MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “MAKNA SYAHADATAIN, IMAN, DAN SYIRIK SERTA URGENSITASNYA”
Disusun
: Febrian Radya Nugroho
(NIM 1401518018)
Fakultas
: Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Program Studi
: Sastra Arab
Semester
: I (GANJIL)
Mata Kuliah
: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengajar
: Dr.H.Mohamad Shofin Sugito, Lc, M.A
Kata Pengantar
Bissmillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita, barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam adalah hamba dan utusan Allah. Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan agama Islam tentang makna syahadatain, iman, syirik, serta urgensitasnya. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah PAI tentang Makna Syahadatain, Iman, Syirik,
Serta
Urgensitasnya
ini
dapat
memberikan
manfaat
terhadap
pembaca.
Jakarta, 30 September 2018
Penulis
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................. 1 Daftar Isi............................................................................................................ 2 Bab I Muqaddimah............................................................................................ 3 Bab II Pembahasan............................................................................................ 5 1. Makna Syahadatain Serta Urgensitasnya .......................................... 5 2. Makna Iman dan Syirik ...................................................................10 3. Contoh Perilaku Beriman dan Perilaku Syirik ................................12 Bab III Penutup ...............................................................................................13 Daftar Pustaka .................................................................................................14
2
BAB I MUQADDIMAH Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalanamalan kita, barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam adalah hamba dan utusan Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran [3]:102) Tauhid merupakan pokok, asas, dan pondasi yang dibangun di atasnya seluruh perkara agama. Apabila tauhid ini benar diwujudkan, dipelajari, diyakini, serta diamalkan dengan benar dan kuat maka yang lainnya pun akan kuat. Namun apabila tauhid ini tidak diwujudkan dengan benar dan tidak kuat, maka akan roboh (bangunan) segala sesuatu dari seluruh perkara agama. Dua kalimat syadahat, iman, dan mejauhi perbuatan syirik merupakan beberapa aspek dari tauhid, yang akan dibahas lebih dalam di makalah PAI ini. Yang mana dua kalimat syahadat adalah pintu utama bagi seseorang yang ingin masuk ke dalam agama Islam. Dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim untuk belajar mengerti dan memahami makna dari dua kalimat syahadat tersebut. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata, “Iman yang Allah syariatkan kepada kita, dan yang diperintahkan Allah kepada kita seperti yang Ia perintahkan kepada para Rasul sebelumnya. Yaitu asas-asas aqidah dan kaidah-kaidah iman, bukan cabang-cabang agama atau syariat karena setiap umat memiliki syariat-syariat amaliyah tersendiri yang sesuai dengan situasi, kondisi, tingkat pikiran dan ruhani masing-masing. Allah berfirman ‘Untuk setiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang’.(QS.Al-Maidah:48). 3
Setelah itu beliau berkata,”Allah menjadikan akidah ini berlaku secara umum untuk seluruh manusia dan kekal sepanjang masa. Hal ini dikarenakan pengaruh dan manfaatnya yang nyata dalam kehidupan indvidu maupun golongan.” Mengenal Allah akan memancarkan perasaan-perasaan mulia, membangkitkan perasaan-perasaan baik, menumbuhkan naluri pengawasan Allah, mendorong untuk mencapai persoalan-persoalan tinggi dan mulia, menjauhkan seseorang dari perbuatan-perbuatan hina dan rendah. Mengenal para malaikat mendorong untuk meniru mereka, sehingga tutur kata dan perbuatan yang dilakukan seseorang semata-mata karena kebaikan, mengenal kitab-kitab Ilahi tidak lain adalah mengenali jalan yang telah digariskan Allah untuk manusia. Mengenal para rasul dimaksudkan untuk meniti jalan mereka, meniru akhlak mereka, dan meneladani mereka. Mengenal hari kemudian merupakan dorongan paling kuat untuk melakukan amal baik. Serta mengenal takdir membekali kekuatan dan energi bagi seseorang untuk melalui segala rintangan, kesulitan, dan membuat persoalan-persoalan besar terasa kecil. Dan syirik merupakan lawan dari tauhid, syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza Wa Jalla, syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga penting dan sebuah kewajiban bagi setiap muslim yang bertauhid kepada Allah azza wa Jalla untuk mengetahui makna dan perbuatan-perbuatan yang termasuk ke dalam bentuk kesyirikan.
