Makalah K3 Analisis Kecelakaan.docx

  • Uploaded by: Sindy Oyutri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah K3 Analisis Kecelakaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,751
  • Pages: 16
MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) ANALISIS KECELAKAAN KERJA

DISUSUN OLEH: 1. Ayes Meyuzar Muslim 2. Mega Aulia 3. R. Aji Kurniawan 4. Sindy Oyutri Kelas : 1KA Kelompok : 3 Dosen Pembimbing : Zulkarnain, S.T., M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TAHUN AJARAN 2017/2018 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ANALISIS KECELAKAAN KERJA ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Zulkarnain, S.T., M.T. selaku Dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam berbagai bidang. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 2 November 2017

Pemakalah

2

DAFTAR ISI KATAPENGANTAR…………………………………………………………..………........i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………............ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3

Latar Belakang ……………………………………........................... ..1 RumusanMasalah.…………………………………………..................1 Tujuan…...…….…………………………………………....................1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kecelakaan Kerja.....…………………….………..........................2 2.2 Teori Kecelakaan Kerja.......................................................………….....…2 2.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja..............................................................4 2.4 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja..........................................................5 2.5 Kerangka Konsep.........................................................................................5 2.6 Contoh Kasus Kecelakaan Kerja..................................................................6 2.7 Analisis Kecelakaan Kerja...........................................................................8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan…………………………………….....................……………11 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………............…………………... ...iii

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undangundang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban yang tidak sedikit jumlahnya. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas pekerja dan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja sebab-sebab terjadinya kecelakaan? 2. Bagaimana cara pencegahan terjadinya kecelakaan kerja? 3. Bagaimana cara menganalisis akibat kecelakaan yang terjadi? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa mampu meneyebabkan sebab-sebab terjadinya kecelakaan. 2. Mahasiswa mempelajari upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. 3. Mahasiswa dapat menganalisis akibat kecelakaan yang terjadi. 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kecelakan Kerja Menurut beberapa ahli definisi kecelakaan kerja sangat beragam. Berikut ini beberapa definisi dari beberapa sumber : a. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh manusia, situasi/faktor lingkungan, atau kombinasi dari faktor tersebut yang mengganggu proses kerja, yang dapat (ataupun tidak) menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan property, ataupun kejadian yang tidak diinginkan. (International Labour Office 1989) b. Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian pada manusia, kerusakan property, ataupun kerugian proses kerja, akibat dari kontak dengan substansi atau sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh, alat, atau struktur. (Frank E. bird dan George L. Germain) c. Menurut UU No.1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia atau harta benda. d. Menurut OHSAS 180001 : 2007, incident didefinisikan kejadian yang terkait pekerjaan, dimana suatu cidera, sakit (terlepas dari tingkat keparahannya), atau kematian terjadi, atau mungkin dapat terjadi. Dalam hal ini, yang dimaksud sakit adalah kelaianan fisik atau mental yang teridentifikasi berasal dari dan atau bertambah buruk karena kegiatan kerja dan atau situasi yang terkait pekerjaan. Setelah melihat definisi dari berbagai sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kecelakaan merupakan kejadian tidak terduga dan tidak diinginkan yang disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor dan dapat menimbulkan kerugian pada manusia berupa injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, ataupun gangguan pada proses kerja. Namun, ada beberapa hal penting yang perlu dipahami terkait dengan pendefinisian accident (kecelakaan). Bird dan Germain (1990) menungkapkan tiga aspek penting dalam pemahaman accident, yaitu : a. Dampak yang ditimbulkan kecelakaan tidak hanya cedera, tetapi juga kesakitan, seperti gangguan mental, saraf, ataupun gangguan sistemik akibat pajanan. b. Terdapat perbedaan antar definisi “injury” dan “accident”, dimana injury disebabkan oleh accidents, tetapi tidak semua accident menyebabkan injury. c. Apabila ada kejadian yang mengakibatkan kerusakan properti atau fasilitas, serta gangguan proses kerja, tetapi tidak menyebabkan injury, maka kejadian tersebut tetap dikategorikan sebagai accident. 2.2 Teori Penyebab dan Model Kecelakaan 2.2.1 Model Kecelakaan Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 unsur produksi yaitu People,Equipment, Material, dan Environment (PEME) yang saling berinteraksi danbersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. (Soehatman, 2010)Kecelakaan dapat terjadi karena konsdisi alat atau material yangdigunakan 5

