Makalah Toksilogi Ispa.docx

  • Uploaded by: Johanis l. E. Rahantoknam
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Toksilogi Ispa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,777
  • Pages: 12
BAB II PEMBAHASAN I.

Tinjauan Pustaka ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian

balita

di

indonesia

yaitu

sebesar

28%1.

WHO

memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak diberi pengobatan2. Kematian balita karena pneumonia secara nasional diperkirakan 6 per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan yang tujuannya tercantum dalam UU Kes No.23 lthun 1992, pasal I bab I tentang kesehatan yaitu : Kesehatan adalah keadaan sehat dari badan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi, agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal sehingga tercapainya bangsa yang sehat dan sumber daya yang berkualitas ( Slamet, Juli Soemirat. 2004 ). Masalah kesehatan anak dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu tingginya angka kesakitan dan angka kematian. Angka kesakitan dan angka kematian merupakan salah satu indicator derajat kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya penanganan keluarga dalam menanggulangi penyakit infeksi khususnya penyakit

ISPA . ISPA adalah penyakit yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas (demam) atau gejala tersebut muncul secara bersamaan, (Meadow, Sir Roy). Dalam menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA, dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan ISPA. Peran aktif petugas disini terutama perawat dapat menyampaikannya melalui promosi kesehatan seperti perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan pemberian imunisasi. Sebagai perawat kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang ISPA dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA

dirumah,

karena

perilaku

seseotang

dipengarahi oleh

pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat ( Notoatmojo. 2003). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti

seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut : 1. Infeksi Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 3. Infeksi Akut Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat

mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu : * ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek *Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat). Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat

ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung pernafasannya.

kuman

yang

terhirup

oleh

orang

sehat

kesaluran

II. Uraian tanaman / sampel a. Klasifikasi Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua / Dikotil)

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Phyllanthus

Spesies

: Phyllanthus niruri L

b. Morfologi Sampel c. Nama daerah d. Kandungan kimia e. Kegunaan / Khasiat f. Ramuan III. Uraian Penyakit WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut : Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut : 1. ISPA ringan Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

a. Batuk. b. Pilek dengan atau tanpa demam. 2. ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut : a. Pernapasan cepat. 1) Umur <> 2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih. b. Wheezing(nafas menciut-ciut). c. Sakit atau keluar cairan dari telinga. d. Bercak kemerahan (campak). e. Khusus untuk bayi <2> 3. ISPA berat Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut : a. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi. b. Kesadaran menurun. c. Bibir/kulit pucat kebiruan. d. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat. e. Adanya selaput membrane difteri.

Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat yaitu : 1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun 2. Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a) Pneumonia berat

Tanda utama : • Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta gizi buruk. • Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparuparu menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. • Tanda lain yang mungkin ada : - Nafas cuping hidung. - Suara rintihan. - Sianosis (pucat). b) Pneumonia tidak berat Tanda Utama : • Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. • Di sertai nafas cepat : - Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun. - Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun. c) Bukan pneumonia Tana utama : • Tidak ada tarikan dinding dada kedalam. • Tidak ada nafas cepat : - Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun. - Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5 tahun. 2. Anak umur kurang dari 2 bulan Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu : a) Pneumonia berat

Tana utama : • Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin. • Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih. • Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat. b) Bukan pneumonia Tanda utama : • Tidak ada nafas cepat. • Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Etiologi Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995) Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : 1.

Tahap

prepatogenesis

:

penyuebab

telah

ada

tetapi

belum

menunjukkan reaksi apa-apa. 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. 4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia. Penyebaran Penyakit Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu : 1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk. 2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin. 3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik. Faktor Risiko Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA : 1. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2. Status Imunisasi Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. Penatalaksanaan 1. Suportif : • Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin, dll. 2. Antibiotik : • Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab. • Utama ditujukan pada pneumonia, Influenza dan Aureus. • Menurut WHO : o Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain. o Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin. • Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll. Pencegahan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain : 1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih. 4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85

More Documents from ""

April 2020 0
Oliver.docx
July 2020 0
What Is Lupus.docx
July 2020 0
Talijanski.docx
December 2019 68