BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hadits Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Qur’an. Berbeda dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi SAW secara mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW masih hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan pengkodifikasiannyapun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah. Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh sekelompok
kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak
otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok ingkar as-sunnah. Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, di luar hal tersebut nabi Muhammad tidak memiliki wewenang. Mengesampingkan, apalagi menafikan
kedudukan Sunnah sebagai wahyu,
berarti memenggal pilar utama yang menyangga tegaknya ajaran Islam itu sendiri dan sekaligus menolak fungsi ke-Nabi-an Muhammad SAW.
1
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, adalah : 1) Apa yang dimaksud dengan pengertian ingkar sunnah ? 2) Jelaskan mengenai sejarah ingkar sunnah ? 3) Jelaskan mengenai klasifikasi dari ingkar sunnah ? 4) Jelaskan mengenai agumentasi dari ingkar sunnah ? 5) Jelaskan mengenai bantahan-bantahan terhadap argumentsi ingkar sunnah? 6) Jelaskan mengenai sejarah perkembangan ingkar as-sunnah di Indonesia ?
1.3 Tujuan Masalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah : 1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ingkar sunnah. 2) Mahasiswa dapat memahami mengenai sejarah ingkar sunnah. 3) Mahasiswa dapat memahami klasifikasi dari ingkar sunnah. 4) Mahasiswa dapat mengetahui agumentasi dari ingkar sunnah. 5) Mahasiswa dapat memahami tentang bantahan terhadap argumentasi ingkar sunnah. 6) Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan ingkar as-sunnah di Indonesia.
2
BAB II PEMBAHASAN INGKAR SUNNAH 2.1 Pengertian Ingkar Sunnah Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata “Ingkar” mempunyai beberapa arti di antaranya: “Tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu (antonim kata al-irfan, dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati. As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’ (pensyari’atan) bagi ummat Islam. Menurut istilah ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya masih sangat sederhana pembatasannya di antaranya sebagai berikut: Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Alquran. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar hukum Islam dari sunnah shahih baik sunnah praktis atau secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas muttawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima. Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya. Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik sunnah muttawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja. Demikian juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan alasan yang dapat diterima oleh akal yang sehat, seperti seorang muktahid yang menemukan dalil yang lebih kuat dari pada hadis yang ia dapatkan, atau hadis itu tidak sampai kepadanya,
3
atau karena kedhaifannya, atau karena ada tujuan syar’i yang lain, maka tidak digolongkan Ingkar Sunnah. Penyebutan Ingkar as-sunnah
tidak
semata-mata berarti
penolakan total
terhadap sunnah. Penolakan terhadap sebagian sunnah pun termasuk dalam kategori Inkar as-sunnah, termasuk di dalamnya penolakan yang berawal dari sebuah konsep berpikir
yang
janggal atau
metodologi
khusus
yang
diciptakan sendiri oleh
segolongan orang baik masa lalu maupun sekarang sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama hadis dan fiqh.
2.2 Sejarah Ingkar Sunnah Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut: 1) Ingkar Sunnah Klasik Ingkar Sunnah klasik terjadi pada awal masa dinasti Bani Abbas, kemunculan ingkar sunnah zaman klasik bertepatan dengan masa hidup Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukum Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir AsSunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli tentang
mazhab
teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir
maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima sunnah Nabi. Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok
pengingkar
sunah
yang berhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu sebagai
berikut: Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
4
Hanya menerima sunnah muttawatir saja dan menolak selain muttawatir yakni sunnah ahad. Kesimpulannya, Ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling mencari para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka
berbeda dalam memberikan kriteria
persyaratan
sunnah klasik hanya terdapat di Bahrah Irak
kualitas
sunnah. Ingkar
karena ketidaktahuannya
tentang
kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima kehujahannya. 2) Ingkar Sunnah Modern Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul Ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M). Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakikat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam. Kemudian jika kelompok Ingkar Sunnah abad klasik sulit untuk diidentifikasi, maka kelompok Ingkar Sunnah abad modern terutama tokoh-tokohnya dapat diketahui dengan jelas dan pasti, seperti yang ditampilkan oleh Irsyadunnas dalam tulisannya: Ingkar Al-Sunnah, sejarah kemunculan dan perkembangannya, yaitu:
5
Taufiq Shidqi (wafat 1920M) Tokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak hadits Nabi SAW, dan menyatakan bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya sumber ajaran Islam. Menurutnya "al-Islam huwa al-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu sendiri). Dia juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun Hadits Nabi saw yang dicatat pada masa beliau masih hidup, dan baru di catat jauh hari setelah Nabi wafat. Karena itu menurutnya, memberikan peluang
yang
lebar kepada manusia untuk merusak Hadits sebagaimana yang
sempat terjadi. Namun ketika memasuki dunia senja, tokoh ini meninggalkan pandangannya dan kembali menerima otoritas kehujjahan hadits Nabi SAW. Rasyad Khalifa Dia adalah seorang tokoh Ingkar Sunnah yang berasal dari Mesir kemudian menetap di Amerika. Dia hanya mengakui al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber ajaran Islam yang berakibat pada penolakannya terhadap hadits Nabi SAW. Ghulam Ahmad Parwes Tokoh ini berasal dari India, dan
juga
pengikut
setia Taufiq Shidqi.
