MAKALAH KECELAKAAN PESAWAT BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi telah menyita perhatian masyarakat luas, karena selain interval waktu yang berdekatan dan melanda hampir seluruh maskapai penerbangan, juga yang paling menyorot perhatian publik adalah timbulnya korban jiwadalam kecelakaan tersebut. Kepercayaan masyarakat atas kenyamanan dan keselamatan dalam penggunaan moda transportasi udara tersebut semakin berkurang, meskipun kebutuhan atas penggunaannya sangat tinggi. Perusahaan penerbangan selaku operator, oleh masyarakat dianggap lalai dan tidak profesional dalam pengelolaan perusahaan, disisi lain Pemerintah selaku regulator juga dianggap lamban dalam mengambil tindakan atas kondisi yang terjadi di lapangan serta tidak memiliki ketegasan dalam Pengaturan atas perusahaan-perusahaan penerbangan yang tidak memenuhi standar keselamatan. Secara garis besar, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sektor penerbangan terkait kualitas dari sumber daya manusia operator penerbangan dan pembuat regulasi sangat rendah. Lemahnya kualitas sumber daya manusia itu menjadi bahaya laten dalam industri penerbangan. Kelemahan itu diduga merupakan tindakan melanggar hukum dan atau tidak sesuai dengan norma etika kerja dari industri penerbangan secara mayoritas.Kondisi kritis pada sektor penerbangan terjadi karena para pengelola di tingkat regulator dan operator bukanlah merupakan orang-orang profesional yang lebih mengutamakan keselamatan dan keamanan umum daripada kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang sangat diuntungkan oleh regulasi penerbangan yang ada. Pelanggaran hampir terjadi di semua level, baik di tingkat manajemen perusahaan maskapai, regulator, awak pesawat, maupun operator di lapangan. Kurangnya sikap profesionalisme tersebut membahayakan keselamatan pengguna jasa penerbangan, rendahnya sumber daya manusia industri penerbangan itu sebagai akibat dari penyederhanaan kebijakan (deregulasi) industri penerbangan.Pemerintah diharapkan dapat merespon kondisi tersebut dengan membentuk dan/atau melakukan pembenahan atas regulasi yang berkaitan dengan penerbangan sehingga moda transportasi tersebut dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. 2. RUMUSAN MASALAH A. Apa itu kecelakaan pesawat ? B. Bagaimana bisa manusia menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat ? C. Apakah keadaan cuaca berpengaruh pada dunia penerbangan ?
BAB II PEMBAHASAN 1. PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT Penyebab kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor , diantaranya yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca .kecelakaan penerbangan di Indonesiayang masuk kelompok serius insiden lebih tinggi dari pada kelompok accident. Hal ini merupakan masalah yang cukup rumit. Mekanisme penyelidikan yang dilakukan KNKT menggunakan pedoman berdasarkan pada peraturan nasional dan internasional yang konsisten. Tujuan tunggal penyelenggaraan penyelidikan kecelakaan oleh KNKT adalah mencari setiap penyebab yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan. Selanjutnya hasil dari penyelidikan ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan kondisi dan tindakan keselamatan penerbangan guna mencegah kecelakaandengan penyebab yang sama dikemudian hari. Berdasarkan uraian tersebut maka rekomendasi yang diberikan KNKT adalah tidak komprehensif, hanya berdasarkan atas dasar tiap kejadian, padahal kecelakaan pesawat terbang yang paling penting adalah dengan mengungkap kondisi “Latent/tersembunyi” yang harus diungkap, maka analisis yang komprehensif diperlukan untuk mengamati akar permasalahan yang paling dalam. Tujuan penyelenggaraan penerbangan nasional dalam Undang-undangNomor Tahun 2009 tentang Penerbangan diantaranya adalah mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga wajar dan menghindari praktek persaingan usaha yang tidak sehat. Penyelenggaraan yang selamat dan aman diatas, merupakan jaminan terpenting dalam penerbangan, ini mengingat akan bahaya dan kecelakaan yang mudah ditimbulkan oleh penggunaan suatu pesawat udara.Dari 10 negara di ASEAN, level keselamatan penerbangan Indonesia berada di posisi terakhir. Poin yang dinilai dalam audit ini mulai dari kondisi regulator, lisensi, operasional, kebandarudaraan, navigasi udara, penanganan kecelakaan, hingga kelengkapan penerbangan. Hal sama dikeluarkan oleh otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration(FAA). FAA memberi peringkat level 2 atau di bawah standar untuk kategori International Aviation Safety Assessment (IASA) kepada Indonesia. Sementara menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pada Pasal 1, Ayat 48 menyatakan bahwa “Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, navigasi penerbangan, serta fasilitaspenunjang dan fasilitas umum lainnya.” Berkaitan dengan ini berarti tingkat keselamatan penerbangan dapat dicapai hanya dengan berfungsinya semua bagian dari industri penerbangan.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka penting sekali melakukan penelitian “Analisis Kecelakaan Penerbangan di Indonesia untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan”, sehingga dalam kurun waktu mendatang peringkat keselamatan penerbangan di Indonesia dapat naik dan dapat mempertahankannya. Kecelakaan PenerbanganBerdasarkan International Investigation Standards Annex 13-Aircraft Accident and Incident Investigation, tenth Edition-July 2010,incorporating Amendment 14 and supplement, Undang–Undang Nomor: 1Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 62 Tahun 2013, tentang Investigasi KecelakaanTransportasi, Pasal 9 menyatakan bahwa Kecelakaan Pesawat Udara dapat terdiri atas: a.Pesawat Udara yang jatuh pada saat tinggal landas, lepas landas, atau selama penerbangan; a. Tabrakan antar Pesawat Udara atau antar Pesawat Udara dengan fasilitas dibandar udara; b. Pesawat Udara yang hilang atau tidak dapat diketemukan; dan/atau; c. Pesawat Udara yang mengalamiKejadian Serius (serious incident).
