Makalah.docx

  • Uploaded by: Ririn Syarli
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,290
  • Pages: 20
MAKALAH TUGAS FARMAKOLOGI “ANTIAMOEBA DAN ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA"

DISUSUN OLEH : FEBBY FEBRIANA LESTA AULIA RAHMI EFRIDA LIANISANTI

PRODI : S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO CENDEKIA MEDIKA PANGKALAN BUN 2017/2018

KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia – Nya penulis dapat menyusun Tugas ini dalam bentuk makalah Farmakologi yang berjudul “Anti Amoeba Dan Golongan Antibiotik Makrolida” Dalam penulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga lebih sempurna di masa yang akan datang. Semoga tugas ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Atas segala perhatiannya penulis ucapkan Terima kasih.

Pangkalan Bun, Mei 2018

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................ ii Daftar Isi.......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA ..................... 3 B. ANTI AMOEBA ................................................................. 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 17 B. Saran .................................................................................... 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Eritromisin, turunan dari bakteri seperti jamur, streptomyces erythaeus pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Eritromisin menghambat sintesis protein. Dalam dosis rendah sampai sedang, obat ini mempunyai efek bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya bakterisidal. Eritromisin dapat diberikan melalui oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat, berbagai garam eritromisin (contoh etilsuksinat, stearat dan estolat) dipakai untuk mengulangi disolusi (pecah menjadi partikel-partikel kecil) di dalam lambung dan memungkinkan absorbsi terjadi pada usus halus. Untuk pemakaian intravena, senyawa, eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk meningkatkan absorbsi obat. Eritromisin aktif melawan hampir semua bakteri gram positif, kecuali staphylococcus aureus, dan cukup aktif melawan beberapa gram negatif. Obat ini sering diresepkan sebagai pengganti penisilin. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikroplasma dan penyakit legionnaire. Eritromisin dibuat oleh streptomyces erythreus dan secara kimiawi merupakan cincin lakton makrositik. Sering golongan antibiotika ini disebut sebagai makrolida. Ia mempunyai pka yang tinggi 8,8 dan senyawa induknya (basa/mungkin rentan terhadap keasaman lambung). Sedangkan Anti amuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.

Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan infeksi pada usus. Amubiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih dari 35 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu, penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar.

B. Tujuan Melengkapi tugas Farmakologi 1) Untuk memberikan informasi tentang Antibiotik Makrolida 2) Untuk memberikan informasi tentang Anti Amoeba

BAB II PEMBAHASAN A. ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA a. Pengertian Makrolida Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana terkait gula-gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan adalah Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950. Macrolide merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstantase dimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan mencegah pemanjangan rantai peptida. b. Struktur Obat dan Penjelasannya Antibiotika golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Sebagai contoh terlihat pada struktur golongan makrolida Eritromisin dibawa ini : Secara umum, antibiotika golongan makrolida memiliki ciri-ciri struktur kimia seperti berikut : 1) Cincin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 – 17 atom 2) Gugus keton 3) Satu

atau

dua

gula

amin

seperti

berhubungan dengan cincin lakton.

glikosida

yang

4) Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton 5) Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa dan kemungkinan untuk dibuat dalam bentuk garamnya Berikut ini struktur kimia dari beberapa contoh antibiotic golongan makrolida : 1) Eritromycin Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya. Eritromisin terdiri dari : a) Aglikon eritronolid. b) Gula amino desosamin dan gula netral kladinosa. c) Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3’ ) dengan asam, contoh: garam stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit. d) Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2’ ) yang tetap aktif secara biologis dan aktivitasnya tidak tergantung pada proses hidrolisis.contoh: ester-ester etilsuksinat, estolat, dan propinoat yang tidak berasa. Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-gula desosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat langsung larut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 4◦C, namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20◦C dan pada suhu asam Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam. 2) Oleandomycin Fosfat Didapat dari Streptomyces antibioticus, strukturnya terdiri dari:

a) Aglikon oleandolida b) Gula amino desosamin c) Gula netral L-oleandrosa Asetilasi 3 gugus hidroksi bebas dari oleandomisin menghasilkan troleandomisin, yang mempunyai 2 keuntungan dibanding oleandomisin yaitu praktis tidak berasa dan kadar obat dalam darah lebih cepat dan lebih tinggi. c. Mekanisme Kerja Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S,. Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptide tidak berjalan. Macrolide bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteriyang dicurigai. Efek bakterisida terjadi pada kadar antibiotika yang lebih tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah, dan pertumbuhan bakteri yang cepat. Aktivitas anti bakterinya tergantung pada pH, meningkat pada keadaan netral atau sedikit alkali. Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas, telah dihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara berikut: 1) Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P. 2) Mencegah pembentukan peptida tRNA. 3) Memblokir peptidil transferase. 4) Mencegah perakitan ribosom Antibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S ribosom. Hal inimenyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P ditempati oleh makrolida. Ketika t-RNA terpasang dengan rantai peptida dan mencoba untuk pindah ke lokasi P, t-RNA tersebut tidak dapat menuju ke lokasi P karena adanya makrolida, sehingga akhirnya

dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah transfer peptidil tRNA dari situs Ake situs-P dan memblok sintesis protein dengan menghambat translokasi dari rantai peptida yang baru terbentuk. Makrolida juga memnyebabkan pemisahan sebelum waktunya dari tRNA peptidal di situs A. Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari RNA ribosom 50S, juga memblokir aksi dari enzim peptidil transferase. Enzim ini bertanggung jawab untuk pembentukan ikatan peptida antara asam amino yang terletak di lokasi Adan P dalamribosom dengan cara menambahkan peptidil melekat pada tRNA ke asam amino berikutnya. Dengan memblokir enzim ini, makrolida mampu menghambat biosintesisprotein dan dengan demikian membunuh bakteri. d. Farmakokinetik Dalam

penjelasan

farmakokinetik

berikut

akan

dijelaskan

mekanisme farmakokinetik 3 antibiotik turunan makrolida yaitu eritromycin, Claritromycin, danazitromycin. 1) Eritromycin Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengan salut enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi lebih baik. Garam lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral yang paling

baik

menghasilkan

diabsorbsi. konsentrasi

Dosis basa

oral

sebesar

2

ertromycinserum

g/hari dan

konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secara

mikrobiologis

adalah

basanya,

sementara

konsentrasinya cenderung sama tanpa memperhitungkan formulasi. Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasien dengan anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak dapat dibersihkan

melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal. Ertromycin diangkut oleh leukosit polimorfo nukleus dan makrofag. Oabt ini melintasi sawar plasenta dan mencapai janin. 2) Claritromycin Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktu paruh claritromycin (6 jam) yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycin memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme dalam

hati.

Metabolit

hidroksiclaritromycin,

yang

utamanya juga

adalah

mempunyai

14-

aktivitas

antibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama ini dieliminsai dalam urine, dan pengurangan dosis dianjurkan bagi

pasien-pasien

dengan

klirens

kreatinin

dibawah

30mL/menit. 3) Azitromycin Azitromycin

berbeda

dengan

eritromycin

dan

juga

claritromycin, terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu dosis Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 µg/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat melakukan penetrasi ke sebagian besar jaringan

dapat

melebihi

konsentrasi

serum

sepuluh

hinggaseratus kali lipat. Obat dirilis perlahan dalam jaringanjaringan (waktu paruh jaringan adalah 2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari. Sifatsifatyang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus.

Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik secara oral.Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas, namun memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan 14 atom), maka Azitromycin tidak menghentikan aktivitasenzim-enzim sitokrom P450, dan oleh karena itu tidak mempunyai interaksi obat

seperti

yang

ditimbulkan

oleh

eritromycin

dan

Clarithromycin,

Eritromisin

atau

claritmycin. e. Kontra Indikasi Hipersensitivitas

terhadap

antibiotik makrolida lainnya. f. Efek Samping Efek Samping dari makrolida : 1) Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah dan diare sesekali menyertai pemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh stimulitas langsung pada motilitas usus. 2) Toksisitas hati : dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut

(demam,

ikterus,

kerusakan

fungsi

hati),

kemungkinan sebagai reaksi hepersensitivitas. 3) Interaksi-interaksi

obat

:

menghambat

enzim-enzim

sitokrom P450 dan meningkatkan konsentarsi serum sejumlah obat, termasuk teofilin, anti koagulanoral, siklosporin,

dan

metilprednisolon.

Meningkatkan

konsentrasi serum digoxinoral dengan jalan meningkatkan bioavailabilitas. g. Penggunaan Klinik 1) Infeksi Mycoplasma pneumoni Eritromisin yang diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit.

