Makalah Nelli.docx

  • Uploaded by: Hendri Chaniago
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Nelli.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,072
  • Pages: 9
MAKALAH

USHUL FIQH

OLEH: NELLI VERONIKA NIM. 1801075

DOSEN PENGAMPU NURASIAH AHMAD, SH.I. MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN 2019 M/1440 H

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami yaitu ifta’, fatwa, mufti. Kami selalu penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ushul fiqh yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari pembaca akan kritik dan saran. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Pariaman, 12 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................... 1.3 Tujuan ........................................................................................................................

II. Pembahasan 2.1 Ifta’ .............................................................................................................................. 2.2 Fatwa ........................................................................................................................... 2.3 Mufti ............................................................................................................................ 2.4 Kedudukan isrifta ........................................................................................................ 2.5 Syarat menjadi seorang mufti ...................................................................................... 2.6 Kewajiban seorang mufti ............................................................................................

III. Kesimpulan .......................................................................................................................

IV. Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Syariat islam sebagai hukum mempunyai 2 implikasi dalam kehidupan umat manusia. Segi pertama syariar islam sudah mendapat tempat secara terbatas dalam kewenangan peradilan agama/mahkamah syariyah di indonesia sampai ketingkat banding di pengadilan tinggi agama provinsi dan tingkat kasasi di mahkamah agung. Sementara itu segi kedua menyangkut kewenangan fatwa belum mendapat tempat yang semestinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Ifta’ ? 2. Apa yang dimaksud dengan Fatwa ? 3. Apa yang dimaksud dengan Mufti ? 4. Bagaimana kedudukan Istifta ? 5. Apa saja syarat seorang mufti ? 6. Apa saja kewajiban seorang mufti ?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu ifta’. 2. Untuk mengetahui apa itu fatwa. 3. Untuk mengetahui apa itu mufti. 4. Untuk mengetahui kedudukan istifta’. 5. Untuk mengetahui syarat seorang mufti 6. Untuk mengetahui kewajiban seorang mufti.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ifta’ Ifta’ berasal dari kata afta yang artinya memberikan penjelasan. Secara sederhana ifta’ dirumuskan sebagai usaha memberi penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum mengetahuinya. Contoh dari Ifta’ adalah mengenai hukum hadiah undian.1

2.2 Fatwa Istifta’ (Al-Fatwa) secara etimologi ialah menyelesaikan setiap problem. Sedangkan Istifta secara terminologi ialah menyampaikan hukum-hukum Allah berdasarkan dalil-dalil syariah yang mencakup segala persoalan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fatwa yaitu keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga yang telah disyahkan keberadaannya oleh pemerintah, misal : untuk masalah keagamaan dikeluarkan oleh MUI, kesehatan dikeluarkan oleh Depkes, Pendidikan oleh Diknas dan lain-lain. Istifta hukumnya fardu kifayah kalau ada orang lain yang bisa memberi fatwa selain dirinya. Adapun kalau tidak ada orang lain yang bisa memberi fatwa dan masalah yang difatwakan itu cukup mendesak, maka ia pun berkewajiban memberi fatwa atas peristiwa itu.2

2.3 Mufti Mufti adalah pemberi fatwa. Orang yang pertama menjabat mufti di dalam islam ialah Rasulullah SAW. Rasul di dalam memberi fatwa berdasarkan Firman Allah dalam QS. An-Nisa’ : 59 yang artinya. “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan rasulnya”. Rasul juga memberi kesempatan kepada beberapa orang sahabat untuk berfatwa. Ada 132 orang yang terdiri atas laki-laki dan perempuan yang bertindak sebagai mufti pada masa sahabat diantara mufti yang terkenal ketika itu ialah : Mas’ud, Aisyah ra, Zaid bin tsubit, Abdullah bin abbas, Abdullah bin amar.