a. b.
c. d. e. f.
Pada penelitiannya(Sentot S., 2012) menyatakan bahwa: insiden (incident) dapat berupa sebagai suatu kejadian yang hampir atau nyaris (near-miss) menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Dengan melihat definisi dari accident(kecelakaan) dan incident(insiden) yang dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan dengan tujuan untuk memudahkan pengertian dari kedua istilah tersebut diatas. Kesimpulannya adalah sebagai berikut: Accidentdan incidentmerupakan kejadian yang tidakdiinginkan atau tidak direncanakan. Accident dan incidentdisebabkan oleh banyak faktor dan memiliki urutan kejadian yang memberikan dampak atau efek berupa: injury, disease, damage, near miss dan loss. Semua kecelakaan (accident) dapat dikatakan sebagai incident(insiden) Semua insiden (incident) tidak dapat dikatakan sebagai kecelakaan (accident) Semua injurydiakibatkan oleh terjadinya accident(kecelakaan) Semua kecelakaan (accident) tidak selalu menghasilkan injury Hazard adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk. Hazard keselamatan dan kesehatan adalah setiap kondisi atau perilaku di lingkungan penerbangan yang sendirian atau bersama sama dengan variabellain berpotensi dapat menimbulkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan. Dalam kesehatan kerja pengertian hazardidentik dengan faktor risiko yakni kondisi atau perilaku yang mengandung probabilitas bagi timbulnya penyakit dan kecelakaan. Risiko (risk) adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi atau dengan kata lain resiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari bahaya yang melekat pada spesifik individu atau
kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang diakibatkanya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkanya. Beberapa aspek yang dapat dipertimbang kanterhadap adanya resiko yaitu; variasi kerentanan individu, jumlah orang yang terpajan,frekuensi pemajanan, derajat resiko individu, kemungkinan eliminasi dan substitusi, kemungkinan pencapaian suatu keadaan yang aman, public opinion, pressure groupdan social responsibility. Ada 3 aspek utama terhadap kecelakaan (accident) yaitu: a. Keadaan apapun yang membahayakan pada tempat kerja mupun dilingkungan kerja. Bahaya ini untuk manusia menimbulkan cedera (injury) dan sakit (illness). b. Cedera dan sakit adalah hasil dari kecelakaan akan tetapi kecelakaan tidak terbatas pada cedera atau sakit saja. c. Jika dalam suatu kejadian menyebabkan kerusakan atau kerugian (loss) tetapi tidak ada cedera pada manusia, hal ini termasuk juga kecelakaan. Kecelakaan dapat menyebabkanbahaya pada orang, kerusakan pada peralatan atau barang dan terhentinya proses pekerjaan. Saat ini Dirjen Perhubungan Udara mempunyai State Safety Pr ogram(SSP) yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mempromosikan pencegahan kecelakaan dengan analisis data kecelakaan dan insiden dan didukung oleh pertukaran informasi yang cepat. Program ini juga telah disahkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Tetapi sangat disayangkan, program ini belum berjalan optimal, karena tidak bersifat aktif dalam penyampaian informasi, baik informasi tentang keselamatan dan keamanan pada industri penerbangan. Salah satu alasan kepasifan sistem SSP adalah kurangnya integrasi data dari pemangku kepentingan terdekat dengan pengguna yaitu operator. Operator dapat bertindak sebagai data collector tetapi proses integrasi data rentan terhadap isu interoperabilitas sistem dan keamanan data. Proses integrasi yang dilakukan mempertimbangkan faktor heterogenitas sistem. Operator mengembangkan aplikasi pada platformyang berbeda-beda dan bahasa pemrograman yang berbeda-beda pula, sehingga sangat perlu untuk membuat kesepakatan (standar)yang diterima dari providerke consumer. Standar ini tertuang dalam sebuah protokol web servicebaik Simple Object Access Protocol(SOAP) atau Restfull. 2. KECELAKAAN PESAWAT YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR MANUSIA Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera bertanya, apa gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuah hasil teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman di dunia. Masalahnya adalah mengapa kecelakaan kerap terjadi juga?
Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada setiap produk teknologi mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan dalam pengoperasiannya. Mekanisme yang tidak bisa ditawar-tawar atau di kompromikan sekecil apapun. Itu sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akan kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan prosedur tidak mengenal kompromi. Begitu ada ketentuan, prosedur atau regulasi yang dilanggar, maka hal itu sudah cukup memberikan peluang besar bagi datangnya musibah alias kecelakaan yang sangat tidak kita inginkan. Beberapa manusia yang dapat menjadi penyebab kecelakaan pesawat. A. PILOT Pekerjaan pilot menuntut ketelitian dan tidak dapat mentolerir terjadinya kesalahan saat bertugas. Dapat Anda bayangkan, mengendarai kendaraan di darat saja membutuhkan konsentrasi, apalagi mengendarai kendaraan seperti pesawat yang terbang di udara. Setiap kali seseorang menaiki pesawat terbang nyawa mereka 'bergantung' pada ketelitian dan keandalan pilot dalam mengendalikan burung besi -selain faktor teknis dan cuaca. Belum lagi dengan adanya fakta bahwa beberapa kecelakaan pesawat terjadi akibat kesalahan dan kelalaian manusia.Beberapa kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh kesalahan pilot : 1. Anak kecil di kok pilok Pesawat Aeroflot dengan nomor penerbangan 593 yang bertolak dari Moskow menuju Hong Kong pada 1994, mengalami kecelakaan dan mengakibatkan 75 penumpang tewas.Aeroflot jatuh di Siberia akibat kesalahan yang dilakukan oleh pilot pendamping, Yaroslav Kudrinsky, membiarkan anaknya bermain dengan kontrol pesawat.Kecelakaan maut yang terjadi pada 23 Maret 1994 tengah malam itu terjadi saat Kudrinsky mengizinkan anaknya Yana (12) dan Eldar (15) masuk ke dalam kokpit.Kedua remaja itu diizinkan duduk di kursi kapten dan bermain dengan kontrol yang seharusnya berada dalam mode auto pilot. Namun ketika Eldar memegang kolom kontrol kecepatannya menurun hingga 30 detik dan menyebabkan sistem kembali manual.Ketika pilot dan kopilot kembali ke dalam kokpit dan memegang kendali, semuanya telah terlambat. Airbus A310 jatuh dan menabrak gunung di Siberia, membunuh semua penumpang di dalam pesawat. 2.
Salah tekan tombol
'Wo, tarik kembali, katup penutup (throttle) yang salah'. Itu adalah kalimat terakhir yang terdengar dari pilot TransAsia dengan nomor penerbangan 234, sebelum pesawat itu menghantam jembatan tol Taiwan pada 4 Februari 2015.Menurut laporan dari Taiwan's Aviation Safety Council, burung besi itu baru
saja lepas landas dari Bandara Songshan Taipei, ketika salah satu mesin pesawat tidak bekerja.Tanpa sengaja pilot mematikan mesin, seharusnya hidup, dengan menarik katup penutup yang salah.Kelalaian tersebut membuat pesawat menghantam daratan, meluncur, dan masuk ke dalam Sungai Keelung.Kecelakaan tersebut ,menewaskan 43 dari 58 orang, termasuk pilot, yang berada di dalam TransAsia. 3.
Pilot pasrah
Pada Maret 2009 pilot dan kopilot Tuninter dengan nomor penerbangan 1153, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, akibat kelalaiannya yang menyebabkan 16 penumpang tewas. Kapten Shafik Al Gharbi dan Ali Kebaier Lassoued dituduh menyebabkan pesawat yang mereka kendarai jatuh di Laut Mediterania pada 2005, akibat memilih untuk berdoa dan tidak mengikuti prosedur darurat. Kala itu Tuninter kehabisan bahan bakar akibat adanya kesalahan mesin dan meluncur cepat menuju lautan. Pada saat rekaman kokpit diputar, Gharbi dapat didengar menyebutkan nama Tuhan, untuk meminta tolong.Ada bukti yang menyatakan bahwa awak kabin mencoba untuk melakukan beberapa penanganan situasi darurat, namun akhirnya mereka panik dan pasrah.Kecelakaan pesawat yang bertolak dari Djerba, Tunisia, menuju Bari, Italia itu mengakibatkan 16 penumpang tewas, sementara 23 penumpang lainnya berhasil selamat setelah burung besi mendarat di laut. 4.
