Makalah Struktur Beton Gedung Lanjutan.docx

  • Uploaded by: Jeiniver Manarisip
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Struktur Beton Gedung Lanjutan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,905
  • Pages: 17
MAKALAH STRUKTUR BETON GEDUNG LANJUTAN

“Penggunaan Beton Pracetak pada Pembangunan Hotel Marron dan Resort Kota Tomohon” Disusun Oleh : NAMA

: Jeiniver Manarisip

NIM

: 16 012 005

KELAS

: VI A KBG

DOSEN

: Rilya Rumbayan, ST.,M.Eng.,PhD.

PROGAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MANADO 2019

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Penggunaan Beton Pracetak pada Pembangunan Hotel Marron dan Resort Kota Tomohon”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari Mata Kuliah Struktur Beton Lanjutan. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya karya makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Manado, 11 April 2019

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Tomohon dianugerahi dengan kekayaan potensi di sektor pariwisata yang melimpah, baik wisata alam, religi, budaya, bahari, sejarah dan kuliner, maka sudah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk mentransformasikan potensi ini menjadi kekuatan pembangunan daerah, guna mengangkat daya saing daerah serta tentunya kesejahteraan masyarakat kota tomohon secara menyeluruh. Dalam mengantisipasi berbagai event yang akan dilaksanakan di daerah ini, sehingga ketersediaan hotel dan fasilitas pertemuan lainnya akan semakin menambah kesiapan kota tomohon sebagai penyelenggara berbagai kegiatan nasional maupun internasional, Kesiapan tersebut menjadi semakin nyata dengan akan dibangunnya Hotel Marron dan Resort di Kota Tomohon sebagai salah satu penunjang sektor kepariwisataan di daerah ini. Karena itu, kesiapan sumber daya perhotelan yang baik dan berkualitas harus senantiasa menjadi perhatian manajemen,sehingga kehadiran Hotel Marron dan Resort di Kota Tomohon, benar-benar dapat memperkokoh pilar ekonomi daerah di Kota Tomohon. Pembangunan Hotel Marron dan Resort ini berlokasi di kelurahan Kakaskasen Dua, kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon. Lebih tepatnya di jalan lingkar bukit Kelong berdekatan dengan tempat wisata religi Bukit Doa Tomohon. Lokasi proyek merupakan tanah timbunan sehingga perencanaannya pun menggunakan tiang pancang setelah mengetahui hasil sondir. Awalnya tiang pancangnya di pesan langsung di pabrik yang ada di Makasar, namun seiring berjalannya waktu pada saat pemancangan di dapati bahwa tanah keras pada saat pemancangan kedalamannya bervariasi dan stok tiang pancangpun habis dan tak sesuai perencanaan. Maka setelah dilakukan kajian dan pertimbangan akhirnya di buatlah addendum atau perubahan dimana dari pihak owner memutuskan untuk memproduksi sendiri tiang pancangnya.

B. Rumusan Masalah 1. Apa saja profil proyek Hotel Marron dan Resort? 2. Material-material pracetak apa saja yang digunakan? 3. Bagaimana proses produksi dari beton pracetak (tiang pancang)? 4. Bagaimana metode pelaksanaannya? 5. Bagaimana metode penyambungannya? 6. Bagaimana metode quality kontrolnya? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui profil proyek Hotel Marron dan Resort. 2. Mengetahui material-material pracetak apa saja yang digunakan. 3. Mengetahui proses produksi dari beton pracetak (tiang pancang). 4. Mengetahui metode pelaksanaan dari beton pracetak (tiang pancang). 5. Mengetahui metode penyambungan dari beton pracetak (tiang pancang). 6. Mengetahui metode quality kontrolnya.

BAB II PEMBAHASAN A. Profil Proyek -

Nama proyek

: Pembangunan Hotel Marron dan Resort Tomohon

-

Pemilik proyek

: PT Multi Pilar Kencana Direktur Utama; Joyo Soetoyo (Pengawas in House)

-

Kontraktor Struktur

: PT Tatamulia Nusantara Indah (PT TATA)

-

Sub Kontraktor

: PT Pacifil Nusa Indah Group (Pelaksana Pemancangan)

-

Konsultan Struktur

: PT Cipta Sukses

-

Konsultan Arsitektural

: Sonny Sutanto Architects

-

Description

: 138 rooms

-

Floor

: 8FL. Above Ground Podium & 1FL. Below Ground

-

Total Floor Area

: 32,560 Sqm

-

Biaya/Anggaran

: Rahasia Perusahaan (Proyek Swasta & masih sementara pengerjaan)

