Makalah AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN BAB 7 “Alokasi Biaya Departemen Pendukung”
Disusun Oleh :
KELOMPOK III SAFRIA SYARIFUDDIN
A062181009
ARI UTOMO SAPUTRA
A0621810
YUN ERMALA DEWI
A062181030
PASCASARJANA PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019
BAB 6 PERHITUNGAN BIAYA PESANAN DAN BIAYA PROSES
A. Pengertian Produksi dan Perhitungan Biaya Pesanan Menurut Ramintang dan Pangemanan (2016) dalam mengontrol biaya, perusahaan memerlukan sistem akuntansi yang tepat dalam metode perhitungan tertentu dalam menentukan biaya untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat berkaitan dengan biaya kegiatan kementerian untuk mengendalikan biaya. Ada beberapa cara untuk menentukan harga pokok penjualan sebagai sistem yaitu perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (cost proses). Hilton dan Platt (2011) menjelaskan bahwa sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), Harga Pokok Penjualan diakumulasikan untuk setiap pesanan (pekerjaan) terpisah. Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus diidentifikasi secara terpisah. Agar rincian perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan upaya yang diperlukan, harus ada perbedaan yang signifikan dalam biaya per unit pesanan dengan pesanan lain. Perusahaan yang beroperasi dalam industri berdasarkan pesanan, memproduksi banyak jenis jasa atau produk yang cukup berbeda antara satu dengan yang lain. Produk khusus atau produk yang dibuat menurut pesanan termasuk dalam kategori ini, begitu juga perusahaan yang menyediakan jasa yang berbeda kepada setiap pelanggan. Perusahaan yang umumnya menggunakan sistem berdasarkan pesanan adalah percetakan, konstruksi, pembuatan perabot, perbaikan mobil, dan jasa medis. Menurut Hansen and Mowen (2009) Pada sistem produksi berdasar pesanan, biaya-biaya diakumulasikan berdasarkan pesanan kerja. Pesanan kerja adalah satu unit yang berbeda atau serangkaian unit. Sebagai contoh, suatu pesanan kerja bisa terdiri atas proyek desain ulang untuk keluarga Ruiz atau membuat dua belas unit meja khusus untuk ruang baca anak-anak diperpustakaan lokal. Pendekatan untuk membebankan biaya ini dinamakan sistem perhitungan
biaya pesanan. Dalam suatu perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan, pengumpulan biaya per pekerjaan menyediakan informasi penting bagi manajemen. B. Produksi dan Perhitungan Biaya Proses Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri berdasarkan proses, memproduksi produk yang hampir sama atau sejenis secara besar besaran. Contoh perusahaan yang menggunakan sistem berdasarkan proses adalah perusahaan makanan, semen, bahan bakar, dan bahan kimia. Hal yang penting dalam sistem berdasarkan proses adalah biaya satu unit produk identik dengan biaya produk lainnya. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process cost system) bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dibebankan ke pusat. biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi (Hilton dan Platt, 2011) . Perusahaan jasa juga dapat menggunakan perhitungan biaya proses. Dimana perhitungan biaya proses akan berjalan baik jika produk relatif homogen, melewati serangkaian proses, dan menerima jumlah biaya produksi yang hampir sama. Menurut Blocher (2014) Perusahaan-perusahaan ini sering memiliki produksi massal berkelanjutan. Dalam hal ini, secara ekonomis tidak praktis untuk melacak sebagian besar biaya untuk produk individual. Pabrik manufaktur besar, seperti produsen bahan kimia, makanan, dan ban, menggunakan perhitungan biaya proses. Contoh perusahaan yang menggunakan sistem penetapan biaya proses termasuk Shell Oil Co. (www.shell.com), Coca-Cola (www.coca-cola.com), International Paper (www.internationalpaper.com), dan Kimberly-Clark (www. kimberly-clark.com). Hal yang mendasar adalah sistem akuntansi biaya seharusnya didesain agar sesuai dengan jenis operasi perusahaan. Sistem perhitungan biaya pesanan dan proses sesuai dengan lingkungan produksi berdasarkan pesanan murni dan proses murni. Akan tetapi, terdapat banyak keadaan yang memungkinkan penggabungan kedua sistem perhitungan biaya ini. Perusahaan dengan sistem proses mengakumulasi biaya produksi berdasarkan proses atau departemen untuk
satu periode waktu tertentu. Output proses selama periode tersebut diukur. Biaya perunit dihitung melalui pembagian biaya prosesnya dengan output pada periode terkait. Pendekatan akumulasi biaya ini disebut dengan sistem perhitungan biaya proses. C. ARUS BIAYA YANG BERKAITAN DENGAN BIAYA PESANAN a. Menghitung Biaya Per Unit dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Pesanan Harga pokok produksi terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Dalam suatu lingkungan berdasarkan pesanan, tarif overhead yang dianggarkan selalu digunakan karena penyelesaian pekerjaan jarang yang sesuai dengan selesainya tahun fiskal. b. Lembar biaya pesanan Menurut Hansen and Mowen (2009) lembar biaya pesanan disiapkan setiap kali pesanan kerja baru dimulai. Lembar biaya pesanan disiapkan untuk setiap pesanan, dan merupakan bagian dari akun barang dalam proses dan dokumen utama untuk menghitung semua biaya yang terkait dengan pesanan tersebut. Pada sistem akuntansi manual, lembar biaya pesanan merupakan suatu dokumen. Dalam sistem akuntansi otomatis, lembar biaya biasanya berhubungan dengan catatan pada arsip induk barang dalam proses. Kumpulan dari seluruh lembar biaya pesanan disebut file dalam proses. Pada sistem manual, file tersebut ditempatkan dalam lemari arsip, sedangkan pada sistem otomatis, file ini disimpan pada pita magnetis atau hard disk secara elektronis. Pada kedua sistem tersebut, lembar biaya pesanan berfungsi sebagai pelengkap buku besar barang dalam proses. Sistem manual dan otomatis sama-sama mensyaratkan jenis data yang sama untuk mengakumulasi biaya dan menelusuri kemajuan suatu pekerjaan. Sistem biaya pesanan harus mampu untuk mengidentifikasi jumlah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dikonsumsi setiap pekerjaan. Dengan kata lain, dokumentasi dan prosedur dibutuhkan untuk mengaitkan input manufaktur yang digunakan suatu pekerjaan dengan pekerjaan itu sendiri. Kebutuhan ini dipenuhi melalui penggunaan formulir
permintaan bahan baku langsung, kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung, dan dokumen sumber untuk penggerak aktivitas lainnya yang mungkin digunakan dalam pembebanan overhead. Dokumen sumber lain digunakan untuk mencatat biaya yang ditelusuri ke lembar biaya pesanan. Misalnya, formulir permintaan bahan baku digunakan untuk membebankan biaya bahan baku langsung pada setiap pekerjaan. Kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung digunakan untuk menelusuri jam kerja dari tenaga kerja langsung pada setiap pekerjaan. Seluruh lembar biaya pesanan perusahaan yang lengkap dapat berfungsi sebagai buku besar pembantu untuk persediaan barang jadi. Jumlah penambahan dari semua lembar biaya pesanan yang lengkap menunjukkan biaya persediaan barang jadi pada titik waktu tertentu. Ketika barang jadi terjual dan dikirim, catatan biayanya akan ditarik (atau dihapus) dari file persediaan barang jadi. Selanjutnya, catatan tersebut menjadi dasar bagi perhitungan harga pokok penjualan suatu periode. c. Arus Biaya pada Akun 1. Akuntansi untuk Bahan Baku Biaya bahan baku adalah biaya bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi yang berupa bahan mentah untuk dijadikan bahan jadi atau setengah jadi dan kemudian membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Menurut Munandar (2007) menyatakan, “Biaya bahan baku merupakan biaya yang terdiri dari semua bahan yang dikerjakan dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual”. 2. Akuntansi untuk overhead Dalam perhitungan biaya normal, biaya overhead aktual tidak pernah dibebankan langsung pada pekerjaan. Overhead dibebankan pada setiap pekerjaan dengan menggunakan tarif yang telah dianggarkan. Overhead bisa dibebankan dengan menggunakan tarif overhead pabrik secara keseluruhan, tarif departemen, atau tarif aktivitas.
