Mark Up

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mark Up as PDF for free.

More details

  • Words: 498
  • Pages: 2
MARK UP

By: Mery Napitupulu Sudah lama aku berdoa supaya Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk mendengar langsung dari mulut mereka tentang perubahan posisi dan sikap mereka dalam kegiatan pelayanan di gereja itu. Lima tahun yang lalu aku mengenal suami istri itu sebagai pribadi yang sangat antusias dalam pelayanan. Bersama-sama melakukan yang terbaik untuk pertumbuhan jemaat secara kualitas dan kuantitas. Dan aku sangat bersyukur ketika kemarin sore suami istri itu datang ke rumahku, dengan semangat seperti yang kukenal lima tahun yang lalu, membawa peralatan yang kami perlukan untuk perayaan natal, dan ide-ide yang sangat bagus dan menarik untuk mensukseskan perayaan tersebut.

“Saya memutuskan berhenti dari pekerjaan saya setelah saya bertumbuh melalui pengajaran yang diberikan oleh hamba Tuhan di gereja kita. Saya bekerja di depan komputer, mematuhi perintah atasan yang sering menyuruh saya me-MARK UP data-data perusahaan. Misalnya kami hanya mengelola 1 hektar hutan tapi saya disuruh untuk melaporkan dua hektar.Setiap hari istri saya stress,dan berkata supaya saya jangan melakukan itu, karena itu dosa. Hati saya tidak damai dengan pekerjaan itu dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti.” “Dalam pelayanan saya sebagai sekretaris gereja, tiba-tiba Hamba Tuhan itu menyuruh saya mem-mark up data kehadiran jemaat sebagai laporan ke gereja induk. Kehadiran yang hanya 20-an orang misalnya diminta supaya saya laporkan menjadi 30 atau 40 orang, dan diminta supaya setiap bulan saya membuat laporan yang menunjukkan adanya pertumbuhan kuantitas jemaat. Tetapi saya menolak. Saya tidak mau melakukannya, walau hamba Tuhan itu memaksa. Kami bertengkar, sakit perasaan saya. Orang yang sama memberi dua pengajaran sekaligus kepada saya yaitu supaya saya jujur dan supaya saya menipu. Waktu itu saya hampir berhenti ke gereja, tetapi istri saya melarang dengan mengatakan bahwa kami harus terus ke gereja, untuk Tuhan.

Kemudian istrinya berkata:” Kalau mau mengikuti emosi pasti waktu itu kami sudah menuding hamba Tuhan itu, tapi kami ingat firman Tuhan yang berkata: “ Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab Tuhan menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan.” (2 Sam 26:23)

Kelihatannya sepele, tapi kejadian itu cukup membuat jemaat yang baru bertumbuh menjadi layu. Kadang kita tidak menyadari bahwa dalam pelayanan-pun kita mencoba me-mark up sesuatu. Kesaksian pelayanan pribadi yang sering diheboh-hebohkan. Kehidupan kerohanian dan persekutuan pribadi dengan Tuhan yang sering dipalsukan. Kita ingin dipuji, ingin dihargai, ingin mencapai kepuasan pribadi, dihormati, dan ingin dikenal banyak orang. Tetapi apakah gunanya

pujian dari manusia kalau suatu saat Tuhan berkata: Aku berkata kepadamu, sesunguhnya aku tidak mengenal kamu. (Mat25:12) Untuk itu marilah kita jujur dalam segala hal, pada diri kita sendiri, pada orang lain dan terutama pada Tuhan. Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur kepada hambamu; ingatlah, karena kamu juga mempunyai Tuan di sorga.(Kol 4:1)

Kutak membawa apapun juga saat ku datang ke dunia Kutinggal semua pada akhirnya saat ku kembali ke surga Inilah yang kupunya hati sebagai hamba, Yang mau taat dan setia padaMu Bapa Kemanapun ku bawa hati yang menyembah Dalam ROH dan KEBENARAN sampai selamanya.

(Mery Napitupulu adalah Mahasiswi MA Missiologi, STII Yogyakarta)

Related Documents

Mark Up
June 2020 15
Mark Up
October 2019 35
Mark
June 2020 42
Mark
May 2020 53
Mark
October 2019 74