Makalah Maulid Nabi_zakiyah_6511418064.pdf

  • Uploaded by: Zakiyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Maulid Nabi_zakiyah_6511418064.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 1,773
  • Pages: 9
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAULID NABI

Nama : Zakiyah Nim: 6511418064 Jutusan : GIZI/IKM Fakultas : Ilmu keolahragaan Rombel mku : 038

Amidi, S.si., M.pd.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas tinjauan kepustakaan ini tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. 22 November 2018 Penyusun

BAB I I. PENDAHULUAN Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini. Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten. Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU. Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: ‫ مولد النبي‬،‫)مولد‬, adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

B.

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1. Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama dan waktu pelaksanaannya. Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said alQakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem. 2. Latar belakang pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual. Adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada

Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten. Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni). Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha). Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam. Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah hasanah dari para muballigh kondang. 3. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada saat itu

Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi tahun 1174-1193 M atau 570-590 H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Waktu itu tujuannya untuk memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin. 4. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW Beberapa bentuk peringatan maulid yang sering dilaksanakan masyarakat adalah : a) Pembacaan kalam wahyu Ilahi b) Tahlilan c) Doa bersama d) Ceramah keagamaan e) Manfaat/dampak/akibat pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW Diantara Manfaat yang timbul dari peringatan Maulid adalah ; o Membuat generasi muda lebih mengenal kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta. Para sahabat kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.” Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan. o Sebagai sarana umat Islam untuk berkumpul dan saling menjalin silaturahim.

Masyarakat yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.

C.

Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1. Merayakan maulid termasuk dalam membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang berkenaan dengan kelahiran Nabi merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang lebih, sebagaimana halnya tempat kelahiran para nabi. Dalam Al quran sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi seperti kata Nabi Isa dalam firman Allah surat Maryam ayat 33: ُ‫ي َي ْو َم ُو ِلدْت‬ َ ‫َوالسَّال ُم‬ َّ َ‫عل‬ “dan kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”. Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari kelahiran beliau. Dalam Al Quran, Allah juga tersebut perintah untuk mengingat hari-hari bersejarah, hari dimana Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, seperti dalam firman Allah surat Ibrahim ayat 5: َّ ‫َوذَ ِ ِّك ْر ُه ْم بِأَي َِّام‬ ‫ور‬ َ ‫َّار‬ ٍ ‫اَّللِ إِنَّ فِي ذَلِكَ ََليا‬ ٍ ‫ش ُك‬ ٍ ‫صب‬ َ ‫ت ِل ُك ِِّل‬ “dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” 2. Rasulullah sendiri pernah merayakan hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan berpuasa pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab: ‫ي‬ َّ ‫فيه ولدت وفيه أُنزل عل‬ “itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim) Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran

Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW “Pelaksanaan maulid bertujuan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, selain itu juga agar masyarakat lebih mengenal kepribadian, jalan hidup dan liku-liku yang dilalui Rasulullah untuk dapat membawa ISLAM hingga sekarang”

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peringatan maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan umat islam dalam menghadapi perang salib, tujuan ini berubah seiring berjalannya waktu. Maulid dapat menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar warga masyarakat dan sarana untuk memperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah. Melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak menyeleweng dari aqidah dan syariat agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. B. Saran-saran Sebaiknya acara maulidan tidak hanya berisi ceramah maupun doa saja, tetapi diisi oleh hal-hal yang dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat. misalnya diadakan berbagai lomba, bazaar, maupun pengumpulan dana bagi orang-orang yang membutuhkan.

Related Documents

Undangan Maulid
June 2020 21
Maulid Nabi
May 2020 31
Maulid Diba.docx
April 2020 18
Maulid Diba.docx
April 2020 15
14) Maulid
October 2019 25

More Documents from ""