Pendapatnya yang terkenal adalah, bahwa bagaimana pelaksanaan shalat terserah kepada para pemimpin umat untuk menentukannya secara musyawarah, sesuai dengan tuntunan dan situasi masyarakat. Jadi menurut kelompok ini tidak perlu ada hadits Nabi SAW. Anjuran taat kepada Rasul mereka pahami sebagai taat kepada sistem/ide yang telah dipraktekkan oleh Nabi SAW, bukan kepada Sunnah secara harfiah. Sebab kata mereka, Sunnah itu tidak kekal, yang kekal itu sistem yang terkandung di dalam ajaran Islam. Kasim Ahmad Tokoh ini berasal dari Malaysia, dan seorang pengagum Rasyad Khalifa, karena itu pandangan-pandangnnyapun tentang hadits Nabi SAW sejalan dengan tokoh yang dia kagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu Penilaian Semua", Kasim Ahmad menyeru Umat Islam agar meninggalkan hadits Nabi SAW, karena menurut penilaianya hadits Nabi SAW tersebut adalah ajaran-ajaran palsu yang dikaitkan dengan Hadits Nabi saw. Lebih lanjut dia mengatakan "bahwa hadits Nabi SAW merupakan sumber utama penyebab terjadinya perpecahan umat Islam, kitab-kitab hadits yang terkenal seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitabkitab yang menghimpun hadits-hadits yang berkualitas dhaif dan maudhu', dan
6
juga hadits yang termuat dalam kitab-kitab tersebut banyak bertentangan dengan Al-Qur'an dan logika.
2.3 Klasifikasi Ingkar As-sunnah Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu 1) Ingkar sunnah menolak sunnah secara kesuluruhan, argumen mereka adalah: Bahwa Al-Quran diturunkan Allah Swt dalam bahasa Arab, dengan bahasa Arab yang baik, maka Al-Quran akan akan dapat pula memahami Al-Quran dengan baik, tanpa perlu penjelasan hadis-hadis Rasulullah. Argumen mereka selanjutnya adalah, karena al-Quran, merupakan penjelas segala sesuatu, maka menurut mereka Al-Quran sebagi penjelas segala sesuatu telah mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan oleh umat-Nya. Jadi tidak perlu lagi penjelasan selain Al-Quran. Hadis-hadis Rasululah sampai kepada kita melalui riwayat proses periwayatannya tidak terjamin dari kekeliruan, kesalahan dan kedutaan terhadap rasulullah, oleh sebab itu nilai kebenarannya tidak meyakinkan (zhanny). Tidak dapat dijadikan penjelas (mubayyin) untuk Al-Quran yang telah
diyakini
kebenarannya (qathy). Untuk dalil hanya yang
qathy, sedangkan hadis bernilai zhanny maka tidak dapat dijadikan hujah dan tidak juga untuk penjelasayat-ayat al-Quran. Banyak alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan yang berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka sebagai alasan menolak sunnah secara total adalah surat an-Nahl ayat 89 :
ﻮﻨﺰﻠﻨﺎ ﻋﻠﻳﻚ ﺍﻠﮑﺘﺎﺏ ﺘﺑﻴﺎﻨﺎ ﻠﮑﻞ ﺸﺊ “Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu….” Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi: ...ﺷﺊ
ﻤﺎﻓﺮﻄﻨﺎ ﻔﻰ ﺍﻠﺘﺎﺐ ﻤﻦ....