Biaya
overhead
aktual
yang
terjadi
juga
harus
diperhitungkan, tetapi atas dasar keseluruhan (bukan berdasarkan pekerjaan tertentu). Hal penting yang perlu dipahami adalah biaya overhead aktual tidak pernah dicatat pada akun barang dalam proses. Prosedur yang umum adalah mencatat overhead aktual di akun pengendali overhead. Kemudian, pada akhir periode, overhead aktual direkonsiliasi dengan overhead yang dibebankan dan variansinya ditutup pada akun-akun terkait. Variansi overhead biasanya relatif kecil (tidak berarti) sehingga bisa ditutup pada Harga Pokok Penjualan. Dengan kata lain, variansi overhead yang terlalu tinggi sehingga Harga Pokok Penjualan harus diturunkan sesuai dengan jumlah tersebut. Sama halnya, variansi overhead yang terlalu rendah menunjukkan overhead yang dibebankan terlalu rendah sehingga Harga Pokok Penjualan harus dinaikkan sesuai dengan jumlah tersebut. 3. Akuntansi untuk Barang Jadi Setelah pekerjaan selesai, jumlah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang di bebankan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya produksi suatu pekerjaan. Selanjutnya lembar biaya pekerjaan ini ditransfer ke file barang jadi. Pada saat bersamaan, biaya pesanan yang telah diselesaikan, ditransfer dari akun barang dalam proses ke akun barang jadi Penyelesaian suatu pekerjaan merupakan langkah penting dalam arus biaya produksi. Biaya pekerjaan yang diselesaikan harus dikeluarkan dari barang dalam proses, ditambahkan kedalam barang jadi, dan akhirnya ditambahkan ke beban dalam laporan laba rugi. Untuk memastikan keakuratan perhitungan biaya ini laporan harga produksi dipersiapkan. 4. Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan Pada perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan unit produk dapat diproduksi untuk pelanggan tertentu atau diproduksi dengan harapan dapat dijual kemudian. Jika suatu pekerjaan dilakukan khusus untuk satu pelanggan, kemudian dikirim kepada pelanggan, biaya barang jadi menjadi harga pokok penjualan. Penutupan variansi
overhead pada akun harga pokok penjualan umumnya hanya dilakukan pada akhir tahun. Variansi bisa terjadi setiap bulan karena perbedaan biaya produksi dan perbedaan biaya overhead actual. Selama tahun tersebut, variansi bulanan ini bisa saling menutupi sehingga variansi akhir tahunnya kecil. 5. Akuntansi untuk Biaya Non Produksi Biaya yang berkaitan dengan aktivitas penjualan dan administrasi umum diklasifikasikan sebagai biaya nonproduksi biaya ini merupakan biaya periodik dan tidak pernah dibebankan pada produk biaya tersebut bukanlah bagian dari arus biaya produksi. D. LINGKUNGAN PROSES DAN ARUS BIAYA Menurut Anta and Mihaela (2008) Biaya unit dalam biaya proses adalah seperti rata-rata, sistem biaya proses membutuhkan lebih sedikit pembukuan daripada sistem penetapan biaya pesanan pekerjaan. Banyak perusahaan lebih suka menggunakan sistem penetapan biaya proses untuk inialasan. Namun, sebelum sistem tertentu dipilih, masalah sistem utama harus diidentifikasi dalam aperspektif yang lebih luas. Biasanya, metode penetapan biaya penggunaan lebih tergantung pada karakteristik produksi proses dan jenis produk yang diproduksi. Jika produk sama dan bergerak dari satu pemrosesan departemen ke yang lain dalam rantai berkelanjutan, suatu proses-metode penetapan biaya diinginkan. Namun, jika ada perbedaan yang signifikan antara biaya berbagai produk, sistem biaya proses tidak akan menyediakan informasi biaya produk yang memadai dan penetapan biaya pesanan pekerjaan metode lebih tepat. Misalnya, pesanan pekerjaan sistem penetapan biaya akan selalu digunakan jika pelanggan dibayar untuk barang tertentu, pesanan produksi, atau layanan pada dasar biayanya. Dalam Hansen and Mowen (2009) diberikan contoh Produk Healthblend melalui tiga proses dipusatkan pada departemen produksi. Dalam departemen peracikan, tenaga kerja langsung memilih herbal, vitamin, mineral, dan bahan penyatu yang tepat untuk produk yang di produksi. Kemudian, bahan-bahan tersebut di takar dan dicampur dalam mesin pencampur untuk pengadukan. Overhead dalam departemen ini terdiri atas penyusutan mesin, pemeliharaan
mesin, prngawasan, kompensasi lain untuk karyawan, lampu, dan listrik. Anggaplah Healthblend hanya memiliki satu Departemen Peracikan tempat semua lini produk utama melaluinya. Karena lini-lini tersebut berbeda secara signifikan dalam hal biaya input bahan baku, perhitungan biaya bahan baku dengan proses tidak lagi dapat diterapkan. Perhitungan biaya produk yang lebih akurat dapat dicapai dengan mengakumulasi biaya bahan baku berdasarkan batch. Dalam hal ini, tenaga kerja dan overhead masih dapat dihitung dengan proses, tetapi bahan baku
dibebankan
berdasarkan
batch
dengan
menggunakan
pendekatan
