DAFTAR ISI Daftar Isi
……………………………………………………………….. 1
Bab I Pendahuluan
….…………………………………………………….. 2
Bab IIPembahasan
……………………………………………………….. 3
A. PENGERTIAN MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS
………….. 3
B. ASSET/LIABILITY MANAGEMENT COMMITTEE (ALCO) ………….. 8 C. RUANG LINGKUP MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS
…………... 8
D. MENGENAL POS-POS NERACA BANK SYARIAH
…………... 9
E. LANDASAN KEBIJAKAN ALMA
..…………………………………. 11
F. PENDEKATAN TEORITIS ALMA
………………………………….. 11
G. APLIKASI ALMA PADA BANK ISLAM ………………………………….. 12
Daftar Pustaka
……………………………………………………………….
1
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Manajemen aktiva dan pasiva yang disebut pula dengan Assets and Liability Management (ALMA) sudah dapat dipastikan ada pada setiap bank. Kedua sisi neraca, yaitu sisi pasiva yang menggambarkan penggunaan (alokasi) dana harus dikelola secara efisien, efektif, produktif, dan seoptimal mungkin karena merupakan bisnis utama bagi setiap bank. Pengelolaan aset dan liabilitas tersebut disebut dengan Manajemen Aset dan Liabilitas yang dikenal dengan ALMA (Asset and Liability Management). Aset dan liabilitas pada setiap bank ini dikelola oleh Assets dan Liability Committee (ALCO) yang secara organisasi tidak terlihat dalam struktur organisasi, namun kegiatannya ada dan dikelola dalam team work serta secara operasional umumnya berada di dalam divisi treasury, yang dipimpin oleh wakil direktur utama/direksi yang membidangi divisi treasury dan kepala divisi treasury umumnya sebagai ketua pelaksana Keberadaan ALMA ini adalah untuk mengelola resiko-resiko yang mungkin timbul dalam
kegiatan
bisnis
sehari-hari
yang dirancang
sedemiian
rupa
sehingga
dapat
memaksimumkan pendapatan sekaligus membatasi resiko asset dan liabilitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang disebut ALMA
2
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS Manajemen aset dan liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio asset atau liabilitas bank guna memaksimalkan struktur neraca bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan likuiditas dan prinsip kehatihatian 1 . Strategi manajemen asset dan liabilitas meliputi koordinasi karakteristik keuntungan (return) dan resiko atas portofolio asset dan liabilitas bank. Risiko pada bank tidak hanya tergantung pada karakteristik asset, melainkan juga pada karakteristik liabilitas yang digunakan untuk mendanai asset tersebut.2 Manajemen aktiva dan pasiva biasa disebut dengan Assets and Liability Management (ALMA) sudah dapat dipastikan ada pada setiap bank. Kedua sisi neraca , yaitu sisi pasiva yang menggambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang menggambarkan penggunaan (alokasi) dan harus dikelola secara efisien, efektif, produktif dan liabilitas tersebut dengan Management Asset dan Liabilitas yang di kenal dengan ALMA (Assets and Liability Management)3. Asset dan liabilitas pada setiap bank ini dikelola oleh Asset and Liability Committee (ALCO) yang secara organisasi tidak terlihat dalam struktur organisasi, namun kegiatannya ada dan dikelola dalam team work serta secara operasional umumnya berada di dalam di dalam divisi treasury, yang dipimipin oleh wakil direktur utama atau direksi yang membidangi divisi treasury dan kepala devisi treasury umumnya sebagai ketua pelaksana dengan anggota yang berasal dari devisi treasury dan kepala divisi treasury umumnya sebagai ketua pelaksana dengan anggota yang berasal dari devisi treasury, divisi kredit, devisi reseachdan development, devisi pusat administrasi.