4
BAB II PEMBAHASAN
1. Makna Syahadatain dan Urgensitasnya Kalimat Tauhid ُ اَّل إِلاها إِ اَّل هللاseringkali dimulai dengan kata Asy-Syahadah (persaksian, ُ )أَ ْش َهدseperti yang tertera dalam banyak nash, juga sebagaimana yang sering diucapkan oleh seorang Muslim dalam banyak tempat dengan kalimat ُ ًُاُرس ْول ِهللا َ ُوأَ ْش َهدُأ َ انُم َح امد َ أ َ ْش َهدُأ َ ْن ََُلُإِلَهَُإِ اَلُهللا “Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah.” Karenanya, sudah sepantasnya kita mengetahui makna dari lafazh asy-syahadah. 1.1. Makna Asy-Syahadah Asy-syahadah secara bahasa adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari syahadayashadu. Ibnu Faris Rahimahullah mengatakan, “Huruf syin,ha, dan dal menunjukkan makna kehadiran, ilmu, dan pemberitahuan. Tiga makna yang disebut oleh Ibnu Faris Rahimahullah di atas terkumpul dalam kalimat asy-syahadah. Maka, ia bermakna pemberitaan dan pemberitahuan tentang sesuatu yang sudah diketahui dan disaksikan oleh panca indera yang disebut dengan kehadiran atau diyakini oleh jiwa. Tiga perkara ini (kehadiran, pemberitaan, dan ilmu) merupakan rukun asy-syahadah. Berikut ini penjelasannya: Pertama: Kehadiran (Al-Hudhur). Abu ‘Abbas Al-Qurthubi Rahimahullah berkata. “Asal (makna) dari asy-syahadah adalah pemberitaan tentang apa-apa yang disaksikan oleh panca indera, terkadang juga dimaknai dengan apa-apa yang diyakini oleh seseorang meskipun belum terlihat oleh panca indera. Karena pengetahuan yang didasari keyakinan kedudukannya seperti apa yang terlihat dan disaksikan oleh panca indera. Ibnu ‘Athiyyah Rahimahullah berkata “Asal makna dari syahida dalam bahasa ‘Arab adalah hadir, sebagaimana firman Allah Ta’ala, (QS. Albaqarat;185) 5
Kemudian kalimat tersebut diubah hingga dikatakan pada apa-apa yang tertanam ilmunya dalam diri manusia dengan segala bentuknya atau selainnya. Maka dari itu, seorang saksi harus yakin dan jujur. Jika seandainya seorang saksi memberikan pemberitaan yang bertentangan dengan apa yang diyakininya, atau dia ragu-ragu dalam menyampaikannya, maka persaksiannya tidak bisa dianggap jujur. Sebuah persaksian yang yakin dan jujur tidak akan datang kecuali dari kesesuian hati dan keyakinan. Karenanya, kalimat asy-syahadah disifati dengan kepastian, ketelitian,dan ketetapan. Kedua: Pemberitaan (Al-Ikhbar). Kalimat la ilaha illallah yang diucapkan oleh seorang yang bertauhid maksudnya adalah, aku mengabarkan bahwa aku memastikan keesaan Allah Subhanahuwata’ala. Ibnu Mandah Rahimahullah berkata, “Syahadat adalah berbuat dengan hati dan lisan, dan tidak ada khilaf di antara kaum Muslimin dalam masalah itu.” Muhammad bin Nashr Al-Marwazi Rahimahullah mengatakan,”Orang yang bersaksi dengan kalimat la ilaha illallah adalah dia yang membenarkan dan meyakini dengan hatinya, serta bersaksi dengannya karena Allah dari hati dan lisannya, dimulai dengan persaksian hati dan keyakinan kemudian dilanjutkan dengan persaksian lisan dan keyakinannya.” Ketiga: Mengetahui hakikat yang ia saksikan. Karena tidak mungkin