaki terpilih di antara manusia yang sangat layak dijadikan model bagi setiap muslim. Berarti Nabi adalah ikutan bagi setiap tingkah laku, perkataan dan sikap yang disunnahkannya. Mencintai Nabi sebagai hasil dari mengenal Rasul tidak saja dalam menyebut namanya setelah sholat, mengadakan acara barzanji, merayakan hari Maulid Nabi dan bentuk acara-acara lainnya. Kemudian mereka tidak mengamalkan sunnah ataupun tingkah laku asas yang dimilikinya seperti sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Keadaan demikian sangat merugi bagi setiap muslim. Atau sebahagian sangat taasub dengan pakaian Nabi, sorban, songkok dan sebagainya, sebahagian lagi sekedar mengutip hadits Nabu untuk ceramahnya tetapi tidak diamalkan, bahkan ada yang menolak beberapa sunnah atau tingkah laku Nabi. Keadaan demikian, berlaku di tengah masyarakat awam sebagai akibat dari tidak fahamnya mereka kepada Rasul secara benar dan utuh. Bagi ummat Islam yang terlibat dengan dakwah Islam, ramai yang tidak merujuk kepada metod atau minhaj Nabi dalam berdakwah sehingga tidak mendapatkan hasil yang optima. Kegagalan dakwah senantiasa dihadapi oleh para da’i, ketidak berkesanan dakwah dan kurang hasil atau bekas dakwah sebagai bahagian penilaian dakwah. Dengan mengenal Rasul, kita dapat menyimpulkan bahwa dakwah yang dibawa oleh Rasul adalah dakwah yang berkesan dan sudah menghasilkan perubahan-perubahan masyarakat ke arah yang positif. Bahkan Rasul telah membuktikan bahwa Islam menyebar ke seluruh dunia dan Islam dipegang oleh berbagai suku atau bangsa di dunia ini. Kemudian kegagalan pada saat ini disebabkan karena tidak merujuk kembali bagaimana kejayaan dan kegemilangan yang telah dicapai Nabi dulu. Metod Rabbani yang dibawa oleh Rasul perlu dipahami dan diamalkan dengan baik. Obyektif ini dicapai apabila kita mengenal Rasul. Paket ini mencoba untuk membentangkan apa saja keperluan kita mengenal Rasul, supaya kita mempunyai motivasi dan sadar tentang keperluan kita memahami Rasul. Kemudian definisi Rasul,
75
peranan Rasul, sifat-sifat Rasul, tugas Rasul ciri-ciri risalah Muhammad, kewajiban kita terhadap Rasul, dan akhirnya hasil yang kita dapati dengan mengikuti risalah Rasul. C-1. HAJATUL INSAN ILA RASUL Sasaran 6. Memahami bahwa fitrah manusia memerlukan keyakinan tentang kewujudan Pencipta, beribadah kepadaNya dan memiliki kehidupan yang teratur. 7. Memahami bahwa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai Iman. Sinopsis Setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif yaitu ke arah Islam. Fitrah manusia diantaranya adalah mengakui kewujudan Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al-Qur’an (Firmanfirman dan panduan dari Allah Swt) dan panduan sunnah (sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang sohih. 1. Al Insan. · Al Insan (manusia) adalah ciptaan Allah Swt yang diberikan banyak kelebihan dan keutamaan dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. · Di antara kelebihan manusia adalah fitrah. Agama Allah yang dijadikanNya kepada manusia sesuai dengan fitrahnya. Dalil: · Q.30: 30, Manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya. 2. Fitrah. · Fitrah yang ada pada manusia dapat menilai baik buruk tingkah laku masyarakat ataupun dirinya. Ini disebabkan karena fitrah dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir, samada dilahirkan oleh ibu bapa kafir ataupun jahiliyah. Kecenderungan yang baik senantiasa membawa manusia ke arah Islam seperti pengakuannya kepada Allah sebagai pencipta (Rab). Perubahan fungsi dan peranan fitrah ini terjadi karena pengaruh persekitaran termasuk pengaruh ibu bapa ataupun lingkungan sosial. Yang menjadikan manusia berubah dari fitrah kepada nasrani, yahudi dan majusi juga disebabkan oleh pengaruh ibu bapanya. · Fitrah dapat dijadikan sebagai saksi bagi segala perbuatannya. Fitrah manusia sudah dibekali oleh Allah Swt dengan nilai-nilai semula jadi yang dapat menilai suatu tingkah laku. Beberapa fitrah manusia adalah keinginan manusia untuk mengabdi kepada Khaliq, mengakui keberadaan Allah Swt sebagai Khaliq dan keinginan manusia untuk hidup teratur. Dalil: · Q.30: 30, Hadits: “Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, kemudian ibu bapanya yang menjadikan anak yahudi, majusi dan nasrani”. · Q.75: 14, manusia menjadi saksi ke atas dirinya sendiri. · Q.27: 14, hati mereka meyakini walaupun mengingkari. 3. Wujudul Khaliq. Kewujudan pencipta merupakan sesuatu yang tak dapat diingkari. Manusia pada dasarnya mengakui perkara ini. Allah sebagai pencipta (Rab) di dalam Al-Qur’an diakui oleh orang kafir sekalipun. Perjanjian manusia ketika di dalam rahim ibunya juga menyatakan 76
bahwa “alastu birobbikum, qalu bala syahidna”. Manusia menerima Allah sebagai Rab. Begitupun ketika Qurays ditanya berkaitan dengan pencipta langit, bulan, bintang dan sebagainya, maka dijawab Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sebagai Rab diakui dan diiktiraf oleh manusia tetapi tidak semuanya yang mengakui Allah sebagai Ilah. Dalil: · Q.23: 83-90, apabila ditanya kepada orang kafir jahiliyah siapakah yang mempunyai bumi dan orang yang diatasnya, siapakah yang mempunyai tujuh langit? maka jawabannya adalah Allah. · Q.7: 172, apakah aku Rab kamu, mereka berkata ya kami menyaksikannya. 4. Ibadatul Khaliq. Manusia secara umum mendapat arahan dari Allah Swt untuk mengabdi kepadaNya. Pengabdian kepada Allah adalah sebagai hasil dan akibat dari pengakuan kita kepada Allah sebagai pencipta. Mengakui Pencipta berarti mengakui apa yang disampaikanNya, menerima arahanNya, menjalankan Undang-undangNya dan sebagainya. Usaha-usaha ini adalah bahagian dari bentuk pengabdian kita kepada Allah Swt. Dalil: · Q.2: 21, Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu. 5. Hayatul Munadhomah. Petunjuk dari Allah adalah untuk memandu manusia ke arah yang baik. Semua arahan dan bimbingan dari Allah Swt adalah baik bagi manusia yang diciptakanNya karena sesuai dengan fitrah manusia. Allah sebagai pencipta tahu mengenai ciptaannya secara pasti sehingga Allah dapat memberikan panduan yang juga tepat bagi manusia. Tanpa petunjuk berarti hidup manusia menjadi tidak teratur dan tanpa arah tujuan, ia mengikuti hawa nafsunya saja yang tidak jelas kemana pergi. Mereka akan tersesat di jalan yang tidak benar. Dalil: · Q.28: 50, mengikuti panduan Allah menjadi hidup teratur, manakala tidak mengikuti Allah berarti mengikuti hawa nafsu dan menjadi sesat (tidak teratur hidupnya). 6. Hidayatur Rasul. Jika kita hendak mengikuti perintah Allah maka kita mesti mengikuti perintah Rasul. Apabila kita ingin mengasihi Allah maka kita perlu petunjuk Rasul. Kaedah ini adalah kaedah yang Rabbani dibawa oleh Islam. Oleh karena itu syahadatain pun terdiri dari pengakuan kepada dua yaitu Allah dan RasulNya. Mengikuti petunjuk Rasul berarti kita mengikuti jalan agama Allah yang mempunyai langit dan apa-apa yang dibumi. Dalil: · Q.3: 31, jika mencintai Allah maka ikuti Rasul. · Q.43: 53, mengembalikan semua urusan kepada Allah. · Q.36: 1-2, Al-Qur’an yang berhikmah. 7. Ma’rifatul Khaliq. Petunjuk Rasul digunakan untuk mengenal Allah. Mengenal Allah juga dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan memikirkan alam sebagai penciptaanNya. Melihat gunung-gunung, hewan dan sebagainya merupakan cara untuk mengenal Allah secara ayat Kauniyah. Dalil: · Q.31: 10, Allah menciptakan langit, gunung, hewan dan sebagainya. · Q.43: 53, mengembalikan semua urusan kepada Allah. · Q.36: 1-2, Al-Qur’an yang berhikmah. 77
8. Minhajul Hayah. · Petunjuk Rasul juga digunakan untuk mengamalkan Islam yang benar dan yang diridhai oleh Allah Swt. Rasul sebagai ikutan dan teladan yang baik untuk diikuti dalam mengamalkan Islam secara benar. · Panduan hidup melalui Islam mesti diamalkan mengikuti teladan kita kepada Rasul. Dalil: · Q.33: 21, Rasul sebagai teladan yang baik. · Q.3: 19, Islam sebagai dien yang Allah ridhai. · Q.3: 85, orang yang merugi apabila tidak mengamalkan Islam. 9. Ibadatul Shohih. Ibadah sohih adalah ibadah yang menyembah Allah dengan panduan mengikuti Rasul. Rasul sebagai penerima wahyu dari Allah perlu diikuti dan sebagai keperluan bagi kita untuk menjadikannya sebagai model dan petunjuk dalam menjalankan ibadah yang benar. Rasul sebagai manusia yang mendapat lesen dari Allah Swt untuk mengembangkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam secara sah dan tepat. Allah telah menyebutkan pada banyak ayat yang menyatakan bahwa Rasul diberi wahyu dan diberi tugas untuk menyampaikannya kepada manusia. Dalil: · Q.21: 25, Rasul diberi wahyu yang menyebutkan bahwa tiada tuhan selain Allah oleh itu sembahlah Allah. Ringkasan Dalil: · Insan - fitrah (75: 14, 27: 14) · Kewujudan Pencipta (23: 83-90) · Mengabdi pada sang Pencipta (2: 21) · Hidup yang teratur (28: 50) · Petunjuk Rasul (36: 1-2, 42: 53, 3: 31) · Mengenal Pencipta yang Haq (31: 10, 3: 191) · Panduan hidup (3: 19,85, 33: 21) · Beribadah yang benar (21: 25) C-2. TA’RIFUR RASUL Sasaran 1. Memahami definisi Rasul dan dapat menjelaskan fungsinya secara umum. 2. Mengenal tanda-tanda kerasulan dan dapat menyebutkan contoh-contohnya secara tepat dan mengimaninya. Sinopsis Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik diantara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciriciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifat yang asas, mempunyai mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga nampak hasil perbuatannya. 78
1. Ar Rasul. · Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Rasul adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu bapanya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. Mengenal rasul mesti mengetahui apakah peranan dan fungsi rasul yang dibawanya. Terdapat dua peranan rasul yaitu membawa risalah dan sebagai model. · Rasul sebagai manusia biasa yang diberikan amanah untuk menyampaikan risalah kepada manusia. Dalil: · Q.18: 110, Rasul sebagai manusia biasa seperti kamu. · Q.6: 9, Rasul dalam bentuk Rajul bukan Malaikat. · Q.33: 40, Muhammad Saw sebagai Rasul Allah. 2. Hamilu Risalah. · Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat AlQur’an. Tugas menyampaikan wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa saja yang Rasul terima dari Allah maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia. · Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk ancaman karena ia yakin bahwa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang memiliki alam semesta dan seisinya. Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan menolongnya. Dalil: · Q.5: 67, Rasul menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah. · Q.33: 39, orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka tidak takut kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah saja. 3. Qudwatu fi Tatbiqu Risalah. Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam Al-Qur’an kecuali apabila dapat petunjuk dan contoh dari Nabi. Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani pesan-pesan Allah agar dapat diaplikasikan kepada manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala. Walaupun demikian sebagai ummat Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang. Dalil: · Q.33: 21, Muhammad (Rasul) sebagai qudwah yang baik. · Q.60: 4, Ibrahim AS sebagai ikutan dalam melaksanakan Aqidah. 4. Alamtu Risalah. Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciriciri Rasul sebenarnya. Rasul yang membawa peranan dan amanah yang cukup berat dalam menjalankan tugasnya mempunyai beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul itu sendiri, sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah dan tsamarat. 5. Sifatul Asasiyah. Sifat asas Rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat asas dan utama ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka seorang mukmin kurang mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq, Rasulullah menekankan bahwa 79
kejujuran sebagai akhlak yang utama, tanpa shidiq maka akan gugur keislamannya. Dengan kejujuran yang dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan apabila ia masih mempunyai sifat shidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya di dunia dan di akhirat akan bahagia. Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap mukmin dalam menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran. Dalil: · Q.68: 4, Rasul mempunyai akhlak yang mulia. 6. Mukjizat. · Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi Allah berbeda-beda seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan, nabi Sulaiman dapat bercakap dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak mukjizat yang Allah Swt berikan misalnya membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al-Qur’an makluman awal terhadap segala peristiwa yang berlaku dan sebagainya. · Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul kepada manusia. Dalil: · Q.54: 1, Rasul membelah bulan. · Q.15: 9, Al-Qur’an yang dipelihara oleh Allah. 7. Al Mubasyarat. Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai kedatangannya. Nabi Muhammad Saw sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahwa akan datang seorang Rasul yang bernama Ahmad (terpuji). Dalil: · Q.61: 6, berita gembira yang memaklumkan kedatangan nabi Muhammad Saw. 8. An Nubuwah. Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk manusia keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah-perintah Allah di dalam Al-Qur’an (pada zaman Nabi Muhammad). Dalil: · Q.22: 26-27, Nabi Ibrahim disuruh oleh Allah untuk memberitahukan kepada manusia agar berhaji. · Q.6: 19, Al-Qur’an adalah wahyu kepada rasul dan sebagai berita kenabiannya. · Q.25: 30, Rasul mengajak ummatnya kepada Al-Qur’an tetapi mereka meninggalkannya. 9. Attsamarat. · Kader Nabi yaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahanperubahan di jazirah Arab dan seluruh dunia. Dalil: · Q.48: 29, hasil tarbiyah dan dakwah Rasul adalah kader-kader yang tangguh. Ringkasan Dalil: · Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia (5: 67, 33: 39) · Teladan dalam melaksanakan risalah (33: 21, 56, 60: 4) · Tanda-tanda kerasulan: · Sifat (68: 4) · Mukjizat (54: 1, 15: 9) 80
· Berita kedatangan (61: 6) · Berita kenabian (25: 30, 22: 26-27) · Hasil-hasil perbuatan (48: 29) C-3. MAKANATUR RASUL Sasaran 1. Memahami kedudukan Rasulullah Saw sebagai hamba Allah dan Rasul pembawa risalah terakhir. 2. Termotivasi untuk membaca dan mengkaji sunnah atau hadits Nabi serta mempelajari perjalanan hidup dan dakwah Nabi. 3. Menyadari bahwa memahami fiqhus sirah dan fiqhud dakwah adalah kewajiban setiap muslim. Sinopsis Muhammad Rasulullah Saw adalah sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia, mempunyai nasab dan jasadnya. Sebagai hamba ini menunjukkan bahwa Nabi adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi, khususnya di dalam fiqh sirah. Selain itu Nabi Muhammad Saw juga sebagai rasul diantara para rasul. Sebagai rasul, Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah, dan sebagai pemimpin ummat. Perjalanan Nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad Saw juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat digambarkan di dalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah. 1. Abid min Ibadillah. · Rasul Muhammad Saw adalah sebagai hamba dan manusia biasa yang juga makan, minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktivitas manusia dikerjakan dan ditunaikan dengan baik. Rasul melaksanakan keperluan dan keperluan sebagaimana manusia lainnya melaksanakan keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa Rasul sebagai manusia dan kitapun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat dilaksanakan oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah mengutus Rasul dari kalangan manusia juga. · Yang membedakan rasul dengan manusia yang lain ialah Rasul mendapat wahyu yaitu menyuruh kita mengilahkan Allah saja. Dalil: · Q.18: 110, Rasul adalah manusia biasa seumpamamu. · Q.17: 1, Rasul disebut oleh Allah sebagai hambanya. 1.2. Insan. · Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini menggambarkan suatu aktivitas sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kaum Yahudi senantiasa menyoal kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan soalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.
81
· Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan baik setiap amalan dan arahannya. Dalil: · Q.25: 7, Rasul sebagai manusia yang juga makan, berjalan ke pasar. · Q.13: 38, Rasul mempunyai isteri, anak. 1.2. Nasab. Rasul berasal dari kaum Qurasy. Bapanya yang bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi. Dalil: · Hadits dan Sirah Nabi. 1.3. Jism. Jism nabi Muhammad Saw digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang rapi dan selalu disikat kemas, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya. Dalil: · Hadits dan Sirah Nabi. 1.4. Sirah Nabawiyah. Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah nabawiyah. Penggambaran ini dijadikan sebagai pengajaran, menerangkan sesuatu dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita yang membacanya. Dari sirah nabawiyah dapat disimpulkan bahwa Nabi sebagai hamba Allah dan menjalankan aktiviti-aktivitinya sebagai manusia biasa. Dalil: · Q.12: 111, Kisah di dalam sirah dijadikan sebagai pelajaran. 2. Rasul minal Mursalin. Muhammad Saw selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya juga mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Walau bagaimanapun Rasul juga seperti manusia yang akan meninggal pada saatnya. Dalil: · Q.3: 144, Muhammad itu sebagai Rasul yang sesungguhnya telah terdahulu beberapa Rasul sebelumnya. 2.1. Tabligh Risalah. Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan karena inilai yang membedakannya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah yang satu yaitu Allah Swt. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktivitas utama para Rasul. Dalil: · Q.72: 28, Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalat Tuhannya. · Q.33: 39, Rasul yang menyampaikan risalah Agama Allah. 2.2. Adaul Amanah. Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul yaitu menyampaikan risalah kepada manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul. Bukti bahwa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan dakwah kepada manusia. 82
Dalil: · Q.72: 28, Rasul telah menyampaikan risalat Tuhannya. · Q.5: 67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah. 2.3. Imamatul Ummat. Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada hari kiamat Nabi berperanan sebagai Ummat. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi juga bertanggung jawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika di hari penghitungan di hari kiamat Nabi mempertanggung-jawabkan ummatnya. Dalil: · Q.4: 41, Nabi Muhammad sebagai saksi bagi ummatnya. · Q.17: 71, setiap manusia dengan imamnya di hari kiamat. 2.4. Dakwah Nabawiyah. Al-Qur’an dan juga Sirah banyak menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua ini muncul fiqh dakwah yang berseuai dengan realitas, tuntutan, keadaan dan respons tempatan. Misalnya Allah menceritakan perjalanan hijrah Nabi bersama Abu Bakar yang berada di gua Tsur, didapati banyak ular dan berbagai hewan yang berbahaya, kemudian nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah bersama kami. Ayat yang menggambarkan dakwah ini menjadi fiqh dakwah bagi para da’i saat ini khususnya memotivasikan kita agar senantiasa berdakwah walaupun menghadapi banyak cabaran dan rintangan. Dalil: · Q.9: 40, Rasul menasehati Abu Bakar, janganlah berduka cita sesungguhnya Allah bersama kami. 3. Sunnah. Dari segi bahasa Sunnah berarti jalan. Maksud Sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang disebutkan, diakurkan dan diamalkan. Sunnah Nabi bernilai syar’i dan perlu untuk mengikutinya. Sunnah yang demikian dijadikan sebagai teladan dan ikutan. Sesuatu di luar itu boleh dilaksanakan boleh juga tidak, ia merupakan sesuatu yang tidak wajib seperti Nabi biasa menunggang unta, memakai pakaian budaya Arab, perang dengan pedang dan sebagainya. Perkara ini adalah wasailul hayah yang boleh berubah dan tidak mesti mengikutinya. Yang perlu diikuti dan bernilai sunnah adalah yang bersifat minhajul hayah. Sunnah ini dijadikan sebagai fiqh ahkam untuk rujukan beramal atau mengambil keputusan. Dalil: · Hadits dan Sirah Nabi. 3.1. Fiqhul Ahkam. Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi banyak cabaran selain dari bagaimana mesti menjalani hidup ini dengan sempurna. Peranan hukum atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang sempurna sangatlah diperlukan. Rasul dijadikan sebagai tempat ketaatan dan ikutan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam yang digunakan sebagai dalil juga memerlukan pandangan sunnah. Dalil: · Q.4: 64, 65, Rasul sebagai rujukan hukum dalam mengurus perselisihan. Ringkasan Dalil: · Hamba diantara hamba-hamba Allah (18: 110, 17: 1). · Seorang Rasul diantara para rasul (26: 3, 3: 144).
83
· Keadaannya sebagai manusia (25: 7, 13: 38), nasabnya (hadits) dan jasadnya (hadits). · Penyampai misi (72: 28). · Penuai amanah (5: 3, 33: 39, 5: 67). · Pemimpin ummat (4: 41, 17: 71). · Sirah/perjalanan hidup nabi – fiqhus sirah (12: 112). C-4. SIFATUR RASUL Sasaran 1. Memahami sifat-sifat dasar yang mesti dimiliki setiap Rasul dan dapat menunjukkan contoh setiap sifat tersebut pada pribadi Nabi Saw. 2. Memahami keagungan akhlak Nabi Muhammad Saw sebagai pribadi qur’ani dan hasil tarbiyah rabbaniyah. 3. Menyadari bahwa Nabi Saw adalah uswatun hasanah bagi ummatnya. Sinopsis Mengenal Rasul perlu mengenal sifat-sifatnya. Bahagian tingkah laku, personalitas, dan penampilan diwarnai oleh sifat seseorang. Begitupun Nabi Muhammad Saw dapat digambarkan melalui sifat-sifatnya. Mengetahui sifat-sifat ini diharapkan kita menyadari siapa sebenarnya Rasul dan kemudian kita dapat mengikutinya. Sifat Nabi seperti manusia biasa yang sempurna dapat diikuti oleh kita, karena tingkah laku atau perbuatannya seperti yang dilaksanakan manusia maka kitapun mesti dapat mengikutinya. Kemudian kita semakin percaya kepada apa-apa yang dibicarakan atau disampaikan Rasul adalah yang benar karena sifat beliau yang ‘ismah (terpelihara dari kesalahan), selain itu beliau adalah orang yang cerdas berarti apa yang dibawanya adalah hasil dari pada pemikiran dan analisa yang mendalam, tepat dan baik. Sifat amanah adalah juga sifat asas yang setiap manusia mesti menyenangi berkawan dengan mereka yang amanah, kita sebagai muslim perlu mengikuti sifat ini dengan sempurna begitupun dengan sifat lainnya seperti tabligh dan iltizam. Sifat-sifat ini menggambarkan akhlak mulia yang diwarnai oleh akhlak Al-Qur’an dan sangatlah sesuai dijadikan sebagai contoh yang baik bagi kita. 1. Basyariyah (manusia). Rasul sebagai manusia biasa seperti kita semua. Perbedaannya adalah Allah memberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain. Kenapa Allah Swt perlu menegaskan bahwa Rasul itu manusia biasa. Dengan penegasan ini maka dapat disimpulkan bahwa Rasul dari golongan kita juga, dari manusia yang seperti kita juga misalnya makan, minum, tidur, beristeri, bekerja, belajar, penat, dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya. Perbedaannya hanyalah terletak kepada amanah yang Allah berikan kepada Rasul yaitu wahyu. Meyakini betul bahwa Rasul seperti kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perintah Rasul, tidak ada alasan tidak mampu, tidak boleh dan sebagainya. Juga tidak boleh beri alasan anak, isteri, sibuk bekerja dan sebagainya karena Rasul juga mempunyai tanggung jawab demikian juga terhadap anak, isteri dan sebagainya. Dalil: · Q.14: 11, Rasul sebagai manusia biasa. 2. ‘Ismah (terpelihara dari kesalahan). Manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu mungkin melakukan kesilapan dan kesalahan. Tetapi bagi para Rasul yang diberi amanah untuk menyampaikan dakwah mesti terpelihara dari kesalahan karena yang disampaikan adalah sesuatu yang berasal dari Allah Swt. Allah Swt perlu memelihara aturan dan firmanNya dari kesalahan.
84
Dengan sifat Rasul demikian yaitu dijaga oleh Allah Swt maka apa yang dikeluarkan Nabi adalah benar dan kita perlu meyakininya. Dalil: · Q.5: 67, Allah memelihara Rasul dari kejahatan manusia. · Q.66: 1, Allah pengampun lagi penyayang. 3. Sidq (benar). Rasul-rasul dan Muhammad Saw mempunyai sifat sidiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri bersifat sidiq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima. Oleh itu, dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat sidq berarti mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran. Tidak mengikuti Islam berarti mengikuti hawa nafsunya sehingga menjauhkan diri dari kebenaran. Dalil: · Q.39: 33, Muhammad Saw membawa kebenaran. · Q.53: 3-4, Tiadalah ia berbicara menurut hawa nafsunya. 4. Fatanah (cerdas). Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategistrategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya. Diantara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa Islam akan menaklukkan Mekah dan menaklukkan Khaibar. Rasul menggambarkan pada saat tersebut ummat Islam masuk ke Masjidul Haram dengan aman sentosa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala tanpa sedikitpun. Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Ummat Islam dan kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya. Dalil: · Hadits. · Q.48: 27, pandangan Nabi terhadap kemenangan Islam. 5. Amanah. Sifat lainnya adalah Amanah. Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang disepakatinya. Sifat demikian dimiliki oleh para Rasul dan kita mesti mengikutinya. Sifat ini sangatlah diperlukan di dalam kehidupan kita tidak hanya dalam segi ibadah khusus tetapi secara umum seperti bekerja, belajar dan berhubungan dengan orang lain. Bos di tempat kita bekerja akan menyenangi kita yang mempunyai sifat amanah ini bahkan dengan sifat ini kita akan berjaya dan berprestasi. Dalil: · Q.4: 58, Allah menyuruhmu supaya menunaikan amanah. 6. Tabligh (menyampaikan). Salah satu rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin ramai dan semakin banyak yang menyokong nya. Jawabannya adalah sifat tabligh dimiliki oleh Rasul dan pengikutnya. Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan dimana saja dan bila masa saja. Artinya dalam keadaan bagaimanapun, ummat Islam senantiasa menyampaikan risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya. Dalil: · Q.5: 67, Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadanya. 85
7. Iltizam (komitmen). Rasulullah Saw beserta Rasulnya sangatlah dikenal dengan komitmennya dengan Islam dan apa yang dibawanya. Beliau tahan dan tidak merasa takut sedikitpun menghadapi cabaran dan tantangan dari pihak jahiliyah. Rasul selalu komitmen dan dapat menghadapi cabaran dengan baik. Sifat iltizam ini perlu dipupuk pada diri kita karena dengan sifat inilah, nilai-nilai Islam pada diri kita menjadi terpelihara dengan baik. Tanpa iltizam maka godaan syaitan dan gangguan kafir menjadi terasa pada kita dan perubahan berlaku bahkan menjadi futur dan sesat. Naudzubillah. Kemenangan bersama-sama dengan sifat iltizam ini. Dalil: · Q.17: 74, kalau sekiranya tiadalah kami tetapkan komitmen engkau, sesungguhnya hampir engkau condong sedikit kepada mereka itu. · Q.68: 1-8, menggambarkan bagaimana Muhammad Saw disebut gila karena ia tetap komitmen dengan Islam, tahan dari cabaran kesesatan dan tidak mengikuti orang yang mendustakan agama Allah. 8. Khuluqin Azim (akhlak yang mulia). Sifat-sifat yang dimiliki oleh para rasul menggambarkan akhlak yang mulia. Akhlak mulia berarti akhlak yang tinggi kemudian untuk mencapainya perlu proses dan latihan. Tidak semua manusia boleh mencapai akhlak ini kecuali mereka yang mengikuti tarbiyah islamiyah. Akhlak mulia yang dimiliki seseorang maka akan disenangi oleh masyarakat disekitarnya, mereka menerima dan menyambut individu yang berakhlak mulia. Sunnah dakwah melihatkan bahwa kebencian pihak Jahiliyah karena aqidah yang dibawa ummat Islam bukan karena akhlaknya. Mereka menerima akhlak Islam karena tidak merugikannya bahkan menguntungkannya. Dalil: · Q.68: 4, Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlak yang mulia. 9. Akhlak Qur’an. Akhlak mulia adalah juga akhlak Al-Qur’an. Berarti akhlak Rasul adalah amalan dan tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an atau yang diarahkan oleh Al-Qur’an. Jadi untuk mendapati akhlak mulia seperti yang dimiliki Rasul maka mesti mengamalkan AlQur’an dalam kehidupan sehari-harinya. Al-Qur’an berjalan adalah akhlak Rasul. Dalil: · Hadits, bertanya kepada Aisyah RA, “Bagaimanakah akhlak Rasulullah? Jawabannya adalah khuluquhu Al-Qur’an”. 10. Uswatun Hasanah (teladan yang baik). Pada diri Rasul Muhammad Saw terdapat contoh yang baik yaitu akhlak yang mulia yang digambarkan oleh Allah Swt. Sebagai contoh yang nyata bagaimana menjadi muslim yang berakhlak mulia dan bagaimana Al-Qur’an tertanam dalam diri kita maka ikutilah Nabi Muhammad Saw. Mereka yang mengikuti nabi ini adalah mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan hari yang kemudian, serta ia banyak mengingat Allah. Dalil: · Q.33: 21, Sesungguhnya pada Rasul Allah (Muhammad) ada ikutan yang baik bagimu. Ringkasan Dalil: · Sifat-sifat Rasul: · Manusia sempurna (14: 11, 25: 8). · Terpelihara dari kesalahan (5: 67, 80: 1, 66: 1). · Benar (39: 33, 53: 3-4). 86
· Cerdas (Hadits, 48: 27). · Amanah (4: 58, 69: 44-46). · Menyampaikan (5: 67, 81: 24, 80: 1-2). · Komitmen yang sempurna (17: 73, 68: 6). · Akhlak yang agung (68: 4), yaitu akhlak Qur’an – Hadits. · Sebagai suri teladan (33: 21). C-5. WADHIFATUR RASUL Sasaran 1. Memahami tugas Rasulullah sebagai pembawa risalah dakwah dan penegak dienullah. 2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk keteladanan Rasulullah dalam melaksanakan misinya. 3. Termotivasi untuk meneruskan jejak risalah dalam menegakkan dienullah. Sinopsis Tugas Rasul dapat dibagi kepada dua yaitu menyampaikan risalah dan menegakkan dienullah. Kedua tugas ini adalah intisari dari perintah Allah Swt dan amalan dakwah Nabi Muhammad Saw. Risalatud dakwah yang dibawa oleh Nabi adalah memperkenalkan masyarakat Jahiliyah kepada penciptanya, perkara ini tidaklah begitu sukar karena setiap manusia mempunyai fitrah untuk menerima khaliq. Setelah itu menjadikan mereka sebagai muslim. Sebagai muslim, perlu untuk mengetahui bagaimana cara beribadah dan mengikuti Islam. Tugas Rasul diantaranya adalah menjelaskan cara pengabdian kepada Allah, menjelaskan Islam sebagai panduan hidup. Usaha menyampaikan risalah secara berkesan dengan melaksanakan tarbiyah Islamiyah yaitu dengan menekankan kepada arahan dan nasihat. Tugas kedua adalah menegakkan dienullah. Tugas ini tidak semua muslim memahaminya atau tidak mengetahui bagaimana untuk merealisasikannya. Rasul sebagai pembawa risalah adalah suatu pengetahuan umum bagi kita tetapi tidak demikian dengan peranan untuk menegakkan agama Allah. Beberapa aktivitas untuk menegakkan dien Allah ini adalah menegakkan khilafah, membangun rijal, minhajud dakwah dan merealisasikan risalah. 1. Wazifatur Rasul (tugas Rasul). Allah Swt memerintahkan Rasul untuk menyampaikan wahyu dan sebagai hasil dari penyebaran wahyu ini adalah terbentuknya dienullah. Oleh karena itu tugas utama menyampaikan dakwah ini juga perlu diiringi dengan menegakkan dien Allah. Kedua tugas ini saling berkaitan oleh sebab itu, kita perlu memahaminya secara mendalam agar dapat menjalankan dakwah dengan baik. Menyampaikan risalah adalah pekerjaan Nabi yang utama dan kitapun sudah mengikuti tugas ini sebagai kewajiban dari seorang muslim. Namun demikian, tidak ramai muslim mengetahui dan bagaimana menyusun dakwah hingga tegaknya dien Allah. Dalil: · Q.5: 67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan dakwah. · Q.42: 13-15, Allah memberikan wasiat kepada para Rasul untuk menegakkan dien. 2. Risalatud Dakwah (menyampaikan dakwah). Tugas Rasul yang diperintahkan langsung oleh Allah Swt dan merupakan ciri-ciri dari kerasulan adalah menyampaikan dakwah kepada manusia. Dalam menyampaikan dakwah, Allah Swt di dalam firmannya banyak yang menggugah hati manusia dengan mengingatkan mereka kepada ciptaan Allah yang maha agung, samada memperlihatkan 87
alam semesta, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. Setelah itu bagaimana cara beribadah. Usaha perubahan ini dilakukan oleh Rasul secara berkesan melalui tarbiyah Islamiyah. Dalil: · Q.5: 67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan dakwah. · Q.33: 39, Nabi menyampaikan risalah agama Allah. 2.1. Makrifatul Khaliq (mengenal pencipta). · Mengenal Allah adalah suatu yang mudah bagi fitrah manusia. Mengenal Khaliq melalui mahluk yaitu alam semesta dan manusia, seperti kejadian alam, proses pembentukan manusia, pergantian … · Mengikut kepada firmanNya bahwa setiap mukmin akan diberi kedudukan sebagai khalifah dimuka bumi ke atas mahluk lainnya. Namun demikian dari segi kenyataan tidak semuanya orang Islam mendapatkan kedudukan khalifah. Mereka yang mendapatkan peranan khalifah adalah mereka yang berusaha untuk berdakwah dan menegakkan dien Allah saja. Dalil: · Q.24: 55, Allah akan mengangkat kamu menjadi khalifah sebagaimana orang sebelum kamu, Allah akan menetapkan agama Islam yang diridhainya untuk mereka, dan akan mengganti ketakutan mereka dengan keamanan. · Q.48: 27, pandangan Nabi yang dibenarkan Allah dalam meramalkan kemenangan Islam. 2.2. Binau Rijal (membangun Rijal). Menegakkan dien tidak mungkin dikerjakan sendirian saja. Usaha ini perlu dilakukan secara berjamaah. Mereka yang bersamapun perlu memiliki kekuatan, kefahaman yang jelas, aqidah yang bersih dan memegang minhaj yang betul. Kebersamaan dari kaderkader diperolehi melalui pembangunan rijal. Tarbiyah adalah usaha untuk membangun rijal yang dipersiapkan sebagai tonggak dakwah. Cara bagaimana bina rijal ini kita merujuk kembali bagaimana Rasul melaksanakan pembinaan kepada para sahabat. Dalil: · Q.3: 104, bentuklah dari sebahagianmu orang untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. 2.3. Minhajud Dakwah (panduan dakwah). · Al-Qur’an dan Sunnah adalah minhaj dakwah yang penuh dengan petunjukpetunjuk bagaimana menjalankan dakwah. Banyak contoh-contoh misalnya kita disuruh berdakwah lembut, ramah, tidak boleh keras, dengan pengajaran yang baik, nasehat, memaafkan dan mengampunkan mereka. · Minhaj Dakwah dalam menegakkan dien juga membincangkan bagaimana dakwah melalui pendekatan ekonomi, budaya, sosial dan politik. Selain itu Rasul juga menggambarkan dakwah mengikuti potensi masing-masing seperti di zaman sekarang sebagai consultant, accountant, engineer dan sebagainya. Dalil: · Q.3: 159, pendekatan dakwah yang lembut dan ramah dapat mengelakkan mad’u dari bercerai berai. Elakkan berbuat jahat, berhati kasar dalam pendekatan dakwah. 2.4. Tathbiqur Risalah (aplikasi risalah). Aplikasi dari penerimaan risalah Islam adalah mengamalkan Islam secara keseluruhannya dalam kehidupan seharian. Tegaknya dien tidak akan wujud apabila mereka yang menerima sekedar tahu dan kemudian tidak mengamalkan. Tegaknya dien akan tercapai apabila setiap individu mengaplikasikannya dalam hidup. Setelah mereka tahu, kemudian
88
diamalkan ke dalam dirinya dan didakwahkan kepada orang lain merupakan usaha yang dapat mempercepat tegaknya dien di muka bumi ini. Dalil: · Q.2: 208, Orang beriman disuruh masuk (mengamalkan) Islam secara keseluruhan. · Q.6: 162, katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku, semuanya bagi Allah, tuhan semesta alam. Ringkasan Dalil: · Umum: · Menyampaikan (5: 67, 33: 39). · Memperkenalkan Al Khaliq (7: 175). · Menjelaskan cara pengabdian (hadits). · Menjelaskan pedoman hidup (hadits). · Mendidik para sahabat dengan arahan dan nasihat. · Khusus: · Menegakkan dienullah (42: 13-15). · Menegakkan khilafah (24: 55, 48: 27). · Membina kader (3: 104). · Membuat konsep dakwah (3: 159). · Melaksanakan panduan hidup (2: 208, 6: 162). C-6. KHASOISU RISALAH MUHAMMAD Saw Sasaran 1. Memahami keistimewaan misi risalah Rasulullah dan perbedaannya dengan risalah Rasul-rasul sebelumnya. 2. Mampu menunjukkan dan menjelaskan inti dari risalah Muhammad Saw. 3. Menyadari peranan sebagai penerus risalah jihad sehingga termotivasi untuk berdakwah di jalan Allah. Sinopsis Nabi Muhammad Saw mempunyai ciri-ciri yang khusus dibandingkan dengan para rasul lainnya. Diantara ciri-ciri tersebut adalah sebagai nabi penutup, penghapus risalah sebelumnya, membenarkan nabi sebelumnya, menyempurnakan risalah, diperuntukkan bagi manusia seluruh alam dan sebagai rahmat bagi alam semesta. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw dan tidak dimiliki oleh para Rasul sebelumnya. Nabi Muhammad sebagai penutup berarti tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad Saw, ia pun menghapuskan risalah sebelumnya yang berarti risalah sebelumnya tidak lagi digunakan setelah datangnya Nabi Muhammad Saw, beliaupun membenarkan Nabi sebelumnya dan adanya Nabi Muhammad tidak untuk kaumnya saja tetapi bagi seluruh manusia dan bagi semesta alam. Rasulullah tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi huda dan dienul Haq. Selain itu hadirnya Rasulullah Saw di tengah kita adalah sebagai saksi, pembawa berita gembira dan peringatan, menyeru ke jalan Allah dan sebagai pelita yang menerangi. 1. Khatama Al Anbiya (Nabi penutup). Allah Swt telah menurunkan Nabi sebanyak 124.000 dan Rasul sebanyak 313 orang. Namun demikian di dalam Al-Qur’an yang disebutkan hanya sebanyak 25 orang saja. Perhatikan Al-Qur’an surat 40: 78, 4: 163-164, 6: 84-86. Seperti juga ada diungkapkan bahwa setelah Rasul Musa AS ada sebanyak 36 pelanjut Risalahnya. Sedangkan penutup bagi semua Rasul dan Nabi itu adalah Nabi Muhammad Saw. Dalil: 89
· Q.33: 40, Muhammad itu bukan bapa salah seorang diantara lelaki kamu tetapi dia adalah Rasul Allah dan kesudahan dari Rasul-Rasul Allah. 2. Nasikhu Ar Risalah (penghapus risalah). · Risalah terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga hanya sesuai untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu mengikuti keadaan dan situasi serta keperluan semasa waktu itu sehingga hanya sesuai pada saat tersebut saja. · Risalah Nabi Muhammad sebagai pelengkap dari risalah sebelumnya dan sekaligus memansukhkan risalah sebelumnya. Risalah Nabi Muhammad Saw sesuai dan dapat digunakan oleh semua manusia dan dapat diamalkan hingga hari kiamat. · Risalah terdahulu yang dibawa oleh ratusan Nabi dan Rasul mempunyai pendekatan dakwah yang sesuai dengan pendekatan kaumnya misalnya pendekatan dakwah Nabi Daud dengan kekuatan fisikal, Nabi Sulaiman pandai bercakap dengan hewan, pohon, jin dan mempunyai kekuatan memindahkan kerajaan dan sebagainya, Nabi Ibrahim berdakwah dengan memotong semua kepala berhala, Nabi Isa AS tidak berkahwin dan banyak contoh lainnya. Disimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan dakwah dan risalah yang dibawa oleh Nabi sebelumnya tidaklah sesuai lagi bagi zaman sekarang. Dalil: · Hadits. · Q.33: 40, sebagai penutup nabi. Q.61: 8, membenarkan para nabi sebelumnya. · Q.34: 28, ditujukan untuk seluruh manusia. · Q.21: 107, menjadi rahmat bagi alam semesta. 3. Musoddiqu Al Anbiya (membenarkan para nabi). Banyak tantangan dan cabaran yang mencoba menghapuskan agama Allah, namun demikian Allah Swt senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum kafir. Diantaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya atau dengan menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali menegakkan kesilapan atau kejahiliyahan ummat. Nabi Muhammad Saw sebagai nabi akhir melengkapi risalah sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi ummat Islam. Dalil: · Q.61: 8-9, Mereka hendak memadamkan risalah Allah tetapi Allah Swt pelihara dan menyempurnakannya. Kemudian Allah Swt mengutus Rasul-Nya dengan memberikan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkan agama Allah itu atas sekalian agama. 4. Mukammilu Ar Risalah (penyempurna risalah). Selain membenarkan Rasul dan Nabi sebelumnya yang membawa risalah Islam. Kehadiran nabi Muhammad Saw juga diperuntukkan menyempurnakan risalah sebelumnya. Risalah sebelumnya cenderung diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu saja dan bagi saat tertentu. Berbeda dengan Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk semua manusia (tidak untuk kaumnya saja) dan berlaku hingga kiamat. 5. Kaafatalinnaas (untuk seluruh manusia). Rasul Muhammad Saw berbeda dengan para Rasul dan Nabi sebelumnya dimana Nabi Muhammad Saw diutus bagi kepentingan ummat manusia secara keseluruhan dengan tidak mengira suku, bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya. Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini dimana muslim tersebar di seluruh pelosok dunia. Dalil:
90
· Q.34: 28, Kami tiada mengutus engkau ya Muhammad melainkan kepada sekalian ummat manusia untuk memberi khabar gembira dan peringatan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. 6. Rahmatul Alamin (rahmat bagi alam semesta). · Kehadiran Nabi Muhammad Saw dimuka bumi ini adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam yang tidak saja manusia tetapi juga alam, hewan, pokok dan sebagainya. Manusiapun dengan kehadiran Nabi Muhammad mendapatkan rahmat dan kebaikan. Manusia kafir dan jahiliyahpun mendapatkan rahmat dari kedatangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad tidak hanya untuk ummat Islam tetapi kebaikannya juga dirasakan oleh manusia lainnya. Islam adalah membawa agama fitrah yang sesuai dengan penciptaan manusia, jadi apabila Islam disampaikan maka akan dirasakan sesuai oleh manusia. · Alam, hewan dan pokokpun dilindungi dan dipelihara dengan kedatangan Islam. Umat Islam sebagai khalifah di muka bumi melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan alam dengan demikian kestabilan terwujud dan alam serta isinya menjadi damai. Dalil: · Q.21: 107, kami tiada mengutus engkau (ya Muhammad), melainkan menjadi rahmat untuk semesta alam. 7. Risalatul Islam. · Risalah Nabi Muhammad Saw adalah risalah Islam, yang dibawanya adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian dan sifat-sifat Nabi yang mulia. · Inti dari risalah Nabi Muhammad Saw adalah huda (petunjuk) dan dien yang benar. Risalah membawa huda karena Islam itu sendiri sebagai panduan bagi manusia. Dalil: · Q.48: 28, Dia yang mengutus rasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya agama itu mengalahkan semua agama. Dan Allah cukup menjadi saksi. 8. Ad Dakwah. · Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah menangkan Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan dakwah. · Rasul dalam menjalankan dakwahnya mempunyai peranan sebagai saksi atas ummatnya, memberi penyampaian nilai-nilai Islam yang bersifat kabar gembira ataupun kabar peringatan. · Allah Swt sekali lagi menegaskan bahwa Rasul berdakwah dengan menyeru manusia agar kembali kepada Allah dan kemudian Rasul sebagai pelita yang menerangi. · Peranan Nabi yang digambarkan di dalam surat 33: 45-46 adalah sebagai da’i. Beliau berdakwah dengan mengajak manusia dan bersifat sebagai pelita yang senantiasa dijadikan rujukan bagi manusia. Dalil: · Q.33: 45-46, Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi atas ummat dan untuk memberi kabar gembira dan kabar takut. Dan untuk menyeru (manusia) kepada Allah dengan izinNya, dan menjadi pelita yang menerangi. Ringkasan Dalil: · Muhammad · Penutup para Nabi (33: 40)
91
· · ·
Penghapus risalah sebelumnya (Hadits) Membenarkan para Nabi sebelumnya (61: 8) Penyempurna risalah sebelumnya ditujukan untuk seluruh manusia (34: 28) Ditujukan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (21:
· 107) · Risalah Muhammad adalah risalah Islam: intinya petunjuk/Al-Qur’an dan dien yang benar/Al Islam · Wajib berdakwah: · Menjadi saksi (33: 45) · Memberi berita gembira (33: 45) · Memberi peringatan (33: 45) · Menyeru ke jalan Allah (33: 46) · Cahaya yang menerangi (33: 46) C-7. WAJIBAT NAHWA RASUL Sasaran 1. Memahami persaksian Muhammad adalah Rasulullah dan termotivasi untuk mengaplikasikannya. 2. Mampu menjelaskan kewajiban pribadi mu’min terhadap Rasulullah sebagai pengaruh persaksiannya. 3. Menyadari peranannya sebagai kader dakwah penerus risalah Rasulullah Saw. Sinopsis Muslim yang menyebut bahwa Muhammad adalah Rasulullah di dalam syahadatnya maka berarti individu tersebut akan membenarkan apa yang dikabarkannya, mentaati semua perintahnya, menjauhi apa yang dilarangnya, dan tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya. Penerimaan dan ketaatan serta ibadah kepadaNya melalui petunjuk Rasul adalah hasil dari persaksian ke atas Nabi yang kemudian dari sini muncul kewajiban-kewajiban yang perlu dijalankan. Kewajiban kami (muslim) kepada Rasul adalah mengimaninya, mencintai, mengagungkan, membelanya, mencintai para pencintanya, menghidupkan sunnahnya, memperbanyak shalawat, mengikutinya dan mewarisi risalahnya. Dengan kewajiban ini setiap muslim akan senantiasa menjaga dirinya berada didalam saf Islam. Kewajiban ini sebagai janji dan komitmen dari persaksian kita kepada Nabi bahwa Muhammad Saw adalah Rasulullah. 1. Muhammad Rasulullah. · Muhammad Saw adalah nabi dan rasul terakhir yang dijadikan sebagai Nabi dan Rasul penutup. Beliau sebagai model terbaik dan melengkapi nabi dan rasul sebelumnya. Risalah yang dibawanya sangatlah bersesuaian dengan keadaan saat ini dan diperuntukkan bagi semua manusia. · Berbagai kelebihan dan keutamaan pada diri Nabi sangatlah banyak, sehingga kita perlu menyimpulkan bahwa beliaulah yang paling sesuai untuk diikuti. Kemudian bagaimanakah kewajiban kita kepadanya? Dalil: · Q.33: 40, Muhammad Saw sebagai Nabi penutup. · Q.34: 28, diperuntukkan kepada semua manusia. 2. Membenarkan apa yang dikabarkannya.