1
Drs. Zainul Arifin, MBA. Dasar-dasar Management Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet Cetakan.3, Februari 2005) hal 324 2 Frank P. Jonson dan Richard D. Jonhson. Commercial Bank Management (New York: CBS College Publishing. 1985) hal 82 3 Veitzal Rivai, dkk. Bank And Financial Institution Management (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2007) hal 54
3
Keberadaan ALMA ini adalah untuk mengelola resiko-resiko yang mungkin timbul dalam
kegiatan
bisnis
sehari-hari
yang dirancang
sedemiian
rupa
sehingga
dapat
memaksimumkan pendapatan sekaligus membatasi resiko asset dan liabilitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang disebut ALMA. Dalam pelaksanaanya, untuk menetapkan suatu kebijakan, ALMA membutuhkan informasi yang cukup dan hasil analisis yang tepat. Informasi yang diperlukan terdiri dari data eksternal dan internal. ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada management bank agar dapat memaksimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap berada dalam koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan berkualitas akan memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank. Melalui ALMA ini diharapkan : 1. Adanya penerapan kebijakan bisnis yang jelas, terarah, dan teratur 2. Adanya arah dan tujuan yang jelas bagi management dalam proses pelaksanaan tugas serta cara dalam menetapkan standar-standar operasional bank 3. Diperolehnya data yang akurat serta menjamin bahwa data tersebut dapat menunjang keputusan ALMA 4. Berkualitasnya analisis yang dilakukan dalam memberikan berbagai alternative srategi ALMAsebelum management mengambil keputusan 5. Memudahkan dalam manajemen likuiditas sehingga dana dapat dikelola dengan baik pada suatu tingkat suku bunga tertentu agar senantiasa dapat memenuhi kewajiban dan dapat memnfaatkan setiap peluang yang ada 6. Mampu
meminimalkan gap sehingga dapat
mengoptimalkan pendapatan dan
memperkecil risiko 7. Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola valuta asing (terutama ketika terjadi fruktuasi yang tinggi) dan mengelola gap untuk tiap-tiap mata uang dan antar mata uang untuk menghasilkan keuntungan yang optimal dengan tetap memerhatikan kemungkinan resiko yang terjadi
4
8. Mampu melakukan manajemen pricing secara tepat sebagai langkah strategi dalam menetapkan tingkat suku bunga (kredit dan dana) dengan tetap memerhatikan gap dan tidak mengganggu likuiditas
Management Asset
Management asset merupakan kaitan dari likuiditas, dimana memerlukan pembangunan asset-aset sedemikian rupa sehingga aliran keluar dana (outflow of funds) dapat diakomodasikan tanpa membuat penyesuaian dalam liabilitas. Likuditas suatu asset berasal dari salah satu dari dua sumber yaitu : 1. Daya cair dari asset itu sendiri (self contained liquidity) 2. Daya jualnya (marketability) Self contained liquidity menggambarkan tanggal jatuh temponya asset, sedangkan marketability adalah kemampuan untuk menukarkan asset menjadi uang melalui penjualan asset tersebut kepada investor lain di secondary market. Jadi likuiditas asset tergantung pada tingkat kemudahannya untuk dikonversikan menjadi kas guna memperoleh dana yang dibutuhkan. Ditinjau dari segi perencanaan likuiditas, adalah penting untuk menyadari bahwa tidak seua asset dalam segala kategori adalah likuid dalam arti bahwa bank dapat dengan leluasa menggunakan asset tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya. Misalnya saldo pada bank koresponden bisa likuid, tetapi juga bisa tidak likuid bila saldo tersebut merupakan saldo minimum yang harus dipelihara untuk mengkompensasi layanan yang diberikan oleh bank koresponden tersebut. Jadi saldo yang likuid adalah saldo di atas saldo minimum yang harus dipenuhi seperti dipersyaratkan oleh bank koresponden.
Management Liabilitas
Selama dasawarsa 1960-an dan 1970-an terjadi perubahan dalam perencanaan likuiditas, yang meninggalkan tekanan utama pada manajemen aset menuju ke tekanan pada kedua sisi yaitu manajemen aset dan liabilitas. Para bankir melihat bahwa potensi sumber likuiditas lainnya dapat dipakai, dana dapat dipinjam melalui peningkatan liabilitas seperti halnya likuidasi aset.