seseorang bersaksi dengan apa yang tidak diketahuinya. Sebab, ketidaktahuan dan persaksian saling meniadakan satu sama lainnya. Perkataan seorang Muslim, “Aku bersaksi tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah”,mengandung pengetahuannya terhadap kalimat tersebut. Abu Bakar Al-Anbari Rahimahullah berkata, “Perkataan mereka, ‘Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah’ maknanya menurut para Ahli bahasa Arab adalah,’Aku mengetahui dan menjelaskan bahwasanya tiada yang berhak disembah kecuali Allah.’”. Kesimpulannya, bahwa asy-syahadah (persaksian) adalah pemberitaan tentang apa yang diketahui dan diyakini. Dan ini dirangkum oleh Abul ‘Abbas Al-Qurthubi Rahimahullah di dalam kalimat yang ringkas, dimana beliau menjelaskan mengenai makna perkataan seorang Muslim,’Aku bersaksi’ artinya,”Aku mengucapkan dengan apa yang aku ketahui dan yakini.” Dari uraian tersebut, jelaslah bahwasanya kalimat Tauhid terkadang disifati dengan persaksian dan ditambahi kalimat asy-syahadah dalam banyak nash, dan itu menunjukkan 6
bahwa kalimat La Ilaha Illallah harus disertai dengan persaksian, bukan hanya perkataan saja atau keyakinan saja, akan tetapi perkataan yang jujur yang tumbuh dari ilmu dan keyakinan sehingga kalimat tersebut memberikan manfaat bagi yang mengucapkannya. Wallahu a’lam. 1.2 Makna Kalimat اَّل ِإ الها ِإ اَّل للاه Makna yang benar dari kalimat Tauhid (ُ ) اَّل ِإلاها إِ اَّل هللاadalah اق ِإ اَّل للاه ٍّ اَّل ام ْعبه ْو اد ِبح “Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.” َ Kalimat Tauhid (La Ilaha Illallah) terdiri dari empat kata, yaitu (َُل,la), (إِلاها,ilaha), ( ِإ اَّل, illa), (للاه,Allah). Dan penjelasannya sebagai berikut:
Kata (َُل,َ tidak ada) disini sebagai (nafiyah lil jins) maksudnya adalah meniadakan semua jenis dengan jelas, tanpa ada kemungkinan lain, dimana tidak tersisa satu pun dari jenis tersebut.
Kata ( إِلاهاilah, sesembahan), ia memiliki wazan (fi’al) yang bermakna َ( َم ْعب ْو ُدyang disembah). (ilah) adalah isim dari َُل,َ dan khabar َل ُ َ dihilangkan sesuai dengan kaidah dalam khabar َُل,َ apabila telah diketahui maknanya. Adapun khabar َل ُ َ yang dihilangkan adalah kata ( yang haqq atau dengan benar), sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kata ( ِإ اَّلkecuali) merupakan huruf (istitsna,pengecualian), maksudnya adalah sebuah kata yang datang setelah kata (illa) dan saudara-saudaranya yang berbeda dengan kata sebelumnya dalam hukum, baik itu peniadaan atau pun penetapan.
Kata ُهللا, lafazh ini merupakan nama tunggal yang menunjukkan Nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.
Kesimpulannya, bahwa makna kalimat Tauhid (la ilaha illallah) adalah: tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah. Lafazh (La Ilaha) adalah penafian terhadap semua yang disembah selain Allah, dan lafah (Illallah) adalah penetapan segala bentuk ibadah yang ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan kepada-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi Allah dalam kekuasaan-Nya.