92
Nabi Muhammad Saw adalah Rasul yang membawa kebenaran. Setiap yang disampaikan nya adalah benar dan berasal dari Allah Swt. Beliau mengajak kita untuk beriman dan taat kepada Allah dan RasulNya. Usaha pertama sebelum kita beriman, kita mesti menerima dan membenarkan apa yang akan kita yakini. Selama kita tidak menerima maka selama itu kita tidak dapat membenarkan risalah Nabi dan juga tidak akan kita beriman kepadaNya. Orang yang membenarkan risalahNya adalah orang yang bertaqwa. Dalil: · Hadits. · Q.39: 33, orang yang membawa kebenaran (Muhammad Saw) dan orang-orang yang membenarkannya adalah mereka itu orang yang taqwa. 3. Membenarkan apa yang dikabarkannya. Orang yang beriman adalah tentara yang siap dan sedia mendapat arahan dan perintah dari atasan. Atasan kita adalah Allah Swt dan Nabi Saw. Dialah yang berhak sebagai atasan kita karena dialah pencipta, pemberi rezki, pengatur dan pemilik kita. Sedangkan Nabi adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Allah sebagai pembimbing kita. Sikap kita yang terbaik adalah dengar dan taat perintahNya. Karena setiap perintah itu adalah untuk kebaikan kita juga. Dalil: · Q.24: 51, sesungguhnya perkataan orang beriman apabila dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya, supaya dihukum antara mereka, bahwa mereka berkata: kami dengar dan kami taat. Mereka itulah orang yang menang. · Q.5: 7, kami dengar, kami taat dan takutlah kamu kepada Allah. 4. Membenarkan apa yang dikabarkannya. Muhammad Saw sebagai rasul yang mendapat lesen dari Allah Swt untuk menyampaikan wahyuNya, maka kita mesti mengiktiraf keadaan belian dan menjadikan diri Nabi sebagai bahagian di dalam kehidupan kita. Beliau berhak mengatur kehidupan kita karena ini untuk kebaikan kita sendiri. Oleh karena itu, apabila beliau melarang sesuatu maka ikuti larangan nya. Inilah jalan terbaik. Dalil: · Q.59: 7, ….. apa-apa yang diberikan rasul kepadamu, hendaklah kamu ambil dan apa-apa yang dilarangnya, hendaklah kamu hentikan dan takutlah kepada Allah. 5. Membenarkan apa yang dikabarkannya. Mentaati Allah mesti melalui ketaatan kepada Rasul. Yang ditaati adalah syariat yang dibawanya sama ada yang disampaikan di dalam Al-Qur’an ataupun Sunnah Nabi. Kita tidak akan dapat beribadah kecuali mengikuti Rasul dan syariatNya. Dalil: · Hadits. · Q.4: 80, barang siapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. 6. Membenarkan apa yang dikabarkannya. 6.1. Mengimani. · Kewajiban kita terhadap Nabi adalah mengimaninya. Dengan cara ini kita akan terhindar dari api neraka dan azab yang pedih. Dalil: · Hadits. · Q.61: 10-11, suatu perniagaan yang akan melepaskan kita dari azab yang pedih adalah beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjuang di jalan Allah dan RasulNya. 6.2. Mencintai. Dalil: 93
· Hadits. 6.3. Mengagungkan. Dalil: · Q.48: 7 6.4. Membelanya. Dalil: · Q.9: 40, 61: 14 6.5. Mencintai para pencintanya. Dalil: · Q.48: 29 6.6. Menghidupkan sunnahnya. Dalil: · Hadits. · Q.3: 130 6.7. Memperbanyak sholawat. Dalil: · Q.33: 56 6.8. Mengikutinya. Dalil: · Q.3: 31 6.9. Mewarisi risalahnya. Dalil: · Q.48: 28 Ringkasan Dalil: · Muhammad Rasulullah membenarkan apa yang dikabarkannya (Hadits, 39: 33) · Mentaati semua perintahnya (24: 51, 5: 7, 4: 115) · Menjauhi apa yang dilarangnya (59: 7) · Tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya (Hadits, 4: 80) · Kewajiban terhadap Rasulullah mengimani (Hadits, 61: 11) · Mencintai (Hadits) · Mengagungkan (48: 7) · Membelanya (9: 40, 61: 14) · Mencintai para pencintanya (48: 29) · Menghidupkan sunnahnya (Hadits, 3: 130) · Memperbanyak sholawat (33: 56) · Mengikutinya (3: 31) · Mewarisi risalahnya (48: 28) C-8. NATAIJU ITTIBA’U RASUL Sasaran Sinopsis Ringkasan Dalil: MA’RIFATUL ISLAM
94
D.1. MAKNA ISLAM Sasaran Pembelajaran: · Memahami dasar-dasar yang membentuk istilah Islam serta mampu membedakan dari dasar-dasar konsep hidup yang lain. · Memahami bahwa Islam adalah tunduk kepada wahyu yang diturunkan kepada para nabi sebagai aturan yang merupakan jalan lurus menuju keselamatan kehidupan dunia dan akhirat. · Menyadari bahwa Islam adalh pedoman hidup dari Allah yang tinggi dan tiada kerendahan di dalamnya. Sinopsis: Islam secara etimologis memiliki makna: · menundukkan wajah (QS. 4: 125) · berserah diri (QS. 3: 83) · suci, bersih (QS. 26: 89) · selamat, sejahtera (QS. 6: 54) · perdamaian (QS 47: 35) Dengan pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki sifat yang dibawanya yaitu berserah diri dan wujud perdamaian. Manakala kalimat Islam didalam Al Qur’an disebut disebut sebagai diin (QS. 3: 19, 85) yang berarti suatu manhaj. Sistem dan aturan hidup yang menyeluruh dan lengkap. Dengan demikian, kalimat Islam adalah ketundukkan, wahyu ilahi (QS. 53: 4, 21: 7), diin keselamatan dunia-akhirat. Kesimpulan dari makna-makna tersebut: Islam adalah panduan hidup yang lengkap bagi manusia, dengan berserah diri dan tunduk maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dunia dan akhirat. Akhirnya, Rasulullah bersabda bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya. Islam itu tinggi dan akan dimenangkan ke atas semua agama, kepercayaan dan ideologi (QS. 48: 28, 9: 33). Ringkasan dalil: Makna Etimologis Islam · menundukkan wajah (QS. 4: 125) · berserah diri (QS. 3: 83) · suci, bersih (QS. 26: 89) · selamat, sejahtera (QS. 6: 54) · perdamaian (QS 47: 35) Kalimat Islam sebagai Diin (QS. 3: 19, 85) · tunduk · wahyu ilahi (QS. 53: 4, 21: 7) · diin para nabi dan rasul (QS. 2: 136, 3: 84) · hukum-hukum Allah (QS. 5: 48-50) · jalan yang lurus (QS. 6: 153) · keselamatan dunia akhirat (QS. 16: 97, 2: 200, 28: 77) Islam tinggi dan tak ada kerendahan di dalamnya. D.2. ISLAM WA SUNNATULLAH Sasaran: · Memahami dan menyadari fithrah alam semesta yang mengikuti sunnatullah: Islam adalah asas alam semesta. · Memahami bahwa syari’at Muhammad Saw adalah sunnatullah yang sesuai dengan sifat alam semesta tersebut. 95
· Menyadari bahwa menerima Islam adalah kembali kepada fithrah, sedangkan menolak Islam berarti menolak fithrah manusia dan alam semesta. Sinopsis: Allah swt sebagai khaliq memiliki kewajiban dan hak mutlak untuk menentukan aturan bagi kepentingan dan kebaikan manusia serta makhluq lainnya. Aturan yang Allah tentukan berupa Islam dan mendatangkan rasul sebagi uswah dan teladan yang diperuntukkan bagi manusia. Mereka yang mengikuti aturan tersebut disebut adalah Muslim dan yang tidak mengikutinya disebut kafir. Allah swt selain menciptakan manusia juga menciptakan alam semesta dan seisinya. Ketertiban, keteraturan dan keselamatan perjalanan kehidupan alam ini berlaku dengan sunnah kauniyah yang Allah berikan kepadanya. Seluruh alam semesta tunduk, bersujud, bertahmid dan berislam kepadaNya. Alam semesta tak ada yang kafir, mereka semuanya muslim dan berserah diri kepada Allah dengan mengikuti segala aturannya. Islam merupakan sunnatullah dan ditetapkan kepada alam dan manusia. Sunnatullah kepada alam bersifat mutlak, langgeng dan kontinyu yang merupakan taqdir kauni dalam tunduk kepada Allah. Sedangkan sunnatullah kepada manusia berupa hidayah yang Allah berikan. Hidayah inipun bergantung kepada kehendak dan ikhtiar manusia serta merupakan taqdir syar’i. Kemudian sikap manusia terbagi menjadi dua: menerimanya (muslim) dan menolaknya (kafir). Hasiyah: Ringkasan Dalil: · Allah pencipta (QS. 59: 23) yang menciptakan alam (QS. 25: 2) dan menentukan aturan (QS. 25: 2, 54: 59, 15: 20). · Seluruh alam semesta sujud, tasbih, tahmid (QS. 13: 15, 22: 18, 6: 50, 59: 1, 64: 1, 24: 41, 17: 44) · Al Khaliq menurunkan taqdir syar’i (QS. 6: 153, 45: 18). · Islam sebagai Diin (3: 19, 85) · Rasul sebagai contoh pelaksanaan diin kepada manusia (QS. 33: 21) · Ada yang menerima (disebut muslim) sesuai dengan alam semesta, ada yang menolak (disebut kafir) subversif di alam semesta. · Akam semesta memiliki sifat tunduk kepada Allah secara mutlak D.3.1. SYUMULIYATUL ISLAM Sasaran: · Memahami sifat-sifat dasar Islam sebagai diin yang sempurna, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fithrah. · Memahami sifat interaksi yang tepat dengan sifat-sifat Islam tersebut. · Menyadari Islam sebagai suatu kekuatan lahir batin. Sinopsis: Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fithrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia. Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang Muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, lalu kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fithrahnya. Hasiyah: Ringkasan Dalil: 96
Sifat-sifat Islam: · Diinul Kamil (QS. 3: 5), aqidah tetap (QS. 2: 133, 21: 7), syari’at tetap dan fleksibel (QS. 2: 286, 5: 3). · Diinul Ni’mat (QS. 3: 5), akal(QS. 31: 20), fithrah (QS. 30: 30), tradisi (QS. 49: 7) sehingga Islam merupakan kebutuhan. · Diinur Ridha (QS. 3: 5) dalam memeluk (QS. 49: 15) dan komitmen (QS. 48: 50) sehingga diterima Allah dengan penuh keridhaan dan diridhai (QS. 89: 27-28). · Diinul Fithrah (QS. 30: 30) berjalan sesuai fithrah: menjaga (QS. 24: 30, 33: 59), memelihara(QS. 24: 32), mengembangkan dan mengarahkan (QS. 4: 1-2). · Diin yang kuat dan tak terkalahkan D.3.2. SYUMULIYATUL ISLAM Sasaran: · Memahami gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan hubungan-hubungannya. · Dapat menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam bidang kehidupan bermasyarakat. · Menyadari bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya. Sinopsis: Islam merupakan agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat). Islam sebagai syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa) dibuktikan dengan ciri risalah nabi Muhammad Saw sebagai kesatuan risalah dan nabi pentutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad Saw dilaksanakan sepanjang masa hingga hari kiamat. Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendir, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai agama. Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepadaNya. Hasiyah: Ringkasan Dalil: Syumuliatul islam (QS. 2: 208). Syumuliyatuz zamaan (QS. 2: 208): · risalah yang satu (QS. 29: 90, 34: 28, 21: 107) · penutup para nabi (QS. 33: 42) Syumuliyatul minhaj: · asas aqidah (syahadatain dan rukun iman) · bangunan Islam: ibadah, rukun islam (sholat, shiyam, zakat haji), akhlaq · penyokong/penguat: jihad (QS. 29: 6,69, 47: 31)atau amar ma’ruf nahi munkar (QS. 3: 104, 7: 99, 9: 112) dan da’wah (QS. 16: 125, 41: 33) Syumuliyatul makan (QS. 22: 40) · kesatuan pencipta (QS. 2: 163-164) · kesatuan alam (QS. 2: 29, 67: 15) 97
D.3.3. SYUMULIYATUL ISLAM Sasaran: · Memahami gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan hubungan-hubungannya. · Dapat menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam bidang kehidupan bermasyarakat. · Menyadari bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya. Sinopsis: Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (QS. 2: 255), moral (QS. 7: 99), tingkah laku (QS. 2: 138), perasaan (QS. 30: 30), pendidikan (QS. 2: 151, 3: 162, 62: 2), sosial (QS. 24: 7), politik (QS. 3: 85-86, 12: 40), ekonomi (QS. 9: 60, 103, 59: 7), militer (QS. 8: 60, 9: 5-8), hukum/perundang-undangan (QS. 4: 65). Hasiyah: Ringkasan Dalil: Islam sebagai pedoman hidup: · konsep keyakinan (QS. 2: 255) · moral (QS. 7: 99) · tingkah laku (QS. 2: 138) · perasaan (QS. 30: 30) · pendidikan (QS. 2: 151, 3: 162, 62: 2) · sosial (QS. 24: 7) · politik (QS. 3: 85-86, 12: 40) · ekonomi (QS. 9: 60, 103, 59: 7) · militer (QS. 8: 60, 9: 5-8) · hukum/perundang-undangan (QS. 4: 65) D.4.1. ISLAM AKHLAQUN Sasaran: · Memahami Islam sebagai sistem akhlaq dan mampu membedakan dengan sistem moral lainnya. · Mampu meninggalkan akhlaq tercela dari kehidupannya. · Berusaha mengaplikasikan akhlaqul karimah sebagai cermin keimanannya kepada Allah dan RasulNya. Sinopsis: Islam memiliki sistem akhlaq yang mampu membedakan dengan sistem moral lainnya buatan manusia. Sebab akhlaq Islam berpedoman kepada Al Qur’an, yang mengajarkan hubungan Allah sebagai khaliq kepada manusia sebagai makhluq. Akhlaq adalah tingkah laku makhluq yang diridhai oleh Khaliq. Hubungan manusia kepada Allah adalah akhlaq. Bentuk-bentuk hubungan akhlaq adalah: akhlaq kepada Allah (QS. 2: 186), akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2: 44), akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2: 83, 31: 17-19), akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11: 61, 7: 56). Inti dari ajaran akhlaq adalah melepaskan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan mulia. Hasiyah: Ringkasan Dalil: 98
Bentuk-bentuk akhlaq: · Akhlaq kepada Allah (QS. 2: 186) · Akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2: 44) · Akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2: 83, 31: 17-19) · Akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11: 61, 7: 56) D.4.2. ISLAM FIKRATAN Sasaran: · Memahami Islam sebagai fikrah yang sesuai dengan fithrah dan bashirah manusia. · Menyadari bahwa hanya islamlah yang dapat memberikan jawaban yang benar tentang ketuhanan, kenabian, peribadatan, alam semesta, manusia dan hakikat kehidupan. · Termotivasi untuk menerapkan ‘amal islami berlandaskan fikrah islamiyah di tengah masyarakat. Sinopsis: Manusia yang diciptakan Allah terbagai menjadi muslim dan kafir. Realitas ini menunjukkan bahwa terdapat manusia yang membawa kebenaran dan ada yang membawa kebatilan. Perbenturan akan selalu berlku di antara keduanya karena landasan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak adalah berbeda. Islam adalah sumber fikrah dan kepadanya seorang Muslim merujukkan kerangka fikirnya. Di lain pihak, kaum kuffar merujuk kepada hawa nafsunya. Islam yang haq, jelas, tetap dan sempurna tak akan dapat ditandingi oleh kebatilan. Muslim yang beriman menjadikan bashirah sebagai sumber fikrahnya, sedangkan kuffar menjadikan hawa nafsu sebagai sumber fikrahnya. Manusia, baik ia seorang muslim ataupun kafir, memahami sesuatu yang ada disekitarnya berlandaskan keyakinannya. Hal sedemikian juga jga berkeneaan dalam memahami Allah, risalah, ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan. Muslim yang beriman dalam memandang segala sesuatu selalu mendayagunakan bashirahnya sehingga selalu muncul tashawur yang sahih, yang berimplikasi kepada munculnya fikrah yang islami. Hal ini yang mengantarkan terwujudnya amal-amal islami. Sebaliknya, pihak kuffar mendasari fikrahnya dari hawa nafsu yang bersifat berubah-ubah dan temporal untuk memenuhi kebutuhan materialisme dan hedonisme saja, sehingga memunculkan tashawur yang salah/rusak. Hal ini yang menghasilkan fikrah jahiliyah dan amal jahili. Hasiyah: Ringkasan Dalil: · Dua bentuk sumber fikrah: kekufuran dengan hawa nafsu dan imen dengan bashirah. Semua dalam rangka memahamai 6 hakikat besar: Allah, risalah ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan. · Kekufuran membentuk tashawur yang salah: memunculkan pemikiran jahiliyah, dalam ideologi jahiliyah, diaplikasiakan dalam tingkah laku dan dinamika jahiliyah. · Keimanan membentuk tashawur yang benar: memunculkan pemikiran islami, dalam fikrah islamiyah, diaplikasiakan dalam amal Islami dan harakah islamiyah. D.5. ISLAM DIINUL HAQ Sasaran: · Memahami pengertian ad diin dan mampu menjelaskan kesalahpahaman masyarakat atas pengertian ad diin. · Membuktikan berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli bahwa: Islam adalah diinul haq dan selainnya pastilah diinul baathil. 99
· Menyadari bahwa Islam sebagai diinul haq adalah petunjuk yang lurus danmembawa keridhaan Allah. Di lain pihak, selain Islam adalah sumber keahiliyahan yang membawa kepada kesesatan dan kemurkaan Allah. Sinopsis: Hasiyah: Ringkasan Dalil: · Allah yang Maha Pencipta (QS.10: 4, 61: 9, 67: 3) · Allah yang Maha Mengetahui (QS. 61: 14, 36: 79) · Allah yang Maha Bijaksana (QS.59: 24, 61: 1, 62: 1) · Allah adalah Al Haq (QS.10: 32, 22: 62) · Diinullah adalah Diinul Haq (QS. 9: 33, 48: 28, 61: 9) · Islam (QS. 3: 19, 85) membawa kepada petunjuk (QS. 6: 153, 1: 5-6) · Selain Allah adalah makhluq (QS. 22: 73, 16: 17) yang sangat bodoh (QS. 3: 73) yang berorientai kepada zhan (QS. 10: 36, 6: 116) · Selain Allah adalah bathil (QS. 10: 32, 22: 62), berarti (membuat) selain diinullah merupakan diinul baathil yaitu kejahiliyahan (QS. 5: 50, 39: 64) yang menyeru kepada kesesatan (QS. 1: 7, 2: 120, 6: 153). D.6. TABIATUD DIINUL ISLAM Sasaran: · Memahami sifat-sifat diinul Islam yang menjadi ciri khas penampilannya sepanjang sejarah. · Dapat memberikan dalil naqli dan dalil aqli bagi setiap sifat tersebut serta menyebutkan contoh-contohnya. · Menyadari peranannya dalam perjuangan Islam dengan upaya menampilkan ciriciri tersebut pada dirinya, keluarga maupun masyarakat. Sinopsis: Hasiyah: Al Ikhlas wa Al Fithrah - mukhlis wa hanif. Al Qayyimu wa Al Minhaj - qayyimun minhajiyun Al Ahkamu wa Al Akhlaq - husnu al khuluq wa al hakim An Nazhafat wa Thaharah - nazhiifun thahuurun Al ‘Ilmu wa Al ‘Amal - ‘aliimun ‘amiilun Al ‘Ilmu wa Al Fikr - ‘aliimun mufakkirun Al ‘Amal wa Al Amal - ‘amilun mutafailun Al Quwwatu wa Al Mas’uliyah - qawiyun amiin Al ‘Izzah wa Ar Rahmah - ‘aziizun rahiimun Ad Daulah wa Al ‘Ibaadah - siyasiyun ‘abid As Saifu wa Mashaf - mujahidun rabbani Al Harakah wa Al Minhaj - harakiyun minhajiyun Keseluruhannya merupakan pribadi Islami Ringkasan Dalil: Karakteristik Diin Al Islam: · Diin yang bersih dari syirik dan sesuai dengan fitrah; membentuk pribadi mukhlis dan hanif (QS. 39: 2,11,14, 7: 172, 30: 30). · Diin yang penuh dengan tatanan nilai dan konsep; membentuk pribadi yang bermutu dan bermanhaj (QS. 36: 1-2, 43: 4). · Diin akhlaq/moral dan hukum; membentuk pribadi yang berakhlaq dan bijaksana (QS. 4: 36, 105). 100
· Diin kebersihan dan kesucian; membentuk pribadi yang bersih dan suci (QS. 9: 108). · Diin ilmu dan amal; membentuk pribadi yang berilmu dan aktif bekerja (QS. 47: 19, 2: 44) · Diin ilmu dan pemikiran; membentuk pribadi yang berilmu dan pemikir (QS. 9: 122). · Diin kerja dan harapan; membentuk pekerja yang optimis (QS. 9: 105, 46: 19, 4: 123-124). · Diin yang kuat dan bertanggung jawab; membentuk pribadi yang teguh dan dapat dipercaya (QS. 28: 26). · Diin yang bermartabat dan penyayang; membentuk pribadi yang berprestise dan santun (QS. 9: 128, 49: 10). · Diin daulah dan ‘ibadah; membentuk politikus yang ‘abid (QS. 73: 20). · Diin pedang dan Al Qur’an; membentuk pribadi mujahid yang robbani (QS. 9: 111, 3: 79). · Diin harakah dan minhaj; membentuk pribadi mutaharrik yang minhaji (QS. 9: 38-39, 16: 125, 12: 108). · Keseluruhannya merupakan pribadi islami. (QS. 3: 110) D.7. AL ‘AMAL AL ISLAMI Sasaran: · Memahami bahwa interaksinya dengan Islam wajib membentuk keyakinan, pemikiran, perasaan dan akhlaq yang Islami. · Memahami bahwa amal islami hanya terbentuk dar kondisi yang islami melalui tarbiyah dan da’wah serta harokah dan jihad. · Menyadari bahwa nilai ‘amal islami merupakan ibadah yang akan membentuk ketaqwaan dan memperoleh tamkin dari Allah yang ditunjukkan dengan bukti dalam bentuk kepercayaan dan amanah. Sinopsis: Bertaamul dengan Islam akan membentuk: keyakinan (i’tiqadi), fikrah, perasaan (syu’uriy) dan akhlaq yang akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) dan kemudian membentuk sikap yang islami (mauqifu islamiy). Sikap yang islami berarti memiliki kecenderungan yang positif terhadap nilai-nilai Islam sehingga dapat menimbulkan amal islami yang berbentuk tarbiyah dan da’wah serta harokah dan jihad. Semua amal ini adalah ibadah kepada Allah dan ditujukan hanya kepada Allah saja sehingga mengapai derajat taqwa. Amal islami mendapat pembuktian dari Allah yang berbentuk kepercayaan (tsiqah), pertolongan dan amanah. Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka memperoleh eksistensi. Hasiyah: Ringkasan Dalil: · Bertaamul dengan Islam akan membentuk: keyakinan (i’tiqadi), fikrah, perasaan (syu’uriy) dan akhlaq yang akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) (QS. 59: 9) dan kemudian membentuk sikap yang islami (mauqifu islamiy) (QS. 59: 10, 3: 146-147). · Amal islami berbentuk tarbiyah dan da’wah (QS. 41: 33) serta harokah dan jihad (QS. 4: 71, 76, 8: 45-46). Semua amal ini merupakan ibadah kepada Allah saja (QS. 16: 36) untuk mengapai derajat taqwa (QS. 2: 21, 8: 29). Amal islami mendapat pembuktian dari Allah (QS. 11: 17) yang berbentuk kepercayaan (tsiqah) (QS. 21: 105), pertolongan (QS. 47: 7) dan amanah (QS. 4: 58). 101
·
Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka memperoleh eksistensi (QS. 24: 55).
MA’RIFATUL INSAN E.1. TA’RIFATUL INSAN Sasaran: · Memahami pengertian manusia sebagai makhluq yang terdiri dari ruh dan jasad yangdimuliakan oleh Allah dengan tugas ‘ibadah dan kedudukan sebagai khilafah di muka bumi. · Memahami potensi dan kelebihan manusia dari pada makhluq lainnya pada hati, akal dan jasadnya. Sinopsis: Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluq lainnya, yaitu hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat ber’azam, denga akal dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah di muka bumi. Peranan dan tugas yang diamalkan ini akan mendapatkan balasan yang setimpal. Hasiyah: · Manusia (insan) Dalil: tanah (QS. 32: 7-8, 15: 28), ruh (QS. 32: 9, 15: 29) · Hati (qalb) Dalil: manusia membentuk kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17: 36), kehendak (QS. 18: 29). Kebebasan memilih (QS. 90: 10) · Akal Dalil: mampu membentuk pengetahuan (QS. 17: 36, 67: 10) · Jasad Dalil: untuk beramal (QS. 9: 105) · Amanah Dalil: manusia diberi amanah untuk menjalankan ibadah (QS. 83: 72) & fungsi kekhilafahan (QS. 2: 31). · Balasan Dalil: manusia menerima balasan pahala (QS. 84: 25, 16: 97, 95: 8) E.2. HAKIKATUL INSAN Sasaran: · Memahami kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan. · Memahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau pengingkarannya. Sinopsis: Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah: lemah, bodoh dan faqir. Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang mengatur alam dan seisinya. Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia
102
bertanggung jawab atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa: surga bagi yang beramal islami atau neraka bagi yang tidak beramal islami. Hasiyah: Hakikat manusia: · Yang diciptakan. Dalil: berada dalam fitrah (QS. 30: 30), bodoh (QS. 33: 72), lemah (QS. 4: 28) dan fakir (QS. 35: 15). · Yang dimuliakan Dalil: ditiupkan ruh (QS. 32: 9), memiliki keistimewaan (QS. 17: 70), ditundukkannya alam baginya (QS. 45: 12, 2: 29, 67: 15). · Yang menanggung beban Dalil: ibadah (QS. 51: 56), khilafah (QS. 2: 30, 11: 62). · Yang bebas memilih Dalil: bebas memilih iman atau kufur (QS. 90: 10, 76: 3, 64: 2, 18: 29). · Yang mendapat balasan Dalil: bertanggung jawab (QS. 17: 36, 53: 38-41, 102: 8), berakibat syurga (QS. 32: 19, 2: 25, 22: 14) atau neraka (QS. 32: 20, 2: 24). E.3. TOKOH INSAN Sasaran: · Memahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah. · Memahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan posisi kekhilafahannya. · Memahami dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas ibadah akan berakibat kepada diri sendiri Sinopsis: Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihankelebihan sehingga dapat menjalankan amanah: beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini, manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt memberi julukan kepada mereka: bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti babi, seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai. Hasiyah: · Potensi manusia Dalil: pendengaran, penglihatan dan hati (akal) · Mas’uliyah Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya. Dalil: dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS. 2: 21, 51: 56) · Khilafah Bagi yang menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi 103
ia hanya bertindak selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya. Dalil: · menjadikan kewajiban, bersikap amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24: 55, 48: 29) · makna khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35: 13, 40: 24-25, 53) · mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76: 30, 26: 68) · tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100: 6-11) · Lalai Mereka yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt. · Dalil: lalai dari kewajiban, bersikap khianat berarti · bagaikan hewan ternak (QS. 7: 179, 45: 2, 25: 43-44) · seperti anjing (QS. 7: 176) · seperti monyet (QS. 5: 60) · seperti babi (QS. 63: 4) · seperti kayu (QS. 2: 74) · seperti batu (QS. 29: 41) · seperti laba-laba (QS. 62: 5) · seperti keledai E.4. NAFSUL INSAN Sasaran: · Memahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan. · Memahami bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa: muthmainnah, lawwaamah dan amarah. · Termotivasi untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga menggapai nafsu muthmainnah. Sinopsis: Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah. Hasiyah: Nafsu manusia Dalil: nafsu manusia (QS. 91: 7-10) Ruh di atas hawa nafsu Dalil: ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29: 45) berorientasi dzikr (QS. 3: 191, 13: 28) jiwa yang tenang (QS. 89: 27-30) Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu Dalil: ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4: 137, 143) berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2: 9) jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75: 2) 104
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu Dalil: ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25: 43, 45: 23) berorientasi syahwat (QS. 3: 14) jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12: 53) E.5. SIFATUL INSAN Sasaran: · Memahami dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui jiwanya. · Memahami bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa. · Termotivasi untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada maksiat. Sinopsis: Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan: taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar, penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya, cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan, zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan. Hasiyah: · Nafsul insan Dalil: jiwa manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90: 10, 91: 8, 76: 3, 64: 2, 18: 29) · Taqwa Dalil: tazkiatun nafz (QS. 91: 8, 87: 14-15, 62: 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87: 14-15) · Fujur Dalil: · mengotori jiwa (QS. 91: 10) · memperturut ketergesa-gesaan (QS. 17: 11, 21: 37) · berkeluh kesah (QS. 70: 19) · gelisah (QS. 70: 20) · dusta (QS. 17: 100) · bakhil (QS. 14: 34) · kufur (QS. 14: 13) · susah payah (QS. 90: 4) · berdebat (QS. 18: 54) · berbantah-bantahan · zalim · jahil · merugi · bermuara kepada kefatalan E.6. HAKIKATUL IBADAH Sasaran: · Memahami hakikat beribadah kepada Allah. · Memahami makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan manusia. · Termotivasi untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah. Sinopsis:
105
Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta. Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa takut. Hasiyah: · Sumber pelaksanaan ibadah Dalil: merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16: 18, 55: 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31: 20, 14: 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7: 54, 67: 1) · Ibadah Dalil: Ibadah bertujuan merendahkan diri (QS. 7: 55), kecintaan (QS. 2: 165), ketundukan (QS. 4: 125) · Takut dan harap Dalil: Ibadah dilakukan dengan takut (QS. 7: 55-56, 9: 13, 33: 39, 2: 41) & harap (QS. 21: 90, 94: 8) E.7. SYUMULIYATUL IBADAH Sasaran: · Memahami integralitas ibadah dalam Islam. · Dapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar dalam berbagai lapangan kehidupan. · Termotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah. Sinopsis: Ibadah dalam Islam bersifat integral dan komprehensif, karena memiliki beberapa aspek yang merangkum berbagai persoalan kehidupan. Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan diin, seperti masalah yang wajib, mandub, mubah, dsb. Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan kehidupan seperti ‘amal shalih, membangun bumi, menegakkan diin. Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh keadaan manusia yang berkaitan dengan hati, akal dan anggota tubuh. E.8. QABULUL IBADAH Sasaran: · Memahami syarat-syarat dikabulkannya ibadah. · Dapat melaksanakan syarat-syarat tersebut. · Termotivasi untuk senantiasa mengikuti minhaj. Sinopsis: Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah harus memenuhi beberapa persyaratan. Ibadah terbagi menjadi dua bagian: ibadah mahdhah (ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus dengan syarat: niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman pada cara tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri: niat ikhlash, tergolong aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah) tetapi dalam segi cara perlu berlandaskan pula kepada situasi dan keadaan.. Hasiyah: I. Ibadah A. Ibadah mahdhah Dalil: syarat-syaratnya adalah 106
1. niat yang benar (QS. 98: 5, 39: 11, 14) 2. disyariatkan (QS. 59: 7) 3. mengikuti cara (As Sunnah) 4. wajib ittiba’ dalam konsep maupun caranya (QS. 7: 157) B. Ibadah ghairu mahdhah Dalil: syarat-syaratnya adalah 1. niat yang benar (QS. 98: 5, 39: 11, 14) 2. termasuk ‘amal shalih (QS. 103: 3, 95: 8) 3. wajib ittiba’ dalam konsep (QS. 3: 31) E.9. NATAIJUL IBADAH Sasaran: · Memahami makna ibadah salimah. · Memahami unsur-unsur yang dihasilkan dan wajib diwujudkan dalam beribadah secara benar. · Memahami hubungan antara ibadah salimah dengan taqwa. Sinopsis: Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah) adalah taqwa. Bagaimana cara agar ibadahibadah yang kita lakukan berbuah taqwa? Prinsip-prinsip yang harus diwujudkan: iman kepada Allah, berislam, bertindak ihsan, tawakal atas segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya, menumbuhkan harap atas ibadah yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku kepadaNya, mengiringi ikhtiar dengan do’a, ibadah dilakukan dengan khusyu’. Ibadah dengan melaksanakan prinsip-prinsip sedemikian insya Allah mendapatkan hasil taqwa. Dalil: ibadah salimah dapat menghantarkan kepada buah taqwa apabila pencapaiannya melalui iman (QS. 4: 136) islam (QS. 2: 112) ihsan (QS. 16: 97, 2: 195) tawakal (QS. 11: 88) cinta (QS. 2: 165) berharap (QS. 2: 218, 18: 110) taat (QS. 76: 7) berdo’a (QS. 25: 77) khusyu’ (QS. 2: 45-46) E.10. NATAIJUT TAQWA Sasaran: Memahami makna taqwa dan jalan untuk mencapainya. Memahami keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa. Termotivasi untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi laranganNya. Sinopsis: Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar. Hasiyah: Furqan 107
Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak. Dalil: furqan (QS. 98: 29) Barakah Bagi orang yang beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram. Dalil: barakah (QS. 7: 96) Makhraja Jalan keluar (makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal. Dalil: makhraja (QS. 65: 2) Rizqi Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang menyulitkan. Dalil: rizqi (QS. 65: 3) Kemudahan Kemudahan akan ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah. Dalil: kemudahan (QS. 65: 9) Kebaikan di dunia Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan kemudahan. Dalil: kebaikan di dunia (QS. 2: 200) Kebaikan di akhirat Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar. Dalil: kebaikan di akhirat , ampunan dan pahala yang besar (QS. 6: 65) E.11. TAWAZUN Sasaran: Memahami bahwa peranan fitrah manusia dalam memelihara pribadi sangat ditentukan oleh sikap tawazun yang diatur dalam Islam. Menyadari perlunya pemenuhan konsumsi ruh, akal dan jasad secara seimbang sesuai bimbingan Allah. Termotivasi untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan dan kesehatan dengan aktif di dunia da’wah serta dunia ilmu pengetahuan dan dunia usaha yang islami. Sinopsis: Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad. Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi keperluan jasad berarti menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu.
108
Memenuhi keperluan akal berarti menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah. Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin. Hasiyah: Fitrah hanif Allah swt menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada sesuatu yang baik, sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk khususnya kepada nilai-nilai yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga dan jangan sampai tertutup kepada maksiat dan dosa sehingga firahnya tak lagi berfungsi dengan baik dalam menilai. Dalil: manusia fitrah (QS. 30: 30, 7: 712, 75: 14) lurus (QS. 30: 30) Tawazun Allah swt menciptakan alam tanpa ada satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional). Keseimbangan manusia adalah proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan jasad. Dalil: seimbang (QS. 55: 7, 9) Jasad Manusia diperintahkan mengkonsumsi makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi makanan yang haram dan merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat difungsikan dengan optimal bagi ibadah. Dalil: gizi tubuh, makanan dan kesehatan (QS. 2: 168) Akal Allah swt menyuruh kita untuk mendayagunakan akal fikiran untuk: merespon ilham dari peristiwa alam mendekatkan diri kepada Allah Dalil: akal, gizi akal, ilmu (QS. 96: 1, 55: 1-4) Ruh Ketenteraman dan kedamaian ruh adalah hasil dari mengkonsumsi gizi ruh: dzikrullah. Dalil: ruh, gizi ruh, dzikrullah (QS. 73: 1-20, 13: 28, 3: 191) Nikmat Terpenuhinya konsumsi ketiga hal tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan zhahir dan batin Dalil: dengan terpenuhinya konsumis ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31: 20). E.12. RISALATUL INSAN Sasaran: Memahami bahwa tugas khilafah adalah imarah dan ri’ayah dengan ber-amar ma’ruf nahi munkar; mampu menyebutkan bagaimana menumbuhkannya. Memahami unsur-unsur yang dipelihara dalam tugas-tugas kekhilafahan sehingga mampu menyebutkan contoh-contoh perbandingannya dengan konsep jahiliyah. Mampu menyebutkan syarat-syarat umum untuk mencapai fungsi khilafah. Sinopsis: Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan manusia. Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan memelihara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal: diin, nafs, akal, maal dan nasl. 109
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan: kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad. E.13. BINAUL IZZAH Sasaran: Memahami bahwa menegakkan fungsi khilafah harus dengan mewujudkan kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad. Memahami cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari kekuatan itu secara benar dan terarah. Termotivasi untuk begabung dengan jama’ah Islam dalam rangka merealisasikan terwujudnya kekuatan ini. Sinopsis: Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam. Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan yang meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq lainnya, seperti: kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh Allah, diberikan amanah oleh Allah. Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia disisiNya. Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif, percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri. Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita adalah orangorang yang berprestise jika kita beriman. Dalil: ‘Izzah adalah milik Allah, rasulNya dan orang mu’min (QS. 63: 8, 3: 139) MA’RIFATUL QUR’AN Pendahuluan AI-Quran adalah kalamullah. la telah diturunkan oleh Allah s.w.t kepada nabi Muhmmad s.a.w sebagaimana Idtab Taurat, Injil .dan Zabur diturunkan kepada nabi-nabi sebelum baginda s.a.w. AI-Quran merupakan rujukan asal kepada risalah islam. Sesiapa yang tidak rnerujuk kepada al-Quran bermakna dia jauh dari panduan dan rujukan Islam. AIQuran merupakan kitab petunjuk dan pembawa rahmat kepada sekelian alarn. Segala panduan terhadap aturan hidup dan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat dan diri sendiri termuat di dalam AI-Quran. Sesiapa yang mendekati sumber hidayah ini insya Allah akan tersentuh dengan petunjuknya dan sesiapa yang tidak mendekatinya wal’iyaazubillah .... akan jauh dari hidayahnya. AI-Quran yang merupakan kalamullah itu adalah mukjizat yang cukup hebat, tetap dan kekal walaupun melalui peredaran zaman. Mukjizat yang mencabar jin dan juga manusia. Mukjizat yang menjadikan semua pendukung kesesatan dan ekstremes nafsu terduduk membisu. Allah telah rnenjadikan al-Quran sebagai basahan hati kepada mereka yang mempunyai penglihatan dan makrifat. Mukjizat al-Quran ini tidak menjadi usang lantaran penolakan berterusan oleh golongan yang tidak beriman dan juga peredaran masa. Mukjizat ini tetap dijaga oleh Allah seperti yang dijanjikan olehnya di dalam al-
110
Quran (15: 9) Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan az-Zikra (al-Quran) dan Kami yang akan menjaganya. Allah s.w.t telah menyebut di dalam al-Quran ini dengan berbagai sebutan terhadap kiitabNya. Ada yang disebut sebagai Hudan (petunjuk) kerana ia betul-betul membawa petunjuk kepada manusia , Rahmatan (rahmat) kerana sesiapa yang mengikuti petunjuknya akan mendapat rahmat, Nur (cahaya) kerana ia menyinarkan jalan hidup manusia, Syifa’ dan lain-lain lagi yang jumlahnya tidak kurang dari sepuluh nama. Setiap nama itu adalah menunjukkan kepada ciri- ciri yang dimiliki oleh al-Quran itu sendiri. Al-Quran adalah kiitab yang lengkap sebagai pedoman hidup manusia dalarn segenap aspek. la adalah kiitab yang menerangkan hukum-hukum syariat dari segi halal-hararn dan sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan manusia. la juga membawa kisah-kisah dan berita-berita pengajaran sebagai bahan berfikir terhadap peristiwa-peristiwa yang berlaku di dalam sejarah seperti ashabul kahfi, tentera bergajah, kaum ‘Aad, Thsamud, Firaun dan lain- lain. AI-Quran juga merupakan panduan seluruh manusia beriman tentang jihad, skop dan pelaksanaannya. AI-Quran memainkan fungsi utama di dalam mendidik dan mentarbiah jiwa- jiwa manusia menjadi hamba yang sebenar-benarnya. Sehubungan dengan itu, kita perlu mengetahui betapa penting mengambil faedah daripada al- Quran ini, syarat-syaratnya dan bagaimanakah cara berinteraksi yang betul dengan al-Quran irii. Semoga dengan panduan-panduan ringkas ini kita dapat menjadi orang yang paling baik hubungannya dengan al-Quran dan dapat melaksanakan kesan alQuran terhadap kehidupan jiwa dan fizikal kita dalam rangka kita beribadah terhadap Allah s.w.t. F. 1. TAKRIFUL QURAN Sasaran a.Memahami definisi AI Qur’an dan dapat menunjukkan kelebihan-kelebihannya berdasarkan definisi tersebut. b.Termotivasi untuk sentiasa membaca AI Qur’an dalarn rangka beribadah kepada Allah AI-Quran adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad s.a.w yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah Hasiyah Apabila disebut nama al-Quran, ia mengandungi beberapa hakikat yang berikut: 1. Kalamullah Syarah a Kalam adalah wasilah untuk menerangkan sesuatu di dalam diri dengan ilmu pengetahuan, nasihat atau berbagai kehendak Ialu memahamkan perkara itu kepada orang lain. Tentu sekali Allah bersifat dengan sifat kalam. Tersebut di dalam al-Ouran bahwa Allah berbicara dengan Nabi Musa dan al-Quran sendirl telah menerangkan bahwa alQuran itu adalah kalam Allah. Maka kalam yang didengar dari Allah itu sudah pasti menjadi salah satu sifat dan juga keadaan yang ada pada Allah. * Kitab-ktab yang telah diturunkan oleh Allah kepada para Nabi a.s adalah menjadi di antara fenomena bahwa Allah s.w.t bersifat dengan sifat Kalam. Allah s.w.t telah berbicara dengan setengah nabinya seperd Musa dan Muhammad pada malam mi’raj dan Allah akan berbicara dengan banyak lagi hambanya pada hari kiamat. Adapun hakikat kalam itu sebagai sifat Allah , kita tidak mengetahui bagaimanakah keadaannya. Yang kita percaya bahwa Dia tidak sebagaimana kalam makhluk dari segi lafaz yang keluar dari celah kedua bibir dan juga lidah yang dikawal oleh paru-paru, kerongkong dan juga gigi. ‘tidak ada sesuatupun yang menyerupai Dia. 111
Allah bercakap kepada siapa yang dikehendaikinya dari kalangan hambanya, malaikat maupun yang lainnya. Dalil a (53: 4): Allah s.w.t telah menceritakan kepada kita bahwa al-Quran itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepada Nab Muhammad s.a.w. 2. Mukjizat Syarah * AI-Quran yang merupakan kalamullah itu adalah mukjiizat yang cukup hebat, tetap dan kekal walaupun melalui peredaran zaman. Mukjizat ini diakui oleh para cendikiawan dahulu dan juga sekarang. Sampai saat ini pun al-Quran masih menjadi sumber rujukan utama kepada para pengkaji baik dalam ilmu sosial, sains, bahasa dan lain-lainnya. Tidak pernah ada satu kitabpun sebelum ini yang membawa penyataan-penyataan yang boleh dijadikan bahan kajian beratus tahun. Dalam bidang bahasa, pakar-pakar bahasa Arab dari zaman dahulu hingga sekarang tetap menjadikan al-Quran sobagai rujukan. Begitu juga dalam bidang astronomi, kaji bumi, ilmu perbidanan dan sebagainya. Mukjizat al-Quran juga mencabar jin dan juga manusia. Mencabar dari segi membuat sesuatu yang seumpama al-Quran ataupun mencabar dari segi kemampuan mencipta sesuatu seperti cabaran supaya manusia berkumpul untuk menciptakan seekor Ialat, dijawab oleh al-Quran bahwa mereka semuanya tidak akan mampu. Mukjizat yang menjadikan semua pendukung kesesatan dan ekstremes nafsu terduduk membisu kerana hakikat yang dinyatakan oleh al-Quran itu adalah benar dan hakikat semuanya yang tidak akan mampu sama sekali pendukung hawa dan kesesatan untuk berhujjah di hadapan al-Quran. * Allah telah menjadikan al-Quran sebagai basahan hati kepada rnereka yang mempunyai penglihatan dan makrifat. Mukmin akan merasa tenang dan hampir diri dengan kebenaran apa bila mendampingi al-Quran kerana hakikat diri manusia yang lemah diceritakan oleh AlIah dan hakikat pergantungan sebenar manusia adalah kepada yang benar-benar berkuasa. Tidak ada kuasa lain yang mengatasi kudrat dan kemampuannya. Oleh itu isi al-Quran membawa keceriaan kepada mukmin dan takutkan kepada azab neraka. * Mukjizat al-Quran ini tidak menjadi usang lantaran penolakan berterusan oleh golongan yang tidak beriman dan juga peredaran masa . Ini kerana apa yang dikandung oleh al-Quran adalah merupakan thawabit dalam sistem pemerintahan dan kejadian alam seluruhnya. Manusia yang dangkal pemikrannyanya berusaha menolak al-Quran kerana merasakan al- Qu.ran itu bertentangan dengan kehendak dan keinginan nafsunya. Sememangnya tuntutan nafsu ini adalah kontradiktif dengan tuntutan asal manusia dijadikan. Oleh itu mereka tidak akan mampu menolak thawabit yang telah diciptakan oleh Allah s.w.t. * Mukjizat ini tetap dijaga oleh Allah seperti yang dijanjikan olehnya di dalam al-Quran (15: 9) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan az-Zilwa (al-Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya. Dalil * (2: 23) Allah mencabar manusia, jika mereka meragukan al-Quran yang Allah turunkan coba buatkan satu surah yang lain seumpamanya dengan membawa saksi-saksi selain dari Allah jika mereka adalah pihak yang benar! * (11: 14) jika mereka tidak memperkenankan permintaan kamu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya al-Quran itu diturunkan dengan pengetahuan Allah dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia. Adakah kamu orang-orang muslimin patuh mengikutinya! 112
(17: 88) Sekali lagi Allah mencabar bahwa jika manusa dan jin berhimpun untuk mengadakan sesuatu seumpama al-Quran, nescaya mereka tidak akan mampu berbuat demilkian. 3. Diturunkan kepada hati Nabi Muhammad s.a.w Syarah * Allah s.w.t telah menurunkan al-Quran ini secara langsung kepada Nabi Muhammad s.a.w melalui utusannya jibril a.s. Kisah penerimaan wahyu pertama oleh Baginda di Gua Hira’ mengisyaratkan betapa beratnya urusan itu diterima sehingga beberapa kali dipeluk oleh jibril dan Baginda menggigil kesejukan. Proses penurunan itu ditangani langsung oleh jibril kepada Nabi Muhammad s.a.w. Setiap ayat yang diturunkan dihafal oleh baginda sehingga sempurna sebuah al-Quran. Dalil .c (26: 192-195) Sesungguhnya al-Quran itu diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Diturunkan oleh ruh yang suci (Jibril). Kedalam hati engkau (Ya Muhammad) supaya engkau memberi peringatan. Dengan Bahasa Arab yang terang. 4. Di sampaikan secara mutawatir sehingga terpelihara asolahnya Syarah • AI-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah s.a.w adalah sebagai petunjuk kepada manusia. Oleh itu apabila wahyu itu sampai kepada Rasulullah, baginda terus menyampaikan kepada para sahabat terutama golongan huffaz yang bertugas menghafal wahyu-wahyu dan ditulis oleh para sahabat yang ditugaskan khusus yang sentiasa ternanti-nanti sesuatu yang baru. • AI-Quran yang diturunkan itu ditulis dengan arahan dari Nabi s.a.w di atas pelepahpelepah tamar, tulang-tulang, kulit-kulit binatang dan sebagainya mengikut tertib penurunannya. Di kalangan sahabat ada yang membuat salinan khusus untuk simpanan sendiri dari Rasulullah s.a.w. Pada zaman Abu Bakar, Zaid bin Thabit telah dipertanggungjawabkan mengumpul al-Quran ke dalam satu mashaf setelah bermusyawarh dengan Umar. Pada zaman Uthman, mashaf pertama telah ditulis berdasarkan naskhah yang tersimpan pada Hafsah binti Umar yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar. Zaid bin Harithah, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin AI-’Ash dan Abdul Rahman bin AI-Harith telah ditugaskan untuk melaksanakan tugas itu dengan meraikan apa-apa perbezaan yang ada. Uthman menyimpan satu naskah, manakala yang lain dihantar ketempat-tempat lain. Sehingga ke hari ini mushaf ini dikenal sebagai mushaf utsmani. 5. Membacanya adalah ibadat Syarah Membaca al-Quran adalah nembaca kalamullah yang mengandung berbagai jenis petunjuk dari Allah s.w.t untuk kepentingan manusia. Oleh itu membaca al-Quran adalah ibadah yang dituntut kepada manusia melakukannya. Apabila kita membaca al-Ouran, Allah menjanjikan ganjaran yang cukup besar dan kelebihan-kelebihan yang tiada tandingannya. Dalil (35: 29-30) Orang-orang yang membaca al-Quran, bersolat dan bernafkah harta, Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambahi kepada mereka dengan karuniaNya. Hadith riwayat Aisyah, baginda bersabda: Orang yang membaca al-Quran sedangkan dia seorang yang lancar, maka dia akan bersama dengan malaikat safarah yang menghitung amalan kebaikan lagi yang berbuat kebajikan. Manakala sesiapa yang membaca al-Quran
113
dalam keadaan tergagap-gagap dan sukar, maka dia akan memperoleh dua ganjaran. riwayat Bukhan dan Mushin. Haditli riwayat Abu Musa al-Asya’ari: Orang mukmin yang men-ibaca al-Quran umpama citron (sejenis limau). Baunya harwn dan rasanya lazat. Orang mukmin yang tidak membaca al-Quran umpama buah kurma. la tidak mempunyai bau tetapi rasanya sedap dan manis. Orang munafiq yang membaca al-Quran umpama buah raihanah, baunya sedap tetapi rasanya pahit. Orang munafiq yang tidak membaca al-Quran umpama petola, ia tidak mempunyai bau dan rasanya pahit. - riwayat Bukhari dan Muslim * Hadith riwayat Abu Umamah al-Bahili: Bacalah al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada tuannya. - riwayat Muslim Ringkasan Dalil * AI Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Muhammad Saw yang disampaikan kepada kita secara rnutawatir dan membacanya merupakan ibadah *AI Qur’an: kalam Allah (53: 4), mukjizat (2: 23, 11: 14, 17: 18, hadits), diturunkan kepada hati Muhammad Saw (26: 192-195), disampalkan secara mutawatir sehingga terpelihara asholahnya (hadits), membacanya adalah ibadah (hachts). F.2. ASMAUL QURAN Sasaran a.Memahami kandungan nilai-nilai AI Qur’an yang terdapat dalam nama-namanya dan termotivasi untuk memiliki nilai-nilai tersebut dalam dirinya. b.Memahami kedudukan AI Qur’an serta termotivasi dan mampu memfungsikannya dengan benar. Sinopsis Allah s.w.t telah menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad s.a.w sebagai pedoman dan rujukan kepada hidup manusia. Di dalam al-Quran ini Allah s.w.t telah menyebut ‘al-Quran itu sendiri dengan berbagai nama. Setiap nama-narna itu memberikan taSawwur terhadap sifat dan peranan yang dimiliki oleh al-Quran itu sendiri sesuai dengan is! kandung yang dimilikinya. Dengan memahami nama-nama inii , akan menghapuskan sangka-sangkaan bahwa al-Quran itu hanya sebagal Kitab biasa seumpama kitab-kitab lain. Sedangkan al-Quran memiliki kemuliaan yang dipelihara oleh Allah dan memiliki fungsi yang begitu besar dalam mengatur tatacara hidup manusia. Hasiyah Nama-nama lain bag! al-Quran yang disebut sendirl oleh Allah s.w.t melebihi jumlah sepuluh nama: 1. AI-Kitab Syarah * Perkataan (Kitab) di dalam Bahasa Arab dengan baris tanwin diakhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebuah kitab yang tidak tertentu (nakirah). Apabila di tambah dengan alif dan laam dihadapannya menjadi (al-Kitab) ia telah berubah menjadi suatu yang khusus (tertentu). Dalam hubungan inii, nama lain bagi al-Ouran itu disebut oleh Allah adalah AI-Kitab. Dalil * (2: 2): Aiif Laam Miim. Itulah AI-Kitab. Tidak ada keraguan padanya. 2. Petunjuk Syarah 114
Allah s.w.t telah menyebutkan bahwa al-Quran itu adalah petunjuk (Huda). Dalam satu Allah rnenyebut ia sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan satu ayat yang lain ia sebagai petunjuk untuk manusia seluruhnya. Apabila disebut oleh Allah sebagal petunjuk, maka ia merupakan sumber rujukan dan jarum kompas untuk kehidupan manusia. Tanpa kitab ini manusia akan terpesong dari arah sebenar mereka ditujukan. Oleh itu al-Quran adalah petunjuk yang mesti gunakan. Dalil (2: 2): Alif Laam Miim. ltulah AI-Kitab. tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang- orang yang muttaqin. (2: 185): Bulan Ramdhan yang diturunkan padanya al-Quran sebagai petunjuk kepada manusia ..... 3. Rahmat Syarah * Allah menamakan al-Quran dengan rahmat adalah kerana dengan al-Quran ini akan melahirkan iman, hikmat, mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan bagi sesiapa yang beriman dan berpegang kepada al-Ouran. Dalil * (17: 82): Kami turunkan daripada al-Qu-ran itu apa yang sebagai Syifa’ (penyembuh) dan rahmat kepada orang-orang yang beriman. 4. Ruh Syarah Allah s.w.t telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasulnya s.a.w sebagal ruh. Sifat ruh adalah menghidupkan sesuatu seperti jasad manusia tanpa ruh akan mati, busuk dan tidak berguna. Bahkan dipandang jijik seperti binatang yang mati ditepi jalan. Dalam hubungan ini, menurut Ulama, al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga hampir dengan Penciptanya. Dalil * (42: 52) Demikianlah Kami mewahyukan kepada engkau suatu ruh (al-Quran yang menghidupkan hati) dari perintah Kami (40: 15) Dia rnenurunkan ruh (al-Quran) dengan perintahnya kepada siapa yang dikehendakinya di antara hamba-hambanya supaya Dia memberikan peringatan dengan Hari pertemuan (Khiamat) 5. Obat Syarah Allah s.w.t telah menyifatkan bahwa al-Quran yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabinya Muhanimad s.a.w sebagai penyembuh atau obat. Tentu sekali bila disebut ubat, kaitan langsungnya adalah dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Kathir menyatakan al-Quran adalah penyembuh kepada penyakit-penyakit yang terdapat dalam hati-hati manusia seumpama syirik, sombong, bongkak, keraguan dan sebagainya. Dalil (10: 57): Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhan mu dan menyembuh apa yang ada di dalam (dada) hati, lagi petunjuk dan rahmat bagi orangorang yang beriman. Kebenaran Syarah Al-Haq adalah kebenaran. AI-Quran dinamakan dengan al-Haq kerana dari awal hingga akhir isi kandung al-Quran adalah kebenaran semuanya. Kebenaran dari Allah yang menciptakan manusia dan mengatur sistem untuk manusia hidup di maya pada ini. 115
Bukannya kebenaran mengikut neraca dan pertimbangan nafsu manusia kerana pandangan dan nafsu manusia terlalu dangkal dan terhad dalam menentukan keadilan dan kebenaran hakiki. Oleh itu neraca dan pertimbangan dari al-Quran adalah yang sebenarbenar patut diikuti dan dijadikan prioritas dalam mengukur dan mempertimbangkan sesuatu. Dalil * (2: 147): Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah engkau termasuk orang- orang yang bimbang. 7. Penerangan Syarah AI-Quran adalah kitab yang membawa penerangan dan penjelasan kepada manusia apakah yang baik dan apakah yang buruk untuk diri mereka. Apakah yang hak dan apakah yang batil, apakah yang sebenar dan apakah yang palsu, jalan manakah yang selamat dan jalan manakah yang menyesatkan. Semuanya dibawa oleh al-Quran kepada manusia. rnenjelaskan kesemua perkara-perkara berikut. Selain itu al-Quran juga menerangkan kisah-kisah umat terdahulu yang pernah mengingkari perintah Allah Ialu ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga. Semua penerangan ini wajib ditadaburi oleh manusia untuk menyelamat arah tuju dan matlamat hidup mereka dan mereka mati dalam penuh kemuliaan. Dalil (3: 138): (Quran) irti adalah keterangan untuk manusia, jadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. 8. Pengajaran Syarah AI-Qu-ran Yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia kerana manusia sentiasa memerlukan kepada peringatan dan pengajaran yang sebenar yang boleh membawa mereka kembali kepada tujuan sebenar mereka dijadikan. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan, manusia akan leka dan Ialai dari tugas yang sebenar kerana mereka sentiasla diekori oleh syaitan laknatullh untuk melarikan mereka dari jalan Allah. Dalil (3: 138): (Quran) ini adalah keterangan untuk manusia, jadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (54: 17): Sesungguhnya telah Kami mudahkan Quran (bagi manusia) untuk jadi pengajaran. Adakah orang-orang yang mengambil pengajaran (daripadanya?) (54: 22): Sesungguhnya telah Kami mudahkan Quran (bagi manusia) untuk pengajaran. Adakah orang-orang yang mengambil pengajaran (daripadanya? ) 9. Pemberi peringatan Syarah Allah s.w.t menyifatkan al-Quran sebagai az-Zikra (peringatan) kerana sebetulnya alQuran itu senanitiasa memberikan peringatan kepada manusia kerana sifat yang tidak lekang dari manusia adalah lupa. Lupa dalam dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesama manusia maupun lupa terhadap tuntutan-tuntutan yang sepatutnya ditunaikan terhadap dirinya sendiri. Oleh itu kita yang beriman dengan alQuran dituntut untuk sentiasa mendampingi al-Quran. Selain sebagai ibadah al-Quran itu sentiasa memperingatkan kita dengan asal tanggungjawab kita. Kalau di dalam harakah, seorang akh amil itu dituntut untuk menghabiskan perdampingannya dengan al-Quran satu juzuk setiap hari secara tilawah. 1 116
Dalil * (15: 9): Sesungguhnya Kami telah turunkan az-Zikra (peringatan) dan sesungguhnya Kamii yang memeliharanya. 10. Berita Gembira Syarah Di dalam al-Quran sering memberikan khabar gembira kepada mereka yang beriman dengan Allah dan menjalani hidup mereka menurut kehendak dan jalan yang telah diaturkan oleh Al- Quran. Khabar-khabar ini menyentuh kesudahan yang baik dan balasan yang rnengembirakan kepada sesiapa yang rnenurut jalan al-Quran. Dihadiahkan dengan syurga, dikawin dengan bidadari, direzkikan dengan kemewahan hidup yang tidak pernah tergambar oleh lintasan pengindraan kita sendiri. Terlalu banyak janji-janji gembira yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman ini. Oleh itu Allah sebutkan juga al-Quran sebagai (busyra). Dalil (16: 89): Dan Kami turunkan kepada Engkau Kitab (Quran) untuk menerangkan tiap-tiap sesuatu dan rnenjadi petunjuk dan rahmat serta khabar gembira bagi orang-orang Islam. Fungsi AI Qur’an: 1 1. Kitab berita dan khabar Syarah • Dari awal surahnya lagi al-Quran telah membawa berita umat-umat terdahulu dan khabar- khabar akan datang yang berkaitan dengan alam kubur, alam akffirat serta penibalasan yang akan chterima oleh nianusia. AI-Quran membawa klsah-~ Habil dan Qabil, klsah Nabi Nuh, isteri, anak dan kaumnya, Idsah taufan, Idsah loqman, Idsah Nabi Ibratlim, Idsah a~u Rassi, klsah ashabul kahfi, ~ orang yang d=tikan Allah seratus tahun, ~ kaum tharnud dan Nabi saleh, Idsah kaum luth, 1~ firaun, ldsah zwqarnain, ldsah yakjuj dan makjuj, kisah perempuan Aziz, ~ anak-anak perempuan Nabi Syuaib, ~ Nabi Musa, Kisah ashabul Fiil, Kisah Abu Lahab dan lain-lain. • Banyak khabar-khabar yang dibawa oleh al-Quran menyentuh perkara-perkara yang akan datang , antaranya ialah persoalan maut, ajal bagi setiap peribadi atau urnat, kebangldtan hari mahsyar, yaumul wa’iid, yaumul taghaabun, thaomatul kubra, kengerian hari Idainat dan sebagainya. Berita-berita irii guna memperingat dan mendorong manusia kembali kepada Allah dan merasai kehebatannya. DaW * (78: 1-2): Tentang apakah yang mereka bertanya-tanya. Tentang berita yang besar (3: 138): (Quran) irii adalah keterangan untuk manusia, jadi petur@uk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (54: 17): Sesungguhnya telah Kanii mudahkan Quran (bagi manusia) untuk jadi pengajaran. Adakah orang-orang yang menganibil pengajaran (daripadanya?) (54: 22): Sesungguhnya telah Karrii mudahkan Quran (bagi nianusia) untuk pengajaran. Adakah crang-orang yang mengambil pengajaran (danpadanya?) 9. Peniberi peringatan Syarah Allah s.w.t rnenyifatkan al-Quran sebagai az-Zikra (peringatan) kerana sebetuinya alQuran itu sei-itiasa men-iberikan peringatan kepada manusia kerana sifal yaiig lidak lekang dari fnanusia adalah lupa. Lupa dalain dalam berbagal hal, baik dalam hubungan dengan A&-,h, hubungan sesaina manusia maupun lupa terhadap tmtutan-tuntutan yang sepatutnya ditunaikan terhadap dirinya sendiri. Oleh itu Idta yang berii@ dengan alQuran dituntut untuk sentiasa mendampingi al-Quran. Selain sebagai ibadah al-Quran itu sentiasa memperingatkan 1