2) Penyakit Legionnaire Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang disebabakan oleh Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g sehari atau secara intravena 1-4 g sehari. 3) Infeksi Klamidia Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis. Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberikan selama 7 hari. Eritromisin merupakan obat terpilih untu wanita hamil dan anak-anak dengan infeksi klamidia. 4) Difteri. Eritromisin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada infeksi akut maupun pada carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin maupun antibiotika lain tidak mempengaruhi perjalanan penyakit pada infeksi akut dan komplikasinya. Dalam hal ini yang penting antitoksin. 5) Infeksi streptokokus Faringitis, scarlet fever dan erisipelas oleh Str. Pyogenes dapat diatasi dengan pemberian eritromisin per oral dengan dosis 30 mg/kg BB/hari selama 10 hari. Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat diobati secara memuaskan dengan dosis 4 kali sehari 250-500 mg. 6) Infeksi stapilokokus Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk infeksi ringan oleh S. Aureus (termasuk strain yang resisten terhadap penisilin). Tetapi munculnya strain-strain yang resisten telah mengurangi manfaat obat ini. Untuk infeksi berat oleh stafilokokus yang resisten terhadap penisilin lebih efektif bila digunakan dikloksasilin

penisilin atau

yang

tahan

flkloksasilin)

penisilinase

atau

(misalnya

sefalosporin.

Dosis

eritromisin untuk infeksi stafilokokus pada kulit atau luka ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10 hari per oral. 7) Infeksi Campylobacter Gastroenteritis oleh Campylobacter jejuni dapat diobati dengan eritromisin per oral 4 kali 250 mg sehari. Dewasa ini fluorokuinolon telah menggantikan peran eritromisin untuk infeksi ini. 8) Tetanus Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10 hari dapat membasmi Cl. tetani pada penderita tetanus yan alergi terhadap penisilin. Antitoksin, obat kejang dan pembersih luka merupakan tindakan lain yang sangat penting. 9) Sifilis Untuk penderita sifilis stadium dini yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin per oral dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-15 hari. 10) Gonore Eritromisin mungkin bermanfaat untuk gonore diseminata pada wanita hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali 500 mg sehari yang diberikan selama 5 hari per oral. Angka relaps hampir mencapai 25 %. 11) Penggunaan profilaksis Obat terbaik untuk mencegah kambuhnya demam reumatik ialah penisilin. Sulfonamid dan eritromisin dapat dipakai bila penderita alergi terhadap penisilin. Eritromisin juga dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk penderita endokarditis bakterial yang akan dicabut giginya. Dosis eritromisin untuk keperluan ini ialah 1 g per oral yang diberikan 1 jam sebelum dilakukan tindakan, dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg yang diberikan 6 jam kemudian.

12) Pertusis Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat mempercepat penyembuhan. B. ANTI AMOEBA a. Pengertian Antiamoeba Anti amuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba. Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan infeksi pada usus. Amubiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu, penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar. b. Bentuk Amuba dan Cara Penularannya Penularan amubasis dapat melalui makanan yang tercemar Krista dewasa, tetapi dapat juga terjadi melalui hubungan seks pada kaum homoseksual. Begitu pula pada keadaan hamil, malnutrisi dan penderita gangguan imunologi. Bentuk pada amuba dibagi menjadi 3 yaitu : 1) Bentuk kista Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran pelindung yang ulet dan tahan getah lambung. Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong,

mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif. 2) Bentuk minuta Bentuk minuta merupakan bentuk trofozoit. Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 micahkron. Bila makanan terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan pecah dan berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup dari bakteri – bakteri kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan kejang perut, diare berlendir dan darah. 3) Bentuk histolitika Bentuk histolitika merupakan bentuk trofozoit. bentuk histolitikabersifat patogen dan berukuran lebih besar dari minuta.

Bentuk

histolitika

berukuran

20-40

mikron,

mempunyai inti entamoeba yang terdapat didalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina. Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang menjadi 2 kali lebih besar, lalu menerobos ke organ – organ lain (jantung, paru-paru, otak khususnya hati) disini tropozoit hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis sehingga jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis). c. Pencegahan Amubiasis Pencegahan

penyakit

amubiasis

terutama

ditunjukan

pada

kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah makan, menghindari berbagi handuk atau kain wajah. Untuk kebersihan

lingkungan antara lain mencuci sayuran atau memasaknya sebelum dimakan, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang sampah pada tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat, diadakan pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan, penyuluhan kesehatan dan gotong royong membersihkan lingkungan. d. Penggolongan obat Penggolongan obat amubiasid dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1) Amubiasid kontak atau lumen yaitu obat yang bekerja di lumen usus atau aktif terhadap amubiasis intestinal. Contoh : dihidroemetin dan emetin 2) Amubiasid jaringan atau histolitika yaitu obat yang bekerja pada jaringan intestinum atau organ lainnya. Contoh : diloksanidfurocid dan antibiotika 3) Amubiasid kombinasi yaitu efektif terhadap amubiasid lumen maupun jaringan. Contoh : derivate nitroimidazol seperti metronidazole dan nimorazole. e. Obat – Obat Anti Amuba Pengobatan penyakit amubiasis biasanya menggunakan antibiotic. Beberapa obat amubiasis yang penting adalah : 1) Emetin Hidroklorida Farmakokinetik : Diserap baik dari tempat injeksi lalu dimetabolisme dan dieksresi secara lambat, sehingga emetin sudah ditemukan diurin 20-40 menit setelah suntikan dan masih ditemukan 40-60 hari setelah pengobatan dihentikan. Efek samping : 