“…Tidaklah kami alpakan sesuatu pun dalam al-Kitab…”
7
Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa perlu penjelasan dari As-Sunnah. 2) Ingkar sunnah yang tidak menerima hadis Rasulullah kecuali
hadis yang
membawa ajaran yang ada nashnya dalam Al-Quran. Berargumen bahwa yang dijadikan pegangan dan rujukan utama untuk hujah dan sumber ajaran agama adalah nash atau ayat-ayat Al-Quran bukan hadis, meskipun ada hadis yang membahas atau mengatur tentang suatu masalah mereka tidak menggunakan atau menerima hadis tersebut kalau tidak didukung oleh nash Al-Quran. Argumen tokoh terhadap ingkar sunah, di antaranya adalah al-Syafi’i. Imam Syafi’i membantah dan mengkritik argumen ingkar sunnah sebagai berikut: Bahwa di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan agar kita selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan Rasul Allah, kita juga diperintah untuk taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. ”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” Dalam ayat lain Allah berfirman,” Barang siapa yang taat kepada Rasul, maka sesungguhnya ia juga telah menaati Allah.” Lebih lanjut Allah berfirman,” apa-apa yang diberikan/ disampaikan Rasul kepadamu, terimalah, dan apa-apa yang dilarangnya, tinggalkanlah.!” Siapa yang menguasai bahasa Arab dengan baik, akan mengetahui bahwa AlQur’an sendiri menyuruh umat islam untuk menerima dan menaati serta mengikuti hadis-hadis Rasulullah yang disampaikan oleh paraperiwayat yang dipercaya. Ayat-ayat al-Quran yang dikutip kelompok ingkar sunnah (al-Quran menjelaskan segala sesuatu) tidak benar mengandung arti tidak diperlukan hadis Rasulullah sebagai penjelas urusan-urusan agam di samping al-Quran. Hal tersebut dikarenakan penjelasan Al-quran masih ada yang bersifat global atau hal-hal pokok-pokok saja, seperti salat wajib dan zakat.
8
3) Kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits Mutawatir. Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits Mutawatir. Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan beberapa ayat alQur’an sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36:
ﻮﺍﻦ ﺍﻠﻈﻦ ﻻﻴﻐﻨﻰ ﻤﻦ ﺍﻠﺤﻖ ﺸﻴﺌﺎ “…Sesungguhnya persangkaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran”. Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama. Menurut kelompok ini, urusan agama harus didasarkan pada dalil yang qath’i yang diyakini dan disepakati bersama kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran Islam.
2.4 Argumentasi Ajaran Ingkar Sunnah Memang cukup banyak argumen yang telah dikemukakan oleh mereka yang berfaham ingkar as-sunnah, baik oleh mereka yang hidup pada zaman as syafi’I maupun yang hidup pada zaman sesudahnya. Dari berbagai argumen yang banyak jumlahnya itu ada yang berupa argumen-argumen naqli dan non naqli. Yang dimaksud dengan argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat Al-quran saja, tetapi juga berupa sunnah atau hadits nabi. Memang agak ironis juga bahwa mereka yang berpaham ingkar As-sunah ternyata telah mengajukan sunnah sebagai argumen membela paham mereka. Cukup banyak argumen yang mereka naqli yang
mereka
ajukan diantaranya Al-quran surah an-nahl 89:
ونﺰلﻨﺎﻋﻠﻴﻚ ﺍلكﺘﺐ تبﻴﻨﺎلكﻞ ثيء ….dan kami turunkan kepadamu alkitab (al qurán untuk menjelaskan segala sesuatu.. Surah Al- an’am 38
مﺎﻓﺮطﻨﺎﻓﻰ ﺍلكﺘﺐ مﻦ ثﻰء …tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam alkitab…
9
Menurut para pengingkar sunnah, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Alquran telah mencakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama. Dengan demikian tidak diperlukan adanya keterangan lain, misalkan dari sunnah. Menurut mereka shalat lima waktu sehari semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan dengannya, dasarnya bukanlah sunnah atau hadits, melainkan ayat Al-quran misalnya (al-baqarah 238, hud 144, al-isra’ 78 dan 110, thaha 130, al hajj:77, an-nur 58, ar-rum: 17-18). Dalam kaitannya dengan tatacara shalat, kasim ahmad pengingkar sunnah dari Malaysia menyatakan dalam bahasa Malaysia” kita telah membuktikan bahwa perintah sembayang telah diberi oleh tuhan kepada nabi ibrahim dan kaumnya, dan amalan ini telah diperturunkan, generasi demi generasi hingga
kepada nabi Muhammad dan
ummat nya. Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tatacara shalat tidaklah penting, jumlah rakaat,cara duduk, cara sujud, ayat dan bacaan yang dibaca diserahkan kepada masing-masing pelaku shalat. Jadi, ibadah sholat boleh aja dilakukan dengan bahasa daerah. Dari argumen diatas dapat dipahami bahwa para pengingkar sunnah yang mengajukan argumen itu adalah orang-orang yang berpendapat bahwa nabi Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-quran kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, diluar hal tersebut nabi Muhammad tidak memiliki wewenang. Dalam Alquran dinyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk patuh kepada Rasullulah. Hal itu menurut
para
pengingkar sunnah hanyalah berlaku tatkala
Rasullulah masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul amri berada di tangan beliau, setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain, dan karenanya kewajiban patuh menjadi gugur. Menurut pengingkar sunnah sesuatu yang zhann (sangkaan) tidak dapat dijadikan hujjah, hadits pada umumnya berstatus zhann dan hanya sedikit saja yang berstatus qath’i, kalau agama didasarkan pada sesuatu yang zhann maka berarti agama berdiri diatas dasar yang tidak pasti. Hal itu tidak boleh terjadi. Karenanya hadits atau sunnah bukan sumber ajaran agama Islam. Sumber ajaran Islam haruslah berstatus pasti (qath’i) saja yakni Al-quran.