seorang akh an-W itu dituntut untuk menghabiskan perdainpingannya dengan al-Quran satu juzuk setlap hari secara tilawah. 1 Dahl 0 (1 5: g): Sesungguhnya Kan-ii telah turunkan az-Zilwa (peringatan) dan sesung~ya Karffi y@ang memeliharanya. 10. Berita Genibira Syarah Di dalarn al-Quran sering memberikan khabar gembira kepada mereka yang be~ dengan Allah dan menjalwii 1-iidup rnereka menurut kehendak dan Aan yang telah diaturkan oleh Al- Quran. Khabar-khabar ini menyentuh kesudahan yang baik dan balasan yang mengenibirakan kepada sesiapa yang menurut jalan al-Quran. Dihadiahkan dengan syurga, dik,ahwin dengan bidadari, direz~ dengan kemewahan Mdup yang tidak pemah tergambar oleh lintasan pen@il&an Idta sendiri. Terlalu banyak janji-janji gernbira yang pasti dari ~ untuk rnereka yang beriman ini. Oleh itu Allah sebutkan juga al-Quran sebagai (busyra). DaW (16: 89): DanKarrA turunkan kepada E: ngkau Yitab (Quran) untuk menerangkan tiap-tiap sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat serta khabar gembira bagi orang-orang Islam. Fungsi AI Qur’wi: 1 1. Idtab berita dan khabar Syarah • Dari awal surahnya lagi al-Quran telah membawa berita umat-umat terdahulu dan khabar- khabar akan datang yang berkaitan dengan alarn kubur, alam akhirat serta pembalasan yang akan ditenma oleh manusia. AI-Quran membawa k~-~ Habil dan Qabil, Insah Nabi Nuh, isteri, anak dan kaumnya, Idsah taufan, Idsah loqman, 1
- (5..49,50): Engkau berhukumiah di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh AUah dari janganlah engkau menurut hawa nafsu mereka dan waspadalah terhadap mereka supaya mereka tldak nienyesatkan engkau dari sebahagian apa yang telah diturunkan ~ kepada engkau. Jika mereka berpaling, ketahuilah bahwa ~ hanya menghendale supaya mereka ditimpa sw-saaa kerana sebahagian dosa mereka sendiri. Sesungguhnya kebanyakan ~usia orang-orang yang fasiq. Adakah hukurn jahiliah yang mere@a tuntut? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada (hukum) ~ baqi kaum yang yaldn? 13. Idtab jihad Syarah Satu bal Yang amat clitekankan oleh al-Ouran ialah persoalan jfiiad. D! dalam hal irli alOuran membawa banyak ayat yang menyer-u agar Idta berj@d, menegah dari melampaui batas, batas-batas jihad, kecenderongan kepada perdamaian, konsep peperangan dalam Islam, pujian terhadap jihad, kemuliaan bagi mujahidin, cemuhan terhadap mereka yang tertinggal dan medan jihad, lan dan jihad, sisteni jihad dan aturannya, solat dalam peperangan, peprangan dalam bulan haram, baiah, hal-hal orwig tawanan dan sebagainya. Dahl (29: 69) Dan rnereka yang berjihad di jalan Kanii, Q)asti) Karffi akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Karni. Dan sesungguhnya ~ bersama-sama mereka yang melak~ kebaikan. 14. Idtab tarbiyah Syarah * Peranan bww juga yang dirna~ oleh al-Quran ialah sebagai Idtab yang menclidik jiwajiwa manusia rnenjadi personalitas yang mempunyai kemuliaan diri, kendiri, bebas dari sebarang perhan-ibaan sesama makliluk, bermasyarakat , beradab dan tahu nilai-niw rnurrii sebagai manusia yang berperarian sebgai khaira ununah. Dalil 0 (3: 79)Tidakberhakrnanusia,bahwadiberikan~kepadanya.Ydtab, hukwn-hukwn dan kenabian kernudian ia mengatakan kepada manusia: Hendaklah kainu rnenjadi hambaku selcun ~. Tetapi (hendaklah ia mengatakan): Hendaklah kamu menjadi Wama yang beramal kerana kainu mengajarkan Ydtab dan kainu membacanya. 15. pedoman hidup Syarah AI-Quran menceritakan bahwa manusia adalah jahil. Untuk menampung kejahilan itu selungga meniadi harnba selati kepada ~, maka ~ utuskan kepada setlap umat itu rasul yang membawa pengajaran-pengajaran dan juga penngatan. Begitu juga kepada ummat Idta, diutuskan Nabi Muhanunad s.a.w bersama isi risalahnya yang terkandung di dalam al-Quran. AI-Quran memandu numusia kelaian yang dikehendald oleh ~ s..w.t dalarn segala aspeknya terrnasuk kepercayaan, hala tuju, pengabdian, syariat dan sebagainya. ‘hdak ada panduan hidup yang lebih komplek dari apa yang dibawakan oleh AI-Qura.n. Dahl Times institute 8 Pakcj Tarbiah Tullab 2 * (28: 50): Kalau mereka tidak memperkenankan (perrnintaa=u) itu, maka ketahuilah bahwa mereka semata-~ menurut hawa nafsu ~ja. Siapakah yang terlebih sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya twipa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak menunjukla kaum yang zahm. 119
16. Idtab ilmu pengetahuan Syarah a Di dalam al-Quran terdapat banyak niaidumat yang menyentuh berbagal aspek ilrnu pengetahuan baik dalam bidang ilmu yang ldta ketahw ~upun yang idak ldta ketahw. Dahl * (96: 1-5): Bacalahdengannamatuhanmuyangmenjadikan,Yangrnenjadikanmanusiadari segumpal darah. Bacalah sedang Tuha=u yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan alQalam. Yang mengajar manusia apa yang lidak perriah diketahui. Ringkasan Dahl & nan-ia-nwna AI Qur’an: AI Kitab (2: 2). petunjuk (2: 2, 2: 185) rahmat (3: 138), cahaya ruh (42: 52), obat (10: 57), kebenaran (2: 147), penerangan (3: 138), pelajaran (3: 138,,54: 17, 22), pengingat (1 5: 9), berita gembira (1 6: 89) * Fungsi AI (@ur’an: ldtab berita dan khabar (78: 1-2), ldtab hukum syariah (5: 49,50), ldtab jihad (29: 89), ldtab tarblyah (3: 79), pedonian ffidup (28: 50), ldtab ilmu pengetahuan (96: 1-5) F.3. MUKTADO IMAN BIL OURAN Sasaran a.Meniaharrii kewajiban muslim terhadap AI Qur’an dan termotivasi untuk menunaikannya. b.Berupaya rnenghidupkan suasana Qur’an dalam setiap keadaan dengan mentaatinya di setiap keadaan e.Tennotivasi untuk berdakwah kepada AI Qur’an dan mempe@uangkannya di muka bun-ii Sinopsis Dinyatakan bahwa al-mian itu bukaniah cita-cita atau angan-angan tetapi ia adalah apa yang terpacak di hati dan dibenarkan oleh amalan. Oleh itu apabila Idta mengak-u ber~ kepada al-Quran, ~ di sana terdapat beberapa tuntutan terhadap keimanan tersebut. Antara tuntutan tersebut ialah supaya Idta berhubung erat dengan al-Quran yaitu dengan cara mempelajari al-Quran, mengajarkannya kepada orang lain dan sentiasa menibacanya. Lebih dari itu ialah dengan mentadabbur dan memaharsii ayat-ayatnya. Kemudian melak~an apa-apa tuntutan yang terkandung di da~ya. Seterusnya ldta menghafal dan memelihara pula ayat-ayat tersebut. Antara tuntutan juga ialah lata mentarbiah dan menclidik diri IGta dengan panduanpanduan yang telah digari~ oleh al-Quran seria Idta hendaldah berusaha agar dapat menghidupkan .suasana dengan warna-warna al-Quran dalam setlap keadaan. Dengan itu lata mes~ rnenerima, tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalam alQuran. Seterusnya Idta dituntut agar menyebarluaskan pengajaran-pengajaran al-Quran dengan mendakwalu dwi menyeru orang lain agar sama-swna mernaharrii dan melaksanakan isi kandungwi al-Quran di atas muka burffi irii. Hasiyah 1. Berhubung erat dengannya: dengan niempelajari dan mengajarkannya: rnenibacanya Syarah Pakej Tarbiah Tullab 2 olt #I^
120
Sebagai sumber rujukan dan pedoman 1-lidup, k-ita dituntut uiituk sentiasa mendainpiiigi al- Quan kerana ch dalamnya penuh dengan mutLara-mutLara berharga yang memandu Mdup Idta dalarn segenap lapangan. Bagairnanakah cara mendarnpingi al-Quran itu? Caranya ialah dengan sentasa mempelajari pengalaran-pengajaran yang terkandung di dalwmya yang terdiri dari hukum-hakain, prinsip-prinsip Iiidup dan sebagainya. Setelah dipelajari, Icita mes~ mengembangkan ilinu yang clipelajan itu kepada orang lain. Ini adalah tuntutan! Kita juga perlu mendainpingi al-C?wan dengan cara selalu membaca ayat-ayatnya yang terkandung di’da~ya. Dabl (2: 12 I): Orang-orang yang Karni datangkan kepada mereka al-Ydtab, mereka mentilawahkannya dengan sebenar-benar tilawah, mereka itwah orang yang beriman denganya. Sesiapa yang kufur dengannya mereka i~ orang-orang yang ragi. * (35: 29): Sesungguhnya orang-orang yang mentilawahkan Idtab Allah (al-Quran) dan mendirikan solat, mena&ahkan dari apa yang telah Kanii rez~ kepada mereka wma sen,lbunyi mau terang, mereka mengharapkan satu perriiagaan yang tidak akan rugi swna sekali. * Hadiffi nwayat Uthman ibn Affan: Sebaik-baik kainu adalah mereka yang mempelajari al Quran dan mengajarkannya (kepada orang lain). -riwayat Bukhari 2. Memahanii dan mentadabbur isinya Syarah Kita dituntut oleh Allah untuk rnentadabbur dan memahann ayat-ayat yang telah ditu=kannya kepada leta rnenerusi junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w. Tuntutan ini adalah berrno~ pengajaran yang sernestinya charnbil dan diamalkan oleh Idta dari i~dung al-Quran itu sendin. Tanpa memahann, leta tidak akan dapat mencapai mauamat unluk berpedornankan kepada ajaran al-Quran. Dalil • (47: 24): Apakah rnereka tidak mentadabburi al-Quran ataukah di atas hati-hati mereka ada penutup-penutupnya. • (4: 82): Apakah rnereka tidak mentadabbur al-Quran . Seldranya ia bukan dari sisi tentu sekali rnereka akan dapati banyak pereanggahan ch dala=ya. • (38: 29): Yitab yang Kinii turunkan kepada engkau diberkati untuk mereka rnentadabbur ayat-ayatnya dan untuk diambil pengajaran oleh mereka yang berakal. 3.Meh~akamya Syarah * Nil& kepada kehnanan dan kepereayaan Idta kepada sesuatu adalah apa yang telah Idta laksanakan dan Inta amalkan hash dari keyaknm itu. Seldranya dakwaan semata-mata belum terbukti keyaldnan tersebut. Dalam hubungan irii, Idta dituntut untuk mewcsanakan apa saja yang dituntut oleh al-Quran berdasarkan kaedah-kaedah uluin syarak. DaM * (17: 106): Quran (irii) Kanii turunkan beransur-ansur supaya engkau bacakan kepada manusia dengan perlahan-lahan dan Kanii humnkan ia sedildt den-ii sedildt. 4. Menghafal dan meme~anya Syarah Kita diperintah oleh Rasuluflah s.a.w agar rnemellhara dan menjaga al-Quran. Kita menjaga al-Qu,ran bukan sekadar menjaga fizikal kertas-kertas yang tertulis di atasnya ayat-ayat itu. 1Cita menjaganya samada dengan selalu menibaca dan mentadabbur ayat-
121
ayatnya agar ldta tidak terpesong dan tertinggal jauh dari ajarannya, atau dengan rnenghaw ayat-ayal tersebut atau kedua-duanya sekali. Dabl Hadith riwayat Abu Musa al-Asy’ari, sabda baginda s.a.w: jagalah al-Quran. Dendm Tuhan yang diri Muhammad di dalam genggaman-Nya, al-Quran lebih liar dari unta yang diikat.- riwayat Bukhari dan Muslim. Pakcj Tarbiah Tullab 2 P^ 5. Mentarbiah diri dengan al-Quran Syarah Kita dituntut mentarbiah diri ldta agar selari derigan ajaran al-Quran kerana al-Quran sebagai mulgizat daripada Allah diturunkan untuk mendudukkan manusia pada posisinya yang sebenar cli dalam hubungannya dengan ~ dan juga alam semesta. Manusia adalah haniba Allah dan mesti tunduk kepada kehendak Allah dan segala awannya. Manusia tidak boleh menjadi haniba kepada ~ yang lain termasuk hawa nafsu dan ~ya. Ketundukan ini sentiasa saling bertarik tali dengan pengaruh-pengaruh lain swna ada nafsu, syaitan, perseldtaran, biah sekeliling dan sebagainya. Oleh itu ldta dituntut menjadikan al-Quran suniber tarbiah sebenar dirt Idta dalam bertarik tall dengan pengwuh-pengwuh lain. Dalfi * (3: 79): ... tetapi (hendaklah ia mengatakan): Hendaklah kcunu menjadi u~ yang ber~ kerana kamu rnengajarkan Kitab dan kamu membacanya. * (2: 15 I): Sebagairnana Karffi telah mengut~ seorang rasul kepada kepadatnu, yaitu &U-@th seorang daripadxnu yang membacakan ayat-ayat Kanii kepadainu, membersihkan kainu (dari kelakuan yang tidak balk) dan mengajar Kitab dan hikmah kepada mu dan iagi mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui 6. Menerima dan tmduk kepada huk= hakamnya Syarah Hubungan Idta dengan al-Quran beras~ kepada seiauhmana hubungan Idta dengan ~ dengan segala kebesarannya. Apabila Idta yaldn bahwa Allah yang me~ segala- galanya dan men~ serta menyusun atur segala sistem peijalanan alam ini, tentu hati keeil Idta terus tunduk kepadanya. Dengan irii Idta menerima segala arahan dan hukum hakam yang dibawakan cli dalam latabnya itu dengan penuh tawadhu’ dan keyakman bahwa segalanya adalah selan dengan slstem semulajadi alam im. Bahkan pene=aan dan ketundukan leta terhadap hukwn-hakam Allah adalah tuntutan asasi kepada seorang Muslim. Dahl: • (33: 36): Tidak ada bagi lelald mukniin dan perempuan muknkwh (hak) untuk meniilih dalain urusan mereka, bila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan urusan itu. Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. • (4: 65): ‘Adak derrii tuhanmu, mereka tidak juga beriman (kepada engkau) sehingga mereka mengangkat engkau menjadi hakirn untuk mengurus perselisu= antara mereka kemudian mereka ‘aada memperolelu keberatan dalam hatinya menerima keputusan engkau dan mereka terirna sebenar-benar terima. • (5: 44), (5: 45).(5: 47): ~ s.w.t telah menyifajm mereka yang tidak berhukunikan dengan hukum-hukum yang telah diturunkan ~ sebagai kafir, zalim dan juga fasiq. • (5: 50): Apakah hukum ja~ yang mereka cari? Siapakah yang lebih baik dciri Allah hukumya bagi kaum yang yaldn? 7. Menyeru orang kepadanya 122
Syarah Konsep hidup seorang muslim adalah bermasyarakat dan inginkan kebalkan melata dan dirasai oleh semua orang. ‘hdak ada konsep ananiah atau individualistik di dalam masyarakat Islam. Oleh itu apa-apa kebaikan yang cliterima dan dipeli@jan me~ disebarkan keseluruh masyarakat. Bahkan diseru dan diajak niereka agar memahanii dan menghayati konsep-konsep keadilan yang telah cliten~ ~ ch dalam latabnya. Kebaikankebaikan me~ dikongsi bersama dalam masyarakat. Dahl (16: 125): Senl-xh (nianusia) ke jalan (agarna) Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik dan be@idallah dengan mereka dengan (cara) yang terbaik. Pakej Tarbiah Tullab 2 8. Menegakkannya di mukabumi Syarah Sebagaimana Allah menuntut kaum-kaum terdahulu mendirikan agama, maka begitu jugalah dituntut kepada Idta umat Muhammad s.a.w. agar mendirikan agama di muka bun-ii ird. Tuntutan ini tidak pernah padam selama ada Quran di muka bunii ini. Dalil (42: 13): Dia agai.i.ia big! kariiu, scbaqairnatia telait diwiisiiitjk@itiNy,-1 k,epada Nuh, dan yang kami watiyukan ke-padamu daii Karrii wasia[kaii kepad@t Ibralfiiii, Musa dan lsa ialtu: Hendaklah kamu dirikan agama dan janganiah kamu berpecah-belah dalain agama. Ringkasan Dalil Tuntutan iman terhadap AI Qur’an *Berhubungan erat dengannya, dengan mempelajari dan mengajarkannya: membacanya (2: 121. 35: 29, hadits), memahanii dan mentadaburkan isinya (47: 24, 4: 82, 38: 29), melaks~an (1 7: 106), menghafal dan memehharanya (hadits) 1 * Mentarbiyah diri dengan AI Qur’an *Menerimadantundukkepadahukurnhukumnya(33: 36,4: 65,5: 44,45,47,50) . a Menyeru orang kepadanya (1 6: 125) * Menegakkannya di muka burni (42: 13) F.4. AKHTAR NISYANUL QURAN Sasaran a.Memahanii sebab-sebab yang dapat melupakan seseorang dari ldtabunah b.Menyedari bahaya yang akan terjadi disebabkan lupa kepada AI Qur’an c.Berupaya untuk sentiasa mengingat AI Qur’an di setiap keadaan Sinopsis AI-Quran yang diturunkan oleh ~ s.w.t adalah petunjuk dan pedoman untuk manusia. Oleh kerana ia memilild riilai-nilai pedoman, petunjuk dan kemuliaan pada zatnya maka ia mestlah clipehhara dan clijaga dengan bwk. ndak boleh seseorang melupakan al-Quran apalagi menibelakang atau me=ggalkan langsung al-Quran. Banyak alabat yang akan rnenimpa sesiapa yang melakukan demildan di antaranya ialah tersesat dalam kesasatan yang nyata, hidup dalam suasana penuh kesemnpitan, buta matahati, keras hati, kezaliman dan kehinaan, bersahabat dengan syetani, kel;asikwi dati kerriullafikati. Hnnpunan dan alabat-alabat itu menyebabkan manusia berada dalam kesusahan di dunia dan juga diakhirat. Hasiyah 1. Lupa kepada AI Qur’an Syarah 123
AI-Quran adalah kalamullah. la suci dan mulia dan ia tidak akan duduk hanya pada tempat yang suci dan mulia juga. Apabila manusia berpaling dari mengmgati Allah atau melakukan maksiat kepada ~, Allah akan meialaikan haU mereka dan mengingati kalamNya yang suci itu. Kelupaan terhadap al-Quran irii adalah aldbat dari tingkah laku dan amalan manusia sendiri. Dalil (18: 28): Sabarkaniah hatimu serta brang—orang yang menyenibah tuhannya pada pagi dan petang sedang mereka menghendakld keridhaan Allah. Dan janganlah engkau palingkan Pakej Tarbiah Tullab 2 ~ im pemandangan daripada mereka kerana menghendah perlnasan ludup di dunia. janganiah engkau turut orang yang telah Kann lakiikan hatinya dari mengingati Kan-ii dan mengikut hawa nafsunya dan adalah perbuatannya itu melarnpaw batas. Di antara beberapa bahaya melupakana al-Quran adalah seperti berikut: 2. Sesat yang nyata Syarah Petunjuk yang diturunkan oleh ~ s.w.t menerusi Rasul~ s.a.w adalah petunjuk yang jelas kebenarannya. Dinyatakan satu persatu oleh AUah s.w.t haldkat-haldkat kebenaran id dengan bukti-bukti yang begitu jelas sebingga tidak ada lagi alasan kenapa merka boleh berpaling setelah mereka melaliirkan pengakuan keknanan , selain dari keingkaran mereka yang nyata terhadap haidkat yang begitu jelas terbukt! di hadapannya. Itulah dise,but sobagai kcsesalan yang nyata. Dalil (4: 60): Tidakkah engkau mengetahul orang-orang yang mendakwa bahwa mereka berirnan kepada (Ouran) yang diturunkan kepa.da engkau dan (1
124
* ~ s.w.t telah berj@ji bahwa sesiapa yang berpaling dari mengikuti ajaran yang telah dibawa oleh Nabi s.a.w akan menerima padah dalam keliidupannya kerana selain petunjuk AUah adalah kekurangan dalam segala sudut bahkan bertenibmg antara kepentingan- kepentingan berbagai pihak. Dahl * (20: 124): Sesiapa yang berpaling dari peringatan Ku (Quran) maka untuknya pengffidupan yang sempit, kemudian Kan-d Iiimpunkan dia pada hari Idainat dalam keadaan buta. 5. Matahati yang buta Syarah & Petunjuk al-Quran adalah Basturah baqi perjalanan liidup manusia. Sesiapa yang me=ggalkan petunjuk inn atau melupakannya niaka mata hatmya tidak akan niampu inelihat kebenaran AUah walau matanya dapat melihat. DalU * (22: 46): Tidakkah mereka berjalan di muka buns! supaya mereka mempunyal akal (untuk) meniil&kan, atau telinga (untuk) mendengarkan. Sesungguhnya rnereka bukanlah buta mata, tetapi buta hati yang dalam dada. Pakej Tarbiah Tullah 2 0 0-@ I#,6. Hati menjadi keras Syarah Hati yang jauh dan petunjuk Allah menlacli keras dan sukar untuk menerima kebenaran sehinggakan disifatkan oleh Allah pada seseengah tempat lebih keras dari batu. Dalfi (57: 16): Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beds=, bahwa tunduk hati mereka untuk mengingat Allah dan kebenaran yang diturunkannya (Quran) dan bahwa mereka tiada seperti orang-orang alibi ldtab sebelum mereka, maka telah panjang niasa antara mereka dan antara nabinya, Ialu menjadi ka-Rar (keras) hati mereka dan kebanyakan mereka fasiq. 7. Zalim dan hina Syarah Apabila lata lari dan kea~ yang tunjukkan oleh ~ maka tempat sebawmya untuk leta adalah kezaliman kerana Idta telah meletakkan sesuatu bukan pada posisi yang selayakaya menurut neraca asli yang dikehendald oleh Allah. Pergantungan Idta pula kepada ~uk bukan kepada Allah. Di sinilah lahirnya kehinaan. DaW • (3: 112): Mereka itu ditimpa kehinaan di mana mereka berada kecuali dengan tali dari Allah dan tali (perdamaian) dari manusia, dan mereka itu kembali dengan mendapat kemurkaan dari Allah serta ditimpa keniisidnan. Deniildan itu, kerana mereka kafir akan ayat-ayat ~ dan menibunuh nabi-nabi tanpa kebenaran. Dengan itu sebab mereka itu derhaka dan melampaui batas. • (32: 22): Siapakah yang lebih zalim dari orang-orang yang diberikan peringatan dengan ayat-ayat tuhannya, kemuclian clia berpaling danpadanya? Sesungguhnya Karm menyiksa orang-orang yang berdosa. 8. Bersahabat dengan syaitan Syarah 125
Syaitan sentiasa mengintai-intai peluang untuk menyesatkan manusia mewui apa jua cara yang mungldn boleh dilaksanakan.. Sesiapa yang rneninggalkan atau melupakan alQuran maka ~ berj@li akan menguas~ syaitan kepadanya Ialu sy&tan menjach sahabatnya. Dalil • (43: 36): Sesiapa yang membuat-buat buta (melihat) peringalan Rahman (Quran), Kwd ku~an syaitan kepadanya, lalu syaitan itu menjadi temannya. • (25: 29): Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Quran) setelah sainpai kepadaku. Adalah syaitan itu amat kliianat kepada manusia. 9. Lupa terhadap diri sendiri Syarah * Hubungan ~ dengan haniba-hanibanya begitu berhambatan. Apabila hamba dekat dengan-Nya maka Allah lebih dekat lagi tetapi apabila hmiba melupakan Allah maka Allah akan melupakan hambanya bahkan menladikan mereka lupa akan dm mereka sendin. Dalil * (59: 19): janganiahkamusepertiorang-orangyangmelupakanAllah,Wu~menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itwah orang-orang yang fasiq. 1 0. Fasiq Syarah * Fasiq adalah orang yang keluar dari batasan-batasan yang telah ditentukan oleh ~ s.w.t. Apabila Idta melupakan al-Quran, atau meninggalkannya bagaimana boleh Idta mempastikan berada di dalam lingkungan batasan ~ s.w.t. sedang semuanya itu disebut dan peringatkan di dalarn IdtabNya yaitu al-Quran. Dalil 0 (2: 26-27): .... Adapun orang-orang yang kafir, mereka berkata apakah maksud Allah de.ngan perwnpamaan ini? Disesatkan Allah dengan perumpamaan itu kebanyakan orang Pakej Tarbiah Tullab 2 9 dan ditunjuinya kebanyakan orang yang lain, tetapi llah tidak rnenyesatkan dengan dia kecuali orang-orang yang fasiq. last orang-orang yang melanggar janji-janj! ~ setelah teguhnya dan mereka itu memutuskan (silaturahim) yang disuruh Allah memperhubungkannya, lagi mereka berbuat bencana di muka bunu. Mereka itulah orangorang yang Merugi. (13: 19-20): Adakah orang yang mengetahui bahwa Quran yang diturunkan kepada ongkau dari tuhanmu, adalah suatu kebenaran serupa dengan orang-orang buta (tidak mengetahul)? Hanya orang-orang yang berakal, menerima pengajaran. laitu orang-orang yang menepati janji Allah dan mereka tidak memungldri janji. 1 1. Nifaq Syarah 0 Nifaq adalah sifat yang berbahaya kepada masyarakat dan juga kepada diri sendin. Ini kerana orang rainal tidak dapat menegenali mereka dengan baik kerana pada zahirnya rnereka seperti orang lain juga. Tetapi Allah Maha Mengetahiii apa yang ada di dalam hati- hati mereka. Keadaan ini juga berlaku di zaman Rasulullah s.a.w di mana terdapat 12 narna yang dirahsiakan oleh Rasuluilah ke dalam sunpanan Huzaifah. Bagaimanapun BAgmda menceritakan sifat atau eiri-ciri infaq dan merninta Idta menjauhinya. Dabl
126
• (4: 61-63): Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah karnu kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada rasul, maka engkau lihat orang-orang munafik berpaling dari engkau sebenar-benar berpaling. Bagaimakah jika mereka ditimpa cubaan kerana ~a tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepada engkau, sambil bersumpah dengan ~: Kariii tidak menghendald selain semata-mata kebaikan dan perdainaian. Mereka itulah orang-orang yang Allah mengetahili apa-apa yang dalam hati mereka, dan ajarlah mereka dan katakarilah kepada mereka perkataan yang fasih (terang) tentang dirinya. • (24: 49-50): jika mereka itu akan mendapat haknya, mereka datang kepada rasul serta patuh kepadanya. Apakah ada penyalat dalam hati mereka atau masih ragu-ragu atau takut, bahwa Allah dan rasW-Nya akan ariiaya kepada mereka? bahkan mereka itu sendiri yang ariiaya. 12. Menimbulkan syaqawah di duma dan di aklurat: Kesemua sifat-sifat tadi me~ulkan kesusahan kepada keliidupan sarnada di dunia yang ada sekarang ini mau pun kel-,lidupan di aktdrat nanti. Ringkasan Dalil • Lupa kepada AI Qur’an (1 8: 28) • Sesat yang nyata (4: 60, 115) • Sempit dada (6: 125) • Kehidupan yang serba sulit (20: 124) • Matahati yang buta (22: 46) *Hati menjadi keras (57: 16) • Zalim dan hina (3: 112, 32: 22) • Bersahabat dengan syaithan (43: 36, 25: 29) • Lupa terhadap diri sendiri (59: 1 9) *Fasiq (2: 26-27, 13: 19-20) *Nifaq (4: 61-63, 24: 49-50) * Meniinbulkan syaqawah di duriia dan di akhirat F.S. SYURUT AL INUFA BIL OURAN Sasaran a.Memahami kepentingan intifa dengan AI Qur’an b. Memahard syarat-syarat intifa terhadap AI Qur’an c.Dapat inelaksanakan syarat-syarat tersebut dengan sebaik-baiknya kedka berinteraksi dengan AI Qur’an Sinopsis Dalam rajah ini menyimpulkan beberapa panduan bagaimana untuk memaksimalkan faedal\h yang dapat kita ambil dari Al-Qur’an. Baik dari peradaban, cara menerima, memahami objektif asasi, menurut yang dilakukan oleh para sahabat. Hasiyah Bersikap sopan terhadapnya: niatnya baik, hati dan jasadnya bersih, mengjhususkan jiwa untuk sibuk dengannya, mengkhususkan berfikir dengan Al-Qur’an. Kesopnan dengan Al-Qur’an hendknya dijaga ketika menggunakan Al-Qur’an. Kesopanan ini …. Menyediakan niat hati yang baik dan bersih, jasadnya juga hendaklah dalam keadaan suci bersih atau dengan wudhu dan hendaknya pikiran bertumpu hanya kepada Al-Qur’an saja tanpa gangguan dari yang lain. Dali (7: 204)
127
3. Berorientasi kepada tujuan yang ~ (dari AI @Qur’an) sebagai petunjuk clan ~ pen.ibentuk keperibadian Islam, pemirnpin manusia, pernbentuk masyi: irakat Islam 4. Mengikuti cara interaksi sahabat dengan AI Qur’an: memandang secara menyelurul masuknya AI Qur’an tanpa pertimbangan-pertimbangan masa Ialu. Pereaya secara mutlal merasakan bahwa ayat diarahkan kepada dirinya. 5. Menganibil manafaat Ringkasan DalU Syarat berinteraksi dengan AI Qur’an *Bersikap sopan terhadapnya: riiatnya baik, hati dan jasadnya bersih, mengkhususkan jiw untuk hanyan sibuk dengannya, mengkhususkan berfil& dengan Al Qur’an Bagus dalam talaqqqi: dengan hati yang khusyu, dengan mengagungkan, dengan kesiapa melaksanakaan *Berorientasi kepada tujuan yang asasi (dari AI Qur’an) sebagai petunjuk dari Allal penibentuk kepenbachan Islam, penumpin manusia, pembentuk masyarakat Islam • Menglkuti cara interaksi sahabat dengan AI Qur’an: memandang secara menyelurd masuknya AI Qur’an tanpa perdnibangan-perw-nbangan masa Ialu. Percaya secara mutial merasakan bahwa ayat cliarahkan kepada d=ya. • Mengambil manafaat ... GHAZWUL FIKRI PENDAHULUAN Bahan ghazwul fikri sebagai panah dari peluru-peluru yang disampaikan kepada mad’u kita agar mereka menyadari bahaya ghazwui fikri yang menggunakan segala macam cara dan bentuk yang berada di sekitar kita untuk mengancam aqidah dan amal shaleh kita. Penyedaran melalui bahan ghazwul fikri ini diberikan dengan banyak contoh, bukti, realitas yang berlaku di sekitar kita dan pendedahan tentang mangsa-mangsa ghazwui fikri ini. Setelah pendedahan ini diharapkan muncul penyadaran sehingga mempunyai benteng diri dan perbaiki diri ke arah yang positif. Umnat Islam secara umumnya banyak yang tidak menyedari akan bahaya ghazwul fikri. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknyar musliin secara sadar ataupun tidak mengikuti pemikiran, tingkah laku dan gaya hidup orang kafir (Barat). Ketidaksadaran muslim terhadap balhaya ini menjadikan muslim tidak mempunyai identitas dan kepercayaan diri yang kuat sebagai muslim. Bahkan kebanggaan dengan tingkah laku jahiliyah yang diamalkan sebagai suatu budaya dan prestij tersendiri. Pihak kafir setelah mengalam kekalahan yang berterusan terhadap Islam selama perang Salib mencari alternatif untuk menghancurkan umat Islam. Mereka tidak pernah ridha dan tidak pernah berhenti menyerang umat Islam hingga muslim mengikuti millah mereka. Strategi altematif menghancurkan Islam yang dipilihnya adalah ghazwul fikri. Ghazwul fikri adalah serangan pemikiran, budaya, mental dan konsep yang berterusan dan dilakukan secara sistematik, beraturan, terancana yang dirintis oleh pihak kafir terhadap muslim sehingga muncul perubahan keperibadian pada umat Islam, gaya hidup dan tingkah laku. Ghazwul fikri ini bertujuan untuk rnerusakkan akhlak, menghancurkan pemikiran, melarutkan keperibadian dan rnenjadikan muslim.riddah. Usaha ini sudah dilaksanakan semenjak sebelum kejatuhan khilafah Islaniiyah yang kemudian menghasilkan jatuhnya
128
khilafah Islamiyah. Usaha memutuskan hubungan di antara negeri Islam di bawah khilafah islamiyah senantiasa dilakukan sehingga muncull nasionalime, kekauman dan kebangsaan. Memisahkan agama dari negara, orientalisme, penyebaran Kristen dan pembebasan wanita merupakan aktivitas ghazwul fikri yang sekarang sudah menunjukkan hasilnya. Umat Islam sekarang sebagai mangsa ghazwul fikri telah berubah wajah menjadi wajah Barat atau jahiliyah walaupun status agama mereka masih Islam. Musush Islam adalah pelaku ghazwul fikri yang terdiri dari Yahudi, Nasrani, Majusi, Musrikin, Munafikin, Atheis dan orang kafir secara umumnya. Mereka biasa disebut dengan musytakbirin (orang yang sombong dan melempaui batas). Cara yang digunakan mereka untuk menyerang Islam adalah peneragan, pendidikan, pengajaran, buku cetakan , klub, sukan, yayasan, pertubuhan, hiburan, film, musik dan sebagainya sehingga memungkinkan umat islam lupa kepada identitas diri mereka dan murtad yang kemudian menjadikan kehidupannya sebagai kehidupan jahiliyah. Kehidupan jahiliyah merupakan kehidupan yang jauh dari berkah Allah, kehidupan in akan merugikan kita di dunia dan akhirat. Kehidupan jahiliyah berarti kehidupan di dalam kegelapan tanpa panduan agama dan petunjuk yang jelas. Kejahiliyahan disebabkan oleh bersangka buruk kepada Allah, merasa diri cukup dan tidak perlu pertolongan Allah, tidak memerlukan hidayah dari Allah dan sombong. Produk jahiliyah diantaranya adalah prasangka jahiliyah, hukum jahiliyah, pengabdian jahiliyah, kebanggan jahiliyah, tingkah laku jahiliyah, perhiasan jahiliyah, dan kehidupan jahiliyah secara umumnya. Jahiiyah merupakan system, konsep dan amalan kehidupan yang berada di dalam kegelapan nur islam. Masyarakat islam telah banyak terpengaruh dengan kehidupan ini sebagai hasil dari ghazwul fikri. Untuk mengembalikan kepercayaan umat islam kepada agamanya merupakan suatu cara yang sulit dilakukan kecuali diperlukan dakawah dan jihad yang dipelopori oleh harakah dan jamaah islamiyah. Kesulitan ini disebabkan karena tingkah laku dan gaya hidup ini sudah menyatu dengan diri muslim, misalnya perhiasan jahiliyah pada wanita yang mengguna lipstik, pakaian mengikuti mode, juga kebiasaan tertentu seperti musik dan hiburan sudah merupakan bagian kehidupan kita yang mestinya aktivitas ini perlu dihindarkan dan diajuhkan dari kehidupan muslim. Kesulitan lainnya karena umat islam telah megidap penyakit cinta dunia dan takut mati. Keadaan ini diperlukan kesadaran terhadap bahaya ghazwul fikri, dengan bahan ini semoga diperoleh kesadaran terhadap bahaya ini. Sasaran · Memahami pengertian ghazwul fikiri dan bahaya yang, mengancam kaum muslim daripadanya. · Memahami bentuk-bentuk upaya umat jahiiiyah dalam memperdaya kaum muslimin Sinopsis Setelah Kekalahan pihak kafir khususnya nasrani dari umat Islam melalui perang fisik dan senjata (pada perang salib dan perang lainnya), maka mereka berfikir mencari jalan lain yang dapat menghancurkan umat islam. Ghazwul fikri sebagai alternatif yang dipilihnya sebagai pengganti perang fisik dengan perang pemikiran. Ghazwul fikri adalah serangan ke atas pemikiran secara bertubi-tubi yang tersusun secara rapi, dan terencana yang dilakukan oleh umat yang kuat terhadap umat yang lemah untuk merubah kepribadianya sehingga menjadi pengiktu umat yang kuat tersebut. Umat jahiliyah khususnya Yaudi dan nasrani senantiasa memerangi umat islam. Perang yang dilaksanakan dalam toga bentuk yaitu politik, militer dan ekonomi. Ghazwul fikri 129
adalah perang ke arah pemikiran yang akan menghasilkan berbagi kerusakan dikalangan umat islam. Aktivitas ghazwul fikri adalah merusak akhlak, menghancur fikrah, melarutkan pribadi dan menjatuhkan aqidah/riddah. Aktivitas ghazwul fikri demikian akan menghasilkan umat yang rusak akhlaknya, pemikirannya kotor, kepribadian yang buruk dan keluar dari Islam. Keadaan demikian menunjukkan wala kepada orang akfir. 1. Umat Jahiliyah Syarah Jahiliyah mierupakan konsep kehidupan suatu umat yang menetang kekuasaan Allah Swt. Konsep kehidupan jahiliyah ini juga merupakan hukum, peraturan dan bentuk pengabdian. Kehidupan jahiliyah yang dilambangkan oleh Islam yaitu di zaman Nabi Muhammad Saw yang kemudian sudah diganti dengan nur Islam, namun demikian kejahiliyahan yang sudah dikubur oleh nabi kita kemudian bangkit lagi dan sekarang berkeliaran untuk menghacurkan dan mengajak senantisia mngikuti gaya hidup dan amalannya. Dalil 5: 50; Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hokum-hukum jahiliyah? Padahal kepada orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada yang boleh membuat hokum selain Allah. * 39: 64; Katakanlah (wahai Muhammad) kepada oraiigoarng-orang musyrik: “Sesudah jelas dalil-dalil keesaan Allah yang demikian), patutkah kamu menyuruhku menyembah atau memuja yang lain dari Allah, hai orang-orang yang jahil.” 2. Politik Syarah Politik jahiliyah merupakan media dan sekaligus cara musuh Islam menjatuhkan dan mengalahkan islam walaupun di Negeri Islam sendiri. Bukti ini dapat dilihat di depan mata kita dimana hampir semua negara islam dikuasai politiknya oleh politik jahiliyah yaitu demokrasi ala Barat atau demokrasi yang diciptakan untuk memelihara kepentingan para penjajah sehingga hampir setiap muslim dengan politik demokrasi ini dijajah dan dikuasai oleh musuh Islam khususnya musuh dari luar negara yang dijalankan oleh pengekor tempatan. Mereka sanantiasa membuat makar untuk menghancurkan Islam, walau bagaimanapun makar Allah yang baik dan pasti menang. Dalil · 6: 123., Dan demikianlah Kami adakan dalam tlap-tiap negeri orang-orang besar yang jahat supaya mereka melakukan tipu daya di negeri itu, padahal tiadalah mereka memperdayakan selain dari dirinya sendiri (karena merekalahi yang akan meneriina akibatnya yang buruk), sedang mereka tidak menyadarinya. · 6: 137; Dan demikianlah juga (jahatnya) ketua-ketua yang orang-orang musyrik itu jadikan sekutu bagi Allah, menghasut kebanyakan mereka dengan kata-kata indah yang memperlihatkan eloknya perbuatan membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka, dan untuk mengelincirkan mereka mengenai agama meraka. Dan kalau Allah kehendaki, niscaya mereka tidak melakukannya. Oleh sebab itu biarkanlah mereka dan apa yang merekan ada-adakan itu. 3. Militer Syarah Militer yang dibentuk untuk menyokong jahiliyah merupakan kekuatan utama di setiap negara di dunia ini, tetapi yang disayangkan hampir setiap militer negara Islam di bawah “bimbingan” pihak musuh islam bahkan segala fasilitas, senjata, training dan keperluan 130
militer lainnya disediakain oleh pihak musuh islam. Negara Islam tidak menyadari mengenal keadaan bahwa mereka adalah betul-betul musuh kita. Sifat militer jahiliayh tidak mengiktitas nilai islam misalnya dari segi aturan perang, cara berperang dan tujuan berperang. Mereka boleh melaksanakan jenayah atas nama perang misalnya membunuh wanita, kanak-kanak dan orang tua, memboikot makanan, melarang obat-obatan, membunuh siapa saja secara kejam dan sebagaina. Walaupun mereka sembunyikan cara demikian tetapi bukti tampak jelas kejahatan mereka. Sifat tentara dibawah pengawasan mereka juga menunjukkan keganasan akhlak dan kerusakan mental dan jiwa. Dalil 2: 217; Mereka 9: 36; Sesungguhnya 4: 102; Dan apabila 4. Ekonomi Syarah Islam juga menyediakan banyak aturan berkaitan dengan ekonomi namun demikian pihak kafir senantiasa memaksa kehendak ekonomi mereka kepada negara islam sehingga di hampir semua negara islam berlaku amalan ekonomi jahiliyah misalnya system perdagangan bebas yang dirancang oleh pihak barat untuk senantiasa mengawal dan mengendalikan ekonomi negara islam. Apapun kehendak mereka dapat dicapai dengan tekanan ekonomi misalnya melalui pertukaran uang, pembayaran hutang, penguasaan ekonomi tempatan dan oleh pihak luar dan mengikat dengan perjanjianperjanjian seperti bantuan dan sebagainya. Yang cukup disayangkan kita menyadari bahwa system jahiliyah yang diciptakan adalah un tuk kepentingan mereka juga bukanlah untuk kepentingan, kita akan dijadikn mangsa hingga masa yang mereka kehendaki. Keadaan kemerosotan ekonomi sekarang ini adalah salah satu dari keadaan yang mereka buat dan kemudian mereka yang menyelesaikannya. Dalil 9: 34; Wahai 5. Ghazwul Fikri Syarah Musuh Islam senantiasa tidak pernah diam untk menghancurkan islam dan memdamkan cahaya Islam dengan berbagai cara yang mereka buat. Tetapi karena Islam ini milik Allah, maka islam tidak akan pernah hilang bahkan Allah akan menyempurnakannya. Ghazwul fikri dengan upaya memadamkan nur Islam ini nampaknya mulai menunjukkan hasilnya di dalam diri umat Islam, dimana sebagian muslim telah mengamalkan gaya hidup orang kafir. Diantara upaya mereka untuk memadamkan cahaya Isalam adalah: Dalil 61: 8; Mereka senantiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya , sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya. 9: 32; Sujud 6. Merusak Akhlak Syarah Sujud kepada Allah pencipta dengan taat, menciantai dan mengikuti perintahNya merupakan kewajiaban muslim. Akhlak sujud adalah akhlak muslim yang senantiasa diamalkan di dalam kehidupan kita selama 24 jam dengan symbol shalat. Namun demikian ghazwul fikri senantiasa membawa kita untuk tidak sujud bahkan melawan perintah Allah dengan mengerjakan yang haram dan meninggalkan yang halal. 131
Kerusakan akhlak merupakan usaha mereka misalnya melalui musik, film. Tanpa disadari kita menerima dan mengikuti mereka setelah terbiasa mendengarkan musik dan menonton film mereka. Merusak akhlak merpuakan strategi efektif yang mereka lakukan kepada remaja dengan menampilkan berbagai hiburan dan keseronokan atau kebebasan yang disenangi sebagain remaja. Dalil 15: 29; Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya. 7. Menghancurkan Fikrah Syarah Ciri munafik adalah mereka secara status sebagai muslim tetapi pemikiran dan akhlak tidak lagi menunjukkan islam bahkan hati mereka mengingkari Allah. Menghancurkan fikrah dengan mengajak muslim berhukum kepada taghut dan menjadikan syetan sebagai ikutan muslim dikehendaki mempunyai fikroh untuk menjadikan Islam sebagai dien, beriman kepada kitabNya tetapi musuh islam menghendaki muslim berwala kepada taghut dan menjauhkan islam. Menghacurkan pemikiran yang dilaksanakan oleh ghazwul fikri juga diarahkan kepada ilmu, teori, konsep, wawasan, pandangan dan sebagainya. Dalil 4: 60; Tidakkah engkau (hairan) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahwa mereka telah beriman kepada Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu? Mereka suka hendak berhakim kepada taghut, padahal mereka telah diperintah supaya kufur ingkar kepada taghut itu. Dan syetan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh. 8. Melarutkan keribadian Syarah Larutnya keperibadian Muslin sehingga menjadi kafir bukanlah hal yang mustahil. Usaha ghazwul fikri dan kejayaan ini telah dibuktikan di dalam banyak kes murtad atau muslim menjadi kafir. Bilangan murtad ini tidak begitu banyak tetapi yang mayoritas adalah kufur dari islam dengan tidak mengerjakan perintah Allah tetapi mereka masih sebagai musliin. Walau bagaimanapun sifat yang demikian akan membawa muslim menjadi kafir yang sesungguhnya secara penampilan dan juga status. Dalil · 68: 6; Siapakah orangnya yang gila diantara kamu semua? · 4: 89; Mereka suka kalau kamu pula menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, maka (dengan yang demikian) menjadilah kamu sama seperti mereka. Oleh itu janganlah kamu mengambil (seorang pun) di antara merejka menjadi teman rapat kamu, sehingga mereka berhijrah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam). Kemudian kalau mereka sengaja berpaling ingkar, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya; dan jangan sekali-kaii kamu mengambil (seorang pun) dinatara mereka menjadi penolong. 9. Menumbangkan Akidah/riddah Menjadikan muslim hilang aqidah sehingga riddah dari islam telah dilakukan oleh ahli kitab pada zaman dulu yang kemudian diwarisi dan diteruskan oleh pengikutnya di zaman sekarang ini muncul ghazwul fikri. Sasaran ini dicapai dengan berbagai cara yang menipu dan menggellincirkan. Terkadang kita tidak rnenyadari bahwa mereka membawa kita ke jalan yang sesat. Cara yang halus dan menipu ini cenderung menjadikan sesuatu yang haram jadi halal atau sebaliknya, sesuatu yang buruk menjadi baik dan sebaliknya 132
sehingga kita dikuasai oleh syetan dan secara otomatis aqidah menghilang secara bertahap dan pasti. Dalil · 2: 109; Banyak · 3: 149; Hai orang-orang yang beriman jika mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. 10. Memberikan wala kepada orang kafir Syarah Kejayaan ghazwul fikri dengan merusakan akhlak, maneghancurkan fikrah, melarutkan keperibadian dan riddah adalah muslim yang memberikan wala kepada orang kafir dengan segala bentuk dari yang nampak atau tidak. Wala kepada kafir juga dapat berupa kepatuhan mengikuti cadangan mereka dan nasehatnya, wala juga berarti menujadikannya sebagai rujukan dan panduan, wala juga bermakna kita bergantung kepada pihak kafir dan segala praktek lainnya, Islam sangatlah melarang kita berhubungan rapat dengan pihak kafir apalagi dalam hubungan tolong menolong yang dapat merugikan kita seperti hubungan ekonomi. Malaysia sebagai satu contoh yang mungkin baik adalah tidak menghendaki bantuan dari luar (IMF) untuk memperbaiki ekonomi negara. Berhubungan dengan Yahudi maka mereka akan mencari untung dari kita dan kita akan ditewaskannya. Perkara ini sudah disebutkan di dalam Al-Quran agar kita tidak begitu saja menjadikan yahudi dan nasrani sebagai penolong dan kawan kita. Dalil · 5: 51; Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman rapat, karena setengah mereka menjadi teman akrab kepada sebagian yang lain; dan sebagian mereka adalah pemimpin sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. Riiigkasan Dalil · Ghazwul fikri adalalh serangan bertubi-tubi yaiig tersusun secara kemas, teratur dan terancana yang dilakukan oleh umat yang kuat terhadap umat yang lemah untuk merubah keperibadiannya sehingga menjadi pengikut ummat yang kuat tersebut. · Umat jahiliyah, 5: 50, 39: 64 · Perang dalam tiga bentuk: politik (6: 123, 6: 137), militer (2: 217, 9: 36, 4: 102), ekononii; 9: 34. · Ghazwul fikri (61: 8; 9: 32): merusak akhlak (1 5: 29); menghancurkan fikrah (4: 60), menjatuhkan aqidah/riddah (2: 109, 3: 149). · Larutnya keperibadian muslim (68: 6; 4: 89); memberikan wala kepada orang kafir (5: 5 1). G2. MARAHIL GHAZWUL FIKRI Sasaran · Memahami tahap-tahiap Ghazwul fikri sepanjang sejarah umat. · Memahami kaitan kondoisi umat yang ada sekarang sehubungan dengan rencana ghazwul fikri tersebut. Sinopsis Sejarah menunjukkan bahwah khalifah islamiyah pernah berjaya dahulu dan telah menguasai dunia, kemudian semangat umat islam semakin berkurang beriringan dengan merosotnya peranan khilafah sebagai hasil pihak musush melancarkan gazwul fikri. 133
Marhalah ghazwul fikri terdiri dari tiga fasa yaitu fase sebelum jatuhnya khilafah, semasa jatuhnya khilafah dan setelah jatuhnya khilafah. Fase sebelum jatuhnya khilafah dengan berbagai aktivitas misalnya orientalis, kristenisasi, dan memutuskan hubungan negerinegeri dengan khilafah. Manakala pada fase jatuhnya khilafah aktivitas ghazwul fkri adalah memisahkan agama dengan negara, menyebarkan fitnah nasionalisme, menjatuhkan khilafah dan terakhir adalah fase sesudah jatuhnya khilafah musuh islam melakukan beberapa serangan misalnya perubahan di dalam politik, masyarakat dan akhlak. Diantara pelaku ghazwul fikri ini adalah orientalist, misionarist, atheis, kaumiyah dan barat. Kerusakan yang didapati diawali dengan sekuler di bidang pengajaran, penerangan, perundang-undangan, menegakkan nasionalisme dan pembebasan wanita. 1. Fase sebelum jatuhnya khilafah Syarah Khilafah islamiyah merupakan kerajaan islam di dunia yang mencakupi negara-negara islam. Khilafah islamiyah selama berabad-abad telah menguasai dunia dan menjadi ustaziatu alam. Pihak kafir dengan kekuatan barat (kristian) dan kekuatan Timur (Majusi) di bawah kekuasaan islam dan islam telah menyebar keseluruh dunia termasuk ke negeri cina. Kejayaan ini kemudian hancur secara bertahap yang kemudian berakhir pada tahun 1924 di bawah khilafah usmaniyah. Kejayaan ini hancur disebabkan pihak luar yang menyerang melalui ghazwul fikri sehingga kekuatan dalam melemah dan kemudian jatuh dan hilang dari permukaan bumi. Cara yang mereka lakukan untuk menghacurkan islam adalah ghazwul fikri sebagai alternatif dari kekalahan mereka melalui ghazwul askari/fisik (perang senjata). Di antara usaha ini adalah secara sistematik dan dirancang dengan baik meraka belajar islam, ketimuran dan kemudian mereka dikenal dengan orientalist. Orientalist ini senantiasa menjelekkan islam dengan menggunakan islam sebagai dalil. Selain itu usaha kristenisasi digalakkan sehingga mereka yang sudah tidak percaya islam akan berpindah agama, orang islam yang miskin, orang islam yang lemah ilmu dan akidah dan sebagainya. Usaha yang cukup berhasil dilakukan oleh pihak musuh pada fase sebelum kejatuhan khilafah islamiyah adalah memutuskan negeri-negeri dengan khilafah, sehingga ashobiyah yang ditimbulkan menjadi isu utama pertembungan di antara negara-negara islam. Dari pertembungan ini semakin lemah khilafah islamiyah dan kemudian satu persatu negara islam di bawah khilafh islamiyah telah keluar dari kekehilafahan dan membentuk negara masing-masing. Penjajahan oleh pihak kafir pun dimulai beriringan dengan kejatuhan khilafh islamiyah. Sejarah membuktikan hampir semua negara islam dijajah oleh pihak kafir. 2. Fase semasa jatuhnya khilafah Pada saat jatuhnya khilafah islamiyah diperlancar dengan cara rnenyebarkan faham nasionalisme kepada setiap negara islam. Kekauman, kesukuan, kebangsaan dimunculkan secara hebat sehinggan muncul kepentingan-kepentingan yang bersifat ashobiyah. Usaha menghilangkan peranan khilafah islamiyah diperlancar dengan memisahkan agama dan kerajaan. Kepercayaan semakin berkurang terhadap peranan khilafah dan juga peranan khilafah tidak lagi kuat bahkan pemberontakan pun mulai terjadi sebagai warna perjajalan sejarah khilafh islamiyah. Sejarah khilafah islamiyah di sertau juga adanya pertembungan yang menghasilkan berbagai puak dan memisahkan diri dari khilafah islam dan banyak nama-nama yang muncul sebagai saingan saingan khilafah islamiyah yang sedang berjalan, namun demikian keadaan yang tidak terkendali berlaku pada saat menjelang jatuhnya khilafah islamiyah. Keadaan menjelang jatuhnya khilafah islamiyah secara keseluruhan adalah muncul nasionalisme negara di setiap negara islam, munculnya 134
perpisahan dari agama dari kerajaan, terjadinya huruhara di beberapa tempat dan yang tidak kalah pentingnya adalah usahan pihak kafir yang memperlancar kejatuhan khilafah islamiyah ini. 3. Fasa setelah jatuhnya khilafah Syarah Pihak musuh islam tidak berhenti usahanya setelah jatuhnya khilafah islamiyah tetapi ia tetap memperlancar dan menggiatkan usahanya untuk menjauhkan umat islam dari agamanya. Usaha-usaha ini beriringan dengan penjajahan-penjajahna terhadap negara islam. Di antara usaha mereka adalah adalah menjadikan urusan dunia sebagai sesuatu yang berasingan dengan urusan akhirat. Beberapa aktivitas adalah bertujuan untuk menjadikan sekuler di bidang pengajaran, penerangan, perundang-undangan. Selain itu mereka berushan menegakkan nasionalisme dan melakukan pembebasan wanita. Usaha ini masih sangat dirasakan hingga saat ini, contoh Turki yang mengamalkan nasionalisme di bawah Kamal Attaturk. tetap disokong oleh pengikutnya hingga saat inii dan mereka setia dan bersedia mati-matian mempertahnkan sekuler dan faham nasionalisme walaupun terbukti tidak dapat membawa bangsa Turki ke depan bahkan masih selalu tertinggal. Pembebasan wanita merupakan ancaman yang sangat besar terhadap kehidupan keluarga, masyarakat dan negara bahkan melaui pembebasan wanita semakin menjatuhkan kualitas umat islam misalnya munculnya kerusakan akhlak dan kehancuran masyarakat. Cara-cara yang dilakukan oleh pihak musuh islam tidaklah kentara tetapi mereka senantiasa membawanya dengan hiasan yang menarik hati dan dapat merangsang mereka mengikutinya. Keadaan yang juga menjadikan kehancuran islam dan semakin tidak percaya terhadap kehebatan islam adalah dengan menggantikan nilai islam di dalam pelaksanaan undang-undang, pendidikan dan kehiduapan dengan ditukar oleh nilai jahiliyah dari Barat. Ringkasan Dalil Marhalah ghazwul fikri · Fasa sebelum jatuhnya khilafah: orientalisme , kristenisasi, memutuskan hubungan negeri-niegeri dengan khilafah. · Fasa jatuhnya khilafah: iMemisahkan agama dengan negara, menyebarkan faham nasionalisme, menjatuhkan khilafah. · Fase sesudah jatuhnya khilafah; sekuler di bidang pengajaran, penerangan, perundang-undangan, menegakkan nasionalisme, pembebasan wanita. G3. WASAIL GHAZWUL FIKRI Sasaran · Memahami srana-sarana yang digunakan para musuh Islam dalam rangka ghazwul fikri dan mampu menyebutkan contoh-contohnya. · Memahami peranan para penguasa mujrimin dalam menjayakan program ghazwul fikri terhadap umat islam. · Menyadari dan mewaspadai bahaya ghazwul fikri terhadap fikroh, keluarga dan lingkungan QADHAYA DA’WAH/UMMAH PENDAHULUAN Setelah mad’u ditalaqqikan materi ghazwul fikri yang berasal dari luar dalam pengertian musuh-musuh Islam secara umum, kemudian dijelaskan dengan hizbusyeitan —yang merupakan musuh eksternal yang mungkin juga internal— dalam bentuk tandzim hizb yang akan berhadapan dengan hizbullah. Kedua bahan ini cukup memadai untuk
135
meyadarkan bagaimana musuh-musuh Allah mengajak kita menjauhi Islam. Tetapi selain serangan eksternal, kejatuhan umat Islam juga disebabkan oleh faktor-faktor internal seperti qadhaya ummat dan da’wah. Bahan ini ditalaqqikan agar mendapatkan pemahaman dan penjelasan yang menyeluruh tentang musuh-musuh ekternal dan keadaan internal. Kesadaran yang muncul dari bahan-bahan ini akan membawa mad’u kepada motivasi dan keinginan-keinginan untuk berda’wah, berjihad dan menjalankan da’wah serta tarbiyah. Usaha-usaha ini yang kemudian akan membentuk mad’u dari syakhsiyah Islamiyah (dicapai melalui bahan A – F) menjadi syakhsiyah da’iyah. Masalah ummat Islam secara internal hari ini memang cukup memprihatinkan dimana secara umum di negara-negara Islam banyak muslim yang aqidahnya sudah di kotori oleh kepercayaan yang bukan Islam, tarbiyah tidak berjalan seperti yang dikehendaki samada secara formal ataupun informal, tsaqafah (pengetahuan) di kalangan ummat Islam dirasakan kurang. Da’wah tidak berjalan sementara yang berjalanpun kurang memberi kesan membentuk generasi rabbani. Tandzim yang di bawa oleh Islam kurang kemas dan tidak professional sehingga dapat menjatuhkan imej (persepsi) Islam secara keseluruhan. Akhlak umat Islam secara keseluruhan ramai yang di pengaruhi oleh tingkah laku dan budaya barat jahiliyah. Itulah keadaan adalah secara umum. Hanya sebagian kecil umat Islam yang mempunyai komitmen dengan Islam dan da’wah serta dapat memelihara keimanannya dengan baik. Jalan keluar menghadapi masalah ini adalah perlu segera melaksanakan da’wah harakah yang bersifat integral dan mempunyai cirri-ciri rabbaniyah, minhajiyah dan seimbang. Setelah membincangkan muslim yang terkena penyakit, kemudian melihat bagaimana da’wah Islam yang dijalankan yang juga diliputi pelbagai kelemahan dan kekurangan. Secara umum da’wah yang kita jalankan oleh umat Islam secara sendirian tidak melalui jama’ah yang kemudian akan menghasilkan sesuatu yang kurang berkesan. Da’i ataupun ustadz dan ulama yang berda’wah secara sendirian akan mengalami kepenatan dari segala perjalan da’wahnya. Secara ringkasnya penyakit infiradiyah ini disebabkan oleh keadaan ma’nawi dan aktivitas. Keadaan ini perlu diobati dengan da’wah yang menumpukkan pada amal jama’i. Beberapa cadangan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini adalah perlu kesadaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi Islami, berjiwa rendah hati, menyeluruh, moden, manhaji, dan perubahan secara total. Kemudian mad’u di jelaskan pula dengan bagaimana keadaan umat Islam. Pada dasarnya keadaan muslim, da’wah dan umat Islam sama saja yaitu dalam keadaan sakit tetapi sakit yang dialaminya agak berbeda sehingga dari segi penyelesaiannya juga agak berbeda. Qadhaya ummat (masalah umat) dibagi dalam beberapa persoalan diantaranya ialah persoalan yang senantiasa wujud pada diri umat dan persoalan kontemporer yang muncul mengikut suasana dan keadaan lokal. Persoalan yang senantiasa muncul adalah masalah kejiwaan manusia itu sendiri misalnya kecenderungan, watak, syahwat, dan insting. Sedangkan persoalan kontemporer disebabkan oleh pengaruh penjajahan yang masih membekas, penyakit akibat penjajahan, dan kekuatan yang menentang. Masalah ummat yang kita hadapi saat ini sangatlah berat dan tidak akan mungkin dihadapai dengan sendirian atau da’wah yang tidak tertata. Masalah yang berat ini bagaikan penyakit kronis yang susah di sembuhkan dan bahkan berbagai jalan keluar belum lagi dapat diatasi. Sakit yang diderita ummat Islam dan kejatuhan yang bertubitubi menjadikan ummat Islam setelah da’wah berjalan secara marhalah dan pasti menuju kejayaan. Bagaimanapun masalah ummat dan da’wah ada jalan keluarnya dan jelas obatnya hanya bagaimana kita sebagai da’i dan aktivis yang sudah berazam dan komitmen dengan Islam 136
dan da’wah ini bisa berbuat dan beramal secara sungguh-sungguh maksimal dan manhaji. Islam tidak akan pernah hilang dan penyakit bukan terletak pada Islam tetapi lebih terletak kepada umat yang membawa Islam. Islam sebagai dien yang haq dan diridhai Allah Swt telah terbukti kebenarannya tetapi ummat yang menganutnya tidaklah tahan dan mampu menghadapi tentangan dan tantangan dalam mempertahankan aqidah dan akhlak Islam. I. AHWAL MUSLIMIN Sasaran I. Memahami faktor-faktor kelemahan kaum muslimin dewasa ini dan berupaya untuk memperbaikinya II. Memahami peranan tarbiyah dan harakah dalam mengantisipasi kelemahankelemahan tersebut III. Menyadari bahwa jalan satu-satunya untuk memperbaiki kondisi umat adalah menjadikan dirinya layak bergabung dalam hizbullah. Sinopsis Keadaan ummat Islam sekarang ini memang hina dan berada dibawah tangan-tangan kekuasaan musuh Islam. Ummat Islam sebagai umat yang baik dan mulia ternyata tidak nampak kemuliannya ditengah manusia lain, bahkan nampak semakin terpuruk sebagaai buah kejahiliyahan yang semakin merajalela saat ini. Kondisi kaum muslimin hari ini mempunyai kelemahan-kelemahan diantaranya adalah aqidah, tarbiyah, tsaqafah, da’wah, pengorganisasian/tanzim, akhlak. Keadaan ini berlaku disebahagian muslim tersebut nampak tidak mengamalkan ibadah wajib seperti shalat, berpakaian muslimah, zakat dan berpuasa. Keadaan demikian harus diperbaiki dengan menyediakan da’wah harakiyah yang integral dan bersifat rabbaniyah, minhajiyah, marhaliyah dan aulawiyah serta sesuai dengan realitas dan seimbang. Kelemahan kaum muslimin Syarah I. Berbagai kelemahan muslim pada saat ini yang merupakan kelemahan utama dan prinsip adalah kelemahan aqidah dikalangan muslim. Aqidah muslim pada sebagian muslim telah tercemar dengan berbagai kepercayaan yang merusak aqidah sebenarnya. Kepercayaan kepada nenek moyang dengan mengamalkan amalan kepercayaan tradisi jahiliyah yang diwarnai oleh animisme dan dinamisme. Sebagian kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh Hindu. Aqidah Islam juga di cemari oleh faham tareqat yang sesat dan kepercayaan syiah yang bertentangan dengan aqidah ahlus sunah wal jamaah. Aqidah yang di bawa oleh umat Islam tidak lagi tertanam secara baik di dada kaum muslimin, mereka mencampuri dengan kepercayaan kebendaan, keduniaan dan sebagainya yang menjelaskan aqidahnya kepada Allah Swt. II. Tarbiyah dikalangan ummat Islam masih sangat sedikit. Secara formal melalui sekolah-sekolah yang hanya beberapa jam saja. Sedangkan sekolah Islam sedikit. Keadaan ini masih kurang bila dibandingkan dengan kebutuhan saat ini. Sekolah Islam pun tidak semuanya dapat menyajikan Islam dan tarbiyah yang baik sehingga dapat merubah pribadi pelajar dan gurunya. Perlaksanaan tarbiyah secara informal juga belum banyak dilaksanakan dengan cukup memuaskan. III. Tsaqafah Islamiyah dikalangan muslim juga kurang seiring dengan kurang efektifnya peranan tarbiyah dan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh umat Islam. Tsaqafah ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan wawasan ynag bersifat Islam atau umum. Kemampuan ini belum banyak dimiliki oleh muslim. Sebahagian menguasai 137
