Curahan Hatikoe

  • Uploaded by: Alexander Agung Jan Merebean
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Curahan Hatikoe as PDF for free.

More details

  • Words: 3,521
  • Pages: 17
Curahan Hatikoe Karya: AyEx “TiLaR” Merebean

1Januari 2008 Hari ini, dimana setiap orang merayakannya sebagai awal tahun yang baru dalam hidup mereka. Banyak harapan, doa, tekad, dan cita-cita terangkai dalam awal tahun ini. Akupun berlaku demikian. Aku ingin setiap arena yang aku datangi menjadikanku seorang jiwa yang bermegah dalam nama Tuhan. Sudah begitu lama aku tenggelam dalam lautan dosa, yang mungkin tak terampunkan. Aku hanya meyakini sebuah suratan takdir yang ditulis sendiri oleh Bapa untukku. Meskipun aku belum pernah bertemu dengan Beliau. Namun tangan kasihNya lah yang membuatku bertahan hingga saat ini. Begitu banyak cerita masa lalu yang selalu terngiang dan berakar di hatiku dan juga otakku tentang kegagalan dan kepedihan hati. Sebenarnya aku tak ingin semua itu terjadi. Namun itulah jalan hidupku yang mau tidak mau harus kulalui. Itulah piala pahit yang mau tidak mau dipercayakan oleh Bapa kepadaku untuk kuminum. Terkadang aku selalu mengeluh dan menyesali apa yang terjadi, dan terkadang pula aku mengutuknya sebagai sebuah cobaan yang tiada henti hingga aku merasa orang yang paling sengsara di dunia ini. Itulah aku waktu lampau. Di tahun ini,berbagai cerita ingin aku ukir dengan tinta emas yang tak akan pernah aku lupakan. Aku ingin lulus jadi seorang sarjana di tahun ini, aku ingin mencapai apa yang menjadi keinginan jiwaku dan kerinduan hatiku akan seseorang yang saat ini aku cintai. Aku takkan lagi mudah putus asa dalam menghadapi masalah,

keadaan, dan juga cerita tentang kepedihan. Karena aku yakin semua adalah kehendak Bapa. Aku ingin memberikan sedikit kebahagiaan bagi orang tuakua, adikadikku dan orang-orang yang selalu mendukungku baik susah maupun senang. Karena merakalah milikku di dunia ini.ketekunan, keteguhan hati, dan cinta kasih, akan menjadi modal awal aku beranjak menjadi sebuah tonggak dalam panji-panji kemerdekaan jiwaku. Semoga Bapa mendengar doaku, dan kesemuanya terjadi dalam kehendakNya, karena aku bukan siapa-siapa di hadapanNya. BagiNya, aku hanyalah sebutir pasir di pantai yang dengan mata telanjang tak dapat sedikitpun terlihat. BagiNya, aku hanyalah debu yang selalu mengotori halaman rumahNya. Karena bagaimanapun juga, aku hanyalah milikNya yang senantiasa berada dalam kuasaNya. Pagi ini, 02.11.45, mungkin aku bertemu dengan takdirku. Takdir dimana aku harus menulis kembali kisah mengenai Bintang yang menjadi pelita dalam hatiku. Bintang dimana, sulit untuk kugapai dalam angan sekalipun. Janji yang terlontar di penghujung tahun inilah, yang membuatku untuk tetap mempertahankannya dalam benakku untuk kuraih dan kumiliki. Meskipun aku tak mengerti apa yang akan terjadi kelak, hanya Bapalah yang Maha Mengetahui bagaimana awal dan akhir ceritaku dengan bintang. Bapa...kuserahkan jiwa dan ragaku sepenuhnya kepadaMu dalam setiap pikiran, perjalanan, perkataan dan perbuatanku. Ampunilah segala dosa yang selalu hadir dalam hidupku.... Amin. Dan di pagi ini telah kuucapkan kata kepada Bintang yang saat ini temani setiap mimpiku, bahwa aku akan mencintainya hingga dilahirkan kembali... Entah apa yang membuatku berkata demikian. Yang aku tahu kata hati manusia adalah petunjuk