10
Yang dimaksud dengan argumen non naqli adalah argumen yang berupa ayat Al-quran atau hadits. Walaupun sebagian
dari argumen-argumen
itu ada yang
menyinggung sisi tertentu dari ayat Al-quran ataupun hadits, namun karena yang dibahasnya bukanlah ayat ataupun matan haditsnya secara khusus, maka argumenargumennya non naqli juga. Diantaranya: Al-quran diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril dalam bahasa arab. Orang-orang yang memiliki pengetahuan bahasa arab mampu memahami al qurán secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadits nabi. Dengan demikian hadits nabi tidak diperlukan untuk memahami petunjuk Al- quran. Dalam sejarah, umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur karena terpecah-pecah, perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang kepada hadits nabi
jadi menurut para
pengingkar
sunnah
hadits nabi
merupakan sumber kemunduran umat Islam. Asal mula hadits nabi yang di himpun dalam kitab-kitab hadits adalah dongengdongeng semata. Menurut dokter Taufiq Shidqi tiada satupun hadits nabi yang dicatat pada zaman nabi. Pencatatan hadits terjadi setelah nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadits tersebut manusia berpeluang
untuk
mempermainkan dan
merusak hadits sebagaimana yang telah terjadi. Menurut pengingkar sunnah kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat lemah untuk mencantumkan kesahihan hadits dengan alasan, yaitu : 1. Pertama, dasar kritik sanad itu yang dalam ilmu hadits dikenal dengan ilmu jarh wa at-ta’dil baru muncul setelah satu setengah abad nabi wafat, dengan demikian, para periwayat generasi sahabat nabi, at-tabi’in dan atba’at-tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi. 2. Kedua, seluruh sahabat nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama di nilai adil oleh para ulama hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat hijriyah.
11
2.5 Bantahan Terhadap Kaum Ingkar Sunnah Seluruh argumentasi yang diajukan dan menjadi dasar dari berbagai statemen yang dikedepankan oleh kelompok Ingkar As-Sunnah dinilai lemah oleh mayoritas muslim. Untuk para intelektual dari kalangan muhaddisin melakukan counter attact terhadap statemen dan argumentasi yang mereka ajukan tersebut. Bantahan terhadap argumentasi yang didasarkan pada dalil-dalil naqli adalah; 1. Pandangan yang mengatakan sunnah Nabi zann, sedangkan kita dituntut untuk menggunakan yang yakin saja yaitu al-Qur’an. Padahal ayat al- Qur’an jika dilihat dari perspektif asbab al-nuzul-nya memang diakui qat’i datang dari Allah SWT, namun jika dilihat dari perspektif dalalahnya masih sangat banyak yang bernilai zanniyat al-dalalah dengan pengertian yang zann juga dan belum memberikan kepastian hukum 2. Hadits-hadits yang berstatus ahad memang bersifat zann, namun disisi lain juga didapati ayat-ayat yang dalam pengertiannya juga mengandung makna zhann. Sehingga jika dilihat dari perspektif pengertian dan makna, antara sebagian ayat al-Qur’an dengan hadits ahad tidak ada perbedaan yang signifikan. 3. Ayat-ayat Al-Qur’an dalam menjelaskan hukum dan kewajiban tertentu sebagian masih bersifat general, yang menghendaki penjelasan (bayan), salah satunya dengan menggunakan sunnah Nabi. 4. Kelompok Ingkar As-Sunnah terkesan sepotong-potong dalam mengambil ayat al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk menelaah ayat-ayat tersebut. Misalnya
mereka hanya berdalil dengan
surat An-Nahl ayat:
89 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu sebagai penjelas semua masalah”, Padahal dalam konteks yang lain Allah juga berfirman dalam surat An-Nahl ayat: 44 artinya: “dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu agar kamu menjelaskan kepada manusia tentang segala sesuatu yang diturunkan kepada mereka”, tapi tidak mereka jadikan hujjah. 5. Surat Al-An’am ayat 38, dalam pemahaman para ulama sangat berbeda dengan pemahaman kelompok Ingkar As-Sunnah. Menurut para ulama, arti kata al-kitab dalam ayat tersebut adalah “segala sesuatu tidak ada yang dialpakan Allah SWT, semuanya telah termuat di lauh al-mahfudz” Inilah pandangan sekaligus
12
jawaban para pembela sunnah dalam membantah argumentasi yang diajukan dalam bentuk dalil naqli.