tsaqafah Islam tetapi dalam masalah umum kurang menguasai (misalnya politik, ekonomi, kemasyarakan), begitupun sebaliknya kurang di dapati muslim yang mempunyai pemnguasaan bidang umum dan memiliki tsaqafah Islamiyah. Muslim yang mempunyai ilmu dan tsaqafah tidaklah banyak, dan masih kecil prosentasenya dibandingkan dengan jumlah muslim dan kebutuhan yang ada. Sebagian muslim yang mempunyai tsaqafah ini kurang sesuai dengan pemahaman aqidah Islamiyah, kurang merujuk kepada minhaj yang asal yaitu Al Qur’an dan sunnah. Masih banyak merujuk kepada nilai Barat yang bertentangan dengan Islam. Juga ada tsaqafah yang di suburkan oleh kepercayaan jahiliyah seperti ashabiyah, nasionalisme, sekuler, kapitalisme dan komunisme. IV. Da’wah Islam pun nampaknya terkena gangguan. Banyak yang hidup segan dan mati tak mau. Da’wah sebagian ummat yang berjalan pun mungkin perlu dipertanyakan ghayah (sasaran akhir) yang akan dituju dan cara (langkah) yang dilakukannya. Hasil da’wah sekarang ini belum dapat di banggakan bahkan keadaan sekarang ini menunjukkan bahwa da’wah tidak berjalan karena tidak nampak bertambahnya pengikut atau pengikut yang ada pun semakin berkurangan. Da’wah Islam tidak berkesan karena sebahagian sudah hilang tujuan akhir yang sebenarnya kerana sudah terpengaruh oleh berbagai pendekatan yang kurang Islamiyah. Da’wah kurang berkesan disebabakan menjadikan da’wah sebagai organisasi kekauman atau kumpulan elite atau pun perkumpulan yang tidak berdasarkan kepada nilai-nilai Islam. Da’wah yang tidak berjalan adalah satu masalah sendiri yang sedang berjalanpun perlu dilihat bagaimana keadaan yang sebenarnya adakah sesuai dengan minhaj atau tidak. Mereka yang tidak berda’wah juga merupakan masalah besar kerana mereka dijadikan sebagai mangsa yang sangat senang di makan oleh pihak musuh. V. Tanzim atau organisasi yang di kendalikan oleh Islam perlu dipertanyakan sejauuh mana mereka mengamalkan Islam dalam dalam tanzimnya. Tanzim dapat dibagibagi kepada tanzim berupa jamaah yang komitmen pesertanya melalui bai’ah, organisasi Islam yang terbuka dengan menjalankan beberapa keperluan dan aktivitas Islam secara terbuka, atau organisasi Islam yang berwarna syarikat, pertubuhan, NGO dan yang lainnya. Bagaimanapun tanzin ini perlu dilihat semula kerana keadaan ini mungkin juga sama dengan keadaan umat Islam yang sedang sakit. Apabila pengendali sedang sakit maka ada kemungkianan yang di bawanya pun menjadi sakit. VI. Akhlak sebagai cermin muslim sudah di cemari oleh berbagai akhlak jahiliyah yang dilandasi oleh budaya dan gaya hidup masyarakat jahiliyah. Banyak didapati muslim yang secara statusnya masih sebagai muslim tetapi tidak mencerminkan lagi akhlak Islam yang susah di bezakan dengan mereka yang bukan muslim. Akhlak remaja sangat kentara merupakan wujud yang salah. Akhlak muslim tidak mewarnai diri muslim secara keseluruhan. Muslim lupa kepada akhlak sebenar yang mesti dimiliki. Keadaan demikian tidaklah mustahil mengingat ghazwul fikri yang sangat kuat dan hizbusyetan menguasai dunia saat ini. I. Perbaikan dengan mewujudkan da’wah harakiah syaamilah Syarah Realitas yang ada sekarang ini memerlukan suatu harakah inkaz(gerakan penyelamatan) untuk merubah keadaan umat Islam menjadi lebih baik dan terlepas dari segala penyakit yang membawa kita kepada kematian. Da’wah dan harakah yang mempunyai harapan kejayaan mesti mempunyai beberapa cirri-ciri yang dipenuhi diantaranya adalah raabaniyah, minhajiyah, marhaliyah dan ulawiyah serta sesuai dengan reality dan seimbang. 138
II. Raabaniyah di dalam Al Qur’an mempunyai cirri pribadi yang senantiasa mengajarkan Islam dan juga mempelajari nilai Islam. Selain itu cirri rabbani adalah mereka yang tidak merasa duka cita, hina dan lemah di dalam menjalankan da’wah IslamHarakah dan da’wah Islam yang rabani mesti mempunyai ahli dan system yang demikian . Ahlinya tidak diam begitu saja tetapi ia bergerak dan senantiasa,berda’wah,dalam menjalankan da’wahnya mereka tidak putus asa tetapi berterusan dan selalu berjalan dengan komitmen yang kuat dan kukuh. III. Da’wah Islam mesti mengikuti minhaj yang benar dengan kesedaran yang jelas dan bersih.. Minhaj dengan basirah ini tentunya merujuk kepada Al qur’an dan sunah serta merujuk kepada sirah nabawiyah. Kemudian dari panduan ini kita mempertimbangkan keadaan tempatan seperti situasi, kondisi, keadaan, peristiwa dan sikap yang muncul sehingga muncul fiqhud da’wah yang dapat dijalankan di tempat tertentu. Minhaj yang jelas akan membawa ke jalan yang jelas dan juga akan membawa kita kepada tujuan yang benar sehingga Allah meridhainya. IV. Da’wah dan harakiyah mesti mengikuti marhalah sesuai dengan marhalah kesediaan, penerimaan, pengetahuan, kemampuan dan penguasaan mad’u atau aktivis harakah tersebut. Dengan marhalah ini maka da’wah dapat berjalan dengan baik dan berkesan. Ahli yang membawa da’wah akan mengalami ketenangan tanpa paksaan dan sesuai dengan kemampuan atau marhalah yang ada pada dirinya. Marhalah ini diperlukan di dalam da’wah dan harakah karena nabi Saw mengamalkan dan menyebarkan da’wah mengikuti dan memperhatikan marhalah ini. Misalnya da’wah pada marhalah tabligh yang mengajak kepada manusia secara umum, kemudian diteruskan kepada da’wah secara taklim dengan suasana pengajaran, kemudian diteruskan kpada da’wah marhalah takwin yang lebih kepada latihan dan pembntukan, kemudian ditingkatkan kepada marhalah tanzim dan tanfiz. V. Da’wah dan harakah juga memperhatikan keutamaan dari kerja-kerja yang akan dilakukan. Perlu memfokus kepada suatu isu dan aktivitas yang dapat memberikan sumbangn kepada ummat Islam sehingga da’wah dapat tampil ditengah masyarakat dengan kehadiran yang dialu-alukan. Misalnya keutamaan tarbiyah adalah suatu keutamaan bagi mana-mana da’wah dan harakah karena tanpa tarbiyah ini tidak akan dapat meneruskan da’wah. Tarbiyah akan menciptakan kader dan generasi penerus da’wah itu sendiri. Keutamaan lainnya yang menjadikan keutamaan adalah melihat isu semasa dan mencari jalan keluar yang dapat mengembangkan pengaruh ditengah masyarakat misalnya tampil da’wah dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran, khidmat perubatan dan pendidikan yang membawa kearah kejayaan. VI. Da’wah yang sesuai dengan reality ini merupakan sunnah dan minhaj da’wah Islamiyah. Da’wah mesti membumi dimana ia berpijak jangan melangit sehingga tidak dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari mad’u. Keadaan yang mempertimbangkan reality ini secara berkesan di contohkan oleh nabi di dalam berda’wah di Mekah ataupun Madinah. Jahiliyah dimasa itu yang sangat kuat memungkinkan untuk menghancurkan Islam secar cepat tetapi da’wah Nabi secra bertahap dan pasti memulainya dengan sir dan kemudian cepat mempersiapkan keadaan di Madinah. Da’wah secara kotroversial adalah pendekatan yang dibawa oleh Nabi sebagai pendekatan hasil pembacaannya diatas relitas yang ada di persekitaran. Banyak lagi contoh lainnya yang dijadikan pelajaran oleh umat Islam saat ini. VII. Da’wah yang seimbang bermaksud da’wah yang memperhatikan semua keperluan al akh dan Islam secara keseluruhan dan memenuhinya secara seimbang. Aktivis juga menghendaki keperluan pribadi dan keluarganya terpenuhi maka da’wah perlu 139
memberikan peluang kepada aktivis ini memelihara dan menjaga keperluannya. Pelajar memerlukan waktu belajar dan mesti mendapatkan markah yang tinggi, ia pun perlu bertemu dengan ibu bapak di kampumg. Keperluan di dalam menjalankan da’wah seperti keperluan ruhiyah, aqliyah dan amaliyah. Keseimbangan ini sesuai dengan prinsip keseimbangan yang Allah terapkan kepada mahlukNya. Dengan seimbang ini maka setiap aktivis merasakan senang dan bahagia. Dalil VIII. 3: 79;…. Hendaklah kamu menjadi rabbani yang kamu mengajarkan kitab dan kamu membacanya. IX. 3: 146; Beberapa banyaknya nabi yang berperang bersama orang rabbani. Mereka itas tidak pengecut, kerana bahaya yang menimpa mereka pada jalan Allah dan tiada Irmah dan tiada pula tunduk dan Allah mengasihi orang-orang yang sbar. X. 12: 108; Katakanlah: Inilah jalanku, aku seru kepada Allah, aku atas keterangan yang jelas (minhaj yang jelas) dan orang yang mengikuti aku. Mahasuci Allah dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mempersekutukannya. Ringkasan XI. Kondisi kaum muslimin hari ini dilihat dari kelemahan-kelemahan kaum muslimin yaitu: aqidah,tarbiyah,tsaqafah, da’wah, pengorganisasian akhlak harusdiperbaiki dengan: da’wah harakyah yang integral: bersifat rabaniyah, minhajiyah, marhaliyah, ulawiyah XII. Sesuai dengan reality, seimbang. 12.AMRUD UMMAH FI DA’WAH Sasaran XIII. Memahami penyakit-penyakit umat dalam beramal jama’i yang bersumber dari memperturutkan sikap infiradi XIV. Memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit tersebut. XV. Memahami bahwa ilaj untuk mengatasi masalh tersebut adalah beramal jamai yang sehat dan berupaya untuk mengaplikasikan dengan membuang sikap infiradi Sinopsis Keadaan umat di dalam da’wah Islamiyah menunjukan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan da’wah yang dibawanya ssesuatu yang tidak efektif. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalm dida’wah bermaksud agar dapat menyedarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar da’wah dapat berjalan dengan baik. Penyakit ummat di dalam berda’wahsecara dasarnya disebabkan oleh penyakit peribadi da’i yaitu da’wah bersendirian (infiradiyah). Infiradiyah ini dibahagikan kepada maknawiyah(mental) seperti keadaan emosi, da’wah yang berorientasi kepada tokoh, da’i merasa hebat dan banyak pengagum, mempunyai kecenderungan merendahkan orang lain. Infiradi juga dilihat dari segi aktivitas, diantaranya penyakit yang munkinmenjangkit aktivitas ini adalah da’wah yang asalasalan dan tidak beraturan, da’wah dilakukan secata parsial tidak menyeluruh, da’wah yang sebahagian, tradisional dan tambal sulam. Keadaan pribadi aktivis da’wah prlu diubati dengan menjalankan amal jama’i. Amal jama’i ini menumbuhkan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi yang Islami, peribadi yang rendah hati, bersifat adil adil, berfikiran dan berwawasan yang menyeluruh, menggunakan pendekatan dan wasail yang modern, mempunyai konsep dan berorientasi kepada minhaj untuk merubah secara total. 140
XVI. Penyakit ummat Syarah A. Penyakit ummat di dalam berda’wah setelah diagnosis di dapati banyak yang berda’wah secara bersendirian tidak berjamaah dan bersama-sama. Senang dan seronok da’wah bersendiri yang di jalankan oleh sebagaian dai dan usztad hanyalah bersifat sementara. Mereka akan menyedaari setelah da’wah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah da’wah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah da’wah amal jamai dan tarbiyah nuqbawiyah. Da’wah tablig adalah da’wah yang sering dilakukan ustadz seperti da’wah di surau, masjid, perairan dan ceramah-ceramah umum. Wujud infiradiyah ini sebagai masalah utama di kalangan dai yang berda’wah. 2.Infiradiyah Syarah B. Infiradiyah yaitu bersendirian. Selain tidak akan munculnyada’wah yang besar dengan menyelesaikan da’wah yang besar, da’wah dengan gaya bersendirian ini akan memunculkan suasana perpecahan di kalangan ummat khususnya diantara dai yang membawa fikrah berbeza dan pendekatan berlainan. Da’wah Nabi Saw mengajarkan kepada kita agar bersama-sama. Sunnahnya bersama-sama ini adalah sesuai dengan keadaan alam dan manusia yang diciptakan Allah. Mahlik pun dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama. Mereka tidak akan pernah lepas dari kebersamaan. Sunnatullah yang mengajarkan demikian mestilah menjalankan da’wah secara bersama. Selain permasalahan da’wah infiradiyah ini disebabkan oleh maknawinya juga oleh aktivitas yang diamalkan 3.Secara maknawiyah Syarah C. Peribadi dai yang infiradiyah cenderung mempunyai sifat yang emosional dan tidak bertanggung jawab, mereka cenderung berda’wah mengikuti emosi dan kurang dapat menerima keadaan sebenarnya sehingga da’wah yang tidak berdasarkan rancangan dan tanggung jawab yang benar akan mewarnai da’wah infiradiyah. D. Peribadi infiradi cenderung bekerja sendiri dan mereka mempunyai kecenderungan untuk dikenal oleh masyarakat. Dengan pendekatan ketokohan dan kehebatan yang dimilikinya untuk dimilikinya mereka merasa puas dan cukup untuk mengamalkan da’wah tablig yang di sokong oleh banyak pengikut umum. Mengkultuskan dai yang infiradi sulit ditengah mengingat keadaan ini didasari oleh emosi dan perasaan yang kemudian wujud kharisma secara pribadi. Keadaan ini bukan wujud kerana amal atau program tetapi lebih peribadi yang membawa da’wah. XVII. Perasaan diri hebat juga keadaan maknawiyah dai yang cenderung infiradiyah. Kehebatan ini disebabkan kerana kerjanya sendiri dan tidak ada yang mencuba menasehati apabibila mengalami kesalahan dan tidak ada yang menegurnya. Hebat dengan ukuran banyak njemputan dkawak dan banyak orang yang mendengarkan ceramahnya adalah standard yang berorientasikan kepada duniawi dan lebih kepada pengaruh jahiliyah. Standard ini juga yang dugunakan oleh iblis ketika enggan tunduk kepada Nabi Adam AS. XVIII. Meremehkan orang lain juga suatu akibat dari perasaan hebat dan merasa dirinya baik dan pandai.Keadaan ini yang memungkinkan peribadi dai menjadikan meremehkan orang lain dan merendahkan kemampuan yang ada di antara dai. Dialah seorang yang hebat dan yang lain kurang apabila dibandingkan dengan kepakaran menyampaikan da’wah. 141
XIX. Secara amaliyah Syarah XX. Dai yang infiradi cenderung da’wah yang dilakukannya secara sembarangan tidak mengikuti cara dan tidak mengikuti msistem kecuali system yang dibuatnya sndiri dan juga bergantung kepada peribadi. Bahaya infiradi dalam berda’wah adalah da’wah yang tidak jelas kemana akan di bawadan kemana orientasi serta natiujah yang dicapai. Da’wah secara infiradi yang penting berda’wah dan masyarakat senang kemudian memanggilnya kembali pada saat berikutnya. XXI. Da’wah secara parsial yaitu da’wah sebahagian dan tidak sempurna yang juga merupakan akibat dari da’wah infiradiyah. Kemampuannya terbatas kerana tidak bersama-sama sehingga da’wah hanya disampaikan yang sesuai kemampuannya sedangkan da’wah itu sendiri bersifat luas dan integral yang tidak mungkin dikerjakan secara bersendirian. Kelemahan peribadi kerana infiradi ini memungkinkan peribadi dai menjadi letih kerana kerja sendiri. XXII. Pendekatan yang tradisioanal biasanya dibawa oleh dai infiradi. Alasan yang perlu dikemukakan kerana dai tradisional yang meluli pendekatan kitab kuning biasanya tidak mengenal da’wah beramal jamai. Ilmu yang diperolehnya adalah bagaimana ilmu itu di kembangkan kepada orang lain. Mereka kurang memahami bagaimana da’wah secara bersama. Da’wah tradisional biasnya berorientasikan kepada buku dan kemudian disyarahkan tanpa melihat keadaan sekitar atau isu-isu semasa. XXIII. Da’wah tambal sulam adalah da’wah yang melakukan pendekatan tidak sempurna dan tidak mempunyai minhaj sehingga da’wah ini hanya berorientasikan kepada perminyaan mad’u dan mengikuti kemauan pelanggan. Selian itu da’wah tambal sulam ini berjalan mengikuti persoalan semasa yang di buat oleh orang lain, sedangkan kesibukan da’wah kita ini menjadikan kita lupa kemana daakwah kita yang sebenarnya dan bagaimana da’wah berjalan. 5.ubat(ilaj) Syarah XXIV. Ubat keatas penyakit da’wah infiradi ini adalah da’wah dengan cara beramal jamai. Beramal jamai memerlukan indivivu tersebut mempunyai kesadaran yang bersumber kepada pengetahuan ; berorientasikan kepada Islamiyah bukan jahiliyah infiradiyah; mesti menjadi peribadi yang rendah hati sebagai bekal neramal jamai;bersikap adil kerana nantinya akan bekerja sma dan merasakan kesusahan dan kebahagiaan bersama; da’wah yang perlu dibawa mesti menyeluruh tidak sebagian dan membagikan tugasa ini secara bersama untuk mencapai tujuan bersama; pendekatan yang moden tidak tradisional yaitu dengan menggunakan berbagai fasilitas dan wasilah seperti komputer atau pendekatan yang menarik; da’wah yang di bawa mempunyai konsep yang canggih dalam menjawab permasalahan ummat masa kini dan minhaj yang berorientasi kepada perubahan dan pembentukan ummat. 6.Amal jamai Syarah XXV. Amal jamai ini merupakan sunnahnya mahluk hidup terhadap perlaksanaan aktivitas kehidupan untuk meneruskan kehidupannya secara sempurna sebagai mahluk. Tanpa amal jamai, maka masalah tidak akan diselesaikan dan da’wah semakin terbantut. Keadaan yang membawa kepada da’wah amal jamai mesti menjalnkan prinsip-prinsip Islam dengan dai atau ahli yang mempunyai berbagai kesamaan aqidah, fikrah dan amal. Sunatullah beramal jamai ini dapat dilihat bagaimana semut beramal jamai, burungburung yang hidup bersamaa, pookok dan juga lam semesta dengan usrah bumi, bulan, 142
mars, matahari dan beberapa planet lainnya seperti Pluto senantiasa berjamaah dan beramal jamai dengan pusingan yang saling berkaitan dan taawum diantaranya. Dalam keadaan ini matahari sebagai masul yang bertanggung jawab dan planet ynag menjadi pusat bagi planet di sekitarnya. Ringkasan XXVI. Penyakit ummat pangkalnya adaah: infiradiyah: 1. Secara maknawiyah(mentl): emosional, berorientasi tookoh, merasa hebat, merendahkan orang lain. 2. Secara aktivi: asal-asalan, parsial, sebahagian-sebahagian, tradisional, tambal sulam. XXVII. Diobati oleh amal jamai dengan: kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, brorientasi Islami, rendah hati, adil, menyeluruh. Modern, konsep dan minhaji merubah secara total. Sasaran XXVIII. Memahami permasalahan umat Islam yang dihadapi seorang dai dan dapat menyebutkan penyebab XXIX. Memahami bahwa tarkiz dari penyelesaian permasalahan tersebut adalah membentuk syakhsiyah Islamiyah dan umat Islam XXX. Menyedari peranan sikap komitmen terhadap akhlak dan tsaqafah Islamiyah dalam membentuk syakhsiyah Islamiyah mutakamilah Sinopsis Setelah perbincangan masalah umat di dalam da’wah yang memfokuskan infiradi sebagai bahagian penting dan isu utama di dalam keadaan da’wah saat ini. Persoalan da’wah yang berlaku secara umumnya da[at dibahagikan kepada persoalan yang senantiasa ada pada manusia dan mungkin berterusan ada kerana perkara ini tidak mengkin terlepas dari keadaan da’wah secara umumnya. Beberapa keadaan ini adalah di sebabkan kerana kejiwaan manusia dengan kecenderungannya, watak, syahwat dan instink. Sedangkan persoalan berikutnya adalah berkaitan dengan persoalan semasa yang juga bergantung kepada keadaan tempatan negara Islam tersebut berada seperti persoalan yang di sebabkan oleh sisa-sisa masa penyelewengan seperti: dengan raja/penguasa dictator, adanya kebaikan yang berpenyakit, peninggalan para penyeru ke neraka jahanam, bekas penjajah yang meninggalkan hokum sampai ditinggalkannya sholat. Perkara-perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap Islam. Persoalan lainnya adalah penyakit-penyakit hasil penjajahan seperti: wujudnya berbagai lembaga kekufuran, akibat penjajahan yang akhirnya keterbelakangan iptek, masyarakat Islam yang cara berfikirnya salah, kejiwaan ummat yang salah seperti rendah diri. Keadaan ini menyebabkan adanya dominasi musuh-musuh terhadap ummat. Kemudian persoalan lainnya yang wujud adalah terdapatnya kekuatan yang menantang seperti: musuh yang menyusn aktivitinya dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya yang canggih. Mereka melkukan perang jahiliyah yang tersusun dengan rapi.Akibatnya ummat Islam seperti buih(hadist) yang ringan timbangannya dan mengikut arus. Jalan keluar dari masalah yang dihadapi ummat demikian adalah mesti betul-betul bersedia dan berda’wah secara serius. Beberapa jalan keluarnya adalah muslim mesti memiliki ilmu pengetahuan, melaksanakan pembinaan/tarbiyah dan juga jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah Islamiyah. 1.Persoalan ummah Syarah XXXI. Persoalan ummah disebabkan kerana da’wah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Da’wah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah Islam ini dapat di bangun secara 143
baik Tanpa da’wah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat Islam. Masalah ummat kerana da’wah tidak berkesan tidak di sebabkan oleh permasalah pembawa da’wah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi da’wah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan dating. XXXII. Persoalan yang senantiasa ada Syarah XXXIII. Persoalan yang selalu muncul adalah persoalan mengnai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama da’wah. Dari zaman Nabi Adam hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung padam.Masalah yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan keupayaan dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. XXXIV. Persoalan kontemporer Syarah XXXV. Keadaan semasa yang merupakan masalah yang ada pada reality saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu semasa ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan da’wah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak factor. 4. Sisa masa penyelewengan Syarah I. Sebahagian dari negara dan masyarakat Islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh dictator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan Islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau da’wah yang membawa kehancuran seperti da’wah yang berorientasikan kepada jihad senjata, da’wah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan Islam termasuk sholat. II. Persoalan manusia yang selalu menyertai da’wah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada Islam. 5.Penyakit akibat penjajahan Syarah I. Penyakit yang juga diambil kira sebagai sebab munculnya suatu kekalahan dan kehancuran Islam adalah berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hokum jahiliyah, system pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti industrial court; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. II. Keadaan ini menjadikan ummat Islam di dominasi oleh musuh-musuh Islam. 6.Kekuatan yang menentang Syarah 144
I. Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap da’wah Islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila Islam berjaya.Keinginan hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya da’wah Islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan Islam dan memadamkan da’wah Islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang bak.Mereka melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. II. Akibat kekuatan ini adalah ummat Islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. 7.Jalan keluar Syarah I. Jalankeluar dari permasalahan ini adalah masyarakat muslim mesti berilmu sehingga dengan ilmu ini tidak akan terpengaruh sesat dan umat Islam mempunyai benteng yang kuat.Ilmu yang benar tsaqafah yang luas perlu dipelihara dan diamalkan dengan menjalankan tarbiyah atau pembinaan. Kemudian jihad menjadi penegak dan pemeliharaan masalah walaupun demikian jihad yang dimaksudkan adalah lebih kepada da’wah untuk membangun syaksiyah Islamiyah. Ringkasan dalil II. Persoalan da’wah: 1. Persoalan yang senantiasa ada: kejaiwaan manusia dengan kecenderungan, watak, syahwat dan instink. 2. Persoaalan semasa: A.sisa-sisa mesa penyelewengan dengan: Raja/penguasa dictator, kebaikan yang berpenyakit, para penyeru ke neraka jahanam, ditinggalkannya hukumsampai ditinggalkannya sholat. Dua perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap Islam. B. penyakit penyakit hasil penjajahan: berbagai lembaga kekufuran, keterbelakangan iptek, cara berfikir yang salah, kejiwaan yang salah. Hal ini menyebabkan adanya dominasi musuhh-musuh terhadap ummat. C. Kekuatan yang menantang: dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya. Mereka melakukan perang jahiyah yang tersusun rapi. III. Akibat ummat Islam seperti buih(yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. IV. Jalan keluarnya adalah ilmu pengetahuan, pembinaan/tarbiyah: dan jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah Islamiyah. AL HAQ WAL BATHIL PENDAHULUAN Bahan ghazwul fikri, hizbu syetan dan juga qadhoya ummat adalah penyedaran kepada musuh-musuh Islam yang sntiasa mengajak manusia ke jalan yang benar. Bahan alhaq wal bathil ini berusa untuk menyedarkan bahwa musuh Islam itu sebetulnya berasal dari pihak kebatilan dan pertembungan dengan Islam dengan Islam merupakan keadaan yang akan selalu dihadapi. Mereka selain Islam akan bersama menyerang dan menghancurkan Islam. Bahan al haq wal bathil ini mencoba juga memberikan beberapa jalan keluar ke atas permasalahan ummat dengan memunculkannya hizbullah. Penyederan bahwa pertembungan adalah antara haq dan bathil disampaikan melalui bahan sirak bayna haq wal bathil dan quwatul haq. Setelah itu sikap yang perlu di persiapkan dalam menghadapi pertembungan ini adalah furqan dan istiqamah. Akhirnya bagaimanapun sikap bertahan akan dilanjutkan kepada usaha menghadapi dan menyelesaikan masalah yaitu dengan menghadirkan hizbullah sebagai alternatif jawaban. Bagaimanapun keadaannya peranan hizbullah mesti di hidupkan.
145
Pertembungan diantara muslim dengan kafir dan musuh-musuhnya adalah disebabkan kerana pertembungan al haq dan bathil. Permusuhan al bathil sehingga ia dengan sengaja memerangi Islam smnjak dulu hingga sekarang dan sampai hari kiamat merupakan bukti bahwa mereka tidak akan senang melihat Islam kecuali apabila pengikut Islam bertingkah laku kafir atau menjadi murtad. Keadaan ini keadaan yang paling diminati dan di senanginya. Tercapai Sasaran menyesatkan manusia dan membuat kerusakan ini selepas berhadapan dengan hizbullah yang merupakan kekuatan yang sebenarnya. Pertembungan diantara al haq dan al bathil adalah peperangan diaantara hizbullah dan hizbusyetan. Allah yang menciptakan manusia dan alam ini mempunyai ilmu yang luas mengenai ciptaan sehingga kebenaran Allah ini menjadi suatu dien Allah yang juga akhirnya sebagai dien yang benar . Ansorullah adalah sikap mukmin kepada pemmpinya yang kemudian sebagai tentera Allah dan bergabung ke dalam hizbullah. Kemenangan akan diperoleh hizbullah dengan kejayan dunia akhirat. Di lain pihak pula mush dapat membentuk pengikut kebatilan yang tidak jelas bagaimana pandangan nya terhadap mahluk (manusia dan alam) yang berdasarkan andaian atau sangkaan saja. Mereka juga membentuk pendukung kebatilan yang kemudian menjadi junudul bathil dan akhirnya menjadi hizbu syetan. Dengan demikian pertembungan antara hizbu syetan dan hizbullah di pentas dunia dan khususnya di dunia da’wah mulai bermain. Allah SWt sebagai khalik mempunyai kekuatan yang di gambarkan di dalam kaul(perkataan) dan kauni (alam). Kebenaran Allah Swt yang terdapat di dalam kaun ataupun yang terdapat di dalam kaul(Al Qur’an), apabila diterima oleh manusia maka berarti mereka adalah muslim sedangkan keengkarannya sebagai kafir. Allah akan mempertembngkan kebenaran haq dan bathil dan memenangkan Islam keatas kejahiliyaan. Furqan yang didasari oleh pertembungan haq dan bathil membezakan dua kekuatan yaitu Allah Swt sebagai kekuatan kebenaran sedangkan thagut adalah musuh yang nyata. Allah Swt telah menyebutkan bahwa mengikuti Allah berarti mengikuti kebenaran dan membawa kita kepada jannah sedangkan sebaliknya apabila mengikuti taghut maka akan membawa kita ke dalam neraka. Sikap mukmin menghadapi masalah pertembungan ini mesti berada di dalam ikatan tali yang kukuh yaitu dengan menjadikan Allah sebagai wala dan kemudian meninggalkan thagut. Istiqamah adalah komitmen dan konsisten kita kepada Islam berdasarkan prinsip kerana Allah dan Islam, yang kemudian dilaksanakan berdasarkan cara Islam dengan mengikuti minhaj Allah bersamaNya dan bertujuan kepada Islam dan kepada Allah. Kebalikan dari istiqamah yang mempunyai kesertaan Allah dan Islam pada semua proses maka ghairu istiqamah adalah berdasarkan kepada sesuatu yang bukan Allah dan bukan Islam. Furqan adalah pembeda dari haq dan bathil ini Kejayaan Islam apabila berhasil membedakan kedua pengaruh yang saling bertentangan (haq dan batil). Muslim yang furqan akan meninggalkan kebatilan dengan cara menolaknya dan kemudian menerima Islam. Pertembungan haq dan batil hanya akan dimenangkan oleh hizbullah. Tanpa hizbullah adalah kehancuran. Dengan hizbulah maka akan muncul kemenagngan dan kejayaan. Beberapa cirri hizbullah adalah akhlak-akhlak asasiyah dan akhlak harakiah. Kedua akhlak ini perlu dipenuhi agar dapat menjadi hizbullah dan kemudian Allah Swt akan memenangkan diennya. JL. SIRAK BAYNA HAQ WAL BATHIL Sasaran I. Memahami bahwa kehidupan ini senantiasa pertembungan di antara yang haq dengan yang bathik 146
II. Memahami bahwa penegak kebenaran yang bergabung dalam hizbullah akan berhadapan dengan para penegak kebatik\lan yang bergabung dalam hizbu syaiton III. Menyakini bahwa hizbullah mesti memperoleh kemenangan dari Allah sedangkan hizbusyaiton pasti akan kalah. Sinopsis Allah sebagai yang maha pencipta, maka ia juga maha mengtahui akan ciptaanNya. Dengan demikian maka Allah Swt maha bijaksana. Dengan bijaksana ini maka Allah merupakan al haq. Dien yang Allah miliki adalah dien Allah yang merupakan dien haq. Dien haq yang dipertuntukan kepada manusia memerlukan pengikut dan pendukung sebagai bukti dan contoh bagaiamana manusia memerlukan keselamatan dan kedamaian Islam. Para pendukung Islam ini disebut sebagai jundullah yang mereka ini bergabung ke dalam hizbullah dan mereka pasti menang jaya. Selain Allah adalah mahluk yang diciptakan dimana mereka sangat bodoh karena aktivitas, pemikiran dan sifatnya berorientasikan kepada zon dan dugaan. Sedangkan analisa selain Allah ini adalah batil yang dipelopori oleh malik dan thaghut. Dengan demikian dien inipun bisa di sebut dengan dien malik. Mereka pun mempunyai pengikut dan pendukung yang kuat yang di sebut dengan penolong syetan. Mereka sebagai ansorul batil, yang kesediaan dan kesiapan menjalankan perintah taghut merupakan tenteratentera iblis yang kemudian bergabung di dalam hizbus syaiton. Akhirnya mereka pasti akan kalah dan merugi Hasyah I. Allah yang maha pencipta Syarah A. Allah Swt adalah khalik yang sebenarnya. Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Dia memiliki kekuasaan mengatasi segala mahluq. Dengan demikian Allah Swt Maha Berkuasa Mencipta, mengatur dan mentadbir seluruh Alam. Kekuatan yang sebenarnya adalah di sisi Allah. Tidak ada yang silap, lemah dan kekurangan pada Allah. Dia maha sempurna. Dalil B. 10: 4; KepadaNyalahkembali kamu semua, sebagai janji Allah yang benar. Sesungguhnya Dialah yang memulakan kejadian mahluk, kemudian ia mengembalikan(hidup semula sesudah matinya), untuk membalas orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dengan adil; dan orang-orang kafir pula, disediakan bagi mereka minuman dari air panas yang menggelegak, dan azab yang tidak terperi sakitnya, disebabkan mereka ingkar dan berlaku kufur. C. 67: 3 ; Dia lah yang mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah yang maha pemurah itu di seberang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau ragu-ragu ) maka ulangilah pandangan –(mu)- dapatkah engkau melihat sebarang kecacatan? D. 59: 24; Dia lah Allah, Yang menciptakan sekalian mahluk; Yang mengadakan (dari tiada kepada ada); Yang membentuk rupa (mahluk-mahluk Nya menurut yang di kehendakiNya); Bagi Nyalah nama-nama yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya; bertasbih kepadaNya segala yang ada dilangit dan di bumi; dan Dia lah yang tiada banding Nya, lagi Maha Bijaksana. 2.Maha mengetahui Syarah II. Imu Allah meliputi segala-galanya. Dengan ilmunya. Dengan ilmunya Allah Swt berkuasa mencipta, menghidupkan, melangsungkan kehidupan berbagai 147
mahluk,mematikan dan seterusnya menghidupkan kembali serta memperhitungkan. Allah mengetahui yang tersembunyi dan yang nyata. Allah maha mengetahui keadaan hambanya. Dalil III. 67: 14; Tidaklah Allah menciptakan sekalian mahluk itu mengetahui (segalagalanya)? Sedang ia maha halus urusan pentadbiran Nya, lagi maha mendalam pengetahuanNya! IV. 36: 79;; Katakanlah: “Ia akan di hidupkan oleh yang menciptakan nya kali yang pertama.Dia maha mengetahui tentang segala mahluk.” 3.Maha bijaksana Syarah V. Allah yang menciptakan , maka Dia maha bijaksana dalam mnentukan apakah yang paling sesuai untuk mahluknya. Allah menyediakan segala keperluan mahluknya. Dengan melihat dalam diri kita , nampak jelas kebijaksanaan Allah. Dia mencipta kita dengan sebaik-baik. Dia mengurniakan aqal sehingga kita boleh berfikir. Mata…melihat, alam yang indah berwarna-warni pula..telinga …mendegar. ….Melihat kepada alam sekeliling kita, Allah menciptakan pokok membekal oksigen. Kita sedut setiap saat … masya Allah. Demikian pula dengan kebijaksanaan Allah Swt maka Dia menurunkan untuk mahluk system … yang dengan nya setiap mahluk hidup dan berjalan dengan teratur. Maka untuk manusia juga ada system dari Allah. Dalil VI. 59: 24; Dia lah Allah, Yang menciptakan sekalian mahluq; yang mengadakan(dari tiada kepada ada); yang membentuk rupa(mahluk-mahluk nya menurut yang di kehendaki Nya); bagiNyalah nama-nama yang sebaik-baiknya dan semulia-muliaNya; bertasbih segala yang ada di langit dan di bumi; dan Dialah yang tiada banding Nya, lagi maha bijaksana. VII. 61: 1; Segala yang ada dilangit dan di bumi, tetap mengucap tasbih kepada Allah ; Dan Dialah yang maha kuasa dan maha bijaksana. VIII. 62.1; Segala yang ada dilangit dan di bumi, tetap mengucap tasbih kepada Allah yang menguasai(sekalian alam), Yang Maha suci, Yang maha kuasa, lagi maha bijaksana. 4.Allah adalah al Haq Syarah IX. Allah menamakan diriNya sebagai al Haq. Allah adalah r\Rabb yang sebenarnya. Dialah yag paling mengetahui, paling bijaksana maka selayaknyalah Dia menentukan mana yang haq dan mana yang batil Dalil X. 10: 32; Maka yang demikian (siafatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah, Tuhan kamu yang sebenar-benarnya; sesudah nyatanya sesuatu yang betul dan benar,maka tidakkah yang lain daripada itu salah? Oleh itu, bagaimana kamu dapat di pesongkan dari kebenaran? XI. 22: 62; Bersifatnya Allah dengan kekuasaan dan luas ilmu pengetahuan itu kerana bahwasanya Allah, Dialah saja tuhan yang sebenar-benarnya, dan bahwa segala yang mereka sembah selain dari Allah itulah yang nyata palsunya. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah jualah yang maha tinggi keadaanNya. Lagi maha besar (KekuasaanNya) 5. Dien Allah dien yang Haq Syarah 148
XII. Maka Allah Swt mengutus rasulNya Saw untuk menyampaikan kepada ummat manusia kebijaksananNya untuk menerima petunjuk Rasul dan seterusnya menjlankan system Allah, dien Allah, Nizam Rabbani. Sebenarnya menerima dan melaksanakandien Allah ini adlah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Dengan tertegak dien Allah, Kehidupan manusia di dunia akan aman, sejahtera, dan akhirnya setelah mati dan menemui Allah Swt di akherat juga dalam sejahtera. Dalil XIII. 48: 28; (Allah yang menyatakan itu) Dia lah yang telah mengutus RasulNya(Muhammad, Saw) dengan membawa hidayah petunjuk dan agama yang benar(agama Islam), supaya Dia menjadi saksi (tentang kebenaran apa yang di bawa oleh RasulNya itu).S XIV. 9: 33; Dialah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (agama Islam), untuk di menangkan dan ditingikan atas segala agama yang lain, walaupun orang-orang musrik tidak menyukainya. XV. 61: 9; Dialah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad Saw) dengan membaww hidayah dan petunjuk agama yang benar(agama Islam), supaya ia memenangkan dan meninggikan atas segala agama yang lain, Walaupun orang-orang musrik tidak menyukainya. 6.Memerlukan pendukung Syarah XVI. Penegakkan mana-mana system dikalangan manusia, ada pendukung, pembela dan penolong-penolong. Sistem akan tertegak bermula dengan keyakinan manusia, kemudian memnagunkan dalam konsep dan hati nurani dan akhirnya menegakkan dalam syaksiyah peribadi. Golongan yang menerima dien ini adalah muslim, yang patuh dan melaksanakan semua tabpa soal. Seterusnya muslim tadi meningkatkan amalan dan kesungguhan sehingga menjadi mu’min sejati … dan menuju kesempurnaan menjadi mutaqqin. Sejarah rasul terdahulu seperti nabi Isa as. Diungkap oleh Allah di dalam Al Qur’an mengisahkan ansorullah yang menebarkan da’wah di kalangan Bani Israil ketika itu. Pembantu Rasul di dalam menegak dan melaksanakan dien Allah Swt. Dalil XVII. 61: 1; Wahai orang-orang yang beriman! Jadikanlah diri kamu pembela-pembela (agama) Allah sebagaiman (keadaan penyokong-penyokong) Nabi Isa ibni Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokong itu: “ Siapakah penolong-penolong ku (dalam perjalananku)kepada Allah (dengan menegakkan agamaNya)?” Mereka menjawab: ”Kamilah pembela-pembela (agama)Allah!” (Setelah Nabi Isa tidak berada diantara mereka ) maka sepuak dari kaum Bani Israil beriman, dan sepuak lagi (tetap) kafir. Lalu kami berikan pertolongan kepada orang-orang yang menag. XVIII. 47: 7; Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah niscaya Allah membela ( untuk mencapai kebenaran)dan meneguhkan tapak pendirian kamu. 7.Jundullah Syarah XIX. Ketika mana dien ini tertegak, disana akan ada musuh Allah dari kalangan syaithan, dan kuncu-kuncu yang menyerang samada melalui ghazwu fikri, maupun ghazmuasykari, atau ghazwu iqtisodi. Sirah Rasulullah Saw menceritakan bagaiman baginda telah di serang, assabigunal awwalun di siksa dan di serang, daulah Islam dimadinah juga di serang. Serangan bertubi-tubi … ghazwah bertemu ghazwah… Khilafah Islam juga di serang … dari umawiyyah, Abbasiyyah hingga akhirnya 149
tumbang… pada 1924. Maka siapakah yang akan mempertahankan dien ini dari serangan tersebut .. tentunya jundullah. Tentera Allah yang berdiri tegak, dilatih, ditarbiyah, disusun, ditandzim, sehingga menjadi suatu saf yang tersusun rapi menjalankan agama ini. Jundi yang berda’wah dan jundi yang berperang. Jundi yang lebih mementingkan Allah, Rasul dan Islam, melebihi dirinya, keluarganya dan anak istrinya. Jundullah yang mengejar mardhotillah, dan mengajak syurga Allah dan kemampuannya seluas langit dan bumi. Berjilid-jilid sejarah telah menulis… darah syuhada’jundullah… ya Allah matikanlah hati ini atas syahid dijalan Allah… Dalil XX. 48: 4; (Tuhan yang menbuka jkemengan itu) Dialah yang merunkan semangat tenang-tentram ke dalam hati orang-orang yang beriman(semasa mereka meradang terhadap angkara musuh) supaya mereka bertambah iman dan yakin beserta dengan iman dan keyakinan mereka yang sedia ada; padahal Allah menguasai tentera langit dan bumi (untuk menolong mereka); dan Allah adalah maha mengetahui, lagi maha bijaksana. XXI. 48: 7; Dan Allah menguasai tentera langit dan bumi (untuk menyiksa orang-orang yang durhaka); dan Allah adalah maha kuasa, lagi maha bijaksana. XXII. 37: 171-173; Dan demi sesungguhnya! Telah ada semenjak dahulu lagi, ketetapan kami, bagi hamba-hamba kami yang diutus menjadi Rasul – Bahwa sesungguhnyalah mereka orang-orang yang di berikan pertolongan mencapai kemenagngan. Dan bahwasanya tentera Kami {pengikut-pengikut Rasul), merekalah orang-orang yang mengalahkan (golongan yang menentang kebenaran). XXIII. 58: 21; Allah telah menetapkan: “ Sesunnguhnya Aku dan Rasul-rasulKu tetap mengalahkan(golongan yang menentang )”. Sesungguhnya Allah maha kuat , lagi maha kuasa. XXIV. Hadts; 8.Hizbullah Syarah XXV. Tanzim adalah keperluan dalam bekerja secara satu pasukan. Tanpa tandzim suatu pasukan akan huru hara. Terlalu banyak arahan, terlalu banyak kecelaruan akan melemahkan saf.Oleh itu jundullah mestilah disiplinkan hidup mereka untuk focus kepada perjuangan dan amal. Mereka memerlukan tarbiyah yagn khusus untuk menyatukan aqidah, akhlak dan hati sebelum mereka dapat disatukan dalam saf yang berhadapan dengan musuh. Kekuatan Islam adalah dengan kekuatan penyusunan setian jundi dengan kepatuhan yang total kepada Allah dan Rasul. Jundullah bersatu di bawah panji-panji Hizbullah. Dan inilah gabungan kekuatan al Haq- kekuatan yang sebenarbenarnya. Satu pasukan yang beriman, mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan tidak takut sesiapapun kecuali Allah Swt. Dalil XXVI. 5: 55-56; Sesungguhnya penoong kamu adalah Allah, dan Rasulnya serta orangorang yang beriman, yang mendirikan sembhyang dan menunaikan zakat, sedangkan mereka rukuk(tunduk menjunjung perintah Allah). Dan sesiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman itu penolongnya (maka berjayalah dia), kerana sesungguhnya golongan (yang berpegang kepada agama Allah) itulah yang teap menang. XXVII. 58: 22; Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya; Sekalipun orang-orang yang menentang mereka itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun 150
keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda (serta bersyukr)akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokng-penyokong (agama) Allah. Ketahuialah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orng-orang yang berjaya. 9. Mereka pasti menang dan jaya Syarah XXVIII. Siapakah yang dapat mengatasi kekuatan al Haq… Mustahil…. Kekuatan orang mu’minyang iklash berjihad di jalan AllahSwt merupakan kekuatan yang luar biasa. Kekuatan ini telah bergabung dan terpadu sehingga ia merupakan kekuatan yang lahir dari kekuatan aqidah, ukuwwah dan wehdah.Gabungan inilah mendapat pertolongan dari tentera langit dan bumi dari tentera Allah. Hizbullah yang melengkapi sysrat pasti mendapat pertolongan Allah. Hizbullah pasti menang. Kemenangan inilah yang ditunggu-tunggu orang mu’min…(al husnayain) 9: 52 menang atau syahid Dalil XXIX. 30: 47; Dan demi sesungguhnya, Kami telah mengutuskan sebelummu (wahai Muhammad) Rasul-rasul kepada kaum masing-masing , lalu mereka membawa kepada kaumnya keterangan-keterangan yang jelasnyata; kemudian Kami menyeksa orang-orang yang berlaku salah(menginkarinya);dan sememangnya adalah menjadi tanggung jawab Kami menolong orang-orang yang beriman. XXX. 5: 56; Dan sesiapa yang menjadikan Allah dan rasulNya serta orang–orang yang beriman itu penolongnya (maka bejayalah dia), kerana sesungguhnya golongan(yang berpegang kepada agama) Allah, itulah yag tetap menang. 10. Selain Allah adalah mahluk yang diciptakan Syarah XXXI. Selain Allah Swt adalah mahluk yang di ciptakan. Apakah kekuatan yang ada pada mahluq. Banyak ayat-ayat Allah yang menceritakan haqiqat mahluq yang sebenarnya lemah. Apalagi yang disembah selain Allah itu semuanya lemah belaka. Semua kumpulan atau kelompok yang bergabung untuk menentang Allah itu, tidak memiliki kekuatan apapun. Mereka asalnya lemah dan bergabung diatas kelemahanjua. Kita perlu menyakinkan bahwa mahluq itu benar-benar lemah… Mahluq tak boleh mencipta wlaupun seekor lalat. Mahluq hanya menggunakan ciptaan Allah. Gabunglah mana-mana saintis yang paling pakarpun, niscaya tidak akan mampu mencipta sebiji atompun ,,, apalagi nak cipta lalat… impossible. Hanya Allah , pencipta sebenar… dari tiada kepada Ada. “ Kun fa yakun”.. Dalil XXXII. 16: 17; Kalau sudah demikian, adakah Allah menciptakan semuanya itu sama seperti mahluq-mahluq yang tidak menciptakan sesuatu? Maka patutkah kamu lalai sehingga kamu tidak mau beringat serta memikirkannnya? XXXIII. 22: 73; Wahai umat manusia, inilah diberikan satu missal perbandingan, maka dengarlah mengenainya dengan sungguh-sungguh. Sebenarnya mereka yang kamu seru dan sembah, yang lain dari Allah itu, tidak akan sekali-kali akan dapat mencipta seekor lalat walaupun mereka berhimpun beramai-ramai untuk membuatnya; dan jika lalat itu mengambil sesuatu dari mereka, merka tidak dapat mengambilnya balik dari padanya. (kedua-duanya lemah belaka ), lemah yang meminta (dari mendapat hajatnya), dan lemah yang diminta (daripada menunaikannya) 151
11. Yang sangat bodoh Syarah XXXIV. Sifat kebodohan adalh berkait langsung dengan kelemahan. Oleh itu system yang direka oleh manusia pastinya tak boleh menandingi system Allah. Dien manusia mana mungkin menandingi Dien Allah itu, ketinggian itu tiada bandingan nya . Ramai yang mnecuba-cuba membuat system sendiri terbukti akhirnya membawa kepada kehancuran, kegagalan, putus asa, peperangan dan kebinasaan. Hidup manusia menjadi porak poranda. Dalil XXXV. 33: 73; (Dengan kesanggupan manusia memikul amanah itu maka) akibatnya Allah akan menyiksa orang-orang lelaki yang munafik serta orang-orang perempuan yang munafik, dan orag-orang lelaki yang musyrik serta orang-orang perempuan yang musyrik; dan juga Allah akan menerima taubat orng-orang lelaki yang briman serta orang-orang perempuan yang beriman. Dan memangnya Allah maha pengampun, lagi maha mengasihi. 12. Berorientasi pada zon, dugaan, analisa Syarah XXXVI. Satu factor penting dari kebinsaan itu adalah manusia membina system mereka diatas dasar dzon.. ragu-ragu.. tidak pasti. Sedangkan Allah Swt mendirikan system berdasarkan kebenaran, ilmu dan hikmah. Dasar dari sangkaan dan analisis yang lemah di gunakan lalu terbinalah system yang akhirnya merosokkan segala-galanya. Dari kezaliman politik, keruntuhan moral, kejatuhan ekonomi, kehancuran system social semuanya didasaarkan dari berbagai hipotesis, tesis, teori, paradigma dan berbagai anggapan yang sangat lemah…. Kadangkala diistilahkan saintifik.. moden… maju… tidak ortodoks… tidak fundamentalis dsb.. Hakikatnya Allah menyebutkan bahwa dasar mereka hanya dugaan dan sangkaan. Dalil XXXVII. 10: 36; Dan kebanyakan mereka, tidak menurut melainkan sesuatu sangkaan saja. (padahal) sesungguhnya sangkaan itu tidak dapt memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran(iktiqad). Sesungguhnya Allah maha mengtahui akan apa yang mereka lakkan. XXXVIII. 6: 116; Dan jika engkau menurut orang kebanyakan dimuka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan mu dari jalan Allah; tiadalah yang mereka turut melainkan sangaan semata-mata, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. 13.Selain Allh adlah bathil Syarah XXXIX. Oleh karena itu sahlah bahwa selain dari Allah, biarpun yang namanya bathil…Bathil tanpa berilmu, sesat dan bahkan menyesatkan. Tidak ada selepas dari yang haq itu kecuali al bathil. Yang tidak memiliki apa-apa kekuatan . Namun begitu mereka berusaha mempertahankan yang batil itu. Al Bathil akan ditegakkan dan akan dipertahankan karena faedah-faedah tertentu, untuk kepentingan hawa nafsu tertentu. Al Bathil akan bertahan. Al Batil dan kuncu-kuncunya akan ada sepanjang zaman. Mereka adalah palsu dan menegakkan kepalsuan. Menipu dan menyesatkan itu adalah kerja al batil. Dalil XL. 10: 32; Laka yang demikian (sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah, Tuahan kamu yang sbenar-benarnya; sesudah nyatanya sesuatu yang betul dan benar, maka
152
tidaklah yang lain daripada itu salah dan karut saja? Oleh itu bagaimana kamu dapat di pesongkan dari kebenran? XLI. 22: 62; Bersifatnya Allah dari kekuasaan dan luas ilmu pengetahuan itu karena Allah, Dialah saja tuhan yang sebenar-benarnya, dan bahwa yang mereka sembah selain dari Allah itulah yang nyata palsunya. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah jualah saja yang maha tinggi keadaan nya, lagi maha besar (kkekuasaanNya) 14. Dienul malik Syarah XLII. Selain Islam adalah dien yang batil. Sistem hidup yang lain ditegakkan uuntuk mengatur dan mengurus kehidupan manusua, samada individu ataupun berjamaah (bermasyrakat). Mereka mengamalkan suatu yang bertentangan dengan kehendak Allah Berdasarkan haw nafsu dan keragua-raguan (dzon) deen ini tertegak. Allah tidak menerima dien seperti ini. Oleh itu dien yang batil ini mestilah di kenali oleh para daie supaya ia tidak tertipu atau tergelincir. Dalil XLIII. 12: 76; Maka Yusuf mulailah memerikasa barang-barang mereka sebelum memerikasa tempat saudara kandungnya ( Bunyamin) kemudian ia menghilangkan benda yang hilang itu dari tempat simpanan barang saudara kandungnya. Demikianlah kami jayakan rancangan untuk (menyampaikan hajat) Yusuf. Tiadklah ia dapat mengambil saudara kandungnya menurut undang-undang raja Dienul Malik, kecuali jika dikehendaki Allah. (Dengan ilmu pengetahuan), Kami tinggikan pangkat kedudukan sesiapa yang Kami kehendaki, Dan tiap-tiap orang yang berilmu pengetahuan, adalagi diatasnya yang lebih mengtahui, XLIV. 42: 26; Dan ia memperkenankan doa permohonan orang-orang beriman serta beramal sholeh, dan Ia menambahi mereka dari limpah kurniaNya (selain dari yang mereka pohonkan). Dan (sebaliknya)orang-orang kafir, disediakan bagi mereka azab siksa yang seberat-beratnya. 15. Penolong syetan di sebut anshorul batil Syarah XLV. Pendukung Dien batil ini juga ramai sekali. Mereka adalah penolong syaithan. Kebatilan di sokng oleh musyrikin, kafirin, munafikin, yahudi dan nasoro. Banyak sekali kisah mereka dari zaman Nabi Adam as dan seluruh rasul kemudian menghadapi semua pendukung syaithan ini. Mereka juga beramal jamai dalam membangunkan dan mempertahankan dien batil ini. Berbagai nama di berikan untuk menghiasi dien ini dan dipertahankan oleh pendukungnya. Di dunia mereka bersama dan di hari qiamat mereka juga menyesal bersama… Pendukung system batil ini gembira jika orang mukmin kalah, gagal dan tewas. Mereka mau menguburkan Islam dan Dien Allah Swt. Dalam perang Badr,Uhud, Khandaq mereka telah berusaha… dan hingga kini mereka tidak berhenti lagi untuk menentang al Islam. Dalil XLVI. 4: 141; (Mereka yang munafi itu ialah) orang-oarang yang senatiasa menunggunuggu (berlakunya sesuatu) kepada kamu; maka kalau kamu mendapat kemengan dari Allah (dalam sesuatu peperangan), berkatalah mereka (kepada kamu): “ Bukankah kami turut brjuang bersama-sama kamu? (oleh itu kami juga berhak menerima bahagian dari harta rampasan perang)”. Dan jika orang-orang kafir pula mendapat bahagian(yang menguntungkan dalam peperangan), berkatalah mereka (kepada orang-orang kafir itu): Bukankah kami turut membantu kamu dan mempertahan kan kamu dari(serang balas) dari orang-orang beriman (dengan mendedahkan rahsia perpaduannya)?”. Maka Allah 153
akan menghakimi diantara kamu semua pada hari kiamat; dan Allah tidak sekali-kali akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk membinasakan orang-orang yang beriman. 16. Tentera-tentera iblis Syarah XLVII. Mereka menjadi tentara yang setia dan bersungguh-sunguh mempertahankan Dien syaithan… Senantiasa mendengar arahan darisyaithan dan kuncunya. Sedangkan syaithan menyeru dan mengajak mereka ke neraka. Perjalanan mereaka di hiasi dan di taburi dengan nikmat dan ganjaran dekat, mereka dipengaruhi untuk tetap dengan kesengan dunia. Ini memanglah kepakaran syaithan.. Dia mengajak merak dari semua arah.. Dalil XLVIII. 26: 94-95; “ Lalu mereka di humbankan ke dalam neraka dengan tertiarap, jatuh bangun berulang-ulang, -mereka dan orang-orang yang sesat bersama,”Termasuk juga bala tentara iblis semuanya. 17. Hizbu syaithan Syarah XLIX. Pasukan syaithan ini bergabung untuk menentang hizbullah. Ia membentuk satu team..hizbus syaithan. Dia menggunakan berbagai taktik, Cuma Allah mengatkan bahwa tipu daya dantrick mereka adalah lemah belaka. Hizbus syaiton dzohir dengan macammacam nama dan organisasi srta parti. Walau apapun nama mereka namun pada haqiqat mereka adalah satu, untk menentang dien yang haq dan meruntuhkannya. Dalil L. 7: 27; Wahai anak-anak Adam! Jangan lah kamu diperdayakan oleh syaithan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapa kamu dari syurga, sambil ia melucutkan pakian mereka berdua untuk memperlihatkan kepada meraka: aurat mereka (yang sebelum itu tertutup). LI. Sesungguhnya syaitan melihat dan kaumnya melihat kamu dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan itu teman rapat bagi orang-orang yang tidak beriman. LII. 58: 19; Syaitan telah menguasai dan mempengaruhi mereka, sehingga membuat mereka lupa mengingati (ajaran dan amaran) Allah; mereka itulah puak syaithan. Ketahuialah! Bahwa puak syetan itu sebenarnya orang-orang yang merugi. 18. Mereka pasti kalah dan merugi Syarah LIII. Hizbus syaithan sebenarnya bergabung diatas landasan yang rapuh dan lemah. Kekuatan jundullah akan pasti mengatasi dien syetan ini. Diakhirat lebih-lebih lagi besar penyesalan mereka. Allah menceritakan bagaimana diakhirat mereka saling berbantahbantah, tuduh menuduh, cela mencela, karena menyesali penggabungan mereka. Rugilah mereka serugi-ruginya. Dalil LIV. 54: 45; Kumpulan mereka yang bersatu itu akan tetap dikalahkan, dan mereka pula akan berpaling lari. LV. 3: 12; Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang kafir itu: ”Kamu akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan di himpunkan (pada hari kiamat) ke dalam neraka jahanam, dan itulah seburk-buruk tempat yang disediakan”. Ringkasan Dalil
154
LVI. Allah yang maha pencipta (10: 4; 67: 3; 59: 24;) maha mengtahui (67: 14; 36: 79;), maha bijaksana(59: 24; 61: 1; 62: 1) Allah adalah al Haq (10: 32; 22: 62;), dien Allah dien yang haq (48: 28; 9: 33; 61: 9) LVII. Memerlukan para pendukung(61: 4; 47: 7;) para pendukung di sebut jundullah(48: 4; 7;37: 171-173;; 58: 21, hadits), bergabung di dalam hizbullah (5: 55-56; 58: 22), mereka pasti menang dan jaya(30: 47;5: 56) LVIII. Selain Allah adalah mahluk yang di ciptakan(16: 17; 22: 73) yang sangat bodoh (33: 73), berorientasi pada zon, dugaan,analisa(10: 36; 6: 116), Selain Allah adalah batil(10: 32; 22: 62) membuat selain dienullah/dienul malik (12: 76; 42: 26) para pendukungnya adalah pendukung syetan di sebut anshorul bathil (4: 141) di sebut juga tentara-tentara iblis(26: 94-05), bergabung dalam hizbus syaithan(7: 27; 58: 19) LIX. Mereka pasti kalah dan merugi (54: 45; 3: 12). J2.QUWATU HAQ Sasaran LX. Memahami dukunagan dan kekuatan Allah sebagai yang maha benar dan maha kuat untk para pengikut al Haq LXI. Menyadari pentingnya mencapai kekuatan kauniyah dan qaliyah dalam pertembungan di antar yang haq dan batil LXII. Menyadari bahwa hanya dengan menegakkan Islam dalam diri dan masyarakat. Sinopsis Allah adalah sumber kebenaran dan Dialah yang maha kuat. Ada dua kekuatan: Allah Swt yang pertama dialamdan yang kedua di dalam perkataanNya. Kekuatan Allah di alam merupakan kekuatan kauniyah. Kekuatan ini berlaku bagi semua alam dan manusia samada kafir/ ashabul batil maupun mukmin ashabul haq. Kekuatan Allah dialam megena kepada semua mahlukNya tidak terkecuali seperti rezki yang di berikan, kehidupan berupa air, oksigen, hujan , panas dan sebagainya. Manakala kekuatan Allah di dalam perkataan Nya merupakan kekuatan firman-firman Allah yang hanya terdapat pada orang-orang mukmin/ashabul haq. Antara ashabul haq dan ashabul batil selalu bertentangan karena ada perbedaan antara haq dan batil. Pertembungan ini pasti akan menjadikan Islam sebagai pemenang karena bagaimanapun Allah yang mempunyai Islam sedangkan kita sebagai pendukung dan penolong saja. Lagi pula kebatilan pada hakikatnya di bawa oleh cipataan Allah juga sehingga semua ketentuan berada pada kehendak Allah Swt. Allah berfirman ketika yang haq dating yang batil pasti lenyap dan kemudian Islam dimenangkan atas semua Dien. LXIII. Allah adalah sumber kebenaran Syarah LXIV. Disana tidak ada sumber kebenaran selain Allah Swt. Keyakinan inilah sember penting kekuatan mu’min. Kekuatan yang lahir dari kebenarn bukannya kebatilan. Dalil LXV. 2: 147; Kebenaran(yang datangnya kepadamu dan di sembunyikan oleh kaum yahudi dan nasrani)itu (wahai Muhammad), adalah datangnya dari Tuhanmu; oleh karena itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. LXVI. 10: 32; Maka yang demikian (sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah, Tuhan kamu yang sebenar-benarnya; sesudah nyatanya sesuatu yang betul dan benar, maka tidakkah yang lain daripada itu salah dan karut saja? Oleh itu, bagaimana kamu dapat dipesongkan dari kebenran? LXVII. 22: 62; BersifatNya Allah dari kekuasaan dan luas ilmu pengetahuan itu karena bahwa sanya Allah, Dialah saja tuhan yang sbenar-benarnya. Dan bahwa yang 155
mereka sembah selian dari Allah itulah yang nyata palsunya. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah jualah yang maha tinggi keadaanNya, lagi maha besar (kekuasanNya) LXVIII. Dia yang maha kuat Syarah A. Allah maha kuat. KekuatanNya dapat diambil dari kekuatan quliyah (yaitu Al Qur’an) dan kekuatan kauniyah (yaitu alam kebendaan). Di dala al Qur’an terdapat petunjuk llahi dalam semua bidang kehidupan. Al Qur’an mentarbiyah ummat sehingga lahirlah muslim mu’min yang kuat. Ia juga mentarbiyah masyrakat untuk membangun dalam semua aspek kehidupan. Al qur’an yang di talaqqi, ditadabbur,ditadarrus, ditafsir dan dilaksanakan dikalangan ummat pasti menjadi sumber kekuatan ummat. Sebab ini juga musuh Islam berusaha agar ummat ini meninggalkan al Qur’an. ‘Selama al Qur’an iini ada di tangan ummat Islam, kamu tidak akan dapat mengalahkan ummat Islam’. Kita mesti mentarbiyah ummat untuk kembali menghayati al Qur’an. Dalil B. 58: 21; Allah telah menetapkan: “Sesungguhnya Aku dan Rasul-rasulKu tetap mengalahkan (golongan yang menentang)”. Sesungguhnya Allah maha kuat, lagi maha kuasa. C. 51: 58; Sesungguhnya Allah dialah saja yang memberi rezeki (kepada sekalian mahlukNya, dan Dialah saja) Yang mempunyai kekuasaan yang tidak terhingga, lagi maha kuat kukuh kekuasaan Nya. D. 40: 3; Yang mengampunkan dosa, dan yang menerima taubat; Yang berat azabNya; yang melimpah-limpah kurniaNya; tiada tuhan melainkan Dia; kepadaNyalah taempat kembali. LXIX. Di alam Syarah LXX. Allah tidak menciptakan Islam secara sesia.Setiap ciptaan Allah membuktikan kekuatan Allah Swt. Kekuatan alam ini dapat dimanfaatkan oleh manusia Sebahagian kekuatan ini dapat dilatih dan dibangunkan. Sekiranya manusia hanya bergantung kepada kekuatan kebendaan dan melupakan sumber kekuatan kedua, maka ia tidak sempurna bahkan boleh menjadi kufur. Dalil LXXI. 30: 8; Patutkah mereka merasa cukup dengan mengetahui yang demikian saja, dan tidak memikirkan dalam hati mereka, (supaya mereka dapat mengetahui), bahwa Allah tidak mencipatakn langit dan bumi serta semua yang ada diantara keduanya itu melainkan dengan ada gunanya yang sebenar, dan dengan ada masa penghujungnya tertentu,(juga kembali menemui penciptanya)? Dan sebenarnya banyak diantara manusia , orang-orang yang sungguh-sungguh ingkar akan pertemuan dengan TuhanNya. LXXII. 6: 73; Dan Dialah yang mencipatakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, dan (Dialah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman: “Jadilah”, lalu terjadilah ia. FirmanNya itu adalah benar. Dan bagiNyalah kuasa pemerintahan pada hari di tiupkan sankakala. Ia yang mengetahi segala yang ghaib dan yang nyat, Dan Dialah yang maha bijaksana, lagi maha mendalam pengetahuanNya. LXXIII. 44: 38/39; Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan yang segala ada diantara keduanya, secara maian-main; Tidaklah Kami menciptalan keduanya (serta segala yang ada diantara keduanya) melaainkan dengan menzahirkan perkaraperkara yang benar; akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu().