Salah paham
Kecelakaan itu 'merajai' insiden paling mematikan dalam sejarah penerbangan, dan menewaskan 583 orang.Pada Maret 1977 dua buah pesawat Boeing 747, KLM Flight 1736 dan Pan AM Flight 1736, bertabrakan di landasan Bandara Tenerife.Kecelakaan maut tersebut terjadi akibat adanya kesalahpahaman antara kru KLM dengan petugas kontrol bandara.Petugas landasan bandara bermaksud memberitahukan bahwa Pan Am masih berada di lintasan, ketika KLM melakukan lepas landas. Tebalnya kabut kala itu membuat kedua pesawat tak bisa melihat apa yang ada di hadapan mereka.Akibatnya, tabrakan tak terelakkan dan seluruh 248 penumpang dan awak kabin yang berada di KLM tewas.Begitu juga dengan 326 penumpang dan 9 awak kabin yang berada di dalam Pan Am.Sekitar 54 penumpang lainnya, termasuk 7 kru dan kapten, selamat dari insiden maut tersebut. 5.
Harga diri yang hilang
Pesawat Airblue Flight 202 mengalami kecelakaan di dekat Islamabad, Pakistan, pada 28 Juli 2010, dan menewaskan 146 penumpang dan 6 awak kabin.Kecelakaan itu diduga dapat dicegah apabila kopilot 'berani' mengubah kesalahan yang telah berkali-kali dilakukan oleh kapten pesawat.Namun karena hinaan yang sering didapatkan dari sang pilot, kopilot merasa kehilangan 'harga diri' dan tak berani melawannya .Pilot senior itu dituduh beberapa kali berbicara dengan nada keras, sombong, dan menentang, kepada asistennya selama terbang.Dia juga dituding mengabaikan peringatan cuaca dari Air Traffic Control, dengan mengatakan 'biarkan mereka mengatakan apa yang diinginkan'.Kopilot tak berani menentang seniornya dan menyebabkan pesawat kesulitan dalam cuaca buruk. Pilot panik dankehilangan kendali dan mengakibatkan pesawat menabrak Bukit Margalla. 6. Mengabaikan Salju
Pada 13 Januari 1982 pilot pesawat Air Florida dengan nomor penerbangan 90, bertolak dari Washington DC menuju Fort Lauderdale, FLorida, melakukan banyak kesalahan sebelum burung besi yang dikendalikannya mengalami kecelakaan.Salah satunya adalah kegagalannya untuk mengaktifkan sistem de-icing -- pembersihan salju -- pada mesin atau pun sayap pesawat. Tidak hanya lepas landas dalam keadaan badai salju, kru juga keliru menggunakan pendorong es mereka untuk melelehkan salju.Selain itu pilot juga mengabaikan peringatan masalah pada mesin dan tetap memilih untuk melanjutkan lepas landas.Pesawat kemudian mengalami kecelakaan di Sungai Potomac, hanya 30 detik setelah lepas landas dan mengakibatkan 74 orang di dalam pesawat dan 4 warga di daratan tewas. 7. Sibuk Memeriksa Kebakaran
Pada 29 Desember 1972 jet Eastern Airlines Tristar mengalami kecelakaan setelah menabrak Florida Everglades.kejadian tersebut mengakibatkan 101 orang di dalam pesawat, termasuk kapten pilot, tewas. Sementara 75 orang lainnya selamat.Kecelakaan tersebut terjadi akibat pilot dan kopilot meninggalkan kontrol, untuk memeriksa ada kebakaran di kabin atau tidak. Mereka merasa terganggu dengan indikator lampu kebakaran yang terus menyala, dan memutuskan untuk memeriksanya.
Saat meneliti lampu indikator roda mendarat yang rusak, seseorang tanpa sengaja menekan kontrol yang membuat autopilot menjadi tidak aktif. Akibatnya pesawat kehilangan kendali dan pada saat pilot dan kopilot kembali ke kontrol, pengatur ketinggian pesawat telah turun.Pesawat itu akhirnya menabrak taman nasional Florida Evergaldes. B.