perhitungan biaya pesanan biasa. Contoh ini mengilustrasikan beberapa kondisi manufaktur mungkin perlu menggunakan campuran perhitungan biaya pesanan dan proses. Penggunaan prosedur pesanan untuk membebankan biaya bahan baku pada produk, dan pendekatan proses untuk membebankan biaya konversi dikenal sebagai perhitungan biaya operasi. Jenis-Jenis Manufaktur Proses Dalam perusahaan dengan sistem proses, unit-unit produk umumnya melalui setiap departemen atau proses, suatu proses operasi yang akan membawa suatu produk satu langkah lebih dekat pada penyelesaian. Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saat proses penyelesaian proses tertentu, barang setengah jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksi dan dipindahkan ke gudang. Proses produksi healthblend nutritional supplements adalah suatu contoh proses berurutan. Dalam proses berurutan, unit-unit harus melalui satu proses sebelum dapat dikerjakan dalam proses berikutnya. Pola proses lainnya adalah proses paralel, yaitu lebih proses berurutan dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang jadi unit-unit yang setengah jadi dapat dikerjakan secara simultan dalam dua proses berbeda, kemudian secara bersamaan dibawa ke proses akhir untuk penyelesaian. Bagaimana Biaya Mengalir melalui Akun Pada Perhitungan Biaya Proses Arus biaya produksi untuk sistem perhitungan biaya proses secara secara umum dengan sistem perhitungan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya
bahan baku ini mengalir ke akun persediaan Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung, dan overhead yang dibebankan akan mengalir dalam perhitungan biaya proses, setiap departemen produksi memiliki akun barang dalam proses tersendiri. Ketika barang selesai dalam satu departemen, barang tersebut dipindahkan ke departemen berikutnya. Biaya-biaya disebut biaya perpindahan masuk. Biaya transfer masuk ini sama dengan biaya bahan baku. Akumulasi Biaya dalam Laporan Produksi Menurut Nofrida Hayatun (2017:1) dalam penelitiannya cara perusahaan dapat tercapai yaitu dengan menaikan harga jual ataupun meminimalkan biaya produksi dalam pengelolaan produk yang dihasilkan. Namun menaikan harga jual konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga jual lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Sedangkan, besarnya biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi yang akhirnya menurunkan daya beli manyarakat. Biaya produksi harus dicatat dengan baik sehingga perusahaan dapat melakukan perhitungan pengeluaran biaya secara tepat untuk memproduksi suatu biaya. Dalam perhitungan biaya proses, biaya di akumulasikan per departemen untuk periode waktu tertentu. Laporan produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas manufaktur yang terjadi di suatu departemen dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi biaya- biaya yang di transfer masuk dari departemen sebelumnya, serta biaya-biaya yang ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Laporan produksi memberikan informasi tentang unit-unit produk yang diproses secara fisik dalam sebuah departemen dan biaya produksi yang terkait dengan unit-unit produk tersebut. Jadi, laporan produksi dibagi menjadi bagian informasi unit dan informasi biaya. Bagian informasi unit memiliki dua subbagian utama: unit masuk diperhitungkan dan unit yang telah diperhitungkan. Bagian informasi biaya memiliki dua subbagian utama: biaya untuk diperhitungkan dan biaya yang telah diperhitungkan. Laporan produksi menelusuri aliran unit melalui suatu departemen, mengidentifikasi biaya
yang dibebankan pada departemen,
menampilkan perhitungan biaya per unit, dan menunjukkan pembagian biaya departemen pada periode pelaporan. E. DAMPAK
PERSEDIAAN
BARANG
DALAM
PROSES
PERHITUNGAN BIAYA PROSES Perhitungan biaya per unit pada pekerjaan yang dilakukan pada suatu periode adalah bagian utama dari laporan produksi. Biaya per unit ini dibutuhkan untuk menghitung biaya barang yang ditransfer keluar dari departemen dan menghitung nilai akhir persediaan barang dalam proses. Secara konseptual, hal ini mudah dilakukan, yaitu cukup membagi jumlah biaya dengan jumlah unit yang diproduksi. a. Produksi Unit Setara Berdasarkan definisinya, persediaan akhir barang dalam proses adalah barang yang belum selesai. Oleh karena itu, suatu unit yang telah selesai dan ditransfer keluar dalam suatu periode tidak setara dengan unit dalam persediaan akhir barang dalam proses, dan biaya yang terkait pada tiap unit seharusnya tidak sama. Dalam perhitungan biaya per unit, output pada suatu periode harus ditentukan. b. Dua Metode Perlakuan Persediaan Awal Barang dalam Proses Persediaan barang dalam proses juga mempersulit perhitungan biaya per unit. Pekerjaan yang dilakukan pada unit yang telah selesai sebagian menunjukkan pekerjaan periode sebelumnya, dan biaya yang dibebankan padanya adalah biaya periode sebelumnya. Untuk menghitung biaya per unit pada suatu departemen, dua pendekatan telah berkembang guna menangani output periode terdahulu dan biaya periode terdahulu yang ditemukan pada persediaan awal barang dalam proses: metode rerata tertimbang dan first in first out (FIFO). Pada dasarnya, metode perhitungan biaya rerata tertimbang menggabungkan biaya persediaan awal dengan biaya periode saat ini untuk menghitung biaya per unit. Di lain pihak, metode perhitungan biaya FIFO dalam akuntansi untuk persediaan barang dagang memisahkan barang-barang sesuai dengan kapan barang tersebut dibeli dan pada biaya berapa (Raiborn and Kinney, 2011)