dalam bekerja. Alat dan material ada kemungkinan besar memilikikondisi yang berbahaya. Selain itu kecelakan juga dapat disebabkan olehlingkungan tempat bekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan tempatbekerja yang tidak aman seperti, kebisingan, pencahayaan yang kurang,banyaknya asap atau debu, dan bahanbahan kimia yang bersifat toksik.Kemudian faktor terakhir yang dapt menyebabkan terjadinya kecelakaan adalahorang/pekerja itu sendiri. Adanya human error pada perkerja yangmengakibatkan kecelakaan semakin sering terjadi. Berdasarkan teori Heinrichdikatakan bahwa manusia memiliki kecendrungan untuk melakukan kesalahanyang akan berasosiasi dengan faktor penyebab kecelakaan lainnya sehinggamenimbulkanan accident . Menurut Mayendra, 2009 dalam makalahnya pentingnya mempelajari model kecelakaan adalah sebagai berikut 1. Memahami klasifikasi sistem yang logis, objektif dan dapat diterimasecara universal. Dengan mengklasifikasikan sistem maka beberapafenomena, kejadian yang melatarbelakangi kecelakaan dapatdikelompok-kelompokkan sehingga mudah dianalisa. 2. Model kecelakaan dapat mempermudah identifikasi bahaya karenakerangka logiknya jelas. 3. Model kecelakaan dapat membantu investigasi kecelakaan danmembantu cara-cara pengendaliannya. 2.2.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai faktor penyebab,berikut teori-teori mengenai terjadinya suatu kecelakaan : 1. Pure Chance Theory (Teori Kebetulan Murni) Teori yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendakTuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya,karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja. 2. Accident Prone Theory (Teori Kecenderungan Kecelakaan) Teori ini berpendapat bahwa pada pekerja tertentu lebih sering tertimpakecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untukmengalami kecelakaan kerja. 3. Three Main Factor (Teori Tiga Faktor) Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan danfaktor manusia pekerja itu sendiri. 4. Two main Factor (Teori Dua Faktor) Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dantindakan berbahaya (unsafe action). 5. Human Factor Theory (Teori Faktor Manusia) Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidaklangsung disebabkan karena kesalahan manusia. 6

2.3 kerugian akibat kecelakaan kerja Jika dilihat dari jenis nya, ada dua macam kerugian yang bisa ditimbulkan oleh kecelakaan kerja ini. 2 Jenis kerugian tersebut bisa diperinci sebagai berikut: 1. Direct Cost atau biaya langsung. Kerugian ini berbentuk biaya yang harus dibayar secara langsung berupa biaya untuk pekerja, pengobatan, alat-alat, serta penggantian alat. 2. Indirect Cost, atau dikenal juga dengan biaya yang tidak langsung. Pada kerugian ini bentuknya dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu: 

Biaya kehilangan waktu dari penderita atau korban,



Biaya karena waktu yang hilang dari pekerja-pekerja lain yang berhenti bekerja karena adanya kecelakaan,



Biaya karena waktu para pengawas yang hilang untuk membantu atau menolong korban, mengatur ulang pekerja untuk mengganti korban, penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan, mempersiapkan laporan kecelakaan.



Biaya yang disebabkan karena rusaknya mesin-mesin industri akibat kecelakaan,



Biaya yang disebabkan karena menurunnya produksi dimana pekerja mengalami efek psikologi sehingga produktivitas perkerja menjadi menurun.



Biaya terhambatnya kemajuan proyek.