B. Material – Material Pracetak yang Digunakan Pondasi tiang pancang yang digunakan di proyek pembangunan Hotel Marron dan Resort kota Tomohon adalah tiang pancang dari beton pracetak (precast reinforced concrete pile) yang terdiri dari 3 jenis tiang, yaitu bottom, middle, dan top dengan mutu beton f’c = 40 MPa dan mutu baja tulangan fy = 3900kg/cm2 untuk tulangan utama, dan fy = 2400kg/m2 untuk tulangan sengkang. Untuk penulangan digunakan tulangan dengan sengkang spiral dan pelat baja pada dua sisi tiang pancang sedangkan untuk material pengecoran digunakan ready mix dari CBSP.

C. Proses Produksi dari Beton Pracetak Untuk penulangan, pondasi tiang pancang precast ini meggunakan tulangan dengan sengkang spiral. Selain itu, terdapat pelat baja pada dua sisi tiang pancang middle, satu sisi untuk bottom, dan satu sisi untuk top. Pelat baja ini berfungsi sebagai sambungan apabila dalam satu titik pemancangan memerlukan dua tiang atau lebih karena kedalaman tanah keras berada dibawah 8 meter.

Untuk pengecoran, beton yang digunakan adalah beton ready mix yang dipesan di CBSP dengan jarak tempuh mobilisasi ±1 jam, yang tentunya aman dari waktu pengikatan awal beton (setting time) 2 jam. Untuk penghematan waktu pengecoran, beton segar di beri bahan tambah (admixture) berupa Sika LN sebelum dituang kedalam cetakan atau bekisting yang sudah dipasang tulangan dan pengait sebagai titik angkat. Dengan penambahan Sika LN ini, pengerasan beton menjadi lebih cepat. Pada saat pengecoran, tidak lupa beton dipadatkan menggunakan vibrator dan juga diambil sampel untuk dicetak sebagai kubus beton didalam bekisting berukuran 15 cm × 15 cm × 15 cm. Dalam kurun waktu ± 10 jam, beton pracetak sudah bisa dipindahkan ke area perawatan. D. Metode Pelaksanaan Tiang Pancang 1. Penulangan Sesuai dengan ukuran panjang tiang pancang yaitu 8 meter dan 10 meter, penulangan dibuat dengan ukuran yang sama dan menggunakan tulangan spiral dan dipasang pelat baja dengan ketebalan 5cm sebagai sambungan.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 1. Pembuatan sengkang spiral pondasi tiang pancang

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 2. Pemotongan tulangan pondasi tiang pancang

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 3. Perakitan tulangan dan pemasangan pelat baja.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 4. Pengangkutan tulangan ke cetakan/bekisting

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 5. Pemasangan tulangan ke cetakan/bekisting (bottom, 8m)

2.

Pengecoran Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan mutu K500. Pada proses pengecoran, pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibrator. Untuk mempercepat waktu pengikatan, beton segar ditambah dengan admixture berupa Sika LN sehingga beton sudah bisa dikeluarkan dari bekisting dalam rentan waktu ±10 jam setelah pengecoran. Sebelum pengecoran, diambil sampel untuk pembuatan kubus beton.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 6. Pengecoran

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 7. beton precast dikeluarkan dari bekisting

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 8. Pemindahan ke area perawatan dan penumpukan

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 9. Kubus beton 3. Pemancangan Proses pemancangan pondasi tiang pancang dilakukan pada titik pemancangan yang sebelumnya sudah di ukur oleh surveyor diberi patok sesuai dengan jarak pada perencanaan (denah pile cap). Tiang – tiang yang akan dipancang diberi keterangan berupa nomor per meter agar pendataan keterangan jumlah pukulan hammer untuk setiap 50cm dapat dicatat dan dihitung daya dukung tanah pada satu titik berdasarkan akumulasi data yang ada. Untuk penyambungan dilakukan dengan menggunakan elektroda 3,2 mm tipe LB.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 10. Denah Pile Cap

a. Pengangkutan tiang pancang ke area dari area penimbunan ke area pemancangan. Pemindahan ini menggunakan leader crane pada titik angkat setiap lubang pada tiang pancang.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 11. Pemindahan tiang pancang ke area pemancangan b. Pemasangan Tiang Pancang ke Hammer Sebelum dillakukan pemasangan, tiang pancang diberi kode berupa urutan nomor per meter agar pengambilan data jumlah pukulan setiap 50cm dapat dilakukan secara akurat. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan. Penyetelan vertikal tiang dilakukan degan mengatur panjang backstay. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan terutama untuk tiang pancang bottom.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 12. Pemasangan tiang pancang ke hammer / ereksi