7
1.3 Makna Kalimat (Muhammad Rasulullah) Makna dari syahadat (ًُِاُرس ْولُهللا َ )م َح امدadalah: 1. Mentaati apa-apa yang beliau perintahkan. Mentaati beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam termasuk menaati Allah Azza wajalla. Seorang muslim wajib menaati Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat dan memasukkan seorang muslim ke dalam surga. 2. Membenarkan apa-apa yang beliau sampaikan. Kita wajib membenarkan semua yang beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampaikan selama riwayatnya shahih. Tidak boleh didustakan. 3. Menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam larang dan beilau cegah. 4. Tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan cara yang telah disyariatkan. Artinya, kita wajib beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala menurut apa yang disyariatkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kita wajib ittiba’ kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
1.4 Pentingnya Mengetahui Makna Syahadat La Ilaha Illallah
Telah diketahui secara pasti bahwa persaksian Tauhid merupakan kunci agama Islam, pokoknya agama, dan tiang bangunannya. Tidak ada Islam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan, dan mengamalkannya. Karenanya, siapa saja yang tidak mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau disaat tidur, tidak mengetahui apa yang ia ucapkan. Yang demikian itu dikarenakan setiap yang mengerti akan adalanya Allah ‘Azza Wajalla, dia mengetahui secara pasti bahwa yang dimaksud dari dua kalimat syahadat adalah hakikat dan maknanya serta yang mencakupinya dari ilmu dan amal. Adapun hanya sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan tanpa meyakini hakikatnya, maka ini tidak akan memberikan manfaat kepada seorang hamba dan juga tidak akan membebaskan dia dari kesyirikan dan cabang-cabangnya. Ibnu Jarir Ath-Thabari Rahimahullah (wafat th. 310 H) ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala,
8
َُُو ه مْ ُ ي َ ع ْ ل َ م و ن َ ْ َو ََل ُ ي َ ْم ل ِ ك ُا ل ا ذِ ي َن ُ ي َ د ْع و َن ُ ِم ْن ُد و ن ِ هِ ُال ش ا ف َ ا ع َ ة َ ُ إ ِ اَل ُ َم ْن ُ ش َ ِه د َ ُ ب ِ ال َ ِح ق Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (QS Az-Zukhruf [43]:86) Beliau Rahimahullah berkata, “Persaksian dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap tauhid maksudnya:kecuali yang beriman kepada Allah dan mereka mengetahui hakikat Tauhid.” Pentingnya mengetahui makna La Ilaha Illallah semakin ditekankan ketika banyaknya orang yang menyimpang dari pemahaman yang benar, dan semakin jarang juga orang yang serius mejelaskan dan menjabarkan makna kalimat ini. Lantas, ilmu apa yang bermanfaat bagi dirinya kalau tidak mengetahui makna kalimat yang dapat membawanya pada kesuksesan?!. Sebagian manusia ada yang syahadatnya mati, sebagian lagi syahadatnya tertidur sehingga harus dibangunkan supaya terjaga, sebagian lagi ada yang syahadatnya berbaring, dan sebagian lagi ada yang syahadatnya miring hampir berdiri. Kedudukan syahadat dalam hati seperti halnya kedudukan roh terhadap badan. Ada roh yang mati, roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, roh yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan badan.