156
LXXIV. 23: 115; “ Maka adakah patut kamu menyaka bahwa kami hanya menciptakan kamu(dari tiada kepada ada) saja dengan tiada sembarang hikmat pada ciptaan itu? dan kamu (menyangka pula) LXXV. tidak akan di kembalikan kepada Kami?” LXXVI. Di dalam perkataan Syarah LXXVII. Al qur’an adalah kalam Allah Swt yang mengandung kalam lengkap, jika dipatuhi dan dilaksanakan maka akan menjadi lengkap dan sempurnalah keidupan manusia. Ia adalah kebenaran yang jelas. Orang mukmin mengambil panduan ini sehingga jadilah mereka ummat pilihan. Apabila arahan-arahan Al Qur’an dilaksanakan dalam kehidupan, ia mengubah manusia, keluarga, masyarakat dan negara.Orang kafir dan hizbus syaithan tidak dapat mengammbil faedah dari pada ayat Karen kesombongan mereka. Dalil LXXVIII. 2: 147; Kebenaran (yang datangnya kepada mu dan di sembunyikan oleh kaum Yahudi dan Nasrani) itu (wahai Muhammad), adalah datangnya dari Tuhanmu; oleh itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang –orang yang ragu-ragu. LXXIX. 6: 115; Dan telah sempurnalah kalimah Tuhanmu (Al qur’an meliputi hokum-hukum dan janji-janjiNya) dengan benar dan adil; tiada sesiapa dari sesuatupun yang dapat merubah dari kalimah-kalimahNya; Dan Dia lah yang sentiasa mendengar, lagi senantiasa mengetahui. LXXX. 10: 36; Dan kebanyakan mereka, tidak menurut melainkan suatu sangkaan saja,(padahal) sesungguhnya sangkaan itu tidak dapat memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran(iktiqad). Sesungguhnya Allah maha mengetahui akan apa yang mereka lakukan. LXXXI. Antara ashabul haq dan ashabul bathil Syarah LXXXII. Oleh itu pertembungan antara yang haq dan batil pasti berlaku dan kemenangan dipihak al haq. Allah mengumpamakan seperti hujan yang turun, al haq memberikan faedah yang banyak, sedangkan al bathil seperti buih yang akhirnya akan lenyap. LXXXIII. Dalil21: 18; Bahkan kami senantiasa mengarahkan yang benar menentang yang salah, lalu ia menghancurkannya, maka dengan serta-merta hilang lenyaplah dia.Dan (tetaplah) kecelakaan akan menimpa kamu disebabkan apa yang kamu sifatkan(terhadap kami). LXXXIV. 21: 35; Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu sekalian akan dikembalikan. LXXXV. 13: 17; Ia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu membanjiri tanah-tanah lembah(dengan airnya)menurut kadar yang di tetapkan untuk faedah mahlukNya, kemudian banjir itu membawa buih-buih yang terapung-apung. Dandari benda-benda yang di bakar di dalam api untuk di jadikan barang perhiasan atau perkakas yang diperlukan, juga timbul buih seperti itu. Demikian lah Allah memberi missal tentang perkarayang benar dan yang salah. Adapun buih itu maka akan hilang lenyaplah ia hanyut terbuang, manakala benda-benda yang berfaedah kepada manusia maka ia tetap tinggal di bumi. Demikianlah Allah menerangkan missal-misal perbandingan. LXXXVI. Haq dating yang batil pasti lenyap Syarah 157
LXXXVII. Apabila kebenaran ditegakkan dengan sebenar-benarnya, kebatilan tidak akan tinggal bersama. Seperti kegelapan, apabila dating cahaya menerangi, maka tiadalah lagi kegelapan. PPendukung kebenaran akan menegakkan al haq dan menghapuskan kebatilan. Apabila Rasulullah Saw menyeru, mentarbiyyah, mentaqwin dan membangunkan Islam kepada masyarakat jahiliyah di Mekkah, Kita melihat seorang demi seorang berpindah ke agama Islam. Kabilah demi kabilah memihak kepada Islam… akhirnya Bandar demi Bandar dan negar demi negara…. Demikian al haq menerangi jahiliyyah, sehingga apabila Islam menguasai maka, jahiliyyah pasti akan lenyap. Dalil LXXXVIII. 17: 81; Dan katakanlah: “Telah dating kebenaran(Islam), dan hilang lenyaplah perkara yang salah (kufur dan syirik); sesungguhnya yang salah itu sememangnya satu perkara yang lenyap”. LXXXIX. 8: 8; Supaya Allah menegakkan yang benar itu dan menghapuskan yang salah (kafir musyrik) yang berdosa itu tidak menyukainya. 7.Dimenangkan atas semua Dien Syarah XC. Inilah tujuan Islam diturunkan Allah Swt, sebagai huda, dan Dien yang Haq untuk di menangkan oleh Allah, mengatasi seluruh system/dien yang lain. Islam adalah dien kemenangan. Islam memiliki segala potensi untuk berada diats. Islamlah yang paling tinggi dan tiadalah yang mengatasinya. Inilah keyakinan para mu’min, dan untuk inilah Islam mentarbiyah ummat. Ummat Islam yang berdiri diatas al haq adlah pendukung kemenangan. Walupun kita maklumi bahwa kemengan Islam ini bukanlah kemenangan secara otomatik, bahkan sirah menceritakan bahwa penegakkan al Islam menuntut darah syuhada dan air mata. Dalil XCI. 48: 28; (Allah yang menyatakan itu) Dialah yang mengutus RasulNya (Muhammad Saw) dengan membawa hidayah petunjuk dan agama yang benar (agama Islam), supaya Dia memenangkan dan meninggikan atas segala bawaan yang lain; dan cukuplah Allah menjadi saksi(tentang kebenaran apa yang di bawa oleh Rasul Nya itu) XCII. 9: 33;Dialah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (agama Islam), untuk di menangkan dan ditinggikan atas segala agama yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. XCIII. 61: 9; Dia lah yang telah mengutus Rasul Nya (Muhammad Saw) dengan membawa hidayah dan petunjuk yang benar (agama Islam), supaya ia memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun orang musyrik tidak menyukainya. Ringkasan Dalil XCIV. Allah adalah sumber kebenaran(2: 147; 10: 32; 22: 62); Dia yang maha kuat (58: 21; 51: 58; 40: 3) XCV. Ada dua kekuatan: 1. Dialam(30: 8; 6: 73;; 44: 38/39; 23: 115); kekuatan kauniyah, berlaku bagi semua manusia baik kafi/ashabul bathil maupun mukmin/ashabul haq. 2. Di dalam perkataan: kekuatan firman-firman Allah (2: 147; 6: 115; 10: 36) hanya bagi orang mukmin/ashabul haq. XCVI. Antara ashabul haq dan ashabul bathil selau bertentangan karena ada perbedaan antara haq dan batil (21: 18,35; 13: 17). Ketika yang haq dating yang batil pasti lenyap (17: 81; 8: 8), agar di menagkan atas semua dien(48: 28; 9: 33; 61: 9). J3.FURQAN Sasaran 158
XCVII. Memahami makna furqan samada lafaz maupun ma’nawinya dan cara untuk mencapainya XCVIII. Memahami hubungan sikap furqan dalam pertembungan haq dan bathil sehingga ia mempunyai prinsip hidup yang benar dan jelas XCIX. Menyadari bahwa hanya dengan bersikap furqan ia akan mencapai furqan dan kebahagiaan. Sinopsis Sikap furqan atau pembeda (antara yang haq dengan yang batil) di wakili oleh Allah sebagai haq dan taghut sebagai wakil kebatilan. Pemimpin al haq adalah Allah (yang benar), Allah Swt sebagai al haq akan membawa kepada cahaya yang memberikan bimbingan kepada manusia dengan mendatang kan Islam sebagai dien sehingga selesailah segala permasalahan yang ada, kemudian di bawanya mereka di dalam syurga. Manakala pemimpin kebatilan adalah taghut. Taghut sebagai wakil dan pembawa kebatilan selalu berada di dalam kegelapan.Warna gelap yang mewarnai kebatilan akan membawa kejahiliyaan yang merupakan sumber masalah ummat dan perintis munculnya masalah. Keadaan ini akan membawa manusia sampai ke neraka. Sikap furqan yang harus kita pegang dalam menghadapi pertembungan ini adalah membedakan secara benar mana yang haq dan yang batil kemudian berpegangan secara teguh kepada tali Allah yang sangat kukuh/urwatu wutsqa Prinsip yang perlu dipenuhi di dalam menjalankan urwatul wutsqa adalah aktivitas dan sikap yang berdasarkan lillah(karena Allah), ma’allah(beserta Allah), ilalah(menuju ridha Allah) 1.Furqan Syarah C. Furqan adalah pembeda haq dan batil. Al qur’an sendiri berperanan sebagai furqan karena salah satu nama Al Qur’an adalah furqan. Al Qur’an sebagai al haq berarti lanngsung memberikan pemahaman bahwa di luar atau yang bertentangan dengan nilainilai Al Qur’an adalah kebatilan yang perlu di ingkari dan di tolah. Al Qur’an sebagai furqan karena di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk yang membawa manusia ke jalan yang benar dan membedakan nya dengan kebatilan. Orang yang mengamalkan furqan biasanya adlah orang yang bertakwa kepada Allah Swt akan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan, serta mengampunkan (dosa-dosa) kita. CI. Furqan sebagai pembeda haq dan batil ini merupakan pertarungan dia antara Allah dengan taghut yang secara implikasinya berlaku diantara orang beriman dengan orang kafir. Dalil CII. 25: 1; Maha berkat Tuhan yang menurunkan Al-Furqan kepada hambaNya (Muhammad), untuk menjadi peringatan dan amaran bagi seluruh penduduk alam. CIII. 2: 185; (Masa yang di wajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan ramadhan yang padanya di turunkan Al Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia , dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbedaan antara yang benar dan yang salah. Oleh itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia berpuasa bulan itu ; dan sesiapa yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka , kemudian wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu sebanyak hari-hari yang lain.(Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan ia tidak menghendaki kamu menaggung kesukaran. Dan supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan ramadhan), dan supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat petunjukNya, dan supaya kamu bersyukur. 159
CIV. 8: 29; Wahai orang-orang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya ia mengadakan bagi kamu (petunjuk) yang membedakan antara yang benar dengan yang salah, dan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu, serta mengamunkan (dosa-dosa) kamu. Dan Allah (sememangnya) mempunyai limpah kurnia yang besar. 2.Allah sebagai pembawa al Haq Syarah CV. Allah Swt sebagai haq karena dialah yang menciptakan manusia dan alam. Dia wajar mengetahui akan ciptaanNya sehingga ilmu yang dimilikiNya merupakan bukti kebenaran yang di bawaNya. CVI. Dengan kebenaran maka wujudlah cahaya yang menyinari kegelapan dan mendapatkan penjelasan bagaimana semestinya kita hidup dan berjalan dengan baik dalam mencapai kejayaan.Muhammad Saw dan kitab yang diturunkan Allah Swt sebagai cara untuk lebih menjelaskan haq yang sebenarnya. CVII. Islam sebagai pembimbing, karena cahaya yang di bawanya. Oleh itu dilarang mencampur cahaya dan kegelapan. Dilarang kita mencampur adukkan haq ini dengan kebatilan. Haq tetaplah haq dan laksanakan haq semampunya sedangkan batil adalah tetap batil yang merupakan kesesatan.Mencampuradukkan berarti kita tidak furqan tetapi larut dalam situasi. CVIII. Islam yang berisikan kebenaran akan menjadi penyelesai masalah ummat Sehingga ummat lepas dari penjara dunia untuk mengajak menusia kejalan yang benar sehingga di bawanya manusia ke akhirat masuk syurga. Dalil CIX. 2: 256; Tidak ada paksaan dalam agama (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan(tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah maha mendengar , lagi maha mengetahui. CX. 2: 257; Allah pelindung (yang mengawal dan menolong)orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir penolong-penolong mereka adalah taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka mereka kekal di dalamnya. CXI. 18: 1; Segala terpuji tertentu bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya (Muhammad), kitab suci Al Qur’an, dan tidak menjadikan padanya sesuatu yang bengkok (terpesong): CXII. 2: 42; Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar itu dengan yang salah,dan kamu sembunyikan yang benar itu pula padahal kamu semua mengetahuinya. CXIII. Taghut sebagai pembawa kebatilan Syarah CXIV. Dilain pihak pula taghut sebagai wakil dari kebatialan senantiasa mengeluarkan kegelapan yang menjadikan pengikutnya tidak tahu kemana akan pergi dan kemana kesudahannya. Keadaan kegelapan ini mungkin menjadikan muslim tersesat di dalam kejahiliyaan atau kebodohan yang didalamnya berpunca segala kebodohan ummat. CXV. Jahiliyah dengan kehidupan merupakan contoh nyata amalan yang bukan Islam, dimana mereka tidak mempunyai pegangan dan tidak jelas akan kemana sehingga perjalanan di dalam gelap boleh menyesatkannya. CXVI. Jahiliyah dengan keadaan yang demikian maka wajar dari dalamnya muncul permasalahan yang akan menghancurkan ummat Islam dan dunia seisinya. CXVII. Akhirnya mereka akan di bawa ke neraka. 160
Dalil 2: 256; Tidak ada paksaan dalam agama (Islam), karena sesungguhnya telah nyta kebenaran(Islam) dari keseatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah maha mendengar, lagi maha mengetahui. 18: 56; Dan tidak Kami mengutus Rasul-rasul, melainkan sebagai pemberi kabar gembira dan sebagai pemberi amaran; dan orang-orang kafir membantah dengan alas an yang salah untuk menghapuskan kebenaran dengan bantahan itu; dan mereka jadikan ayatayatku, dan amaran yang di berikan kepada mereaka sebagai ejekan-ejekan. 31: 20; Dan tidak kami mengutus Rasul-rasul, melainkan sebagai pemberi berita gembira dan pemberi amaran; dan orang-orang kafir membantah dengan alas an yang salah untuk menghapuskan kebenaran dengan bantahan itu; dan mereka jadikan ayat-ayat ku, dan amaran yang diberikan kepada mereka sebagai ejekan-ejekan. 2: 257; Allah pelindung(yang mengawal dan yang menolong) orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, penolong –penolong mereka ialah taghut yang mengeliarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. CXVIII. Urwatul wutsqa Syarah A. Sikap kita menghadapi keadaan pertembungan haq dengan batil adalah mesti membuat hubungan yang kuat pada tali yang kuat dan kukuh(urwatul wutsqa). Pegangan ini berdasarkan pada kejelasannya terhadap al haq dan al batil. Tanpa mengtahui hag bagaimana pula individu akan berpegang dan kepada siapa pula mesti berpegang. Selain itu di ketahui mesti bagaimana kita mengenal jahiliyah sehingga kita perlu berjaga-jaga terhadap kebatilan. Kebatilan ini akan membawa kesesatan urwatu wutsqa dapat di jalankan dengan cara beriman kepada Allah dan mengingkari taghut . Iman Allah dan engkar taghut mesti di tanamkan di dalam hati agar kita berdiri dan berjalan dengan stabil tanpa goncangan. Dalil B. 2: 256; Tiadak ada paksaan dalam agama (Islam), karena sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur), Oleh itu sesiapa tidak percayakan taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah maha mendengar , lagi maha mengetahui. 5.Prinsip urwatul wutsqa Syarah C. Melaksanakan urwatu wutsqa ini, kita perlu mempunyai prinsip pelaksanaaannya. Diantara prinsip ini adalah kita menjadikan aktivitas ini berdasarkan Allah dan pelaksanaannya kepada Allah. Lil Islam berarti kita mendasari aktivitas dengan ikhlas. Cara bersama Allah berarti kita menjadikan hidup dan mati untuk Allah dan Islam. Sedangkan tujuan kepada Allah (ilallah) adalahmencari keridhaanNya. Dalil D. 98: 5; Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyambah Allah dengan mengikhlashkan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid; dan supaya mereaka mendirikan sembahyang serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah agama yang benar.
161
E. 6: 162; Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadah ku, hidupku dan matiku , hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan meentadbirkan sekalian alam. F. 16: 128; Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa, dan orangorang yang berusaha memperbaiki amalannya. G. 2: 207; Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah semata-mata; dan Allah pula amat belas kasihan akan hamba-hambanya. Ringkasan Dalil CXIX. Furqan: pembeda ( antara yang haq dengan yang bathil) (25: 1; 2: 185; 8: 29) 1. Pemimpinnya Allah (2: 257)-al haq/yang benar (18: 1; 2: 42;), membawa kepada cahaya(2: 257), kebenaran (2: 256), al Islam, penyelesaian masalah sampai dengan ke syurga. 2. Pemimpinnya taghut(2: 256), al bathil(18: 56; 31: 20), membawa kepada kegelapan (2: 257) sampai ke neraka, kesalahan, system jahiliyah, sumber segala permasalahan, neraka. CXX. Untuk furqan harus berpegang teguh kepada tali Allah yang sangat kukuh/urwatu wutsqa (2: 256) prinsipnya: lillah/karena Allah (98: 5; 6: 162), ma’allah (beserta Allah) (16: 128), ilallah. Menuju ridha Allah (2: 207). J4. ISTIQAMAH Sasaran CXXI. Memahami makna istiqamah dalam kebenaran samada secara lafaz maupun syar’iyah CXXII. Mengerti cara-cara mengaplikasikan istiqamah dalam mabda, minhaj maupun Ghayah CXXIII. Dapat menunjukan sikap-sikap yng tidak istiqamah di dalam memperjuangkan dienullah. Sinopsis Istiqamah merupakan komitmen dan konsisten kita kepada Allah. Segala aktivitas dan tingkah laku kita di rujuk kepada Allah. Aktivitas yang tidak dirujuk kepdaa Allah atau yang tidak konsisten maka disebut tidak istiqamah. Beberapa cirri istiqamah yang perlu di laksanakan oleh muslim adalah menjadikan dasar aktivitinya kepada mabda atau prinsip hidupnya karena Allah, yaitu karena Islam. Karena secara konsep kehidupan ini karena Dia (lillah) maka kita mesti hidup beserta Allah, yaitu dengan mengikuti minhaj Allah(al Islam) kemudian istiqamah juga di iringi dengan tujuan hidup yaitu dengan menuju kepada Allah atau menuju kepada Islam. Keadaan yang demikian di sebut istiqamah. Bagi mereka yang tidak Islam atau kafir, mabda/prinsip hidup karena untuk bukan Islam (miasalnya untuk isme-isme jahiliyah)maka hasilnya juga untuk selain Allah. Dalam konsep (manhaj) yang di bawanya itu, mereka hidup tanpa Islam atau bukan dengan Islam, dengan demikian ia hidup beserta syetan. Dari segi tujuan hidup pula mereka menuju kepada selian Islam atau kepada selain Allah.Keadaan demikian di sebut tidak istiqamah yang diamalkan oleh pihak kafir. Sedangkan pihak muharrifin atau munafik bersifat mundzabdzab Yang berarti kadang istiqamah kadang tidak istiqamah, sekali sekala iman kadang kufur dengan maksiyatnya sehinga mereka ini sama saja dengan kafir yaitu tidak istiqamah terhadap Islam.Kaum munafik pun akanmengalami azab dan siksaan yang pedih sebagai balasan amalan yang tidak istiqamah. 1.Istiqamah Syarah 162
CXXIV. Senantiasa muslim berada di atas al haq dan tetap istiqamah. Ini merupakan kekuatan untuk membentengi serangan dari al batil yang tidak pernah penat. Iblis telah membuat komitmen kepda Allah bahwa ia akan berusaha dengan kuncukuncunya dan gengnya untuk terus menyesatkan anak Adam sehingga hari kiamat. Oleh itu istiqamahlah senjata kita. Seorang mu’min dari awal titik bertolaknya berdiri diatas prinsip bahwa” aku memperjuangkan Islam ini adlah karena Allah”… bukan karena yang lain. Kalau tidak demikian kita tidak akan bertahan. Banyak sangat tarikan dan godaaan untuk seorang mu’min itu terpesong, tertipu, terbelit atau akhirnya di telah oleh jahiliyah.Mereka pun tak kurang umpan dan taktik untuk memerangkap orang mu’min. Noktah bidayah… Starting point mestilah benar-benar lillah.. yang didasrkan dari prinsip-prinsip yang datangnya hanya dari Allah Swt dan Rasul. Komitmen adalah lil Islam.. Brjuang untuk menegakkan Islam. Minhaj mestilah dari Islam. Minhaj. System cara,uslub, pendekatan semuanya bersumber dari Allah Swt. Minhaj yang diturunkan Allah adalah lengkap dan sempurna. Seorang mu’min akan tetap istiqamah dengan mengambil sumber kehidupannya daripada Allah. Oleh itu hanya Islam lah yang mewarnai, mensibgroh kehidupan dan kematiannya. (5: 48) Dan matlamat akhir adlah jelas dan terang yaitu mendapatkan mardhotillah di dunia dan akhirat. Menegakkan Islam serta memenangkan Islam. Dalil CXXV. 6: 161; Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. CXXVI. 2: 193; Dan perangilah mereka sehingga tidak adalagi fitnah, dan(sehingga) menjadilah agama itu semata-mata karena Allah. Kemudian jika mereka berhenti maka tidaklah ada permusuhan lagi melainkan terhadap orang-orang zalim. CXXVII. 8: 39; Dan perangilah mereka sehingga tidak adalagi fitnah, dan(sehingga) menjadilah agama itu seluruhnya(bebas) bagi Allah semata-mata. Kemudian jika mereka berhenti (dari kekufurannya dan gangguannya, niscaya mereka di berikan balasan yang baik) karena sesungguhnya Allah maha melihat akan apa yang mereka kerjakan. CXXVIII. 42: 15; Oleh karena yang demikian itu, maka serulah(mereka-wahai Muhammad-kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankan sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka; sebaliknya katakanlah: ”Aku beriman kepada segala kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku di perintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah jualah tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu(karena kebenaran telah jelas nyata). Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadaNyalah tempat kembali semuanya(untuk dihakimi dan di beri balasan)”. CXXIX. 41: 30-32; Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinannya dengan berkata: ”Tuahan kami ialah Allahh”,kemudian mereka tetap teguh diatas jalan yang betul,akan turunlah malaikat dari mereka dari semasa-ke semasa (dengan memberi ilham0: ”Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka-cita, dan terimalah berita gembira bahwa kamu akan beroleh syurga yang telah di janjikan kepada kamu.”Kami lah penoong-penolong kamu dalam kehidupan dunia dan pada hari akhirat; dan kamu akan beroleh- pada hari akhirat -apa yang di ingini oleh hawa nafsu kamu, serta kamu akan beroleh -pada hari itu – apa yang kamu cita-citakan mendapatnya.”(pemberian-pemberian yang serba mewah itu) sebagai sambutan dari Allah yang maha pengampun lagi maha mengasihani!” 163
CXXX. 11: 112; Oleh itu, hendaklah engkau (wahai Muhammad) senantiasa tetap teguh diatas jalan yang betul sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan hendaklah orang-orang yang rujuk kembali kepada kebenaran mengikuti mu berbuat demikian ; dan janganlah kamu melampaui batas hokum-hukum Allah; Sesungguhnya Allah maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. CXXXI. Hadits. 2.Ghairu istiqamah Syarah CXXXII. Disebaliknya golongan yang tidak istiqamah dari awalnya lagi bertolak dari niat yang tidak bersih. Yaitu mereka melakukan suatu amaldi atas tujuan selain Allah. Apakah toghut, kebendaan ataupun hawa nafsu yang menjadi tujuan mereka, haqiqatnya mereka melakukan sesuatu bukan untuk Islam dan bukan karena Allah. Tentu saja mereka bersumberkan minhaj hidup jahiliyah yang di namakan dengan apa saja nama atau sumber. Teori-teori, hipotesis, ‘dzon’ dan falsafah seperti komunisma,materialisma,sosialisma serta tokoh-tokoh pemikir jahiliyah adalah sumber mereka. Minhaj hidup mereka di cedok dari sumber-sumber yang tidak haq, lalu hancurlah system kehidupan mereka . Apakah yang menjadi sasaran akhir dari kehidupan mereka… tentu saja kerugian yang sebenarnya. Rugi di hari bertemu dengan Allah Swt, menyesal dan saling berbantah-bantahan. Di dunia mereka bermati-matian untuk mempertahankan tertegaknya toghut dan sistemnya. Mereka menjadi pendukung setia toghut sehinggalah mereka mati karenanya… nauzubillah. Amal baik mereka di dunia menjadi habuk yang berterbangan dan faedahnya adalah “maya” atau seperti fatamorgana. CXXXIII. Pada daie tidak harus tertipu dan gelap mata dengan apa yang dilihat dari kebaikan mereaka. Kita mesti istiqamah diatas Islam. Dalil CXXXIV. 18: 103; Katakanlah (wahai Muhammad): “ Mahukah Kami kabarkan kepada kamu akan orang orang-orang yang merugi amal-amal perbuatannya? CXXXV. 24: 39; Dan orang-orang kafir pula, amal-amal mereka adalah umpama riak sinaran panas di tanah rata yng di sangkanya air oleh orang yang dahaga ,(lalu ia menuju kearahnya) dan ia tetap mendapati hokum Allah di sisi amalnya, lalu Allah menyempurnakan hitungan amalnya (serta membalasnya); dan (ingatlah) Allah amat segera hitungan hisabNya. 3.Mudzabdzab Syarah CXXXVI. Golongan yang tiada pendirian di jelaskan dalan al Qur’an dengan istilah mudzabdzab. Ini golongan orang munafik dan AllahSwt menkategorikan mereka sebagai kufur.. serta memenetapkan status mereka paling bawah dalam api neraka.. nauzubillag. Mereka juga tidak istiqamah…. Tidak tetap diatas iman dan Islam. Allah Swt telah menjelaskan hakekat ini dalam Al Qur’an … bahkan ada serah yang dinamakan untuk mereka. Tidak istiqamah ini adalah sifat yang merbahaya oleh itu tarbiyah Islammiayah mesti berterusan. Jangan menyangka bila telah menjadi syeh besar tak perlu tarbiyah,tazkiyah,tazkirah…. Semuanya perlukan mutabaah. Setiap kita perlukan nasihat dan tarbiyah berterusan. Tarbiyah terlalu penting untuk di abaikan. CXXXVII. Dalil4: 137; Sesunggguhnya orang-orang yang beriman, kemudian mereka kafir, kemudian mereka beriman semula, kemudian mereka kafir lagi, kemudian mereka bertambah lagidengan kekufuran, Allah sekali-sekali taidak akan memberi ampun kepada mereka, dan tidak akan memberi pentunjuk hidayah ke jalan yang benar. 164
CXXXVIII. 4: 143; Mereka berkeadaan “muzabzab” (tidak mempunyai pendirian yang tetap) antara (iman dan kufur )itu; Mereka tiadak berpihak terus kepada golongangan (kafir) dan tidak pula berpihak kepada golongan (yang beriman) CXXXIX. 4: 150; Sesunggguhnya orang-orang yang kufur ingkar kepada Allah dan RasulNya,dan (orang-orang yang) hendak membeda-bedakan iman mereka diantara Allah dan RasulNya, dan (orang-orang yang) berkata: ”Kami beriman kepada setengah Rasu-rasul itu dan kufur kepada setengah yang lain”, serta hendak bertujuan mengambil jalan lain antara iman dan kufur itu: Ringkasan Dalil CXL. Islam/mukmin: mabda/prinsip hidupnya: semata karena Allah, ialah karena selain Allah. Dalam konsep, karena dia lillah maka ia beserta Allah,yaitu dengan minhaj Allah Al Islam. Dari segi tujuan hidup maka ia menuju Allah (6: 162),,atau menuju Islam (hadits, 2: 193; 8: 39) yang disebut istiqamah (42: 15; 41: 30-32; a, 11: 112) CXLI. Diluar Islam /kafir. Mabda/prinsipnya karena untuk nomn Islam (isme-ismse jahiliyah) maka hasilnya untuk selain Allah. Dalam konsep M(Manhaj) karena dia tanpa Islam atau bukan karena Islam maka ia beserta syetan. Dari segi tujuan hidup karena selain menuju Islam maka menuju selain Allah (18: 103; 24: 39) yang di sebut kufur. CXLII.Muharrifin/munafik: mudzabdzab, tidak istiqamah(4: 137, 143, 150,b,c) J5.HIZBULLAH Sasaran CXLIII. Memahami makna hizbullah dan perbedaan nya dengan hizbusyaithan CXLIV. Mampu menyebutkan akhlak asasiyah dan harikiah dan hizbullah. CXLV.Termotivasi untuk mengaplikasikan akhlak tersebut dalam dirinya. Sinopsis Persediaaan utama menghadapi al batil adalah dengan memiliki hizbullah. Hizbullah di bentuk dan di bina dengan dua azas yaitu akhlak Islamiyah dan akhlak harakiah. Akhlaq Islamiyah membina persediaan dalaman yang mantap melalui, mahabatillah-cinta Allah, Berkasih saying sesama mu’min, bertegas dengan kafir, berjihada dan menghilangkan takut kepad manusia, membersihkan wala semata-mata untuk Allah dan Rasul. Setelah di bina persedian asas ini , mu’min di perkkohkan dengan akhlak harakiah sebagai binaan untuyk menguatkan mu’min terjun ke medan pertembungan dien al batil. Antara lain persediaan al thabat.. menghancurkan sifat taraddud(sifat tak pasti), zikrullah sebagai penghapus sifat lalai-ghaflah. Taat allah dan Rasul – untuk menghancurkan ma’siyyat. Membina sifat tanazu’ supaya melahirkan kesatuan. Sifat sabar menghapuskan, Siafat tidak berkaluh kesah untuk melahirkan tawadhu, menghapuskan riya supaya tetap ikhlas, tidak menghalang dari jalan Allah tetapi terus menerus menolong di jalan Allah. Akhlak asasiyah A. Mencintai Allah Syarah 1. Al Qur’an berulang kali menyebut isu kecintaan ini sebagai suatu dasar dalam kehidupan manusia. Samada mencintai Allah ataupun mencintai selain Allah. Asas kecintaan adalah dorongan yang kuat dalam diri manusia. Kecintaan kepada Allah bukan bermaksud meninggalkan yang lain. Akan tetapi ia seperti mata air yang menjadikan para mu’min mencintai semua yang Allah kasihi dan menjadikan mu’min sungguh-sungguh dalam beramal. Cinta Allah dan Rasul mesti diletakkan pada perioti pertama… bukan kedua. Dalil
165
2. 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. 3. 2: 165; (Walaupun demikian), ada juga dari manusia yang mengambil selain Allah(untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagai mana mereka mencintai Allah; sedangkan orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengeteahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat, bahwa sesunggunya dan kekuasaanitu semuanya tertentu bagi Allah , dan bahwa sesungguhnya Allah maha berat azab dan siksaNya,(Niscaya mereka tidak melakukan kezliman itu) 4. 8: 2; Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila di sebut nama Allah(dan sifat-sifatNya) gemeterlah hati mereka; dan apabila di bacakan kepad mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman , dan kepada tuhan mereka jualah mereka berserah. B. Bersikap lemah-lembut kepada mukminin Syarah CXLVI. Ini adalah sikap yang menjadi buah dari cinta Allah dan keimanan kepada Allah. Allah memerintahkan mu’min mencintai ikhwahnya sesama mu’min, buah dari ukhuwah fillah. Asas ukhuwwah menjadikan mu’min merasai kemuliaan dan mengharmati saudaranya. Ia juga memahami akan kelemahan manusia dan bersikap lemah-lembut serta pemaaf. Dlam konteks tarbiyah bukan tidak menegur atau menasihat, bahkan ada pendekataan khusus yang diajari oleh Rasulullah Saw. Kalau kita berkasar tentunya orang lari dari kita. Dalil 1. 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CXLVII. 48: 29; Nabi Muhammad (Saw) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam) , dan sebaiknya bersikap berkasih saying serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang sholeh) terdapat muka mereka – dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikian sifat mereka yang tersebut dalam kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam kitab injil pula ialah(bahwa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat,lalu ia tegap berdiri diatas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang 166
menanamnya. (Allah menjadikan Nabi Muhammad, Sawdan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) karena Ia hendak menjadikan orangorang kafir mereana dengan perasaan marah dan hasad dengki- dengan kembang biaknya umat Islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar. 3.Bersikap keras terhadap kafirin Syarah CXLVIII. Ketegasan mu’min penting bila berhadapan dengan kafir. Mereka adalh musuh yang nyata. Permusuhan yang berlaku hasil dari pertentangan aqidah, pertentangan dien dan pertentangan matlamat. Tugas mu’min adalah berda’wah dan menegakkan al haq sedangkan mereka di sebaliknya.Sikap pendirian teguh mu’min penting ketika berhadapan dengan kafir dan kekufuran. Kiya tidak boleh kompromi dalam perkara dasar Islam. Surah Al kafirun menegaskan… lakum deenukum… Dalil 1. 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CXLIX. 48: 28-29; (Allah yang menyatakan itu ) Dialah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad Saw) dengan membawa hidayah petunjuk dan agama yang benar(agama Islam), supaya Dia memenangkan dan meninggikan atas segala bawaan agama yang lain; dan cukuplah Allah menjadi saksi (tentang kebenaran apa yang di bawa RasulNya itu).Nabi Muhammad (Saw) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam) , dan sebaiknya bersikap berkasih saying serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang sholeh) terdapat muka mereka –dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikian sifat mereka yang tersebut dalam kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam kitab injil pula ialah(bahwa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat,lalu ia tegap berdiri diatas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan Nabi Muhammad, Sawdan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) karena Ia hendak menjadikan orang-orang kafir mereana dengan perasaan marah dan hasad dengki- dengan kembang biaknya umat Islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar. CL. 66: 9; Wahaia Nabi ! Berjihadlah(menentang) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, serta bertindak keras terhadap mereka . Dan (sebenarnya) tempat mereka adalah neraka jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali. A. Berjihad di jalan Allah Syarah
167
CLI. Inilah jawban kepada masalah yang di hadapi umat. Mu’min mestilah di dorong untuk terjun ke meadn buka duduk diam dan berpeluk tubuh. Setelah memahami dan menyakini fikrah Islamiah, sewajarnya akhlak mu’min adalah ia perlu bangkit dan menyebar ridsalah. Kiranya ada yang cuba menghalanginya ia tiadk patah semangat dan berputus asa. Jihad adalah jalan keluar. Ia terus menerus bersugguh-sungguh di atas jihad dan pengorbanan. Man mungkin tertegak Islam, dan dsampai Islam kepada kita tanpa darah dan air mata. Sejarah ummat Islam kaya dengan warna darah syuhada’ dan Allah Swt sendiri telah memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada syuhada. Jihad dengan segala macam persediaan, strategi dan taktik, mengikut marhalah dan perancangan harakiah kerja-kerja jihad dilaksanakan oleh jundullah. Dalil 1. 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CLII. 9: 23-24; Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan bapabapa kamu dan saudara-saudara kamu sebagai orang-orang yang di dampingi jika mereka memilih kufur dengan meninggalkan iman; maka merekalah orang-orang yang zalim, katakanlah (Wahai Muhammad); “Jika bapa-bapa kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal kamu sukai,-(jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk agamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab siksaNya); karena Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang y ang fasik (durhaka). CLIII. 47: 31; Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orangorang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar/atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu. A. Tidak takut celaan orang yang suka mencela Syarah CLIV. Manusia memang senang memberi komen. Mereka akan mengatakan sesuatu kepada kita. Tetapi apakah kata-kata manusia semuanya nak di dengar dan diambil kira oleh jundullah??? Kalau nak dengar semua komen tak jadilah kerja kita. Kita melatih terus paara duat untuk terus beramal dan melaksanakan perancangankerja dengan terusmenerus. Tidak harus cepat secara psikologi merasa lemah dengan ghazwu fikri mereka. Kamu tak kan berjaya, kamu buat kacau, kamu menyusahkan emak bapa, kamu tak sesuai,kamu bukan ustaz, kamu tak layak,kamu tak ada tauliyah, kamu student belajar dulu, anak istri nak makan apa kalau macam iini, takkan nak tinggalkan kemajuan, sekarang era IT bukan zaman jahiliyah, kenapa tak rujuk barat saja..,, takkan Qur’an saja, mana dalil yang anta cakap, anatatak jelas lagi fikrah, anta tak asolah,anta tak itu,anata tak ini… dan macam-macam ….lagi. Dalil
168
CLV. 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CLVI. 86: 6; Ia di ciptakan dari air(mani) yang memancut (ke dalam rahim) CLVII.83: 35-36; Sambil mereka berehat di atas pelamin-pelamin (yang berhias), sserta melihat (hal yang berlaku kepada musuhnya). (Untuk menambahkan kegembiraan mereka, mereka di Tanya): ”Bukankah orang-orang yang kaafir itu telah di balas akan apa yang telah mereka kerjakan dahulu?” Dalil CLVIII. 5: 55, 56; Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, dan RasulNya, serta orang-orang yang beriman, yang mendirikan sembahyang, dan menunaikan zakat, sedang mereka rukuk(tunduk menjunjung perintah Allah). Dan sesiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman itu penolongnya (maka berjayalah dia) , karaena sesungguhnya golongan (yang berpegang kepada agama) Allah, itulah yang tetap menang. CLIX. 58: 22; Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya; Sekalipun orang-orang yang menentang mereka itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda (serta bersyukur)akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokng-penyokong (agama) Allah. Ketahuialah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya. Akhlaq harakiayah: 7.Tsabaat Syarah CLX. Menghadapi jihad dan pertembungan sangat memenatkan dan meletihkan. Kalau kereta yang berjalan terus-menerus dan akhirnya akan terpaksa berhenti. Untuk terus tetap bagaimana?. Ini perlu tarbiyah berterusan. Hati-hati (qulub) ini mesti terus di isi dengan keimanan yang kental, fikrah dan taSawwur tetap diperingatkan mengenai kepentingan amal dan jihad. Hubungan teru-menerus dengan Allah Swt adalah senjata paling kuat ketika berhadapan dengan suasana gawat medan jihad dan peperangan. Zikrullah dan merasai pertolongan Allah menjadikan mu’min thabat dan tidak akan berundur menghadapi suasana medan. Bahkan di medan ghazwu fikri ini pun kita kena terus thabat… Dalil CLXI. 8: 45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah 169
kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuknunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan. 8.Zikrullah Syarah CLXII.Ketenangan hati, mut’mainal qulub adalah satu puncak dari kejaaan mukmin. Dalam ketenangan qulublah maka manusia akan mendapat satu nikmat besar. Orang kalau kaya , rumah besar, sesmua cukup tapi kalau hati tidak tenang…. Hilang kenikmatannya. Allah mengajar kita bahwa ketenangan itu hanya dating dengan mengingatiNya,Zikrullah. Memang telah ada banyak uraian dan penjelasan mengenai zikrullah dari Al Qur’an dan as sunnah. Solah sendiri merupakan zikrullah yang di fardukan 5 hari sekali. Zikr yang ma’thur dari rasulullah pula menjadi amalan dan benteng mu’min. Zikrullah juga dalam maksud mengingati seluruhnya yang di wahyukan Allah melalui tilawah, tadarus dan tadabbur ayat dan tafakkur alam ciptaan Allah. Ingat Allah, bahkan sebagai ghayah kita yaitu tepat kembali kita agar menjadi bekal untuk terus berjihad. Dalil CLXIII. 8: 45-47 CLXIV. 13: 28; “(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tentram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah dengan “zikrullah” itu, tenang tentramlah hati manusia. 9.Tidak lalai Syarah CLXV.Senantiasa bersedia dan bersiap menghadapi segala kemungkinan juga sifat jundullah. Persediaan adalah mengikut keperluan dan berdasarkan waqie. Serangan dating dalam berbagai bentuk maka perlulah bersedia. Menunggu apa saja arahan dari qiadah dan bersedia taat. Kelalaian mungkin menyebabkan musuh msauk melalui pintu yang kita jaga. Dalam madan tullab misalnya, musuh menggunakan media untuk menyerang dengan hebat. Maka kita perlu sedar. Dalil CLXVI. 2: 203; Dan sebutlah kamu akan Allah (dengan takbir semasa mengerjakan haji ) dalam beberapa hari yang tertentu dalam bilangannya. Kemudian sesiapa yang segera (meninggalkan mina) pada hari yang kedua, maka ia tidaklah berdosa dan sesiapa yang melambatkan (meninggalkan mina) maka ia juga tidaklah berdosa; (keteiadaan dosa itu ialah) bagi orang yang bertakwa dan hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah dan ketahuilah sesungguhnya kamu akan di himpunkan kepadaNya. 10. Taat kepada Allah Syarah CLXVII. Dengan amal-amal sholeh yang kita kerjakan akan menutup ruang untuk bermaksiyat kepada Allah. Amal sholeh membersihkan hidup mu’min. Amal taat ini menguatkan iman dan membentuk akhlaq mu’min yang kuat. Bidang alam taat kepadaa Allah adalah seluas Islam. Ia memberi ruang da’wah dan ruang berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. Dalam menunaikan taat, ia melaksanakan amal harakiyah. 170
Mu’min menjadi missal amali bagi apa yang ia da’wahkan. Amal taat inilah buah-buah iman yang benar kepada Allah. Taat kepada Allah Swt adalah taat yang mutlaq… Dalil CLXVIII. 8: 45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuknunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan. CLXIX. 4: 80; Sesiapa yang taat kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia telah taat kepada Allah; dan sesiapa yang berpaling ingkar, maka( janganlah engkau berduka cita wahai Muhammad), karena Kami tidak mengtusmu untuk menjadi pengawal (yang memelihara mereka dari melakukan kesalahan). 11. Tidak bermaksiat Syarah CLXX.Ma’siyat banyak merusakkan kehidupan manusia. Ia membawa manusia semakin jauh dari hidayah Allah, dan jauh dari kebenarn. Ia menjadi penghalang dari para malaikat dan pertolngan dari Allah. Maksiyat menghitamkan hati dan memberikan gambaran yang negatif terhadap para duat. Hendaklah di tarbiyah dengan berterusan agar jahiliyah ini dapat di kikis sepenuhnya dari hati kita. Dalam sirah pernah Rasulullah Saw menegur Abu Zar yang mengatakan kepada Bilal satu ungkapan dari Jahiliyah. Dalil CLXXI. 53: 26; (Golongan yang musyrik mengharapkan pertolongan benda-benda yang mereka sembah itu) padahal berapa baynak malaikat dilangit, syafaat mereka tidak dapat mendatangkan sebarang faedah, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi sesiapa yang di kehendakiNya dan di rhedhaiNya. 12. Tidak saling berbantah-bantahan Syarah CLXXII. Perbedaan pendapat dan pandangan manusia memang biasa. Bahkan sahabat yang besar seperti Abu Bake dan Umar pun berbeda pendapat. Tetapi yang salah ialah berlebih-lebih dalam mempertahankan pendapat. Ia merasai pandangannya lah yang paling benar.. orang lain semua salah. Sehingga akhirnya timbullah perasaan tidak puas hati dan di lahirkan dalam manifestasi berbantah-bantahan. Ini akan membawa per selisihan hati yang membawa kepada berpecah-belah dan hilanglah wehdah, .. kesatuan. Oleh itu mentarbiyah jundullah untuk tidak berselisih, bersyra dan kemudian taat kepada keputusan. Dalil CLXXIII. 8: 45-47; CLXXIV. 6: 153; Dan bahwa sesungguhnya inila jalan Ku (agama Islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), karena jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah, Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kepada kamu, supaya kamu bertaqwa. 171
CLXXV. 30: 31-32; Hendaklah kamu (wahai Muhammad dan pengikutpengikutmu) senantiasa rujuk kembali kepada Allah (dengan mengerjakan amal-amal bakti) serta bertaqwalah kamu kepadaNya; dan kerjakanlah sembahyang dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari manaa-mana golongan orang musrik-yaitu orang-orang yang menjadikan fahaman agama mereka berselisihan mengikut kecenderungan masing-masing serta mereka pula menjadi berpuak-puak; tiap-tiap puak bergembira dengan apa yang ada padanya (dari fahaman dan amalan yang terpesong itu). 13.Bersatu Syarah CLXXVI. Tanpa wehdah, kekuatan kita hilang dan musuh senang untuk mengalahkan kita. Habislah kita. Kesatuan jundullah beasaskan suatu sang kukuh yaitu Allah yang satu, kitab yang satu dan dien yang satu. Kesatuan berdasrkan iman dan ukhuwah. Semua mempunyai ghayahyang satu, bagaimana kita boleh berpecah kembali. Kesatuan mesti terus menerus di jaga dan dipelihara terutama ketika kita diserang musuh. Dalil CLXXVII. 3: 103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya. 14. Sabar Syarah CLXXVIII. Akhlak yang perlu juga di sediakan bagi jundullah yang menyertai hizbulah adalah sabar. Akhlak ini merupakan benteng dan sekaligus senjata bagi kita yang berda’wah. Dengan kesabaran semua permasalahan dan ujian yang ada di hadapan serta segala cabaran da’wah dan kehidupan dapat dihadapi dan di atasi dengan baik. Suasana jiwa yang di warnai oleh sabar ini dapat menentramkan jiwa dan mendamaikan hati. Suasana yang selalu menyertai segala tentangan dan tantangan da’wah. Kesabaran akan membawa kita kepada kejayaan. Banyak perintah yang Allah sebutkan agar kita saling menasehati dengan kesabaran setelah kita menasehati al haq kepada orang lain, juga hadits yang menyuruh kita bersabar sehingga dengan sabar ini kita mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan. Musibah yang akan menimpa kita pun perlu di hadapi dengan sabar, seperti musibah kelaparan, kematian,kemiskinan dan sebagainya. Kesabaran di alam da’wah merupakan akhlak penting yang perlu di sediakan pada diri kita dalam menghadapi cemooh,fitnah dan hasutan. Dalil CLXXIX. 98: 45-47; Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan yang hati mereka (sangat) ragu-ragu.Oleh karena itu mereka senantiasa bingung dan teragak-agak dalam keraguannya. Dan kalaulah mereka mau keluar (untuk trut berperang0, tentulah mereka menyediakan persiapan untuknya; tetapi Allah tidak suka pemergian bersama orangorang yang tinggal”. Kalaulah mereka keluar bersama kamu ,(dengan tujuan)hendak menimbulkan fitnah (kekacauan) dalam kalangan kamu; ssedang diantara kamu ada orang yang suka mendengar hasutan mereka. Dan (ingatlah) Allah maha itu maha mengetahui orang-orang yang zalim. 172
CLXXX. 3: 146; Dan berapa banyak Nabi-nabi (dahulu) dengan berperang di sertai oleh ramai orang-orang yang taat kepada Allah, maka mereka tidak merasa lemah semangat akan apa yang telah menimpa mereka pada jalan (agama) Allah dan mereka juga tidak lemah tenga dan tidak pula mau tunduk (kepada musuh). Dan (ingatlah), Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang sabar. 15.Tidak berkeluh kesah,tidak sombong Syarah CLXXXI. Orang yang beriman dan berda’wah tidak ada dalam dirinya kamus berkeluh kesah. Mereka tidak ada masa untuk berkeluh kesah, masanya suntuk menghadaapi da’wah dan menjalankan aktiviti-aktivitas berda’wah. Akhlak yang juga perlu di lengkapi ini merupakan bahagian bagaimana kita dapat memotivasi diri. Dengan keluh kesah maka kita menjadikan diri sendiri tidak bermotivasi, kurang semangat dan tidak mempunyai harapan. Keadaan yang demikian biasanya, di ciptakan leh diri individu itu sendiri.Akhlak tidak sombong juga perlu menghiasi para jundullah dan Da’i Allah. Dengan akhlak ini, ia mudah menerima pandangan dan perbaikan diri dan da’wah untuk menyongsong kejayaan di masa depan. Tidak sombong juga merupakan akhlak para ibadurrahman. Motivasi untuk meningkatkan gerak langkah menuju kecita-cita. Manakala tidak sombong akan menjadikan kita mudah diterima mad’u, disenangi oleh orang dan juga mudah untuk melaksanakan kebaikan yang di nasehatkan kepadanya. Dalil CLXXXII. 8: 45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuknunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan. 16.Tawadhu Syarah CLXXXIII. Akhlak tawadhu ini hampir sama ruhnya dengan tidak sombong. Mukmin senantiasa berjalan dengan tawadhu, ia tidak sombong dan senantiasa merendahkan hati dari hadapan orang lain. Ia bukan rendah diri karena rendah diri bukan merupakan akhlak Islam walaupun ini banyak berlaku di kalangan Islam sebagai hasil dari penjajahan. Rendah hati itu berkata tidak tinggi, tidak membanggakan diri dan juga tidak merendahkan orang lain. Bahkan Allah Swt menyuruh kita untuk merendahkan diri kepada pengikutnya dan tentunya juga kepada manusia secara umumnya. Dalil CLXXXIV. 26: 215; Dan hendaklah engkau merendah diri kepada pengikutpengikutmu dari orang-orang yang beriman. 17.Tidak Riya Syarah CLXXXV. Riya adalah penyakit ahati yang tersembunyi yang sangat berbahaya. Dengan riya ini kekuatan menjadi berkurang dan Allah melepaskan diri dari kita, karena perbuatan maksiat (ria) tersebut. Contoh di dalam Al Qur’an menceritakan kegagalan 173
dari mereka yang riya karena mereka sombong, menunjuk-nunjuk kehebatannya di depan orang ramai…. Perbuatan yang diiringi dengan riya menjadikan amalan tersebut tidak di nilai oleh Allah Swt. Riya ini sukar dikenal pasti karena berhampiran dengan ikhlas, perbedaan diantara keduanya sangatlah tipis. Susahnya memisahkan daan terkadang muncul silap niat pada diri kita di dalaam melaksanakan aktivitas ini perlu mengiringi aktivitas ini dengan memperbanyak istigfar. Dengan tidak riya maka jundullah akan selalu di dukung oleh Allah Swt. Dalil CLXXXVI. 8: 45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuknunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan. CLXXXVII. 41: 35-36; Dan sifat terpuji ini tidak dapat di terima dan diamalkan melainkan oleh orang-orang yang bersifat sabar, dan juga tidak dapat diterima dan diamalkan oleh orang-orang yang bersikap sabar, dan tidak juga dapat di terima dan diamalkan melainkan oleh orang yang mempunyai bahagian yang besar dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan jika engkau di hasut oleh sesuatu hasutan dari syaithan, maka hendaklah engkau meminta perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia lah yang maha mendengar , lagi maha mengtahui. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam dan siang, serta matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah pula sujud kepada bulan, dan sebaliknya hendaklah kamu sujud kepada Allah yang menciptakannya, kalau betulah kamu beribadat kepada Allah. 18.Ikhlas Syarah CLXXXVIII. Ikhlas lawan dari riya, Allah Swt menyuruh kita untuk beribadah secara ikhlas yaitu beribadah karena Allah saja. Aktivitas di dalam Islam mesti di dasari dengan niat ikhlas. Ikhlas dapat memberikan sokongan yang kuat kepada amal yang dilaksankan karena Allah lindungi dan membantu kita. Dengan ikhlas maka Da’i akan siap menerima semua cabaran yang mungkin di temuinya, samada dari luar ataupun dari dalam. Ikhlas pun dapat menyediakan diri kita menerima segala bentuk keputusan yang akan di diterima kita samada kejayaan atau kegagalan. Ikhlas pula akan mudah terbukanya hidayah bagi yang membawa da’wah atau yang menerima da’wah itu sendiri. Ikhlas pula akan mudah terbukanya hidayah bagi yang membawa da’wah atau yang menerima da’wah itu sendiri. Ikhlas juga mensucikan diri dan juga dengan membuka diri serta menjadikan tujuan kepada Allah saja, akan menjadikan da’wah berjaya. Dalil CLXXXIX. 39: 11; Katakanlah lagi (Wahai Muhammad): “ Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya; CXC. 39: 14; Katakanlah lagi: “ Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan agamaku kepadaNya. 174
19.Tidak menghalangi dari jalan Allah Syarah CXCI. Peribadi jundullah yang memiliki akhlak asasiyah dan akhlak harakiyah ini juga mempunyai akhlak yang tidak menghalangi dari jalan Allah. Mereka senantiasa taat dan tidak berbantah-bantahan. Mereka jundullah menjadikan zikir dan kesabaran sebagai benteng yang kuat. Akhlak demikian tentunya tidak akan menghalangi dari jalan Allah. Dalil CXCII.8: 45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuknunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan Ringkasan Dalil CXCIII. Akhlak asasiyah: mencintai Allah (5: 54; 2: 165; 8: 2); bersikap lemah lembut kepada mukminin(5: 54; 48: 29), bersikap tegas terhadap kafirin (5: 54; 48: 2829),66: 9), berjihad dijalan Allah(5: 54; 9: 23-24; 47: 31;), tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela (5: 54; 86: 6; 83: 35-37); walanya untuk Allah Rasul dan orang mukmin (5: 55, 56; 58: 22) CXCIV. Akhlak harakiyah: tsabaat, tidak ragu-ragu (8: 45-47), Zikrullah(8: 45-47; 13: 28); tidak lalai(2: 203); taat kepada Allah dan RasulNya (8: 45-47; 4: 80), tidak bermaksiyat (53: 26), tidak saling berbantah-bantahan(8: 45-47; 6: 153; 30: 31-32), bersatu (3: 103), sabar (98: 45-47, 3: 146), tidak berkeluh kesah, tidak sombong (8: 4547), tawadhu(26: 215), tidak riya(8: 45-47; 41: 35-36); Ikhlas (39: 11,14), tidak menghalangi dari jalan Allah (8: 45-47), membantu jalan Allah. Batasssssssssssssssssss TAKWINUL UMMAH Pendahuluan Setelah memahami banyak permasalahan yang ada di dalam diri kita, pada peribadi muslim, ummat dan da’wah secara keseluruhan, kemudian di perkuat dengan berbagai serangan dari musuh-musuh Islam maka jawaban atau penyelesaian dari permasalahan ini adlah perlu usaha membentuk ummat (takwinul ummah). Takwinul ummah melalui tarbiyah, da’wah dan jihad adalah cara yang di contohkan oleh Rasulullah Saw. Namun demikian usaha mulaia ini sebagai penyelesaian terhadap masalah kurang di amalkan oleh ummat Islam, dimana sebagian ummat Islam telah meniggalkan amal tarbiyah, da’wah dan jihad. Ummat Islam sekarang ini banyak yang terbius dengan keadaan dunia syaksiyah Islamiyah sehingga menjejaskan da’wah yang di bawanya. Ada juga mereka yang serius berjamah tetapi tidak beramal jamai di dalam konteks berjamaah. Usaha tarbiyah dan da’wah yang diamalkan oleh sebagian aktivis da’wah dan ustaz tidak membuahkan hasil yang membahagiakan.Dengan keadaan yang sedemikian maka di
175