Di Indonesia kerugian-kerugian yang disebabkan oleh resiko kerja belum pernah dihitung, sehingga sulit untuk meyakinkan perusahaan-perusahaan bahwa kecelakaan kerja itu merugikan, juga dipandang dari segi biaya. Penelitan yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menunjukan bahwa biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) yang diakibatkan resiko kerja berbanding 1:4. Jadi sebagai tindakan pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan kerja di perusahaan-perusahaan adalah meyakinkan pimpinan “top management” bahwa kecelakaan tersebut sebenarnya sangat merugikan ditinjau dari segi biaya. Untuk

7

berhasilnya rencana keselamatan kerja dalam suatu perusahaan maka dukungan penuh dan pengertian dari pimpinan adalah mutlak. Dengan demikian dapat dibuat suatu rencana kerja di bidang keselamatan kerja yang akan dipatuhi semua bagain, seksi maupun departemen karena garis intruksinya langsung dari management teratas perusahaan. Itulah tadi penjelasan mengenai jenis dari kerugian yang bisa ditimbulkan oleh sebuah kecelakaan kerja. 2.4 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Heinrich (1986) mendifinisikan pencegahan kecelakaan kerja sebagai suatu program terintegrasi dengan sejumlah aktivitas yang dikoordinasikan berdasarkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan, dimana bertujuan untuk mengendalikan tindakan dan kondisi berbahaya. Pencegahan kecelakaan tersebut dapat berupa pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung mencakup pengendalian yang dilakukan terhadap performa personal dan lingkungan. Sementara itu, pendekatan tidak langsung bersifat jangka panjang, seperti instruksi kerja, serta pendidikan dan pelatihan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja yang diungkapkan oleh Heinrich menekankan pada hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap pekerja. Pengembangan pencatatan kecelakan sangat berperan dalam mengeliminasi penyebab kecelakaan. Apabila hal ini dilakukan, maka diharapkan dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam prilaku pekerja. Adanya pencatatan kecelakaan dapat membantu dalam memperoleh informasi tentang tindakan berbahaya dan faktor personal yang dapat berperan sebagai penyebab kecelakaan, sehingga tindakan perbaikan terkait prilaku pekerja dapat dilakukan dengan mewujudkan prilaku yang aman selama bekerja.

8

2.5 Kerangka Konsep Teori Loss Causation Model dikembangkan oleh International Loss Control Institute. Teori ini merupakan pengembangan dari teori domino klasik yang dikembangkan oleh Heinrich teori ini mencari Loss (kerugian) akibat kecelakaankerja yang diawali dengan lack of control (kurangnya kontrol dari pihak manajemen) yang menyebabkan timbulnya basic cause (penyebab dasar) dan immediate cause (penyebab langsung), sehingga timbul kecelakaan dan berakhir dengan kerugian pada people, property, dan process. Lack of Control Inadequate program Standards Compliance to Standards

Penyebab Dasar

Penyebab Langsung

Faktor pribadi

Tindakan berbahaya

Faktor pekerja

Kondisi berbahaya

kecelakaan

Loss People Propety process

Departemen Jabatan Usia

9

2.6 Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Kasus Kecelakaan Kerja terbagi menjadi tiga kelompok yakni; Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Non-Teknis, Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Teknis, dan Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Alam. 2.6.1. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Non-Teknis. Empat Pekerja diPabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas Cilacap–Empat pekerja cleaning servis dipabrik gula Rafinasi PT.Darma Pala Usaha Sukses, Cilacap, JawaTengah,Rabu(29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki.Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator Karena tidak tahu masih ada orang didalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini. Peristiwa tragis dipabrik gula Rafinasi PT.Darma Pala Usaha Sukses yang ada dikomplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5 Pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal dipabrik tersebut.Tiba-tiba kran Yang berada diatas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan airpanas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap. Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni FeriKisbianto, Jumono, PujiSutrisno Dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, Namun mengalami luka parah. Menurut salah seorang rekan pekerja,air panas tersebut mengucur kedalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai. Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan diPabrik PT.Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindari saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. Analisis Kasus : Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah Human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut,seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air kedalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut Tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja. Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam Bidang kesehatan, keselamatan,dan keamanan pada perusahaan tersebut.Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera didalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa didalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian,apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan disana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi dimana apabila didalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan didalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing. 10

