Makalah Pai_implementasi Imtaq Dalam Kehidupan Modern.docx

  • Uploaded by: Harni Mei Lastinah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pai_implementasi Imtaq Dalam Kehidupan Modern.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,223
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dewasa ini globalisasi telah merambah ke semua bidang kehidupan. Kemajuan sains dan teknologi mencapai perkembangan yang pesat, tak terkecuali di Indonesia sejak bergulirnya era reformasi.Dalam abad teknologi yang serba modern sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya. Sebagaimana telah disaksikan dalam kehidupan sehari-hari secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik, banyak perilaku dan gaya hidup yang menjurus kemaksiatan malah dipertontonkan. Tidak sedikit umat islam yang lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk beribadah kepada Allah, berbalik arah menjadi malas untuk beribadah dan lupa terhadap Allah yang telah memberikan kehidupan. Tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada-Nya telah dijelaskan dalam ayat suci berikut ini ْ ‫للاَ ِإنُ ی‬ ‫نس ْال ِجنُ َخلَ ْقتُ َو َما‬ َُ ‫ون ِإلُ َواْ ِإل‬ ُِ ‫ٍر ْزق ِ ِّمن ِم ْنھم َمآأ ِریدُ ِل َی ْعبد‬ ُِ ‫ط ِعم‬ ُ ‫ْالقوةُِ ذو اقُ ٍِّالرزَُ ھ َُو‬ ِّ ِ ‫ون أَن أ ِریدُ َو َمآ‬ ُ‫ْال َمتِین‬ Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56- 58) Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi di berbagai aspek kehidupan, banyak umat islam yang lupa bahwa sesungguhnya penciptaannya di dunia ini merupakan suatu hikmah yang agung dan bukan untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan hikmah penciptaan manusia dijelaskan dalam firman Allah berikut ini : ‫َع َبثًا َخلَ ْقنَاكُ ُْم أَن َما أَفَ َح ِسبْت ُْم‬ ‫لَ إِلَ ْینَا َوأَنك ُْم‬ ُ َُ‫ ت ْر َجعون‬Artinya: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. 2 (QS. 23:115) Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya di dunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan 1

yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka. Mengingat semakin melemahnya kekuatan mental spiritual, kini manusia bagaikan mesin yang dikendalikan kepentingan duniawi semata. Manusia benarbenar dikuasai sisi negative modernisasi kehidupan, terlena dalam kebahagiaan semu, yang akhirnya akan menggiring pada kehancuran peradaban. Sebagai umat islam, kita sebaiknya ikut ambil bagian dalam pembangunan mental spiritual agar umat islam tidak sekedar maju dalam hal fisik maupun materi namun juga memiliki mental yang kokoh agar tidak mudah terjebak dalam gemerlap

kemaksiatan.

Mulai

saat

ini,

seluruh

umat

islam

harus

mampu

mengimplementasikan iman dan taqwanya dalam kehidupan modern agar tetap menjadi bangsa yang senantiasa dirahmati, dilindungi, dan dijauhkan dari azab Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bagaimanakah konsep iman dan taqwa dalam islam? Bagaimanakah wujud iman dalam diri seseorang? Apa tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah? Bagaimanakah proses terbentuknya iman? Bagaimana korelasi antara iman dan taqwa? Bagaimanakah implementasi iman ditengah problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern? 7. Bagaimana peran iman dan taqwa dalam menjawab problem dan tantangan kehidupan modern?

C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui konsep iman dan taqwa dalam Islam 2. Untuk mengetahui wujudiman dalam diri seseorang 3. Untuk mengetahui tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah 4. Untuk mengetahui proses terbentuknya iman 5. Untuk mengetahui korelasi antara iman dan taqwa 6. Untuk mengetahui implementasi iman di tengah problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern 7. Untuk mengetahui peran iman dan taqwa dalam menjawab problem dan tantangan kehidupan modern 2

BAB II PEMBAHASAN A. IMAN DAN TAQWA 1. Pengertian Iman dan Taqwa a. Pengertian Iman Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja aminayu’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam. Dalam surat Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu AlQur’anُ menurutُ Sunnahُ Rasul.ُ Halُ ituُ karenaُ apaُ yangُ dikehendakiُ Allah,ُ menjadiُ kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa. Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dangan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

b. Pengertian Taqwa Taqwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah: 1. Melaksanakan segala perintah Allah 2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram) 3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah 3

Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga 5 menjalankan ibadah sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