OPERAOR GROUND HANDLING
Ground handling atau penanganan pesawat saat di darat meliputi proses yang cukup panjang. Yaitu mulai dari penanganan penumpang untuk lapor diri (check-in) sampai kemudian penumpang memasuki pesawat dan pintu ditutup. Selain penumpang, penanganan ini juga untuk barang bawaan, kargo dan pesawatnya itu sendiri. Seperti misalnya pembersihan kabin pesawat, mendorong pesawat untuk parker atau keluar dari parker, penanganan bagasi untuk kargo, dan barang bawaan penumpang. Keberhasilan tugas ground handling ini berkaitan dengan banyak hal. Yaitu kuantitas dan kualitas suber daya manusia, peralatan yang dipakai dan proedur tandar operasi yang dipakai. Kuantitas atau jumlah petugas yang menjalankan tugas harus cukup dan disesuaikan dengan besar kecil-nya pesawat serta tugas yang dijalankan, juga disesuaikan dengan peralatan yang dipakai. Jika peralatannya sangat mendukung, bisas saja petugasnya dikurangi. Memang tidak ada ketentuan tentang berapa jumlah ideal petugas serta peralatan yang harus dipakai untuk menangani sebuah pesawat. Yang bisa dijadikan patokan adala prosedur standar operasi. Dari situ bisa ditelusuri berapa petugas dan peralatan apa saja yang harus dipakai. Karena tidak ada standar yang pasti itu, idealnya halus dilakukan audit kerja untuk sebuah unit ground handling. Dengan peralatan dan petugas yang dimiliki haarus bisa menjalankan prosedur standar operasi dengan aman dan selamat. Setelah audit itu, petugas yang lolos harus mendapat setifikat. Audit ini juga harus dilakukan secara berkala untuk penyegaran. Dengan adanya audit dan sertifikat ini, nscaya kepercayaan maskapai kepada ground handling-nya akan tinggi. Dan ini bisa dipromosikan kepada penumpang bahwa keamanan dan keselamatan mereka di darat pun akan terjamin. GANGGUAN DI GROUND HANDLING Sayangnya pekerjaan ground handling sering terganggu hal-hal di luar kekuasaanya. Misalnya saja arsitektur bandara yang tidak mendukung, kedisiplinan penumpang serta pandangan maskapai yang menggunakannya. Karena sifat kerjanya yang sebagian tidak berkaitan langsung dngan penumpang, ground handling saat ini seperti tidak terperhatikan. Tugas ground handling bisa terganggujika pesawat terlambat datang serta penumpang tidak disiplin memisahkan barang bawaan di kabin dan bagasi. Di samping itu kompensasi yang diberikan oleh maskapai yang memakai jasanya juga berpengaruh. Jika kompensasi yang diberikan maskapainya rendah bisa jadi petugasnya bekerja setengah hati. Biaya ground handling memang paling sering dipangkas duluan saat sebuah maskapai berusaha menghemat biaya. Misalnya saja maskapai yang menggunaka konsep biaya rendah. Hal ini karena ground handling dianggap tidak mempunyai kaitan dengan keamanan dan keselamatan penerbangan. Ground handling lebih dikaitkan dengan unsure pelayanan.misalnya pelayanan pada saat check-in, pelayanan bagasi dan penanganan penumpang di ruang tunggu. Demi menjaga imej ketepatan waktu dan efisiensi, maskapai biaya rendah bahkan member tenggat waktu tertentu untuk ground handling.
jika demikian seharusnya ada timbale balik antara petugas ground handling denganmaskapai yang memakainya. Petugas ground handling harus meningkatkan profesionalitasnya, maskapai juga harus memperlakukannya secara layak. Dan pandangan yang menomorduakan ground handling harus disingkirkan. Karena nyatanya ground handling juga berkaitan dengan keselamatan penerbangan. Berikut beberapa kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh operator ground handling 1.
Kesalahan menutup pintu kargo
Turkish Airlines penerbangan nomor 981adalah contoh akurat tentang bagaimana peran petugas darat dalam hal keselamatan penerbangan. Penerbangan dari Istanbul, Turki menuju Paris dan kemudian diteruskan ke London pada 3 Maret 1974 itu akhirnya berakhir celaka sesaat setelah keluar Paris. Pintu kargo bagian belakang terlepas. Menyebabkan dekompresi dan memutus kabel-kebel control pesawat. Pilot kehilangan control atas pesawat sehingga pesawat kemudian jatuh menukik. Semua penumpang dan awak pesaat McDonnel Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan tewas. Hasil investigasi menyebutkan, ada kesalahan prosedur dalam menutup pintu kargo. Petugas ground handling yang berkebangsaan Maroko ternyata tidak bisa membaca petunjuk yang berbahasa Turki dan Inggris. Petugas tersebut mengaku sudah menutup pintu kargo. Namun karena prosedur yang dijalani kurang,menyebabkan pintu kargo tidak menutup secara sempurna. Saat mendapat tekanan pada waktu pesawat terbang, pintu kargo pun jebol. 2.