dalam kehidupannya. Dan aku percaya dengan kata hatiku mengenai semua ini. Perhaps.... Rabu, 2 Januari 2008 05.14 aku terbangun tanpa mengerti apa yang sedang terjadi. Akhir-akhir ini aku sering terbangun di pagi hari tanpa alasan tertentu. Mungkin karena otakku dan imajinasiku yang terlalu meluap-luap yang membuatku selalu saja bermimpi dan terbangun saat mimpi itu menceritakan sesuatu yang sedang menjadi pokok pikiranku saat ini. Aku heran mengapa kejadian ini selalu terjadi? Aku hanya berharap semua ini bukanlah sesuatu hal yang nantinya menjadi sebuah ketakutan yang seharusnya tidak terjadi. Dan harapanku kesemuanya hanyalah kehendak dari Sang Maha Kuasa atas dunia ini. Masih banyak rahasia jalan hidupku yang belum kumengerti namun semuanya berjalan secara sinergi dan harmonis dalam setiap langkah hidupku. Semoga cerita yang akan terjadi adalah halhal yang mungkin menjadi berkatku. Apapun yang akan terjadi hari ini, kuserahkan semuanya kepada Bapa, ‘terjadilah padaku seturut Kehendak Mu’... 17 Januari 2008 Duniaku begitu terasa bahagia karena aku bertemu dengan pujaan hatiku. Sungguh perasaan yang lama aku rindukan dengan sepenuh hati, namun hari ini telah terobati dengan senyuman manis yang terlempar dari bibir itu kepadaku. Sepercik api kehangatan kembali memelukku bagaikan selimut hangat yang kurindukan saat jiwaku

kedinginan

oleh

kerinduan.

Aku tergila-gila hingga

tak

kuasa

aku

menggambarkannya. Begitu hangat dan lembut terasa di setiap aliran darahku tawa manja dan nada bicaranya saat suaranya merasuk ke dalam telingaku. Dialah yang aku rindu... dialah yang membuat duniaku berwarna. Aku hanya bertanya akankah ini akan terjadi di setiap hari-hariku tahun ini? Ataukah kepedeihan lagi yang akan terjadi? Kita lihat nanti keajaiban apa yang mungkin terjadi pada takdir hidupku... 31 Mei 2008 Kata terbata... Jiwa tak menentu... Bibir terkatup... Namun hati berdegup Sepenggal kata menjadi wakil Sebait puisi menjadi kecil Ketika nyali mejadi dekil Sejuta tanya menanti Seribu harap takut mati Dan akupun menjadi tak mengerti Naluri terasa mati

Menjadi puing hati Kembali tertatih menuju mati Aku menanti dengan harapan akan sebuah prasasti kepastian. Tapi jiwa terasa mati tersengat oleh keadaan yang sungguh-sugguh tak bisa kunikmati. Aku tak mau hal yang telah terlewati terjadi kembali, datang dan memberikan kepedihan hati dalam bingkai cinta mati. Aku tak mau sungguh-sungguh tak mau. Mati dalam bingkai kisah lampau, terkapar jatuh dalam kenangan masa lalu. Aku takut... aku sungguh-sungguh takut. Bala tentara hatikupun tak mampu berbuat apa-apa. Karena sang panglima terkena panah racun asmara. Tubuhnya yang tegap menggigil serasa ada yang memanggil-manggil. Jiwaya sekarat bagai esok hari adalah kiamat. Kisah ini bukan aku yang membuat. Tapi semua terasa bagai sebuah nubuat. Tercipta untuk menempa siapa yang menjadi manusia terkuat. Bukan lagi menjadi jiwa yang sekarat. 31 Juli 2008 Waktu kali ini sungguh tak menipuku... Saat ini, memang benar-benar dipenghujung bulan Juli,pertengahan tahun 2008. Aku sungguh nyata mengalami berbagai kisah yang bermacam-macam, sehingga aku sendiri tak kuasa untuk menampungnya dalam otakku.