2. Wujud Iman Akidah Islam dalam Al-Qur’anُ disebut iman. Iman bukan bearti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahakan mencangkup segala sesuatu yang di lakukan seorang muslim yang disebut amal soleh. Seorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorong untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercaya atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya. Akidah Islam adalah bagian yang paling penting atau pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang di pandang sebagai seorang muslim atau bukan mulsim tergantung pada akidahnya. Apabilah ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang di lakukannya akan bernilai sebagai amaliah seseorang muslim atau amal saleh. Apabilah tidak berakidah, makah segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kedatinya perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia. Akidah Islam atau iman mengikat dalam seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari islam. Oleh karena itu menjadi seorang mulslim bearti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

4

3. Proses Terbentuknya Iman Proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.

4. Tanda-Tanda Orang Beriman Al-Qur’anُmenjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut: 1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat AlQur’an,ُmakaُbergejolaُhatinyaُuntukُsegeraُmelaksanakannya(al-Anfal:2) Dia akan memahami ayat yang tidak dia pahami. 2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangkai ilmu Allah di iringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul (Ali Imran:120, al-Maidah:12, al-alfal:2, atTaubah:52, Ibrahim :11,Mujadalah:10, dan at-Taghabun:13) 3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaanya (alAnfal:3 dan al-Mu’minun:2,ُ 7)ُ bagaimanapunُ sibuknya,ُ kalauُ sudahُ masuk shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya . 4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-anfal:3 dan al-mukminum:4). Hal ini dilakukan sebagai suatu lesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan yang kaya dengan yang miskin , 5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-mukminum:3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang bersetandar ilmu Allah, yaitu Al-Qur’anُmenurutُsunnahُrasulullah. 6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-mukminum:6). Seorang mu’minُ tidakُ akanُ berhianatُ danُ diaُ akanُ selaluُ memegangُ amanahُ danُ menepati janji.

5

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-anfal:74).berjihad di jalan Allah adalah bersungguh –sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa. 8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-nur:62). Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupanُ seorangُ muslim.ُ Abuُ A’laُ maududiُ menyebutkanُ tandaُ orangُ berimanُ sebagai berikut : a. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik. b. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri c. Mempunyai sifat rendah hatidan khidmat. d. Senantiasa jujur dan adil. e. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap personal dan situasi. f. Mempunyai

sifat

ksatria,

semangat

dan

berani,

tidak

gentarmenghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut g. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme. h. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha. i. Patuh,taat,dan disiplin menjalankan peraturan ilahi.

5. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid yang membahas tentang keesaan zat, keesaan sifat dan perbuatan tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuaan, persepsi, dan pemikiran atau konsep dengan tentang tuhan,konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa allah adalah satu –satunya wujud mutlak, yang menjadi sumber semua wujud. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amalibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat laa illaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah)lebih menekankan pengertian tauhid 6

praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanya Allah semata dan menjadikanya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah. Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah, tuhan yang maha esa mempercayai saja keesaan zat,sifat, dan perbuatan tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapatdikatakn seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yaitu dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin sehari-hari dengan kata lain harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen. Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksaan, fikiran dan perbuatan serta fleks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dalam perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaailaaha illallah, (aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya. 6. Iman yang Kuat Jagalah dalam hati kalian agar iman tidak mudah goyah dan surut, sebab Allah telah berfirman dalam ayat-Nya: “Sesungguhnnyaُ orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNYA kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orangُ yangُbenar.”(Al Hujarat 15) Iman yang kuat harus dilandasi dengan keiklasan yang sungguh-sungguh. Keiklasan ini tidak dibuat-buat atau riya. Allah Swt telah mengingatkan kepada hambaNya lewat firmanNya: “Padahalُ merekaُ tidakُ disuruhُ kecualiُ supayaُ menyembahُ Allahُ denganُ memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, 7

dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikianُitulahُagamaُyangُlurus.”ُ(Al Bayinah 5)

B. IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN 1. Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern 1.1 Problem yang Sering Dihadapi dalam Kehidupan Sehari-hari a) Problem dalam Hal Ekonomi Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral. Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil – kecilnya dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat manusia menjadi makhluk konsumtif yang egois dan serakah. b) Problem dalam Bidang Moral Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi. Ini tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan – ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkanُ manusiaُ Indonesiaُ padaُ khususnyaُ selaluُ “berkiblat”ُ kepadaُ dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan. c)

Problem dalam Bidang Agama Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan

kepada faham Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor. d) Problem dalam Bidang Keilmuan Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme

dimana

tolok

ukur

kebenaran

yang

rasional,

empiris,

eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan 8

kembali hal ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak 9 begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya.

Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi. Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang dengan bidang keagamaan.Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan yang telah menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari masalah – masalah dalam bidang keilmuan yang telah tersebut di atas. Dalam zaman modernisasi, manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler.