F. PERHITUNGAN BIAYA RERATA TERTIMBANG Bisnis ritel menggunakan metode rerata tertimbang untuk menentukan sebuah biaya rata-rata per unit dari persediaan. Menurut Raiborn and Kinney (2011) biaya ini dapat dihitung dengan membagi total biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual. Metode perhitungan biaya rerata tertimbang memperlakukan biaya awal persediaan dan output setara yang mengikutinya, sebagai milik periode waktu berjalan. Hal ini dilakukan dengan menambahkan biaya produksi awal barang dalam proses pada biaya produksi yang muncul selama periode berjalan. Jumlah biaya diperlakukan sebagai jumlah biaya produksi periode berjalan. Persediaan awal input dan output periode berjalan juga digabungkan dalam perhitungan unit setara. Dengan metode rerata tertimbang, output unit setara dihitung dengan menambahkan unit-unit yang telah selesai pada unit setara akhir barang dalam proses. Lima Langkah dalam Menyiapkan Laporan Produksi Laporan produksi meringkas biaya dan aktivitas manufaktur bagi suatu Departemen Produksi untuk suatu periode tertentu. Laporan produksi dapat bertindak sebagai buku pelengkap untuk akun barang dalam proses bagi suatu departemen. Pola umumnya dideskripsikan dalam lima langkah berikut: 1. Analisis aliran unit secara fisik 2. Perhitungan unit-unit setara 3. Perhitungan biaya per unit 4. Penilaian persediaan (barang ditransfer keluar dan akhir barang dalam proses) 5. Rekonsiliasi biaya Contoh Metode Rerata Tertimbang Data biaya dan produksi digunakan oleh Departemen Peracikan Healtblend untuk bulan Juli. Produksi: Jumlah unit dalam proses, 1 Juli, 75% selesai
20,000
Jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer keluar
50,000
Jumlah unit dalam proses, 31 Juli, 25 % selesai
10,000
Biaya barang dalam proses, 1 Juli
$ 3,525
Biaya barang ditambahkan dalam bulan Juli
$ 10,125
Dengan menggunakan data diatas dan menggunakan metode rata-rata tertimbang untuk mengalokasikan biaya produksi ke unit-unit yang ditransfer keluar dan unit-unit yang terdapat dalam akhir barang dalam proses. Total biaya yang disatukan ini sebesar $ 13,650 dirata-rata dan dibebankan ke unit yang ditransfer keluar ke unit persediaan akhir barang dalam proses. Evaluasi Metode Rerata Tertimbang Keuntungan utama metode rerata tertimbang adalah kesederhanaannya. Dengan memperlakukan unit pada persediaan awal barang dalam proses sebagai milik periode yang berjalan, semua unit setara akan termasuk dalam kategori yang sama saat menghitung biaya per unit. Jadi, perhitungan biaya per unit disederhanakan.
Kelemahan
metode
ini
adalah
mengurangi
keakuratan
perhitungan biaya per unit untuk output periode berjalan dan unit pada persediaaan awal barang dalam proses. Pembebanan yang Tidak Seragam dari Input Manufaktur Sejauh ini, kita menganggap barang dalam proses telah 60% selesai. Hal itu berarti 60% bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang di perlukan untuk menyelesaikan proses yang telah digunakan dan 40% sisanya di perlukan untuk menyelesaikan unit produksi. Dengan kata lain dapat diasumsikan input manufaktur dibebankan secara seragam begitu proses manufaktur berjalan. Asumsi bahwa pembebanan biaya konversi seragam (tenaga kerja langsung dan overhead) bukannya tidak wajar. Input tenaga kerja langsung biasanya dibutuhkan sepanjang proses dan overhead secara normal dibebankan dengan dasar jam tenaga kerja langsung. Sebaliknya, bahan baku langsung tidak dibebankan secara seragam. Dalam banyak contoh, bahan baku ditambahkan pada awal ataupun akhir proses. Keberadaan Beberapa Departemen
Dalam proses manufaktur, beberapa departemen menerima barang-barang yang baru selesai sebagian dari departemen-departemen yang sebelumnya. Menurut Hansen and Mowen (2009) Dalam penanganan barang-barang yang di transfer masuk, dua hal penting perlu di ingat. Pertama, biaya bahan baku adalah biaya barang yanag ditransfer keluar sebagaimana di hitung di depertemen sebelumnya. Kedua, unit-unit yang mulai dikerjakan dalam departemen berurutan berhubungan dengan unit yang di transfer keluar dari departemen sebelumnya. Satu-satunya kesulitan tambahan yang di timbulkan dalam analisis untuk departemen selanjutnya adalah kategori transfer masuk sebagaiman telah di tunjukan, menangani kategori ini hampir sama dengan menangani kategori lainnya. Lampiran A: Laporan Produksi-Perhitungan Biaya FIFO Dalam metode perhitungan biaya FIFO, unit setara dan biaya produksi di awal barang dalam proses tidak termasuk dalam perhitungan biaya perunit periode berjalan. Metode ini mengakui pekerjaan dan biaya yang di bawah dari periode sebelumnya adalah sah milik periode tersebut. Perbedaan antara metode FIFO dan Rerata Tertimbang Jika terjadi perubahan harga input manufaktur dari satu periode ke periode berikutnya, FIFO menghasilkan biaya perunit yang lebih akurat (sehingga lebih terkini) dari pada metode rerata tertimbang. Biaya per unit yang lebih akurat berarti mengendalikan biaya yang lebih baik, keputusan penentuan harga yang lebih baik, dan lain-lain. Dalam hal ini metode FIFO kurang menguntungkan dari pada metode rerata tertimbang. Contoh Metode FIFO Kelima langkah untuk menghitung biaya produksi adalah sebagai berikut Produksi:
Biaya:
Unit dalam proses, 1 Juli 75% selesai
20.000
Unit yang terselesaikan dan ditransfer keluar
50.000
Unit dalam proses, 31 Juli 25% selesai
10.000
BDP 1 Juli
3.525
Biaya yang ditambahkan selama bulan berjalan
10.125
