Bab_ii_keracunan.docx

  • Uploaded by: VI
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab_ii_keracunan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,496
  • Pages: 30
1

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I EFUSI PLEURA

OLEH KELOMPOK : 1.ADELLIA MARCHELINA (17.1.001) 6. DEVA AFRIDIANI (17.1.058) 2.ANDISMA DESCALISTA (17.1.008)

7. DEVI INDA FITRIANI (17.1.032)

3.ANDRE KRISNATA (17.1.009)

8. ERITA ARDINI (17.1.042)

4. ANGGRAINI REVI (17.1.036)

9.FANARA SANTI(171

5. APRILYA NUR W (17.1.042)

10.FARIDATUL KH.(17.1.051)

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN JL. S.SUPRIADI NO.22 MALANG-JAWATIMUR TELP.(0341) 351275 FAX.(0341) 351310 www.poltekkes-soepraoen-ac.id

2

DAFTAR I

3

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai

penyebab

terjadi

keracunan,

sehingga

tindakan

penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan. Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap

4

tahun yang sebagian besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%) dan inhalasi (14%).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal. Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda akibat dari tingkat perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, motif dari keracunan.Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan pada anak.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah yang menunjukkan rendahnya tingkat penderitaKista ovarium .Maka kelompok merumuskan masalah pada makalah ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan?”

C.

Tujuan 1. Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.

5

2. Tujuan Khusus :

D.

a.

Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi keracunan

b.

Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi

c.

Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan

d.

Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan

e.

Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan

f.

Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan

g.

Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan

h.

Agar mahasiwa mampu mengetahui macam – macam keracunan

i.

Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis keracunan

j.

Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan

k.

Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan

Metode Penulisan 1. Metode Kepustakaan Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti buku keracunan ,Keperawatan kegawat daruratan, dan nanda nic-noc. 2. Media Internet Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.

E.

Manfaat Penulisan 1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan, sehingga menambah wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan. 2. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan,

6

sehingga dapat dijadikan sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa dengan meletakkan diperpustakaan.

3. Bagi Pembaca Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.

F.

Sistematika Penulisan Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat sistematika penulisan yang dimulai dari: 1. BAB I : PENDAHULUAN Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. 2. BAB II: TINJAUAN TEORI Yang terdiri dari defenisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, , komplikasi,penatalaksanaan dan asuhan keperawatan padakista ovarium. 3. BAB III: TINJAUAN KASUS Yang

terdiri

dari

pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

intervensi

keperawatan , implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. 4. BAB IV: PENUTUP Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR MEDIK

7

A. Definisi Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan cedera tubuh dengan adanyareaksi kimia (Smeltzer suzana dalam nurarif kusuma, 2015). Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. ( Brunner & Suddarth, 2015).

B. Anatomi fisiologi sistem pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran

pencernaan

terdiri

dari

mulut,

tenggorokan

(faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzimenzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

8

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan ( Faring) Merupakan

penghubung

antara

rongga

mulut

dan

kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

3. Laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

4. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.Makanan

berjalan

melalui

kerongkongan

dengan

menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus

bertemu

dengan

faring

pada

ruas

ke-6

tulang

belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka) b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus) c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

5. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Kardia

9

b. Fundus c. Antrum. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Selsel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : 1) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap

kelainan

pada

lapisan

lendir

ini,

bisa

menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. 2) Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. 3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

6. Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ) Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

10

7. Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : a. Kolon asendens (kanan) b. Kolon transversum c. Kolon desendens (kiri) d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. 8. Usus Buntu (sekum) Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

9. Umbai Cacing (Appendix) Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

11

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

10. Rektum dan anus Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

11. Pankreas Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

12. Hati Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan

12

glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

13. Kandung empedu Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

C. Klasifikasi Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: 1. Makanan Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan

merupakan

proses

awal

dari

akibat

aktivitas

mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri

13

yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain: a) Keracunan botolinum Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik,

yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya.

Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna. Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan

saraf-saraf

otak

lainnya,

sehingga

penderita

mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan. Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih. b) Keracunan jamur Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan. Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter

14

air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit. c) Keracunan jengkol Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya. Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadangkadang disertai darah. Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit. d) Keracunan ikan laut Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas. Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan.Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada. e) Keracunan singkong Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya.Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat.Dalam beberapa menit setelah

15

termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan. 2. Minyak Tanah Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah: 1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negaranegara berkembang. 2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan 3) Pria > wanita 4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. 3. Baygon Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya. Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang.Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, kram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan. 4. Bahan Kimia

16

Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. 5. Sengatan serangga Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah: a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun

dapat

mengancam

kahidupan

dan

membutuhkan

pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah: 1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital) 2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan 3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema) 4) Pusing dan kacau 5) Mual, diare, dan nyeri pada perut 6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi. b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api. 1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebahlebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak

17

2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi 3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan. e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan. f. Penyakit

serum

(darah),

sebuah

reaksi

pada

pengobatan

(antiserum) Digunakan

untuk

mengobati

gigitan

atau

serangan

serangga.Penyakitserum menyebabkan rasa gatal dengan bintikbintik merah dan bengkakserta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaananti serum. a. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada

seseorang,

menyebabkan

inflamasi

pada

otak

(encephalitis). b. Infeksi

parasit.