Lokal: nyeri tempat suntikan, kekakuan, lemah otot tempat suntikan



Sistemik: merupakan akumulasi dari obat



Pada GIT: mual, muntah, diare



Pada neuromuskuler: lemah, neyeri dan kaku otot rangka terutama leher&anggota gerak



Pada cardiovaskuler: hipotensi, nyeriprekordial, tachicardi



Hati hati pada geriatri, lemah

Indikasi: untuk amubiasis jaringan Kontra indikasi : 

Hamil



Penyakit jantung



Penyakit ginjal

Sediaan & Dosis : 

Tersedia dalam 20,30,&60 mg/ampul IM.



Tidak boleh untuk IV.



Pada anak 1mg/kgbb/hari selama 5 hari, terapi ulang baru boleh stelah 6-8 mg dari pemberian pertama. Dosis dewasa 1-1,5 mg/kgbb/hari dg dosis maksimal 90 mg/hr dlm dosis terbagi 2x/hr. pemberian ulang setelah 2 minggu

2) Klorokuin Obat ini merupakan amubisid jaringan, berkhasiat pada bentuk histolytica. Mekanisme kerja : Klorokuin digunakan sebagai antimalaria juga digunakan sebagai antiamuba. Namun biasanya

efektif

untuk

mengobati

malaria

infeksi

P.Falciparum. Klorokuin digunakan untuk amubiasis sistemik, terutama abses hati. Efek samping dan efek toksisnya : 

Mual



Diare



Muntah



Sakit kepala

Dosis : Untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu dan efektif untuk amubiasis hati. Interaksi obat : Fenilbutazon yang menyebabkan reaksi dermatitis. 3) Metronidazol Farmakokinetik : Absorbsi peroral baik. 1 jam setelah 500mg diberikan oral, kadar plasma 10ug/mL. untuk protozoa & bakteri sensitif hanya diperlukan kadar plasma 8 ug/mL, t1/2 8-10 jam. Diekresi lewat urin, air liur, ASI &cairan vagina &seminalis dalam kadar rendah. Urin mungkin berwarna gelap karena mengandung pigmen yang larut air. Efek samping : Sakit kepala, mual, mulut kering, kecap logam, lidah berselaput, glositis, stomatitis, vertigo, ataksia, parestesia, flushing, pruritus, disuria dll., kadang dijumpai neutropenia. Kontra indikasi : hamil sebaiknya dihindarkan, walaupun belum ada bukti efek teratogeniknya. Indikasi : 

Amubiasis



Trikonomiasis & infeksi bakteri anaerob



Giardiasis



Profilakis bedah abdomen



Kolitis

pseudomembranosa

oleh

clostridium

defficile Sediaan & dosis : Sediaan: tablet 250 mg& 500mg, tablet vagina 500mg.

Dosis : 

Amubiasis 3x 750 mg/hr po. Pada anak 30-50 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis



Trikonomiasis vagina: 3x250 mg selama 7-10 hari, bisa diulang setelah 4-6 minggu, dpt diberikan bersama tablet vagina 500mg/x/hr

Dosis giardiasis : 3x250 mg selama 7hari 

Tinidazol: tersedia 500mg tablet



Giardiasis: 1,5g dosis tunggal waktu makan



Disentri amuba&abses hati: 2g/x/hari selama 3 hari, anak 60mg/kgbb/hr



Trikonomiasis : 2g dosis tunggal



Infeksi anaerob: peritonitis, abses abdomen,a bses otak 500mg/12 jam IV

Interaksi obat : Alkohol (menimbulkan reaksi seperti disulfiram), warfarin.

meningkatkan

efek

antikoagulan

dengan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana terkait gula-gula deoksi. 2. Anti amuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba. B. Saran Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya , karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap agar para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya dan kedepannya lebih baik lagi.

More Documents from "Ririn Syarli"

727-1059-1-pb.pdf
October 2019 4
Makalah.docx
October 2019 4
Aas.pdf
October 2019 5
Askep Anak.docx
December 2019 47
1-19-1-pb.pdf
June 2020 31