~masa Lampau~

  • Uploaded by: Alexander Agung Jan Merebean
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View ~masa Lampau~ as PDF for free.

More details

  • Words: 859
  • Pages: 6
…Masa Lampau… Karya: AyEx “TiLaR” Merebean

S

eorang laki-laki duduk terdiam mematung dan menghisap sebatang

rokok dalam-dalam seakan mengenangkan sesuatu peristiwa masa lalu yang mengusik otaknya. Kepulan asap kian terlihat pekat diantara bibirnya, sesaat hembusan nafas beratnya meniupkan jutaan nikotin yang terlumat dari rongga mulutnya. Terkadang senyum tipis tersirat diwajahnya. Sejuta kerinduan seakan membebaninya. Pandangan sayu namun tajam terlihat dari sorotan mata separuh baya itu. Tangan kirinya kembali mengambil pena yang tergeletak di meja kerjanya serta-merta diambil beberapa lembar kertas kosong dan kemudian laki-laki itu mulai menulis… Sahabatku, sejuta kerinduan ingin kurajut bersama geliat bumi berotasi atau bahkan berevolusi terhadap matahari. Aku merindukan engkau bersatu denganku untuk temaniku selalu dalam keheningan, raupkan segala kegembiraan masa lampau yang telah kita bingkai bersama… Dimanakah engkau sahabatku? Adakah jiwamu juga mengingatku? Dalam kepedihan, dalam kesenangan atau bahkan dalam deritamu apakah kau akan selalu mengingatku? Ingatkah kau permulaan dari persahabatan kita? Cerita dimana kita rajutkan dan ambil inti sari dari persahabatan kita?? Masa lampau yang selalu membuat kita terkenang, kisah masa lampau yang akan selalu tersimpan dalam hati sampai akhir cerita hidup kita?? Hari itu…. Laki-laki itu terdiam sejenak, teringat akan sebuah peristiwa yang terukir teramat dalam di hatinya. Di ambillah sebatang rokok dari saku bajunya sekaligus menyalakannya… Kembali kepulan asap putih kecoklatan keluar dari rongga mulut laki-laki itu… Ingatannya kembali melayang pada peristiwa puluhan tahun silam… Bramantio Hai Arjun, apa yang sedang kau lakukan dengan kerang itu??

Biarkan dia hidup bebas di laut! Jangan kau kekang dia dalam genggamanmu! Tuhan tak akan mengijinkan kau untuk mengekang sesama mahluk hidup demi kesenanganmu! Itu dosa namanya! Arjuna Ah… biarkan saja dia ada digenggamanku! Dia mahluk yang lucu! Tenang nanti kita pelihara bersama agar dia tetap merasa hidup dialam bebas…. Kita buatkan rumah yang bagus baginya sesuai dengan tempat dia hidup…. Tentu saja dia akan merasa hidup di alam bebas! Iya kan?? Bramantio Kubilang lepaskan! Kau sungguh teman yang bebal! Arjuna Sekali kubilang tidak ya tidak! Aku ingin kerang ini ditanganku! Bramantio Lepaskan! Arjuna Tidak! (menggenggam kerangnya) Bramantio Lepaskan! (mencoba merebut kerang) Arjuna Tidak! Bramantio

Kubilang lepaskan! (sambil memukul muka Arjuna) Arjuna Aduh!! (keduanya saling terdiam) Laki-laki itu tersentak mengingat hal itu sambil dia hujamkan rokok yang hamper menjadi putungan itu ke dalam asbak. Mata laki-laki itu nanar kemudian berangsur-angsur menjadi sayu kembali… Tangan kirinya kembali menggerakkan pena yang sedari tadi tergenggam di telapak tangannya… Sahabat, ingatkah kau apa yang terjadi saat itu?? Kita saling terdiam membisu tak berkata sedikitpun… Aku mengerti jikalau waktu itu amarah mewarnai jiwa kita masing-masing… aku terpukul…aku tersiksa mengapa kejadian itu terjadi begitu saja… Arjuna (berdiri dan mengambil sebatang kayu) Bramantio Arjun….!! Mau kemana kamu? Apa yang akan kau lakukan dengan batang kayu itu?? Apakah engkau hendak memukulku kawan?? Maafkan aku kawan… Arjuna (tetap terdiam dan tampak menulis sesuatu di pasir) “Hari ini sahabatku telah memukulku…” begitulah tulisan yang tertulis di atas pasir pantai… semua terasa diam membeku untuk sementara… perasaan tidak menentu meluap-luap diantara jiwa kita… keheninganpun kian menusuk… mengharu birukan keadaan yang tadinya penuh canda tawa… namun tiba-tiba… Senyum tipis mewarnai bibir laki-laki paruh baya itu. Senyum tipis dari seorang yang mengenang peristiwa pahit masa lalunya…

