BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kerangka kegiatan Muamalat secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : politik, social dan ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil tiga turunan lagi, yaitu : konsumsi, simpanan dan investasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Bank Syariah? 2. Apa saja karakteristik Bank Syariah? 3. Bagaimana peranan Bank Syariah di Indonesia? 4. Bagaimana struktur organisasi Bank Syariah? 5. Bagaimana perkembangan Bank Syariah di Indonesia? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian Bank Syariah; 2. Untuk mengetahui karakteristik Bank Syariah; 3. Untuk mengetahui peranan Bank Syariah di Indonesia; 4. Untuk mengetahui struktur organisasi Bank Syariah; 5. Untuk mengetahui perkembangan Bank Syariah di Indonesia.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank Bank barasal dari kata bangue (bahasa perancis) dan dari kata banco (bahasa italia) yang berarti peti/lemari atau bangku. Peti/lemari dan bangku menjelaskan fungsi dasar dari bank komersial, yaitu: pertama, menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function), kedua, menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bank di artikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut UU No 10 tahun 1998 bank ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
B. Pengertian Bank Syariah Pengertian bank syariah atau bank islam dalam bukunya Edy Wibowo adalah bank yang beroprasi sesuai dengan prinsip prinsip syariah islam. Bank ini tata cara beroprasinya mengacu kepada ketentuan ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Bank yang beroprasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam maksudnya adalah bank yang dalam beroprasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang di kahwatirkan mengangdung unsur-unsur riba, untum di isi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha yang dilakukan
dizaman Rosulullah atau bentuk bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau. Sedangkan menurut Sutan Remy Shahdeiny Bank syariah adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermeediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan nya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah. Dalam Undang – Undang, No. 21 tahun 2008 diterangkan bahwa yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Jadi dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank yang operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan nya kepada masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat islam.
BAB III STUDI KASUS
A. Kasus Terhadap Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini sedang mengalami kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan banyak nya lahir bank syariah, dari Bank Konvensional yang mulai membuka Unit Usaha Syariah (UUS), namun perkembangan bank syariah tersebut belum mampu mempengaruhi minat masyarakat menjadi nasabah bank syariah, hal terebut dikarenakan banyak masyarakat yang belum tahu dan belum memahami apa itu bank syariah. Kasus terebut biasanya terjadi di pedesaan yang kurang mendapat pengetahuan tentang bank syariah dikarenakan kurangnya sosialisasi dan informasi dari pihak pemerintah maupun dari lembaga keungan syariah tersebut. Hal tersebut yang menjadikan kenapa bank syariah di Indonesia kurang dikenali dan mendapat keprcayaan masyarakat untuk menjadi nasabah. Pada kenyataannya jumlah penduduk muslim di Indonesia kurang lebih 200 juta jiwa akan tetapi jumlah nasabah bank syariah hanya sekitar 18.849.096 orang pada tahun 2016, artinya kurang dari 10% penduduk Indonesia yang menjadi nasabah bank syariah. Bahkan kasus lain bahwa semakin tinggi pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah justru preferensi masyarakat tidak menggunakan bank syariah juga semakin tinggi. Kenapa hal tersebut bisa terjadi demikian.
BAB IV PEMABAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah Dalam Undang – Undang, No. 21 tahun 2008 diterangkan bahwa yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1 Bank
Islam
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Karnaen
Perwataatmaja dan Muhammad Syafi’I Antonio adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariat Islam .2 Bank Islam atau selanjutnya disebut Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau bisa
disebut
dengan
Bank
tanpa
bunga
adalah
lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. 3 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip – prinsip syariat Islam dengan tidak mengandalkan bunga. B. Karakteristik Bank Syariah Bank Syariah tidak hanya bank bebas bunga, tetapi memiliki orientasi pencapaian sejahtera. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah, yaitu :
1
Juhaya S. Praja , Lembaga Keuangan Syariah, Bandung:CV Pustaka Setia, 2012,hlm. 98. Ahmad Wardi Muslich Fiqh Muamalat, Jakarta:Amzah, 2017, hlm. 510. 3 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta:PT RajaGrafindo persada, 2015,hlm. 2. 2
1. Penghapusan riba; 2. Pelayanan kepada kepentingan public dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam; 3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersil dan bank investasi; 4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi pada penyertaan modal karena bank komersial syariah menerapkan profit-loss sharing dalam konsinya, ventura, bisnis atau industri; 5. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dengan pengusaha; 6. Kerangka
yang
dibangun
dalam
membantu
bank
mengatasi
likuiditasnya dengan memanfaatkan instrument pasar uang antar bank syariah dan instrument bank sentral berbasis syariah.4 7. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas; 8. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang; 9. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad. Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman Karena bunga merupakan riba yang diharamkan.5 C. Peranan Bank Syariah di Indonesia Berbicara tentang peranan sesuata, tidak dapat dipisahkan dengan fungsi dan kedudukan sesuatu itu. Diantara peranan Bank syariah adalah (1) memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat;(2) meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah; (3) menjalin kerjasama dengan para ulama karena 4 5
Juhaya S. Praja, op.cit.,hlm. 99. Muhamad, op.cit.,hlm.5.