a. Langkah 1: Analisis Aliran Unit Secara Fisik. Tujuan langkah 1 untuk menelusuri unit produk secara fisik. Seperti metode rerata tertimbang dalam metode FIFO, laporan aliran fisik juga disiapkan. Laporan ini ditunjukkan pada b. Langkah 2: Perhitungan Unit Setara. Dari perhitungan unit setara, satu perbedaan antara metode rerata tertimbang dengan FIFO, unit setara di persediaan awal barang dalam proses (pekerjaan yang telah dilakukan di periode sebelumnya) tidak dihitung sebagai bagian dari jumlah pekerjaan setara, yang dihitung hanya pekerjaan setara untuk menyelesaikan periode berjalan. c. Langkah 3: Perhitungan Biaya Per Unit. Tambahan biaya produksi yang muncul dalam periode berjalan adalah 10.125. jadi, biaya produksi unit periode berjalan adalah 10.125/37.500 atau 0,27. Dalam perhitungan ini, hanya biaya produksi periode berjalan yang digunakan. d. Langkah 4: Penilaian Persediaan. Karena semua unit setara di akhir barang dalam proses merupakan unit periode berjalan, biaya akhir barang dalam proses adalah 0,27x2.500 atau 675. e. Langkah 5: Rekonsiliasi Biaya. Dengan selesainya langkah 5, laporan produksi dapat disiapkan. Biaya yang dibebankan adalah Barang yang ditransfer keluar: Unit di persediaan awal barang dalam proses
$ 4.875
Unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan
8.100
Barang di persediaan akhir barang dalam proses
675
Jumlah biaya yang telah diperhitungkan
$ 13.650
Jumlah biaya produksi untuk diperhitungkan selama periode berjalan: Persediaan awal barang dalam proses
$ 3.525
Yang muncul selama bulan berjalan
10.125
Jumlah biaya untuk diperhitungkan
13.650
Healthblend Nutritional Supplements Departemen Peracikan Laporan Produksi Bulan Juli 2008 ( Metode FIFO ) Informasi Unit Unit untuk diperhitungkan
20.000
Unit pada awal BDP
40.000
Jumlah unit diperhitungkan
utk 60.000
Arus Fisik Unit yang diselesaikan
mulai
dikerjakan
dan 30.000
Unit Setara 30.000
Unit yang diselesaikan dari awal BDP
20.000
5.000
Unit pada persediaan akhir BDP
10.000
2.500
Jumlah unit yang telah diperhitungkan
60.000
37.500
Akhir BDP
Jumlah
Informasi Biaya 3.525
Persediaan awal BDP
Yang muncul dlm bulan 10.125 berjalan Jumlah biaya diperhitungkan
utk 13.650
Biaya per unit setara
0,27 Ditransfer keluar
Unit di persediaan awal BDP
Dari periode sebelumnya
3.525
3.525
Dari periode berjalan
1.350
1.350
Unit yang mulai dikerjakan 8.100 dandiselesaikan( 0,27X30.000)
8.100
( 0,27x5.000 )
Barang pada akhir BDP
675
675
675
13.650
( 0,27X2.500 ) Jumlah biaya yang telah 12.975 diperhitungkan
Lampiran B: ayat jurnal yang berhubungan dengan perhitungan biaya pesanan A
Bahan Baku
3.500
Utang Dagang B
Barang Dalam Proses
3.500 3.280
Bahan Baku C
Barang Dalam Proses
3.280 750
Utang Gaji D
Barang Dalam Proses
750 600
Pengendali Overhead E
Pengendali Overhead
600 615
Utang Biaya Sewa
400
Utang Biaya Utilitas
50
Akumulasi Penyusutan
65
F
Barang Jadi
2.320
Barang Dalam Proses G
2.320
Harga Pokok Penjualan
2.320
Barang Jadi
2.320
Piutang Dagang
3.480
Laba Penjualan H
3.480
Harga Pokok Penjualan
15
Pengendali Overhead
15
Ayat Jurnal yang Berhubungan dengan Perhitungan Biaya Proses Anggaplah Healthblend memutuskan untuk memproduksi 2.000 botol dengan biaya berikut:
Dept
Dept Pengapsulan Dept Pembotolan
Peracikan BB Langsung
$1.700
$1.000
$800
TKL
50
60
300
500
600
Overhead yang 450 dibebankan
1.
Barang dalam proses-peracikan
1.700
Bahan Baku 2.
Barang Dalam Proses-Pengapsulan
1.700 1.000
Bahan Baku 3.
Barang Dalam Proses-Pembotolan Bahan Baku
1.000 800 800
4.
Barang Dalam Proses-Peracikan
50
Utang Gaji 5.
Barang Dalam Proses-Pengapsulan
50 60
Utang Gaji 6.
Barang Dalam Proses-Pembotolan
60 300
Utang Gaji 7.
Barang Dalam Proses-Peracikan
300 450
Pengendali Overhead 8.
Barang Dalam Proses-Pengapsulan
450 500
Pengendali Overhead 9.
Barang Dalam Proses-Pembotolan
500 600
Pengendali Overhead
600
Ketika campuran ditransfer dari Departemen Peracikan ke Pengapsulan, ayat berikut muncul 10. Barang Dalam Proses-Pengapsulan
2.200
Barang Dalam Proses-Peracikan
2.200
Sama halnya, ayat jurnal untuk mencatat biaya transfer masuk dari Departemen Pengapsulan ke Pembotolan menjadi 11. Barang Dalam Proses-Pembotolan
3.760
Barang Dalam Proses-Pengapsulan
3.760
Akhirnya, ketika multivitamin yang telah selesai meninggalkan Departemen Pembotolan ke gudang barang jadi, ayat jurnal berikut akan dibuat: 12. Barang Jadi Barang Dalam Proses-Pembotolan
5.460 5.460
BAB 7 ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG A.
GAMBARAN UMUM ALOKASI BIAYA Merupakan biaya-biaya yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi
ketika sumber daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama (commont costs). contonya: upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik tersebut. manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi pembebanan biaya keamanan kesetiap produk adalah proses arbitrer. menurut cairney timothy dan kevin bennett, (2015:3) dalam penelitiannya bahwa alokasi canggih meningkatkan pengambilan keputusan. hasil studi itu tidak konsisten dengan tempat sejarah bahwa sistem alokasi miliki dalam prosedur pelaporan biaya- dan klaim seperti medicare, yang menyarankan penggunaan metode “langkah-down” untuk mengalokasikan biaya dukungan. 1.
Jenis Jenis Departemen Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat
dua kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual pada pelanggan. Departemen produksi adalah departemen secara langsung mengerjakan produksi yang diproduksi. Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen
pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan. Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi departemen produksi dan departemen pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory). 2.