Seharusnya bulan ini aku sudah meyelesaikan semua apa yang menjadi kewajibanku di bangku kuliah. Tapi ternyata sedikitpun aku tak mempunyai daya dan upaya untuk menyelesaikannya. Kenapa?? Kenapa dan kenapa aku selalu saja menganggap diriku ini tak pernah mampu menggapai sebuah kebahagiaan meski sebenarnya aku berhak untuk mendapatkannya. Betapa noktah dosaku kepada orang tuaku terlalu banyak... terlalu banyak waktu yang terbuang percuma, melukiskan kisah-kisah yang terkadang tak berguna. Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku kali inipun aku tak mengerti... oh betapa bodohnya aku ini... betapa lemahnya mentalku ini... seharusnya tinta emas keberhasilanku sanggup aku raih, tapi mengapa sedikitpun tanganku tak mampu menggapainya? Di malam ini juga, aku merasa diriku rendah diri... aku merasa aku tak memiliki apa-apa untuk aku banggakan dan sesuatu yang membuat orang percaya kepadaku. Aku mencintai seorang gadis impianku yang susah sekali aku pahami alur kemauannya. Aku telah mengatakan padanya bahwa aku mencintai, menyayangi dan ingin memilikinya. Tapi mengapa ia masih saja meragukan aku... aku bagai tak mengenal diriku sendiri... aku bagai berjalan di alam kesadaranku yang tak kukenal... Gadis itu begitu memberikan aku getaran aura kasih sayang yang selama ini sirna dari kehidupanku. Sapaan demi sapaan di setiap awal kumulai hariku, membuatku melayang tak menentu, hingga terkadang aku gila dan meyakini bahwa diapun mencintaiku... tapi di sudut hatiku masih juga bertanya mengapa dia masih saja meragukan cintaku? Apakah karena aku ini hanyalah manusia lemah yang tak punya nyali untuk membuktikan pada dunia bahwa aku ada dan hadir di dunia ini sama seperti manusia yang hidup bersamaku... apakah aku ini terlalu hina untuk

dipercayai? Ataukah memang tiada aura terpancar dari ragaku bahwa aku bisa dipercaya? Sungguh fenomena yang sama sekali tak kupahami... hanya seuantai kata yang dapat kuperas dari berbagai peristiwa ini. Semua yang ingin aku gapai, tidak datang dengan sendirinya! Melainkan harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Ya begitulah kiranya inti sari yang kudapatkan hari ini. Semoga aku dapat memahami dan mengerti akan semua ini... (01.06)

1 Agustus 2008 31 Juli telah terlewati seperti hari-hari lain yang kulewati sepanjang pertengahan tahun 2008 ini. Namun ada sedikit warna yang menarik dari hari itu. Kekasihku memberikan curahan hati kepadaku tentang alkisah seorang temannya yang mempunyai masalah pribadi. Bagiku hal ini permulaan yang bagus untuk langkah sebuah arti keterbukaan dan kejujuran. Aku tak menyangka peristiwa ini bisa terjadi hari itu. Memang sih bagi orang lain mungkin hal itu adalah hal biasa yang kerap terjadi, tapi bagiku hal ini kuanggap sebagai petunjuk Tuhan untuk tetap membuatku bertahan dan teguh untuk belajar dan belajar mencintai dan mengerti apa yang menjadi cerita tentang kehidupan pribadiku dengan orang yang kukasihi. Menurut sahabatku yang tidak lain adalah kakak dari kekasihku, kekasihku adalah orang keras kepala, galak , cerewet dan sebagainya. Jarang dia bisa mendekatkan diri pada orang lain selain keluarga dan sahbatnya, tapi hari itu aku dianugerahi Tuhan kesempatan untuk berbagi pendapat tentang maslah sahabatnya. Aku bersyukur bahwa Tuhan telah berkarya di dalam hati nuraninya tentang pengertian bagaimana nikmatnya berbagi kegembiraan dan kesusahan. Karena