Adapun pandangan terhadap argumentasi yang berdasarkan logika adalah; 1. Orang yang memahami bahasa Arab secara baik dari segi tata bahasa demikian juga uslubnya yang dapat dikatakan sebagai pakar bahasa sekalipun tidak akan mampu memahami Al-Qur’an secara keseluruhan. Karena kata-katanya masih banyak yang bervariasi, ada yang global ada pula yang masih mubham dan lain sebagainya yang d alam pemaknaan sangat membutuhkan intervensi dari sunnah Nabi. 2. Realitas sejarah kemunduran umat Islam memang suatu kenyataan dan perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan sunnah sebagai kambing hitamnya. Karena realitas historis juga telah membuktikan serta
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping Al-Qur’an. Ini
sebagai bukti kelompok Ingkar Al-Qur’an, sunnah tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam historiografi Islam dan ilmu hadits. 3. Dalam berbagai literatur dan dokumen historis
telah
ditemukan perhatian
sahabat yang besar terhadap hadits, seperti Ibnu Abbas (w. 69 H) demikian juga Ibnu ‘Amr Ibnu ‘As (w. 65H), merupakan diantara
sahabat yang sangat
commited terhadap hadis dan sangat rajin membukukannya dari Nabi. 4. Pandangan Taufiq Sidiq sangat lemah dilihat dari
perspektif
historiografi,
karena dalam beberapa hal dan keadaan cukup banyak para sahabat yang mempunyai
koleksi
hadits
nabi walaupun masih dalam bentuk private
collection (koleksi pribadi). Perjanjian Hudaibiyah, Piagam Madinah dan beberapa
surat Nabi yang dikirim
kepada para Raja merupakan bukti
konkritnya.
2.6 Ingkar As-Sunnah di Indonesia Paham Ingkar Sunah Indonesia timbul dari ketidaktahuannya tentang status Sunah dalam beragama dan tentang fungsi Sunah terhadap al-Qur’an. Semangat belajar mereka hanya pada al-Qur’an. Tetapi sayangnya mereka sangat minim penguasaan ilmu-
13
ilmu dasar untuk memahami al-Qur’an seperti bahasa Arab, tata bahasa dan sastranya, ilmu-ilmu Tafsir dan lain-lain. Mayoritas
ide-ide penolakan
Sunah ditransfer dari
orientalis yang sengaja menghembuskan di dunia Islam untuk menyesatkan umat. Inti pandangan
mereka
bahwa
kesempurnaannya sedangkan
dalam
beragama
hanyalah
Al-Qur’an
karena
Sunah atau hadis dipandang sebagai dongeng yang
diciptakan oleh sebagian umat Islam belakangan. Mengikuti Hadis memicu perpecahan umat yang menyebabkan kelemahan dan kehancuran umat. Paham
ingkar sunah muncul di Indonesia secara terang-terangan
kira-kira
terjadi pada tahun 1980-an. Persisnya menurut Zufran Rahman (seorang peneliti pemikiran Ingkar Sunah dan Dosen IAIN Jambi) pada tahun 1982-1983. Tetapi bukti menunjukkan, bahwa pada 1981 paham ini sudah ada seperti yang terjadi di Bogor pimpinan oleh H. Endi Suradi dan 1982 aliran sesat yang diajarkan H. Sanwani asal kelahiran Pasar Rumput itu sudah berlangsung sejak November 1982. Kemungkinan besar jauh sebelum itu sudah ada penyebarannya secara sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan oleh orientalis di Indonesia Snouck Hourgronje. Buku-buku orientalis atau kaki tangannya sudah bertebaran jauh sebelumnya. Indonesia memang menjadi sasaran gerakan modern ingkar sunah setelah India dan Mesir. Dalam sejarah penetesan ingkar sunah era modern di India dalam rangka melemahkan semangat jihad umat Islam dan menghancurkan Islam dari dalam melalui ide-ide kaum emperealis Inggris bekerja sama dengan