Pengalokasian Biaya dari Departemen ke Produk Menurut Mokoginta. S.R.N, dkk (2015:1) sebagai perusahaan industri untuk
melakukan proses produksi dalam mengolah bahan baku akan menghasilkan beberapa jenis produk, untuk itu dibutuhkan pengalokasian biaya yang tepat pada setiap produk yang dihasilkan. Pengalokasian biaya jika tidak ditelusuri dengan cermat, maka akan mengakibatkan pembebanan biaya yang tidak proposional pada tiap produk yang dihasilkan. Karena pada proses produksi bersama terdapat biaya bersama yang sulit diidentifikasi. Suatu prses produksi bisa menghasilkan beberapa produk yang berbeda yang berasal dari input yang sama. Berbegai jenis produk yang dihasilkan baru terpisah satu sama lain setelah melewati titik tertentu dalam proses produksi. Titik inilah yang disebut titik split off yang merupakan titik dimana produk bersama menjadi dapat diidentifikasikan secara terpisah. Alokasi biaya bersama bertujuan untuk menetukan harga pokok dan juga untuk memberikan informasi kepada manajemen baik kepentingan penyusunan laporan keuangan maupun kepentingan pengembilan keputusan. Setelah perusahaan dibagi dalam departeman dan semua biaya overhead ditelusuri ke tiap departemen, biaya departemen pendukung dibebankan pada Departemen produksi dan tarif overhead dibuat untuk menentukan biaya produk. Biaya departemen pendukung tidak akan dibebankan pada produk karena beradasarkan definisinya, produk tidak penyediaan jasa pendukung tidak akan dibebankan pada produk karena beradasrkan definisinya, produk tidak pernah melewati departemen pendukung. Akan tetapi, biaya penyedia jasa pendukung adalah
bagian dari biaya total produk dan harus dibebankan pada produk. Oleh karena itu, biaya departemen pendukung harus dialokasikan ke departemen produksi. Tarif overhead departemen produksi mengerjakan banyak produk. Jika dalam suatu departemen produksi hanya adalah milik produk. Bahwa tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu dihitung dengan menjumlahkan estimasi total overhead suatu depertemen dan membaginya dengan estimasi dasar pengalokasian yang sesuai. Melihat overhead depertemen produksi terdiri atas dua bagian: overhead yang ditelusuri secara langsung ke depertemen produksi dan overhead yang dialokasikan ke departemen pendukung tidak dapat memiliki tarif overhead yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pada unit yang diproduksi karena departemen pendukung tidak membuat produk yang dapat dijual. 3.
Jenis Jenis Dasar Alokasi Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung: oleh sebab itu, biaya
departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentivikasi faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik. B.
TUJUAN ALOKASI Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen
pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu: 1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan 2. Untuk menghitung profibilitas lini produk 3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian 4. Untuk meniai persedian 5. Untuk memotivasi para manajer Jika biaya tidak dialokasikan denga akurat, biaya beberapa jasa dapat terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi
bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba. Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi, para menejer dapat memperlakukan jasa ini seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah jasa lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manejer akan menggunakan suatu jasa hingga manfaat marginal suatu jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya jasa membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar. Menurut Horngren T. Charles et.al (2012:598) tujuan pertama alokasi biaya: untuk memberikan informasi untuk keputusan ekonomi, seperti penetapan harga, dengan mengukur biaya penuh pengiriman produk berdasarkan sistem ABC. sistem ABC mendefinisikan kumpulan biaya tidak langsung untuk kegiatan yang berbeda dan menggunakan pendorong biaya sebagai basis alokasi untuk menetapkan biaya kumpulan biaya tidak langsung untuk produk (tahap kedua alokasi biaya). Di bagian ini, kami fokus pada tahap pertama biaya alokasi, penugasan biaya ke kumpulan biaya tidak
langsung.
Menggunakan
Consumer
Appliances,
Inc.
(CAI),
untuk
mengilustrasikan bagaimana biaya yang timbul di berbagai bagian perusahaan dapat ditetapkan, dan kemudian dipindahkan, untuk menentukan biaya produk, layanan, pelanggan, atau kontrak. CAI memiliki dua divisi; masing-masing memiliki divisi untuk memproduksi dan menjual banyak produk yang berbeda dalam ukuran dan kompleksitas. C.
MENGALOKASIAN BIAYA SATU DEPARTEMEN KE DEPARTEMEN LAINNYA Biaya depertemen pendukung sering dialokasikan ke depertemen lain melalui
penggunaan tarif pembebanan. Sebagai contoh, departemen pemprosesan data suatu
perusahaan melayani berbagai departemen lainnya. Kemudian, biaya pengoperasian departemen pemprosesan data dialokasikan ke departemen-departemen yang dilayani. 1.
Tarif Pembebanan Tungga Misalnya bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy sendiri
untuk melayani tiga departemen produksinya (audit, pajak, dan konsultan menajemen sistem atau MAS). Biaya departemen foto copy termasuk biaya tetap sebesar $0,023 per lembar foto copy (kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh ketiga departemen produksi adalah sebagai berikut; Departemen audit
94.500
Departemen pajak
67.500
Departemen MAS
108.000 270.000
Total
Jika tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190 akan digabungkan dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000 x $0,023). total biaya sebesar $32.400 dibagi dengan estimasi jumlah lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang akan menghasilkan tarif per lembar sebesar $0,12. Jumlah yang d bebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi jumlah lembar yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual adalah ssebagai berikut: departemen audit sejumlah 92.000 lembar; dan departemen MAS 115.000 lembar. Total biaya foto copy yang dibebankan pada masingmasing departemen dapat diperlihatkan sebagai berikut; Jumlah Lembar
x
Pembebanan per Lembar
=
Total Pembebanan
Audit
92.000
$0,12
$11.040
Pajak
65.000
0,12
7.800
MAS
115.000
0,12
13.800
Total
272.000
$32.640
Apakah departemen foto copy membutuhkan $32.640 untuk membutuhkan 272.000 lembar? Tidak, departemen foto copy hanya membutuhkan $32.446 [$26.190 + 9272.000 x $0,023)]. 2.
Tarif Bembebanan Berganda Walaupun penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini
mengabaikan dampak diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya variabel departemen pendukung naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai contoh, biaya kertas dan tinta untuk departemen foto copy meningkat sesuai peningkatan jumlah lembar yang d foto copy. Pengembangan Tarif Tetap Biaya jasa tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirm unit jasa yang dibutuhkan oleh departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan mengirimnya dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen produski. Karena kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan pelayanan, maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap berdasarkan kebutuhan tersebut. Pengalokasian biaya tetap mengikuti prosedur tiga langkah: a)
Penetapan biaya hasa tetap yang di anggarkan.
b)
Perhitungan rasio alokasi,
c)
Pengalokasian, dengan rumus; Alokasi
= Rasio alokasi x Biaya jasa tetap yang di anggarkan
Yang dapat kita asumsikan sebagai berikut; Jumlah Foto Copy Awal yang Dianggarkan
Bagian
Persentase yang di Foto copy
x
Biaya Tetap
=
Departemen atas Biaya Tetap
Audit
94.500
35
$26.190
$9.167
Pajak
67.500
25
26.190
6.548
MAS
108.000
40
26.190
$10.476
270.000
Total
100
$26.191
Pengembangan Tarif variabel Tarif fariabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah. Pada departemen foto copy, penggerak biaya adalah jumlah lembar yang di foto copy. Jika jumlah lembar yang di foto copy meningkat, kertas dan tinta yang digunakan akan lebih banyak. Karena biaya rata-rata adalah $0,023 per lembar, maka tarif fariabel adalah $0,023. Tarif variabel ini digunakan dalam hubungan dengan departeman audit dibebani 35 persen dari biaya yang di tambah $0,023 per lembar yang difoto copy. Departeman pajak akan dialokasikan 25 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 perlembar. Sementara itu MAS akan dialokasikan 40 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 per lembar. Jumlah
Jumlah
Total
Foto copy
Tetap
Variabel
Pembebanan
Audit
92.000
$9.167
$2.116
$11.283
Pajak
65.000
6.548
1.495
8.043
MAS
115.000
10.476
2.645
13.121
272.000
$26.191
$6.256
$32.447
Total
3.