2.6.2 Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Teknis. Ledakan yang terjadi dilantai 3 Gedung Puslab for Mabes Polri Akibat Tabung Pemanas Meledak JAKARTA – Ledakan yang terjadi dilantai 3 Gedung Puslab for Mabes Polri pukul 13.30 WIB. Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakanpun terjadi akibat tangki untuk tabung pemanas rusak. "Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya,dia ahli kimia kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus" kata Kapus lab for Mabes Polri, Brigjen Budiono diMabes Polri, Jakarta Jumat(4/2/2011). Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter." Tangki untuk tabung pemanas. Dia (Syarifuddin) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan itu kaca pintu rusakdan melukai tangannya" kata Budiono. Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam. Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luk lain selain Syarifuddin." Dia Sendirian, sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet,"kata Budiono. Analisa Kasus : Menurut kami, kecelakaan diatas adalah kecelakaan kerja akibat faktor teknis karena Kecelakaan tersebut terjadi disebabkan oleh ledakan tabung pemanas ketika sedang Menganalisa bahan kimia untuk menganalisa logam. Akibatnya tangan Syarifuddin terluka.Nah ini sebagai akibat dari minimnya penerapan standar keselamatan kerja dikalangan pekerja. Yang pertama, tidak melengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja, padahal dengan perlengkapan keselaman kerja merupakan alat antisipasi terhadap kemungkinan negatif yang timbul saat bekerja. Kedua, tidak konsentrasi. Dan yang ketiga, kurang memperhatikan alat-alat Yang menunjang pekerjaannya, karena bekerja dilaboratorium maka sebelum bekerja sudah seharusnya memeriksa apakah alat yang akan kita gunakan layak pakai atau tidak, jika rusak maka lebih baik tidak dipergunakan sebelum diperbaiki terlebih dahulu atau diganti dengan alat yang baru. Oleh karena itu, dalam bekerja kita harus menerapkan secara tepat konsep-konsep keselamatan kerja sebagai langkah antisipasi yang sangat penting bagi keamanan dan kesehatan kita saat bekerja. Dengan langkah ini maka setidaknya kita telah mempersiapkan diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut. 2.6.3. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Alam. Karyawan PT.Freeport Terjebak Longsor DiLokasi Penambangan Jayapura (15/5)—Dua karyawan PT Free port yang terjebak longsoran diareal Underground QMS Biggosan Mill 74, pada Selasa (14/5) sekitar Pukul 09.00 Wit kemarin, dinyatakan tewas, yakni atas nama Andarias Msen dan Kenny Wanggai. Dimana dari 40 orang karyawan yang Tertimbun longsor, enam orang berhasil ditemukan, namun dua orang dinyatakan tewas, Sementara empat orang lainnya selamat dan kini sedang dirawat intensif dirumahsakit setempat. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, Didi Agus Prihatno kepada wartawan, diJayapura, Rabu (15/5) mengatakan, longsor diareal PT Free port adalah murni kecelakaan kerja akibat fenomena alam. Longsoran terjadi difasilitas pelatihan 11