menurutku, hal itu yang nantinya akan kerap kami lakukan jika dalam kenyataannya dia berjodoh denganku... ya begitulah perasaanku saat ini. 1 Agustus 2008 ini aku bersyukur masih bisa memberikan selamat ulang tahun kepada ayahandaku yang tercinta. Meski di satu sisi aku masih berhutang hadiah ulang tahun kepada beliau. Bahwa aku bisa lulus di hari ulang tahunnya. Tapi ternyata aku masih belum mampu memberikan sedikit kebahagiaan kepada beliau, aku masih terlalu angkuh dan egois untuk memberikan seikit kebahagiaan kepada beliau. Papa, alex minta maaf blum bisa memberikan kebahagian kepada papa dan mama. Seharusnya alex mampu melakukannya, tapi keraguan akan diri sendiri alex yang membuat alex tetap terperangkap dalam naluri keegoisan. Pa, alex ingin membuat papa selalu tersenyum bangga dan sedikit membuat papa berjalan tegap dengan penuh kebanggaan bahwa alex bisa menjadi kebanggaan papa. Doakan alex ya pa, semoga restu papa dan mama membimbing alex mencapai apa yang menjadi harapan papa dan mama dan juga cita-cita alex sendiri. Selamat ulang tahun pa... semoga panjang umur, pajang rejeki, penuh dengan limpahan rejeki, rahmat kebahagiaan. Dan selalu doakan alex yang masih seperti kala ini. Ampuni segala dosa alex kepada papa dan mama dan tetaplah menjadi supporter alex seumur hidup alex. Karena tanpa cinta kasih papa dan mama alex tidak akan menjadi seperti sekarang ini. I Love you Pa.... 5November 2008 Pagi ini 3.40 aku merasa terpukul hebat oleh sebuah kenyataan bahwa aku telah mencintai seorang anak manusia yang terlahir begitu indah nan rupawan. Aku

tak mengerti bagaimana awal mula semua yang telah terjadi. Aku begitu mengaguminya hingga tanpa sadar aku telah merebut sebuah piala berharga dari seorang sahabatku. Pagi ini di saat aku menikmati minuman yang sedikit memabukkan, aku mendengar curahan hati seorang sahabatku, bahwa ia mencintai seorang gadis yang juga aku cintai. Betapa kacau balau perasaan yang aku rasakan saat ini, aku seakan jatuh tertimpa tangga. Sahabat yang mencintai orang yang aku cintai adalah saudaraku sendiri di dalam TiLaR. Aku bingung harus berlaku apa. Dari semua perkataan sahabatku itu, ia menyatakan bahwa dalam hatinya telah tumbuh benihbenih cinta yang mendalam pada gadis yang aku cintai. Sahabatku bertutur dengan penuh perasaan bahwa ia mencintai gadis yang aku cintai. Akupun terharu dibuatnya, aku merasa tak kuasa untuk menyakiti perasaan sahabatku itu. Dalam perkataannya yang kudengar, ia rela mengorbankan apapun yang ia punya demi kebahagiaan gadis yang kucintai. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Di satu sisi aku mencintai gadis itu, namun di satu sisi aku mengasihi sahabatku. Aku merasa berada diujung waktu permainan waktu hukuman gantung. Dalam hitungan detik nyawaku melayang karena tali gantungan yang siap menyergap dan menghabisi nyawaku... Hari ini, aku mendengarkan keluh kesah sahabatku, bagaimana dengan sepenuh hatinya ia rela berkorbang bagi gadis yang kucintai. Haruskah aku mengalah dengan keadaan yang menghimpitku? Ataukah aku tetap maju dengan gagah perkasa memperjuangkan kebahagiaanku sendiri tanpa peduli nasib hati sahbatku? Jujur aku terundung kebingungan yang begitu mencekam jiwaku! Apa yang harus aku lakukan Tuhan?? Apa yang harus aku tentukan untuk membuat semuanya baik adanya? Haruskah aku tetap memperjuangkan cintaku ataukah aku harus mengalah dengan keadaan yang menderaku? Aku pusing... aku bingung... semua terjadi begitu alamiah

dan aku tak berhak memutuskan tali cinta kasih sahabatku pada gadis yang aku cintai... aku sungguh-sungguh buta menentukan arah jalan kemana aku harus melangkah... Tuhan tolong aku... 3Januari 2009, 01:40 Alam tersenyum padaku balutkan dingin yang menerpa sumsum tulangku. Rajutan awan hitam kelam membuat malam semakin menghitam. Desiran kesepian rancangkan kesunyian saak aku terpaku diam dalam kesendirian. Aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku tak tahu akan berkata apa tatkala bibir terbungkam dan hanya kepulan asap yang kuhisap dalam-dalam setia menemaniku. Sejuta pesona pikiran hinggapiku dalam kesendirian menuai satu demi satu bahkan helai demi helai persoalan hidupku. Ya… helai-helai benang takdir yang terlihat lembut dan halus, serasa menyeruakkan ancaman, bagai kawat emasa yang begitu tajam berusaha mencekik leherku yang tergeletak pasrah. Kilatan cahaya pengharapan serasa menjauhiku dan menjauhiku seakan merasa jijik kusandingkan dalam sanubariku. Ia menjauh…. Samar… dan kemudian menhilang begitu saja… Aku terpuruk dan terkapar di sudut ruang gelap tak bertepi… sendiri… dan sunyi. Tak seorangpun sudi berziarah… tak seorangpun sudi menjamah… dan aku hanya bisa terpekur berair matakan darah. Sungguh kesedihan sajalah yang merambah. Aku berusaha tabah, tapi tak satupun ada yang berubah. Aku berusaha bersabar hingga kurasakan segalanya tetap saja hambar… Hidupku sunyi dan lengang… tak kutemukan satupun keindahan karena yang kutemukan hanyalah gelap. Tak satupun bisikan lirih suara, karena yang kutemukan