Kembali dinyalakan batang rokok yang ketiga sepanjang dia terhanyut dalam aliran tulisannya. Pikirannya pun kembali menerawang mengorek segala memori terpendam yang sangat ia rindukan… Arjuna Bram, ayo kita main di tepian pantai sebelah sana… Ku dengar banyak orang memasang perangkap untuk mendapatkan biawak… Siapa tahu kita salah satu orang beruntung itu… Bramantio Kau tidak marah kepadaku??? Baiklah kawan, aku ikut denganmu…. (mereka berlarian kearah lebih ke dalam) Nelayan Hei anak-anak!! Jangan main di daerah itu!! Hari sudah mulai gelap! Lekaslah kalian pulang!! Tak baik anak kecil bermain di tepi pantai sore-sore begini! Arjuna & Bramantio (tersentak kaget dan menjawab bersamaan) Baik Paman… Hah… namanya juga anak-anak… sungguh jiwa yang tak bisa diatur. Selalu saja mempunyai dunia sendiri di dalam imanjinasinya… sore itupun kulewati hari itu bersamamu…penuh canda tawa hingga akhirnya….. Arjuna Aduh…!! Tolong!! Tolong!!

Bramantio Apa yang terjadi padamu kawan??? Arjuna Kakiku tersangkut perangkap ini!! Tolong aku kawan!! Tolong aku Bram!! Bramantio Tenang dan bersabarlah kawan… Aku tidak akan meninggalkan engkau…. Akan kucari tali untuk mengangkatmu!!! (berlari mencari tali) Segera ikatkan tali ini ketubuhmu… Biarkan kutarik badanmu hingga ke atas… Bersabarlah kawan…. Arjuna Baiklah kawan… Sesampainya di atas apa yang terjadi?? Keheningan menyelimuti kita kembali… aku tak mengerti apa yang terjadi hingga keheningan itu kembali memeluk erat jiwa kita masing-masing… mulutmu terkatup … akupun turut diam… Bramantio Mari… biarkan kubalut kakimu… Dan kutatih kau ke tempat yang lebih nyaman… Arjuna (terdiam dengan mata berkaca-kaca) Tunggu!! (berlari kearah batu karang dan memahat kata-kata)

“Hari ini sahabatku telah menolongku…Bramantio Airlangga…” begitulah tulisan itu terpahat di batu itu… kita kembali terdiam… hanya angin dan deburan ombak yang menjadi saksi peristiwa hari itu… kejadian masa lampau yang sungguh tak mungkin terlupakan hingga ajal menjemput… kini aku menyadari sentuhan kasihmu wahai sahabatku Arjuna Herlambang… Laki-laki paruh baya itu terdiam, terpekur. Isak tangisnya tertahan tak tergambarkan kepedihannya. Dilipatnya kertas yang telah ditulisnya itu dan dimasukkan ke dalam amplop kecil. Diletakkannya pelan-pelan amplop itu tepat di depan foto 2 orang anak kecil yang duduk dipantai bersimbah pasir putih teluk penyu. Amplop itu tertulis Untuk Almarhum Sahabat Sejatiku Arjuna Herlambang…

Related Documents

~masa Lampau~
June 2020 29
Masa
June 2020 38
Masa
December 2019 50
Bhadrapada Masa
May 2020 23
Masa, Balanza.docx
June 2020 27
Masa Anak.docx
December 2019 21

More Documents from "Husrianti Husain"

Curahan Hatikoe
June 2020 31
Bidadari Hati
June 2020 24
~masa Lampau~
June 2020 29
Apakah Kau Mencintaiku
June 2020 26
Lukisan Wanita
June 2020 20