Materi Aik Iv

  • Uploaded by: Riska Novita
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Aik Iv as PDF for free.

More details

  • Words: 2,393
  • Pages: 8
KONSEP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI Setelah manusia diciptakan Allah tidaklah dibiarkan dalam kebodohan sehingga makhluk ini mengembara di atas bumi dengan tidak berdaya. Tapi Tuhan Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa akal dan pengertian, diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu menyelidiki dan menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit demi memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta karakteristik-karakteristiknya dari benda-benda (segala sesuatu). Yang demikian itu adalah jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat bagi manusia, seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. 17 (Al-Isra’) : 70. Ketika Al Qur’an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT. Dinyatakan dalam QS. 13 (Al-Ra’du) : 2. Kata sakhkhara, artinya member kemudahan atau dapat memberi keuntungan. Sakhkhara mempunyai dua arti, yaitu : pertama, sesuatu yang dapat diambil manfaatnya di bawah kontrol yang sempurna dari manusia dan dapat digunakan dalam beberapa cara menurut kehendak-Nya. Kedua, berarti sesuatu itu tetap teratur dan sistem regular hukumhukumnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Malah makhluk langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia, agar tunduk kepada manusia. Alam dengan hukumhukumnya yang teratur dapat dimanfaatkan manusia. Dengan kemampuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang ke udara seperti burung. Manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Malah dengan teknologinya manusia dapat membuat terowongan untuk jalan kereta api atau mobil. Dan dengan teknologinya pula manusia dapat membuat terowongan di bawah dasar laut. Manusia mulai berfikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai kekuatan dan kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik. Siapakah sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan manusia untuk menguasai bendabenda material dan memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhannya sendiri? Ini semua

untuk memberikan keuntungan dari Allah, bahwa manusia diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi. Ingatlah Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq ( bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk, bukan kepada alam dan segala yang diciptakan. Allama bil-qalam (yang mengajar dengan qalam). Makna qalam terus berkembang sepanjang zaman, mulai dari alat tulis sederhana, sampai arti qalam di abad modern ini, seperti mesin tik, komputer, mesin-mesin percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini yang mengagumkan adalah handphone dengan aneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam adalah alat tulis dan alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para Nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat.

1. Kedudukan niat dalam pengembangan teknologi Nabi bersabda : “Sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat (HR. Bukhari Muslim). Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Dinyatakan dalam QS. 98 (AlBayinah) : 5. Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmallah (dengan nama Allah), karena dalam Islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan menuntut ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat. Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini Al Qur’an memberikan arahan, jika seseorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya, tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan di sini, hanya di akhirat nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan manusia yang di permudah. Berpijak kepada dasar dan motif alam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah. Sehingga dapat dicapai kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.

