Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan pada Abad Pertengahan Disusun oleh : Raisa Nabila XI IPA 2
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA NEGERI 1 PONTIANAK 2009 / 2010
A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Abad Pertengahan Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babylonia. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan saat itu antara lain sebagai berikut : 1. Al Farabi (780-863M) Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya Aristoteles 2. Ibnu Rusyd (1120-1198) Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful. 3. Ibnu Sina (980-1060 M) Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran Di India pada masa pemerintahan kerajaan Mogul telah dibangun sekolahsekolah yang di dalamnya diajarkan ilmu pengetahuan umum seperti logika, filsafat, geometri, sejarah, politik, dan juga matematika. Tatkala Sultan Syah Jehan dan Aurangzeb (Alamgir I) memerintah telah pula dibangun sekolahsekolah tinggi, selain pusat pengajaran di Sueknon. Selain itu, pada tahun 1641 M perpustakaan di Agra telah memiliki 24.000 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu. Di Mesir tatkala diperintah oleh Dinasti Mamluk (1250-1517 M) telah muncul para cendekiawan muslim seperti : 1. Ibnu Abi Usaibah penulis buku “Uyun Al Anba fi Taqabat al Attiba” (penyampai informasi dalam tingkatan para dokter). 2. Abu Al Fida, Ibnu Tagri Badri Atabaki, dan Al Maqrizi, terkenal sebagai penulis sejarah kedokteran.
3. Abu Hasan Ali Nafis (wafat 1288 M) kepala rumah sakit Cairo menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, tiga abad lebih dulu dari Servetus (orang Portugis). 4. Nasiruddin At Tusi (1201-1274 M) seorang ahli observatorium dan Abu Faraj Tabari (1226-1286) Selain itu, ada seorang cendekiawan muslim yang ahli dalam ilmu geografi yang bernama Ibnu Batutah (703-779 H) dan juga pengembara muslim yang telah berkeliling dunia serta pernah singgah sebanyak dua kali di Samudera Pasai (Aceh). Beliau telah menyusun buku yang berjudul “Rihlah Ibnu Batutah”, berisi tentang perjalanan Ibnu Batutah dalam berkeliling dunia. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berpuluh-puluh bahasa dunia. Perlu pula diketahui bahwa pada awal abad pertengahan ini, telah pula disusun Kitab Mausu’at, yaitu buku yang sangat tebal, berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan, yang pada masa sekarang disebut ensiklopedi. Di antara cendekiawan muslim yang menyusun Mausu’at adalah An Nuwairy (wafat 722 H), Ibnu Fadlullah (700-748 H), dan Jalaluddin Sayuti (849-911 H). Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmuilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat.
B. Perkembangan Kebudayaan pada Abad Pertengahan Perkembangan kebudayaan Islam pada abad pertengahan ditunjukkan dengan berdirinya bangunan-bangunan dengan arsitektur Islam. Di Persia (sekarang Iran) pada masa keemasan Dinasti Safawi di kota Isfahan telah dibangun Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syeh Lutfullah, Istana Cehil Sutun (bahasa Persia: empat puluh tiang), jembatan khaju, dan menara-menara goyang. Mengingat indah dan megahnya kota Isfahan ini, orang-orang Persia (Iran) menyebutnya dengan ungkapan Isfahan Nisfe Jahan (Isfahan kota setengah dunia). Masjid Syah (sekarang masjid Imam) dibangun di kota Isfahan, Persia saat masa keemasan Dinasti Safawi.
Selain itu, di kota Masyhad (ibukota Propinsi Khurasan) terdapat makam Ali ar Rida (orang Iran biasa menyebut Imam Reza, Imam ke-8 dalam akidah syi’ah dua belas Imam). Tidak jauh dari makam Imam Ali ar-Rida terdapat masjid Imam Reza yang luas, megah, dan indah dengan arsitektur Islam yang berkualitas tinggi. Kubah masjid ini dihiasi dengan ratusan kilogram emas murni, sehingga menambah kemegahan dan keindahan masjid. Juga di kota tua Qum (150 km dari Teheran) terdapat makam Hazrat Fatimah Ma’sumah saudara kandung Imam Ali ar-Rida. Kedua makam tersebut tidak pernah sepi dari para peziarah baik dari wilayah Persia maupun Negara tetangga seperti Afghanistan, Pakistan, dan Irak. Di India pada masa jayanya Kerajaan Mogul telah didirikan bangunanbangunan yang megah dan indah dengan arsitektur yang mengagumkan. Bangunan-bangunan itu seperti istana megah di Delhi dan Lahore, masjid Jami di Aunfur (dibangun antara tahun 1438-1478 M, meniru bangunan Dinasti Timurid), Benteng Merah, Char Minar (empat menara) yang dibangun tahun 1591 M, di Hydebarad, India (corak Islam dan Hindu tampak pada bangunan ini) dan bangunan-bangunan makam yang memukau. Termasuk bangunan makam yang menakjubkan dan termasuk salah satu keajaiban dunia ialah Taj Mahal. Pada bangunan ini disemayamkan Mumtaz Mahal isteri Syah Jehan. Taj mahal ini terletak di pinggir Sungai Jamuna di Agra dan dibangun oleh Syah Jehan selama dua belas tahun (1631-1643). Untuk melaksanakan pembangunan gedung ini Sultan Syah Jehan mendatangkan arsitek-arsitek dari Iran, Arab, dan Turki. Sedangkan yang menyiapkan gambar rancangan gedung ini dan sekaligus pengawas dalam pelaksanaan pembangunannya adalah Ustad Isa Irani. Di Turki pada masa keemasan pemerintahan kerajaan Usman, telah dibangun masjid-masjid dengan gaya arsitektur tinggi dan menawan hati. Masjid-masjid itu seperti Masjid Agung Sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung Sulaeman (pada masa itu merupakan masjid terindah di Turki), Masjid Bayazid, Masjid Abu Ayub Al Ansari yang telrletak di sebelah Masjid Aya Sopua. Masjid-masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi, sehingga menambah keindahan, kemegahan, dan keagungan-Nya. Adapun Masjid Aya Sopia dulunya merupakan sebuah gereja. Kemudian bangunan itu dirombak statusnya menjadi sebuah masjid melalui renovasi dan menghilangkan gambar-gambar makhluk hidup di dindingnya diganti dengan kaligrafi yang menyejukkan hati. Selain bangunan-bangunan masjid, di Turki telah dibangun pula gedunggedung madrasah, rumah sakit, jembatan, saluran air, tempat peristirahatan, makam, dan pemandian umum. Sedangkan untuk melaksanakan pembangunannya ditangani oleh arsitek terkenal pada masa itu yaitu Sinan Pasya.