Jumlah
Penggunaan yang Dianggarkan versus Penggunaan Aktual Prinsip umum dari evalusai kerja adalah bahwa manajer tidak boleh di bebani tanggung jawab atas biaya atau aktivitas yang berada di laur kendalinya. Karena para manajer departemen produksi memiliki input yang signifikan berkaitan dengan tingkat jasa yang di konsumsi, mereka harus di bebani tanggung jawab atas bagian biaya jasa mereka. Namun, pernyataan ini, mempunyai kualifikasi penting; evaluasi departemen tidak boleh dipengaruhi oleh tingkat efisiensi yang di capai oleh departemen lain. Ingatlah bahwa biaya tetap tahunan yang dianggarkan adalah sebesar $26.190 dan biaya variabel yang dianggarkan adalah $0,023. Ketiga departemen produksi ; audit, pajak, dan MAS. Mengestimasikan penggunan masing-masing sebesar 94.500 lembar, 57.500 lembar, dan 108.000 lembar. Berdasarkan data
tersebut biaya yang dialokasikan kesetiap departemen pada awal tahun. Bahwa metode tarif tunggal menghasilakn pengalokasian yang sama dengan metode tarif berganda apabila angka yang dianggarkan digunakan.
Metode Tarif Tunggal Jumlah
x
Foto copy
Tarif
Alokasi
=
Total
Biaya
Audit
94.500
$0,12
$11.340
Pajak
67.500
0,12
8.100
MAS
108.000
0,12
12.960
Total
$32.400
Metode Tarif Berganda Jumlah
x
Foto copy
Tarif Variabel
+
Alokasi Tetap
=
Biaya yang Dialokasikan
Audit
94.500
$0,023
$9.167
$11.340
Pajak
67.500
0,023
6.548
8.100
MAS
108.000
0,023
10.476
12.960
Total
$32.400
D. MEMILIH METODE ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan,
perusahaan
hatus
menetapkan
batasan
ineraksi
departemen
pendukung. Selain itu, mereka harus menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode pengalokasian biaya, yakni; 1.
Metode langsung Adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan biaya departemen pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen produksi secara proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa.
Biaya tetap juga dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan proporsi pada kapasitas normal atau praktis departemen produksi.
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Peraktitan
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Killowat-jam
-
200.000
600.000
200.000
Jam pemeliharaan
1.000
4.500
4.500
Biaya lngsung Aktivitas normal :
2.
-
Metode Berurutan Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara epartemen pendukung telah terjad. Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen pendukung. Alokasi biaya dilakukan secara tahap demi setahap mengikuti prosedur penetapan peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya urutanya ditentukan dengan menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa yang diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil. Tingkat jasa biasanya di ukur dengan biaya langsung dari setiap departemen pendukung; departemen dengan biaya tertinggi dinilai sebagai pemberi dana terbesar.
Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi
Listrik :
600.000 (600.000 + 200.000) 200.000 (600.000 + 200.000)
Pemeliharaan :
4.500
Penggerindaan
Peraktitan
0,75
-
-
0,25
0,50
-
(4.500 + 4.500) 4.500
-
(4.500 + 4.500)
0,50
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan Menggunakan Rasio Alokasi Departemen Pendukung Listrik Biaya Langsung Listrik
Departemen Produksi
Pemeliharaan
$250.000
Penggerindaan
$160.000
Perakitan
$100.000
$60.000
(250.000)
-
187.500
62.500
-
(160.000)
80.000
80.000
$367.500
$202.500
Pemeliharaan
$ $
0
0
Alokasi yang di dapatkan dengan metode berurutan. Langkah pertama adalah menghitung rasio alokasi. Perhatikan bahwa rasio alokasi untuk departemen pemeliharaan mengabaikan penggunaan oleh departemen listrik karena biayanya tidak dapat dialokasikan ke departemen pendukung. Langkah kedua adalah mengalokasikan biaya departemen pendukung dengan menggunakan rasio alokasi yang dihitung pada langkah pertama. Perhatikan bahwa $50.000 dari biaya departemen listrik dialokasikan ke departemen pemeliharaan. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa departemen pemeliharaan menggunakan 20 persen output departemen listrik. Sebagai akibatnya, biaya oporasi departemen pemeliharaan naik dari $160.00 jadi $210.000.
Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi
Listrik :
200.000 (200.000 + 600.000 + 200.000) 600.000
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
0,20
-
-
-
0,60
-
(200.000 + 600.000 + 200.000) 200.000 (200.000 + 600.000 + 200.000) 4.500
Pemeliharaan :
(4.500 + 4.500) 4.500 (4.500 + 4.500)
-
-
0,20
-
0,50
-
-
-
0,50
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan Menggunakan Rasio Alokasi Departemen Pendukung Listrik
Departemen Produksi
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Listrik
(250.000)
50.000
150.000
50.000
(210.000)
105.000
105.000
$355.000
215.000
Pemeliharaan
3.