c. Proses Pemancangan. Pada proses pemancangan, operator mengontrol hammer pada crane, satu orang bertugas mengikat tali hammer pada crane untuk menjatuhkan hammer, dan satu orang bertugas mengatur suspensi hammer. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hamer secara berulang (continue) ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang. Setelah tiang pancang tinggal sekitar 2 meter dari permukaan tanah, pekerja melepas tali besi dari tiang pancang. Setelah melepas tali, pemancangan dilakukan kembali hingga mendekati posisi tinggi tiang ideal untuk penyambungan tiang.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 13. Proses pemancangan

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 14. Proses pemancangan

E. Metode Penyambungan Setelah tiang pancang yang pertama (bottom) masuk kedalam tanah, untuk menyambung tiang yang kedua sebaiknya menyisakan tiang pancang diatas permukaan tanah pada elevasi tertentu agar proses penyambungan bisa dilakukan menyeluruh. Biasanya elevasi yang diambil yaitu ±30 cm untuk mempermudah proses penyambungan tiang.

Awalnya tiang pancang (middle/top) diberi kode berupa nomor lanjutan dari jumlah nomor pada tiang pancang pertama (bottom) kemudian dilakukan pengangkatan dan penempatan tiang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung kepala tiang, kemudian disesuaikan ke titik yang akan dipancang. Penyambungan

tiang

pancang dilakukan

dengan

metode

pengelasan

menggunakan elektroda 3,2 mm dengan mutu las E – 70 XX. Pada spesifikasi sesuai perencanaan, metode las menggunakan elektroda tipe LB (Low Basic) yang biasanya digunakan untuk pengelasan umum seperti besi, plat, pipa, baja, karbon, dll. Atau konstruksi yang membutuhkan kekuatan lebih dari konstruksi umum.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 15. Penyesuaian posisi penyambungan tiang pancang

Setelah sesuai, sambungan tiang pancang dibersihkan dari lumpur yang melekat untuk memudahkan proses pengelasan. Selanjutnya sambungan tiang pancang di las dengan cata pengelasan pada kepala tiang dan biasanya memakan waktu 15-20 menit.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 16. Pengelasan Untuk pemancangan sambungan tiang, sama seperti langkah pemancangan awal, yaitu operator mengontrol hammer pada crane, satu orang bertugas mengikat tali hammer pada crane untuk menjatuhkan hammer, dan satu orang bertugas mengatur suspensi hammer. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hamer secara berulang (continue) ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang. Pemancangan dilakukan hingga tiang pancang telah mencapai tanah keras. Tolak ukur untuk menentukan tiang pancang sudah berada pada posisi kedalaman tanah keras yaitu dengan melihat tiang yang sudah tidak bergerak masuk pada hitungan ke 100 dan dilakukan kalendering.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 17. Pemancangan sambungan tiang

Saat tiang pancang mendekati top pile yang disyaratkan, maka dilakukan proses kalendering sesuai standart dari perencana, yaitu setiap pukulan hammer, batas pergerakan tiang adalah 1,5 mm. Pukulan dilakukan sebanyak 10 kali, yang artinya batas toleransi penurunan tiang yaitu 1,5 cm.

(sumber : Proyek Pembangunan Hotel Marron & Resort kota Tomohon)

Gambar 18. Penyesuaian posisi kalendering

F. Metode Quality Control Metode quality control yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ini yaitu melakukan pengadaan check list setiap item pekerjaan.

PENGAMBILAN GAMBAR BERSAMA SUB KONTRAKTOR PEMANCANGAN

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan beton pracetak bukan hanya pada struktur atas saja melainkan juga bisa pada struktur bawah seperti pondasi tiang pancang. Pemilihan beton pracetak juga harus melalui banyak pertimbangan dari segi efisiensi dan efektifitasnya.

DAFTAR PUSTAKA Redaksi Fajar, “Eman Sebut Marron Resort Akan Menunjang Sektor Pariwisata Tomohon” 17 November 2017. (diakses 12 April 2019 di http://fajarmanado.com/2017/11/17/eman-sebutmarron-resort-akan-menunjang-sektor-pariwisata-tomohon/)

Profil Marron Resort (diakses 12 April 2019 di https://www.tatamulia.co.id/projects/bali/marronresort)

(Kunjungan dan Konsultasi langsung dengan pihak pelaksana.)

Related Documents


More Documents from "Yosua Kurniawan"