Pesawat mengalami overload
pesawat Boeing B737-200 yang dioperasikan Mandala, mengalami kecelakaan di kota Medan. Ada rumor bahwa pada saat itu kargo pesawat dipenuhi buah durian yang dibawa salah seorang pejabat setempat. Saking banyaknya durian yang dibawa sehingga pesawat mengalami overload. Hasil investigasi KNKT tidak menyebutkan hal tersebut, namun di tempat kejadian ditemukan banyak sekali buah durian baik yang masih utuh maupun yang sudah hangus terbakar. Aromanya bercampur baur dengan bau avtur bahkan tidak hilang sampai keesokan harinya. Rumor yang tidak bias dipertanggungjawabkan itu memang menggelitik. Dan pada ujungnya tersimpul tentang penanganan pesawat sebelum terbang. Yaitu bagaimana tentang prosedur pemasukkan kargo di pesawat. Adakah prosedur yang dilanggar karena ada permintaaan dari pihak tertentu? 3.
Petugas ground handling salah mengkalkulasi jarak antar pesawat
Kejadian yang cukup sering terjadi di bandara Indonesia adalah tabrakan antarpesawat atau pesawat dengan mobil groung handling di apron bandara. Kejadain terbaru pada 24 Agustus 2012 di apron bandara Soekarno-Hatta. Sayap pesawat Boeing 737-900ER Lion Air menyenggol ekor pesawat milik Airfat. Saat itu pesawat Lion Air sedang ditarik oleh petugas darat untuk dilakukan pengecekan. Petugas salah mengkalkulasi jarak antar pesawat sehingga terjadi senggolan yang mengakibatkan dua pesawat rusak. 4.
Kurang telitinya petugas mengkalkulasi jarak pesawat
Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada 10 April 2011. Saat itu ekor pesawat milik Kalstar menyenggol ekor pesawat milik Wings. Begitu pula pada Februari 2007 saat pesawat milik Garuda menyenggol pesawat milik Saudi Airlines. Kedua peristiwa itu juga terjadi di bandara Soekarno-Hatta. Di bandra lain yang sibuk seperti bandara Ngurah Rai, Bali juga pernah terjadi kejadian serupa. Yaitu saat pesawat Garuda disenggol mobil pengangkut catering pada 25 Februari 2008.
Semua kejadian senggolan tersebut mengakibatkan kerusakan cukup parah yang langsung bisa terdeteksi. Sehingga pesawat langsung bias ditarik untuk menjalani perawatan. Bagaimana halnya jika kerusakannya tidak terdeteksi pada saat itu? Tentu akibatnya sangat berbahaya jika kemudian kerusakan itu menjadi nyata ketika pesawat terbang. Pesawat tersebut bias saja mengalami kecelakaan dan jatuh. C.
PETUGAS AIRLINE
Kecelakaan yang di sebabkan oleh petugas airline bisa dilihat dalam kecelakaan Air Asia yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Di awal saat terjadinya kecelakaan, karena lokasi dan waktu itu memang sedang berada dalam keadaan cuaca yang kurang bagus, maka dengan cepat berkembang persepsi bahwa kecelakaan terjadi karena faktor cuaca. Satu kesimpulan yang dikenal sebagai kesimpulan yang “jump to conclusion”. Karena pada hakikatnya sebuah kecelakaan pesawat terbang tidak akan pernah diketahui apa yang menjadi penyebabnya, sebelum proses investigasi selesai dilakukan. Pada pengumuman resmi dari KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) tanggal 1 Desember 2015 yang lalu, kemudian disebutkan secara gamblang bahwa komponen yang cacat merupakan faktor utama penyebab kecelakaan pesawat terbang Air Asia. Dalam uraian lainnya disebutkan bahwa dalam investigasi kecelakaan pesawat terbang Air Asia QZ8501, KNKT menemukan adanya kerusakan berulang pada Rudder Travel Limiter (RTL), bagian dari alat kemudi pesawat. Bahkan tercatat, 23 kerusakan sepanjang Januari-Desember 2014. Sistem perawatan pesawat di Air Asia ternyata belum memanfaatkan Post Fligh Report (PFR) secara optimal, sehingga gangguan pada RTL yang berulang tidak terselesaikan secara tuntas.Dalam konteks ini, dijelaskan lebih lanjut oleh KNKT bahwa kemudian pihak Air Asia telah melakukan 51 tindakan perbaikan atas kejadian QZ8501 itu. Rinciannya adalah 22 tindakan di bidang operasi, personel safety dan management system, diikuti pula dengan 11 prosedur perawatan pesawat, prosedur pemanfaatan PFR serta 18 peningkatan kemampuan dibidang meteorologi.