2. Tujuan pengembangan teknologi o Menerapkan ilmu yang bermanfaat o Kemakmuran dunia o Kemajuan peradaban manusia

3. Kejujuran dalam pengembangan teknologi Berbicara mengenai kejujuran pasti berkaitan dengan etika sedangkan etika sendiri memang bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Etika lebih merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan moralitas. Kendati demikian etika tetaplah berperan penting dalam IPTEK. Penerapan IPTEK dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari memerlukan adanya dimensi etis sebagai pertimbangan yang terkadang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan IPTEK selanjutnya. Hakikatnya, IPTEK dipelajari untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia, dan bukan sebaliknya, menghancurkan eksistensi manusia dan justru menjadikan manusia budak teknologi. Oleh karena itu, tanggung jawab etis diperlukan untuk mengontrol kegiatan dan penggunaan IPTEK. Dalam kaitan hal ini, terjadi keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal. Keberadaan tanggung jawab etis tidak bermaksud menghambat kemajuan IPTEK. Justru dengan adanya dimensi etis yang mengendalikan, kemajuan IPTEK akan semakin berlomba-lomba meningkatkan martabat manusia sebagai “tuan” teknologi dan bukan hamba teknologi. Tanggung jawab etis juga diharapkan mampu menginspirasi, memacu, dan memotivasi manusia untuk mengembangkan teknologi yang IPTEK yang tidak mencelakakan manusia serta aman bagi lingkungan hidup. Pada awalnya teknologi diciptakan untuk meringankan dan membebaskan manusia dari kesulitan hidupnya. Namun manusia justru terjebak dalam kondisi konsumerisme yang semakin meningkatkan ketergantungan manusia akan teknologi dan parahnya, menjadikan manusia budak teknologi. Manusia semestinya memajukan IPTEK sesuai dengan nilai intrinsiknya sebagai pembebas beban kerja manusia. Bila tidak sesuai, maka teknologi justru akan menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat, karena ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Selain itu, martabat manusia akan semakin direndahkan dengan menjadi budak teknologi, berbagai penyakit sosial merebak di masyarakat, hingga pada fenomena dehumanisasi ketika manusia kehilangan peran dan fungsinya sebagai makhluk spiritual.

Apakah kemajuan iptek itu merendahkan atau meningkatkan keberadaan manusia sangat ditentukan oleh manusia itu sendiri, karena IPTEK sendiri merupakan salah satu dari 7 cultural universal yang dihasilkan manusia yang terdiri dari: sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan, bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem peralatan hidup. Oleh karena itu, perkembangan IPTEK haruslah diikuti kedewasaan manusia untuk mengerti mana yang baik dan yang buruk, mana yang semestinya dan yang tidak semestinya dilakukan dalam pengembangan IPTEK. Di sinilah peran etika untuk ikut mengontrol perkembangan IPTEK agar tidak bertentangan dengan niilai dan norma dalam masyarakat, serta tidak merugikan manusia sendiri. Etika, terutama etika keilmuan sangatlah penting dalam kehidupan ilmiah karena etika keilmuan menyoroti kejujuran, tanggung jawab, serta bebas nilai atau tidak bebas nilai dalam ilmu pengetahuan. Berbicara masalah bebas nilai atau tidaknya ilmu pengetahuan sangatlah relevan dengan apa yang terjadi di zaman Renaissance, yang terkenal dengan paham Aufklarung yang mendewakan rasionalitas manusia. Pada zaman kegelapan (Dark Age), gereja senantiasa mengatur dan mengendalikan kaum cendekiawan sehingga mereka merasa sangat terkekang. Setiap teori atau penemuan-penemuan baru hanya dapat dipergunakan dengan persetujuan dan pengakuan gereja. Sejak saat itulah para cendekiawan Barat beranggapan bahwa nilai dan norma hanya menghambat kemajuan IPTEK. Pemahaman rasional tentang dirinya dan alam mengantar manusia pada suatu pragmatisme ilmiah, dimana perkembangan ilmu dianggap berhasil ketika memiliki konsekuensi-konsekuensi pragmatis. Keadaan ini pula yang menggiring ilmuwan untuk menjaga jarak terhadap problem nilai secara langsung. Untuk menentukan bahwa ilmu itu bebas nilai atau tidak, maka diperlukan sekurangkurangnya 3 faktor sebagai indikator. Pertama, ilmu tersebut harus bebas dari pengandaian dan pengaruh faktor eksternal seperti politik, ideologi, agama, budaya, dll. Kedua, perlunya kebebasan usaha ilmiah demi terjaminnya otonomi ilmu pengetahuan. Ketiga, tidak luputnya penelitian ilmiah dari pertimbangan etis yang selalu dituding menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Indikator pertama dan kedua memperlihatkan upaya ilmuwan untuk menjaga objektivitas ilmiah ilmu pengetahuan, sedangkan indikator ketiga ingin menunjukkan adanya faktor X yang hampir mustahil dihindarkan dari perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu pertimbangan etis. Selain 3 indikator tadi, masih ada indikator keempat yang amat sulit ditolak oleh ilmu pengetahuan, yakni kekuasaan. Perkembangan IPTEK selalu sarat dengan berbagai kepentingan, terutama kepentingan kekuasaan yang kadang memunculkan konflik kepentingan antara ilmuwan dengan truth claim melawan penguasa dengan authority claimnya. Dan di negara berkembang, konflik itu hampir selalu dimenangkan pihak penguasa.