perlukan usaha yang berterusan dengan kesadaran Islam, pemahaman minhaj da’wah, mengamalkan sunnah da’wah Nabi dan semangat yang tinggi sebagai pendorongnya Pakej takwinul ummah selain memberiakn wawasan keatas bentuk penyelesaian permasalahan ummat, juga di tujukan untuk memberikan motivasi kepada mad’u untuk berda’wah dan megetahui bagaimana berda’wah.Takwin ummat di mulai dengan takwin syaksiyah Islamiyah dengan ciri iman, Islam dan takwa. Ciri ini merupakan syarat utama seorang muslim yang Allah ridhai. Terbentuknya muslim dengan cirri demikian maka di harapkan peribadi muslim dapat mengatasi masalahnya dan bersifat proaktif untuk mengembangkan da’wah.Peribadi muslim tidak akan lengkap apabila tidak diikat pula dengan berjamaah. Perubahan-perubahan pada diri ummat akan tercapai apabila peribadi muslim terbentuk dengan pembentukan yang baik melalui tarbiyah kemudian mereka berda’wah dan berjihad. Perubahan ummat melalui marhalah da’wah dan di warnai dengan minhaj yang benar akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Pembentukan peribadi yang dapat melakukan perubahan melalui aplikasi syahadat di dalam kehidupan, membentuk kesatuan ummat dan mengikuti model Rasulullah Saw dalam segala aspek. Para Rasul/nabi dan juga Nabi Muhammad juga menegakkan kalimat laa ilaha illallah. Dengan kalimah ini muncul berbagai perubahan-perubahan di dlam masyarakat dan peribadi. Perubahan dari masyarakat jahiliyyah kepada masyarakat Islamiyah adalaha suatu bukti kejayaan dan kesan kalimat syahadat ini. Para sahabat nabi dengan mengenal kalimat syahadat ini langsung merubah dirinya dan juga merubah masyarakatnya. Hal demikian disebabkan karena mereka memahami syahadat dengan benar dan baik. Kalimah syahada sebagai inti dari perubahandan dengan kalimah ini pula di wujudkan suatu perubahan yang menyeluruh di dalam masyarakat.Peribadi muslim dan ummat mesti di warnai syahadat ini. Pembentukan peribadi muslim, jamaah dan ummah mesti menumpukkan kepada pemahaman syahadat dan aplikasinya. Takwinul ummah merupakan gerakan penyelamatan keatas keadaan ummat saat ini sehingga muncul sebahagian ummat yang menyeru masyarakat kepada kebaikan , menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar. Apabila sebahagian ummat melakukan da’wah demikian maka akan terbentuk ummat yang baik dan akhirnya muncul kemenangan. Pakej takwinul ummah selain menjelaskan bahan-bahan mengenai bagaimana membentuk ummat juga menjelaskan perubahan yang akan di capai, bagaimana mengikatkan hati, sebab-sebab perpecahan dan obatnya kemudian diakhiri dengan ukhuwah Islamiyah. Perubaha-perubahan yang di kehendaki berlaku dikalangan ummat saat ini berkaitan dengan aqidah, ruhaniah, fikrah, suluk,tsaqafah, ijtima’, siyasi dan iktisodi. Dengan perubahan ini muncullah ummat yang menjalankan Islam secara kafaah (menyeluruh) dan kemudian tegak Islam. Syakhsiyah Islamiyah , syakhsiyah daiyah yang kemudian diikat dengan jamaah melalui ikatan hati dan ukhuwah Islamiyah. Takliful qulub sebagai dasar jamaah dan da’wah perlu di benruk dengan rasa cinta, ketaatan dan diaplikasikan kedalam da’wah dan jihad. Ukhuwah Islamiyah merupakan kekuatan ummat setelah kekuatan aqidah. Ukhuwah diantara aktivis perlu di tingkatkan dengan usaha mengenali kepribadian dan pemikiran yang lain sehingga muncul tafahum sebagai jalan memperlancar hubungan sesama muslim. Dari tafahum muncul taawun dan akhirnya terbentuk tauhidul ummah. K1.TAKWINUL UMAH (2 bahan) Sasaran 176
CXCV. Memahami kepentingan takwin syaksiyah Islamiyah dan takwinul al ruhul jamaah Islamiyah dalam pembentukan ummat. CXCVI. Dapat memberikan gambaran yang jelas conto Rasulullah dan para sahabatnya dalam melakukan takwinul umat CXCVII. Memahami bahwa denan tercapainya takwinul umah yang berjaya, kaum muslimin dapat di selamatkan dari permutadan Sinopsis Takwin ummat (membentuk ummat) mengikut kepad cara Nabi Muhammad Saw adalah dengan membentuk aqidah dengan iman yang lurus. Iman seseorang akan membawanya kepada ibadah dan amal sholeh sehingga akan menghasilkan iman yang sebenarbenarnya. Islamisasi kehidupan sebagai hasil dari pembentukan peribadi muslim adalah muslim yang menjadikan seluruh kehidupan Islam dan mewarnai kehidupannya dengan nilai Islam. Ciri lainnya yang diperlukan oleh ummat adalah membentuk semangat berjamaah. Semangat berjamaah perlu ditumbuhkan dengan berpegang teguh kepada tali Allah, tidak berpecah belah/bersatu padu; kesatuan hati, dan melakukan ukhuwah Islamiyah. Peribadi Islam yang terbentuk akan di kuatkan dengan semangat berjamaah shingga muncul ummat yang kuat dan kemudian dapat memunculkan suatu gerakan penyelamatan. Kedua pembentukan tersebut merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan oleh orang yang mendapat hidayah untuk membentuk ummah Islam yang menyeru kebaikan, meemerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Ummat Islam yang melakukan aktivitas da’wah ini akan mencapai kejayaan. Hasiyah CXCVIII. Takwin ummat CXCIX. Syarah CC. Allah Swt telah menyuruh kita untuk melakukan pembentukan atau pembinaan terhadap ummat sehingga tercapai peribadi da’i yang mempunyai cirri amal ma’ruf dan nahi munkar.Beberapa hadots dan ayat pun menyebutkan bahwa pembentukkan ummat ini tidak dilakukan oleh semua ummat tetapi sebahagian saja atau sekumpulan kecil dari umat yang sadar dan kemudian berda’wah membentuk manusia yang berkualitas sehingga mencapai kadar sebagai umat yang terbaik (khairu ummah). Secara reality dan juga melihat kepada sejarah nabi bahwa manusia yang dapat menerima da’wah Islam adalah tidaklah semuanya, dipastikan ada yang menentang dan ada yang sebagai pengikut pasif dan ada yang telibat penuh sebagai kader yang aktif. Keadaan ini menggambarkan bahwa hidayah Allah Swt mempunyai peranan penting terhadap dorongan seseorang terhadap Islam dan juga kehendak membentuk ummat atau berda’wah. Dalil CCI. 3: 104; Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berda’wah) kepada kebajikan (mengembangkan iaslam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian adalah orang-orang yang berjaya. CCII. Takwin kepribadian Islam Syarah A. Beberapa cirri-ciri yang di gambarkan di dalam surah 3: 102 mengenai peribadi muslim adalah mereka yang beriman, bertakwa dan menjadikan segala kehidupannya Islam. B. Iman yang lurus berarti peribadi yang mempunyai pemahaman aqidah yang bersih dan benar. Individu dengan iman yang suci dan bersih dari segala kemusrikan 177
akan mewarnai segala amal dan tingkah lakunya sehingga boleh mendapatkan ridha dari Allah Swt. Iman merupakan bahan azas bagi terbentuknya peribadi muslim. Iman yang kurang kepada Allah,Rasul dan kitab…. Maka akan mengalami kecelaruan peribadi dan tingkah laku sehingga muncul peribadi yang buruk. Sahabat Nabi sebagai contoh pembentukan iman yang berjaya.Begitu juga contoh yang di bawa oleh Nabi dan Rasul dalam memberikan contoh peribadi muslim sentiasa merujuk kepada imannya. C. Dengan beriman maka peribadi muslim akan menjalankan ibadah dan amal soleh yang diperintahkan Allah apakah amalan wajib ataupun sunnah. Setiap amalan dan ibadah ini akan menghasilkan taqwa.Taqwa sebagai hasil dari ibadah. Taqwa yang sebenar-benarnya merupakan cirri peribadi muslim. Darjah taqwa merupakan kemuliaan yang Allah berikan dantaqwa ini sebagai bekal kehidupan kita di dunia dan juga yang akan di bawa ke akhirat. D. Keimanan dan ketaqwaaan seorang muslim akan mewarnai semua kehidupannya dan juga akan membentuk segala aktivitas dengan celupan Islam.Allah menyuruh kita untuk menjadikan hidup kita Islam samada Berdiri ,duduk atau berbaring juga di suruh untuk hidup dan mati dai dalam Islam Bahkan Allah Swt menyuruh kita agar jangan mati kecuali di dalam keadaan Islam. Islam mengajak manusia untuk mangamalkan semua ajarannya samada dari bangun tidur hingga tidur kembali adalah bahagian kehidupan yang mesti diisi dengan Islam.Islamisasi kehidupan sebagai suatu keharusan manusia agar mendapatkan ridha dari Allah Swt. Dalil CCIII. 5: 54; wahai orang-orang yang beriman ! Sesiapa di antara kamu berpaling tadah dari agamanya (jadi murtad), makaa Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Ia kasihkan mereka dan mereka juga hasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan orang yang mencela.Yang demikian itu adalah limpah kurnia Allah yang di berikanNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CCIV. 49: 15; Sesungguhnya orang-orang yang sebenar-benarnya beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka(terus percaya dengan)tidak ragu-ragu lagi, serta mereka berjuang dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar(pengakuan imanNya). CCV. 3: 102; Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. CCVI. 2: 208; Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu kedalam agama Islam(dengan mematuhi) segala hokum-hukumnya; dan janganlah kamu mnurut jejak langkah syeta; sesungguhnya syaithan itu musuh bagi kamu yang terang lagi nyata. 3.Takwin ruhul jamaah Islamiyah Syarah CCVII.Setelah peribadi muslim terbentuk maka peribadi ini perlu diikat dengan tali agar kuat dan dapat di gunakan untuk berbagai tujuan dan aktivitas. Tali ini adalah jamaah, sehingga dengan jamah dapat membuat kerja sama dan sama-sama kerja sehingga mewujudkan saling membantu dan ukhuwah Islamiyah. Da’wah tidak akan mungkin berjaya tanpa diikat dengan jamaah. Setiap individu yang bekerja di dalam da’wah akan rugi dan tidak berjaya apabila tidak dilakukannya dengan berjamaah. Ciri lainnya di dalam jamaah adalah peribadi yang berpegang teguh dengan tali Allah, tidak berpecah belah dan menjalankan ukhuwah Islamiyah. 178
CCVIII. Berpegang dengan tali Allah merupakan prinsip di dalam Islam. Ikatan jamaah Islamiyah di laksanakan dengan mengikat keatas tali aqidah Islamiyah. Persatuan dan kesatuan Islam yang berdasarkan aqidah ini akan menyatukan semua muslim di dunia sehingga mudah tertegaknya khilafah di muka bumi. Dengan ikatan aqidah ini juga akan mewujudkan suatu kejayaan muslim yang mungkin memiliki perbedaan dari segi furu, pemikiran dan uslub. Persatuan kita keatas yang asas dan prinsip dan menerima perbedaan yang bukan prinsip sebagai suatu khasanah Islam dan penggabungan ke pelbagaian potensi ummat. CCIX. Ummat yang bersatu dengan membentuk model jamaah adalah tidak ada perpecahandan pertembungan, mereka bersatu padu di dalam aqidah yang mewarnai bentuk kerja sama yang tolong menolong keatas kelemahan dan kelebihan masingmasing. Perbedaan sebagai sarana taawun yang akan menguatkan jamaah Islam. Tidak berpecah belah tetapi bersatu padu dengan kesatuan hati aktivis Islam merupakan cirri utama jamaah Islam. CCX. Untuk memperlancar dan memperbagus jamaah Islam ini maka jamaah perlu di warnai dengan suasana ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan Islam selain kewajiban dan hidayah dari Allah SWt juga suatu nikmat yang membahagiakan kita. Denganukhuwah Islamiyah mka keperluan fitrah manusia dan juga keperluan asas manusia dapat di terpenuhi. Manusia pada dasaarnya menyenagi untuk berkumpul dan selalu berkumpul tetapi berkumpulnya manusia tidak membawa kepad kebaikan. Berkumpul di dalam Islam akan membawa kepada kebahagiaan. Dalil CCXI. 3: 195; Maka Tuhan mereka perkenankan doa mereka perkenankan do’a mereka (dengan firmanNya): ”Sesungguhnya Aku tidak akan sia-siakan amalan orang-orang yang beramal dari kalangan kamu, sama ada lelaki atau perempuan, (karena) setengah kamu (adalah keturunan) dari stengah yang lain; maka orang-orang yang berhijrah (karena menyelamatkan agamanya), dan yang diusir keluar dari tempat tinggalnya, dan juga yang di sakitas (dengan berbagai-bagai gangguan) karena menjalankan agamaKu, dan yang berperang (untuk mempertahankan Islam), dan yang terbunuh (gugur syahid dalam perang sabil)- sesungguhnya Aku akan hapuskan kesalahan-kesalan mereka, dan sesungguhnya Aku akan masukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, sebagai pahala dari sisi-Allah.Dan di sisi Allah jualah pahala yang sebaik-baiknya (bagi mereka yang beramal sholeh)”. CCXII.9: 71; Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain; mereka menyuruh berbuat kebaikan, dan melarang daripada berbuat kejahatan; dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat,serta taat kepada Allah dan RasulNya.Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha kuasa, algi maha bijaksana. CCXIII. 3: 103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya. 3: 103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah 179
menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya. CCXIV. 30: 31-32; Hendaklah kamu (wahai Muhammad dan pengikutpengikutmu) senantiasa rujuk kembali kepada Allah (dengan mengerjakan amal-amal bakti) serta bertaqwalah kamu kepadaNya; dan kerjakanlah sembahyang dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari manaa-mana golongan orang musrik-yaitu orang-orang yang menjadikan fahaman agama mereka berselisihan mengikut kecenderungan masing-masing serta mereka pula menjadi berpuak-puak; tiap-tiap puak bergembira dengan apa yang ada padanya (dari fahaman dan amalan yang terpesong itu). CCXV. 8: 63 Dan (Dia lah) yang menyatu-padukan diantara hati mereka (yang beriman itu). Kalaulah engkau belanjakan segala (harta benda) yang ada di bumi, niscaya engkau tidak dapat juga menyatu-padukan diantara hati mereka, akan tetapi Allah telah menyatu padukan diantar (hati) mereka. Sesungguhnya Ia maha kuasa , lagi maha bijaksana. CCXVI. 49: 10; Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara , maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang berteliingkah) itu; dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat. 4.Gerakan penyelamatan syarah CCXVII. Takwin syaksiyah Islamiyah dan takwin ruhul jamaah merupakan langkah penyelamatan terhadap kejayaan ummat saat ini dan juga akan memperkuat kekuatan Islam. Keadaan ummat yang telah terbentuk dengan tarbiyah Islamiyah sehingga wujud peribadi Islam dan peribadi dai di dalam jamaah ini berperanan sangat besar di dalam menghadapi musuh-musuh Islam samada menghadapi serangan dari ghazwul fikri atau hizbus syaitan.Peribadi yang terbina ini merupakan peribadi yang mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Peribadi Islam dan kekuatan jamaaah senantiasa juga melakukan da’wah, pembinaan dan pembentukan keatas umat Islam yang sadar dengan da’wah dan Islam. 5.Kejayaan CCXVIII. Kejayaan yang akan di capai ummat Islam adalah mereka yang melaksanakan pembentukan ummat dan melakukan amar makruf nahi munkar. Dalil CCXIX. 3: 104; Dan hendaklah ada diantara kamu satu puak yang menyeru (berda’wah) kepada kebajikan(mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang alah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian inilah orang yang berjaya. Ringkasan: CCXX. Takwain ummat (3: 104); iman yang lurus (5: 54; 49: 15); taqwa yang sebenar-benarnya(3: 102); Islamisasi kehidupan (2: 201); ini semua keperibadian Islam. CCXXI. Ciri lainnya adalah berpegang teguh dengan tali Allah (3: 103); Ikhlas berpecah belah/bersatu padu (30: 31-32); kesatuan hati(8: 63); ukhuwah islmamiyah(49: 10). Ini di sebut dengan takwin ruhul jamaah Islamiyah (3: 195; 9: 71) CCXXII. Keduanya merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan orang yang mendapat hidayah untuk membentuk umat Islam yang menyeru kebaikan, memerintahkan yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Ketiganya merupakan factor kejayaan(3: 104). 180
K2. TAKWIN SYAKHSIYAH ISLAMIYAH Sasaran: CCXXIII. Memahami bahwa dalam takwin syaksiyah Islamiyah diperlukan iman yang lurus, takwa yang sebenar-benarnya dan mengIslamkan kehidupan CCXXIV. Dapat menunjukan contoh dari sikap iman dan taqwa.Dapat menggambarkan perubahan umat yang di capai dengan minhaj yang benar beserta contoh-contohnya pada setiap marhalah. Sinopsis Takwin kepribadian Islam mengikut kepad bagaimana Nabi Muhammad Saw melakukan da’wah ialah dengan membentuk iman. Iman yang di bentuk ini mempuyai cirri-ciri yaitu iman yang dinamika,yakin,menyerah,mendekat dan taat; tidak keberatan,dan tidak ada pilihan lain. Iman yang sedemikian akan memunculkan taqwa. Taqwa bagi muslim merupakan landasan hidup, sebagai ukuran/timbangan, taqwa sebagai bekal kehidupan dan pakaian.Dengan taqwa ini seorang peribadi akan menjadikan seluruh kehidupannya sebagai muslim. Inilah cirri dari kepribadian muslim yang sempurna. Hasiyah 1.Takwin kepribadian Islam Syarah CCXXV. Membentuk kepribadian ini mesti mengasaskan pada keimanan. Iman sebagai factor utama di alam membiana dan menjadikan diri peribadi sbagai muslim yang sejati. Nabi Muhammad Saw mendatangi manusia dengan membawa iman dan menyampaikan keimanan. Kalimat yang di bacakan pertama adalah kalimah syahadatain. Kalimah ini mengajak manusia untuk menjadikan Allah sebagai ilah dan Muhammad sebagai rasul. Keimanan yang akan di wujudkan adalah iman kepada Allah dan RasulNya. Perubahan kepribadian menjadi Islam akan berlaku sehingga para sahabat mempunyai berbagai cirri keimanan yang dapat membawa kejayaan Islam. Abu zar Al gifari yang baru menerima kalimah iman terus beda’wah di masyarakat umum , para sahabat lainnya yang telah menerima kalimah iman ini juga merubah dirinya menjadi peribadi muslim. Dalil CCXXVI. 3: 102-104; Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepad Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-sekali kamu kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan hendaklah ada diantara kamu satu puak yang menyeru (berda’wah) kepada kebajikan(mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang alah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian inilah orang yang berjaya. 2.iman Syarah CCXXVII. Pembentukan imaniyah keatas peribadi manusia dan juga pembangunaniman keatas diri muslim merupakan suatu jalan yang di contohkan kepad kita oleh nabi untuk menjadikan peribadi muslim dan diridhai oleh Allah Swt. Pendekatan imaniah biasanya dilakukan dengan memberikan firman-firman Allah dan dalil nabi yang dapat menjadikan hujjah dan media turunnya hidayah dari Allah ke atas hati yang mendengarnya. Dengan iman akan mucul beberapa cirri-ciri sepserti iman yang dinamik, keyakinan yang kuat, menyerah diri kepada Allah, mendengar dan taat dan tidak keberatan melaksanakan apapun arahan.
181
CCXXVIII. Dinamika iman atau iman yang hidup merupakan hasil dari keimanan yang benar. Dengan keimanan ini akan wujud sifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang yang mencela. Keimanan ini akan menambhkan wala kepada allah dan Rasul selain cirriciri iabadah dan sholatnya. CCXXIX. Yakin terhadap Allah dan RasulNya juga mebentuk kepercayaan kepada jihad dan tadhiyah yang akan kita sumbangkan ke jalan Allah Swt. Iman kepda Allah dan RasulNya secara benar akan menghasilkan keyakinan yang menjadikan kita serius untuk berjihad, tidak ragu-ragu dan penuh keyakinan dalam beramal dan berkorban bagi kepentingan Islam. CCXXX. Menyerahkan diri kepada Allah Swt sebagai hasil iman kepada Allah. Mengerjakan peritahnya,arahan,aturan dan nilai dari Allah Swt merupakan tanda pasrah, tunduk dan menyerahkan diri kepadaNya. Bentuk menyerahkan diri kepada Islam ini adalah siap megorbankan diri dan harta bagi kepentingan Islam, dan juga bersedia menjalankan semua suruhan dan meninggalkan semua larangannya. CCXXXI. Mendengar dan taat juga sikap orang yang beriman. Orang beriman sebagai jundi senantiasa mendapatkan perintah dari Allah dalam bentuk arahan dan kewajiban. Misalnya di dalam berpusa,jihad,sholat dan sebagainya dirahkan kepad orang yang beriman apabila mendapatkan perintah akan menjawab: ”Kami dengar dan kami taat, kemudian (kami pohonkan ) keampunanMu wahai Tuhan kami dan kepadaMu jualah kami kembali”. CCXXXII. Tidak keberatan menjalankan semua perintah merupakan cirri orng yang beriman. Orang yang beriman rela menjalankan semua perintah dan tidak merasa beban apabila menjalankan semua aktivitas Islam yang di gariskan di dalam Islam. CCXXXIII. Bagi orang beriman tidak ada pilihan lain kecuali mengembalikan dirinya kepada Islam dan juga tidak menjadikan alternatif lain selain Islam. Islam sebagai satusatunya panduan hidup dan Allah sebagai tempat pengabdian sedangkan rasul sebagai tempat menjadikan uswah. Dalil CCXXXIV. 5: 54; wahai orang-orang yang beriman ! Sesiapa di antara kamu berpaling tadah dari agamanya (jadi murtad), makaa Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Ia kasihkan mereka dan mereka juga hasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan orang yang mencela.Yang demikian itu adalah limpah kurnia Allah yang di berikanNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CCXXXV. 49: 15; sesungguhnya orang-orang yang sebenar-benar beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasulnya, kemudian (mereka terus percaya dengan) tidak ragu-ragu lagi, serta mereka berjuang dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar(pengakuan imannya). CCXXXVI. 2: 4; Dan juga kepada orang-orang yang beriman kepada kitab “Al Qur’an” yang diturunkan kepadamu (wahai Muhammad), dan kitab-kitab yang diturunkan dahulu daripadamu , serta mereka mereka yakin akan (adanya) hari akhirat (dengan sepenuhnya). CCXXXVII. 4: 65; Maka demi Tuhanmu (wahai Muhammad)! Mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka tidakpun merasa di hati mereka sesuatu 182
keberatan dari apa yang telah engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. CCXXXVIII. 2: 285; Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan malaikat-malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya.(Mereka berkata): ”Kami tidak membedakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya”. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”. CCXXXIX. 5: 7; Dan kenanglah nikmat Allah (yang telah di kurniakanNya) kepada kamu serta ingatlah perjanjianNya yang telah diikatNya dengan kamu, ketika kamu berkata: ”kami dengar dan kami taat (akan perintah-perintah Allah dan RasulNya)” Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,karena sesungguhnya Allah maha mengetahui akan segala (isi hati) yang ada di dalam dada. CCXL.24: 51; Sesungguhnya perkataan yang di ucapkan oleh orang-orang yang beriman ketika mereka di ajak kepada Kitab Allah dan Sunah RasulNya, supaya menjadi hakim memutuskan sesuatu diantara mereka, hanyalah mereka berkata: ”Kami dengar dan kami taat”: dan mereka itulah orang-orang yang beroleh kejayaan. CCXLI. 4: 65; Maka demi Tuhanmu (wahai Muhammad)! Mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka tidakpun merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa yang telah engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. CCXLII. 33: 36; Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan-Apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara –(tidak harus mereka)mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hokum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata. 3.Taqwa syarah CCXLIII. Iman yang benar dan membuahakan hasil berupa cirri-ciri keimanan yang wujud di dalam tingkah laku seperti keyakinan, menyerah diri dan taat. Iman juga akan wujud di dalam ibadah dan amal soleh yang kemudian akan mewujudkan taqwa. Taqwa yang sebenar-benarnya adalah iadman setiap mukmin yang beribadah dan beramal. Dengan taqwa maka akan menjadikan hidup mulia di sisi Allah dan akan mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat. CCXLIV. Taqwa sebagai landasan hidup manusia. Dengan taqwa di dada dan di setiap amal kita maka akan mewujudkan peribadi muslim. Taqwa adalah hasil ibadah dan dengan ibadah menjadikan diri kita bertaqwa. Taqwa atau takut bermakna diri kita senantiasa takut kepada Allah apabiala tidak mengerjakan perintah Allah dalam kehidupan. Takut kepada Allah apabila tidak meninggalkan laranganNya. Dengan takut maka setiap langkah kehidupan kita di jaga, dikawal dan dikendalikan oleh Islam. Taqwa sebagai landasan dalam kehidupan kita. CCXLV. Ibadah manusia yang di terima adalah ibadahnya orang yang bertaqwa. Ibadah yang di dasarkan dengan taqwa juga tidak mendapatkan baladsan yang sempurna dari Allah Swt. Taqwa merupakan ukuran/timbangan amal dan ibadah seseorang. Perkara iini dapat di jelaskan dengan cerita Habil dan Qabil. CCXLVI. Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dibandingkan dengan bekal lainnya seperti makan,minum,pakaian ,tempat tinggal maka bekal tawa lebih diutamakan 183
lagi.Semua bekal selain tawa dapat habis dan mungkin tidak dapat di dapati.Dengan taqwa setiap mukmin dapat memenuhi keperluannya dengan baik. Orang bertaqwa apabila tidak ada makan dan minum ia tetap bertahan an selalu menghadapi masalahnya dengan tenang. Menerima taqdir dan kenyataan yang berlaku di dalam kehidupan kita adlalah hasil taqwa. CCXLVII. Allah juga menjadikan taqwa sebagai pakaian. Pakaian bermakna sesuatu yang di pakai dan di gunakan. Maka taqwa juga bermaqna pakaian yang dilihat orang lain dan yang menjadikan cirri dan wujud penampilan kita yang sebenarnya. Pakaian taqwa sebagai sesuatu yang nampak dan senantiasa hadir di bersama kita, merupakan penampilan pertama yang dilihat orang.Pakaian taqwa bukan pakaian yang bermakna secara fisikal tetapi pakaian maknawi yang ibaratkan sebagai pakaian. CCXLVIII. 3: 102; Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepad Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-sekali kamu kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. CCXLIX. 5: 27; Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepad mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya,yaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu di terima korban salah satu diantaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil), Berkata(Qabil): ”Sesungguhnya aku akan membunuhmu!”.(Habil) menjawab: ”Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa; CCL. 22: 37; Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah , tetapi yang sampai kepadaNya ialah amal yang ikhlash yang berdasarkan taqwa dari kamu. Demikianlah ia memudahkan binatang-binatang itu bagi kamu supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat nikmat petunjukNya. Dan sampaikanlah berita gembira (dengan balasan yang sebaik-baiknya) kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalnya. CCLI. 49: 13 Wahai umat manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lrlaki dan peremouan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan(dan beramah mesra antara yang satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya diantara kamu,(bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah maha mengetahi , lagi maha mendalam pengetahuanNya (akan keandaan dan amalan kamu). CCLII. 2: 97; Katakanlah (wahai Muhammad): ” Sesiapa memusuhi Jibril maka sebabnya ialah karena Jibril itu menurunkan Al Qur’an ke dalam hatimu dengan izin Allah, yang mengesahkan kebenaran kitab-kitab yang ada di hadapannya (yang diturunkan sebelumnya), serta menjadi petunjuk dan memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman”. CCLIII. 7: 26; Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu(bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangNya dan bersyukur. 4.Islamisasi kehidupan Syarah CCLIV. peribadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan menjadikan keseluruhan hidup sebagai muslim. Warna keIslaman pada diri muslim 184
dengan megamalkan sgala aspek dan bidang kehidupan merupakan perintah Allah agar kita masuk kedalam Islam secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah. Dalil CCLV.2: 208; wahai orang-orang yang beriman! Masukalah kamu ke dalam agama Islam (dengan mematuhi) segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah syetan; sesungguhnya syetan musuh bagi kamu yang terang nyata. CCLVI. Wujud peribadi Islam yang sempurna. Syarah CCLVII. Sasaran dari pembentukan peribadi Islam dengan pendekatan iman adlah mendekatkan peribadi Islam yang sempurna di segala aspek kehidupan. Peribadi Islam yang sempurna bermaksud mengamalkan segala perintah dan meninggalkan segala larangan dengan suasana takut kepada Allah Swt. Ringkasan: CCLVIII. Takwin kepribadian Islam: iman yaitu dinamika iman(5: 54; 49: 15); yakin(2: 4; 49: 15); menyerah(4: 65),mendengar dan taat (2: 285; 5: 7; 24: 51); tidak keberatan(4: 65); tidak ada pilihan lain(33: 36). CCLIX. Taqwa yang sebenar-benarnya(3: 102): landasan hidup (5: 27); 22: 37); sebagai ukuran/timbangan(49: 13,hadits); bekal tawa (2: 97); sebagai pakaian (7: 26) CCLX.Islamisasi kehidupan (2: 208) sehingga wujud peribadi Islam yang sempurna. K3.I’TISOM BI HABIBILLAH Sasaran CCLXI. Memahami bahwa dua kalimat syahadat merupakan tonggak yang kokoh dalam melakukan pembentukan umat CCLXII. Memahami bahwa dalam melakukan perubahan umat harus ada unsureunsur kesatuan yang membentuk kesatuan ibadah CCLXIII. Memahami bahwa dalam pembentukan umat diperlukan satu bentuk keteladanan dan reality dalam bentuk pribadi dan masyarakat. Sinopsis Meningkatkan diri kita kepada tali Allah adalah menjadikan diri kita beraqidah yang benar. Ikhtisam bihabibillah ini sebagai satu dasar pembentukan ummat yang satu. Mengikat diri kita kepada tali Allah melaui Laa ilaha illa-lLah dan Muhammad Rasulullah. Laa ilaha illa-lLah adaalah dasar tauhidullah yang bermakna kesatuan niat, kesatuan akhlaq, kesatuan fikrah, kesatuan kalimat/bahasa, kesatuan ummat, kesatuan gerak. Keseluruhan ini merupakan kesatuan pengabdian. Manakala Muhammad Rasulullah adalah menjadikan rislah ini satu (tauhid risalah) yaitu risalah Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw, akhirnya wujud kesatuan uswah kepada Nabi Muhammad Saw. Hasiyah A. Tali Allah Syarah 1. Berpegang kepada tali Allah bermaksud memegang kepada aqidah Islam. Aqidah Islam yang benar mendasarkan kepada kalimah syahadatain yaitu Laa ilaha illa-lLah dan Muhammad rasulullah.Tali Allah atau aqidah Islamiyah yang di pegang oleh ummat manusia telah membuktikan kejayaannya. Dengan berpegang kepada tali Allah, kita akan menjadikan Allah sebagai tauhidul ibadah dan menjadikan Muhammad Saw sebagai tauhid uswah. Dengan demikian berpegang kepada tali Allah akan wujud kesatuan yang
185
tidak menjadikan kita berpecah belah dan senantiasa menjalinkan hubungan ukhuwah Islamiyah. Dalil CCLXIV. 3: 103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya. 3: 103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya. A. Laa ilaha illa-lLah Syarah CCLXV. Peribadi sahabat-sahabat nabi yang terkena dengan da’wah nabi yaitu da’wah mengajak keimanan dengan seruan Laa ilaha illa-lLah maka akan menghasilkan peribadi-peribadi yang unggul Tarbiyah Islamiyah yang mendekatkan manusia kepada Allah akan menjadikan kita beriman kepada satu Allah, merujuk kepada satu rujukan, beramal dengan satu komando, beribadah dengan satu tuntutan dan akhirnya juga akan membentuk satu ummat. CCLXVI. Laa ilaha illa-lLah adalah dasar tauhidullah yang bermakna kepada kesatuan niat, kesatuan akhlak ,kesatuan fikrah, kesatuan kalimah/bahasa, kesatuan ummat dan kesatuan gerak. CCLXVII. Dengan menjadikan Allah sebagai ilah sembahan,abdian,ikutan,yang dicenderungi, yang dijadikan panduan dan yang di rujuk maka kesatuan niat dari setiap individu akan rujuk. Niat satu akan menghasilkan amal dan pelaksanaan yang juga satu. Niat ikhlas adalah pemersatu setiap amala kita. CCLXVIII. Aqidah mesti satu karena inilah yang di jadikan buhul persatuan. Tanpa aqidah yang satu ukhuwah dan persatuan tidak akan wujud. Aqidah yang mengandungi prinsip Islam dan dasar-dasar yang perlu diamalkan oleh muslim mestilah satu dan tidak berbeda. Perbedaan aqidah akan membedakan kita di dalam Islam. CCLXIX. Kesatuan fikrah yang dipentingkan disini adalah fikrah-fikrah asas dan prinsip. Manakala fikrah yang bersifat operassioanal dan yang dipengaruhi oleh uslub mungkin akan berbeda tetapi kita perlu memahami bagi keperluan taawun dan amal jama’i. Fikrah yang dilandasi aqidah yang bersih biasanya akan mewujudkan fikrah yang sehat dan bersih. Melalui fikrah yang sehat ini akan menyehatkan fikrah ummat dan masyarakat. CCLXX. Satu sebutan, satu kalimah dan satu bahasa. Tauhidul kalimah juga berarti satu matlamat, satu misi dan visi. Kesatuan kalimah di perlukan bagi munculnya kesatuan ummat dan harakah. CCLXXI. Ummat yang satu kemudian muncul dengan kesatuan-kesatuan di atas. Ummat yang bersatu dengan dasar kesatuan niat, aqidah ,fikrah dan kalimah. Ummat 186
satu berdasarkan kesatuan aqidah bukan berdasarkan masalah cabang/furu. Dengan fikrah demikian kesatuan ummat di dunia ini akan dapat tercapai dan boleh mencapai kejayaan di masa hadapan. Ummat tidak akan bersatu apabila kita tidak menjadikan asas aqidah sebagai alat pemersatu. CCLXXII. Kesatuan harakah wujud dari kesatuan ummat. Ummat dengan berbagai harakah yang mempunyai beberapa kaidah dan minhaj mungkin bersatu dengan isu aqidah dan kesamaan matlamat yaitu menegakkan Islam. Harakah mungkin muncul di dalam Islam secara berbagai tetapi bagaimanapun Islam akan menumpukkan kepda aqidah. Harakah yang berdasarkan aqidah Islam akan mudah di satukan sebagai kekuatan ummat. Dalil CCLXXIII. 98: 5; Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh di atas tauhid; dan supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah agama yang benar. CCLXXIV. 39: 11,14; Katakanlah lagi (Wahai Muhammad): “ Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya; Katakanlah lagi: “ Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan agamaku kepadaNya. CCLXXV. 2: 163; Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang maha esa ; Tiada Tuhan (yang berhak di sembh) selain dari Allah , yang maha pemurah lagi maha mengasihani. CCLXXVI. 112: 1; Katakanlah (wahai Muhammad): ”(Tuhanku) ialah Allah yang maha esa”. CCLXXVII. 6: 153; Dan bahwa sesungguhnya inilah jalanKu (agama Islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut menurut jalanjalan (yang lain dari Islam), karena jalan-jalan (yang lain itu) mencerai beraikan kamu dari jalan Allah, Dengan yang emikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu bertaqwa. CCLXXVIII. 2: 142; Orang-orang yang bodoh (yang kurang akal pertimbangannya) akan berkata: “Apa sebabnya yang menjadikan orang-orang Islam berpaling dari kiblat yang mereka mengadapnya selama iini?” Katakanlah (Wahai Muhammad): ”Timur dan barat adalah kepunyaan Allah-(maka kepihak mana saja kita di arahkan Allah mengadapnya, wajiblah kita memaatuhiNya); Allah yang memberikan petunjuk hidayahNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya kejalan yang lurus”. CCLXXIX. 21: 90; Maka Kami perkenankan doanya, dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya, dan Kami perelokkan istrinya yang mandul, (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada rasul-rasul itu ialah karena) sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan, Dan senantiasa berdoa kepada Kami dengan penuh harapan serta gerun takut; dan mereka senantiasa pula senantiasa khusuk(dan taat) kepada Kami. CCLXXX. 22: 78; Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sbenarbenarnya Dialah yang memilih kamu (untuk mengerjakan suruhan agamanya); dan Ia tidak menjadikan kamu menaggung sesuatu keberatan dan susah payah dalam perkara agama, agama bapa kamu Ibrohim. Ia menamakan kamu: ”orang-orang Islam” semenjak dahulu dan di dalam Al Qur’an ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu, dan supaya kamu pula layak menjadi orangorang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah). Oleh itu, dirikanlah sembahyang, dan berilah zakat, serta berpegang teguhlah 187
kamu kepada Allah! Dialah pelindung kamu. Maka (Allah yang demikian sifatNya) Dialah saja sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik pemberi pertolongan. CCLXXXI. 3: 32; Katakanlah (wahai Muhammad): ” Taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Oleh itu, jika kamu berpaling (mendurhaka), maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir. A. Kesatuan pengabdian Syarah CCLXXXII. Dengan memahami aqidah yang betul, khususnya memahami makna Laa ilaha illa-lLah akan membentuk kesatuan pengabdian. Kita sama mengabdi kepada Allah. Hanya kepada Allah saja kita merujuk dan mengabdikan segala urusan, maka Allah akan menyatukan hati manusia. Apabila kita tidak mengembalikan urusan ini kepada Allah tetapi kepada yang lainnya misalnya wala kepada keduniaan, pekerjaan, keluarga dan sebagainya maka akan menjejaskan persatuan ini. Apabila senantiasa mengembalukan kepada Allah maka Allah Swt akan menyatukan hati kita dan juga akan menyatukan pengabdian kita. CCLXXXIII. Aqidah yang sehat yang dianut oleh setiap muslim membuahkan kesatuan pada setiap fikrah, amal dan harakahnya. Aqidah yang di jadikan rujukan dapat menyatukan ummat. Dengan aqidah pula maka kita akan mengabdi kepada Allah yang satu dan kepada bentuk pengabdian yang sama. Dalil CCLXXXIV. 39: 64-65; Katakanlah (wahai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu: ” Sesudah jelas dalil-dalil keesaan Allah yang demikian), patutkah kamu menyuruhku menyembah atau memuja yang lain dari Allah, hai orang-orang yang jahil?” Dan sesungguhnya telah di wahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada nabinabi yang terdahulu daripadamu: ”Demi sesungguhnya! Jika engkau (dan pengikutpengikutmu) mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan Allah) tentulah akan gugur amalmu, dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi. 4.. Muhammad Rasulullah Syarah CCLXXXV. Muhammada rasulullah sebagai uswah. Bagaimana kita beribadah menyembah Allah maka Muhammad rasulullah sebagai model dan contohnya. Mentafsirkan perintah Allah hanya melalui Nabi, tanpa nabi maka tidak akan mendapatkan tafsir yang sebenarnya. Bagaimana berimanpun mesti mengikuti bagaimana Muhammad rasulullah beriman dan kita mengikuti cara-cara yang ditunjukkannya. Al Qur’an yang berjalan adalah Muhammad rasulullah, sehingga tidak ada jalan lain sehingga kita mengikatkan diri kepada Allah atau mencintaiNya mesti juga mengikat diri kepada Muhammad rasulullah. CCLXXXVI. Muhammad rasulullah sebagai pembawa risalah yang satu yaitu Islam. Tauhid risalah yang dibawa nabi adalah juga pemersatu manusia beragama semenjak Nabi Adam AS. Tauhid risalah yang dibawa oleh Muhammad rasulullah adalah tali pemersatu dikalangan harakah. Islam dengan minhaj yang dibawa Muhammad rasulullah perlu di jadikan contoh. Dalil CCLXXXVII. 2: 143; Dan demikianlah (sebagaiman Kami telah memimpin kamu ke jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai Muhammad) satu umat yang pilihan lagi adil, supaya kamu layak menjadi orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah) dan Rasulullah (Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu. (Sebenarnya kiblat kamu ialah 188
ka’bah) dan tiadalah Kami jadikan kiblat yang engkau mengadapnya dahulu itu (wahai Muhammad), meliankan untuk menjadi ujian bagi melahirkan pengetahuan Kami tentang siapakah yang benar-benar mengikut Rasul serta membenarkannya dan siapa pula yang berpaling tadah (berbalik kepada kekufurannya) dan sesungguhnya)(soal peralihan arah kiblat) itu adlah amat berat (untuk di terima )kecuali kepada orang-orang yang telah di berikan Allahpetunjuk hidayah dan Allah tidak akan menghilangkan (bukti) iman kamu. Sesungguhnya Allah amat melimpah belas kasihan dan rahmatNya kepada orang-orang (yang beriman) CCLXXXVIII. 33: 45-47; Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi (terhadap umatmu), dan pembawa berita gembira (kepada orang-orang yang beriman) serta memberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar). Dan juga sebagai penyeru (umat manusia seluruhnya) kepada Allah dengan taufiq yang di beriNya; dan sebagai lampu yang menerangi. Dan (dengan itu) sampaikanlah berita yang menggembirakan kepada orang-orang yang beriman , bahwa sesungguhnya mereka akan beroleh limpah kurnia yang besar dari Allah. CCLXXXIX. 34: 28; Dan tiadalah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk umat manusia seluruhnya, sebagai Rasul pembawa berita gembira (kepada orangorang yang beriman), dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar); akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (hakikat itu). CCXC.21: 107; Dan tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Kesatuan uswah Syarah CCXCI. Muhammad rasulullah membawa suatu minhaj yang sifatnya wajib dan di sunnahkan dilaksanakan oleh kita manusia, tetapi ada juga yang dilaksanakan atau melekat pada dirinya sesuatu yang bersifat wasail atau fasilitas. Uswah kepada nabi lebih kepada minhaj bukan kepada wasail. Bagaimana nabi menggunakan unta/kuda, alat persenjataan yang digunakan nabi dan sebagainya adalah wasail yang tidak perlu diikuti, tetapi bagaimana sembahyang dan sebagainya perlu dan wajib diikuti. Allah menurunkan minhaj bukan wasail. Wasail hanya di suruh Allah untuk kita fikirkan dan cari pengembangannya dengan menggunakan alam semesta dan ciptaan Allah. Sedangkan minhaj hayah yang dijadikan panduan iini perlu dan wajib diikuti kalau tidak diikuti akan mencapai kesesatan dan kerugian. Dalil CCXCII. 33: 21; Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik,yaitu bagi orang yang senantiasa mengharapkan (keridhaan ) Allahdan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang) Ringkasan: CCXCIII. Tali Allah: Laa ilaha illa-lLah adalah dasar tauhidullah yang bermakna kesatuan niat (98: 5; 39: 11,14;); kesatuan akhlak (2: 163; 112: 1); kesatuan fikrah(6: 153); kesatuan kalimat/bahasa(2: 142); kesatuan ummat(21: 90; 22: 78); kesatuan gerk (3: 32), keseluruhanya merupakan kesatuan pengabdian (39: 64-65) CCXCIV. Muhammad rasulullah (2: 143; 33: 45-47); tauhid risalah (934: 28; 21: 107); kesatuan uswah (33: 21). K4. AL INQILAB AL ISLAMI Sasaran
189
CCXCV. Memahami bahwa inti dari perubahan menyeluruh yang hendak di wujudkan Islam adalah dua kalimat syahadat. CCXCVI. Dapat menyebutkan perubahan-perubahan yang ditumbuhkan oleh syahadatain beserta marhalah-marhalahnya. CCXCVII. Memahami bahwa keseluruhan Islam hanya akan dapat diwujudkan melaui konsep perubahan diatas. Sinopsis Laa ilaha illalLah Muhammadurrasulullah membawa makna kepada inqilab Islami. Contoh dan bukti ini dapat dilihat dari perjalanan nabi Muhammad Saw. Sahabat nabi yang telah menerima syahadatain akan merubah dirinya menjadi Islam dan bahkan merubah cara atau gaya kehidupannya secara keseluruhan mengikuti Islam. Perubahan ini di sebut dengan inqilab Islam. Inqilab Islam yaitu perubahan total yang dilaksanakan dalam berbagai bidang misalnya bidang aqidah,ruh/kejiwaan, fikrah/pemikiran, syuur/perasaan/selera,tingkah laku, tsaqafah/pengetahuan, masyarakat. Semua perubahan ini akan membawa pada perubahan yang menyeluruh kedalam gerakan untuk menuju kepada Islam yang kaafah. Hasiyah CCXCVIII. Laa ilaha illallah Syarah A. Laa ilaha illallah Muhamadurrasulullah sebagai dasar perubahan peribadi dan ummat. Kalimat ini mempunyai makana yang revolusioner yaitu perubahan yang menyeluruh dan mendasar. Walaupun demikian perubahan yang di kehendaki Islam adalah perubahan yang bertahap dan mengikuti fitrah Islam dan fitrah manusia yang dilengkapi dengan kesadaran Islam yang sempurna. Kalimah syahadat sebagai kalimat perubahan dapat dibuktikan oleh banyak sahabat nabi yang baru menerima Islam melaui syahadat terus berubah dan mempunyai azam untuk dan mengamalkan Islam. Laa ilaha illalLaah Muhammadurrasulullah telah terbukti memiliki makna yang sangat besar sehingga nabi Muhammad Saw memberikan tumpuan kepada kepentingan syahadat di dalam dasar Islam, sebagai pintu gerbang, syahadat akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat, syahadat akan menjauhkan diri dari neraaka dan keutamaan lainnya. Kepentingan syahadat yang besar ini sangat sesuai dengan arti dan makna syahadat yang juga besar. Hanya kepada Allah saja kita menjadikan ilah dan hanya kepada Muhammad sebagai model.Pengertian ilah dan rasul yang kemudian diteruskan dengan pengakuan kepada kalimah Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah menjadikan perubahanperubahan peribadi. Dari syahadat Laa ilaha illallah ini di dapati banyak aplikasi dan implikasi kedalam kehidupan yaitu perubahan total dan mengikuti Islam secara keseluruhan. Dalil B. Rujuk kepada bahan-bahan A (Makna syahadatain) CCXCIX. Inqilab Islami Syarah A. Dengan syahadat atau pengamalan Laa ilaha illallah Muhammadurrasululah akan bermakna inqilab Islami. Inqilab Islami yaitu perubaha secara total di dalam berbagai bidang misalnya bidang aqidah, ruh/kejiwaan, fikrah/pemikiran, syuur/perasaan/selera, tingkah laku, tsaqafah/pengetahuan, masyarakat,politik dan ekonomi. B. Perubahan yang menyeluruh dan total adalah buah dari syahadat dengan memahami secara benar Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah. Kafir qurais dan pemuka-pemuka jahiliyah mengenal pasti arti implikasi Laa ilaha illallah 190
Muhammadurrasulullah, sehingga mereka boleh membuat ramalan-ramalan keatas pengikut dan pembawa kalimat Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah. Mereka meramalkan bahwa Islam akan menguasai dunia , Islam dimusuhi oleh para raja dan sebagainya. C. Kalimah Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah yang dipahami oleh muslim menjadi ruh dan inspirasi menggerakkan amal dan ibadah. Dengan syahadat pula kita dapat merubah peribadi-peribadi ke segala aspek kehidupan. Islam yang membawa panduan kehidupan secara keseluruhan akan mudah di simpulkan di dalam kalimah Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah. Dengan faham dan amalkan kalimah syahadat akan didapati perubahan-perubahan pada individu. Dalil CCC. Siroh nabawiyah CCCI. Islam yang kaafah Syarah CCCII.Perubahan Islam melalui pemahaman dan amalan syahadat akan membawa manusia kedalam perubahan yang menyeluruh di dalam seluruh kehidupan. Inqilab Islam akan membawa pada perubahan menyeluruh dalam gerakan menuju pada Islam yang kaafah. Islam kaafah seperti yang di kehendaki oleh Allah Swt. Memasuki Islam secara menyeluruh berarti siap berhadapan dengan langkah syetan. Langkah syetan yang sistematik dengan hizbnya senantiasa membawa kepada kejahiliyaan dan menjauhkan diri dari Islam kaafah. Islam kaafah berarti menerima semua aturan Islam dan mengamalkan Islam ke dalam kehidupannya. Dalil CCCIII. 2: 208; wahai orang-orang yang beriman! Masukalah kamu ke dalam agama Islam (dengan mematuhi) segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah syetan; sesungguhnya syetan musuh bagi kamu yang terang nyata. Ringkasan A. Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah membawa makna inqilab Islami yaitu perubaha secara total di dalam berbagai bidang misalnya bidang aqidah, ruh/kejiwaan, fikrah/pemikiran, syuur/perasaan/selera, tingkah laku, tsaqafah/pengetahuan, masyarakat.Semuanya membawa pada perubahan menyeluruh dalam gerakan menuju pada Islam yang kaafah(2: 208). K5. TAKLIFUL QULUB Sasaran B. Memahami bahwa ta’liful qulub beserta factor-fakror pendukungnya yang mengokohkan kondisi umat C. Memahami bahwa ikatan hati dalam jalan Allah akan melahirkan kenikmatan dari Allah D. Dapat menyebutkan contoh-contoh kelekatan hati dikalangan salafus sholeh teritama dalam jihad fi sabilillah. Sinopsis Ummat Islam perlu diikat dengan aqidah. Ikatan aqidah akan berjaya apabila ikatan keatas hati ummat. Aqidah yang bertengger keatas hati yang bersih dan salim. Kesatuan hati ini bermakna bertemu dengan landasan cinta, berjumpa dalam rangka taat, asaling bersatu untuk da’wah dan saling berjanji untuk jihad. Semua cirri ikatan hati ini adalah cirri untuk mengukukuhkan ikatan hati. Dengan ikatan hati ini maka senantiasa berada dalam harapan, selalu di berikan cinta, di berikan 191
bimbingan jalan-jalan keselamatan, dipenuhi cahaya, dilapangkan dada, di bangkitkan dengan makrifatullah, dan di wafatkan dalam keadaaan syahid. Pemberian ini semuanya merupakan kurnia Allah. Bahan takliful qulub ini merupakan bahan yang diambil dari inti sari do’a rabithah yang di susun oleh imam syahid Hasan Al Banna. Hasiyah CCCIV. Kesatuan Hati Syarah A. Takliful qulub berarti kesatuan hati. Peribadi-peribadi muslim menjadikan kesatuan hati sebagai kekuatan ukhuwah dan kekuatan Islam. Da’wah dan jamaah bersatu berdasarkan peribadi-peribadi yang hatinya bersatu. Kesatuan hati manusia adalah urusan Allah karena hanya dengan autoritas dan kehendakNya saja hati manusia bersatu. B. Da’wah Islam yang dibawa oleh para aktivis dan da’i di ikat dengan kesatuan hati. Aktivis da’wah di dalam menjalankan da’wahnya mesti menjadikan pertemuannya berdasarkan dengan landasan cinta. Mereka berjumpa dalam rangka taat kepada Allah, saling bersatu untuk menjalankan da’wah dan saling berjanji untuk menjalankan jihad. C. Ikatan hati tidak mungkin tercapai apabila tidak diiringi dengan amal dan da’wah. Beramal, berda’wah dan jihad adalah media untuk bersatunya hati. Fizikal dan jasad boleh bersatu tetapi tidak menjamin kekuatan apabila tidak di kaitkan dengan ikatan hati. D. Cinta kepada Allah adalah dasar ikatan karena sama-sama mencintai Allah maka Allah Swt akan meyatukan hati manusia. Kesamaan mencintai Allah berarti kita bersedia menerima Islam berarti pula kesatuan hati akan mudah terpaut menjadi satu. Tanpa cinta maka tidak ada tempat bermuara yang kemudian akan meyulitkan ikatan dan kesatuan. E. Setelah mencintai dan sama-sama cinta maka kita bersma di dalam taat. Taat kepada Allah Swt sebagai kunci wujudnya ikatan hati yang di kehendaki. Allah Swt berfirman bahwa setelah islah maka taat kepada Allah adalah cara yang sesuai untuk menggerakkan hidayahikhwana(persaudaraan) sampai kepada kita. F. Da’wah dan jihad adalah implikasi cinta kepda Allah. Dengan da’wah dan jihad , ikatan hati semakin di perkuat karena bentuk tafahum, taawun dan takaful akan di capai dan lebih di rasakan bagi semua aktivis. Tanpa da’wah dan jihad akan susah berlakunya persatuan. Tidak ada media pemersatu sehingga akan menghasilkan pertembungan di kalangan sendiri. Dalil 1. 2: 165;(Walaupun demikian), ada juga dari manusia yang mengambil selain Allah(untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagai mana mereka mencintai Allah; sedangkan orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengeteahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat, bahwa sesunggunya dan kekuasaanitu semuanya tertentu bagi Allah , dan bahwa sesungguhnya Allah maha berat azab dan siksaNya,(Niscaya mereka tidak melakukan kezliman itu) CCCV. CCCVI. 3: 32; Katakanlah(wahai Muhammad) “Taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya.Oleh itu,jika kamu berpaling (mendurhaka), maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir. CCCVII. 41: 33; Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada(mengesakan dan mematuhi perintah) Allah , serta ia sendiri yang mengerjakan amal sholeh ,sambil berkata: ”Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepad Allah)!” 192
CCCVIII. hadits CCCIX. 5: 7; Dan kenanglah nikmat Allah (yang telah di kurniakanNya) kepada kamu serta ingatlah perjanjianNya yang telah diikatNya dengan kamu, ketika kamu berkata: ”kami dengar dan kami taat (akan perintah-perintah Allah dan RasulNya)” Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,karena sesungguhnya Allah maha mengetahui akan segala (isi hati) yang ada di dalam dada. CCCX.29: 2,6,69; Patutkan manusia menyangka bahwa mereka akan di biarkan dengan hanya berkata: “kami beriman” , sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? Dan sesiapa yang berjuang (menegakkan Islam) maka sesungguhnya dia hanyalah berjuang untuk kebaikan dirinya sendiri; sesungguhnya Allah maha kaya (tidak berhajatkan sesuatupun) daripada sekalian mahluk.Dan orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh karena hendak memenuhi kehendak agama kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan kami (yang menjadikan mereka gembira dan beroleh keridhaan) ; dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan ) Allah adalah beserta orang-orang yang berusaha membaiki amalanya. CCCXI. Mengukuhkan ikatan hati Syarah CCCXII. Ikatan hati yang dilandasi cinta dan taat kemudian di implikasikan kepada da’wah dan jihad akan menghasilkan ikatan hati yang kukuh. Sehingga, ikatan yang kukuh ini akan membuahkan hasil berupa harapan-harapan. CCCXIII. Harapan-harapan yang kita kehendaki dari ikatan hati di dalam da’wah dan jihad ini adalah agar selalu di berikan cinta , di berikan bimbingan jalan-jalan keselmatan, dipenuhi oleh cahaya, di lapangkan dada, di bangkitkan dengan makrifatullah dan kemudian diakhiri dengan harapan di wafatkan dalam keadaan syahid. Dalil 1. 5: 54; 5: 54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya. CCCXIV. 5: 16; Dengan Al qur’an itu Allah menunjukkan jalan-jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keridhaanya,dan dengannya Tuhan keluarkan mereka dari gelap gulita kifur kepada cahaya iman yang terang benderang , dengan izinnya dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka kejalan yang lurus. CCCXV. 29: 69; dan orng-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena hendak memenuhi kehendak agama kami ,sesungguhnya kami akan memimpin mereka ke jalanjalan kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keridhaan dan sesungguhnya pertolongan dan bantuan Allah adaalh beserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya. CCCXVI. 2: 257; Allah pelindung yang mengawal dan menolong orang-orang yang beriman.ia mengeluarkan mereka dari kegelapan kufur kepada cahaya iman dan orangorang kafir penoong-penolong mereka adalah taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya iman kepada kegelapan kufur mereka ituklah ahli neraka mereka kekal di dalam nya.