Secara keseluruhan AirAsia telah
melakukan 51 tindakan perbaikan (corrective action) atas kejadian musibah penerbangan QZ8501. Jadi jelas sekali disini adanya kelalaian pihak Air Asia yang kemudian berkontribusi dalam faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Lebih jauh lagi, karena tujuan investigasi yang dilakukan oleh KNKT bertujuan agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali, maka dalam pengumuman yang dirilis tersebut KNKT menyampaikan pula beberapa rekomendasi terkait upaya pencegahan terjadinya kecelakaan. KNKT merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk melakukan perbaikan sistem terkait pengoperasian penerbangan. Hal itu juga menyangkut pelatihan bagi pilot dalam menangani situasi tertentu. Penekanan KNKT antara lain adalah: "Ditjen Perhubungan Udara harus melakukan pelatihan sesuai dengan training manual."Tidak berhenti pada Maskapai penerbangan Air Asia sebagai operator dan Kementrian Perhubungan sebagai regulator, KNKT juga menyoroti pihak Pabrik Pesawat Terbang Airbus. Kepada Pabrik Pesawat Terbang Airbus, KNKT akan merekomendasikan agar Airbus mewajibkan pilot untuk mengikuti training recovery dalam upset condition, bagaimana mengembalikan pesawat yang mengalami kondisi kehilangan daya angkat. Dari gambaran itu semua, maka jelas sekali bahwa dalam kasus kecelakaan pesawat terbang Air Asia, KNKT dengan sangat jernih menyampaikan hasil investigasinya bahwa memang telah terjadi kelalaian yang telah dilakukan oleh Maskapai Air Asia. Dalam hal ini tentu saja kelalaian tersebut tidaklah berdiri sendiri, karena ada kontribusi yang melekat baik dari pihak Kementrian Perhubungan sebagai regulator dan juga pihak Airbus sebagai pabrik pesawat terbang yang digunakan oleh Maskapai Air Asia.
Dengan contoh dari uraian ini maka sekali lagi menjadi jelas bahwa dalam mengoperasikan penerbangan yang sangat erat dengan kemajuan teknologi memang dibutuhkan disiplin yang tinggi dalam mematuhi segala aturan, ketentuan, regulasi dan prosedur kerja.
Sikap taat azas yang tanpa kompromi adalah merupakan modal dasar bagi dapat terselenggaranya operasi
penerbangan yang aman. Sedikit saja terjadi penyimpangan maka itu berarti sudah membuka pintu bagi kemungkinan terjadinya kecelakaan. 3.
KECELAKAAN PESAWAT YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR CUACA
Peran cuaca dalam penerbangan sangat besar. Cuaca mempunyai dua peran. Disatu sisi informasi cuaca mempunyai andil dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan dan keselamatan penerbangan, di sisi lain mempunyai potensi yang membahayakan sampai dapat menimbulkan kematian. Namun demikian tidak mudah untuk mengatakan cuaca yang mana yang membahayakan, karena dampak cuaca bergantung pula kepada faktor lain. Khusunya dalam penerbangan, selain kadar atau intensitas unsur cuaca, jenis pesawat, kondisi pesawat, dan posisi penerbangan juga merupakan faktor yang menentukan sensitifitasnya terhadap cuaca. Misalnya angin silang (cross wind) di landasan terbang yang bekecepatan 20 knot, mungkin dapat menimbulkan bahaya bagi pesawat kecil yang melakukan pendaratan, tetapi tidak ada pengaruhnya bagi pesawat terbang besar dan modern. Dari posisi terbang, angin 20 knot pada paras penerbangan 30.000 kaki tidak terasakan bagi pesawat besar yang terbang pada paras tersebut, tetapi bila terjadi pada paras rendah sangat berarti bagi pesawat terbang kecil yang terbang pada paras tersebut. Beberapa faktor cuaca yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat. A. CUACA BURUK Cuaca buruk yang dalam Bahasa Inggris disebut Heavy/Bad Weather umumnya didefinisikan sebagai cuaca dengan angin yang sangat kencang (extreme wind) dibarengi dengan laut yang berombak sangat besar. Terbentuknya lapisan es di atas dek juga dirujuk sebagi cuaca buruk meskipun dalam hal ini faktor yang terkait adalah lebih kepada suhu dibawah nol daripada kekencangan angin.contoh kecelakaan yang disebabkan oleh cuaca buruk: 1.