pertambangan bawah tanah PT Free port, tepatnya mill 74. Akibat adanya kejadian itu, ujar Didi, ada laporan resmi dari PT Freeport, yang isinya adalah sekitar 40 pekerja tambang terjebak didalam areal fasilitas pelatihan tambang bawah tanah dimill 74. Dimana sementara ini sedang dilakukan upaya pencarian dan evakuasi.“ Dari 40 orang, enam orang sudah terevakuasi,empat orang Dinyatakan hidup dan dua orang lainnya meninggal. Saat ini korban selamat sedang dirawat secara intensif dirumah sakit setempat,” ujarnya. Dikatakannya, disaat longsoran ini diatasi, kondisi 34 orang karyawan yang masih terjebak di Bawah tanah belum diketahui pasti, karena sampai saat ini masih dilakukan pencarian.“Yang Paling tahu adalah manajemen Freeport bukan kami, karena ini adalah kecelakaan kerja, maka menjadi domainnya perusahaan. Analisa Kasus: Menurut pendapat kami , kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kerja akibat dari faktor alam karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan adanya longsoran dilokasi penambangan yang menyebabkan 40 orang penambang terjebak didalam longsoran tersebut.Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, sebaiknya perusahaan harus melakukan analisa Dan riset terlebih dahulu tentang keadaan alam yang ada didaerah tersebut meliputi cuaca dan keadaan dan kontur tanah ditempat sekitar penambangan. Dan bagi penambang haruslah mengikuti instruksi-instruksi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Diantaranya dengan menggunakan helm, baju safety, sepatu boot dan membawa alat komunikasi yang berguna untuk memberitahu pekerja yang berada diatas bila terjadi longsoran.

2.7 Analisis Kecelakaan Kerja Berdasarkan kejadian kecelakaan diatas bahwa ada perilaku pekerja Indonesia yang kurang baik dalam memahami resiko kecelakaan yang mungkin terjadi seperti kejadian sebelumnya dan juga tidak memahami betapa pentingnya peralatan safety untuk digunakan dilingkungan yang memiliki resiko terjadi kecelakaan sebagai keamanan dirinya. Hal tersebut juga menggambarkan perilaku pekerja kurang peka akan pentingnya keselamatan bagi dirinya. Perilaku pekerja terutama di Indonesia yang mengabaikan penggunaan peralatan safety (APD) dikaren akan beberapa alasan baik disengaja maupun tidak disengaja. Berdasarkan hasil survey, ada 5 alasan yang paling sering dikemukakan bagi pekerja yang tidak menggunakan APD (tanpa APD 2010), sebagai berikut : a. Lupa karena terburu-buru Alasan tersebut biasanya disebabkankarena : 

Pekerja datang terlambat saat bekerja.



Pekerja lupa peralatan safety apa saja yang harus dipakainya pada kondisi lingkungan kerja yang akan dihadapinya.

Solusinya :

12



Terapkan sanksi bagi pekerja yang terlambat sehingga tidak memakai APD dan pekerja selalu diingatkan untuk memakainya.



Beri informasi standar prosedur penggunaan APD. Misalnya ditempel gambar penggunaan macam-macam APD dan di lingkungan mana saja menggunakan alat-alat tersebut. Informasi tersebut dapat ditempel di area atau di lingkungan yang berbahaya bagi pekerja atau bisa juga di tempat sekitar area dimana APD tersebut diletakkan.

b. Tidak nyaman untuk dipakai Alasan tersebut biasanya disebabkan karena :  

Merasa risih karena tidak terbiasa memakainya. Merasa malu Karena bentuk dari APD terkesan aneh bagi pekerja yang belum pernah melihat dan memakainya sebelumnya.  Ukurannya tidak sesuai dengan ukuran tubuh setiap pekerja.  Beratnya APD menambah beban tubuh saat bekerja. Solusinya :  Memberikan penjelasan akan pentingnya APD serta membiasakan mereka untuk selalu memakainnya dalam kondisi apapun.  Memberikan penjelasan tentang APD dan memberi macam-macam bentuknya serta manfaat kegunaanya. Selain itu juga, perusahaan perlu memberikan informasi kepada pekerja bahwa sudah banyak orang memakai APD di semua bidang pekerjaan.  Jadikan penggunaan APD sebagai budaya perusahaan dan juga sebagai suatu filosofi bahwa berada di tempat kerja harus pakai APD.  Selalu menanyakan apakah ada masalah terhadap ukuranya maupun beratnya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan menyediakan yang sesuai atau memikirkan alternatif lain agar pekerja tetap aman.  Memberikan contoh cara penggunaan yang benar, sehingga bila dipakai terasa nyaman. c. Kurang paham saat memakainya Alasan tersebut biasanya disebabkan karena : 