193
CCCXVII. 24: 35-37; Allah yang menerangi langit dan bumi . bandingkan nur hidayah petunjuk Allah kitab suci Al Qur’an adalah sebgai sebuah misykaat yang berisi sebuah lampu almpu itu dalam geluk kaca qandil ,geluk kaca itu pula jernih terang laksana bintangyang bersianar cemerlang; lampu itu dinyalakan dari pokok yang banyak manfaatnya ,yaitu pokok zaitun yangbukansaja di sinari matahaarihampir-hampir minyak itu –dengan sendiri-memancarkan cahaya bersinar karena jernihnya walaupun ia tidak disentuh api ; sinaran nur hidayah yang demikian adalah bandingannya adlah sinaran yang berganda-ganda: cahaya berlapis cahaya.. Allah memimpin siapa yang di kehendakinya (menurut undang-undang dan peraturanya kepada nur hidayahnya itu CCCXVIII. 6: 125; Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memeberi hidayah petunjuk kepdanya niscaya ia melapangkan dadanya(membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan sesiapa yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, niscaya ia menjadikan dadanya sesak sempitsesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik kelangit(dengan susah payahnya) demikianlah Allha menimpakan azab kepda orangorang yang tidak beriman. CCCXIX. 6: 122; Dan adkah orang yang mati (hatinya dengan kufur), kemudian kami hidupkan dia semula (dengan hidayah petunjuk), dan Kami jadikan baginya cahaya (iman) yang menerangi (sehingga dapatlah ia membedakan antara yang benar dengan yang salah,dan dapatlah)ia berjalan dengan seluruh cahaya itu dalam masyarakat manusia,(adakah orang yang demikian keadaannya) sama seperti yang tinggaltetap di dalam gelap gelita (kufur),yang tidak dapat keluar sama sekalidaripadanya? CCCXX. 42: 52-53;Dan demikianlah kami wahyukan kepada Muhammad Al Qur’an sebagai ruh yang menghidupkan hati perintah kami ; engkau tidak pernah mengetahui apakah iman itu ;akan tetapi kami jadikan AlQur’an cahaya yang menerangi ,kami beri petunjuk dengan sesiapa yang kami kehendaki di antara hambahamba kami .dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah memberi petunjuk dengan Al Qur’an itu ke jalan yang lurus, yaitu jalan Allah yang memiliki dan menguasai segala yang ada di langit dan di bumi.Ingatlah! kepada Allah jualah kembali segala urusan. CCCXXI. 3: 154; Kemudian sesudah (kamu mengalami kejadian) yang mendukacitakan itu, Allah menurunkan kepada kamu perasaan aman tentram, yaitu rasa mengantuk yang meliputi segolongan dari kamu(yang teguh imannya lagi ikhlash),sedang segolongan yang lain yang hanya mementingkan diri sendiri, menyangka terhadap Allah dengan sangkaan yang tidak benar,seperti sangkaan orang –orang jahiliyah. Mereka berkata: Adakah bagi kita sesuatu bahagian dari pertolongan kemenagan yang di janjikan itu?” Katakalah(wahai Muhammad): ”sesungguhnya (perkara (yang telah di janjikan) itu semuanya tertentu bagi Allah,(Dialah saja yang berkuasa melakukannya menurut peraturan yang di tetapkanNYa)”.Mereka sembunyikan dalam hati mereka apa yang mereka tidak nyatakan kepadamu.mereka berkata(sesama sendiri)”kalaulah ada sebahagian sedikit dari kita pertolongan kemenagan yang di janjikan itu, tentulah(orang-orang )kita tidak terbunuh di tempat ini?: ”katakanlah (wahai Muhammad)”kalau kamu berada di rumahkamu sekalipun niscaya keluarlahjuga orng – orang yang telah di taqdirkan(oleh Allah)akan terbunuh itu ke tempat mati masing – masing”.dan(yang berlaku di medan perang uhud itu) di jadikan oeleh Allah apa yang ada dalam dada kamu ,dan untuk membersihkan apa yang ada di dalam hati kamu. Dan (ingatlah), Allah senantiasa mengetahui akan segala(isi hati) yang ada di dalam dada. CCCXXII. 3: 169-170; Dan janganlha sekali-kali enkau engkau menyangka orangorang yang terbunuh (yang gugur syahid) pada jalan Allah itu mati,(mereka tidak mati) 194
bahkan mereka adalah hidup (secara istimewa)di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki;(Dan juga) mereka bersuka cita dengan kurnia Allah(Sbalasan mati syahid) yang telah di limpahkan kepda mereka , dan mereka gembira dengan berita baik mengenai (saudara-saudaranya) orang-orang (Islam yang sedang berjuang ), yang masih tinggal di belakang, yang belum (mati dan belum) sampai kepada mereka,(yaitu) bahwa tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berduka cita CCCXXIII. Keseluruhanya merupakan kurnia dari Allah. Syarah I. Keseluruhan harapan ini hayna Allah saja yang dapat mengabulkannya. Kurnia Allah berupa cinta, di berinya jalan keselamatan, cahaya Islam dan mati syahid adalah balasan bagi yang berda’wah dan berjihad. Tidak berjihad, kita tidak mendapatkan mati syahid, tidak berda’wah maka kita tidak dapat mengukur sejauh manakah peranan musuh-musuh Islam. Harapan dan balasan apapunjuga hanya didapati oleh muslim yang bersatu hatinya dan berda’wah. Ringkasan: II. Kesatuan hati: bertemu dengan landasan cinta (2: 165); berjumpa dalam rangka taat (3: 32); saling bersatu untuk da’wah (41: 33); saling berjanji untuk berjihad (hadits; 5: 7; 29: 2;,6,69). III. Semuanya ini untuk mengukuhkan ikata hati sehingga senantiasa dalam harapan: selalu di berikan cinta (5: 54; hadits); di berikan bimbingan jalan-jalan keselamatan (5: 16; 29: 69); di penuhi cahaya (2: 257; 24: 35-37); di lapangkan dada (6: 125); di bangkitkan dengan makrifatullah (6: 122; 42: 52-53); di wafatkan dalam keadaan syahid (3: 154; 3: 169-170). Keseluruhannya merupakan kurnia dari Allah. K.6 ASABABU TAFRIQAH WA ‘ILAJUHA Sasaran: I. Memahami sebab utama yang dapat menimbulkan perpecahan di kalangan umat dan akibat-akibatnya II. Dapat menyebutkan contoh-contoh bentuk perpecahan umat di masa lalu ataupun mas kini. III. Memahami dan menyadari sebab utama cara untuk menyatukan umat dan terdorong untuk merealisasikan. Sinopsis Kita selain memahami bagaimana cara dan usaha untuk membentuk umat juga di perlukan pemahaman apa sebab munculnya perpecahan dikalangan ummat. Sebab-sebab perpecahan tersebut dapat di gambarkan dalam proses perpecahan yang di mulai oleh melanggar perjanjian, kemudian mendapatka laknat dari Allah, kesal hatinya, mempermainkan minhaj, melupakan konsepsi, berkhianat; tumbuh kebencian satu dengan yang lain dan saling bermusuhan sehingga terjadi perpecahan. Proses ilajnya (perubahan) adalah dengan cara menepatiperjanjian sehingga memperoleh rahmah (kasih saying) Allah, komitmen dengan minhajnya, senantiasa ingat minhaj, sikap amanah, menumbuhkan saling kasih saying dan terjalin berkelindan ( mendarah daging) dan akhirnya timbullah kesatuan. Hasyah I. Sebab-sebab perpecahan dan ilajnya Syarah A. Kelemahan yang paling besar yang senantiasa menjejaskan kekuatan Islam adalah perpecahan di kalangan umat. Perpecahan ini benyak sebab selain factor dalaman (dari 195
kaum munafik, sebahagian kaum fasik) juga factor luaran seperti kafir dari musyrikin dan ahli kitab. Musuh-musuh Islam adlah mereka yang menentang Islam sama ada dari dalaman atau dari luaran Islam. Musuh-musuh Islam secara hakikatnya mereka di ciptakan oleh Allah mengikut fitrah dan mengikut sunatullah yang Allah telah tentukan, namun demikian musuh Islam telah melanggar janji dengan tidak mengakui fitrah yang ada pada dirinya dan juga tidak mengamalkan janjinya kepada Allah ketika menyatakan Allah sebagai Rab di masa manusia di dalam rahim ibunya. B. Perpecahan di sebabkan juga oleh karena orng-orang fasik yaitu orang-orang yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah sesudah di perteguhkanya, dan memutuskan perkara yang di suruh Allah supaya di perhubungkan, dan mereka pula membuat kerusakan dan bencana di muka bumi. Dalil II. 22: 26-27; yaitu orang yang melanggar janji Allah (perintahNya) setelah tegunya dan mereka itu memutuskan silaturrahmi yang di suruh Allah memperhubungkannya, lagi mereka berbuat bencana di muka bumi. Mereka itulah orang yang merugi.. III. Proses dan sebab terjadinya tafriqah Syarah IV. Proses dan sebab terjadinya tafriqah diawali oleh individu yang melanggar perjanjian dengan Allah. Keengkaran dan kerusakan yang dilakukan sebagai bentuk penolakan kepada hokum dan nilai-nilai Allah adalah satu bentuk melanggar perjanjian dengan Allah. Manusia secara umumnya pun dapat di sebut melanggar janji dengan Allah karena tidak mengikuti fitrah dan kecenderungan dirinya sebagai manusia yang Allah ciptakan.Selain itu bagi muslim yang sudah berjanji mengucapkan syahadat dengan sikap menjadikan Allah sebagai ilah dan juga menjadikan Muhammad sebagai rasul tetapi kemudian tidak menepatinya misalnya tidak mengikuti arahan, tidak mengerjakan ibadah, tidak beramal sholeh maka ini sebagai tanda munculnya pelanggaran. Muslim mestinya menepati janji untuk menjadikan Allah sebagai ilah satu-satunya dan tidak menjadikan ilah lain seperti hawa nafsu dan dunia sebagai tuhan sembahan dan ikutan. Begitu juga perjanjian terhadap menjadikan Muhammad sebagai Rasul dan uswah mesti diamalkan dengan meninggalkan segala uswah lain selain nabi. Pelanggaran ini juga bentuk tidak menepati janji syahadatnya. V. Melanggar perjanjian akan mendapat laknat Allah Swt, Sehingga Allah Swt tidak memberikan berkah dan rahmah. Manusia yang dilaknati Allah berarti mendapatkan kemurkaan Allah di mana hidup kita menjadi susah, tidak tenang dan tidak bahagia. VI. Tidak dapat rahmah dan juga tidak dapat berkah akan menjadikan keras hatinya, ia mudah saja menjadi marah, gelisah, susah dan tidak tenang. Keadaan jiwa yang demikian mungkin akan menyebabkan hati rusak dan bahkan akan mengalami ganguan jiwa. VII. Manusia yang mendapatkan laknat Allah kemudian hatinya menjadi keras dan mengakibatkan tingkah lakunya mengikuti hawa nafsu akan jatuh kepada sikap mempermainkan minhaj Islam, Islam di permainkan karena kecenderungan itu berdasarkan hawa nafsu yang tidak mempunyai prinsip dan kedudukan yang jelas. Islam di laksanakan sebahagian dan di tinggalkan sebahagian, begitupun dengan bentuk pemikiran yang mungugut Allah dan Islam dalam berbagai pandangan dan cara berfikirnya. VIII. Mereka yang melanggar janji ini akan sampai kepada melupakan minhaj dan konsep Islam yang mungkin di ketahuinya atau yang sudah di fahaminya. Melupakan
196
konsep secara sengaja atau mungkin tidak sengaja sebagai akibat maksiyat yang tumbuh di dalam dirinya akan menjejaskan ingatan dan kecenderungan nya yang positif. IX. Akhirnya mereka berkhianat dan melakukan tindakan dan tingkah laku yang menentang Islam dan tingkah laku yang menyesatkan. Allah Swt berfirman mengenai bahaya gangguan syetan yang mempengaruhi manusia sehingga menjadi sesat jalan. Khianat adalah orang yang tidak menunaikan amanah yang Allah berikan atau yang manusia berikan. Keadaan khianat menunjukkan peribadi yang tidak bertanggung jawab, sehingga khianat ini akan di musuhi oleh banyak orang dan juga di murkai oleh AllahSwt. X. Dengan sifat khianat ini tumbuh sifat kebencian satu dengan yang lain dan saling bermusuhan. Peribadi yang tidak bertanggung jawab danyang khianat kepada manusia dan Allah akan membuktikan kerusakan yang dilakukannya. Manusia akan saling benci dan permusuhan akan berlaku. Tindakan dan tingkah laku berdasarkan kemauan sendiri dengan tidak mengambil kepentingan masyarakat atau orang lain. XI. Akhirnya terjadi perpecahan dikalangan manusia. Dalil XII. 2: 26-27;Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perbandingan apa saja , (seperti) nyamuk hingga ke suatu yang lebih daripadanya (karena perbuatan itu ada hikmahnya), ysitu kalau yang orang-orang beriman maka mereka akan mengetahui bahwa perbandingan itu benar dari Tuhan meeka; dan kalau orang-orang kafir pula maka mereka akan berkata “Apakah maksud Allah membuat perbandingan ini?”(jawabnya): Tuhan akan menjadikan banyak orang sesat dengan sebab perbandingan itu ,dan akan menjadikan orang mendapat petunjuk dengan sebabnya; dan Tuhan tidak akan menjadikan sesat dengan sebab perbandingan itu melainkan orang-orang yang fasik; (yaitu) orang-orang yang merombak (mencabuli ) perjanjian Allah sesudah di perteguhkannya, dan memutuskan perkara yang di suruh Allah supaya di perhubungkan, dan mereka pula membuat kerusakan dan bencana di muka bumi. Mereka itulah orangorang yang rugi . XIII. 5;13; Maka dengan sebab mereka mencabuli perjanjian setia mereka, Kami laknatkan mereka, dan kami jadkan hati mereka keras membatu(tidak mau menerima kebenaran). Mereka senantiasa mengubah kalimah-kalimah (yang ada di dalam kitab taurat dengan memutarnya)dari tempat-tempatnya(dan maksudnya) yang sebenar, dan mereka melupakan(meninggalkan) sebahagian dari apa yang diperingatkan mereka mereka dengannya .Dan engkau(wahai muhammad) senantiasa dapat melihat perbuatan khianat yang merek yang mereka lakukan, kecuali seikit dari mereka (yang tidak belaku khianat). Oleh itu, maafkanlah mereka(jika mereka bersedia bertaubat) dan janganlah di hiraukan, karena sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalannya. XIV. proses ilaj Syarah I. Karena sebab perpecahan adalah tidak menepati janji maka cara penyelesaian atau ubatnya adalah menepati janji. Proses ilajnya di awali dengan menepati perjanjian. Perjanjian sebagai manusia muslim dan beriman yang juga perjanjian sebagai manusia dalam mengikuti fitrah dan pengakuan kepada Allah sebagai Rab. Dengan janji yang di tepati kepada Allah, juga akan menepati janji kepada manusia dalam hubungannya sesama manusia. II. Usaha menepati janji ini kepada Allah Swt akan memperoleh rahmah (kasih saying) Allah. Allah mencintai manusia yang sportif dan jujur karena mengakui keadaan 197
dirinya dan komitmen kepda yang sudah di sepakati sehingga mengamalkanya. Rasa berterima kasih dan bersyukur kepada Allah juga merupakan sikap orang yang menerima keberadaan Allah dan manusia yang menepati janji. Mereka tentunya mendapatkan kasih sayang sebagai balasan atas komitmen dan usaha untuk menepati janji. III. Muslim yang senantiasa menepati janji dan mendapatkan rahmah dari Allah akan menjadikan hatinya halus, tidak kasar, tidak keras dan tidak rusuh. Manusia yang mendapatkan rahmah dari Allah akanmenjadikan dirinya tenang ,halus, baik,budi bhasa, tidak pemarah dan tenang. Hasil rahmah yang menenangkan hati ini akan menjadikan individu memberikan komitmen dengan minhajnya. IV. Komitmen dengan minhaj Islam adaalh cirri mereka yang menepati janji terhadap manusia atau Allah Swt akan selalu mengikuti minhaj yang dijadikan panduan dan yang di terimanya. V. Dengan demikian mereka pun senantiasa merujuk kepada aturan , bimbingan,arahan dan kesepakatan yang di buat oleh kita bersama manusia ataupun kepada Allah yang sebelum kita di lahirkan berjanji kepada Allah. VI. Sikap amanah akan muncul pada peribadi yang menepati janji. Dengan amanah inni , manusia yang berhubungan dengannyadan membuat perjanjian dengannya akan merasakan kepuasan. Sedangkan amanah kepada tanggung jawab yang Allah berikan kepada manusia untuk menjadi khalifah akan dapat dilaksanakan dengan cara yang baik. Peranan yang membangun (al imarah) dan peranan memelihara (ar ri’ayah) ini dapat dilaksanakan oleh mereka yang amanah. VII. Amanah akan menumbuhkan saling kasih sayang dan berjalin berkelindan (mendarah daging) yang kemudian timbullah kesatuan. Ringkasan: VIII. Sebab-sebab perpecahan dan ilajnya: proses sebab terjadinya oleh melanggar perjanjian(2: 26-27); mendapat taat kepada Allah (5: 13); kesal hatinya; mempermainkan minhaj, melupakan kosepsi; berkhianat; tumbuh kebencian satu dengan yang lain dan saling bermusuhan sehingga terjadi perpecahan. IX. Proses ilajnya adalah menepati perjanjian sehingga memperoleh rahmah (kasih sayang) Allah; komitmen dengan minhajnya, senantiasa ingat minhaj; sikap amanah; menumbuhkan saling kasih sayang dan berjalin berkelindan (mendarah daging) dan timbulah kesatuan. K.7 UKHUWAH ISLAMIYAH Sasaran X. Memahami hakikat dari ukhuwah Islamiyah dan dapat menyebutkan cara mengaplikasikan dalam kehidupan umat. XI. Memahami langkah-langkah perwujudan ukhuwah yang diperlukan untuk membentuk uamat yang bersatu dalam satu barisan XII. Termotivasi mewujudkan ukhuwah Islamiayah dan terdorong untuk mengalikasikan sehingga terbentuk satu barisan. Sinopsis Ukhuwah Islamiyah diawali dengan hubungan secara peribadi dan juga secara berjamaah (bersama-sama). Secara peribadi mislnya berjumpa di masjid, seklah, kampus atau hubungan ayng dilakukan secara fardiyah sedangkan hubungan berjamaah biasanya melalui program ammah. Dari hubungan ini maka muncul taaruf yang diawali dengan mengenal fizikal, kemudian melaui perjalanan masa juga akan mengenali pemikiran dan kejiwaan nya. Taaruf pemikiran dan nafsiyah (personality, emosi dan kejiwaan)
198
sangatlah penting bagi wujudnya persaudaraan muslim sehingga akan memperlancar perjalanan amal jamai. Dari taaruf ini muncul saling memahami (tafahum) yaitu dengan cara menyatukan hati, menyatukan pemikiran dan juga menyatukan amal. Tafahum lancar maka tawun pun dapat diamalkan secara baik. Taawun secara hati (saling mendoakan), secara pemikiran (berbincang dan menasehati), Dan secara amal (Bantu membantu). Berikutnya takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful hati saling menyatu, saling menyayangi. Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat. Hasiyah 1. Ukhuwah Islamiyah Syarah a) Ukhuwah Islamiyah atau persadaraan Islam merupakan ikatan yang akan mewujudkan kekuatan Islam. Aqidah yang sudah tertanam di hati aktivis da’wah tetapi tidak diikat dengan ukhuwah maka akan melemahkan kerja da’wah dan matlamat tidak akan tercapai. Persatuan atau jamah tanpa menjadikan ukhuwah sebagai ikatan maka akan menjatuhkan harakah itu sendiri. Dengan ukhuwah pula kesatuan kerja, amal dan aktivitas akan berlaku. Selain itu juga kesatuanberfikir dan kesatuan di dalam hati akan menambah mantap kekuatan Islam. b) Setiap orang yang beriman adalah bersaudara, sedangkan perselisihan yang muncul diantaranya adalah sesuatu yang wajar. Sahabat nabi yang mempunyai kualitas aqidah yang tinggi dan sangat dekat dengan RasulullahSaw pun masih di dpati perselisihan. Perselisihan diantara manusia adlah sunnah dan bisa , hanya sja bagaimana sekarang ini kita menghadapi hubungan sesama manusia dan perselisihan ini dengan sikap saling memperbaiki dan mengembalikan diri kita kepada Allah Swt meleui ketaatan sehingga Allah akan turunkan rahmah kepada kita. c) Persaudaraan di dalam Islam adlah sesuatu yang wajib dan perlu diamalkan sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juaga diakhirat. Namun demikian ,ukhuwah Islamiyah ini banyak seka dukanya.proses dan pelaksanaan ukhuwah Islamiyah ini di cabar oleh banyak perkara yang bersifat dalaman diri atau luaran diri.Hawa nafsu dan keadaan persekitaran juga mempengaruhi akidah ini. Dalil XIII. 49: 10; Orang-orang mukmin itu bersaudara , sebab itu perdamaikanlah antara dua orang bersaudara mu dan takutlah kepada Allah mudah-mudahan kamu mendapat rahmah XIV. 8: 1; Mereka itu menanyakan kepada engkau tentang harta rampasan perang. Katakanlah: Harta rampasan perang itu adalah untuk Allah dan Rasul. Sebab itu takutlah kepada Allah dan perbaikilah urusan dintaramu dan ikutlah Allah dan Rasulnya, jika kamu orang beriman. 2.Hubungan peribadi dan secara berjamaah (bersama-sama) Syarah XV. Sebagai manusia tentunya kita berhubungan dan bergaul dengan manusia. Tiada manusia yang tidak bergaul dengan manusia, hubungan ini merupakan keperluan dan tuntutan sebagai manusia hidup yang senantiasa saling membantu dan berinteraksi. XVI. Hubungan sesama manusia dapat terlaksana melalui cara peribadi atau secara bersama-sama . Hubungan ini dapat dilaksanakan dimana saja, seperti di tempat bekerja ,di sekolah dan di masyarakat seperti di surau/masjid. Setiap hubungan manusia ini bagi seorang dai akan di jadikannya sebagai pintu untuk menjalankan da’wah.
199
XVII. Persaudaraan Islam akan menjadikan hubunagn di antara manusia ini sebagai media untuk bertaaruf.Peluang bertaaruf dengan berhubungan sesama manusia secara peribadi biasanya lebih berkesan di bandingkan dengan cara jamai Dalil XVIII. Sirah nabawiyah 1. Melaksanakan taaruf Syarah XIX. Huabungan sesama manusia akan menjadikan kita mengenal individu lainnya. Perkenalan pertama biasanya berhubungan dengan fizikal seperti tubuh, badan , muka, gaya pakaian, gaya berjalan, tingkah laku yang nampak, rumah , pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Melaksanakan taaruf di awali secara fizikalini kemudian di lanjutkan mengenal secara pemikiran dan kejiwaan. XX. Mengenal pemikiran biasanya dilakukan dengan perbincangan , perbentangan , analisa isu semasa, memberikan pandngan ,latar belakang pendidikan, kecenderungan berfikir, cara menaggapi sesuatu dan minat kepada tokoh pemikir tertentu. XXI. Mengenal kejiwaan bermaksud mengenal kepribadian, emosi dan tingkah laku. Mengenal sifat dan watak merupakan bahagian mengenal kejiwaan ini. Tanpa mengenal ini maka ukhuwah Islamiyah akan mudah terjejas dan di ganggu dengan tidak mengenal kejiwaan ini. Setiap manusia adalha unik dan setiap manusia mempunyai cirri-ciri khas tertentu yang membedakn dengan orang lain. Manusia dengan perbedaan latar belakang ,perbedaan pendidikan, perbedaan ibu bapa, perbedaan gaya asuh, dan perbedaan-perbedaan lainnya akan membedakan kejiwaan seseorang. Dalil XXII. 49: 13;Wahai umat manusia sesungguhnya Kami tela menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak , supaya kamu berkenal-kenalan(dan beramah mesrasatu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya diantara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsa). Sesungguhnya Allah maha mengetahui,lagi maha mendalam pengetahuanNya(akan keadaan dan amalan kamu) 1. Saling memahami Syarah XXIII. Setelah taaruf ini akan mewujudkan suatu keadaan saling memahami. Saling memahami (tafahum) adalah kunci ukuwah Islamiyah.tanpa tafahum maka ukhuwah tidak aakan berjalan.Proses taaruf boleh di jadualkan tetapi tafahum ini mesti berjalan seperti berjalannya ukhuwah itu sendiri.Dengan ukhuwah yang di warnai oleh tafahum menjadikan suasana yang baik dan tenang. Masing-masing individu memahami kekuatan dan kelemahan dan menerima keadaan masing-masing sehingga akan memunculkan taawun dan persaudaraan. Ukhuwah tidak akan berjalan apabila seseorang senantiasa ingin di pahamitetapi tidak berusha memahami orang lain. Ukhuwah berjalan dengan baik apabila muncul saling memahami dan saling menerima masing-masing . Mengenal kawan kita sensitive maka kita faham bagaimana berhubungan dengan dia, begitu juga kita mengenal bahwa teman kita cakapnya keras maka kita faham mengenainya dan tidak perlu marah pula. XXIV. Saling memahami terhadap setiap keadaan sahabat ini dilakukan dengan cara menyatukan hati menyatukan pemikiran dan menyatukan amal. Menyatukan hati sebagai langkah yang pertama karena hati adalah asa persatuan. Allah saja yang akan menyatukan hati manusia , kuasa ini tidak pada manusia. Hati yang bersatu maka akan memudahkan persatuan lainnya. Keterikatan juga perlu diteruskan kepada pemikiran dan 200
amal. Dengan tafahum ini maka muncul keterikatan hati,keterikatan pemikiran sesamanya dan keterikatan amal. Dalil I. 8: 60;Dan sediakanlah untuk menentang mereka(musuh yang menceroboh) segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dandari pasukan –pasukanberkuda yang lengkap sedia, untuk menggerunkan dengan persediaan itu musuh Allah dan musuh kamu serta musuh-musuh yang lain dari mereka yang kamu tidak mengetahui nya; sedang Allah menetahuinya.Dan apa saja yang kamu belanjakan pada jalan Allah akan di sempurnakan balasannya kepada kamu,dan kamu tidak akan dianiaya. 5.Taawun Syarah II. taawun muncul setelah terlaksananya tafahum ssama kita . Taawun dapat dilaksanakan secara hati(saling mendoakan);secara pemikiran(berbincang dan menasehati); secara amal(Bantu membantu). Saling membantu di dalam kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia tidak akan dapat hidup sendiri sehingga ia mesti hidup bersama-sama .Kebersamaan akan mempunyai nilai apabila kita adakan saling membantu. Dalil III. 5: 2;…. Dan hendaklah kamu bertolong tolonganuntuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan percerobohan.Dan bertaqwalah kepada Allah ,karena sesungguhnya Allah maha berat azab dan siksaNya(bagi sesiapa yang melanggar perintahnya) 6.Takaful Syarah I. Takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful ini maka hati akan saling menyayangi. Takaful berarti merasakan senasib sepenaggungan . Rasa sedih dan susah sahabat kita dapat kita rasakan dan kita serta merta membantunya. Takaful sebagai tingkat ukhuwah yang tinggi. Takaful terlaksana setelah proses sebelumnya berlangsung.Proses takaful sangat bergantung kepada pelaku-pelaku ukhuwah Islamiyah ini. Hadits nabi dan berbagai cerita hubungan para sahabat adalah menggambarkan bagaimana pelaksanaan takaful ini. Sahabat nabi yang merasa kehausan di masa perang kemudian mendengar sahabat lainnya merintih meminta minum maka ia berikan air kepada sahabatnya walaupun ia memerlukan. Contoh mementingkan sahabatnya terlebih dahulu (itsar) adalah cirri ukhuwah. Dalil II. Hadits; Tidak akan beriman seseorang diantaramu apabila kamu tidak mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri. 7.Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat Syarah III. Ukhuwah Islamiyah di mulai melalui hubungan manusia sebagai aktivitas fitrah manusia dan di warnai dengan huznuzon pada masa tafahum, dan di sertai salmtusoddrdi masa taawun. Setelah terbentuknya masa kesatuan di dalam berfikir, amal dan hati maka takaful akan menghantarkan kita kepada kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat. Umat yang satu barisan dan ummat yang satu dimana satu dari segi fikrah dan matlamat tetapi berbeda dalam kejiwaan akan menjadikan suatu kekuatan Islam. Perbedan menjadikan media amal jamai dan menambah dinamik hubungan sesama manusia. Ringkasan: IV. Ukhuwah Islamiyah: hubungan peribadi dan secara berjamaah (bersama-sama) 201
V. Melaksanakan taaruf (49: 13);secara fizikal, pemikiran dan kejiwaan VI. Saling memahami dan menyatukan hati (8: 60); menyatukan pemikiran ; meyatukan amal VII. Taawun (5: 2) secara hati (saling mendoakan); secara pemikiran (berbincang dan menasehati); secara amal (Bantu membantu) VIII. Takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful hati saling menyatu, saling menyayangi. IX. Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat. L.1. AHAMMIYYAH TARBIYAH Sasaran: · Memahami pentingnya tarbiyah dalam membentuk khairu ummah dan akibatakibat yang ditimbulkan karena tidak adanya tarbiyah. · Mengetahui dan memahami marhalah yang ditempuh Rasulullah Saw dalam menjalankan tarbiyah. · Menyadari bahwa terbentuknya tarbiyah yang benar dapat memberikan kebahagiaan yang besar dalam kehidupan ummat. Ringkasan: Tarbiyah Islamiyah yang dibawa oleh Rosul dan Islam adalah untuk memperbaiki manusia. Keadaan jahiliyah yang dikenal dengan ummat jahiliyah di zaman Rosul mempunyai ciri-ciri bodoh, hina, lemah, miskin, dan berpecah-belah. Keadaan ini boleh berlaku pada saat ini dan juga mungkin terdapat di kalangan muslim sendiri. Kejahiliyahan ini membawa kita kepada kesesatan yang nyata. Allah Swt melalui RasulNya memberikan tarbiyah dan Islam adalah tarbiyah kepada manusia. Al Qur’an menjelaskan berbagai marhalah dan metode tarbiyah. Tarbiyah memiliki tiga marhalah yaitu tilawah, tazkiyah, mengajarkan dan mempelajari kitab dan hikmah. Di antara pentingnya kita mengikuti tarbiyah adalah karena Al Qur’an dan hadits menyuruh kita untuk belajar, berilmu, dan mengikuti pendidikan seumur hidup dan juga karena banyaknya keuntungan yang diperoleh dari tarbiyah ini. Beberapa keuntungan tarbiyah yang kita rasakan adalah mendapat petunjuk dari Allah Swt untuk memperoleh pengetahuan, harga diri (prestise), kekuatan, dan persatuan. Keseluruhannya akan membentuk khairu ummah. Hasiyah 1. Ummat Jahiliyah Syarah · Ummat jahiliyah adalah ummat yang ada di zaman sebelum nabi Muhammad Saw. Walaupun demikian ciri-ciri jahiliyah ini juga didapati pada masyarakat saat ini. Keadaan masyarakat jahiliyah adalah keadaan yang menggambarkan kerusakan dan kebodohan. Mereka secara pendidikan, teknologi, dan kemahiran termasuk tinggi tetapi peradaban, budaya, serta tingkah laku yang tercermin pada budaya, seperti binatang. Memperturutkan hawa nafsu adalah ciri kehidupan jahiliyah dan inilah yang menjadikannya sama dengan binatang, serta kehidupan seksual yang dimotivasi oleh faham hedonisme dan sebagainya. · Masyarakat jahiliyah mempunyai berbagai ciri, diantara ciri-cirinya adalah bodoh. Mereka bodoh karena tidak menerima hidayah. Abu Jahal (Bapak Kebodohan) yang diberi gelar oleh ummat Islam bukan karena dia bodoh ilmu, tetapi bodoh hidayah, sedangkan ia diberi gelar oleh kaumnya dengan julukan abu hakam (Bapak Pengadil). Tingkah laku yang mencerminkan kebodohan tidak menyadari bahwa tingkah lakunya menghancurkan dirinya. Pribadi jahiliyah tidak menyadari hakikat hidupnya, ia melihat 202
kebaikan padahal merupakan keburukan dan sebaliknya. Keadaaan jahiliyah akan menghancurkan peradaban dan kebudayaan. · Ummat jahiliyah dengan kebodohannya akan menjadikan dirinya hina. Kehinaan yang menimpa dirinya adalah karena ia sendiri yang menjadikan dirinya hina. Hina tidak terhormat karena kebanggaan yang diciptakannya melekat di status, di kereta, di rumah, di jawatan, dan sebagainya. Kehormatan yang bersifat materi ini sementara dan kebanggaan jahiliyah akan menjauhkan ia menuju ke derajat yang lebih rendah. Kehinaan terjadi apabila mereka tidak menghargai dirinya sebagai manusia yang mulia. Tindakan bodoh akan menjadikannya hina, walaupun tindakan tersebut dihiasi dengan berbagai kebanggaan, tetapi pada hakikatnya menipu. · Lemah sebagai akibat kejahiliahan. Kelemahan karena masa dihabiskan untuk hawa nafsu dan kepakaran digunakan untuk sementara dan kerusakan. Kelemahan ini terjadi karena individu jahiliyah tidak dapat menghargai dirinya sehingga ia tidak boleh mengaktualkan potensinya. Tidak adanya iman atau jahiliyah menjadikan dirinya tidak ada dukungan dan tidak mempunyai energi. · Berpecah belah adalah ciri umat jahiliyah dimana pegangan mereka tidak jelas dan pegangan tersebut hanyalah hawa nafsu. Hawa nafsu tidak mempunyai kekuatan, ia senantiasa bergerak mengikuti angin dan hawa nafsu pun tidak ada muara sehingga hawa nafsu senantiasa berubah dan tidak mempunyai arah. Pegangan hawa nafsu akan menjadikan kita tidak mempunyai panduan yang jelas bahkan akan menyesatkan. Perpecahan muncul karena tidak ada yang dapat dipegang, kesepakatan atau perjanjian akan mudah berubah sesuai dengan ciri hawa nafsunya. Dalil · 39: 64 ; Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang musyrik itu setelah jelas dalil-dalil Allah yang demikian), patutkah kamu menyuruhku menyembah atau memuja selain daripada Allah, hai orang-orang yang jahil?” · 25: 63 ; Dan hamba-hamba Ar Rahman (yang diridhaiNya), ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. · 33: 72 ; Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dholim dan amat bodoh. · 95: 4-5 ; Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaikbaiknya. Kemudian Kami kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). · 4: 28 ; Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikannya lemah. · 35: 14 ; Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau kamu mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. · 3: 103 ; Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 2. Berada di dalam kesesatan yang nyata 203
Syarah · Allah Swt menyebutkan bahwa mereka sebelum kedatangan Rosul dalam kondisi jahiliyah (kesesatan yang nyata). Kesesatan ini mempunyai berbagai ciri dan akibat yang jelas. Kesesatan berarti dipengaruhi oleh syetan dan menjadikan syetan sebagai kawan serta bertingkah laku yang berlawanan dengan nilai Islam. Kesesatan juga berarti mengamalkan sesuatu yang dilarang. Akibat kejahiliyahan itulah sehingga mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dalil · 62: 2 ; Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 3. Allah Swt melalui rasulnya memberikan tarbiyah Syarah · Turunnya Islam dengan kedatangan rasul adalah cara untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah masyarakat jahiliyah. Allah Swt menurunkan ayatNya dan diterima rasul yang kemudian disampaikan kepada manusia melalui tarbiyah yang merupakan gerakan penyelamatan atas kerusakan yang disebabkan oleh masyarakat jahiliyah di masa itu. Namun demikian peranan tarbiyah di saat itu masih sangat diutamakan mengingat keadaan jahiliyah terdapat kesamaan. Dalil · 2: 151 ; Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. · 3: 164 ; Sesungguhnya Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan di antara mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan rasul) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. · 62: 2 ; Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 4. Tarbiyah Syarah · Nabi Muhammad Saw memperbaiki ummat jahiliyah dengan melaksanakan tarbiyah. Tarbiyah memuat ayat-ayat Allah sehingga dengan tarbiyah ini akan menghasilkan masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai ilah. Tarbiyah yang dilakukan rasul adalah tarbiyah Qur’aniyah, yaitu tarbiyah dengan melakukan pendekatan Qur’an. Tarbiyah Imaniyah juga tumpuan utama tarbiyah rasul. · Beberapa cara rasul Saw melakukan tarbiyah adalah dengan cara tilawah, tazkiyah, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah (minhaj). Dalil · 96: 1 ; Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. · 2: 121 ; Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. 204
· 91: 7-10 ; Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. · 92: 17-21 ; Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Dan menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. · 3.79 ; Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia,”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan enyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. · 2: 269 ; Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan baeangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). 5. Kenikmatan yang besar Syarah · Individu dan masyarakat yang mengikuti tarbiyah dirinya akan dibimbing, dibangun, dan dipelihara oleh nilai-nilai Islam yang mulia. Dirinya akan jauh dari kejahiliyahan. Bebas dari jahiliyah maka ia akan mengikatkan dirinya kepada Allah Swt sehingga ikatan ini akan meninggikan status dari derajatnya di sisi Allah. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan juga di akhirat. · Hasil tarbiyah adalah kenikmatan yang besar yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan, dan persatuan. Dengan ilmu yang benar yang kita dapati melalui tarbiyah boleh menjadikan kita manusia yang berilmu dan sadar atas tingkah laku yang kita lakukan. Mempunyai ‘izzah Islam berarti mengembalikan dirinya hanya kepada Allah, bukan kepada benda-benda yang tidak bernilai. Dengan ‘izzah ini juga terdapat kekuatan Islam karena semangat yang ditumbuhkan melalui tarbiyah dapat membangkitkan suasana kecintaan dan perjuangan. Akhirnya melalui tarbiyah kita dapat disatukan dengan fikrah dan amal. · Banyak kenikmatan yang diperoleh melalui tarbiyah, selain tarbiyah ini adalah sunnah nabi ataupun arahan dari Allah, maka tarbiyah ini mengandung banyak manfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan juga bangsa. Dengan tarbiyah pribadi manusia menjadi jauh dari kebodohan yang kemudian ia dapat menaikkan harga dirinya kepada derajat mulia dan iapun boleh mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. · Tanpa tarbiyah maka syetan senantiasa mengganggu dan menjadikan kita sesat. Tanpa tarbiyah kita akan mudah sesat dan kita akan dijauhkan dari Islam. Dengan tarbiyah maka tawasau bil haq dan bish shobr akan berjalan sehingga dengan tarbiyah akan tercegah kemungkinan syetan membawa kita kepada kesesatan. · Suatu kerugian apabila kita meninggalkan tarbiyah. Tanpa tarbiyah kita tidak mendapat kejayaan. Hadirnya tarbiyah untuk menyelamatkan ummat jahiliyah adalah suatu hal yang beriringan dengan turunnya Islam. · Tarbiyah yang tidak dapat membentuk kenikmatan ini bukan tarbiyahnya yang tidak benar, tarbiyah sebagai wasilah rabbaniyah yang benar dan perlu diamalkan tetapi
205
kemungkinan manusia yang membawanya ke arah yang benar atau tidak mengikuti minhaj sehingga tarbiyah tidak berkesan. Dalil · 93: 7 ; Dan dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. · 49: 17 ;Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keimanan mereka. Katakanlah,”Jangan kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang memberikan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” · 96: 5 ; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. · 93: 8 ; Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. · 21: 90 ; Maka Kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orangorang yang khusyu’ kepada Kami. Khairu Ummah Syarah · Ummat jahiliyah berubah menjadi ummat Islam. Ummat Islam yang berdakwah dan senantiasa peduli dengan keadaan sosial, ummat, dan agamanya, maka ia disebut ummat yang baik. Ummat yang baik adalah ummat yang menjalankan amar ma’ruf dan nahyi munkar. Dalil · 3: 104 ; Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang yang beruntung. Ringkasan · Ummat jahiliyah (39: 64; 25: 63) ciri-cirinya adalah bodoh (33: 72), hina (95: 45); lemah (4: 28); miskin (35: 14); berpecah belah (3: 103). · Berada dalam kesesatan yang nyata (62: 2) · Allah Swt melalui RasulNya memberikan tarbiyah (2: 151; 3: 164; 62: 2) · Tarbiyah memiliki 3 marhalah, yaitu tilawah (96: 1; 2: 121, hadits), tazkiyah (91: 7-10; 92: 17-21); mengalimkan tentang al kitab (3: 79)dan al hikmah (2: 269, hadits) · Hasilnya adalah kenikmatan yang besar yaitu petunjuk (93: 7; 49: 17) seperti pengetahuan (96: 5), harga diri (63: 8), kekuatan (hadits), kekayaan (93: 8), persatuan (21: 90). Kesemuanya membentuk kkairu ummah (3: 104). L.1. AHAMMIYYAH TARBIYAH Sasaran: · Memahami pentingnya tarbiyah dalam membentuk khairu ummah dan akibatakibat yang ditimbulkan karena tidak adanya tarbiyah. · Mengetahui dan memahami marhalah yang ditempuh Rasulullah Saw dalam menjalankan tarbiyah. · Menyadari bahwa terbentuknya tarbiyah yang benar dapat memberikan kebahagiaan yang besar dalam kehidupan ummat. Ringkasan: Tarbiyah Islamiyah yang dibawa oleh Rosul dan Islam adalah untuk memperbaiki manusia. Keadaan jahiliyah yang dikenal dengan ummat jahiliyah di zaman Rosul 206
mempunyai ciri-ciri bodoh, hina, lemah, miskin, dan berpecah-belah. Keadaan ini boleh berlaku pada saat ini dan juga mungkin terdapat di kalangan muslim sendiri. Kejahiliyahan ini membawa kita kepada kesesatan yang nyata. Allah Swt melalui RasulNya memberikan tarbiyah dan Islam adalah tarbiyah kepada manusia. Al Qur’an menjelaskan berbagai marhalah dan metode tarbiyah. Tarbiyah memiliki tiga marhalah yaitu tilawah, tazkiyah, mengajarkan dan mempelajari kitab dan hikmah. Di antara pentingnya kita mengikuti tarbiyah adalah karena Al Qur’an dan hadits menyuruh kita untuk belajar, berilmu, dan mengikuti pendidikan seumur hidup dan juga karena banyaknya keuntungan yang diperoleh dari tarbiyah ini. Beberapa keuntungan tarbiyah yang kita rasakan adalah mendapat petunjuk dari Allah Swt untuk memperoleh pengetahuan, harga diri (prestise), kekuatan, dan persatuan. Keseluruhannya akan membentuk khairu ummah. Hasiyah 6. Ummat Jahiliyah Syarah · Ummat jahiliyah adalah ummat yang ada di zaman sebelum nabi Muhammad Saw. Walaupun demikian ciri-ciri jahiliyah ini juga didapati pada masyarakat saat ini. Keadaan masyarakat jahiliyah adalah keadaan yang menggambarkan kerusakan dan kebodohan. Mereka secara pendidikan, teknologi, dan kemahiran termasuk tinggi tetapi peradaban, budaya, serta tingkah laku yang tercermin pada budaya, seperti binatang. Memperturutkan hawa nafsu adalah ciri kehidupan jahiliyah dan inilah yang menjadikannya sama dengan binatang, serta kehidupan seksual yang dimotivasi oleh faham hedonisme dan sebagainya. · Masyarakat jahiliyah mempunyai berbagai ciri, diantara ciri-cirinya adalah bodoh. Mereka bodoh karena tidak menerima hidayah. Abu Jahal (Bapak Kebodohan) yang diberi gelar oleh ummat Islam bukan karena dia bodoh ilmu, tetapi bodoh hidayah, sedangkan ia diberi gelar oleh kaumnya dengan julukan abu hakam (Bapak Pengadil). Tingkah laku yang mencerminkan kebodohan tidak menyadari bahwa tingkah lakunya menghancurkan dirinya. Pribadi jahiliyah tidak menyadari hakikat hidupnya, ia melihat kebaikan padahal merupakan keburukan dan sebaliknya. Keadaaan jahiliyah akan menghancurkan peradaban dan kebudayaan. · Ummat jahiliyah dengan kebodohannya akan menjadikan dirinya hina. Kehinaan yang menimpa dirinya adalah karena ia sendiri yang menjadikan dirinya hina. Hina tidak terhormat karena kebanggaan yang diciptakannya melekat di status, di kereta, di rumah, di jawatan, dan sebagainya. Kehormatan yang bersifat materi ini sementara dan kebanggaan jahiliyah akan menjauhkan ia menuju ke derajat yang lebih rendah. Kehinaan terjadi apabila mereka tidak menghargai dirinya sebagai manusia yang mulia. Tindakan bodoh akan menjadikannya hina, walaupun tindakan tersebut dihiasi dengan berbagai kebanggaan, tetapi pada hakikatnya menipu. · Lemah sebagai akibat kejahiliahan. Kelemahan karena masa dihabiskan untuk hawa nafsu dan kepakaran digunakan untuk sementara dan kerusakan. Kelemahan ini terjadi karena individu jahiliyah tidak dapat menghargai dirinya sehingga ia tidak boleh mengaktualkan potensinya. Tidak adanya iman atau jahiliyah menjadikan dirinya tidak ada dukungan dan tidak mempunyai energi. · Berpecah belah adalah ciri umat jahiliyah dimana pegangan mereka tidak jelas dan pegangan tersebut hanyalah hawa nafsu. Hawa nafsu tidak mempunyai kekuatan, ia senantiasa bergerak mengikuti angin dan hawa nafsu pun tidak ada muara sehingga hawa nafsu senantiasa berubah dan tidak mempunyai arah. Pegangan hawa nafsu akan 207
menjadikan kita tidak mempunyai panduan yang jelas bahkan akan menyesatkan. Perpecahan muncul karena tidak ada yang dapat dipegang, kesepakatan atau perjanjian akan mudah berubah sesuai dengan ciri hawa nafsunya. Dalil · 39: 64 ; Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang musyrik itu setelah jelas dalil-dalil Allah yang demikian), patutkah kamu menyuruhku menyembah atau memuja selain daripada Allah, hai orang-orang yang jahil?” · 25: 63 ; Dan hamba-hamba Ar Rahman (yang diridhaiNya), ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. · 33: 72 ; Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dholim dan amat bodoh. · 95: 4-5 ; Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaikbaiknya. Kemudian Kami kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). · 4: 28 ; Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikannya lemah. · 35: 14 ; Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau kamu mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. · 3: 103 ; Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 7. Berada di dalam kesesatan yang nyata Syarah · Allah Swt menyebutkan bahwa mereka sebelum kedatangan Rosul dalam kondisi jahiliyah (kesesatan yang nyata). Kesesatan ini mempunyai berbagai ciri dan akibat yang jelas. Kesesatan berarti dipengaruhi oleh syetan dan menjadikan syetan sebagai kawan serta bertingkah laku yang berlawanan dengan nilai Islam. Kesesatan juga berarti mengamalkan sesuatu yang dilarang. Akibat kejahiliyahan itulah sehingga mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dalil · 62: 2 ; Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 8. Allah Swt melalui rasulnya memberikan tarbiyah Syarah · Turunnya Islam dengan kedatangan rasul adalah cara untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah masyarakat jahiliyah. Allah Swt menurunkan ayatNya dan diterima rasul yang kemudian disampaikan kepada manusia melalui tarbiyah yang merupakan gerakan penyelamatan atas kerusakan yang disebabkan oleh masyarakat
208
jahiliyah di masa itu. Namun demikian peranan tarbiyah di saat itu masih sangat diutamakan mengingat keadaan jahiliyah terdapat kesamaan. Dalil · 2: 151 ; Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. · 3: 164 ; Sesungguhnya Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan di antara mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan rasul) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. · 62: 2 ; Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 9. Tarbiyah Syarah · Nabi Muhammad Saw memperbaiki ummat jahiliyah dengan melaksanakan tarbiyah. Tarbiyah memuat ayat-ayat Allah sehingga dengan tarbiyah ini akan menghasilkan masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai ilah. Tarbiyah yang dilakukan rasul adalah tarbiyah Qur’aniyah, yaitu tarbiyah dengan melakukan pendekatan Qur’an. Tarbiyah Imaniyah juga tumpuan utama tarbiyah rasul. · Beberapa cara rasul Saw melakukan tarbiyah adalah dengan cara tilawah, tazkiyah, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah (minhaj). Dalil · 96: 1 ; Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. · 2: 121 ; Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. · 91: 7-10 ; Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. · 92: 17-21 ; Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Dan menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. · 3.79 ; Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia,”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan enyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. · 2: 269 ; Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan baeangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). 209
10. Kenikmatan yang besar Syarah · Individu dan masyarakat yang mengikuti tarbiyah dirinya akan dibimbing, dibangun, dan dipelihara oleh nilai-nilai Islam yang mulia. Dirinya akan jauh dari kejahiliyahan. Bebas dari jahiliyah maka ia akan mengikatkan dirinya kepada Allah Swt sehingga ikatan ini akan meninggikan status dari derajatnya di sisi Allah. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan juga di akhirat. · Hasil tarbiyah adalah kenikmatan yang besar yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan, dan persatuan. Dengan ilmu yang benar yang kita dapati melalui tarbiyah boleh menjadikan kita manusia yang berilmu dan sadar atas tingkah laku yang kita lakukan. Mempunyai ‘izzah Islam berarti mengembalikan dirinya hanya kepada Allah, bukan kepada benda-benda yang tidak bernilai. Dengan ‘izzah ini juga terdapat kekuatan Islam karena semangat yang ditumbuhkan melalui tarbiyah dapat membangkitkan suasana kecintaan dan perjuangan. Akhirnya melalui tarbiyah kita dapat disatukan dengan fikrah dan amal. · Banyak kenikmatan yang diperoleh melalui tarbiyah, selain tarbiyah ini adalah sunnah nabi ataupun arahan dari Allah, maka tarbiyah ini mengandung banyak manfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan juga bangsa. Dengan tarbiyah pribadi manusia menjadi jauh dari kebodohan yang kemudian ia dapat menaikkan harga dirinya kepada derajat mulia dan iapun boleh mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. · Tanpa tarbiyah maka syetan senantiasa mengganggu dan menjadikan kita sesat. Tanpa tarbiyah kita akan mudah sesat dan kita akan dijauhkan dari Islam. Dengan tarbiyah maka tawasau bil haq dan bish shobr akan berjalan sehingga dengan tarbiyah akan tercegah kemungkinan syetan membawa kita kepada kesesatan. · Suatu kerugian apabila kita meninggalkan tarbiyah. Tanpa tarbiyah kita tidak mendapat kejayaan. Hadirnya tarbiyah untuk menyelamatkan ummat jahiliyah adalah suatu hal yang beriringan dengan turunnya Islam. · Tarbiyah yang tidak dapat membentuk kenikmatan ini bukan tarbiyahnya yang tidak benar, tarbiyah sebagai wasilah rabbaniyah yang benar dan perlu diamalkan tetapi kemungkinan manusia yang membawanya ke arah yang benar atau tidak mengikuti minhaj sehingga tarbiyah tidak berkesan. Dalil · 93: 7 ; Dan dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. · 49: 17 ;Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keimanan mereka. Katakanlah,”Jangan kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang memberikan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” · 96: 5 ; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. · 93: 8 ; Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. · 21: 90 ; Maka Kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orangorang yang khusyu’ kepada Kami. Khairu Ummah Syarah 210