Ilmu sendiri, baik secara teoritis maupun praktis tidak pernah bebas dari nilai. Selalu ada kepentingan yang bermain di dalam ilmu itu. Namun, pertimbangan etis semestinya hanya berperan sebagai rambu-rambu saja, dan bukannya mengekang perkembangan IPTEK tersebut. Kesalahan Barat adalah mereka menganggap bahwa ilmu selalu bebas nilai dan sudah semestinya ilmu pengetahuan tidak berhubungan dengan agama (sekularisme). Akan tetapi, intervensi nilai yang berlebihan ke dalam ilmu pengetahuan juga akan mengekang kreativitas manusia dalam berpikir. Ilmu pengetahuan semata-mata hanya menjadi alat dari berbagai macam kepentingan, terutama kepentingan ideologis dan politik. Karena

IPTEK

tidaklah

bebas

nilai,

maka

sudah

sewajarnya

kita

mengkuti

perkembangannya, asalkan jangan sampai kita terjebak rasa ketergantungan pada teknologi. Teknologi hanyalah alat untuk membantu meringankan beban kerja kita sehingga jangan sampai justru kita menjadi malas dan diperbudak teknologi. Dalam perkembangan teknologi komunikasi dan komunikasi kontemporer sendiri, sudah begitu banyak media yang dikembangkan untuk memperlancar komunikasi dan memperpendek jarak antar manusia. Sebut saja komputer, jaringan telepon selular yang dibantu adanya satelit komunikasi, serta internet yang mengusung Super Highway Communication dengan electronic mail. Selain itu, telepon selular di beberapa negara pun sudah dilengkapi fasilitas 3G atau bahkan 4G yang memungkinkan manusia mengakses data dalam waktu yang amat singkat. Berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantar kita pada kemudahankemudahan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari baik di rumah, sekolah, maupun kantor. Namun, jangan sampai justru dengan segala fasilitas itu kita menjadi diperbudak oleh alat. Kita adalah manusia yang bisa berpikir dan menciptakan berbagai macam peralatan. Oleh karena itu hendaknya kita menciptakan teknologi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan manusia, bukannya membuat manusia harus menyesuaikan diri dengan teknologi.

4. Sarana pengembangan teknologi o Lembaga pendidikan o Lembaga riset o Laboraturium o Efek penemuan baru o Alat-alat o Biaya

5. Stimulasi Al-Qur’an dalam pengembangan teknologi Sebuah fakta baru penelitian menyatakan “bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang kita tahu selama lebih dari 15 tahun yang silam. Berdasarkan penelitian Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dari University of Vienna, Austria dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect”, terhadap 3000 partisipator, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spesial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart”. Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filosof, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius. Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial. Di balik keguncangan itu, hadir pula hasil penelitian yang mengejutkan dunia sains dan teknologi dengan berbagai hasil penemuan dan penelitian mengenai kehebatan dan kedahsyatan al-qur’an. Penemuan dan penelitian tersebut seakan mematahkan semua teoriteori stimulasi dan terapi dengan menggunakan al-qur’an yang mampu menembus segala dimensi, bahkan bebas ruang dan waktu. Salah satu penelitian terkemuka abad ini adalah mengenai Sound Healing, terapi dan stimulasi dengan menggunakan efek suara yang dapat menembus seluruh dinding sel tubuh manusia, bahkan sel-sel otak sekalipun. Seorang peneliti ilmiah berkebangsaan suriah, ir. Abdu al-Daim al-Kahil, menemukan bukti-bukti konkret bahwa al-qur’an tidak pernah bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah yang tak terbantahkan, dan ia menunjukkan gambaran yang benar tentang Islam. Ia telah melakukan berbagai macam uji coba dan penelitian ilmiah mengenai efek dan pengaruh alqur’an terhadap seluruh sistem kesehatan fisik maupun psikis manusia. Menurutnya, berdasarkan uji laboratorium yang dimilikinya, suara-suara ayat-ayat al-qur’an dapat memberikan efek yang lebih signifikan dibanding sekedar suara musik dan hiburan yang mengundang tawa dan bahagia. Dari sekian banyak model dan bentuk terapi yang sudah ia teliti, ternyata terapi al-qur’an jauh melampaui segala jenis terapi yang sudah diterapkan selama ini, karena ia bukan hanya dapat memberikan kesenangan, namun juga ketenangan.