5
Manajamen liabilitas merupakan kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Sebagaimana telah disinggung dalam pembahasan tentang manajemen aset, bank harus mengurangi profibilitasnya untuk memenuhi likuiditas yang lebih besar pada portofolio asetnya, juga ada biaya untuk memastikan likuiditas melalui portofolio liabilitas. Ketergantungan pada dana pinjaman untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank berarti bank cenderung harus membayar bunga yang lebih tinggi pada dana pinjaman (dibandingkan dengan giro dan tabungan) dan juga akan mengalami variasi yang lebih besar dalam biaya dana-dana. Untuk menilai dampak manajemen liabiltas pada profibilitas bank, selisih antara meningkatnya pendapatan pada portofolio aset dengan peningkatan biaya dana pinjaman dari pasar terbuka harus dianalisis. Meningkatnya pendapatan dari portofolio aset terjadi karena meningkatnya konsentrasi aset pada pinjaman dengan yeild tinggi. Meningkatnya biaya untuk menjamin likuiditas melalui pinjaman dana diakibatkan oleh bunga pasar yang harus dibayar atas dana tersebut. Suatu bank yang memastikan dana dengan pinjaman harus membayar tingkat bunga pasar. Dampak pemakaian manajemen liabilitas terhadap keuntungan bank tergantung pada karakteristik aset yang didanai dengan dana-dana pinjaman. Bila bank menggunakan dana-dana pinjaman untuk mendukung pinjaman jangka panjang dengan tingkat bunga tetap, maka keuntungan bank akan bervariasi sesuai dengan variasi yang terdapat pada tingkat bunga pasar. Bila bank menggunakan dana pinjaman untuk mendanai aset yang pendapatannya juga berfluktuasi sesuai dengan tingkat bunga pasar, maka tidak berdampak pada keuntungan. Meningkatnya kepercayaan pada manajemen liabilitas telah mengurangi tekanan likuiditas dan memungkinkan bank untuk menggunakan dana-dana dengan persentase yang lebih besar untuk aset mereka dengan yield yang lebih tinggi. Pada saat yang sama meningkatnya penggunaan dana-dana pinjaman telha berkompilikasi pada proses pengelolaan portofolio bank. Untuk memastikan profitabilitas dan meminimalkan risiko, bank harus secara simultan mengelola jangka waktu (maturity), tingkat pendapatan/biaya (rate) dan karakteristik volume dalam portofolio aset dan liabilitas. Hal ini mendorong pengembangan strategi pengelolaan 6
interest margin, yang didesain untuk mengkoordinasikan dan karakteristik volume dari portofolio aset dan liabilitas.
Menurut tingkat kepekaannya ALMA dibagi menjadi dua jenis : 1. Rate sensitivee asset-liabilities Asset yang digolongkan sebagai rate sensitive asset (RSA) adalah semua asset, termasuk asset dengan bunga tetap (fixed rate), yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau asset dengan bunga mengambang yang harus diperbarui setiap 1,3 atau 6 bulan 2. Fixed rate asset liabilities Fixed rate asset liabilities adalah semua asset dan liabilitas yang mempunyai jatuh tempo atau dapat diperbarui tingkat bunganya lebih dari 6 bulan dan tidak termasuk dalam golongan RSA dan RSL Dalam mengelola asset dan liabilitas bank ada dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu : 1. Pool of funds approach Pendekataan ALMA ini didasarkan pada asumsi bahwa dana bank yang diperoleh dari berbagai sumber diperlukan sebagai dana bank yang diperoleh dari berbagai sumber diperlukan sebagai dana tunggal sehinga sumber dana tidak lagi dapat diidentifikasi secara individual. Oleh karena itu, dana yang dikelola bank menurut pendekatan ini tidak lagi dibedakan jenis dan sifat sumber dana, jangka waktu serta biaya dan masing-masing bank. Selanjutnya dana tersebut dialokasikan ke dalam berbagai bentuk berdasarkan prioritas dan strategi penggunaan dana bank 2. Aset Allocation Apporoach Asset allocation approach merupakan koreksi atas konsep pendekatan asset-liabilitas yang sebelumnya, konsep ini sering sering disebut dengan conversion of funds approach, pada dasarnya konsep ini menyatakan bahwa tidaklah realistis menganggap total dana yang dihimpun bank merupakan suatu sumber dana tunggal, karena dalam kenyataanya masing-masing sumber dana memiliki sifat sendiri, oleh karena itu, dalam prioritas 7
pengalokasiannya, sumber-sumber dana harus diperlakukan secara induvidu dengan mempertimbangkan karakteristik masinng-masing sumber dana. Dana yang dimiliki sifat perputaran cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam cadangan primer
dan
sekunder.
