Makalah Qashash Al Qur.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Qashash Al Qur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,380
  • Pages: 12
Contoh Makalah Qashash Al Qur'an Diposkan oleh ni'amul huda di 22.18

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Suatuperistiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut kedalam hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal bahkan semua isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang mendengarkannya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni bahasa dan kesusastraan. Dan “kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini dalam ushlub arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah Qur’an.[1] B. Rumusan Masalah 1.Apa pengertian qashash Al-Qur’an? 2.Bagaimana macam-macam qashash Al-Qur’an? 3.Apa manfaat qashash Al-Qur’an?

4.Apa hikmah pengulangan qashash dalam Al-Qur’an? 5.Bagaimana perbedaan kisah dalam Al-Qur’an dengan lainnya? 6.Bagaimana pengaruh kisah Al-Qur’an terhadap pendidikan? C.Tujuan 1.Mengetahui pengertian qashash Al-Qur’an. 2.Mengetahui macam-macam qashash Al-Qur’an. 3.Mengetahui manfaat qashash Al-Qur’an. 4.Mengetahui hikmah pengulangan qashash dalam AlQur’an. 5.Mengetahui perbedaan kisah dalam Al-Qur’an dengan lainnya. 6.Mengetahui pengaruh kisah Al-Qur’an terhadap pendidikan. D.Manfaat Para mahasiswa/i dapat mempelajari dan memperdalam materi mata kuliah Ulumul Qur’an dengan materi Qashash Al-Qur’an.

BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Qashash Al-Qur’an Secara bahasa kata al-qashshu berarti mengikuti jejak atau mengungkapkan masa lalu. Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari qashsha-yaqushshu-qashshan, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an:

‫صا‬ ْ َ‫قَا َل َٰ َذ ِل َك َما ُكنَّا نَبْغِ ۚ ف‬ ً ‫ص‬ َ َ‫ار ِه َما ق‬ ِ َ ‫ارتَدَّا َعلَ َٰى آث‬ Musa berkata: ‘Itulah (tempat) yang kita cari’. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS Al-Kahfi [18]: 64) Al-Qashash dalam Al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an: ُ ‫َّللاَ لَ ُه َو ْالعَ ِز‬ ‫يز ْال َح ِكي ُم‬ َّ ‫َّللاُ ۚ َوإِ َّن‬ َّ ‫ص ْال َح ُّق ۚ َو َما ِم ْن إِ َٰلَ ٍه إِ ََّّل‬ ُ ‫ص‬ َ َ‫إِ َّن َٰ َه َذا لَ ُه َو ْالق‬ Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs Ali-Imran [3]: 62) ‫صدِيقَ الَّذِي‬ ْ َ ‫ب ۗ َما َكانَ َحدِيثًا يُ ْفت َ َر َٰى َو َٰلَ ِك ْن ت‬ ِ ‫ص ِه ْم ِعب َْرة ٌ ِِلُو ِلي ْاِل َ ْلبَا‬ ِ ‫ص‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬ َ‫َيءٍ َوهُدًى َو َر ْح َمةً ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُون‬ ِ ‫بَيْنَ يَ َد ْي ِه َوت َ ْف‬ ْ ‫صي َل ُك ِل ش‬ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. AlQur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12]: 111) Al-Qur’an selalu menggunakan terminologi qashash untuk menunjukkan bahwa kisah yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash. Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, sedang, dan akan terjadi.

B. Macam-macam Qashash Al-Qur’an Adapun macam-macam qashash Al-Qur’an ada tiga, yaitu: 1.Kisah para Nabi terdahulu. Cerita ini mencakup dakwah mereka pada kaumnya, mu’jizat mereka, sikap penentang para Nabi, fase dakwah dan perkembangannya, balasan terhadap orang-orang kafir dan para pendusta, seperti cerita Nabi Nuh , Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad Saw., dan lainnya. 2.Kisah Al-Qur’an yang berkaitan dengan kejadian masa lalu, cerita tentang seseorang yang belum ditetapkan kenabiannya seperti Thalut, Jalut, dua putra Nabi Adam, Ahlul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashab as-Sabti, Maryam, Ashabul Uhdud, Ashabul Fil, dan lainnya. 3.Kisah yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah seperti Perang Badar, Uhud, dalam surah Ali Imran, Perang Hunain, Tabuk dalam surah AtTaubah, perang Al-Ahzab dalam surah Al-Ahzab, Hijrah, Al-Isra’, dan semacamnya. C.Manfaat Qashash Al-Qur’an Adapun manfaat kisah-kisah Al-Qur’an menurut Manna alQattan adalah sebagai berikut: 1.Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran para Rasul. Penjelasan pokok-pokok syariat yang diemban oleh setiap Nabi sebagaimana yang ditegaskan Allah Swt.: ‫س ْو ٍل ِإَّلَّ نُ ْو ِحي ِإلَ ْي ِه أَنَّهُ َّلَ ِإلَهَ ِإَّلَّ أَنَا فَا ْعبُد ُْو ِن‬ ُ ‫س ْلنَا ِمن قَ ْب ِل َك ِمن َّر‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬ Dan Kami tidak menutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka

sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS Al-Anbiya’ [21]: 25). 2.Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan, kebenaran, dan pertolongan-Nya, serta menghancurkan kebatilan dan para pendukungnya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt.: ‫ير‬ ٌ ‫َو ِإ َّن ُك اًّل لَ َّما لَيُ َوفِيَنَّ ُه ْم َرب َُّك أ َ ْع َمالَ ُه ْم ِإنَّهُ ِب َما يَ ْع َملُونَ َخ ِب‬ Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud [11]: 120). 3.Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka, dan mengabdikan peninggalan mereka. 4.Menunjukkan kebenaran Muhammad Saw. dalam risalah dakwahnya dengan memberitakan tentang keadaaan orang-orang terdahulu dalam berbagai macam level generasi yang berbeda. 5.Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana firman Allah Swt.: َّ ‫ُك ُّل‬ ‫الط َع ِام َكانَ ِح اًّل ِل َبنِي ِإ ْس َرائِي َل ِإ ََّّل َما َح َّر َم ِإ ْس َرائِي ُل َعلَ َٰى نَ ْف ِس ِه ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن تُن ََّز َل‬ َ‫صا ِد ِقين‬ َ ‫الت َّ ْو َراة ُ ۗ قُ ْل فَأْتُوا ِبالت َّ ْو َرا ِة فَاتْلُوهَا ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬ Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah:

‘(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar. (QS Ali ‘Imran [3]: 93) Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut misalnya , dalam surah An-Nisa’ ayat 160 dan surah Al-An’am ayat 146. 6.Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa. Sebagaimana firman Allah Swt.: ‫صدِيقَ الَّذِي‬ ْ َ ‫ب ۗ َما َكانَ َحدِيثًا يُ ْفت َ َر َٰى َو َٰلَ ِك ْن ت‬ ِ ‫ص ِه ْم ِعب َْرة ٌ ِِلُو ِلي ْاِل َ ْلبَا‬ ِ ‫ص‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬ َ‫َيءٍ َوهُدًى َو َر ْح َمةً ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُون‬ ِ ‫بَيْنَ يَ َد ْي ِه َوت َ ْف‬ ْ ‫صي َل ُك ِل ش‬ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS Yusuf [12]: 111) D.Hikmah Pengulangan Qashash dalam Al-Qur’an Al-Qur’an mencakup banyak kisah yang diulang-ulang. Satu kisah banyak disebut dalam Al-Qur’an dan dipaparkan dengan bentuk yang berbeda; ada yang diungkapkan dengan bentuk taqdim ta’khir, ijaz dan ithnab Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1.Menjelaskan segi ke-balaghah-an Al-Qur’an pada tingkat yang lebih tinggi. Diantara karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu dengan segala bentuk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada cetakan yang bukan cetakannya. Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya, bahkan makna yang ditangkap jiwa akan selalu baru, tak seorang pun dapat meresapi

keindahan dan kedalaman maknanya selain dari ceritacerita Al-Qur’an. 2.Meneguhkan sisi kemukjizatan Al-Qur’an. Ketika suatu makna diungkapkan dalam bentuk yang berbeda maka seseorang akan semakin terkesima dan takjub dengannya. Tidak heran bila orang Arab tidak mampu untuk membuat hal yang sama seperti Al-Qur’an. 3.Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir’aun. Kisah ini mengisahkan pergulatan sengit anatara kebenaran dan kebatilan. 4.Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan disuatu tempat, karena itulahyang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat lain, sesuai dengan keadaan. E. Perbedaan Kisah dalam Al-Qur’an dengan Lainnya Sebagai kitab suci, Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika Al-Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya tidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Melalui studi yang mendalam, diantara kisah Al-Qur’an dapat ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai bangsa