9
2. Makna Iman dan Syirik
Makna Iman Secara etimologi iman adalah percaya. Saudara-saudara Yusuf berkata kepada ayah
mereka: ُت ُ بُِم ْؤ ِم ٍن ُ ل َ ن َا َ ْ ُۖو َم اُ أ َ ن َ ُو ت َ َر كْ ن َاُي وس َ ُ ف ُ ِع ن ْ د َ ُ َم ت َا ِع ن َاُ ف َ أ َكَ ل َ ه ُالذ ِ ئ ْ ب َ ق َ ال واُ ي َ اُأ َب َ ا ن َاُ إ ِ ن ا اُ ذ َ ه َ ب ْ ن َاُ ن َ سْ ت َب ِ ق ََُو ل َ ْو ُك ن ا اُ صَ ا ِد ق ِ ي ن Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". (QS Yusuf:17) Sedangkan menurut terminology syariat, iman adalah percaya kepada Allah, malaikatmalaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kemudian, dan takdir Allah; baik maupun buruk. Inilah jawaban yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Jibril ‘Alaihissalam. Iman menurut syariat mencakup perkataan dan perbuatan, karena iman adalah keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Keyakinan di hati, mengucapkan dengan lisan. Mengamalkan di hati, lisan, dan seluruh anggota badan. Dalil yang menunjukkan amalanamalan termasuk dalam iman adalah firman Allah: ُُۗو َمُا َ ِ َو ك َ ذَٰ َ ل ِ ك ُ َج ع َ ل ْ ن َاك مْ ُأ ام ة ً ُ َو س َ ط ً اُ ل ِ ت َك ون واُش هَ د َ ا ءَ ُ ع َ ل َ ىُال ن ا َ ُ ُو ي َ ك و َن ُال ار س ول ُ ع َ ل َ ي ْك مْ ُ شَ ِه ي د ًا َ اس ْ ُۚو إ ِ ْن ُ كَ ا ن ُ َت َ ْ َج ع َ ل ْ ن َاُال ْ ق ِ ب ْ ل َ ة َ ُا ل ا ت ِ يُك ن َ ُ ِت ُ ع َ ل َ ي ْ هَ اُ إ ِ اَل ُ ل ِ ن َ ع ْ ل َ مَ ُ َم ْن ُ ي َ ت اب ِ ع ُال ار س و َل ُ ِم ام ْن ُ ي َ ن ْ ق َ ل ِ ب ُ ع َ ل َ َٰى ُ ع َ ق ِ ب َ ي ْ ه ٌُوف ُ َر ِح ي م ٌ اس ُ ل َ َرُء ِ ض ي َع ُ إ ِ ي َم ا ن َك مْ ُ ُۚ إ ِ ان َُّللاا َ ُ ب ِ ال ن ا ِ ُۗو َم اُ ك َا َن َُّللاا ُ ل ِ ي َ ُ ل َ ك َ ب ِ ي َر ة ً ُ إ ِ اَل ُ ع َ ل َ ىُا ل ا ذِ ي َن ُ ه َ د َ ىَُّللاا “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-baqarat:143)
10
Berikut dalil-dalil yang menjelaskan bahwa iman mencakup keyakinan hati, perkataan, dan perbuatan. Dalil tentang keyakinan hati : Allah Ta’ala berfirman : َُولَ اماُيَدْخ ِلُاْ ِإلي َمانُفِيُقلوبِك ْم “karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu” (Al Hujurat:14) Dalil tentang perkataan lisan : Firman Allah Ta’ala : ُسى ِ َُواْأل َ ْسب َ ُويَ ْعق َ ىُو ِعي َ يُمو ِ َاُو َمآأ ِ ُو َمآأ َ س َ اط َ وب َ َُوإِ ْس َحاق َ ُُوإِ ْس َما ِعي َل َ ِيم َ نز َلُإِلَ ْين َ ِقولواُ َءا َمنااُبِاهلل َ نزلَُإِلَىُإِب َْراه َ ُِو َمآأوت ُ ٍَُم ْنه ْمُ ِونَ ْحنُلَهُم ْس ِلمون ت و آأ م و ِ نُربِ ِه ْمَُلَُنفَ ِرقُبَيْنَ ُأ َ َحد ِ يُالنابِيُّونَ ُ ِم ا َ َ َ “Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Al Baqarah:136) Dalil tentang amalan anggota badan : Allah Ta’ala berfirman : ُضي َعُإِي َمانَك ْم ِ …و َماُ َكانَ ُهللاُ ِلي َ “dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu (shalatmu)” (Al Baqarah:143)
Makna Syirik Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang
disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa terbesar, أ َ ْنُتُ َ ْجعَل ِ ا ًَُّاُو ْه َوُ َخلَقَك َ َُّلِل ُِ ِند “…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.” (HR. Bukhari: 7520, dan Muslim: 86. 11
Sebagian ulama membagi makna syirik menjadi makna umum dan makna khusus. Bermakna umum, jika menyekutukan Allah di dalam peribadahan hamba kepada-Nya (uluhiyyah), menyekutukan-Nya di dalam perbuatan-Nya (rububiyyah), nama-Nya, dan sifat-Nya
(al-asma’
wa
ash-shifat).