para tokoh-tokoh Islam India yang koperatif. Kemudian dikembangkan lagi melalui pemikiran orientalis yang bertebaran di Mesir, karena mereka tahu benar bahwa Mesir adalah pusat informasi dunia Islam baik bagi yang berkedok research ilmiah yang dituangkan ke dalam buku-buklu mereka maupun berhadapan langsung dengan para mahasiswa maupun dosennya melalui pengajaran di Al-Azhar Mesir. Gerakan pemikiran modern ingkar sunah di Indonesia menjadi target mereka setelah Mesir, karena Indonesia berpenduduk mayoritas Islam terbanyak di seluruh dunia Islam. Sekitar tahun 1980-an paham pemikiran
modern ingkar sunah Indonesia
bergerak di beberapa tempat dan pada tahun 1983-1985 mengcapai puncaknya sehingga menghebohkan masyarakat Islam dan memenuhi halaman berbagai harian koran dan majalah. Pusat pergerakan mereka di Jakarta yang mendominasi jumlah pembawanya yang
mayoritas,
kemudian di Bogor Jawa Barat, Tegal Jawa Tengah dan Padang
Sumatra Barat.
14
Penyebaran paham pemikiran modern Ingkar Sunah melalui berbagai cara di antaranya ada yang
melalui
pengajian di beberapa Masjid, diktat
ceramah melalui kaset, dan buku.
tulisan tangan,
Banyak di antara umat Islam yang terbawa dan
terpengaruh pemahaman tersebut baik sebagai tokoh, pembantu dan pengikut. Di antaranya, tokoh ingkar sunnah yang berasal dari Indonesia adalah Abdul Rahman, Moh. Irham, Sutarto, dan Lukman Saad. Sekitar tahun 1983-an tokoh ini sempat meresahkan masyarakat dan menimbulkan banyak reaksi dikarenakan pandangan-pandangan mereka terhadap Al-Hadits. Untuk menanggulangi keresahan, maka keluarlah Keputusan Mahkamah Agung RI No : KEP-169/J.A/9/1983 tertanggal 30 September 1983" yang berisi larangan terhadap aliran Ingkar Sunnah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Dan Nomor : KEP-059/J.A/3/1984. Namun, paham ini masih tetap ada pada masa berikutnya sampai sekarang. Terkadang masih muncul paham ini secara sembunyi di berbagai media, baik buku, koran, buletin dan lain-lain.
15
BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Klasifikasi ingkar sunnah ada 3, diantaranya yaitu pertama, mereka menolak hadishadis rasulullah secara keseluruhan. Kedua, mereka menolak hadis rasulullah kecuali hadis-hadis yang mengandung nashnya di dalam Al-Quran. Ketiga, mereka menolak hadis ahad dan hanya menerima hadis mutawatir. Menurut
kelompok pembela sunnah, ingkar sunnah terkesan sepotong-potong
dalam mengambil ayat Al-Qur’an, sehingga sangat terlihat kekurangan waktu untuk menelaah ayat-ayat tersebut. Realitas sejarah
kemunduran umat Islam merupakan suatu kenyataan dan
perpecahan menjadi salah satu penyebabnya, namun tidak tepat kalau menjadikan sunnah sebagai kambing hitamnya. Karena realitas histories juga telah membuktikan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosio-kultural termotivasi oleh hadits nabi disamping Al-Qur’an.
3.2 Saran Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa kedudukan As-sunnah Rasul merupakan sumber dan dasar hukum Islam setelah Al-quran, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-quran.Dalam hubungannya dengan Al-quran, As-sunnah berfungsi sebagai penafsir, dan penjelas dari ayat ayat Al-quran tersebut. Oleh sebab itu, mengikuti sunnah nabi merupakan suatu yang harus diikuti. Karena As-sunnah merupakan penafsir serta penjelasan dari ayat-ayat Al-quran.
16