· Ummat jahiliyah berubah menjadi ummat Islam. Ummat Islam yang berdakwah dan senantiasa peduli dengan keadaan sosial, ummat, dan agamanya, maka ia disebut ummat yang baik. Ummat yang baik adalah ummat yang menjalankan amar ma’ruf dan nahyi munkar. Dalil · 3: 104 ; Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang yang beruntung. Ringkasan · Ummat jahiliyah (39: 64; 25: 63) ciri-cirinya adalah bodoh (33: 72), hina (95: 45); lemah (4: 28); miskin (35: 14); berpecah belah (3: 103). · Berada dalam kesesatan yang nyata (62: 2) · Allah Swt melalui RasulNya memberikan tarbiyah (2: 151; 3: 164; 62: 2) · Tarbiyah memiliki 3 marhalah, yaitu tilawah (96: 1; 2: 121, hadits), tazkiyah (91: 7-10; 92: 17-21); mengalimkan tentang al kitab (3: 79)dan al hikmah (2: 269, hadits) · Hasilnya adalah kenikmatan yang besar yaitu petunjuk (93: 7; 49: 17) seperti pengetahuan (96: 5), harga diri (63: 8), kekuatan (hadits), kekayaan (93: 8), persatuan (21: 90). Kesemuanya membentuk kkairu ummah (3: 104). M.5. ANASHIRUD DAKWAH Sasaran: · Memahami wajibnya tandzim dalam dakwah yang terstruktur. · Memahami unsur-unsur utama dalam tandzim dakwah dalam rangka meralisasikan sasaran Islam. Ringkasan: Anasir dakwah (unsur-unsur dakwah) ini diambil dari surat 12: 108. Dengan ayat ini kemudian ditafsirkan oleh ulama dakwah melalui tafsir dakwahnya sehingga ayat surat ini menggambarkan bagaimana minhajdakwah yang disebutkan oleh Allah Swt di dalam surat Yusuf tersebut.. Terdapat beberapa unsur dakwah: Qul misalnya yang mengawali surat ini bermakna katakanlah, tetapi juga dalam kaitannya dengan dakwah merupakan syar’iyyatud dakwah, karena ini merupakan firman Allah dan terdapat di dalam Al Qur’an sehingga fungsinya adalah sebagai syar’iyah atau cara/minhaj dakwah. Kemudian Allah menyebutkan hadzihi sabili (inilah jalanku) berarti juga sebagai risalatud dakwah (menyampaikan dakwah), hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya jalan dakwah. Ad’u (menyeru manusia) adalah perintah dakwah yang bersifat terus-menerus karena ayat ini bermakna fiil mudhari yang berarti kata kerja yang berlaku hari ini, esok, dan masa depan, oleh karena itu dakwah dapat dikatakan sebagai harakatul mustamirah (gerakan yang terus-menerus). Ilallah (kepada Allah) memberi makna ghayatu shahihah (inilah tujuan yang benar), karena hanya kepada Allah saja tujuan dakwah ini bukan berdakwah mengajak kepada kumpulan dan pribadi tetapi kepada Islam. ‘Ala bashirah (keterangan atau bukti yang jelas) berarti juga dakwah berjalan berdasarkan minhajul wadhihah. Ana (saya disini Nabi Saw) adalah sebagai pemimpin yang ikhlas (qiyadatul mukhlishah). Wamanittaba’ani (orang yang mengikutinya) sebagai jundiyah muthi’ah (tentara yang patuh dan taat). Kemudian sunnatullah menunjukkan tajarrud dan wama ana minal musyrikin adalah tauhid yang berarti menghindarkan diri dari kemusyrikan. Dapat disimpulkan bahwa dakwah harus mengikuti syariat di dalam menyampaikan dakwahnya. Dakwah harus bersifat sesuatu program yang terus-menerus 211
tidak pernah cuti dan berhenti dengan tujuan yang benar dan berdasarkan minhaj yang jelas. Dakwah harus dibawa oleh pengikut yang taat dengan ciri-ciri tajarruddan mentauhidkan Allah. Hasiyah 1. Anashir dakwah Syarah · Terdapat beberapa anasir atau komponen dakwah yang disebutkan di dalam surat 12: 108. Anasir ini menggambarkan minhaj dakwah. Panduan dakwah dapat diambil dari ayat ini misalnya perlunya pemimpin yang ikhlas dan pengikut yang taat, tujuan dan minhaj yang jelas, adanya aktivitas dan pesan, kemudian pelaku dakwah harus beriman bersikap tajarrud. Beberapa anasir dapat dilihat di bawah ini. 2. Qul-syar’iyyatud dakwah Syarah · Qul atau katakanlah berarti suatu perintah syara yang langsung berasal dari Allah dan RasulNya. Perintah atau arahan yang disebutkan setelah perkataan qul ini berarti sesuatu yang perlu diperhatikan dan mempunyai kepentingan bagi kita. Dalam surat 12: 108 menjelaskan bagaimana dakwah yang perlu dilalui yaitu harus memenuhi beberapa anasir misalnya ada pemimpin, pengikut, tujuan, minhaj, dan sikap. 3. Hadzihi sabili-risalatud dakwah Syarah · Inilah jalanku didalam surat tersebut merupakan pesan dakwah. Dakwah yang dilakukan Nabi adalah jalan yang perlu juga dilalui oleh setiap muslim. Dakwah itu sendiri merupakan pesan yang perlu kita tunaikan. Namun demikian, jalan dakwah yang dikehendaki Islam adalah dakwah yang lengkap dan mempunyai beberapa anasir. 4. Ad’u-harakatul mustamirah Syarah · Ad’u artinya aku menyeru. Di dalam ayat ini yang perlu diperhatikan adalah kalimat ad’u adalah kalimat mudhari’ berarti kalimat yang berlaku saat ini dan akan terjadi seterusnya di masa depan. Dengan pengertian ini maka mufasir dakwah menyebutkan bahwa sifat dakwah adalah aktivitas atau gerakan yang terus-menerus, tiada henti walau bagaimanapun keadaannya baik dalam keadaan susah ataupun senang. Dakwah yang senantiasa berjalan adalah sunnahnya dakwah Islam, siapa yang mengikuti jalan ini harus menjadikan kehidupannya adalah kehidupan dakwah. Oleh karena itu dakwah berjalan maka tidak akan mungkin muncul pemandulan atau tidak ada pengikut. Kekurangan pengikut dan mandulnya potensi dakwah disebabkan karena dakwah tidak berjalan. Walaupun dakwah berjalan sedikit maka dapat dipastikan memperoleh hasil. 5. Ilallah-ghayatu shahihah Syarah · Dakwah yang ilallah adalah dakwah yang mempunyai tujuan kepada Allah, hal ini merupakan tujuan yang benar. Apabila tujuan dakwah bukan kepada Allah maka dakwah tidak bertujuan baik, ia akan menyimpang. Dakwah yang bertujuan tidak baik ini misalnya adalah dakwah yang mengajak kepada kumpulan (jamaah) atau dakwah yang membawa kepada pribadi (syakhshiyah). Jamaah atau syakhshiyah da’i adalah wasilah atau pintu untuk berdakwah tetapi nilai yang disampaikan adalah nilai Islam. Selain itu dakwah ilallah adalah dakwah yang mengajak mad’u dekat dengan Al Qur’andan sunnah sehingga mereka mencintai dan membelanya. 6. ‘Ala bashirah-minhajul wadhihah Syarah 212
· Dakwah yang dijalankan juga harus berdasarkan keterangan yang jelas dengan petunjuk yang benar dan panduan yang lengkap. Al Qur’an dan Sunnah merupakan bagian dari rujukan dan utama dalam dakwah. Bashirah adalah yang berasal dari Islam maka dengan demikian dakwah juga harus berdasarkan minhajul wadhihah (panduan yang jelas). Beberapa contoh minhaj yang wadhih di dalam dakwah adalah dakwah harus dengan hikmah, hasanah, dan marhamah, dakwah mengikuti anasir seperti jama’ah, pemimpin, dan pengikut. Dakwah harus mengikuti marhalah, dakwah memiliki tujuan dan berbagai wasilah yang dapat diterima oleh mad’u dan sebagainya. 7. Ana-qiyadatul mukhlishah Syarah · Saru anasir penting di dalam dakwah yang tidak boleh dilupakan adalah adanya pemimpin. Pemimpin ini berarti orang yang membawa jamaah beserta pengikutnya. Ciri utama yang perlu dimillki oleh qiyadah adalah ikhlas (qiyadah mukhlishah). Dengan keikhlasan ini, qiyadah dapat membawa jamaah dengan baik walaupun banyak cobaan, tantangan, fitnah dari dalam maupun dari luar. Dengan ikhlas qiyadah dapat menerima kenyataan yang berlaku serta dapat menghadapi masalah dengan baik. Qiyadah yang tidak ikhlas akan membawa pengikutnya kepada kepentingan pribadi dan memperturutkan hawa nafsunya saja. Pemimpin yang demikian banyak terjadi pada beberapa contoh di dalam gerakan Islam atau bukan, dimana gerakan menjadi terabantukan. 8. Wamanittaba’ani Syarah · Adanya qiyadah harus diikuti dengan adanya jundiyah (pengikut). Apabila qiyadah mukhlishah maka jundiyah harus muthi’ah. Pengikut yang tidak taat, maka akan menghentikan proses dakwah dan akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Pengikut yang tidak taat tidak akan dapat diarahkan untuk mengerjakan program gerakan. Kehadiran, keterlibatan, dan partisipasi yang kurang ke dakwah adalah ciri dari tidak taatnya jundi kepada qiyadah. Program yang baik, sasaran yang menarik, dan wasilah yang canggih tidak akan tercapai apabila pengikut tidak taat. Keberadaan pengikut di dalam dakwah sangatlah diperlukan bagi perkembangan dakwah itu sendiri, tetapi yang lebih penting lagi adalah pengikut yang setia. 9. Subhanallah-tajarrud Syarah · Maha suci Allah adalah sikap tajarrud pengikut ataupun pemimpin dakwah. Pelaku dakwah harus senantiasa mensucikan Allah dengan perbuatan, pemikiran dan akhlaknya. Dengan membebaskan diri dari kejahiliyahan, kekotoran, kemusyrikan, dan kebatilan akan membawa kita kepada kejayaan dakwah. Mensucikan Allah maka akan mendukung dan membela kita. 10. Wama ana minal musyrikin Syarah · Sikap berikutnya dari pelaku dakwah adalah tidaklah dirinya menjadi orang yang musyrik. Pelaku dakwah harus melakukan tauhid saja. Bentuk tauhid diantaranya adalah meninggalkan segala bentuk pengabdian selain kepada Allah dan juga menghindari segala tingkah laku bukan Islam. Tauhid dari segi uluhiyah ini mempunyai kesan yang tinggi kepada semua aspek kehidupan kita. Dengan tauhid juga maka akan mewarnai pemikiran, akhlak, dan ruhani dengan Islam. Dalil
213
12: 108 ; Katakanlah (wahai Muhammad) ini jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada (agama) Allah dengan hujjah yang nyata. Mha suci Allahsan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik M.6. KHASOISUD DA’WAH Sasaran: · Memahami bahwa dakwah Islam memililki karakter yang khas dan istimewa dan mampu menyebutkan contoh-contohnya. · Menyadari kewajiban untuk mengaplikasikan berbagai ciri dalam aktivitas dakwahnya. · Menyadari bahwa semua ciri dakwah Islam hanya dapat diwujudkan melalui hizbullah. Ringkasan: Dakwah Islam memiliki beberapa karakter yang menggambarkan bagaimana Islam sebenarnya. Dakwah Islam adalah dakwah yang juga mempunyai karakter dan sifat-sifat Islam itu sendiri. Dengan memahami karakter ini maka kita mendapatkan suatu pemahaman yang jelas tentang dakwah. Kesadaran akan dakwah pun muncul sehingga kita dapat mengembangkan dan memelihara dakwah ke masyarakat. Di antara ciri-ciri dakwah adalah Rabbaniyah, Islamiyah qabla jam’iyah, syamilah ghairu juz’iyah, mu’ashirah ghairu taqlidiyah, mahaliyah wa ‘almiyah, ‘ilmiyah, bashirah Islamiyah, mana’ah Islamiyah, inqilabiyah ghairu tarqi’iyah. Dengan ciri-ciri dakwah ini, akan dapat menjelaskan bagaimana sebaiknya dakwah dan jamaah Islamiyah. Penggambaran ciri dakwah ini juga akan membentuk suatu fikrah dan kesadaran bagaimana dakwah yang baik, benar, dan perlu diikuti. Persaingan antara dakwah dan jamaah Islamiyah serta berbagai persoalan yang berkaitan dengan jamaah dapat dijawab dengan materi khasoisud da’wah. Kesan yang diperoleh dari materi ini disebabkan karena beberapa ciri-ciri yang dibedah disini adalah kekerungan-kekurangan yang dimiliki oleh beberapa jamaah dan kelebihan yang dimiliki jamaah IM. Hasiyah 1. Khashoisud da’wah Syarah · Khashoisud da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, sasaran, sifat, aktivitas, dan proses perjalanan dakwah. Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah sebagian saja tetapi semuanya merupakan bagian dari sifat dan ciri Islam itu sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan disini adalah sebagian saja karena luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki. Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di bawah ini hanyalah berkaitan dengan hal-hal yang penting saja atau yang dapat dijadikan sasaran. 2. Rabbaniyah Syarah · Dakwah yang rabbani adalah dakwah yang merabb (berorientasi kepada tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas dakwah Islam harus merujuk kepada Allah sebagai rabb. Minhaj dan ghayah harus dikembalikan kepada Allah Swt. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan disini adalah ciri dakwah rabbani berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus melakukan tadarus dan ta’lim. Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang tidak lemah, tidak bersedih hati, tidak wahn tetapi berani dan siap berhadapan dengan siapapun. Dakwah rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk kepada Allah (sumber), Rasul (cara), dan ulil amri (nizam). 214
· Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga merupakan ciri dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah takwiniyah dalam membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader kedalam masyarakat melalui ketokohan, kepakaran, dan keikutsertaan. Dalil · 3: 79 ; · 3: 146 ; 3. Islamiyah qabla jam’iyah Syarah · Islam mengajak dan menyeru perasatuan bukan perpecahan. Diantara penyebab perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah Swt berfirman agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan kumpulan, tetapi Allah Swt menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah Islamiyah dan I’tisham bihablillah. · Islamiyah qabla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau tidak memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan dan untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar Islam adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah setelah kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk menerima semua golongan atau mau berdakwah kepada semua golongan sehingga memudahkan munculnya dakwah ustadziyatul ‘alam. · Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada Islam sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada jamaah sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan untuk membawa dakwah kita. · Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan bagaimana semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami kepentingannya. Dalil · 30: 31-32 ; · 49: 13 ; · 3: 103 ; 4. Syamilah ghairu juz’iyyah Syarah · Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga dakwah Islam harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah (parsial). Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah yang syamilah juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya, politik, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh dakwah. Tanpa membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka dakwah bersifat juziyah. · Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah yang membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat melalui potensi dirinya. · Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka pemikiran aktivis perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat. Diterimanya aktivis oleh 215
masyarakat tentunya mempunyai beberapa ciri misalnya karena tokoh, status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai ciri ini maka dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan bergerak dengan berbagai bidang. Dalil: · 2: 208 ; · 6: 161-162 ; 5. Mu’ashirah ghairu taqlidiyah Syarah · Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah (kuno). Pendekatan dakwah secara minhaj harus mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang menyebutkan bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti wasilah dan strategi harus canggih dan mengikuti perkembangan semasa. · Pendekatan mu’asirah berarti mengambil situasi dan kondisi, peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah dengan internet, power point dan sebagainya. · Dakwah mu’asirah juga menggunakan pendekatan semasa seperti partai, pemilu dan sebagainya. Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang canggih bukan dengan panah atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau unta. · Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak memperhatikan perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang kuno dan mungkin tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga muncul karena kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman yang jelas, atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu. 6. Mahaliyah wa ‘alamiyah Syarah · Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam adalah agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kahadiran Islam adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia. Dakwah yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah dan jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar dn menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam. · Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi operasional kita adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri, dan menginjakkan kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah dan hubungan harus bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan ummat akan terwujud. · Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qatr atau negeri misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan secara struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang kita hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia. Keadaan demikian juga menuntut kita untuk melakukan dakwah secara internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah. · Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah Islam dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal. Dalil: 216
· 34: 28 ; · 21: 107 ; 7. ‘Ilmiyah Syarah · Dakwah yang islami adalah dakwah yang berjalan melalui pendekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam. Pendekatan kuliah, ceramah, perbincangan, latihan adalah sebagian usaha pendekatan dakwah secara ilmiyah. Tanpa pendekatan ilmiyah, maka dakwah akan diikuti oleh mereka yang taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga akan membahayakan jamaah itu sendiri. Allah Swt melalui firmannya di dalam Al Qur’an atau Muhammad Saw melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan ilmu dan cara pendekatan Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha menyadarkan Islam bukan memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah tekanan dan paksaan adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah ini mengajak manusia berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap mengikuti pemahaman dan kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara yang sangat efektif dalam membentuk kesadaran Islam. Dalil: · 17: 36 ; · 2: 256 ; 8. Bashirah Islamiyah Syarah · Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar adalah sifat Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada Islam. Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam, bukan minhaj yang berasal dari luar Islam. · Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang sudah maju dan mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal ini dapat mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat menurut Islam. Manajemen Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan manajemen Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru atau akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari dakwah yang tidak berdasarkan bashirah Islamiyah. · Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang terbatas juga akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu perlu rujukan yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah kita. 9. Mana’ah Islamiyah Syarah · Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah (kebal/benteng) Islam. Untuk mencapai ini maka dakwah berorientasi kepada pencapaian penguasaan teori (istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi) dan penguasaan amal (istiab amal). · Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi diberi bekal dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti rukun Islam, rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu diberi pengenalan kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj (ma’rifatul minhaj). Ketiga pengenalan ini dilakukan agar mencapai penguasaan teori. Biasanya bahan-bahan tamhidiyah I (level UK) diusahakan untuk mencapai sasaran ini. · Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui latihan, amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit). Sasaran ini dicapai dengan 217
mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk amal, biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan. · Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang terus-menerus (harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl). Tadzrib, tamrinat dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal ini. 10. Inqilabiyah ghairu tarqi’iyyah Syarah · Perubahan yang dikehendaki oleh dakwah adalah perubahan yang bertahap di dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Perubahan tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada perubahan yang bertahap (inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kefahaman, dan level mad’u. · Dengan perubahan yang demikian maka dapat menghasilkan pribadi yang furqan sehingga muncul pribadi yang kuat. M.3. MARHALAH, AMAL, DAN AHDAF DAKWAH Sasaran: · Memahami bahwa dakwah ada marhalah yang wajib ditempuh. · Memahami bentuk setiap marhalah dakwah dan tujuan yang hendak dicapai. · Menyadari bahwa untuk merealisasikan tujuan-tujuan Islam ia harus mengikuti setiap marhalah dakwah. Ringkasan: Marhalah dakwah terdiri dari tabligh, ta’lim, takwin, dan tanfidz. Pada setiap tahapan ini terdapat amalud dakwah (aktivitas dakwah) dan ahdafud dakwah (tujuan dakwah). Pada marhalah tabligh (penyampaian umum) dan ta’lim (pengajaran) aktivitas dakwahnya adalah merubah dari kebodohan kepada ma’’ifah (pengenalan) manakala tujuannya adalah menyampaikan ilmu dan memperbaiki ilmu. Marhalah takwin mempunyai aktivitas merubah ma’rifah kepada fikrah dan merubah fikrah kepada harakah sedangkan tujuan adalah memperbaiki fikrah dan melatih amal. Pada marhalah tandzim, aktivitas dakwahnya adalah merubah harakah kepada hasil sedangkan tujuannya adalah menyatukan shaf, mengkoordinasikan amal dan pengawasan kegiatan. Pada marhalah tanfidz aktivitas dakwah adalah merubah hasil kepada tujuan (mardhatillah) menakala tujuannya adalah mobilisasi amal. Hasiyah: 1. Marhalah tabligh dan ta’lim Syarah · Amal dakwah pada marhalah tabligh dan ta’lim adalah merubah jahalah kepada ma’rifah. Marhalah ini adalah marhalah yang terbuka dengan penyampaian terbuka dan bahan yang sifatnya umum. Mereka yang hadir dalam marhalah ini adalah mereka yang berada pada level umum. Contoh tabligh adalah aktivitas dakwah di masjid (ceramah, khutbah, tazkirah), di kampus (seminar, kuliah, daurah) sedangkan ta’lim marhalah setelah tabligh. Mereka yang berminat dengan dakwah dan Islam diajak kepada marhalah ta’lim. Bentuk usrah umum dapat dikatakan marhalah ta’lim dimana kita mendapatkan ilmu melalui pengajaran yang dijadwal dan terlaksana secara tertib. Usaha-usaha dakwah tabligh dan ta’lim ini dengan sifat yang umum, peserta umum, dan tujuan umum, maka aktivitas ini bersifat merubah ketidaktahuan kepada pengetahuan (ma’rifah). Di dalam menjalankan amal dakwah demikian banyak aktivitas yang dilakukan seperti media, brosur, kaset, video, games, training, rihlah, dan sebagainya. · Seiring dengan amal dakwah yang dilakukan di marhalah ini maka tujuan dan dakwahnya adalah memberi ilmu dan memperbaiki ilmu. Bagi peserta yang tidak 218
mempunyai ilmu maka dengan keikutsertaannya di dalam marhalah tabligh dan ta’lim ini akan menambah ilmu sedangkan bagi yang sudah berilmu akan mendapatkan perbaikan ilmunya atau menambah ilmu. Pembedahan, perbincangan, dan pembahasan adalah bagian dari aktivitas marhalah ini sehingga mencapai kebutuhan akal atau kognitif individu seperti ilmu. 2. Marhalah Takwin Syarah · Pribadi yang sudah menyadari pentingnya ilmu dan peranannya pengajaran yang terus menerus dan tertib serta telah bersedianya untuk mendapatkan ilmu dan amal bagi peningkatan potensi diri maka mereka ditingkatkan kepada marhalah takwin. · Marhalah takwin ini mempunyai amal dakwah seperti merubah ma’rifah kepada fikrah dan merubah fikrah kepada harakah. Aktivitas ini dimulai dengan merubah ma’rifah yang telah dicapai pada marhalah sebelumnya kepada fikrah. Ma’rifah hanya mengenal saja tetapi belum mempunyai kesadaran dan pemahaman yang baik. Kesadaran dan pemahaman yang dapat membentuk amalnya adalah fikrah. Banyak muslim yang mempunyai ilmu tetapi tidak ada fikrah sehingga amal dan usahanya tidak jelasdan tidak teratur, begitupun dengan sikap dan tingkah lakunya terkadang menyimpang, ia pun mudah terpengaruh oleh ghazwul fikri sehingga muncul beberapa pribadi yang tidak komitmen dan tidak konsisten. Usaha merubah ma’rifah kepada fikrah dilakukan dengan membedah realitas yang berlaku dan merujuk kepada nilai Islam dari Al Qur’an dan As Sunnah. Perbincangan dilakukan sehingga muncul kesadaran dan pemahaman. · Aktivitas berikutnya adalah merubah fikrah kepada harakah. Fikrah tidak cukup dimiliki seseorang apabila tidak diamalkan dan diwujudkan dalam harakah. Fikrah harus dibuktikan di dalam amalnya. Merubah fikrah kepada harakah adalah melatih peserta ke dalam amal dan gerakan, selain diberi peluang kepada peserta untuk beramal juga diberi latihan-latihan yang dapat merasakan realitas dan keadaan fikrah yang sebenarnya. Misalnya kita hanya memahami bahwa dakwah itu wajib dan bagi yang berdakwah itu dibantu oleh Allah, hanya dengan dakwah yang dapat menegakkan Islam. Fikrah demikian perlu dirasakan dengan amal di dalam harakah. Latihan yang diberikan dan juga peluang yang diberikan dan juga peluang yang disediakan akan membawa peserta kepada harakah. · Pada marhalah ini memiliki tujuan dakwah, yaitu memperbaiki fikrah dan memperbaiki amal. Pribadi pada marhalah sebelumnya yang mendapatkan ilmu atau pribadi yang mengikuti marhalah takwin ini akan diusahakan agar mereka dapat memperbaiki fikrah dan amalnya. Perbaikan dilakukan dilakukan didalam marhalah ini dengan kaidah-kaidah yang telah dicontohkan Nabi seperti pelaksanaan tarbiyah para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam. 3. Marhalah Tandzim Syarah · Setelah proses marhalah takwin maka proses berikutnya adalah marhalah tandzim. Marhalah tandzim mempunyai amal dakwah lain yaitu merubah harakah kepada hasil. Tandzim dapat juga diartikan kepada jama’ah. Mereka yang sudah memiliki ciriciri islamiyah dan ciri pribadi da’iyah perlu disatukan kedalam tandzim (jama’ah). Dengan usaha ini maka akan mendapatkan hasil. Kerja secara infiradhi tidak akan membuahkan hasil yang berkesan. Usaha sendiri hanya terbatas kepada suatu hasil tertentu yang sesuai dengan kemampuannya, tetapi dakwah secara berjama’ah melalui tandzim ini akan menghasilkan banyak hasil. Usaha ini dilakukan dengan amal jama’i
219
sehingga apapun tujuan dapat dicapai dengan izin Allah. Tujuan yang besar seperti menegakkan Islam tidak akan dicapai apabila tidak dilakukan secara berjama’ah. · Tujuan dakwah pada marhalah tandzim ini adalah menyatukan shaf, mengkoordinasikan kerja dan melakukan pengawasan aktivitas dakwah. Peranan tandzim adalah menyatukan segala potensi yang dimiliki kemudian diarahkan kepada amal secara berjamaah dan dilaksanakan pengawasan amal tadi. Dengan demikian aktivitas dakwah akan berjalan dengan lancar menuju hasil yang berkesan kepada pribadi, keluarga, dan masyarakat. 4. Marhalah tanfidz Syarah · Amal yang dilakukan pada marhalah ini adalah merubah hasil yang dicapai didalam marhalah tandzim kepada tujuan yang dikehendaki (mencapai ridha Allah). Tujuan jangka panjang adalah menegakkan syariat di muka bumi sehingga membumikan syariat ini merupakan bagian utama cita-cita setiap muslim. Tujuan hanya dpat dicapai dengan melakukan usaha dakwah secara jama’i didalam jama’ah. Tujuan jangka pendek dakwah biasanya sangat bergantung kepada keadaan, tempat, suasana, situasi, peristiwa yang melatarbelakangi dan pertimbangan-pertimbangan semasa. Semua tujuan ini diwarnai dengan usaha untuk mencapai mardhatillah. Bentuk tanfidz dapat juga diartikan setiap amal yang kita hasilkan secara bersama-sama dan mengikuti sasaran yang dikehendaki, seperti terlaksananya daurah, menjadikan mad’u sebagai anggota jama’ah melaksanakan ibadah dan dakwah. · Tanfidz akan diarahkan untuk bergerak dan beramal sehingga pada marhalah tanfidz ini ahdaf dakwah adalah menggerakkan amal yang sudah dilakukan sebelumnya. Banyak contoh seperti aktif di dalam menghidupkan platform, wajihah amal, dan wajihah umum. Menampilkan pribadi al akh ke dalam masyarakat sehingga mewujudkan fikrah Islam di tengah masyarakat. Menggerakkan al akh ke dalam amal yang dirasakan oleh masyarakat umum misalnya melakukan khidmat sosial. Tampilnya pribadi al akh sebagai contoh di TV atau media, dan juga memasukkan al akh ke berbagai partai dan pertumbuhan yang dapat mengembangkan dakwah Islam nantinya. Pelaksanaan tanfidz ini mungkin juga dilakukan dengan demonstrasi, turun ke jalan, dan sebagainya. Banyak cara lainnya di dalam marhalah tanfidz ini seperti usaha membentuk fikrah di dalam masyarakat melalui media dan aktivitas menegakkan syariat melalui politik dan lainnya. Tanfidz yang dilakukan oleh al akh dapat dilaksanakan dari aktivitas yang sederhana hingga kepada aktivitas yang besar didalam menegakkan syariat Islam. Dalil: · 5: 67 ; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamudari Tuhanmu. Dan tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. · 2: 151 ; Mereka (Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allahdan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendakiNya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia atas alam semesta. · 3: 79 ; Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia,” Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): 220
”Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. · 3: 104 ; Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar: merekalah orang-orang yang beruntung. · 61: 4 ; Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. · 9: 105 ; Dan katakanlah: ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. M.7. RABBANIYATUD DA’WAH Sasaran: · Memahami unsur-unsur rabbaniyah dakwah dan mampu menyebutkan contohcontoh realisasinya. · Memahami peranan rabbaniyah dakwah dalam meninggikan kalimatullah melalui jamaah yang solid. · Termotivasi untuk senantiasa terlibat dalam lingkaran dakwah yang rabbani Ringkasan Rabbaniyatud dakwah adalah dakwah yang merujuk kepada Rabb (Allah Swt). Beberapa ciri dakwah robbani adalah rabbani dari segi risalah (pesan yang dibawa), rijal (pelaku dakwah), dan jamaah (tandzim). Rabbaniyatur risalah adalah dakwah dengan pesan yang dibawa semuanya berdasarkan Islam yang bertujuan untuk meninggikan kalimatullah. Diantara penekanan di dalam rabbaniyatur risalah adalah rabbaniyatul mabda’, rabbaniyatul minhaj, rabbaniyatul khuthuwat, rabbaniyatul ghayah, rabbaniyatul thariqah. Risalah atau message yang disampaikan akan baik apabila pesan tersebut juga mempunyai ciri yang robbani. Dengan demikian juga diperlukan rabbaniyatur rijal. Beberapa ciri-ciri rabbaniyatur rijal adalah pribadi yang mengajarkan kitab, mempelajari kitab, tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga dan mau tunduk. Melengkapi penyampaian risalah oleh pribadi da’i adalah dengan jamaah. Tanpa jamaah maka rijal tidak dapat berperan secara efektif dan juga pesan tidak sampai kepada mad’u. Beberapa ciri jamaah yang robbani adalah rabbaniyatul qiyadah, rabbaniyatul jundiyah, dan rabbaniyatul ukhuwah. Dengan jamaah yang demikian akan memunculkan jamaah yang kuat (jamaah matinah). Hasiyah 1. Rabbaniyatud dakwah Syarah · Dakwah dijalankan hingga mendapatkan hasil harus memenuhi persyaratan rabbani. Dakwah Islam yang rabbani adalah dakwah yang dibawa oleh Nabi Saw. Maksud dakwah rabbani adalah dakwah yang tujuan, aktivitas, program, dan minhaj mengikuti arahan Al Qur’an dan Sunnah. Dakwah rabbani membawa Islam itu sendiri sebagai warna dakwah dan tujuan dakwah. Beberapa ciri dakwah yang rabbani adalah risalah yang disampaikan harus mengikuti Islam, kemudian jamaah yang mengendalikan dakwah harus mengikuti kaidah-kaidah Islam. 2. Rabbaniyatur risalah 221
Syarah · Rabbaniyatur risalah terdiri dari tiga bagian yaitu rabbani dari segi mabda’, minhaj, dan ghayah. · Rabbaniyatul mabda’ (prinsip) ini juga merupakan rabbaniyatul mashdar (sumber). Prinsip-prinsip Islam yang disampaikan di dalam dakwah adalah sumber rujukan dan panduan. Aqidah Islamiyah adalah prinsip di dalam Islam, begitu pun syahadatain dan keimanan. Prinsip ini dijadikan sumber rujukan bertingkah laku dan bergerak. Dakwah yang rabbani perlu sekali mempertimbangkan masalah prinsip yang asas disampaikan kepada manusia. · Selain masalah risalah yang berisi prinsip dan kemudian dijadikan sumber, dan juga di dalam minhaj yang digunakan oleh dakwah harus bersifat rabbani. Rabbaniyatul minhaj dijadikan sebagai khuthuwat sehingga dapat disebut sebagai rabbaiyatul khuthuwat. Minhaj mengatur langkah dan gerak dakwah, dengan minhaj pula langkah dakwah dapat terarah dan mencapai sesuatu yang jelas dan dikehendaki oleh harakah. Dengan ghayah yang rabbani maka dapat dijadikan rabbaniyatut thariqah. Ghayah rabbani adalah ilallah, mencari ridha Allah, dan kemudian menegakkan syariat. Tidak ada tujuan lain selain Allah, kecuali mereka yang tidak jelas tujuan yang akan dicapainya. Ghayah kepada hawa nafsu adalah kejahiliyahan yang sesat. · Risalah yang rabbani ini bertujuan li I’la likalimatillah, meninggikan kalimat Allah bertujuan menyeru dan menjelaskan risalah yang Allah miliki kepada manusia. Melalui ghayah yang rabbani, minhaj dan mabda’ Islam ini akan mewujudkan kalimat Allah di muka bumi. 3. Rabbaniyatur rijal Syarah · Beberapa ciri rabbaniyatur rijal adalah mengajarkan kitab, mempelajari kitab, dan tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah begitu saja. Risalah yang disampaikan tidak akan mungkin diterima dan diamalkan dengan baik apabila rijal yang membawa pesan tersebut tidak menggambarkan ciri-ciri rabbani. Pelaku dakwah yang tidak mempelajari kitab dan tidak mengejarkan kitab tidaklah mungkin dapat dijadikan uswah dan juga tidaklah mungkin dapat mengembangkan dakwah. Keberhasilan dakwah dapat dipengaruhi oleh ciri pribadi rijal pembawa dakwah ini. Pesan yang disampaikan haruslah bernilai dan berkesan. Kalam yang terkesan tentunya keluar dari rijal yang senantiasa mempelajari kitab dan mendalaminya. · Ciri rijal yang membawa dakwah adalah tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah. Di dalam operasional dakwah, pribadi dakwah harus mempunyai ketabahan, kesabaran, dan ketahanan. Tanpa ciri ini maka sulit bagi pribadi tersebut menjalankan dakwah dengan baik. Dakwah ini penuh dengan tantangan dan cobaan yang menghendaki pelaku dakwah siap menerima dan menghadapi segala ujian dan cobaan dengan tenang dan dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Dakwah yang berhasil menghendaki pribadi dakwah yang tidak sedih, tidak mengalah, dan tidak berduka cita. Dalil · 3: 79 ; · 3: 146 ; 4. Rabbaniyatul jamaah Syarah · Rabbaniyatud dakwah selain dilengkapi dengan rabbaniyatur risalah dan rabbaniyatur rijal juga dilengkapi dengan rabbaniyatul jamaah. Rabbaniyatul jamaah 222
mempunyai beberapa komponen yaitu qiyadah, jundiyah, dan ukhuwah. Jamaah yang rabbani harus memiliki qiyadah yang mukhlishoh, jundiyah muthi’ah, dan diikat dengan ukhuwah Islamiyah. · Rabbaniyatul qiyadah bermaksud qiyadah yang mempunyai ciri-ciri Al Qur’an dan Sunnah. Qiyadah muslimah memiliki ciri-ciri amanah, jujur, sidiq, dan tabligh. Ciri rabbani yang ada pada qiyadah juga termasuk moral dan fisik seperti tidak lemah semangat, tidak lemah fisik, tidak bersedih dan tidak penakut. Ciri-ciri yang dikehendaki Islam kepada muslim dan qiyadah didapati pada qiyadah rabbaniyah. · Beriringan dengan qiyadah yang rabbaniyah maka dakwah akan dapat dilaksanakan secara berkesan apabila diikuti dengan jundiyah yang rabbani. Rabbaniyatul jundiyah adalah jundi yang taat menerima arahan, memiliki akhlak Islam dan berkepribadian menarik. Jundiyah selain dapat beramal jama’i dengan sesamanya juga dapat berhubungan qiyadahnya dalam mencapai sasaran. Tashawur Islam dan jamaah serta dakwah dimiliki oleh jundi rabbani. Kemampuan jundiyah dan kesadaran Islamiyah yang ada pada diri jundiyah sangat membantu tegaknya dakwah rabbani. Pengikut setia merupakan aset dakwah utama di dalam menegakkan dakwah Islam. · Hubungan yang terjadi di dalam jamaah adalah hubungan dengan suasana ukhuwah Islamiyah. Rabbaniyatul ukhuwah berarti ukhuwah yang berorientasikan kepada keislaman dengan ukhuwah maka akan muncul kelancaran program dan aktivitas dakwah. Ukhuwah Islamiyah di kalangan pelaku dakwah dapat membantu segala macam permasalahan dan mempercepat proses dakwah. · Jamaah matinah akan terwujud apabila di dalam jamaah tersebut mempunyai komponen rabbaniyatul qiyadah, jundiyah dan ukhuwah. Salah satu diantara komponen tersebut hilang, maka jamaah akan lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga mudah dikalahkan musuh. Rabbaniyatul jamaah menghasilkan kekuatan jamaah juga ditentukan oleh rabbaniyatur rijal. M.8. KAYFA YATAKAYYAFU BIL ISLAM Sasaran: · Memahami bahwa berharakah Islamiyah hanya dapat dicapai dengan terwujudnya kondisi yang Islami. · Memahami barometer yang digunakan untuk mengukur kesiapan pribadi dan jamaah untuk berdakwah. · Memahami bahwa melaksanakan minhaj taqyim dapat mengantarkan pribadi dan jamaah meraih posisi dari Allah. Ringkasan Bagaimana untuk menyesuaikan diri dengan Islam (Kayfa watakayyafu bil Islam) dilakukan dengan mempertimbangkan aqidah, ukhuwah, dan uddah (persiapan). Untuk memunculkan potensi dan kekuatan pribadi maka diperlukan komponen aqidah dan diikat dengan ukhuwah. Pribadi yang beraqidah dengan ittikad, perasaan, fikiran, dan tingkah laku akan membentuk kepribadian Islam yang akhirnya menghasilkan kekuatan pribadi. Kekuatan-kekuatan pribadi ini tidak akan berhasil atau tidak akan bermanfaat bila tidak diikat dengan ikatan dan persatuan diantara mereka yang beraqidah. Ukhuwah yang dimulai dengan ta’aruf dan diteruskan dengan tafahum yang akhirnya menghasilkan takaful akan mewujudkan amal jama’i sehingga muncul kekuatan jamaah. Kekuatan pribadi yang diikat dengan kekuatan jamaah akan menghasilkan kekuatan jiwa. Kekuatan jiwa saja tidaklah lengkap untuk individu yang ingin membiasakan dirinya dengan Islam apabila tidak diiringi dengan kekuatan harta (amwal). Persiapan dilakukan diantaranya adalah dengan mengeluarkan zakat, infaq, sadaqah, dan sunduq. 223
Harta yang diperoleh melalui saluran ini akan menghasilkan kekuatan persiapan yaitu kekuatan harta. Secara kuantitas diperoleh banyak pribadi dan didukung dengan berbagai persiapan (al udadu) seperti maal maka individu tersebut dapat digerakkan kepada bagaimana bergerak bersama Islam. Amalan dan ibadah kepada Allah saja merupakan usaha kita di dalam bergerak bersama Islam. Ibadah adalah bentuk realisasi iman kepada Allah sehingga muncul pribadi-pribadi yang sidiq. Sidiq akan muncul di dalam hati, lisan, dan amal. Dengan sidiq hati maka akan muncul kekuatan indifak, sidik lisan akan menghasilkan kekuatan kesan, sidik amal akan mewujudkan kekuatan hasil. Akhirnya Allah Swt memberikan kepercayaan dengan memberikan kedudukan (makanah) atau pengikhtirafan. Hasiyah 1. Kayfa yatakayyafu bil Islam Syarah · Materi bagaimana menyesuaikan diri dengan Islam (Kayfa watakayyafu bil Islam) ini diilhami dari kisah pemuda Kahfi yang dituliskan di dalam surat Al Kahfi: 926. Ulama menafsirkan bahwa pemuda Kahfi ini adalah pemuda-pemuda yang beriman dan sesama mereka melakukan ukhuwah Islamiyah sehingga mereka bersama senasib dan sepenanggungan memperjuangkan keimanan dari tantangan raja dzalim pada masa itu. Syakhshiyah Islamiyahdan amal jama’i akanmenghasilkan kekuatan jiwa. Di dalam kisah disebutkan juga persediaan uang perak yang ada pada mereka walaupun uang perak tersebut tidak lagi diterima. Persiapan keuangan dan persiapan jiwa akan mewujudkan bagaimana mereka bergerak. Di dalam ayat 18, juga diceritakan bagaimana mereka digerakkan ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri, mereka beribadah kepada Allah. Kemudian mereka ditangkap oleh raja setelah terbangun yang akhirnya raja meyakini apa yang dicakapkan atau diceritakan oleh pemuda Kahfi tersebut berkaitan dengan dirinya. Terakhir sekali, pemuda Kahfi mendapatkan pengharmatan atau makanah dari raja. 1. Al Aqidah Syarah · Aqidah yang benar harus mencakup itikad yang baik, syu’ur yang Islam, fikrah yang bersih, dan suluk yang agung. Aqidah dengan wujud iman kepada Allah dan Rasul di dalam pernyataannya kepada syahadatain juga diiringi dengan keimanannya kepada malaikat, kitab, hari kiamat, dan taqdir. Aqidah yang mantap akan mewarnai bagaimana kepribadiannya. Kepribadian seorang individu terdiri dari ittikad, syu’ur, fikrah, dan suluk. Pribadi yang muslim memiliki ciri-ciri Islam di dalam setiap komponen dirinya. · Syakhshiyatul Islamiyah akan terwujud dengan aqidah yang benar dan bersih. Bersih dari kemusyrikan dan benar mengikuti Islam. Pribadi Islam mewarnai kehidupan diri seorang muslim apakah di rumah ataupun di luar rumah. Keadaan demikian merupakan suatu tuntunan aqidah yang dimiliki seseorang. · Aqidah yang tertanam di dalam hati dan dada muslim akan menghasilkan kekuatan pribadi (quwwatul fard). Pribadi tanpa aqidah akan lemah dan tidak mempunyai potensi, ia akan merusak dan menghancurkan dirinya sendiri. Aqidah akan menjadikan pribadi kuat karena landasan yang kuat dan tempat bergantung yang kuat yaitu hanya kepada Allah saja. Dengan demikian suatu kekuatan akan terwujud dengan pemahaman dan keyakinan yang bersih. Dalil · 9: 40 ; · 26: 61-62 ; 224
· 6: 161-162 ; · 8: 60 ; 1. Al Ukhuwah Syarah · Aqidah yang bersih dan menghasilkan kekuatan pribadi tidak akan berhasil atau berkesan apabila tidak diikat dengan persaudaraan Islam. Persaudaraan Islam adalah suatu nikmat dan hidayah yang Allah berikan kepada manusia. Dengan persaudaraan ini menambah nikmatnya iman dan Islam yang ada pada diri kita. Dengan ukhuwah maka hidup menjadi tenang dan bahagia. Segala permasalahan dan keadaan yang menyusahkan akan diatasi dengan suasana ukhuwah Islamiyah ini. Kepentingan ukhuwah Islamiyah di atas segala urusan telah dibuktikan oleh para sahabat Nabi Saw. · Hubungan Islam dengan persaudaraan Islam dengan saling berkenalan (ta’aruf), setelah itu akan menghasilkan saling memahami (tafahum). Mengenal jasad, pemikiran, dan kepribadian saudara kita yang meningkatkan pemahaman kita kepadanya sehingga pemahaman yang terbentuk dari ta’aruf ini akan menghasilkan suatu hubungan saling tolong menolong (ta’awun). Keadaan ini yang kemudian yang memudahkan proses amal jama’i dan proses dakwah Islamiyah. Ta’awun dalam bentuk saling mendoakan dan saling membantu akan menghasilkan merasa senasib dan sepenanggungan (takaful). · Amal Jama’i terwujud setelah terbentuknya ukhuwah Islamiyah. Kerja sama dan sama-sama kerja merupakan suasana yang terwujud diantara pribadi yang mengamalkan ukhuwah Islamiyah di dalam arena dakwah. · Quwwatul jama’ah (kekuatan jamaah) sebagai hasil dari terjadinya amal jama’i di kalangan pribadi da’i akan membentuk jamaah yang handal, diperhitungkan dan tahan dari segala fitnah dan cobaan. Dalil · 49: 10 ; · 9: 1 ; · 49: 13 ; · 5: 2 ; · 90: 17 ; · 103: 3 ; · 37: 99-100 ; · 11: 80 ; · 11: 91 ; 1. Quwwatul anfus Syarah · Pribadi yang tertanam aqidah di dalam dadanya kemudian berkumpul bersamasama diikat dengan tali persaudaraan Islam sehingga akan mengembangkan potensi diri dan kepribadian. Kekuatan jiwa dan potensi bagi individu terwujud setelah mereka bersama-sama melakukan ta’awun dan amal jama’i. Pribadi yang kuat sekalipun apabila tidak bersama-sama maka ia akan lemah dan tidak berpotensi. Keadaan pribadi demikian juga berlaku apabila pribadi yang kurang beriman diikat dengan tali ukhuwah Islamiyah maka tidak akan muncul kekuatan pribadi. Bagaikan sapu lidi yang tidak banyak manfaat apabila tidak diikat dengan tali yang kuat dan kokoh. · Keadaan kekuatan jiwa akan menjadikan kekuatan secara al a’dad (jumlah). Jumlah pribadi yang banyak dan mereka kuat akan menghasilkan kekuatan jiwa. Dalil · 49: 15 ; 225
· 9: 111 ; · 8: 60 ; 1. Al ‘Uddah Syarah · Bagaimana kita dapat berinteraksi dengan Islam tidaklah cukup hanya dengan aqidah dan ukhuwah. Banyak aktivis Islam dan keperluan untuk berinteraksinya memerlukan uang dan fasilitas. Uang fasilitas, kendaraan, dan materiil lainnya mempunyai peranan yang penting di dalam menyokong kelancaaran dakwah. Tanpa peranan maal ini maka tidak akan lancar perjalanan dakwah dan jamaah. Allah Swt menyebutkan di dalam banyak ayat berkaitan dengan perlunya berjihad dan berdakwah dengan mengorbankan harta dan jiwa. Kekuatan maal merupakan tuntutan dakwah dan gerakan. Bagaimana kita akan berislam apabila kita mempunyai uang dan fasilitas. Oleh karena itu persiapan keuangan sangatlah dipentingkan didalam amal dakwah. · Beberapa usaha menyediakan maal ini didalam Islam melalui zakat, infak, shodaqah, sunduq, dan maal.Zakat merupakan kewajiban seorang muslim yang telah mampu, sedangkan infak juga kewajiban seorang muslim tetapi tidak ditentukan berapa jumlahnya, sedangkan shodaqah terserah kepada kita, manakala maal diperoleh secara usaha atau bisnis individu-individu yang bergerak di dalam perserikatan Islam. Apabila dikumpulkan semua kewajiban dan usaha pengumpulan uang ini maka tidak akan kekurangan dana sokongan bagi kepentingan dakwah Islam. · Quwwatul ‘iddah (kekuatan persiapan) merupakan akibat dari tersedianya harta dan materiil yang diperlukan olehdakwah melalui penyaluran uang berdasarkan kewajiban atau kerelaan. · Akhirnya kekuatan keuangan (quwwatul amwal) sebagai penyokong dakwah dapat memberikan sokongan yang kuat kepada dakwah. Dalil · 9: 46 ; · 8: 3 ; · 61: 11 ; · 9: 111 ; 1. Kaifa yataharraku ma’al Islam Syarah · Bagaimana pula kita akan bergerak bersama Islam. Keperluan dan persyaratan seperti aqidah, ukhuwah, dan persiapan telah terpenuhi maka diperlukan usaha untuk menggerakkan yang ada ini ke dalam bentuk amal dan ibadah Islam. · Al Ibadatullah wahdah (ibadah kepada Allah saja) adalah suatu tuntunan Islam dan Allah kepada kita yang meyakini dan mengimani Allah dan RosulNya. Iman perlu dibuktikan dengan ibadah. Segala potensi manusia baru bernilai apabila mereka beribadah kepada Allah. Tanpa ibadah maka potensi yang dimilikinya akan menghilang dan hancur. Kekuatan pun akan luntur sehingga mudah diinjak oleh musuh Islam sebagai akibat dari hilangnya ibadah karena memperturutkan hawa nafsu. · Ibadah itu sendiri sebagai wujud dan bukti realisasi iman (tahqiyqul iman). Iman perlu dibuktikan di dalam perbuatan, perbuatan itu sendiri adalah ibadah. Dalil · 9: 119 ; · 9: 120 ; 1. As Sidiq Syarah 226
· Iman yang terwujud di dalam ibadah akan menghasilkan sifat sidik bagi pemegang dan penganutnya. Pemegang iman akan bersifat sidik dari segi al qalb sehingga menghasilkan kekuatan pendobrak (quwwatul indifa’), kemudian sidik di dalam lisan akan menghasilkan kekuatan kesan/pengaruh (taktsir) dan juga sidik di dalam amal akan menghasilkan kekuatan hasil (quwwatul intaj). Dalil · Lihat bahan sidik fi dakwah · 49: 15 ; 1. Tasdiq (membenarkan) Syarah · Apabila kita mempunyai sifat sidik maka Allah Swt pun akan membenarkan dan memberikan kepercayaan kepada kita. Bentuk kepercayaan yang Allah berikan adalah diangkatnya kita menjadi orang yang bertakwa, dibantunya dari kesusahan, diberi rizqi, hidayah, berkah, dan rahmat. Selain itu bentuk kepercayaan yang Allah berikan adalah kita mendapatkan kepercayaan sebagai khalifah dan mendapatkan kedudukan yang mulia disisiNya. Dalil · 33: 23 ; · 22: 39 ; 1. Al Makanah Syarah · Kepercayaan dan kedudukan yang Allah berikan sebagai khalifah adalah wujud Allah Swt memberikan makanah (kedudukan) yang mulia. Diantara kedudukan ini adalah diberinya kekuasaan untuk memerintah di bumi dan kemudian peranan khalifah berjalan. Dalil 22: 41 ;
227