Infeksi

nyamuk

dapat

menyebabkan

menyebarnya malaria.

D. Etiologi Penyebab keracunan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh: 1. Mikroba Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya : a. Escherichia coli patogen b.Staphilococus aureus c. Salmonella d. Bacillus Parahemolyticus

18

e. Clostridium Botulisme f. Streptokkkus 2. Bahan Kimia a. Peptisida golongan organofosfat b. Organo Sulfat dan karbonat 3. Toksin a. Jamur b. Keracunan Singkong c. Tempe Bongkrek d. Bayam beracun e. Kerang

E. Manifestasi Klinis Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya: 1. Gejala yang paling menonjol meliputi a. Kelainan visus b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat c. Gangguan saluran pencernaan d. Kesukaran bernafas 2. Keracunan ringan a. Anoreksia b. Nyeri kepala c. Rasa lemah d. Rasa takut

19

e. Pupil miosis f. Tremor pada lidah dan kelopak mata 3. Keracunan sedang a. Nausea, muntah-muntah b. Kejang, dan kram perut c. Hipersalifa d. Fasikulasi otot e. Bradikardi 4. Keracunan berat a. Diare b. Reaksi cahaya negative c. Sesak napas, sianosis, edema paru d. Inkontinensia urin e. Kovulasi f. Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal F. Patofisiologi Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ).

20

Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFOKhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

G. Komplikasi a. Kejang b. Koma c. Henti jantung d. Henti napas (Apneu) e. Syok

H. Penatalaksanaan 1) Penanganan pertama pada keracunan makanan a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin. b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah.

21

c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak. d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat. e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan. f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih toilet. 2) Penanganan di rumah sakit a) Tindakan emergency Airway

: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing

:

Berikan nafas buatan, bila penderita tidak

bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat Circulasi

: Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.

b) Resusitasi. Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obatobatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun

organo

fhosfat

akan

meracuni

lewat

mulut

penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask. 3) Eliminasi Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ),

22

dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan

dengan

bantuan

pemasangan

pipa

endotrakeal

berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia. 4) Antidotum (penawar racun) Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada tempat penumpukan. a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai timbulgejala-gejala

atropinisasi

(

muka

merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis). c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam. d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

23

I. Discharge Planning Keracunan Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun: a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan) 1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit) 2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara: a) Dimuntahkan: Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi: Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang. b) Bilas lambung: 1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. 2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. 3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang. 4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin). b. Racun melalui melalui kulit atau mata 1) Pakaian yang terkena racun dilepas 2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer). 3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi. c. Racun melalui inhalasi 1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.

24

2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth. d. Racun melalui suntikan 1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit 2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im. 3) Beri kompres dingin di tempat suntikan e. Mengeluarkan racun yang telah diserap Dilakukan dengan cara: 1) Diuretic: lasix, manitol 2) Dialisa 3) Transfusi exchange

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A.Pengkajian 1. Pengkajian Primer A (Airway)

: Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva

B (Breathing)

: Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan dalam

C (Circulation)

: Apabila terjadi keracunan karena zat korosif

maka

mengalami

percernaan perdarahan

akan dalam

terutama lambung. D (Dissability)

: Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila keracunan dalam dosis yang banyak.

E (Eksposure)

:

Nyeri

perut,

perdarahan

saluran

pencernaan, pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva

25

F (Fluid / Folley Catheter)

: Jika pasien tidak sadarkan diri kateter

diperlukan

untuk

pengeluaran urin

2. Pengkajian Sekunder a) Data Subjektif - Riwayat kesehatan sekarang

: Nafas yang cepat, mual muntah,

perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan lambung. - Riwayat kesehatan sebelumnya

: Riwayat keracunan, bahan racun

yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b) Data Objektif a.

Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan.

b.

Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium, kejang sampai koma.

c.

BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.

d.

Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.

e.

Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.

f.

Gangguan

elektrolit

:

hiponatremia,

hipernatremia,

hipokalsemia atau hipokalsemia c) Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.

26

2) Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate. 3) Pemeriksaan toksikologi : -

Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”

a.

Bahan diambil dari : Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)

b.

Urine sebanyak 100 ml

c.

darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva 2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia jaringan 5. Ketidakefaktifan

perfusi

hipoventilasi, emboli paru

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

27

C. INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1.

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan napas

bersihan

berhubungan

jalan dengan

hipersaliva

INTERVENSI 1. Monitor vital sign 2. Pelihara kepatenan jalan nafas 3. Lakukan suction untuk menghilangkan hipersaliva 4. Berikan bronkodilator bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu 6. Monitor respirasi dan status O2 7. Berikan infus dextrose 5 %

2.

Ketidakefektifan berhubungan pernafasan

pola dengan

napas disstres

1. Buka jalan napas menggunakan tekhnik jaw thrust 2. Berikan oksigen therapy 4-6 liter menggunakan nasal kanul atau sesuai instruksi 3. Monitor aliran oksigen 4. Monitor vital sign 5. Auskultasi suara napas

TTD

28

2.

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan dengan mual, muntah

1. Monitor TTV 2. Lakukan kumbah lambung apabila keracunan bukan disebabkan zat korosif 3. Berikan antidot untuk menghilangkan efek racun 4. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

29

29

30

30

More Documents from "VI"