hanyalah sunyi. Tak satupun bau yang dapat kuhirup, karena yang kutemukan hayalah hidung yang kelu… Apakah arti semua ini?? Disaat aku mencoba bangkit meraba apa yang ada di atas kepalaku, tak satupun benda kutemukan. Dan disaat aku coba untuk berteriak, tak satupun kata yang mampu terucap. Kali ini aku bagai mummy atau mungkin lebih teptnya zombie. Tapi apakah benar kini aku sebuah mummy? Atau aku ini adalah zombie? Karena aku hidup tanpa rasa! Aku bergerak, namun tak punya arah. Lalu apakah aku ini? Pernah aku bertanya pada pekatnya malam, “Wahai malam, siapakah gerangan aku ini?”. Bisu yang kutemukan. Terkadang sengaja aku bertanya pada udara yang sudi memasuki rongga dadaku, “Wahai udara, siapakah aku ini? Adakah kau mengenaliku?”. Tetap saja sunyi yang kutemukan. So, who am i? Siapakah aku ini? Disaat aku butuh sebuah perwujudan pengakuan, tak seorangpun atau bahkan tak ada sesuatupun yang sudi memberikan jawaban. Kadang aku tertunduk merasa lelah karena selalu saja kalah bagai seorang tawanan perang yang siap menghadapi hukuman penggal. Karena tanpa ada sebuah jawaban atau bahkan pertanyaan yang berarti dan memberikan arti tentang siapakah aku ini? Mengapa aku ada waktu itu? Lain waktu aku menyadari dan merasa bahwa aku tercipta oleh 2 mahluk yang saling mencintai dengan restu dan anugerah sang empunya kekuatan terbesar jagad ini. Tapi siapakah mereka? Siapakah yang membuat aku ada? Siapakah yang membuat tawa itu ada? Kegembiraan? Atau bahkan sebuah kepedihan? Who is that? Kekuatan siapa? Cinta siapa? Siapa yang saling mencinta? Aku bingung… aku jenuh!!

Mengapa aku harus bertanya dan selalu bertanya pada hal yang sama? Mengapa tiap detik waktu, aku harus bertanya tanpa ada sebuah jawaban yang sempurna? Sungguh peristiwa yang sama sekali tak terpikir olehku! Sama sekali tak kupahami! Sungguh peristiwa yang tak mampu aku salami… Siapakah aku ini? Apakah aku ini? Mengapa aku ini? Atau bagaimana aku ini? Atau yang mana sih aku ini? Fiiiuuuuhhhh… aku benar-benar bingung…. Kemana harus kulayangkan tanyaku ini? Kemana harus kubawa tanyaku ini? Kemanana harus kutanyakan hal ini? Kepada gelapkah? Karena ia yang selalu menemani aku dalam kebutaanku? Kepada benang tajamkah? Karena ketajamannya yang akan mencekik atau bahkan memotong kepalaku? Aaarrrgghhhh… entahlah…. Aku hanya bis pasrah… karena aku terlahir hanya untuk mengalah dan pasrah… dan aku akan tetap berserah… 3 Januari 2009, 02:45 Aku jenuh berkawan karena kawan lebih jahat dari lawan… Aku bosan berteman karena teman akan lengang oleh jaman… Aku tak sudi dicintai karena aku lelah untuk mencintai… Aku tak mau di sayangi karena aku terlalu angkuh untuk menyayangi… Bukan hanya kau yang merasakan! Bukan hanya dia yang dia yang mengidam-idamkan! Sebuah rasa dimiliki!