$
$
0
0
Metode timbal balik Metode ini mengakui semua interaksi di antara deprtemen pendukung. Menurut metode ini salahs atu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan interksi iantara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen pendukung dialokasikan ke departemen produksi. Total biaya departemen pendukung. Total biaya pendukung adalah jumlah dari biaya langsung ditambah proposisi biaya yang diterima dari departemen pendukung lainnya. Persamaan biaya untuk setiap departemen pendukung dapat diperlihatkan sebagai berikut P
= Biaya langsung + Bagian dari biaya pemeliharaan = $250.000 + 0,10M (persamaan biaya listrik)
M
(7.1)
= Biaya langsung + Biaya dari baya listrik = $160.000 + 0,20P (persamaan biaya pemeliharaan)
(7.2)
Data untuk mengilustrasikan metode timbal balik
Departemen Pendukung Listrik
Pemeliharaan
Departemen Produksi Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung: Tetap
$200.000
$100.000
$80.000
$50.000
50.000
60.000
20.000
10.000
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Kilowatt-jam
-
200.000
600.000
200.000
Jam pemeliharaan
1.000
-
4.500
4.500
Variabel Total Aktivitas Normal
Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan Perakitan
-
0,20
0,60
0,20
0,10
-
0,45
0,45
Rasio Alokasi: Listrik Pemeliharaan
Persamaan biaya listrk (7.1) dan persamaan biaya pemeliharaan (7.2) dapat diselesaikan secara simultan untuk menghasilkan total biaya setiap departemen pendukung. Dengan persamaan; M
= $160.000 + 0,20 ($250.000 + 0,10M)
M
= $160.000 + $50.000 + 0,02 M
0,98M
= $210.000
M
= $214.286 Dengan mensubsidikan niai untuk M ini kepersamaan 7.1 dihasilkan total
biaya untuk listrik. P
= $250.000 + 0.10 ($214.286) = $250.000 + $21.429
= $271.429 Alokasi Departemen Produksi. Setelah total biaya setiap departemen pendukung diketahui, alokasi kedepartemen produksi dapat diketahui. Alokasi ini, berdasarkan proporsi output yang digunakan oleh setiap departemen produksi. Total biaya yang dialokasikan kedepartemen produksi (dari listrik dan pemeliharaan) sama dengan $410.000, yaitu total biaya langsung dari dua depatemen pendukung ($250.000 + $160.000). Departemen Pendukung Listrik
Departemen Produksi
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Listrik
(271.429)
54.286
162.857
54.286
21.429
(21.429)
96.429
96.429
$359.286
$210.715
Pemeliharaan
$ Total
$
0
0
E. TARIF OVERHEAD DEPARTEMEN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK Tarif biaya overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung yang dialokasikan ke biaya overhead yang secara langsung dapat ditelusuri pada departemen produksi dan membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Misalnya dari contoh alokasi berurutan total biaya overhead departemen pengesahan adalah $355.000, dan asumsikan bahwa jam mesin adalah dasar untuk pembebanan overhead ke produk dengan aktivitas normal sebesar 71.000 jam mesin, maka tarif biaya overhead departemen pengesahan adalah:
Tarif overhead pengesahaan
= =
$355.000 71.000 jam Mesin $ 5 per jam mesin
Dengan cara yang sama, total biaya overhead departemen perakitan sebesar $ 215.000, dan diasumsikan tingkat aktivitas normal sebesar 107.500 jam tenaga kerja, maka tarif biaya overhead di departement perakitan adalah:
Tarif overhead perakitan
$215.000
= =
107.500 jam tenaga kerja $ 2 per jam tenaga kerja
Dengan menggunakan tarif – tarif ini, biaya produk per unit dapat ditentukan. Sebagai gambaran, anggaplah bahwa suatu produk membutuhkan dua jam mesin pengasahan dan satu jam perakitan untuk satu unit yang diproduksi. Biaya overhead yang dibebankan ke satu unit produk ini menjadi $12 [ (2 X $ 5) + (1X $ 2)]. Jika produk yang sama menggunakan bahan baku senilai $ 15 dan tenaga kerja sebesar $ 6 (ditotal dari Pengesahan dan Perakitan), maka biaya total perunit adalah $ 33 ($ 12 + $ 15 + $ 6). Akumulasi dan Alokasi Biaya Overhead Bahan baku langsung dan tenaga keja langsung dengan mudah dilacak kesebuah produk atau jasa. Overhead, di lain hal, haus di akumulasikan selama periode dan alokasikan ke produk yang di produksi atau jasa yang terselesaikan selama periode tersebut. Alokasi biaya (cost allocation) berkenaan dengan menetapkan sebuah biaya tidak langsung kesalah satu atau lebih objek-objek biaya menggunakan beberapa dasar atau pemacu alokasi yang beralasan. Alokasi biaya dapat dibuat melalui beberapa periode waktu atau dalam sebuah periode waktu. Sebagai contoh: dalam akumulasi keuangan, sebuah biaya bangunan dialokasikan melalui beban penyusutan atau kegunaannya atau umur manfaatnya. Proses ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip matching (penyepadanaan beban dengan pendapatan). Dalam akuntansi biaya, biaya overhead produksi dialokasikan dalam sebuah periode melalui penggunaan dasar alokasi atau pemicu biaya untuk produk atau jasa. Proses ini merefleksikan kegunaan dari prinsip biaya, yang membutuhkan semua biaya produksi atau akuisisi diletakkan pada
unit-unit yang diproduksi, jasa yang diselesaikan, atau unit yang telah dibeli Raiborn and Michael (2011:53).
DAFTAR PUSTAKA Anta, Denisia Georghina and Mihaena Iona Iacob. 2008. Job Order Costing versus Process Costing. International Symposium Research and Education in Innovation Era. Blocher, Edward J, et.al. 2014. Cost Management: A Stategic Emphasis, 5 th edition. New York: McGraw-Hill. Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. 2009. Managerial Accounting. Seventh Edition. Cincinnati: South-Western College Publishing (HM). Cairney, Timothy Dan Kevin Bennett. 2015. Support Department Cost Allocations in the Georgia Healthcare Industry. The Coastal Business Journal Volume 4, Number 1. Hilton W. R. and David E. Platt, 2011. ManagerialAccounting , Creating Value in a Global Business Environment. 9th Edition. Global Edition. New York Horngren T. Charles et.al. 2012. Cost Accounting a Managerial Emphasis Thirteenth Edition. Pearson Prentice Hall: London. Raiborn, A Cecily and Michael R. Kinney. 2011. Cost Accounting: Foundations and Evolutions. Cengage Learning Asia Pte Ltd: Singapore. Ramintang, Jessica dan Sifrid Pangemanan. 2016. The Aplication of Activity Based Costing (ABC) and Job Order Costing (JOC) at Wisata Bahari Restaurant Manado. Jurnal EMBA, Vol. 4, No.1, ISSN 2303-1174. Munandar, M. 2007. Bugeting, Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Mokoginta, Siti Rahma Nikita Dkk. 2017. Analysis The Allocation of Joint Costs with in Determination of Production Costs at Ud. Totabuan Nuts Going Burung Maleo. ISSN 2303-1174. Jurnal Emba Vol.5 No.2 Juni 2017, Hal. 1512 –1519.
Nofrida, Hayatun. 2017. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Pada Mebel R.Dika Lubuklinggau. ISBN: 1234-5678-Prosiding Seminar Nasional Aimi 90-12-1 Jambi.