Akan
tetapi,
jika
disebutkan
secara
mutlak, syirik berarti memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus. Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadahjika disebut secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah menimpa
kaum
Nabi
Nuh ‘alaihissalam.
3. Contoh Perilaku Beriman dan Perilaku Syirik Perilaku Beriman Berhukum dengan Al-Quran dan As-sunnah dalam semua sisi kehidupan. Berpegang pada penjelasan dari para Sahabat tentang setiap permasalahan agama secara umum dan lebih khusus lagi. Memperhatikan tauhid. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua sisi kehidupan. Menuntut ilmu syar’i.
Perilaku Syirik
Tabarruk (mengharap berkah) kepada pohon, batu, dan benda lain yang sejenisnya.
Menyembelih binatang dengan niat untuk selain Allah.
Bernadzar untuk selain Allah.
Isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Allah.
Ghulluw (sikap berlebihan) kepada orang-orang shalih.
Tathayyur (beranggapan sial).
12
BAB III PENUTUP
Islam sebagai agama tauhid adalah cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi ummat. Maksudnya, berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat. Bahkan dengan agama tauhid ini, ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentosa. Dan tauhid merupakan pokok, asas, dan pondasi yang dibangun di atasnya seluruh perkara agama. Apabila tauhid ini benar diwujudkan, dipelajari, diyakini, serta diamalkan dengan benar dan kuat maka yang lainnya pun akan kuat. Namun apabila tauhid ini tidak diwujudkan dengan benar dan tidak kuat, maka akan roboh (bangunan) segala sesuatu dari seluruh perkara agama. Dan Syahadatain merupakan kalimat tauhid. Bahwasanya kalimat tauhid terkadang disifati dengan persaksian dan ditambahi kalimat asy-syahadah dalam banyak nash, dan itu menunjukkan bahwa kalimat La Ilaha Illallah harus disertai dengan persaksian, bukan hanya perkataan saja atau keyakinan saja, akan tetapi perkataan yang jujur yang tumbuh dari ilmu dan keyakinan sehingga kalimat tersebut memberikan manfaat bagi yang mengucapkannya. Mudah-mudahan kita diwafatkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan mentauhidkan-Nya, dalam keadaan meyakini bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah. Mudah-mudahan akhir kalimat yang kita ucapkan sebelum wafat adalah La Ilaha Illallah. Mudah-mudahan kita diwafatkan dalam keadaan husnuzh zhan (berbaik sangka) kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla mengumpulkan kita di Surga bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para Shahabatnya Radhiallahu’anhum. Allahumma aamiin.
13
DAFTAR PUSTAKA
Farid, Ahmad. 2016. Syarah Akidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Solo: Fatiha Publishing. Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2017. Memahami Kalimat Syahadat. Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id. Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2016. Syarah Kitab Tauhid. Jakarta: Pustaka Imam AsySyafi’i. Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2014. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Mianoki, Adika. 2011. Iman Dalam Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Diambil dari: https://muslim.or.id/5478-iman-dalam-pandangan-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html. (30 September 2018) Nuryusmansyah, Roni. 2013. Memahami Makna Syirik. Diambil dari: https://muslim.or.id/18629-memahami-makna-syirik.html. (30 September 2018)
14