Sedangkan
dana
yang
perputarannya
relative
rendah
pengalokasiannya dapat diprioritaskan pada pemberian kredit dan aktiva jangka panjang lainnya.
B. ASSET/LIABILITY MANAGEMENT COMMITTEE (ALCO) Bila manajemen menjalankan aset/liabilitas, ia harus menempuh tahap pertama yang penting yaitu pengakuan dan dukungan fungsi ALCO (Asset/Liability Management Committee). Organisasi fungsi ALCO di bank kecil dapat terdiri dari direktur utama dan beberapa manajer kunci yang aktif dalam keputusan-keputusan kredit, investasi, dan pasar uang. Pada bank yang lebih besar, ALCO dapat terdiri dari para manajer di pos-pos utama neraca, direktur utama, kepala bagian keuangan dan akunting, kepala divisi kredit, manajer investasi, kepala bagian deposit dan fungsi liabilitas, ekonom dan supervisor kebijakan kredit. Tanggung jawab ALCO biasanya meliputi pemberian arahan umum mengenai penguasaan dan pengalokasian dana-dana untuk memaksimumkan pendapatan, dan memastikan permintaan dan sumber dana.
C. RUANG LINGKUP MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS Manajemen dana mencakup semua kegiatan bank yang dapat dilihat dalam pos-pos sisi aktiva maupun pasiva. Pengelolaan dana dari sisi asset ataupun aktiva lazm di kenal dengan Aset Management. Sementara itu, pengelolaan sumber dana secara keseluruhan adalah Liability Management ini yang terbagi tiga bagian, yaitu : 1. Pengelolaan sumber dana yang berasal dari pihak ketiga yang disebut Deposit Management 2. Dana yang berasal dari pihak kedua disebut Borrowing 3. Pengelolaan dana yang berasal dari modal sendiri yang disebut Capital Management 8
Perkembangan ekonomi dan moneter yang berfruktuasi serta persaingan bisnis antarbank yang sangat ketat berpengaruh langsng terhadap manajemen asset dan liabilitas. Keadaan tersebut menyebabkan timbulnya dilema dalam pengelolaannya pada bank, yaitu antara mengutamakan pofitabilitas di satu sisi dan likuiditas atau keamanan disisi lain. Beberapa alasan perlunya asset dan liabiltas dikelola ; 1. Tingkat suku bunga 2. Perubahan struktur sumber dana 3. Meningkatnya kebutuhan modal 4. Persaingan yang ketat antar bank 5. Perkembangan sistem informasi 6. Meningkatnya peran pemerintah 7. Ketersediaan dana di pasar uang 8. Perubahan komposisi aktiva 9. Bermunculannya berbagai lembaga keuangan
D. MENGENAL POS-POS NERACA BANK SYARIAH Neraca adalah gambaran tentang keseimbangan antara aktiva dan kewajiban. Neraca merupakan salah satu gambaran dari laporan keuangan bank yang mengemukakan perbandingan yang seimbang antara harta, milik (kekayaan) bank dengan semua kewajiban, utang dan modalnya. Pos-pos dalam aktiva dan kewajiban yaitu4 ; 1. Sisi Aktiva Sisi aktiva dalam laporan keuangan Bank Syariah terdapat 20 pos utama, mencakup semua harta, baik hak dan tagihan, dengan penjelasan ;
Kas, semua mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun vakuta asing
Penempatan pada Bank Indonesia, dapat digunakan dalam bentuk Giro Wadiah dan Sertifikat Wadiah
4
Giro pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Lain
Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003) hal 200-206
9
Investasi pada Efek (Surat Berharga)
Piutang
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah
Pinjaman Qard
Penyaluran Dana
Penyaluran dana Investasi Terikat (Executing) dll.