Kecelakaan AirAsia QZ8501
Belum diketahui secara pasti. Diketahui, sang pilot saat itu melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus (Cb) dengan berbelok ke arah kiri dan kemudian minta izin untuk menaikkan ketinggian pesawat dari 32.000 kaki menjadi 38.000 kaki. Beberapa saat kemudian, pesawat hilang kontak. "Analisis awal menunjukkan bahwa pesawat kemungkinan telah terbang masuk ke dalam awan badai. Fenomena cuaca yang paling memungkinkan adalah terjadinya icing yang dapat menyebabkan mesin pesawat mengalami kerusakan karena pendinginan," demikian penjelasan analisis yang dilakukan Kepala Penelitian dan Pengambangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof Edvin Aldrian, dan timnya yakni Ferdika Amsal, Jose Rizal, dan Kadarsah. Namun demikian, BMKG menegaskan bahwa, "hal ini hanyalah salah satu analisis kemungkinan yang terjadi berdasarkan data meteorologis yang ada, dan bukan merupakan keputusan akhir tentang penyebab terjadinya insiden tersebut." Dijelaskan bahwa kecelakaan akibat gangguan awan badai pernah terjadi sebelumnya. 2.
Kecelakaan Garuda Indonesia Airlines 421, 16 Januari 2002.
"Garuda Indonesia Airlines dengan nomor penerbangan 421, sebuah Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA mengalami dual-engine flameout (power loss) akibat mencoba menghindari awan badai," papar BMKG dalam penjelasan yang dirilis pada 4 Januari 2015 lalu. Pesawat kemudian mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, dekat Kota Solo, Jawa Tengah.Dari total 60 orang di atas pesawat, satu awak kabin atau pramugari tewas karena terseret arus sungai dan 12 penumpang mengalami luka fatal dan 10 penumpang mengalami luka ringan. Analisis dari data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukkan bahwa penerbangan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk yang disertai badai.Berdasarkan dari pencitraan satelit, cockpit voice recorders (CVR) atau percakapan di kokpit dan flight data recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan, pesawat pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah antara dua badai. Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat. Setelah 90 detik memasuki badai, kedua mesin pesawat mati, CVR dan DFDR berhenti merekam karena kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat. Pilot mencoba 3 kali menghidupkan kembali mesin pesawat, namun gagal dan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo. B.
BADAI TURBULENSI
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak dapat dilihat. Hal ini dapat terjadi apabila langit cerah dan secara tiba-tiba tanpa diprediksi sebelumnya . Penyebab Turbulensi : a. Suhu Pemanasan dari matahari menyebabkan masa udara panas naik dan sebaliknya masa udara dingin turun, turbulensi jenis ini sering disebut dengan ”turbulensi thermis”. b. Jet Stream Pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level ketinggian yang tinggi, dan mempengaruhi udara disekitarnya. c. Pegunungan Massa udara yang melewati pegunungan dan mengakibatkan turbulensi pada saat pesawat terbang diatasnya pada sisi yang lain. Turbulensi jenis ini sering disebut dengan “turbulensi mekanis”. d. Wake turbulence Turbulensi yang terjadi dekat dengan permukaan yang dilewati pesawat atau helikopter . Contoh kecelakaan akibat turbulensi : 1.
Pesawat Etihad Airwayas EY-474
Kasus ini diduga akibat turbulensi disekitar Sumatra bagian Selatan pada 4 Mei 2016 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada ketinggian 37.000 feet, pesawat mengalami gerak ke atas dan ke bawah. Akibatnya, penumpang yang sedang tidak berada pada tempat duduk terlempar ke atas dan ke bawah, serta barang-barang dalam bagasi kabin terlempar berhamburan menimpa penumpang yang duduk. Diperkirakan kekuatan goncangan turbulensi ini pada tingkat severe. Pada level ini, menurut Federal Aviation Adminstration (FAA) pesawat mengalami perubahan ketinggian dan arah yang besar sehingga pesawat tidak dapat terkontrol dalam beberapa saat. Selain penumpang dan barang terlempar, penumpang yang duduk dengan seat belt akan merasakan terjepit parah.
2.
Hongkong Airways HX-6704
Kejadian ini terjadi di ketinggian sekitar 41.000 kaki. Turbulensi ini juga diperkirakan dengan kekuatan tingkat severe, tetapi karena skalanya kecil.
BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Penyebab kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor , diantaranya yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca .kecelakaan penerbangan di Indonesiayang masuk kelompok serius insiden lebih tinggi dari pada kelompok accident. Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera bertanya, apa gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuah hasil teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman di dunia. Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada setiap produk teknologi mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan dalam pengoperasiannya.Itu sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akan kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan prosedur tidak mengenal kompromi. 2. SARAN Meningkatkan kapasitas sistem pemandu lalu lintas udara. Salah satunya adalah dengan melakukan pemasangan peralatan radar, sehingga dalam pelayanan lalu lintas udara menggunakan prosedur radar.