‘Ad dalam kisah Al-Qur’an, Al-Mu’tafikat yang diidentifikasikan sebagai kota-kota Palin, Sodom, Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth. Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Disamping itu, memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisis historisnya, misalnya peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’. Karena itu, sering disinyalir bahwa kisahkisah dalam Al-Qur’an itu ada yang historis ada juga yang ahistoris. Meskipun demikian, pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan menurut kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Karena itu, sejarah pengetahuan lainnya tidak lebih merupakan sarana untuk mempermudah usaha untuk memahami Al-Qur’an. Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung kemungkinan benardan salah, karena manusia memiliki subjektivitas sebab ia dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya kepentingan politik dan sebagainya. Ambil saja misalnya supersemar, sampai saat ini masih ada sebagian orang yang meragukan keautentikannya. Sedangkan sejarah dalam Al-Qur’an pasti benar karena datangnya dari Allah dan tidak ada kepentingan kecuali untuk kemaslahatan manusia. Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.: َٰ ‫ير‬ َّ ‫اط ُل َوأ َ َّن‬ ِ َ‫َّللا ُه َو ْال َح ُّق َوأ َ َّن َما يَ ْدعُونَ ِم ْن دُونِ ِه ُه َو ْالب‬ ُ ِ‫ي ْال َكب‬ ُّ ‫َّللاَ ُه َو ْال َع ِل‬ َ َّ ‫َذ ِل َك بِأ َ َّن‬

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi Lagi Maha Besar. (QS Al-Hajj [22]: 62). Dalam ayat lain disebutkan: ‫ق ۚ إِنَّ ُه ْم فِتْيَةٌ آ َمنُوا بِ َربِ ِه ْم َو ِز ْدنَا ُه ْم ُهدًى‬ ُّ ُ‫ن َْح ُن نَق‬ ِ ‫ص َعلَي َْك نَبَأَهُ ْم بِ ْال َح‬ Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (QS Kahfi [18]: 13). Juga sesuai firmannya: َ‫ق ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُون‬ َ ‫نَتْلُو َعلَي َْك ِم ْن نَبَإ ِ ُمو‬ ِ ‫س َٰى َوفِ ْر َع ْونَ بِ ْال َح‬ Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. (QS Al-Qashash [28]: 3). Memang diakui bahwa Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruh baik dan buruknya dalam kehidupan manusia. Sebagian kisah dalam Al-Qur’an merupakan petikan sejarah yang bukan berarti menyalahi sejarah, karena (sebagaimana dijelaskan diatas) pengetahuan sejarah sangat kabur dan pertemuan-pertemuan arkeologi sangat sedikit untuk mengungkap kisah-kisah dalam Al-Qur’an, dalam kerangka pengetahuan modern. Karena itu, kisah-kisah Al-Qur’an memiliki realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia adalah bagian dari ayat-ayat yang

diturunkan dari sisi Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Maka dari manusia mukmin, tidak ada kata kecuali menerima danmengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya. F. Pengaruh Kisah Al-Qur’an Terhadap Pendidikan Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam Al-Qur’an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia dengan mudah dan serta tidak menjenuhkan para pembacanya. Pelajaran yang diterima dan disampaikan disekolah ancapkali berdampak pada kejenuhan. Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali denga penuh kesulitan dan rasa yang membosankan, apalagi jika pelajaran itu, dalam konteks ini metode cerita sangat beguna dan bermanfaat diterapkan. Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan cerita dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia ceritakan lagi kepada temantemannya. Inilah fenomena alami yang terjadi pada anakanak. Oleh karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode cerita itu sebagai media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang padat materinya, metode cerita ini memang pas untuk digunakan. Metode penyajian kisah dalam Al-Qur’an merupakan metode yang dapat ditiru oleh para guru/pendidik untuk membantu mereka agar sukses dalam mengemban tugas agungnya. Seorang guru dapat menyampaikan pelajaran sembari menyelinginya dengan kisah-kisah para Nabi, berita tentang orang-orang terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan, keadaaan umat-umat terdahulu, dan lain

sebagainya. Dalam menyampaikan kisah-kisah Al-Qur’an tersebut, seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.[2] BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Qashash Al-Qur’an kisah-kisah yang termuat dalam AlQur’an, dimana diceritakannya tentang pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Manfaat qashash dalam Al-Qur’an adalah sebagai penunjuk dari Allah yang diemban para Nabi dan Rasul Allah sebagai penjelasan syari’at ke-Islaman mereka. Pengaruh kisah Al-Qur’an terhada pendidikan adalah paling tepat dengan menyampaikan kisah-kisah Al-Qur’an tersebut, maka seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka. B. Saran Berdasarkan penguraian tentang qashash Al-Qur’an diatas, menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sebagai metode pembelajaran pendidikan agama terutama untuk para pendidik adalah cara yang tepat mengingat usia anak-anak yang dapat lebih menyerap kisah tersebut dan

akan berlanjut dari pembicaraan meraka dengan individuindividu lainnya. Dalam menyampaikan kisah-kisah Al-Qur’an tersebut, seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka. DAFTAR PUSTAKA Ansori. 2013. Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2012. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Bogor: Litera AntarNusa [1] Manna’ Khalil al-Qattan,Studi Ilmu-ilmu Qur’an. terj (Bogor: Litera AntarNusa, 2012), 435. [2] Ansori, Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 131.

Related Documents