bagaimanapun juga peran ulama, khususnya di Indonesia, sangat dominan bagi kehidupan umat Islam. Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan pembiayaan – pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah melalui pembiayaan ini bank syariah dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank syariah dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan. Secara khusus peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspek – aspek berikut : 1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. 2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. 3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai (keuntungan) yang diberikan kepada investor. 4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah mendorog terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat. 5. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah tidak hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat, infak dan shodaqoh (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi. 6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk almudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana yang diserahkan investo, maka bank syariah sebagai financial arranger,bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena bunga. 7. Uswah Hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Perbankan Syariah di Indonesia saat ini telah memasuki periode perkembangan yang ditandai dengan bank-bank syariah baru. Hal ini dimungkinkan dengan adanya landasan hukum yang kelas yaitu UndangUndang no. 10 tahun 1998 yang mengubah Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan Undang-Undang perbankan yang baru, system perbankan di Indonesia terdiri dari bank umum konvensional dan bank umum syariah. Contoh struktur organisasi dari bank syariah sebagaimana terdapat pada bagan 1.1
RUPS
Dewan Komisiaris
Dewan Pengawas Syariah
Direksi
Divisi/Urusan
Divisi/Urusan
Kantor Cabang
Divisi/Urusan
Kantor Cabang
Divisi/Urusan
Kantor Cabang
Sumber : Bank Indonesia (2000 : 1)
Bagan 1.1 Contoh Struktur Organisasi Bank Umum Syariah Dengan
semakin berkembangnya perbankan
syariah
maka
diperlukan ketentuan-ketentuan perbankan dan fasilitas bank sentral yang sesuai dengan prinsip syariah, karena kegiatan usaha bank syariah
memiliki
perbedaan
yang
mendasar
dibandingkan
dengan
bank
konvensional. E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Menurut Mudrajad dan Suharjono (2002) mengatakan deregulasi financial yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini agaknya sejalan dengan deregulasi financial yang terjadi di Asia. Persamaan terlihat pada dimensi deregulasi yang terpisah, namun berkaitan erat,yang deregulasi harga (terutama deregulasi suku bunga), deregulasi produk (ragam jasa yang ditawarkan), dan deregulasi spasial (hambatan memasuki pasar).6 Diakui atau tidak, bahwa deregulasi financial di Indonesia telah memberikan iklim bagi tumbuh dan kembangnya bank syariah di Indonesia. Pada tahun 1991 telah berdiri dua bank syariah, yaitu : BPR Syariah Dana Mardhotillah dan BPR Syariah Berkah Amal Sejahtera, keduanya berdiri di Bandung dan di Undang Undangkan melalui UU Perbankan No 7 th 1992, dan saat bersamaan lahir juga Bank Muamalat Indonesia dan kemudian berkembang dengan munculnya bank-bank syariah lainnya. Dengan demikian diterbitkannya UU no 10 th 1998 yang memiliki hikmah tersendiri dimana pemerintah mebuka lebar kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Setelah UU tersebut telah berdiri terdapat satu Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank Muamalat Indonesia ditambah dengan 80 BPR syariah. Kalau dilihat secara makro ekonomi, perkembangan syariah di Indonesia sangat pesat dan memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang besar, mengingat mayoritas penduduk di Indonesia beragama muslim. Akan tetapi setelah adanya UU No 21 th 2010 yang teragetnya membawa kesegaran baru bagi dunia perbankan kita, terutama bank syariah di Indonesia. Nyatanya perkembangan bank syariah di Indonesia berjalan lebih lambat
6
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta : PT RajaGrafindo, 2015, hlm. 14.
dibandingkan bank konvensiaonal.7 Jumlah bank syariah saat ini dapat dilihat dari table berikut:
Indikator
Periode 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018 (1-11)
BUS
717
1.226
1.052
1.756
2.009
2.163
1.990
1.869
1.825
1.868
UUS
312
285
360
541
613
320
311
332
344
347
BPRS
363
436
519
559
565
276
283
287
274
289
Asset (m)
66.090
97.519
145.467
195.018
242.276
272.343
296.262
356.504
424.181
451.202
Dari table di atas menunjukan bahwa perkembangan lembaga perbankan syariah di indonesia tidak konsisten, bahkan dari tahun 2014 – 2017 UUS dan BPRS mengalami penurunan dan ditahun 2018 hanya meningkat sedikit dan tidak siginifikan.
F. Analisis Terhadap Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa lembaga Bank Syariah sudah banyak berkembang dibandingkan dulu, meskipun perkembangannya kalah dari bank yang konvensional. Hal tersebut berkaitan dengan sedikitnya jumlah nasabah bank syariah, karena jika jumlah nasabah bank syariah lebih banyak dari nasabah bank konvensional pasti perkembangan bank syariah sangatlah pesat hingga melampaui bank konvensional. Tetapi pada kenyataan nya masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum kenal apa itu Bank syariah khsususnya di wilyah pedesaan. Dari studi kasus yang telah di paparkan di bab sebelum nya tentang kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bank syariah, penulis menyimpulkan kenapa hal tersebut bisa terjadi yaitu salah satunya kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga bank syariah yang ada di Indonesia dan induk bank dari semua bank (Bank Indonesia) masih konvensional dan kurangnya promosi,sosialisai, serta informasi tentang bank syariah.
7
Ibid, hlm. 16.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa solusi dari kasus permasalahan yang terjadi dalam kasus yang telah dibahas di bab sebelumnya adalah