Martabat

manusia

berangsur-angsur

telah

dihancurkan

dan

kedudukannya benarbenar telah direndahkan. Modernisasi adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada kehancuran peradaban. Orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Sehingga tidak mengherankan ketika batas-batas moral, etika dan nilai-nilai tradisional juga terlampaui. Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju keseimbangan baru searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu saja mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini. Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban merupakan prasyarat bagi perubahan ekonomi, politik, dan sebagainya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat mengakomodasikan apa yang tersedia di lingkungannya, mereka memilih alternatif atau model dari negara 10 imperialis 9

yang menjadi pusat-pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada negara-negara tersebut. Modernisasi bagi umat Islam tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting dari semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju tatanan dunia baru yang lebih maju dan beradab. Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari modernnya pakaiannya, perhiasan dan penampilan. Namun modern bagi umat Islam adalah modern dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

1.2 Agama dan Kehidupan Remaja Remaja pada satu sisi mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai

genersi

penerus

bangsa

sehingga

mengharuskannya

untuk

memaksimalkan proses didik diri. Namun, pada sisi lain pada usia tersebut, remajadi hadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan, baik itu dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Pada era modern sekarang ini, pendidikan hendaknya menjadi perhatian bersama, terutama untuk membentuk akhlak dan mental anak-anak. Apalagi globalisme telah mengubah gaya hidup dan akhlak masyarakat menjadi lebih bebas dan berani, cenderung berpakaian mencolok mata, bertutur kata yang kurang sopan, serta gemar berfoya-foya, senang menimbulkan kekerasan dimana-mana.berbicara tentang peranan agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik. Hal ini tidak terlepas dari tugas Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah. Allah SWT berfirman: “DanُtidaklahُKamiُmengutusُkamu,ُmelainkanُuntukُmenjadiُrahmatُ bagiُsemestaُalam.”ُ(QSُAl-Anbiya:107) Jika dikaji lebih lanjut tentang peranan keluarga yang berkaitan dengan kenakalan remaja (deliqeunsi anak-anak), maka dalam hal ini dapat kita jumpai adanya beberapa penyebab

kenakalan remaja. Salah satu yang

menonjol adalah kurangnya didikan agama di dalamnya. Dalam pembahasan ini, Zakiah Daradjat dalam Sudarsono menjelaskan bahwa yang dimaksud 10

dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Justru yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumahtangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiassan yang baik. Akan tetapi, amat kita sayangkan melihat kenyataan banyak orangtua yang tidak mengerti ajaran agama itu, sehingga didikan agama praktis tidak pernah dilaksanakan dalam banyak keluarga. Dengan tidak kenalnya si anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya (superego), karena tiadanya nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu ia kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menuruti apa yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama yang dibentuk sejak si anak lahir, akan menjadi dasar pokok dalam pembentukan kepribadian si anak. Apabila kepribadiannya dipenuhi oleh nilai-nilai agama, maka ia akan terhindar dari kelakuan-kelakuan yang tidak baik. Cara mendidik anak dengan memberi contoh langsung sangat berat untuk dilakukan para orangtua yang dangkal imannya, tetapi sangat mudah dan ringan bagi oangtua yang benar-benar beriman dan taat beribadah kepada Allah SWT. Melaluiُ agama,ُ “mungkin”ُ dapatُ ditemukan nilai-nilai universal yang dapat berfungsi memberikan jawaban tentang tujuan hidup hakiki umat manusia di dunia ini, dan dapat menjadi pengendali, pengarah, serta kontrol terhadap perkembangan sistem budaya dan peradaban modern, atau sekurangkurangnya mempunyai efek pengereman terhdap kecenderungan dan sifat dasr masyarakat modern yang bebas tanpa kendali tersebut. Dikatakan mungkin, karena memang sering timbul keraguan akan peranan agama tersebut. Timbulnya keraguan itu disebabkan sering terjadi kesenjangan, lebar atau sempit, antara ajaran agama dan kenyataanya. Maka yang dimaksud dengan agama disini ialah dalam bentuk yang mendalam dan universal (ajaran agama murni), bukan yang secara sosiologis. 11