Penelitian abad ini bukanlah sebuah penemuan baru, tetapi hanya menguatkan fakta sejarah generasi sahabat-sahabat Rasulullah saw yang disebut “khair al-qurun”, yaitu para sahabat-sahabat qur’ani yang mengalami perubahan perilaku jahiliyah menuju madaniyah, bahkan perubahan peradaban bangsa Arab secara totalitas. pernyataan ini diamini oleh Dr. Ustman Najati, penulis buku “al-qur’an wa ilmu al-nafs” menyatakan bahwa “sesungguhnya al qur’an diturunkan untuk mengubah pola pikir, sikap dan prilaku manusia. Hal itu dibuktikan dengan sejarah perubahan dan peradaban bangsa arab jahiliyah pasca turunnya al qur’an. Kemajuan sains dan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kecerdasan spiritual (iman yang kokoh) ternyata bukan membuat generasi bangsa ini menjadi lebih baik, tetapi sebaliknya berubah menjadi generasi yang kasar dan keras “premanisme”. Hasil penelitian beberapa Departemen RI seperti ; BKKBN, KPAI, PUSAT INTELEGENSIA DEPT.KESEHATAN, dan lainnya menunjukkan peningkatan kasus-kasus kriminalitas yang disebabkan oleh; pornografi, prostitusi (HIV/AIDS), narkoba, bunuh diri dan pembunuhan. Masih banyak lagi berbagai dekadensi moral yang dapat disaksikan langsung maupun tidak langsung melalui media cetak maupun elektronik lainnya. Diduga kuat kondisi ini disebabkan telah terjadi apa yang disebut dengan istilah “KERUSAKAN OTAK PERMANEN” yaitu kerusakan yang terjadi pada FRONTAL LOBE. Menurut para ahli, tugas bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga, kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.” demikian menurut Prof. Muhammad Yusuf Sakr. Hal ini sejalan dengan ungkapan Prof. Keith L.More, menurutnya; “ubun-ubun merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun. (lihat. Q. S. al-Hud: 11 : 56, Q. S. Ar-Rahman : 55 : 41, dan Q. S. al’Alaq : 96 : 15 – 16). Menyelamatkan generasi seyogyanya dimulai sejak dini (mulai proses pembuahan janin), tetapi tidak ada kata ”terlambat” untuk sebuah proses peremajaan dan perbaikan. Al-qur’an memiliki daya energi yang mampu merubah kerusakan prilaku bahkan kecerdasan otak sekalipun. Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek ketenangan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai

penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya.

Related Documents

Materi Aik Iv
August 2019 24
Aik.
October 2019 34
Materi Iv - Array
June 2020 6
Aik Readme
May 2020 8

More Documents from ""

Tranformasi Linier
August 2019 27
Materi Aik Iv
August 2019 24
Riska Novita Tugas Baja
August 2019 27
Presentation1.pptx
June 2020 54
English Unit4(1)-1.docx
November 2019 80