Sebuah rasa dicintai! Sebuah rasa disayangi! Tapi aku juga! AyEx’09 3 Januari 2009, 03:09 …Aku, Kau dan Masa Lampau… Dinda yang terkasih dan paling kusayang, kita pernah rasakan peristiwa yang hamper sama! Jatuh, terpuruk, atau bahkan hancur karena bedebah yang dinamakan cinta dan kesetiaan dalam versi manusia! Aku pernah membenci sebentuk arca beryawa yang dinamakan wanita. Aku pernah hancur lebur karena terlalu mencintainya! Dulu… hatiku, dialah yang menjadi ratunya! Dulu aku adalah abdi setianya! Dan aku mencintainya, bahkan berkorban untuknya. Tapi kau tahu apa yang kudapatkan? Karena aku mengagungkan cinta padanya, aku tak menyadari bahwa wanita seyogyanya disandingkan dengan harta dan tahta. Ketahuilah karena harta, tahta, dan kasta membuat cinta yang ada di hatiku padam terpaksa! Bukan karena aku tak melawan atau berjuang mempertahankan! Tetapi memang segitulah kupunya kemampuan. Aku terlahir sebagai kasta terendah tanpa harta dan tahta. Hingga orang tuanya tak sudi aku ada. Tapi semua itu masa lampau…. Kini telah hadir ratu baru untukku. Namun maaf jika singgah sana hatiku masih terkesan porak poranda bagai terkena bencana. Kau, dalam cintaku akan

menjadi ratu dalam singgah sana hatiku meskipun kau rasakan bahwa hatiku terkesan masih porak-poranda. Memang ujian yang berat dan penuh kesabaran untuk menjadi ratu di dalam hatiku. Karena kuakui aku tak pernah menata kembali singgah sana untuk kedatangan sang empunya. Seleksi sang alamlah yang akan menentukan kau berada di sana ataukah turun dari tahta. Kau adalah sang empunya singgah sana jika kau sudi menata semua yang porak poranda tanpa terbesit dalam pikranmu untuk bertanya padaku tentang harta, tahta, dan kasta. Karena aku tak memiliki itu semua. Datanglah kau kepadaku dan milikilah gubuk reot hatiku yang tak layak lagi kau sebut singgah sana. Dan sudilah menjadi penguasa dan penata sebuah hati yang porak poranda. Lupakanlah

masa

lampau

yang

telah

berlalu…

karena

takdirmu

kini

bersamaku… 3 Januari 2009, 23:56 Malam ini tak kurasakan dingin yang mencekam bagai malam-malam yang talah lalu. Suhu udara tak lagi balutkan rasa dingin yang menusuk sumsum. Banyak peristiwa yang kutemui sepanjang hari ini. Sebentuk perhatian dan gairah manja kekasihku yang tanamkan kebahagiaan, namun ada pula dera kesedihan yang seperti biasa kurasakan. Ibundaku sedih oleh karenaku. Akulah penyebab beliau bersedih dan bahkan menangis terisak. Betapa bebalnya aku ini hingga seringkali kubuat ibundaku bersedih. Betapa bedebahnya aku ini hingga seringkali hingga seringkali kubuat ibundaku murka. Aku ternyata bukanlah anak yang berbakti pada orang tua. Aku ternyata adalah duri dalam keluarga. Betapa durhakanya diriku ada. Member sedikit

kebahagian bagi ibundakupun aku tak bisa. Memberi sedikit suka cita bagi ibundapun aku tak kuasa. Tanpa aku sadar akulah sumber prahara keluarga. Akulah sumber perkara bagi ibunda. Dan akulah durjana dalam dunia. Aku serupa dengan Malin Kundang! Memberikan rasa bahagia saja ku tak bisa. Aku terkesan membiarkan begitu saja ibundaku menderita. Aku terkesan tak memiliki jiwa manusia. Hanya hinalah aku ada. Tulisan ini bukanlah ungkapan derita yang meminta iba. Namun nyatalah adanya. Berdosalah aku berada. Nistalah aku terlahirkan ke dunia. 4 Januari 2009, 00:08 Otakku liar tak teratur. Menerawang jauh tanpa arah. Antara pikiran dan hati sama sekali tak wujudkan satu arti. Semua serba salah. Kurenungkan semua nalar namun hati tak sudi mendengarnya. Kurasakan dengan hati nurani nalar tak mau peduli. Kenapa aku ini? Ada apa gerangan semua ini? Aku bernurani namun tercipta tirani! Aku berhati namun bangkitkan caci maki! Semua seakan mati… segala yang kumiliki dalam raga ini seakan mati! Ya… mati dalam kebingungan mencari sebuah arti! Kucoba merenung untuk hasil yang menggunung tetapi semua terapung! Kucoba tapaki hati sendiri tetapi semua sunyi!