2. Sisi Kewajiban Sisi kewajiban
dalam laporan keuangan pada bank syariah terdapat 10 pos utama,
mencakup semua kewajiban baik jangka pendek maupun panjang, sebagai berikut :
Kewajiban segera
Bagi hasil yang belum dibagikan
Simpanan
Simpanan dari bank lain
Kewajiban lain
Kewajiban dana investasi terikat
Hutang pajak
Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
Pinjaman yang diterima
Pinjaman subordinasi
3. Sisi Investasi Sisi investasi dalam loporan keuangan bank syariah terdapat 2 pos utama, mencakup semua jenis investasi yang dilakukan oleh bank maupun bukan bank bank syariah.
Investasi tidak terikat dari bukan bank (Mudharabah Mutlaqah)
Investasi Tidak terikat dari Bank Lain (Mudaharabah Mutlaqah)
4. Sisi Ekuitas Sisi ekuitas dalam laporan keuangan bank syariah terdapat 3 pos utama,
Modal disetor si awal
Tambahan modal disetor
Saldo laba rugI 10
E. LANDASAN KEBIJAKAN ALMA Struktur neraca yang menggambarkan komposisi aktiva dan pasiva serta struktur pendapatan dan biaya dalam income statement bank merupakan aspek utama yang menentukan landasan kebijakan dalam penerapan ALMA. Komponen-komponen yang dipergunakan dalam menyusun kebijakan yaitu ; 1. Foreign Exchange Manajemen Upaya bank menata dana mengelola foreign exchange asset dan liabilitas dengan baik yaitu untuk memakismalkan pedapatan dan meminimalkan risiko atas terjaidnya fluktuasi nilai tukar 2. Net Open Position Berdasarkan angka yang merupakan pejumlahan dari nilai absolute 3. Gap Management Salah satu hal yang penting dalam ALMA, berbeda dengan komponen di atasnya di mana posisi account dalam neraca dan rentabilitas bank dianalisis dari persperktif yang statis, dalam gap manajemen kedua aspek tersebut dibahas dalam perspektif yang dinamis 4. Risk Analisis Analisis resiko yang dihadapi oleh bank baik secara makro maupun mikro 5. Salah satu alat pengendalian ALMA bank bida juga melalui pengendalian cost of funds
F. PENDEKATAN TEORITIS ALMA Dalam menjalankan operasinya fungsi Bank Islam terdiri dari ; 1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil 2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dan/shahibul mall sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana 3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah 11
4. Sebagai pengelola fungsi social seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyalura dana kebijakan(fungsi optimal)
G. APLIKASI ALMA PADA BANK ISLAM Sebagaimana bank konvensional, bank syariah pun merupakan lembaga intermediasi antara penabung dan investor. Perbedaan pokok antara bank Syariah dan bank Konvensional terletak pada dominasi prinsip bagi hasil dan berbagi risiko (profil and loss sharing) yang melandasi sistem operasionalnya. Hal ini antara lain tercermin pada beberapa karakteristik berikut : Berbeda dengan bank konvensional, bank Islam hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan giro dan tabungan(wadi’ah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito (investment/mudharabah deposit). Bank islam juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Mekanisme pengaturan realisasi pembagian keuntungan final atas deposito pada bank Syariah tergantung pada kinerja bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu. Sistem operasional bank Islam berdasarkan pada sistem equity di mana setiap modal adalah berisiko. Oleh karena itu hubungan kerja sama antara bank Islam dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko (profit and loss sharing/LPS). Hasil akhirdari manajemen aset/liabilitas itu akan bermuara pada kemampuan untuk menutup kerugian dan penyediaan kecukupan modal, trend pendapatan yang semakin baik, komposisi pendapatan bersih (net income) yang semakin baik. Assets/liability management bank Islam lebih banyak bertumpu pada kualitas aset, dan hal itu akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan daya tariknya kepada nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank tersebut, yang berarti meningkatkan kualitas pengelolaan liabilitasnya. Kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai professional investment manager akan sangat menentukan kualitas aset yang dikelolanya.
12
13