Untuk memerankan dan menjadikan agama sebagai bagian yang intergral dalam sistem budaya dan peradaban modern, yang ditandai dengan kemajuan dibidang Iptek yang canggih, maka masyarakat modern harus memiliki dan mampu mewujudkan: 1) Kebutuhan atau kepercayaaan kepada Tuhan dengan segala atributnya; 2) Hubungan yang personal dan intim dengan Tuhan; 3) Doktrin tentang fungsi sosial ilmu pengetahuan dan teknologi: tujuan hidup bukanlah sekadar meraih kemajuan dibidang Iptek sertaefek pengiringnya, tetapi pada cara pengguanaan serta arahnya yang jelas untuk kemaslahatan hidup manusia dan alam sekitarnya dalam rangka mengabdi kepada-Nya dan mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya; 4) Pengakuan yang pasti akan adanya hal-hal yang tidak bisa didekati secara empiris atau induktif, melainkan dengan cara deduktif atau “percaya”;ُdan 5) Kepercayaan akan adanya kehidupan lain sesudah kehidupan historis (dunia) ini yang lebih tinggi nilainya. Kelima hal tersebut diharapkan dapat dijadikan pangkal penelaahan dan perenungan bagi masyarakat/bangsa modern, guna mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sistem budaya dan peradaban modern. 1.3 Islam dan Pencarian Pengetahuan Islam menghendaki agar segenap umat manusia memiliki moral yang baik dan menyeru manusia untuk mencapai taqwa. Islam bahkan mengajak para pengikut agama lain dan bahkan orang yang tidak memeluk agama Samawi untuk bertaqwa. Taqwa menu

rut

kesucian

dalam

tindakan,

pemikiran dan perilaku setiap manusia. Aspek ini pernah didiskusikan secara rinci. Bagian terakhir diskusi kali ini lebih banyak berhubungan dengan pengetahuan dan bagaimana Islam menghendaki perkembanagn pengetahuan di seluruh dunia.

12

1.4 Komitmen dan Taqwa – Kriteria Utama Pengetahuan Menurut Kebijakan Islam Islam menghormati dan menghargai kitab-kitab kuno yang memiliki nilai ilmiah. Kebijakan ilmiah kita harus seperti ini. Kita harus menghormati para sarjana, ilmuwan dan pakar dan kita harus menghargai pandanganpandangan mereka. Tetapi taqwa dan komitmen harus berfungsi sebagai landasan bagi ilmu kita, gerakan ilmiah kita dan bagi jalan masa depan Islam yang untuknya Iran dapat berperan sebagai pusat untuk meratakan jalan bagi mereka, karena memiliki pengetahuan dipadukan dengan kebijakan dan keadilan etis dan moral untuk melayani dunia dan kemanusiaan lainnya. 2. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia: 1)

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda- benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7.

2)

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Alla. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS 4 (An-Nisa’):78: 13

“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” 3)

Imanُmenanamkanُsikapُ“selfhelp”ُdalamُkehidupan Rezeki atau matapencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalm QS 11 (Hud):6: “Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfud).”

4) Iman memberikan ketentraman jiwa Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan

dan

kebimbangan.

Orang

yang

beriman

mempunyai

keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah dalam QS 13 (ar-Ra’du):28: “...(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” 5) Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah) Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam QS 16 (an-Nahl):97: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun

perempuan

dalam

keadaan

beriman,

maka

sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” 6) Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman 14

senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS 6(al-An’am):162: “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” 7) Iman memberikan keberuntungan Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian, orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS 2 (alBaqarah):5: “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-oramg yang beruntung.” 8) Iman mencegah penyakit Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

15

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ◦ Iman berarti percaya, sedangkan taqwa berarti memelihara. Iman adalah suatu keyakinan terhadap aturan Allah sedangkan Taqwa adalah memelihara diri dari sifat dhzalim dengan mematuhi segala aturan dan menjauhi segala larangan Allah SWT. ◦ Wujud keimanan dari dalam diri seseorang bisa dilihat dari akidah dan akhlaknya. ◦ Proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. ◦ Implementasi iman dapat dari berbagai segi kehidupan, dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya dll. ◦ Peran keimanan dalam kehidupan sehari-sehari juga beragam salah satunya keimanan juga mencegah diri dari kemusyrikan.  Pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.

16

Daftar Pustaka

Aat Syafaat, S. S. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: Rajawali Pers. Akhmalia, R. (t.thn.). Dipetik Januari 29, 2017, dari https://www.academia.edu/29551339/MAKALAH_AGAMA__IMPLEMENTASI_IMAN_DAN_TAQWA_DALAM_KEHIDUPAN_MODERN Hamdan Mansoer, U. H. (2004). Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI. Rafsanjani, H. (2008). Aspek-Aspek Pokok Agama Islam (1 ed.). (Purwanto, Penyunt., & A. Farida, Penerj.) Bandung: Nuansa. Ulwan, A. N. (1991). Pesan untuk Pemuda Islam. (I. Karimah, Penyunt., & J. Sais, Penerj.) Jakarta: Gema Insani Press.

17

Related Documents


More Documents from ""