1

Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Semarang : PT Pustaka Rizi Putra 1997) h. 141

2

Khairul Uman, Ushul Fiqh II (Bandung:Pustaka Setia. 2001) h. 173 Nazar bakhry, Fiqg dan Ushul Fiqh, h. 248

Setelah itu menyusul Abu Bakar ra, Ummu salamah, Anas bin malik, Abu sa’id al-kudri, Abu hurairah, Abdullah bin amru bin ash, ibnu zubair, abu musa al-asyari, saad bin abi waqash, salman al-farisi, muadz bin jabal, abdurrahman bin auf, ubaidah bin shamit.3 2.4 Kedudukan Istifta’ Disebutkan di dalam kitab Al-Majmu’ karangan Imam Nawawi : “Kalian harus mengerti bahwa fatwa/berfatwa itu adalah satu perkara yang sangat berat dan bear bahayanya, tetapi ia mempunyai faedah yang besar karena orang yang berfatwa itu bukan sembarang orang melainkan adalah pewaris para nabi yang secara fardu kifayah harus melaksanakan urusan itu.4

2.5 Syarat seorang mufti Menurut pendapat Imam Ahmad bahwa yang menjadi mufti hanya lah yang mempunyai 5 perkara, yaitu : 1. Mempunyai niat dalam memberi fatwa yaitu mencari keridhaan Allah semata. 2. Hendaklah mufti itu seorang yang benar-benar menguasai ilmunya. 3. Hendaknya dia mempunyai ilmu, ketenangan, kewibawaan dan dapat menahan kemarahan. 4. Hendaklah mufti itu seorang yang mempunyai kecakapan dalam bidang material. 5. Hendaklah mufti itu mengetahui ilmu kemasyarakatan.

Syarat-syarat lain yang harus dimiliki seorang mufti, yaitu : 1. Fatwa nya harus berdasarkan kitab-kitab induk (Mu-tabarah) di kalangan Para mujtahid. 2. Kalau ia meriwayatkan pendapat dari seorang mujtahid baik itu mengajarnya/ mendengar seorang ulama berfatwa, maka ia harus menyebutkan samad asal orang yang berfatwa itu. 3. Seorang mufti harus mengerti ilmu perbandingan mazhab dan pendapat-pendapat mazhab agar bisa menyelesaikan setiap perkara fatwanya tepat pada sasaran dan tidak menimbulkan kesalahan.

3

Khairul uman, Ushul Fiqh II (bandung:Pustaka Setia. 2001) h. 176 Al-Jawi Lil Fatawa, oleh Jalaluddin As-Suyuthi 4 Khairul Uman, Ushul Fiwh II (bandung : Pustaka Setia. 2001) h. 178 Al-Fatawa oleh Imam Nawawi

4. Seorang mufti harus mengerti hukum-hukum Al-Qur’an, Hadis, Nasikh Mansukh, Muffasal Mubayyan, Umum Khas, Mutlaq-Muqayyad.5

2.6 Kewajiban Seorang Mufti Adapun kewajiban-kewajiban mufti adalah : 1. Tidak memberikan fatwa dalam keadaan marah. 2. Memohon pertolongan kepada Allah, kemudian meneliti nash-nash Al-Quran, nashnash hadis atsar para sahabat dan pendapat para ulama. 3. Menetapkan suatu hukum yang diridhai Allah dan memutuskan hukum dengan apa yang Allah turunkanlah serta dilarang mengikuti hawa nafsu.6

5

Khairul Uman, Ushul Fiqh II (bandung:Pustaka Setia. 2001) h. 178 Khairul Uman, Ushul Fiqh II (bandung:Pustaka Setia. 2001) h. 180 6 Khairul Uman, Ushul Fiqh II (bandung: Pustaka Setia. 2001) h. 179

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Ifta’ adalah usaha memberi penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orag yang belum mengetahuinya. 2. Fatwa adalah keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga yang disyahkan keberadaannya oleh pemerintah. misal : untuk masalah keagamaan oleh MUI, kesehatan dikeluarkan oleh Depkes, Pendidikan oleh Diknas. 3. Mufti adalah pemberi fatwa. Orang yang pertama menjabat mufti di dalam islam ialah Rasulullah SAW. Rasul didalam memberi fatwa berdasarkan firman allah dalam QS. An-Nisa’ ayat 59.

DAFTAR PUSTAKA

Uman, Khairul dkk. Ushul Fiqh II. Pustaka Setia : Bandung. 2001 Ushul Fiqh, oleh Nazar Bakhry Al-Fatawa, oleh Imam Nawawi Shiddieqy. M Hasbi Ash. 1997. Pengantar Hukum Islam Semarang: PT Pustaka Rizki Putra Al-Hawi Lil Fatawa, oleh Jalaluddin As-Suyuthi

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

1.docx
November 2019 17
Makalah Nelli.docx
November 2019 22
Doc3.docx
April 2020 15
C.docx
April 2020 12
Ekspresionisme.docx
November 2019 20