Keji…betapa keji rasa ini lebih teruji! Menanti dan menari-nari menunggu mati… Menghabisi diri sendiri 8 Januari 2009,01:09 Hari ini ya… keheningan dan kebahagiaan menyertaiku. Tahukah engkau wahai alam yang indah, sekarang aku masuk usia 27. Usia di mana aku sudah bukan anak kecil lagi. Usia dimana seharusnya aku berdiri dengan kaki sendiri uantuk melanjutkan hidup kedepannya. Tidak lagi ku tengadahkan tangan untuk hanya meminta kepada orang tua terkasihku. Ribuan rasa malu terkadang datang menghimpitku. Mengapa aku belum juga mendapatkan piala kemenanganku untuk menjadi seorang sarjana. Masih saja tapak demi tapak yang harus aku lalui dan masih banyak hal asing belum aku kenali di setiapp tapak itu. Apakah ini memang kehendak Tuhanku Sang Maha Tinggi bahwa langkah kakiku baru sampai detik ini. Memang terkesan berat. Tapi aku yakin ada setumpuk harap dan kebahagian yang telah menantiku diujung jalan masa depanku. Hari ini, kekasihku memberikan sebuah hadiah yang begitu mengesankan. “sekecil apapun peranan jamper ini, semoga selalu bisa menhangatkanmu”. Katakatanya mengingatkanku tentang prinsip hidup yang aku anut. Sekecil apapun peranmu lakukanlah dengan sepenuh hati”. Sungguh berkat yang luar biasa, seseorang yang ku kasihi seturut dengan imajinasiku… semoga tidak hanya cinta yang membalut kami, namun semangat untuk berjuang sepenuh hatilah yang akan selalu memberikan kobaran semangat bagi kami. Tuhan restuilah jalan kami selalu…

8 April 2009, 01:44 Lentera-lentera penerang kegelapan, kini telah menaungi hidupku bagai terang tubuh kunang-kunang di tengah-tengah sawah… tak begitu terang, namun banyak memberikan arti. Kegelapan yang telah lama menyelimuti pandangan mataku, kini berangsur-angsur sirna seluas sinar tubuh sang kunang-kunang… hidupku masih berjalan seperti apa adanya bagai waktu-waktu yang telah kulewati. 1 menit, masih saja senilai dengan 60 detik. 1 jam juga masih sama derajatnya dengan 60 menit. Tapi tidak dengan keberadaan manusia. Setiap detik, manusia berubah! Setiap menit manusia bergerak, berpikir ataupun mengambil sebuah alur keputusan yang tak diketahui apa akibat keputusan itu di 60 detik ke depan, atau di 60 menit kedepan. Hari ini, aku mendapatkan berkat yang sungguh-sungguh berarti di dalam proses pencarian jati diriku… segala hal yang aku jalani sedikit-demi sedikit, kini telah terlihat hasilnya. Teman-temanku yang berada di teater TiLaR yang kusutradarai, memperlihatkan sebuah perkembangan yang sangat memuaskan bagiku… aku hanya bisa berpikir, bahwa mereka telah menemukan jati diri mereka sebagai seorang pemain teater! Tidak hanya sebagai orang-orang iseng sok seniman, seperti yang orang-orang katakana. Betapa berbangganya jiwaku akan peningkatan ini! Puji Tuhan…. BerkatMu sungguh tiada tara!

Related Documents

Curahan Hatikoe
June 2020 31

More Documents from "Alexander Agung Jan Merebean"

Curahan Hatikoe
June 2020 31
Bidadari Hati
June 2020 24
~masa Lampau~
June 2020 29
Apakah Kau Mencintaiku
June 2020 26
Lukisan Wanita
June 2020 20