Tidak ada training yang dilakukan oleh perusahaan tentang pemahaman kapan pekerja harus menggunakannya.  Pekerja sudah mendapat materi training, tetapi belum memahaminya. Solusinya :  Sebaiknya perusahaan selalu mengadakan training tentang APD. Hal tersebut akan membuat para pekerja paham kapan mereka memakainya, serta memahami dalam kondisi atau lingkungan yang bagaimana harus mengggunakannya.  Setelah dapat materi training, pekerja harus memberikan keterangan tertulis kepada perusahaan apabila mereka sudah paham. Hal tersebut dilakukan agar pekerja tidak memberikan alasan seperti sebelumnya yaitu kurang paham tentang waktu penggunaanya jika terjadi kesalahan tidak memakai APD. 13

d. Tidak ada/tidak punya untuk memakainya Alasan tersebut biasanya disebabkan karena : 

Jarak antara waktu kedatangan pekerja dengan waktu di mulainya pekerjaan sangat sedikit. Jadi, pekerja datang langsung melakukan pekerjaan aktifitas pekerjaan sehingga tidak sempat menggunakan APD.  Tidak ada jeda waktu saat pekerjaan di area lingkungan yang satu dengan berlanjut ke area lain. Misalnya pekerja mula-mula bekerja di area yang mengharuskan mengggunakan safety helmet, kemudian dia langsung melanjutkan pekerjaan yang lain di area yang mengharuskan menggunakan safety belt dan tali pengamantan pada waktu jeda sehingga pekerja tidak menyempatkan diri untuk memakainya. Solusinya :  Terapkan disiplin pada karyawan saat datang di perusahaan. Misalnya menerapkan aturan bahwa pekerja harus datang 30 menit sebelum dimulainya pekerjaan.  Apabila pekerjaan yang satu kemudian berlanjut kepekerjaan yang lain, sebaiknya diberi waktu jeda beberapa menit agar pekerja dapat menggunakan APD jenis lain sesuai dengan resiko dari lingkungan tersebut. Hal tersebut perlu dilakukan jika memang pekerja harus memakai APD yang berbeda dari sebelumnya. e. Merasa tidak akan celaka Alasan tersebut biasanya disebabkan karena : 

Pekerja merasa sangat yakin bahwa tanpa APD akan tetap aman. Hal tersebut karena beranggapan bahwa apa yang dilakukannya aman dan tidak menimbulkan resiko kecelakaan.  Akibat perilaku sebelumnya, dimana saat tidak menggunakan APD ternyata aman. Jadi, hal tersebut membuat pekerja berasumsi bahwa saat ini juga pasti aman seperti sebelumnya. Solusinya :  Melakukan komunikasi dengan pekerja dengan cara mendatangkan seorang psikolog. Dalam hal ini, psikolog bertujuan merubah pandangan pekerja misalnya berpandangan bahwa kemarin aman berarti sekarang aman dirubah persepsinya yaitu sekarang aman, besok belum tentu aman. Selain itu juga, memberikan suatu penjelasan tentang pentingnya suatu kehidupan bagi pekerja. Jika pekerja sudah paham akan pentingnya suatu kehidupan pastiakan selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sehingga menyadari bahwa APD penting untuk digunakan saat bekerja.

14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya pencegahan terhadap timbulnya Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan aspiratif bilaterjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat hubungan kerja.

15

DAFTAR PUSTAKA Zulkarnain, S.T, M.T., Taufiq Jauhari, S.T, M.T., Adi Syakdani, S.T, M.T., “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)”, Politeknik Negeri Sriwijaya 2017/2018 http : //zhainal99.blogspot.co.id/2014/05/contoh-contoh-kecelakaan-kerja-yang.html?m=1

16

Related Documents


More Documents from "Fita Warso"